Perang Dunia II
Prancis[nb 2] Hongaria (1940–1945)
Polandia Rumania (1941–1944)
Kanada Bulgaria (1941–1944)
Australia
Selandia Baru Pihak terlibat
Afrika Selatan Finlandia (1941–1944)
Yugoslavia (1941–1945) Thailand (1942–1945)
Yunani (1940–1945) Irak (1941)
Norwegia (1940–1945) Spanyol (1941)
Belanda (1940–1945)
Belgia (1940–45)
Negara klien dan boneka
Cekoslowakia Manchukuo
Brasil (1942–1945) Republik Sosial
...dan lain-lain Italia (1943–1945)
Kroasia (1941–1945)
Negara klien dan boneka Slowakia
Filipina (1941–1945) ...dan lain-lain
Mongolia (1941–1945)
...dan lain-lain
Tokoh dan pemimpin
Pemimpin Sekutu Pemimpin Poros
Winston Churchill Adolf Hitler
Franklin D. Roosevelt Hirohito
Joseph Stalin Benito Mussolini
Chiang Kai-shek ...dan lain-lain
...dan lain-lain
Korban
Korban militer: Korban militer:
Lebih dari 16.000.000 Lebih dari 8.000.000
Korban sipil: Korban sipil:
Lebih dari 45.000.000 Lebih dari 4.000.000
Total korban: Total korban:
Lebih dari 61.000.000 (1937–1945) Lebih dari
...lebih lanjut 12.000.000 (1937–1945)
...lebih lanjut
Ciutkan
l
b
s
Kampanye selama Perang Dunia II
Eropa
Polandia
Perang Phoney
Finlandia
Denmark & Norwegia
Prancis & Benelux
Britania
Front Timur
Eropa Barat Laut (1944–1945)
Mediterania, Timur Tengah, dan Afrika
Asia & Pasifik
Tiongkok
Samudra Pasifik
Asia Tenggara
Pasifik Barat Daya
Jepang
Manchuria (1945)
Kampanye Lainnya
Atlantik
Pengeboman Strategis
Amerika Utara
Perang Kontemporer
Perang Sipil Tiongkok
Perbatasan Soviet-Jepang
Prancis-Thailand
Ekuador-Peru
Perang Dunia II
Indeks alfabetis
A B C D E F G H I J K L
M
N O P Q R S T U V W X Y
Z
0–9
Navigasi
o Kampanye
o Negara
o Peralatan
o Daftar
o Garis besar
o Garis waktu
o Portal
o Kategori
o Bibliografi
l
b
s
Perang Dunia II atau Perang Dunia Kedua (biasa disingkat menjadi PDII atau PD2) adalah
sebuah perang global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Perang ini
melibatkan banyak sekali negara di dunia —termasuk semua kekuatan besar—yang pada akhirnya
membentuk dua aliansi militer yang saling bertentangan: Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan
perang terluas dalam sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta orang di berbagai pasukan militer.
Dalam keadaan "perang total", negara-negara besar memaksimalkan seluruh kemampuan ekonomi,
industri, dan ilmiahnya untuk keperluan perang, sehingga menghapus perbedaan antara sumber
daya sipil dan militer. Ditandai oleh sejumlah peristiwa penting yang melibatkan kematian massal
warga sipil, termasuk Holocaust dan pemakaian senjata nuklir dalam peperangan, perang ini
memakan korban jiwa sebanyak 50 juta sampai 70 juta jiwa. Jumlah kematian ini menjadikan
[1]
Perang Dunia II konflik paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia.
Kekaisaran Jepang berusaha mendominasi Asia Timur dan sudah memulai perang dengan Republik
[2]
Tiongkok pada tahun 1937, tetapi perang dunia secara umum pecah pada tanggal 1 September
1939 dengan invasi ke Polandia oleh Jerman yang diikuti serangkaian pernyataan perang terhadap
Jerman oleh Prancis dan Britania. Sejak akhir 1939 hingga awal 1941, dalam serangkaian
kampanye dan perjanjian, Jerman membentuk aliansi Poros bersama Italia, menguasai atau
menaklukkan sebagian besar benua Eropa. Setelah Pakta Molotov–Ribbentrop, Jerman dan Uni
Soviet berpisah dan menganeksasi wilayah negara-negara tetangganya sendiri di Eropa, termasuk
Polandia. Britania Raya, dengan imperium dan Persemakmurannya, menjadi satu-satunya kekuatan
besar Sekutu yang terus berperang melawan blok Poros, dengan mengadakan pertempuran
di Afrika Utara dan Pertempuran Atlantik. Bulan Juni 1941, Poros Eropa melancarkan invasi
terhadap Uni Soviet yang menandakan terbukanya teater perang darat terbesar sepanjang sejarah,
yang melibatkan sebagian besar pasukan militer Poros sampai akhir perang. Pada bulan Desember
1941, Jepang bergabung dengan blok Poros, menyerang Amerika Serikat dan teritori
Eropa di Samudra Pasifik, dan dengan cepat menguasai sebagian besar Pasifik Barat.
