Makalah Hiperlipidemia
Makalah Hiperlipidemia
Hiperlipidemia
Disusun Oleh:
Kelompok 4 (Kelas A)
Alifa Aprilia Listiyani 1406524852
Deby Jannati Gustiwi 1406525073
Egi Gustiani 1406525161
Evita Irmayanti 1406525211
Hafifah Frawita 1406525281
Milatur Rodiyah 1406525470
Retno Rela Mahanani 1406525703
Sarah Karima 1406525855
Yennita Indra Bastian 1406526012
ParamitaNur Huda 1406598863
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehinggaHiperlipidemiamakalah”ini“ dapat diselesaikan dengan
baik. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Farmakoterapi I, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia. Makalah ini membahas tentang key concept lipid yang
mencakup metabolisme dan transportasi lipid serta tentang penyakit
hiperlipidemia yang mencakup definisi, etiologi, klasifikasi, patologi, manifestasi
klinis, hingga diagnosis penyakit.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat, terutama dalam peningkatan
pengetahuan yang dapat diterapkan kelak dalam praktik pelayanan farmasi pada
pasien hiperlipidemia. Demi menyempurnakan makalah ini, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penulisan makalah ini. Penulis berharap Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Penulis
ii
D
A
F
T
A
R
I
S
I
DAFTAR TABEL
i
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana klasifikasi dan patologi penyakit hiperlipidemia?
4. Bagaimana manifestasi klinik penyakit hiperlipidemia?
5. Bagaimana diagnosis penyakit hiperlipidemia?
1.3 Tujuan
1. Memahami key concept lipid (struktur, bagian, metabolisme, dan
transportasinya).
2. Memahami definisi dan etilogi penyakit hiperlipidemia.
3. Memahami klasifikasi dan patologi penyakit hiperlipidemia.
4. Memahami manifestasi klinik penyakit hiperlipidemia.
5. Memahami diagnosis penyakit hiperlipidemia.
2
2.2.3 Klasifikasi
2.2.4 Patofisiologi
2.2.5 Manifestasi Klinis
2.2.6 Diagnosis
Bab 3 Kesimpulan
Daftar Pustaka
3
BAB 2
ISI
2.1 Lipid
Lipid merupakan sekelompok senyawa heterogen meliputi lemak, minyak,
steroid, malam (wax), dan lain-lain. Lipid termasuk ke dalam biomolekul yang
memiliki karakteristik khusus yakni sukar larut dalam air sehingga hanya larut
dalam pelarut nonpolar seperi eter, metanol, heksan dan kloroform. Senyawa ini
merupakan konstituen makanan yang sangat penting bagi tubuh karena dapat
melarutkan vitamin A, D, E, dan K yang memiliki kelarutan yang lebih besar pada
lemak dan kandungan asam lemak esensial yang terkandung dalam lemak nabati.
Selain itu, lemak utamanya asam lemak yang disimpan pada sel yakni dalam
bentuk triasilgliserol. Asam lemak tersebut merupakan cadangan molekul energi
jangka panjang karena menyediakan energi lebih besar dibandingkan karbohidrat.
Asam lemak melepaskan sekitar 38 kJ/g dibandingkan dengan karbohidrat yakni
16 kJ/g (Boyer, 2002).
Lemak disimpan dalam jaringan adiposa sehingga berfungsi sebagai
insulator panas pada jaringan subkutan dan di sekitar organ tertentu. Lipid
nonpolar berperan sebagai insulator listrik yang memungkinkan penjalaran
gelombang depolarisasi di sepanjang syaraf bermielin. Lemak yang ada dalam
makanan berada dalam bentuk trigliserida yaitu lemak netral, yang masing-masing
terdiri dari kombinasi dari gliserol dan tiga molekul asam lemak. Selama proses
pencernaan dua molekul asam lemak dipisahkan dan meninggalkan satu molekul
gliserol atau monogliserol dan satu molekul asam lemak. Maka, produk akhir dari
pencernaan lemak adalah monogliserida dan asam lemak yang merupakan satuan
lemak yang dapat diserap (Sherwood, 2001).
Lipid diklasifikasikan menjadi lipid sederhana dan lipid kompleks (Murray,
Bender, Botham, Kenelly, Rodwell, Weil, 2009). Lipid sederhana terdiri dari ester
asam lemak dengan berbagai alkohol.
1. Lemak (fat) ester asam lemak dengan gliserol
2. Minyak (oil) adalah lemak dalam keadaan cair
4
3. Malam (wax) ester asam lemak dengan alkohol monohidrat berberat molekul
tinggi.
Adapun lipid kompleks meliputi ester asam lemak yang mengandung gugus-
gugus selain alkohol dan asam lemak.
1. Fosfolipid yakni lipid yang mengandung suatu residu asam fosfor selain asam
lemak dan alkohol. Lipid ini umumnya memiliki basa yang menagndung
nitrogen dan substituen lainnya, misalnya alkohol pada gliserofosfolipid adalah
gliserol dan alkohol pada sfingofosfolipid adalah sfingosin.
2. Glikolipid (glikosfingolipid) adalah lipid yang mengandung asam lemak,
sfingosin, dan karbohidrat.
