Anda di halaman 1dari 2

Lahan Apung di Atas Laut Atasi Krisis Lahan

Pertanian Indonesia

OCTOBER 8, 2014 BY SUUT AMDANI IN AKADEMIA

Kampus IPB di Dramaga, Kabupaten Bogor.


(Foto: Net)
Bogor, BOGOR DAILY ** Luas halan pertanian di Indonesia terus berkurang saban
tahunnya. Kini, lahan pertanian aktif di Indonesia tak lebih dari 25 juta hektare.
Kenyataan ini tidak berimbang dengan proyeksi pertumbuhan penduduk Indonesia
sebanyak 293,88 juta jiwa di tahun 2020 mendatang.

Penambahan jumlah lahan pertanian di daratan dipastikan bakal menyusutkan luasan


hutan, berganti menjadi pertanian. Masalah baru pun akan mucul dari pola tersebut.

Tiga mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Aldri Fajar Muhammad, Azhar
Triramanda, dan Dimas Ramdhani menawarkan gagasan tertulis konsep Agrocoastal.

Agrocoastal dipercaya bakal menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis lahan
pertanian pangan di Indonesia, bahkan menambah luasan lahan pertanian.

Seperti dikutip dari siaran resmi IPB, Rabu (8/10), konsep Agrocoastal System
dikembangkan dengan memanfaatkan wilayah perairan di daerah pesisir sebagai
daerah produktif pertanian pangan.

Gagasan tertulis ketiga mahasiswa IPB ini juga berhasil memenangkan medali emas di
Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXVII di Semarang.

“Agrocoastal System merupakan sistem budidaya tanaman pangan yang menggunakan


daerah pesisir laut sebagai lahan garapan. Konsep ini merupakan solusi penyelesaian
krisis lahan pertanian dengan cara memanfaatkan wilayah perairan di daerah pesisir
sebagai lahan alternatif. Daerah pesisir yang dimaksud mencakup pantai hingga laut
wilayah pesisir (coastal zone),” terang Azhar Triramanda.

Ada dua cakupan wilayah yang diklasifikasikan berdasarkan fungsinya yakni Main
Agrocoastal dan Supporting Agrocoastal (Outer Floating Area). Main Agrocoastal
berfungsi sebagai tempat penerapan aquaponic atau kombinasi budidaya ikan dan
tanaman pangan.
Sedangkan Supporting Agrocoastal (Outer Floating Area) berfungsi sebagai pemecah
ombak agar tidak terjadi kerusakan pada area main agrocoastal juga sebagai
pembangkit tenaga gelombang laut (wave energy).

Untuk mendukung konsep ini dibutuhkan sarana lahan apung statis yang berfungsi
sebagai lahan pengganti, layaknya lahan pertanian di daratan. Lahan apung statis akan
dibuat mengapung di atas laut. Dengan begitu, para pelaku industri pertanian yang
memakai sistem ini dapat memperluas lahannya sesuai dengan kebutuhan industri
dengan cara menambah lahan apung statis yang tersedia.

“Pembangunan lahan tanam di lahan apung statis menggunakan metode aquaponic


yang mempunyai keuntungan ganda yaitu hasil perikanan dan pertanian. Namun,
penerapan aquaponic di lahan apung statis membutuhkan tenaga listrik yang besar.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibentuk pembangkit listrik sendiri di wilayah
supporting Agrocoastal yang menggunakan energi gelombang laut. Energi ini dipilih
sekaligus memperkenalkan teknologi terbaru di wilayah lautan,” ujar Azhar Triramanda.

Perlu Dukungan Pemerintah


Untuk mengimplementasikan gagasan ini dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak,
diantaranya Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, sebagai pendukung proyek
agrocoastal dalam skala besar; Kementerian Pertanian, untuk mendukung
penyebarluasan gagasan agrocoastal sebagai sistem pertanian yang dapat diterapkan
di wilayah pesisir pantai ; Kementerian Kelautan dan Perikanan, sebagai pendukung
untuk menyebarluaskan gagasan agrocoastal untuk budidaya ikan dan mendukung
terealisasinya sistem agar diterapkan di wilayah pesisir pantai; pemerintah daerah,
sebagai pendukung terealisasinya kebijakan gagasan Agrocoastal’s System, investor,
sebagai pengguna Agrocoastal’s System untuk bisnis pertanian modern skala besar,
dan masyarakat pesisir, sebagai sumberdaya manusia yang ikut terlibat bersama
investor di dalam penerapan Agrocoastal’s System.

Dengan adanya sistem Agrocoastal ini, laju deforestasi (penyusutan luas hutan) bisa
dihambat, bahkan dihentikan secara total. “Walaupun lahan yang digunakan adalah
wilayah pantai, dengan sistem Agrocoastal lahan pertanian bisa meluas hingga wilayah
laut,” katanya.

Ia menambahkan, sistem ini juga nantinya akan bermanfaat untuk memberdayakan


masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Masyarakat pesisir juga mendapatkan
keuntungan secara ekonomis untuk menambah pendapatan dan investor pun akan
memperoleh keuntungan dari hasil panen.

“Agrocoastal’s system ini juga dapat menjadi daya tarik wisata pendidikan dan pertanian
laut di Indonesia yang disebut dengan Agrocoastal Edu-tourism,” pungkasnya.

Share this:

Anda mungkin juga menyukai