Serbuan Poros berhenti pada tahun 1942, setelah Jepang kalah dalam berbagai pertempuran laut
dan tentara Poros Eropa dikalahkan di Afrika Utara dan Stalingrad. Pada tahun 1943, melalui
serangkaian kekalahan Jerman di Eropa Timur, invasi Sekutu ke Italia, dan kemenangan Amerika
Serikat di Pasifik, Poros kehilangan inisiatif mereka dan mundur secara strategis di semua front.
Tahun 1944, Sekutu Barat menyerbu Prancis, sementara Uni Soviet merebut kembali semua teritori
yang pernah dicaplok dan menyerbu Jerman beserta sekutunya. Perang di Eropa berakhir
dengan pendudukan Berlin oleh tentara Soviet dan Polandia dan penyerahan tanpa syarat
Jerman pada tanggal 8 Mei 1945. Sepanjang 1944 dan 1945, Amerika Serikat mengalahkan
Angkatan Laut Jepang dan menduduki beberapa pulau di Pasifik Barat, menjatuhkan bom atom di
negara itu menjelang invasi ke Kepulauan Jepang. Uni Soviet kemudian mengikuti melalui negosiasi
dengan menyatakan perang terhadap Jepang dan menyerbu Manchuria. Kekaisaran Jepang
menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945, sehingga mengakhiri perang di Asia dan memperkuat
kemenangan total Sekutu atas Poros.
Perang Dunia II mengubah haluan politik dan struktur sosial dunia. Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) didirikan untuk memperkuat kerja sama internasional dan mencegah konflik-konflik
yang akan datang. Para kekuatan besar yang merupakan pemenang perang—Amerika Serikat, Uni
Soviet, Tiongkok, Britania Raya, dan Prancis—menjadi anggota tetap Dewan Keamanan
[3]
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Uni Soviet dan Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan super
yang saling bersaing dan mendirikan panggung Perang Dunia yang kelak bertahan selama 46 tahun
selanjutnya. Sementara itu, pengaruh kekuatan-kekuatan besar Eropa mulai melemah,
dan dekolonisasi Asia dan Afrika dimulai. Kebanyakan negara yang industrinya terkena dampak
buruk mulai menjalani pemulihan ekonomi. Integrasi politik, khususnya di Eropa, muncul sebagai
upaya untuk menstabilkan hubungan pascaperang.
Daftar isi
1Kronologi
2Latar belakang
3Sebelum perang
o 3.1Invasi Italia ke Ethiopia (1935)
o 3.2Perang Saudara Spanyol (1936-39)
o 3.3Invasi Jepang ke Tiongkok (1937)
o 3.4Invasi Jepang ke Uni Soviet dan
Mongolia (1938)
o 3.5Pendudukan Eropa dan perjanjian
4Alur perang
o 4.1Pecah di Eropa (1939)
o 4.2Serbuan Poros
o 4.3Perang global (1941)
o 4.4Kebuntuan serbuan Poros (1942)
o 4.5Sekutu menguasai medan (1943)
o 4.6Sekutu mendekat (1944)
o 4.7Poros runtuh, Sekutu menang (1945)
5Dampak
o 5.1Korban dan kejahatan perang
o 5.2Kamp konsentrasi dan perbudakan
o 5.3Front dalam negeri dan produksi
o 5.4Pendudukan
o 5.5Kemajuan teknologi dan peperangan
6Lihat pula
7Catatan kaki
8Referensi
9Referensi
10Pranala luar
Kronologi
Lihat pula: Garis waktu Perang Dunia II
Awal terjadinya perang umumnya disetujui pada tanggal 1 September 1939, dimulai dengan invasi
Jerman ke Polandia; Britania dan Prancis menyatakan perang terhadap Jerman dua hari kemudian.
