Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEHAMILAN DISERTAI PENYAKIT

BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG

Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan pembuahan


dan diakhiri dengan proses persalinan (Mansjoer, 2001). Selama masa kehamilan, ibu
dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Selama kehamilan normal, saluran
cerna dan organ-organ penunjangnya mengalami perubahan, baik secara anatomis
maupun fungsional, yang dapat mengubah secara bermakna kriteria untuk diagnosis
dan terapi untuk beberapa penyakit.
Jika seorang wanita mengidap penyakit bawaan atau penyakit tertentu yang
cukup serius, harus waspada dan berhati-hati dalam menghadapi kehamilan. Dengan
perawatan dan pengobatan yang teratur, umumnya kehamilan dapat berjalan dengan
lancar. Walaupun demikian, risiko munculnya sesuatu yang tidak diinginkan dapat saja
terjadi. Beberapa penyakit perlu mendapat perhatian khusus jika diidap oleh wanita
hamil.

B.     TUJUAN PENULISAN

a.      
c.       Untuk mengetahui pengaruh penyakit system pernafasan wanita hamil

C.      MANFAAT PENULISAN

a.      Manfaat teoritis


1.      Sebagai  pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya ilmu 
kebidanan.
b.      Manfaat praktis
1.      Bagi institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa akademi kebidanan
STIKes Bina Generasi Polewali Mandar

2.      Bagi mahasiswa


Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dengan topik kehamilan
disertai penyakit pada wanita hamil

BAB II
TINJAUAN TEORI

C.      PENYAKIT SISTEM PERNAFASAN

Pada umumnya penyakit paru-paru tidak mempengaruhi kehamilan, persalinan dan


nifas, walaupun kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada system pernapasan,
karena uterus yang membesar dapat mendorong diafragma dan paru-paru keatas serta
sisa-sisa udara dalam paru-paru kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu meenjadi
lebih parah. Ada 3 jenis penyakit paru-paru yang perlu perhatian dalam kehamilan yaitu
TBC, asma bronchial,  pneumonia, bronchitis dan influenza.

1.     TUBERKULOSIS PARU-PARU


Diagnosa
            Dalam anamneses Ibu mengatakan pernah berobat penyakit paru-paru

Keluhan dan gejala-gejala :


            Batuk menahun, batuk darah, dan kurus kering.

Pemeriksaan fisis-diagnostik :
             Pada paru-paru dijumpai adanya kelainan bunyi pernapasan.

Penanganan :
         Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan wanita hamil
lainnya.
         Pengobatan harus selalu bekerja sama dengan ahli paru-paru
         TBC paru-paru tidak merupakan indikasi abortus buatan dan terminasi kehamilan

2.     ASMA
        Penyakit asma dan kehamilan kadang-kadang bertambah berat. Dalam batas yang
wajar asma tidak banyak pengaruhnya terhadap persalinan. Penyakit asma yang berat
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim melalui
gangguan pertukaran o2 dan co2.
3.      PENYAKIT PNEUMONIA
      Penyakit radang paru-paru pneumonia dapat terjadi dalam kehamilan , persalinan
atau nifas. Pneumonia saat kehamilan memberikan gejala panas badan tinggi, gangguan
pernapasan mengganggu pertukaran o2 dan co2 sehingga membahayakan
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sampai terjadi keguguran dan
persalinan premature.
4.      BRONCHITIS DAN INFLUENZA
      Bronchitis dan influenza pada kehamilan dijumpai ringan sehingga tidak
membahayakan jiwa ibu maupun janin. Dengan pengobatan biasa sebagian besar
sembuh sehingga kehamilan dapat berlangsungdengan baik.

Jumat, 06 April 2012

Sistem Pernafasan dan Persyarafan Ibu Hamil

Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya
diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. Setiap
wanita yang hamil akan diikuti dengan perubahan fisik dan emosional yang kompleks, sehingga
memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi.

Kehamilan yang sehat, kondisi fisik yang aman dan keadaan emosi yang memuaskan baik
bagi ibu maupun bagi janin adalah hasil akhir yang diharapkan oleh ibu dan perawat maternitas.
Banyak adaptasi maternal yang tidak diketahui ibu dan keluarganya sehingga menimbulkan respon
tersendiri bagi ibu hamil. Berbagai informasi membangkitkan semangat ibu hamil untuk
berpartisipasi dalam perawatannya sendiri. Hal ini tergantung kepada keingintahuannya,
kebutuhannya akan pengetahuan dan kesiapannya untuk belajar.