3. Lipid kompleks lainnya yakni sulfolipid, aminolipid, dan lipoprotein.
2.1.1 Lipoprotein
Lemak yang diserap dari makanan yakni monogliserol dan satu molekul
asam lemak serta lipid yang disintesis oleh hati harus diangkut menuju berbagai
organ untuk diguanakan sebagai energi atau disimpan. Karena sifat lipid tersebut
tidak larut dalam air, maka pengangkutan lipid dalam plasma darah dilakukan oleh
lipoprotein. Lipoprotein merupakan kompleks molekular yang terdiri dari lipid
dan protein. Konstuten lipid pada lipoprotein meliputi lipid nonpolar (hidrofobik)
yang terdiri dari 16% triasilgliserol dan 36% ester kolesteril dengan lipid amfifatik
yang terdiri dari 30% fosfolipid dan 14% kolesterol. Selain itu juga mengandung
asam lemak rantai panjang tak ter-esterifikasi (asam lemak bebas) atau FFA
sebanyak 4%. Asam lemak bebas merupakan lipid plasma yang paling aktif dan
melekat pada albumin serum ketika dimobilisasi dari jaringan adiposa.
Berdasarkan konstituen lipid pada lipoprotein tersebut, maka struktur lipoprotein
digambarkan terdiri dari inti non polar terutama terdiri dari triasilgliserol dan ester
kolesteril yang dikelilingi oleh satu lapisan permukaan molekul kolesterol dan
fosfolipid amfifatik. Molekul tersebut berorientasi sedemikian rupa sehingga
gugus polarnya menghadap keluar yakni ke medium air. Gugus protein yang
merupakan konstituen pada lipoprotein tersebut disebut apolipoprotein atau
apoprotein. Struktur lipoprotein dapat dilihat pada Gambar 2.1.
5
Apoprotein Perifer
(mis. Apo C)
Fosfolipi
Koleterol bebas d
Ester
Kolesteril
Triasil gliserol
Inti utama
lipid
nonpolar
Apoprotein
Integral Lapisan tunggal
utamanya lipid
(mis. Apo B) amfifatik
1. Kilomikron
Kilomikron merupakan trigliserida yang berukuran besar yang kaya akan
partikel yang mengandung apolipoprotein B-48, B-100, dan E. Kilomikron
berasal dari penyerapan triasilgliserol dan lipid lain di sel mukosa usus.
Kilomikron ditemukan di kilus yang hanya dibentuk oleh sistem limfe yang
mengaliri usus. Kilomikron berperan mengankut semua lipid dari makanan ke
dalam sirkulasi juga termasuk otot rangka dan jaringan adiposa. Kilomikron
umumnya tidak ada di dalam plasma setelah berpuasa selama 12-14 jam dan
dikatabolisme oleh LPL atau lipoprotein lipase yang diaktifkan oleh
6
apolipoprotein C-II dalam pembuluh endothelial dan lipase hepatik untuk
membentuk sisa kilomikron. Sisa-sisa kilomikron mengandung apolipoprotein
E dan berukuran diameter sekitar separuh dari kilomikron induk dan relatif
kaya akan ester kolesteril dan kolesterol karena berkurangnya triasilgliserol
(Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, & Posey, 2008).
2. VLDL
VLDL merupakan lipoprotein yang berdensitas sangat rendah yang berasal dari
hati Apolipoprotein yang menyusun VLDL diantaranya Apo B-100, C-I, C-II,
dan C-III.VLDL adalah kendaraan utama untuk mengangkut triasilgliserol dari
hati ke jaringan ekstrahepatik. VLDL mengangkut sekitar 10-15% serum
kolesterol dan sebagian besar triasilgliserol dalam kondisi puasa.VLDL
merupakan prekursor pembentuk LDL dan sisa VLDL bersifat atherogenik.
3. LDL
LDL atau lipoprotein berdensitas tinggi merupakan tahap akhir metabolisme
VLDL. LDL lebih lanjut digolongkan menjadi LDL1 atau IDL (intermediate
density lipoprotein), yang memiliki densitas 1006-1019 g/mL dan LDL2 yang
memiliki densitas 1019-1063 g/mL.LDL2 adalah komponen utama LDL dalam
plasma dan membawa 60%-70% total kolesterol serum. Apolipoprotein utama
pada LDL yakni apolipoprotein B (B-100). LDL adalah lipoprotein pengangkut
kolesterol yang utama. Ketika puasa dan pada kondisi orang normal dengan
asupan lemak rendah, kolesterol kebanyakan disintesis dan digunakan pada
organ ekstrahepatik, sedangkan kolesterol diangkut oleh LDL dan
dikatabolisme oleh hati.
4. HDL
Lipoprotein berdensitas tinggi atau HDL berperan dalam transport kolesterol
dan pada metabolisme VLDL dan kilomikron. Fosfolipid adalah lipid utama
pada HDL. HDL dibagi menjadi HDL2 (densitas 1063-1125 g/mL) dan HDL3
(1125-1210 g/mL). Fluktuasi pada HDL kadang disebabkan oleh perubahan
level HDL2. HDL secara normal mengangkut 20-30% dari total kolesterol.