Tanggal lain mengenai awal perang ini adalah dimulainya Perang Tiongkok-Jepang Kedua pada
[4][5]
7 Juli 1937.
Lainnya mengikuti sejarawan Britania Raya A. J. P. Taylor, yang percaya bahwa Perang Tiongkok-
Jepang dan perang di Eropa beserta koloninya terjadi bersamaan dan dua perang ini bergabung
pada tahun 1941. Artikel ini memakai penanggalan konvesional. Tanggal-tanggal awal lainnya yang
sering dipakai untuk Perang Dunia II juga meliputi invasi Italia ke Abisinia pada tanggal 3 Oktober
[6]
1935. Sejarawan Britania Raya Antony Beevor memandang awal Perang Dunia Kedua terjadi
[7]
saat Jepang menyerbu Manchuria bulan Agustus 1939.
Tanggal pasti akhir perang juga tidak disetujui secara universal. Dari dulu disebutkan bahwa perang
berakhir saat gencatan senjata 14 Agustus 1945 (V-J Day), alih-alih penyerahan diri resmi Jepang
(2 September 1945); di sejumlah teks sejarah Eropa, perang ini berakhir pada V-E Day (8 Mei
1945). Meski begitu, Perjanjian Damai dengan Jepang baru ditandatangani pada tahun 1951,
[8] [9]
dan dengan Jerman pada tahun 1990.
Latar belakang
Artikel utama: Penyebab Perang Dunia II
Perang Dunia I membuat perubahan besar pada peta politik, dengan kekalahan Blok Sentral,
termasuk Austria-Hongaria, Jerman, dan Kesultanan Utsmaniyah; dan perebutan kekuasaan
oleh Bolshevik di Rusia pada tahun 1917. Sementara itu, negara-negara Sekutu yang menang
seperti Prancis, Belgia, Italia, Yunani, dan Rumania memperoleh wilayah baru, dan negara-negara
baru tercipta setelah runtuhnya Austria-Hongaria, Kekaisaran Rusia, dan Kesultanan Utsmaniyah.
[10][11]
Meski muncul gerakan pasifis setelah Perang Dunia I, kekalahan ini masih membuat
nasionalisme iredentis dan revanchis pemain utama di sejumlah negara Eropa. Iredentisme dan
revanchisme punya pengaruh kuat di Jerman karena kehilangan teritori, koloni, dan keuangan yang
besar akibat Perjanjian Versailles. Menurut perjanjian ini, Jerman kehilangan 13 persen wilayah
dalam negerinya dan seluruh koloninya di luar negeri, sementara Jerman dilarang menganeksasi
negara lain, harus membayar biaya perbaikan perang, dan membatasi ukuran dan kemampuan
[12]
angkatan bersenjata negaranya. Pada saat yang sama, Perang Saudara Rusia berakhir dengan
[13]
terbentuknya Uni Soviet.
Kekaisaran Jerman bubar melalui Revolusi Jerman 1918–1919 dan sebuah pemerintahan
demokratis yang kemudian dikenal dengan nama Republik Weimar dibentuk. Periode antarperang
melibatkan kerusuhan antara pendukung republik baru ini dan penentang garis keras atas sayap
kanan maupun kiri. Walaupun Italia selaku sekutu Entente berhasil merebut sejumlah wilayah, kaum
nasionalis Italia marah mengetahui janji-janji Britania dan Prancis yang menjamin masuknya Italia ke
kancah perang tidak dipenuhi dengan penyelesaian damai. Sejak 1922 sampai 1925,
gerakan Fasis pimpinan Benito Mussolini berkuasa di Italia dengan agenda nasionalis, totalitarian,
dan kolaborasionis kelas yang menghapus demokrasi perwakilan, penindasan sosialis, kaum sayap
kiri dan liberal, dan mengejar kebijakan luar negeri agresif yang berusaha membawa Italia sebagai
[14]
kekuatan dunia—"Kekaisaran Romawi Baru".