Perubahan yang terjadi pada tubuh saat hamil, bersalin dan nifas adalah perubahan yang
hebat dan menakjubkan. Sistem-sistem tubuh berubah dengan otomatis menyesuaikan dengan
keadaan hamil, bersalin dan nifas.
Selama mengalami kehamilan, ibu hamil akan mengalami perubahan anatomi dan adaptasi
fisiologis, baik pada sistem reproduksi, payudara, sistem endokrin, sistem kekebalan, sistem
pencernaan, sistem perkemihan, sistem muskulokeletal, sistem respirasi, sistem persyarafan, dan
lain-lain.
Untuk meningkatkan efektifitas antenatal, seorang bidan harus mengetahui tentang
perubahan anatomi dan fisiologis yang terjadi pada ibu hamil itu.
Namun, kami hanya akan membahas proses perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis
sistem pernafasan dan sistem persyarafan ibu hamil.
A.    Proses Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis Sistem Pernafasan Ibu Hamil
Perubahan sistem respirasi pada masa kehamilan diperlukan untuk pertumbuhan janin dan
kebutuhan oksigen maternal. Perubahan sistem respirasi meliputi perubahan kebutuhan oksigen,
dyspnea (sesak nafas) dan peningkatan volume tidal.
Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologi sistem pernafasan disebabkan oleh perubahan
hormonal dan faktor mekanik. Pengaruh hormonal (peningkatan kadar estrogen) menyebabkan
ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Sedangkan
perubahan mekanis meliputi elevasi posisi istirahat diafragma kurang lebih 4 cm, peningkatan 2 cm
tranversal saat sudut subkostal dan iga bawah melebar, serta lingkar toraks melingkar kurang lebih 6
cm. Semua perubahan ini disebabkan oleh pembesaran uterus akibat tekanan keatas. Perubahan-
perubahan ini diperlukan untuk mencukupi peningkatan kebutuhan metabolik dan sirkulasi untuk
pertumbuhan janin, plasenta dan uterus. Adanya perubahan-perubahan ini juga menyebabkan
perubahan pola pernapasan dari pernapasan abdominal menjadi torakal yang juga memberikan
pengaruh untuk memenuhi peningkatan konsumsi oksigen maternal selama kehamilan. Perubahan
hormonal pembesaran mukosa saluran respirasi. Pernafasan melalui hidung akan semakin sulit,
sehingga wanita hamil cenderung bernafas dengan mulut, terutama pada malam hari. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya xerostomia. Insidensi xerostomia pada wanita hamil adalah sekitar 44%.
Xerostomia ini akan meningkatkan frekuensi karies gigi. Selain itu, peningkatan progesteron
menyebabkan hiperventilasi. Hiperventilasi pada kehamilan adalah hiperventilasi relatif, artinya
kenaikan ventilasi alveolar diluar pengaruh CO2 sehingga PaCO2 menurun.
Pemenuhan kebutuhan oksigen
Laju basal metabolisme meningkat selama kehamilan seperti terbukti oleh peningkatan
konsumsi oksigen. Laju Metabolisme Basal (BMR) biasanya meningkat pada bulan ke-4 gestasi,
meningkat 15% -20% pada akhir kehamilan, dan kembali ke nilai sebelum hamil pada hari ke-5 atau
ke-6 pascapartum. Peningkatan BMR mencerminkan peningkatan kebutuhan O2 di unit janin-
plasenta-uterus serta peningkatan konsumsi O2 akibat peningkatan kerja jantung ibu.
Kebutuhan O2 ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju metabolik dan
peningkatan kebutuhan O2 jaringan uterus dan payudara. Dengan semakin tuanya kehamilan,
pernafasan dada menggantikan pernafasan perut dan penurunan diafragma saat inspirasi menjadi
semakin sulit.
Namun karena adanya peningkatan kebutuhan O 2, menyebabkan adanya penurunan kadar
CO2 yang menyebabkan alkalosis.
Seain itu, peningkatan vaskularisasi, sebagai respon peningkatan kadar estrogen, membuat
kapiler membesar sehingga terbentuklah edema dan hiperemia pada traktus pernafasan atas.
Kondisi ini meliputi sumbatan pada hidung dan sinus, epistaksis, perubahan suara, dll. Peningkatan
ini juga membuat membran timpani dan tuba eustaki bengkak, nyeri pada telinga, atau rasa penuh
di telinga.
Selama melahirkan, konsumsi O2 dapat meningkat 20-25 %. Bila fungsi paru terganggu
karena penyakit paru, kemampuan untuk meningkatkan konsumsi oksigen terbatas dan mungkin
tidak cukup untuk mendukung partus normal, sebagai konsekuensi fetal distress dapat terjadi.
Dyspnea (ASMA)
Produksi hormon seks wanita yang meningkat akan mempengaruhi mukosa saluran
respirasi. Hal ini ditandai dengan adanya pembesaran pada nasofaring, laring, trakhea dan bronkus.
Keadaan tersebut menyebabkan perubahan suara dan pernafasan melalui hidung mengalami
gangguan. Oleh karena itu, keluhan dyspnea sering dijumpai pada wanita hamil.
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkhus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan.
Asma bronkiale merupakan penyakit obstruksi saluran nafas yang sering dijumpai pada
kehamilan dan persalinan, diperkirakan 1%-4% wanita hamil menderita asma. Efek kehamilan pada
asma tidak dapat diprediksi.
Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma pada setiap penderita tidaklah
sama, bahkan pada seorang penderita asma serangannya tidak sama pada kehamilan pertama dan
kehamilan berikutnya. Biasanya serangan akan timbul mulai usai kehamilan 24 minggu sampai 36
minggu, dan akan berkurang pada akhir kehamilan.
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat bergantung dari frekuensi dan beratnya serangan
asma, karena ibu dan janin akan mengalami hipoksia. Keadaan hipoksia jika tidak segera diatasi
tentu akan memberikan pengaruh buruk pada janin, berupa abortus, persalinan prematur, dan berat
janin yang tidak sesuai dengan umur kehamilan.