7
Struktur HDL sekitar 90% terbentuk oleh apolipoprotein yakni Apo A-I, A-II,
A-IV, C-I, C-II, C-III, D, dan E. Induk HDL terdiri dari lapis ganda fosfolipid
discoid yang mengandung apo A dan kolesterol bebas. HDL disintesis dan
diekskresikan dari hati dan usus. HDL utamanya berfungsi sebagai tempat
penyimpanan apo C dan apo E yang dibutuhkan dalam metabolisme
kilomikron dan VLDL. HDL telah terbukti secara klinis memberi efek protektif
terhadap kejadian penyakit jantung kronis.
8
3. Bertindak sebagai ligand untuk interaksi dengan reseptor lipoprotein dalam
jaringan, misalnya apo B-100 dan apo E untuk reseptor LDL, apo A-I untuk
resptor HDL, apo E untuk protein terkait-reseptor LDL (LDL receptor-related
protein, LRP) yang diidentifikasi sebagai reseptor sisa dan apo A-I untuk
reseptor HDL.
Gambar 2.2. Transpor lipopretein (terdiri atas jalur eksogen dan jalur endogen)
9
2.1.3.1 Jalur Eksogen (Metabolisme Kilomikron)
Kilomikron berperan sebagai pengangkut lipid dari makanan ke dalam
sirkulasi. Lipid yang diperoleh dari makanan akan diserap oleh usus, dan
kemudian dibentuk menjadi kilomikron di dalam sel usus. Setelah itu, kilomikron
akan dibebaskan dari sel usus melalui proses pinositosis terbalik (reverse
pinocytosis), menuju sistem limfatik.
Kilomikron yang baru disekresikan ini disebut sebagai kilomikron nascent.
Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.3, kilomikron nascent hanya
mengandung apolipoprotein B-48 dan apolipoprotein A. Bentuk utuh kilomikron
diperoleh dari HDL di dalam sirkulasi, dimana apolipoprotein C dan
apolipoprotein E akan disalurkan dari HDL menuju kilomikron nascent,
membentuk kilomikron utuh.
[Sumber: Murray, Bender, Botham, Kennelly, Rodwell, & Weil, 2009, telah diolah kembali]
11
dan kemudian disekresikan menuju lapisan endotel pembuluh darah. VLDL yang
baru disekresikan ini disebut sebagai VLDL nascent. VLDL nascent hanya
mengandung sedikit apolipoprotein C dan E. Seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 2.4, bentuk utuh VLDL diperoleh dari HDL di dalam sirkulasi, dimana
apolipoprotein C dan apolipoprotein E disalurkan dari HDL menuju VLDL
nascent, membentuk VLDL utuh.
[Sumber: Murray, Bender, Botham, Kennelly, Rodwell, & Weil, 2009, telah diolah kembali]
Di hati, proses penyerapan juga dibantu oleh enzim lipase pada hati yang
menghidrolisis fosfolipid dan triasilgliserol yang masih terdapat dalam IDL dan
LDL. Hasil hidrolisis inilah yang akan diserap ke dalam hati. Berikutnya, di dalam
hati akan dibentuk HDL, yang nantinya kembali melepaskan apolipoprotein C dan
E menuju VLDL nascent, sehingga terbentuk VLDL utuh kembali.
Gambar 2.5. Metabolisme HDL. (C: kolesterol; CE: ester kolesteril; PL:
fosfolipid; A-1: apolipoprotein A-1; SR-B1: scavenger receptor B1; ABC-1: ATP-
binding cassette transporter A-1)
Pada prosesnya, HDL ini juga akan mendapatkan kolesterol dari jaringan,
yang kemudian akan diesterifikasi menjadi ester kolesteril oleh LCAT.
Disalurkannya kolesterol dari dalam jaringan melibatkan ABC-1 (ATP-binding
cassette transporter A-1). ABC-1 berperan untuk memindahkan kolesterol dari
dalam jaringan, menuju partikel yang kurang memiliki lipid, misalnya HDL 3 dan
praβ-HDL.
Ester kolesteril yang bersifat nonpolar akan bergerak masuk ke bagian
dalam lapis ganda yang bersifat hidrofobik, sementara lisolesitin dipindahkan ke
albumin plasma. Masuknya ester kolesteril menyebabkan terbentuknya HDL
1
4
pseudomisel yang sferis, dimana di bagian luar adalah lapisan permukaan lipid
polar dan apolipoprotein. HDL ini disebut sebagai HDL3.
Berikutnya, HDL3 akan terus menerima kolesterol dari jaringan, dan oleh
LCAT, kolsterol ini akan diesterifikasi kembali membentuk ester kolsteril. Hal ini
menyebabkan terjadinya perbesaran ukuran partikel sehingga terbentuk HDL 2
yang lebih besar dan kurang padat. Selanjutnya hati akan menerima kolesterol
yang terdapat dalam HDL2 melalui SR-B1 (Class B scavenger receptor B1) yang
merupakan reseptor HDL pada hati. Reseptor ini mengikat HDL 2 melalui
apolipoprotein A-1, dan kemudian ester kolesteril akan diserap ke dalam hati,
sementara apolipoprotein A-1 tidak diserap. Kolesterol yang telah diserap oleh
hati akan disekresikan melalui empedu (baik sebagai kolesterol atau setelah
diubah menjadi asam empedu).
antara HDL2 dan HDL3 ini disebut sebagai siklus HDL. Namun, jika seluruh
komponen lipid (termasuk fosfolipid) pada HDL2 diserap oleh hati, maka akan
terbentuk apolipoprotein A-1 yang bebas. Apolipoprotein A-1 yang bebas ini akan
membentuk-HDL setelahpraβberikatan dengan sejumlah kecil fosfolipid dan
kolesterol. Sementara jika terdapat kelebihan apolipoprotein A-1, maka akan
dihancurkan di ginjal.