Di Jerman, Partai Nazi yang dipimpin Adolf Hitler berupaya mendirikan pemerintahan fasis di
Jerman. Setelah Depresi Besar dimulai, dukungan dalam negeri untuk Nazi meningkat dan, pada
tahun 1933, Hitler ditunjuk sebagai Kanselir Jerman. Setelah kebakaran Reichstag, Hitler
[15]
menciptakan negara satu partai totalitarian yang dipimpin Partai Nazi.
Parati Kuomintang (KMT) di Tiongkok melancarkan kampanye penyatuan melawan panglima perang
regional dan secara nominal berhasil menyatukan Tiongkok pada pertengahan 1920-an, tetapi
[16]
langsung terlibat dalam perang saudara melawan bekas sekutunya yang komunis. Pada tahun
1931, Kekaisaran Jepang yang semakin militaristik, yang sudah lama berusaha memengaruhi
[17]
Tiongkok sebagai tahap pertama dari apa yang disebut pemerintahnya sebagai hak untuk
menguasai Asia, memakai Insiden Mukden sebagai alasan melancarkan invasi ke Manchuria dan
[18]
mendirikan negara boneka Manchukuo.
Terlalu lemah melawan Jepang, Tiongkok meminta bantuan Liga Bangsa-Bangsa. Jepang menarik
diri dari Liga Bangsa-Bangsa setelah dikecam atas tindakannya terhadap Manchuria. Kedua negara
ini kemudian bertempur di Shanghai, Rehe, dan Hebei sampai Gencatan Senjata
Tanggu ditandatangani tahun 1933. Setelah itu, pasukan sukarelawan Tiongkok melanjutkan
[19]
pemberontakan terhadap agresi Jepang di Manchuria, dan Chahar dan Suiyuan.
Benito Mussolini (kiri) dan Adolf Hitler (kanan)
Adolf Hitler, setelah upaya gagal menggulingkan pemerintah Jerman tahun 1923, menjadi Kanselir
Jerman pada tahun 1933. Ia menghapus demokrasi, menciptakan revisi orde baru radikal dan rasis,
[20]
dan segera memulai kampanye persenjataan kembali. Sementara itu, Prancis, untuk melindungi
aliansinya, memberikan Italia kendali atas Ethiopia yang diinginkan Italia sebagai jajahan
kolonialnya. Situasi ini memburuk pada awal 1935 ketika Teritori Cekungan Saar dengan sah
bersatu kembali dengan Jerman dan Hitler menolak Perjanjian Versailles, mempercepat program
[21]
persenjataan kembalinya dan memperkenalkan wajib militer.
Berharap mencegah Jerman, Britania Raya, Prancis, dan Italia membentuk Front Stresa. Uni Soviet,
khawatir akan keinginan Jerman mencaplok wilayah luas di Eropa Timur, membuat perjanjian
bantuan bersama dengan Prancis. Sebelum diberlakukan, pakta Prancis-Soviet ini perlu melewati
[22][23]
birokrasi Liga Bangsa-Bangsa, yang pada dasarnya menjadikannya tidak berguna. Akan
tetapi, pada bulan Juni 1935, Britania Raya membuat perjanjian laut independen dengan Jerman,
sehingga melonggarkkan batasan-batasan sebelumnya. Amerika Serikat, setelah
mempertimbangkan peristiwa yang terjadi di Eropa dan Asia, mengesahkan Undang-Undang
[24]
Netralitas pada bulan Agustus. Pada bulan Oktober, Italia menginvasi Ethiopia, dan Jerman
adalah satu-satunya negara besar Eropa yang mendukung tindakan tersebut. Italia langsung
[25]
menarik keberatannya terhadap tindakan Jerman menganeksasi Austria.
Hitler menolak Perjanjian Versailles dan Locarno dengan meremiliterisasi Rhineland pada bulan
Maret 1936. Ia mendapat sedikit tanggapan dari kekuatan-kekuatan Eropa lainnya.
[26]
Ketika Perang Saudara Spanyol pecah bulan Juli, Hitler dan Mussolini mendukung pasukan
Nasionalis yang fasis dan otoriter dalam perang saudara mereka melawan Republik Spanyol yang
didukung Soviet. Kedua pihak memakai konflik ini untuk menguji senjata dan metode peperangan
[27]
baru, berakhir dengan kemenangan Nasionalis pada awal 1939. Bulan Oktober 1936, Jerman
dan Italia membentuk Poros Roma-Berlin. Sebulan kemudian, Jerman dan Jepang
menandatangani Pakta Anti-Komintern, namun kelak diikuti Italia pada tahun berikutnya. Di
Tiongkok, setelah Insiden Xi'an, pasukan Kuomintang dan komunis menyetujui gencatan senjata
[28]
untuk membentuk front bersatu dan sama-sama melawan Jepang.