Pengaruh Kehamilan Terhadap Asma


Pengaruh kehamilan terhadap perjalanan klinis asma, bervariasi dan tidak dapat diduga.
Dispnea simtomatik yang terjadi selama kehamilan, yang mengenai 60%-70% wanita hamil, bisa
memberi kesan memperberat keadaan asma.
Wanita yang memulai kehamilan dengan asma yang berat, akan mengalami asma yang lebih
berat selama masa kehamilannya dibandingkan dengan mereka yang dengan asma yang lebih
ringan. Sekitar 60% wanita hamil dengan asma akan mengalami perjalanan asma yang sama pada
kehamilan-kehamilan berikutnya.
Gluck& Gluck menyimpulkan bahwa peningkatan kadar IgE diperkirakan akan memperburuk
keadaan asma selama kehamilan, sebaliknya penderita dengan kadar IgE yang menurun akan
membaik keadaannya selama kehamilan.
Eksaserbasi serangan asma tampaknya sering terjadi pada trimester III atau pada saat
persalinan, hal ini menimbulkan pendapat adanya pengaruh perubahan faktor hormonal, yaitu
penurunan progesteron dan peningkatan prostaglandin, sebagai faktor yang memberikan pengaruh.
Pada persalinan dengan seksio sesarea resiko timbulnya eksaserbasi serangan asma mencapai 18 kali
lipat dibandingkan jika persalinan berlangsung pervaginam.
Pengaruh Asma Terhadap Kehamilan
Pengaruh asma terhadap kehamilan bervariasi tergantung derajat berat ringannya asma
tersebut. Asma terutama jika berat bisa secara bermakna mempengaruhi hasil akhir kehamilan,
beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan insidensi abortus, elahiran prematur, janin
dengan berat badan lahir rendah, dan hipoksia neonatus. Beratnya derajat serangan asma sangat
mempengaruhi hal ini, terdapat korelasi bermakna antara fungsi paru ibu dengan berat lahir janin.
Angka kematian perinatal meningkat dua kali lipat pada wanita hamil dengan asma dibandingkan
kelompok kontrol.
Asma berat yang tidak terkontrol juga menimbulkan resiko bagi ibu, kematian ibu biasanya
dihubungkan dengan terjadinya status asmatikus, dan komplikasi yang mengancam jiwa seperti
pneumotoraks, pneumomediastinum, kor pulmonale akut, aritmia jantung, serta kelemahan otot
dengan gagal nafas. Angka kematian menjadi lebih dari 40% jika penderita memerlukan ventilasi
mekanik.
Asma dalam kehamilan juga dihubungkan dengan terjadinya sedikit peningkatan insidensi
preeklampsia ringan, dan hipoglikemia pada janin, terutama pada ibu yang menderita asma berat.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan penanganan penderita secara intensif,
akan mengurangi serangan akut dan status asmatikus, sehingga hasil akhir kehamilan dan persalinan
dapat lebih baik.
Obat-Obat Anti Asma yang Sering Digunakan
Obat-obat yang digunakan untuk pengobatan asma secara garis besar dapat dibagi dalam 5
kelompok utama yaitu beta adrenergik, methylxanthine, glukokortikoid, cromolyn sodium dan anti
kolinergik, di samping itu terdapat obat-obat lain yang sering digunakan sebagai terapi tambahan
pada penderita asma seperti ekspektoran dan antibiotik..
Efek penggunaan obat anti asma dalam kehamilan terhadap janin Umumnya obat-obat anti asma
yang biasanya dipergunakan relatif aman penggunaannya selama kehamilan, jarang dijumpai adanya
efek teratogenik pada janin akibat penggunaan obat anti asma.
Penanganan Asma Kronik Pada Kehamilan
Dalam penanganan penderita asma dengan kehamilan, dan tidak dalam serangan akut,
diperlukan adanya kerja sama yang baik antara ahli kebidanan dan ahli paru. Usaha-usaha melalui
edukasi terhadap penderita dan intervensi melalui pengobatan dilakukan untuk menghindari
timbulnya serangan asma yang berat.
Adapun usaha penanganan penderita asma kronik meliputi :
1. Bantuan psikologik menenangkan penderita bahwa kehamilannya tidak akan
memperburuk perjalanan klinis penyakit, karena keadaan gelisah dan stres dapat memacu timbulnya
serangan asma.
2. Menghindari alergen yang telah diketahui dapat menimbulkan serangan asma
3. Desensitisasi atau imunoterapi, aman dilakukan selama kehamilan tanpa adanya
peningkatan resiko terjadinya prematuritas, toksemia, abortus, kematian neonatus, dan malformasi