Selanjutnya, praβ-HDL yang masih mengandung sedikit fosfolipid dan
kolesterol akan memicu pengeluaran (efluks) kolesterol dari dalam jaringan,
dibantu oleh ABC-1 yang berperan dalam penyaluran kolesterol dari dalam
jaringan menuju partikel yang kurang memiliki lipid, seperti praβ-HDL.
Kadar HDL bervariasi secara timbal-balik dengan kadar triasilgliserol
plasma dan secara langsung dengan aktivitas lipoproptein lipase. Hal ini dapat
disebabkan oleh konstituen permukaan, misalnya fosfolipid dan apolipoprotein A-
1 yang dibebaskan sewaktu hidrolisis kilomikron dan VLDV, sehingga ikut
membentuk-HDL danpraβHDLdiskoid.
1
5
2.2 Hiperlipidemia
2.2.1 Definisi
2.2.2 Etiologi
1
6
1- Merokok sigaret
2- Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
3- Kelenjar tiroid yang kurang aktif
Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total
bersifat sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari makan
lemak. Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan yang
berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah
memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan yang lainnya
menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar
kolesterol total dibawah 260 mg/dL. Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan
secara luas berhubungan dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya
lipoprotein dari aliran darah.
1
7
2.2.3 Klasifikasi
Tabel 2.2 Penyakit, Profil dan Lipid (Suyatna dan Handoko, 2003:368)
1
8
Individu dengan hiperpoliproteinemia primer juga mungkin menderita
hiperlipidemia sekunder yang menimbulkan perubahan gambar lipidnya.
Hiperpoliproteinemia sekunder berhubungan dengan diabetes melitus yang tidak
terkontrol, minum alkohol, hipotiroidisme, penyakit obstruksi hati, sindrom
nefrotik, uremia, penyakit penimbunan glikogen, sepeti mieloma multipel,
makroglobulinemia, lupus eritematosus. Keberhasilan pengobatan penyakit dasar
biasanya memperbaiki hiperpoliproteinemia (Suyatna & Handoko, 2003:369).
1
9
Tipe-tipe hiperlipidemia menurut Frederickson adalah sebagai berikut:
a. Hiperlipidemia tipe I
Hiperlipidemia tipe I ini memperlihatkan hiperkilomikronemia pada waktu
puasa bahkan dengan diet lemak normal dan biasanya disebabkan defisiensi
lipoprotein lipase (LPL) yang dibutuhkan untuk metabolisme kilomikron
Beberapa keluarga yang kekurangan apoprotein CII dilaporkan memperlihatkan
sindrom yang sama. Trigliserida serum meningkat dengan jelas, dan rasio
kolesterol/trigliserida biasannya < 0,2/1. (Suyatna & Handoko, 2003:369).
Kelainan tipe I biasanya muncul sebelum pasien berusia 10 tahun dengan
gejala seperti kolik, nyeri perut berulang, xantoma dan hepatosplenomegali.
Sedangkan pada orang dewasa gejala yang muncul yaitu nyeri yang mirip akut
abdomen sering disertai demam, leukositosis, anoreksia dan muntah. Pendarahan
akibat pankreatitis akut merupakan komplikasi penyakit ini yang paling berat dan
kadang-kadang fatal. Arterosklerosis jantung prematur tidak dihubungkan dengan
lipidemia tipe ini. Pada pemeriksaan biokimia menunjukkan adanya lapisan krem
di permukaan plasma pasien puasa (Suyatna & Handoko, 2003:369).
b. Hiperlipidemia tipe II
Hiperlipidemia tipe II ini terjadi peningkatan LDL dan apoprotein B dengan
VLDL kadar normal (tipe IIa) atau meningkat sedikit (tipe IIb). Gejala klinik
timbul sejak masa anak pada individu homozigot, tetapi pada heterozigot gejala
tidak muncul sebelum umur 20 tahun. Kelainan homozigot dan heterozigot mudah
didiagnosis pada anak dengan mengukur LDL kolesterol. Bentuk paling umum
hiperlipidemia tipe II diduga disebabkan oleh penurunan jumlah reseptor LDL
berafinitas tinggi. Pada heterozigot jumlah reseptor LDL primer fungsional kira-
kira setengah nilai normal dan homozigot lebih sedikit lagi, Blokade degradasi
LDL menyebabkan penimbunan LDL dalam plasma yang kemudian
meningkatkan deposit lemak di dinding arteri (Suyatna & Handoko, 2003:369).