Sebelum perang
Invasi Italia ke Ethiopia (1935)
Artikel utama: Perang Italia-Abisinia Kedua
Perang Italia-Abisinia Kedua adalah perang kolonial singkat mulai bulan Oktober 1935 sampai Mei
1936. Perang ini terjadi antara angkatan bersenjata Kerajaan Italia (Regno d'Italia) dan angkatan
bersenjata Kekaisaran Ethiopia (juga disebut Abisinia). Perang ini berakhir dengan pendudukan
militer di Ethiopia dan aneksasinya ke koloni baru Afrika Timur Italia (Africa Orientale Italiana, atau
AOI); selain itu, perang ini membuka kelemahan Liga Bangsa-Bangsa sebagai kekuatan pelindung
perdamaian. Baik Italia dan Ethiopia adalah negara anggota, tetapi Liga ini tidak berbuat apa-apa
[29]
ketika negara pertama jelas-jelas melanggar Artikel X yang dibuat oleh Liga ini.
Alur perang
Pecah di Eropa (1939)
Serbuan Poros
Jerman menyerbu Prancis, Belgia, Belanda, dan Luksemburg pada tanggal 10 Mei 1940.
[67]
Belanda dan Belgia kewalahan menghadapi taktik blitzkrieg dalam beberapa hari dan minggu.
[68]
Jalur Maginot yang dipertahankan Prancis dan pasukan Sekutu di Belgia diakali dengan
[69]
bergerak secara mengapit melintasi hutan lebat Ardennes, yang disalahartikan oleh perencana
[70]
perang Prancis sebagai penghalang alami bagi kendaraan lapis baja.
Tentara Britania terpaksa keluar dari Eropa melalui Dunkirk, meninggalkan semua peralatan
[71]
beratnya pada awal Juni. Tanggal 10 Juni, Italia menyerbu Prancis, menyatakan perang
[72]
terhadap Prancis dan Britania Raya; dua belas hari kemudian Prancis menyerah dan langsung
[73]
dibelah menjadi zona pendudukan Jerman dan Italia, dan sebuah negara sisa yang tak diduduki
di bawah Rezim Vichy. Pada tanggal 3 Juli, Britania menyerang armada Prancis di Aljazair untuk
[74]
mencegah perebutan oleh Jerman.
Bulan Juni, pada hari-hari terakhir Pertempuran Prancis, Uni Soviet memaksa aneksasi Estonia,
[57]
Latvia, dan Lituania, lalu menganeksasi wilayah Bessarabia yang dipertentangkan Rumania.
[75][76] [77]
Sementara itu, kesesuaian politik dan kerja sama ekonomi Nazi-Soviet perlahan buntu,
[78] [79]
dan kedua negara mulai bersiap untuk perang.
Dengan Prancis dinetralkan, Jerman memulai kampanye superioritas udara atas Britania
[80]
(Pertempuran Britania) untuk mempersiapkan sebuah invasi. Kampanye ini gagal, dan rencana
[80]
invasi tersebut dibatalkan pada bulan September. Menggunakan pelabuhan-pelabuhan Prancis
yang baru dicaplok, Angkatan Laut Jerman menikmati kesuksesan melawan Angkatan Laut
[81]
Kerajaan dengan memakai kapal-U untuk menyerang kapal-kapal Britania di Atlantik. Italia
memulai operasinya di Mediterania, memulai pengepungan Malta bulan Juni, menguasai Somaliland
Britania bulan Agustus, dan menerobos wilayah Mesir Britania bulan September 1940. Jepang
meningkatkan pemblokirannya terhadap Tiongkok pada bulan September dengan merebut sejumlah
[82]
pangkalan di wilayah utara Indochina Prancis yang saat ini terisolasi.
Pertempuran Britania mengakhiri serbuan Jerman di
Eropa Barat.