kongenital, akan tetapi efek terapinya terhadap penderita asma belum diketahui jelas.
4. Diberikan dosis teofilin per oral sampai tercapai kadar terapeutik dalam plasma antara 10-
22 mikrogram/ml, biasa dosis oral berkisar antara 200-600 mg tiap 8-12 jam.
5. Dosis oral teofilin ini sangat bervariasi antara penderita yang satu dengan yang lainnya.
6. Jika diperlukan dapat diberikan terbulatin sulfat 2,5-5 mh per oral 3 kali sehari, atau beta
agonis lainnya.
7. Tambahkan kortikosteroid oral, jika pengobatan masih belum adekuat gunakan prednison
dengan dosis sekecil mungkin.
8. Pertimbangan antibiotika profilaksis pada kemungkinan adanya infeksi saluran nafas atas.
9. Cromolyn sodium dapat dipergunakan untuk mencegah terjadinya serangan asma, dengan
dosis 20-40 mg, 4 kali sehari secara inhalasi.
Penanganan serangan asma akut pada kehamilan
Dalam menghadapi ibu hamil dengan serangan asma akut, harus secara cepat dinilai
beratnya serangan, jika berat perlu dipertimbangkan perawat diruang unit perawatan intensif
dengan tetap memonitor keadaan janin dalam kandungan.
Penanganan serangan asma akut pada kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Pemberian oksigen yang telah dilembabkan, 2-4/menit, pertahankan pO2 70-80 mmHg.
Janin sangat rentan terhadap keadaan hipoksia.
2. Hindari obat-obat penekan batuk, sedatif dan antihistamin. Tenangkan penderita Berikan
cairan intravena, biasanya penderita mengalami kekurangan cairan, cairan yang digunakan biasanya
ringer laktat atau normal saline.
3. Berikan aminofilin dengan loading dose 4-6 mg/kgBB dan dilanjutkan dengan dosis 0,8-1
mg/kgBB/jam sampai tercapai kadar terapeutik dalam plasma sebesar 10-20 mikrogram/ml.
4. Jika diperlukan pertimbangan penggunaan terbulatin subkutan dengan dosis 0,25 mg
5. Berikan steroid : hidrokortison secara intravena 2 mm/kgBB loading dose, tiap 4 jam atau
setelah loading dose dilanjutkan dengan infus 0,5 mg/kgBB/jam
6. Pertimbangan penggunaan antibiotika jika ada kecurigaan infeksi yang menyertai
7. Intubasi dan ventilasi bantuan, jarang dibutuhkan kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam kehidupan.
8. Serangan asma berat yang tidak memberikan respons setelah 30-60 menit dengan terapi
infeksi (obat agonis beta & teofilin) disebut status asmatikus, pada keadaan ini penderita ini harus
ditangani di unit perawatan intensif Selama kehamilan pertimbangan untuk intubasi lebih awal
diperlukan jika fungsi pernapasan ibu terus menurun, meskipun dilakukan penanganan yang intensif.
Melakukan intubasi dan ventilasi mekanis.
Angka kesakitan dan kematian perinatal tergantung dari tingkat penanganan asma. Gordon
et al menemukan bahwa angka kematian perinatal meningkat 2 kali lipat pada kehamilan dengan
asma dibandingkan kontrol, akan tetapi dengan penanganan penderita dengan baik, angka kesakitan
dan kematian perinatal dapat ditekan mendekati angka populasi normal.
Peningkatan Volume Tidal
Selama kehamilan kapasitas vital pernapasan tetap sama dengan kapasitas sebelum hamil
yaitu 3200 cc, akan tetapi terjadi peningkatan volume tidal dari 450 cc menjadi 600 cc, yang
menyebabkan terjadinya peningkatan ventilasi permenit selama kehamilan antara 19-50 %.
Peningkatan volume tidal ini disebabkan oleh efek progesteron terhadap resistensi saluran nafas dan
dengan meningkatkan sensitifitas pusat pernapasan terhadap karbondioksida.
Dari faktor mekanis, terjadinya peningkatan diafragma terutama setelah pertengahan kedua
kehamilan akibat membesarnya janin, menyebabkan turunnya kapasitas residu fungsional, yang
merupakan volume udara yang tidak digunakan dalam paru, sebesar 20%. Selama kehamilan normal
terjadi penurunan resistensi saluran napas sebesar 50%.
Perubahan-perubahan ini menyebabkan terjadinya perubahan pada kimia dan gas darah.
Karena meningkatnya ventilasi maka terjadi penurunan pCO2 menjadi 30 mm Hg, sedangkan pO2
tetap berkisar dari 90-106 mmHg, sebagai penurunan pCO2 akan terjadi mekanisme sekunder ginjal
untuk mengurangi plasma bikarbonat menjadi 18-22 mEq/L, sehingga pH darah tidak mengalami
perubahan.