Xantoma jenis tuberosa atau tendinosa timbul pada homozigot dan
heterozigot, sedangkan lesi plantar sering tampak pada homozigot. Pada pasien
homozigot, penyakit iskemia jantung terjadi sebelum umur 20 tahun, pada pria
heterozigot persentasenya mencapai 60% pada umur 50 tahun. Jadi deteksi dini
2
0
sangat penting Hiperlipidemia tipe II terbagi menjadi dua tipe yakni tipe IIa dan
tipe IIb, dimana tipe pembagiannya berdasarkan atas tingginya kadar trigliserida
terhadap LDL kolesterol (Suyatna & Handoko, 2003:369-370).
1- Tipe IIA (Hiperkilomikronemia familial)
Peningkatan LDL dengan kadar VLDL normal karena penghambatan dalam
degradasi LDL, sehingga terdapat peningkatan kolesterol serum tetapi
triasilgliserol normal. Ini disebabkan oleh berkurangnya reseptor LDL normal..
Pengobatan untuk hiperlipidemia tipe IIA ini yaitu dengan diet rendah
kolesterol dan lemak jenuh. Untuk heterozigot dapt diterapi dengan kolestipol
atau kolestiramin dan levostatin atau mevastatin. Untuk homozigot sama
seperti heterozigot tetapi dengan penambahan niasin (UPT-Balai Informasi
Teknologi LIPI, 2009).
2- Tipe IIB (Hiperlipidemia kombinasi familial)
Tipe ini sama dengan tipe IIA kecuali adanya peningkatan VLDL,
menyebabkan triasilgliserol serum dan kolesterol meningkat. Yang disebabkan
karena produksi VLDL oleh hati berlebihan. Pengobatan untuk hiperlipidemia
tipe IIA ini yaitu dengan pembatasan kolseterol dan lemak jenuh dalam diet
serta alkohol. Terapi obat sama dengan IIA kecuali heterozigot juga menerima
niasin (UPT-Balai Informasi Teknologi LIPI, 2009).
2
1
Gejala klinik muncul pada masa remaja berupa berupa xantoma pada
telapak tangan dan kaki, dan kelainan tuberoeruptif di siku, lutut, atau bokong
yang mungkin bersifat karakteristik. Penyakit koroner, kardiovaskuler dan
pembuluh darah tepi terjadi lebih cepat yaitu pada usia 40-50 tahun; intoleransi
glukosa serta hiperurisemia terdapat pada 40% penderita (Suyatna & Handoko,
2003:370).
d. Hiperlipidemia tipe IV
Tipe ini mungkin merupakan hiperlipidemia yang terbanyak dijumpai di
negeri Barat. Tipe ini ditandai dengan terjadinya peningkatan VLDL dan
trigliserida yang kemudian dikenal dengan hipertrigliseridemia. Individu dengan
hiperlipidemia tipe IV biasanya memiliki kadar trigliserida antara 250 hingga 500
mg/dl. Gejala klinik muncul pada usia pertengahan. Separuh dari penderita ini
meningkat kadar trigliseridnya pada umur 25 tahun. Mekanisme kelainan yang
familial tidak diketahui, tetapi tipe IV yang didapat biasanya bersifat sekunder
akibat penyakit lain, alkoholisme berat atau diet kaya karbohidrat dan biasanya
penderita gemuk. Iskemia jantung mungkin terjadi (lebih jarang dibandingkan
dengan tipe II) pada umur 40 tahunan atau setelahnya pada penderita tipe IV
familial. Xanthoma umumnya tidak ada. Banyak penderita ini menunjukkan
intoleransi glukosa dengan reaksi insulin berlebihan terhadap beban karbohidrat
dan lebih dari 40% disertai dengan hiperurisemia (Suyatna & Handoko,
2003:370).
e. Hiperlipidemia tipe V
Tipe ini memperlihatkan akumulasi VLDL dan kilomikron yang disebabkan
ketidakmampuan tubuh untuk memetabolisme dan membuang kelebihan
trigliserida sebagaimana mestinya (gangguan katabolisme trigliserid endogen dan
eksogen). Semua lipoprotein terdiri dari kolesterol, kadar kolesterol meningkat
jika kadar trigliserida terlalu tinggi. Kelainan ini jarang ditemukan. Secara genetik
bersifat heterogen dan penderita dengan kelainan familial biasanya tidak
menunjukkan gelaja sampai sesudah usia 20 tahun. Penderita ini memperlihatkan
intoleransi terhadap karbohidrat dan lemak, serta hiperurisemia. Hubungan antara
penyakit jantung iskemik dan kelainan tipe V tidak jelas, tetapi kadar trigliserid
2
2
harus diturunkan untuk mengurangi terjadinya xantoma, pankreatitis dan nyeri
abdominal (Suyatna & Handoko, 2003:370).
2
3
Tabel 2.4. Contoh Penyakit dan Efek Samping dari Obat yang Menyebabkan
Hiperlipidemia Sekunder (Dipiro et al, 2005:435)
Tabel 2.5. Penyakit dan Obat yang Menyebabkan Hiperlipidemia Sekunder (Ito,
2008:181)
2
4
Secara umum, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi dua sub-kategori, yaitu
hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi) dan hipertrigliserida (kadar
trigliserida tinggi).
a. Hiperkolesterolemia
Kelebihan kolesterol dalam darah akan menimbulkan suatu proses kompleks
pada pembuluh darah. Mulai dari terjadinya plaque (penimbunan lemak) dalam
pembuluh darah, perlekatan monosit, agregasi platelet, dan pembentukan trombus.
Berbagai proses tersebut akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan
pembuluh darah. Akibatnya, organ-organ yang disuplai pembuluh darah akan
mengalami kekurangan atau penghentian suplai darah. Kondisi inilah yang pada
akhirnya akan bermanifestasi sebagai penyakit jantung koroner (PJK), stroke, atau
penyakit vaskuler lainnya. Idealnya, kadar kolesterol LDL tidak boleh lebih dari
130 mg/dL dan kadar kolesterol HDL tidak boleh kurang dari 40 mg/dL. Kadar
HDL harus meliputi lebih dari 25% dari kadar kolesterol total (Neal, 2006:46-47).
b. Hipertrigliserida
Kadar trigliserida yang tinggi belum tentu meningkatkan resiko terjadinya
penyakit jantung atau stroke, masih belum jelas. Kadar trigliserida darah diatas
250 mg/dL dianggap abnormal, tetapi kadar yang tinggi ini tidak selalu
meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis maupun penyakit arteri koroner.
Kadar trigliserida yang sangat tinggi (sampai lebih dari 800 mg/dL) bisa
menyebabkan pancreatitis (Neal, 2006:46-47).
2.2.4 Patofisiologi
Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam aliran darah sebagai
kompleks lipid dan protein yang dikenal sebagai lipoprotein. Klasifikasi nilai
kolesterol total, LDL dan HDL pada orang dewasa dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Peningkatan trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol total serta penurunan
HDL dalam darah berhubungan dengan perkembangan penyakit jantung koroner
(PJK) (Dipiro et al, 2006:88).
Kerusakan primer pada hiperkolesterol familial berupa ketidakmampuan
pengikatan LDL terhadap reseptor LDL (LDL-R) atau kerusakan pencernaan
2
5
kompleks LDL-R ke dalam sel setelah pengikatan normal. Hal ini mengarah pada
kurangnya degradasi LDL oleh sel dan tidak teraturnya biosintesis kolesterol,
dengan jumlah kolesterol total dan LDL tidak seimbang dengan berkurangnya
reseptor LDL (Dipiro et al., 2006:88).
Tabel 2.6 Klasifikasi Nilai Kolesterol Total, LDL, HDL dan Trigliserida (Dipiro
et al, 2005:435)
1. Xantoma
Xantoma adalah gejala yang umum ditemukan pada beberapa tipe
hiperlipidemia. Xantoma adalah deposit lipid yang berada di bawah kulit
membentuk suatu tonjolan yang lunak dan berwarna kekuningan (xanthos
2
8
dalam bahasa Yunani berarti kuning). Xantoma terjadi karena permeasi
lipoprotein plasma yang berasal dari sirkulasi melewati kapiler pembuluh yang
kemudian mengalami fagositosis oleh makrofag dan mengalami oksidasi oleh
akan terjadi oksidasi kolesterol oleh radikal O2 yang dihasilkan pada saat
terjadi transformasi monosit menjadi makrofag. Hal ini menyebabkan plak
pada pembuluh darah yang akan meningkatkan tahanan perifer dari pembuluh
3
1
darah, sehingga dapat mengakibatkan gangguan pembuluh darah seperti
hipertensi.
3. Pankreatitis
Pankreatitis didefinisikan sebagai inflamasi akut atau kronis pada pankreas
dengan melibatkan jaringan peripankreas dan sedikit organ. Pankreatitis akut
ditandai dengan nyeri berat pada bagian atas abdomen dan tingginya enzim
pankreas dalam darah. Adapun pankreatitis kronis ditandai dengan adanya
kerusakan permanen pada struktur dan fungsi pankreas karena inflamasi yang
terus berkembang dalam waktu lama.
4. Hepatosplenomegali
Hepatosplenomegali adalah pembengkakan yang terjadi pada organ hati
dan limpa. Pembengkakan ini dapat muncul sebagai akibat tingginya kadar
kilomikron yang terakumulasi pada hati dan limpa sehingga menimbulkan
perbesaran ukuran kedua organ tersebut.
2.2.6 Diagnosis
Hiperlipidemia merupakan kondisi dimana kadar lemak dalam darah tinggi.
Pada penderita hiperlipidemia, tidak ada gejala spesifik yang dapat langsung
diamati untuk penegakan diagnosis. Oleh karena itu, diagnosis dilakukan dengan
empat cara, berikut:
1. Mengukur profil lipoprotein dalam plasma darah.
Pengukuran profil lipoprotein ini dapat dilakukan sewaktu maupun setelah
puasa. Pada profil lipoprotein puasa, diukur kadar kolesterol total, LDL, HDL,
dan trigliserida. Sedangkan pada profil lipoprotein sewaktu, diukur kadar
kolesterol total, HDL, dan trigliserida. Berikut adalah klasifikasi kadar
kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida.