B.  Proses Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis Sistem Persyarafan Ibu Hamil
Pada saat hamil, ibu akan mengalami perubahan-perubahan pada system persyarafan,
diantaranya ;
         Saraf pelvik yang menekan disebabkan oleh perbesaran uterus yang merupakan hasil
perubahan sensori pada kaki 
         Rasa sakit yang menekan disebabkan oleh penarikan pada serabut saraf / penekanan
pada akar saraf dorsolumbar lordosis yang merupakan gejala lubang antara persendian sampai
lengan
         Pembengkakan yang melibatkan saraf pherifera & tangan selama 3 minggu terakhir
kehamilan . pembengkakan yang menekan saraf median dibawah ligmen persendian antara lengan &
tangan 
         Gelaja pharethesia ( terbakar / gatal karna kekacauan sistem saraf sensori ) & rasa sakait
pada tangan yang menyebar sampai siku . tangan yang dominan biasa nya berpengaruh 
         Acroesthesia ( kaku & gatal pada tangan ) di sebab kan oleh stoop-snouldered sikap
menerima oleh beberapa wanita selama kehamilan pada kondisi ini dihunbungkan dengan penarikan
pada segmen dari brachial plexus yaitu nervus plexus yang berasal dari percabangan ventral empat
nervus spinalis servikalis terakhir dengan nervus spinalis torakalis pertama , memecah menjadi
beberapa nervus utama bahu , dada & lengan, sinusitis, tekanan sakit kepala datang bersama
kecemasan , kunang2 , letih , lesu , dan pingsan adalah umum terjadi selama kehamilan 
hypocalcemia ( penurunan kalsium darah yang kurang dari normal ) dikarenakan persyarafan otot
seperti kejang otot / tetanus.
         Gangguan pada efisiensi tidur
Di masa-masa kehamilan, beberapa wanita sering mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan dasar istirahat tidur.
Tidur lelap seolah menjadi barang mahal di masa kehamilan. Wanita hamil yang sudah tidak
bisa tidur dengan baik di awal kehamilannya kemungkinan akan merasa sangat sedikit tidur di
kehamilan lanjut. Kesulitan dalam pemenuhan istirahat tidur, dapat membuat kondisi ibu hamil
menurun, konsentrasi berkurang, mudah lelah, badan terasa pegal, tidak mood bekerja, dan
cenderung emosional. Tentu saja hal ini dapat membuat beban kehamilan semakin berat. Selain
harus menyesuaikan diri dengan perubahan hormon maupun perubahan fisik, wanita hamil juga
harus berjuang menghadapi stamina yang menurun drastis.
Salah satu dampak gangguan pemenuhan istirahat tidur adalah terjadinya stress emosional
yang dialami oleh wanita hamil, sehingga mengakibatkan peningkatan detak jantung dan
peningkatan hormon pemicu stres. Detak jantung yang semakin keras dapat mempengaruhi gerakan
pada janin. Akibatnya, janin pun lebih aktif bergerak-gerak didalam rahim. Selain itu stres yang
muncul dapat mempengaruhi nafsu makan ibu sehingga kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu
dan janin berkurang. Jika intake makanan bergizi kurang, maka dikhawatirkan pertumbuhan janin
akan terganggu.
Selain itu, kurang tidur memberi efek buruk pada stamina diantaranya sakit kepala dan sulit
konsentrasi. Kondisi ini tentu akan membuat pekerjaan menjadi terbengkalai. Kurang tidur juga
dapat mengganggu metabolisme tubuh. Seperti yang sudah diketahui, tidur adalah proses
pemulihan sel-sel tubuh. Jika proses ini terganggu tentu regenerasi sel-sel tubuh tidak akan
maksimal. Akibatnya tubuh menjadi lemas, dan rentan terhadap berbagai penyakit. Keadaan kurang
tidur juga dapat mengganggu kesehatan psikis, seperti mudah marah, dan menjadi sangat sensitif.
Oleh karena itu wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat tidur yang teratur dan cukup,
hal ini dapat dicapai dengan pengaturan posisi tidur untuk mencapai tidur yang berkualitas.