Tabel 2.8. Klasifikasi kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida
Klasifikasi Kadar (mg/dL)
Kolesterol Total LDL HDL Trigliserida
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
< 200 Yang < 100 Optimal < 40 Rendah < 150 Normal
diinginkan
200- Hampir 100- Di atas ≥ 6 Tinggi 150- Hampir
239 tinggi 129 optimal 199 tinggi
≥ 2 Tinggi 130- Hampir 200- Tinggi
3
3
159 tinggi 499
160- Tinggi ≥ 5 Sangat
189 tinggi
≥ 1 Sangat
tinggi
3. Pengukuran Apoprotein B
Apoprotein B merupakan protein yang terikat pada VLDL dan LDL. Jika
dibandingkan dengan pengukuran kadar lipoprotein dalam darah, pengukuran
Apoprotein B lebih akurat dalam menyatakan jumlah lipoprotein yang terdapat
dalam darah. Hal ini dikarenakan 1 molekul Apoprotein B terikat hanya pada 1
molekul lipoprotein. Sedangkan pada pengukuran lipoprotein, yang diukur
3
4
adalah massa kolesterol yang dibawa oleh lipoprotein, bukan jumlah molekul
dari tiap jenis lipoprotein. Jika jumlah Apoprotein B dalam plasma tinggi,
maka dapat disimpulkan bahwa jumlah VLDL dan LDL dalam darah juga
tinggi.
3
5
Oleh karena itu, berdasarkan faktor resiko utama yang dimiliki dan
persentase resiko PJK dalam 10 tahun ke depan, penderita hiperlipidemia
diklasifikasikan menjadi 4 kategori yaitu resiko tinggi (high risk), resiko cukup
tinggi (moderately high risk), resiko sedang (moderate risk), dan resiko rendah
(low risk) (Tabel 2.9). Kategori ini digunakan untuk menentukan jenis terapi yang
dapat diberikan kepada penderita hiperlipidemia dan konsentrasi LDL (mg/dL)
yang harus dicapai melalui terapi tersebut.
36
Untuk menentukan kategori dari seorang penderita hiperlipidemia, perlu
dilakukan beberapa langkah berikut:
1. Mengukur kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan tekanan darah dari penderita.
Data pengukuran ini akan digunakan untuk menentukan persentase resiko PJK
dalam 10 tahun kedepan.
2. Memeriksa jumlah faktor resiko utama yang dimiliki penderita.
3. Menghitung persentase resiko PJK dalam 10 tahun kedepan.
4. Menentukan kategori yang sesuai. Stelah mengetahui kategori dari pasien,
maka dapat ditentukan jenis terapi yang harus diberikan dan konsentrasi LDL
(mg/dL) yang harus dicapai.
Total poin = poin usia + poin total kolesterol + poin merokok + poin HDL +
poin tekanan darah sistolik
3
7
Gambar 2.10. Proyeksi Resiko PJK 10 tahun Framingham
38
1• LDL = 210 mg/dL
2• Tekanan darah = 140/90 mmHg dan tidak sednag menerima pengobatan
antihipertensi.
Berdasarkan faktor resiko utama dan % resiko PJK 10 tahun ke depan, pria
di atas termasuk dalam kategori Moderately high risk. Karena kadar LDL lebih
besar dari 130 mg/dL, maka bisa digunakan 2 jenis terapi yaitu terapi perubahan
gaya hidup dan penggunaan obat.
3
9
BAB 3
KESIMPULAN
1. Lipoprotein merupakan kompleks molekular yang terdiri dari lipid dan protein.
Konstuten lipid pada lipoprotein meliputi lipid nonpolar (hidrofobik) yang
terdiri dari 16% triasilgliserol dan 36% ester kolesteril dengan lipid amfifatik
yang terdiri dari 30% fosfolipid dan 14% kolesterol. Terdapat 4 kelompok
utama lipoprotein yakni kilomikron, VLDL atau pra-β-lipoprotein (very-low
density lipoprotein), LDL-lipoproteinatau( lowβdensity lipoprotein), dan
HDL atau-lipoproteinα(high density lipoprotein). Transpor lipoprotein terdiri
atas dua jalur yaitu jalur eksogen untuk transpor kolesterol dan trigliserida
yang diserap dari lemak makanan pada saluran pencernaan (metabolisme
kilomikron) dan jalur endogen yang merupakan lanjutan saat kolesterol dan
trigliserida mencapai plasma dari hati dan jaringan selain pencernaan lainnya
(metabolisme VLDL).
2. Hiperlipidemia atau dislipidemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
kadar lemak di dalam darah meningkat di atas batas normal. Total kolesterol
menjadi tinggi, LDL (Low Density Lipoprotein) atau trigliserida tinggi, HDL
(High Density Lipoprotein) rendah, atau kombinasi kelainan lain.
3. Secara umum, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi dua sub-kategori, yaitu
hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi) dan hipertrigliserida (kadar
trigliserida tinggi). Berdasarkan penyebab terjadinya, kondisi hiperlipidemia
dapat dibagi menjadi 2, yaitu hiperlipidemia primer (genetik) dan
hiperlipidemia sekunder. Frederickson membagi hiperlipoproteinemia berdasar
fenotip plasma lipoprotein menjadi enam tipe yaitu tipe I, IIa, IIb, III, IV, dan
V. Pembagian ini berdasarkan lima macam jenis lipoprotein yang meningkat.
4
0
2
perifer, tekanan darah tinggi, BMI lebih dari 30 kg/m , atau lingkar pinggang
lebih dari 40 inci pada laki-laki dan 35 inci pada perempuan.