Diposkan oleh emaya hadianika di 20.44

BAB III
KESIMPULAN

A.     KESIMPULAN
3.     Penyakit Pernafasan
     
      Pada umumnya penyakit paru-paru tidak mempengaruhi kehamilan, persalinan dan
nifas, walaupun kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada system pernapasan,
karena uterus yang membesar dapat mendorong diafragma dan paru-paru keatas serta
sisa-sisa udara dalam paru-paru kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu meenjadi
lebih parah. Ada 3 jenis penyakit paru-paru yang perlu perhatian dalam kehamilan yaitu
TBC, asma bronchial,  pneumonia, bronchitis dan influenza.

B.     SARAN

1.      Bagi Institusi


Diharapkan agar dapat memberi masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun tentang kehamilan disertai penyakit

2.      Bagi Mahasiswa DIII Kebidanan


Diharapkan agar lebih mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang
kehamilan disertai penyakit

3.      Bagi Pembaca


Diharapkan untuk petugas kesehatan agar meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

http://annisa-rahmy.blogspot.com/2010/05/kebidanan.html
http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2010/10/15/gangguan-sistem-perkemihan-
terhadap-ibu-hamil/
http://nyangko.wordpress.com/2011/09/19/penyakit-penyakit-yang-dapat-mempengaruhi-
kehamilan/
Rukiah, Ai Yeyeh S.Si.T, “ Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan)”, Jakarta:
Trans Info Media, 2010.
Prawirohardjo, Sarwono, “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal “, Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009
http://www.g-excess.com/4570/kehamilan-disertai-penyakit-jantung-dalam-kehamilan/
http://www.g-excess.com/4573/kehamilan-disertai-penyakit-diabetes-melitus-dalam-
kehamilan/
Diposkan oleh jayanti sukma hapsari muis di 05.30

Anda mungkin juga menyukai