5. Diagnosis hiperlipidemia dapat dilakukan dengan empat cara yaitu mengukur
profil lipoprotein dalam plasma darah, mengevaluasi riwayat medis penderita,
melakukan pengukuran Apoprotein B, dan elektroforesis lipoprotein dalam gel
agarosa.
4
1
DAFTAR PUSTAKA
Alam, A., Subardja, D., Fadil, R., Rustama, D.S. 2003. Hiperlipidemia Familial
Homozigot Dan Mikropenis Pada Seorang Anak Balitamkb Vol.35 No.1.
Bahr, Sara van., Movin, T., Papadogiannakis, N., Pikuleva, I., Ronnow, P.,
Diczfalusy, U., Bjorkhem, I. (2002). Mechanism of Accumulation of
Cholesterol and Cholestanol in Tendons and the Role of Sterol 27-
hydroxylase (CYP27A1). The Journal of The American Heart Association.
nd
Boyer, Rodney. (2002). Concepts in Biochemistry 2 Edition. Canada:
Brooks/Cole.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007.Farmakologi dan Terapi.Edisi 5.
Gaya Baru. Jakarta.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M.
(2005). Pharmacotherapy A Pathophysiological Approach Sixth Edition.
USA: McGraw-Hill Medical.
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, Terry L., and Hamilton, Cindy W.
(2006). Pharmacotherapy Handbook Sixth Edition. USA: McGraw-Hill
Medical.
Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, &Posey. (2008). Pharmacotherapy A
th
Pathophysiologic Approach, 7 Edition. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Fair, Kevaghn P, Eltson, Dirk M. Xanthomas, Differential and Diagnose. Diunduh
dari http://emedicine.medscape.com/article/1103971-differential pada
tanggal 7 September 2014, pukul 14.00 WIB.
Ito, Matthew K. (2008)”.Pharmacotherapy.“HyperlipidemiaPri
Practice. USA: Mc Graw Hill Medical.
Murray, R.K., Bender, D.A., Botham, K.M., Kennelly, P.J., Rodwell, V.W., &
th
Weil, P.A. (2009). Harper’s IllustratedEdition. USA:Biochemi
The McGraw-Hill Companies, Inc.
Neal, M.J. (2006). At Glance Farmakologi Medis Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
4
2
Pickens, S., Farber, G., Mosadegh, M. (2012). Eruptive Xanthoma : A Case
Report. Cutis.
Sherwood, Lauralee. (2002). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Edisi 2,
Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stephen J. McPhee, MD and Gary D. Hammer, MD, PhD.
(2010).
Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine, Sixth
Edition. New York: McGraw-Hill Medical.
Sukandar, Elin Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.P.S.,
Kusnandar. (2010). ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.
Suyatna, F.D. dan Tony Handoko S.K. (2003). Hipolipidemik. Dalam: S.G.
Gunawan, R. Setiabudy, Frans D Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi,
(editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Suyatna, F.D. (2007). Hipolipidemik. Dalam: S.G. Gunawan, R. Setiabudy,
Nafrialdi, Elysabeth (editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 373-388.
Wells, B.G., J.T. Dipiro, T.L. Schwinghammer, C. V. DiPiro. 2009.
Pharmacotherapy Handbook. Seventh Edition. The McGraw-Hill
Companies, Inc. United States. p.98.
UPT-Balai Informasi Teknologi LIPI. 2009. Pangan & Kesehatan.
http://www.bit.lipi.go.id/pangankesehatan/documents/artikel_kolesterol/ko
lesterol_tinggi.pdf [Diakses 10 September 2014].
4
3
LAMPIRAN
4
4
Lampiran 1. Komposisi Lipoprotein Plasma
Komposisi
Diameter Masa jenis Komponen utama
Lipoprotein Sumber Apolipoprotein
(nm) (g/mL) Protein Lipid (%) lipid
(%)
1
Kilomikron Usus 90–1000 < 0.95 1–2 98–99 Triasilgliserol A-I, A-II, A-IV, B-48, C-I,
C-II, C-III, E
Triasilgliserol,
Kilomikronsisa Kilomikron 45–150 < 1.006 6–8 92–94 B-48, E
fosfolipid, kolesterol
VLDL Hati (usus) 30–90 0.95–1.006 7–10 90–93 Triasilgliserol B-100, C-I, C-II, C-III
1.006– Triasilgliserol,
IDL/LDL1 VLDL 25–35 11 89 B-100, E
1.019 kolesterol
1.019–
LDL/LDL2 VLDL 20–25 21 79 kolesterol B-100
1.063
HDL 1.019–
20–25 32 68
HDL1/c 1.063
1.063– A-I, A-II, A-IV,2 C-I, C-II,
HDL2 Hati, usus, 10–20 33 67 Fosfolipid, kolesterol C-III, D, E
VLDL, 1.125
HDL3 kilomikron 5–10 1.125– 57 43
1.210
3
Preβ-HDL <5 > 1.210 A-I
Lampiran 2. Karakteristik dan Fungsi Apolipoprotein