Sepanjang periode ini, Amerika Serikat yang netral melakukan sejumlah hal untuk membantu
Tiongkok dan Sekutu Baratnya. Pada bulan November 1939, Undang-Undang
[83]
Netralitas diamendemen untuk memungkinkan pembelian "beli dan angkut" oleh Sekutu. Tahun
1940, setelah pencaplokan Paris oleh Jerman, ukuran Angkatan Laut Amerika Serikat meningkat
pesat dan, setelah serbuan Jepang ke Indochina, Amerika Serikat memberlakukan embargo besi,
[84]
baja, dan barang-barang mekanik terhadap Jepang. Pada bulan September, Amerika Serikat
[85]
menyetujui penukaran kapal penghancur AS dengan pangkalan Britania Raya. Tetap saja,
mayoritas rakyat Amerika Serikat menentang intervensi militer langsung apapun terhadap konflik ini
[86]
sampai tahun 1941.
Pada akhir September 1940, Pakta Tiga Pihak menyatukan Jepang, Italia, dan Jerman untuk
meresmikan Kekuatan Poros. Pakta Tiga Pihak ini menegaskan bahwa negara apapun, kecuali Uni
Soviet, yang tidak terlibat dalam perang yang menyerang Kekuatan Poros apapun akan dipaksa
[87]
berperang melawan ketiganya. Pada waktu itu, Amerika Serikat terus mendukung Britania Raya
dan Tiongkok dengan memperkenalkan kebijakan Lend-Lease yang mengizinkan pengiriman
[88]
material dan barang-barang lain dan membuat zona keamanan yang membentang hingga
separuh Samudra Atlantik agar Angkatan Laut Amerika Serikat bisa melindungi konvoi Britania.
[89]
Akibatnya, Jerman dan Amerika Serikat terlibat dalam peperangan laut di Atlantik Utara dan
[90][91]
Tengah pada Oktober 1941, bahkan meski Amerika Serikat secara resmi tetap netral.
Blok Poros meluas bulan November 1940 ketika Hongaria, Slowakia, dan Rumania bergabung
[92]
dengan Pakta Tiga Pihak ini. Rumania akan memberi kontribusi besar terhadap perang Poros
melawan Uni Soviet, sebagian untuk merebut kembali wilayah yang diserahkan kepada Soviet,
sebagian lagi demi memenuhi keinginan pemimpinnya, Ion Antonescu, untuk melawan komunisme.
[93]
Pada bulan Oktober 1940, Italia menyerbu Yunani, tetapi beberapa hari kemudian digagalkan
[94]
dan dipukul sampai Albania yang berakhir dengan kebuntuan. Bulan Desember 1940, pasukan
Persemakmuran Britania Raya memulai serangan balasan terhadap pasukan Italia di
[95]
Mesir dan Afrika Timur Italia. Pada awal 1941, dengan pasukan Italia dipukul hingga Libya oleh
Persemakmuran, Churchill memerintahkan pengerahan tentara dari Afrika untuk membantu Yunani.
[96]
Angkatan Laut Italia juga menderita kekalahan besar, dengan Angkatan Laut Kerajaan membuat
tiga kapal perang Italia tidak berfungsi melalui serangan kapal induk di Taranto, dan menetralisasi
[97]
beberapa kapal perang lain pada Pertempuran Tanjung Matapan.
Pesawat Il-2 Soviet menyerang
kolom Wehrmacht pada Pertempuran Kursk, 1 Juli 1943.
Setelah Kampanye Guadalcanal, Sekutu memulai sejumlah operasi melawan Jepang di Pasifik.
Pada bulan Mei 1943, pasukan Sekutu dikirim untuk mengusir pasukan Jepang dari Kepulauan
[180]
Aleut, dan segera memulai operasi besar untuk mengisolasi Rabaul dengan menduduki pulau-
pulau sekitarnya, dan menembus perimeter Pasifik Tengah Jepang di Kepulauan Gilbert dan
[181]
Marshall. Pada akhir Maret 1944, Sekutu menyelesaikan kedua misi ini, dan selain
itu menetralisasi pangkalan Jepang di Truk di Kepulauan Caroline. Bulan April, Sekutu melancarkan
[182]
operasi mencaplok kembali Nugini Barat.
Di Uni Soviet, baik Jerman dan Soviet menghabiskan musim semi dan awal musim panas 1943
dengan bersiap-siap untuk serangan besar di Rusia Tengah. Tanggal 4 Juli 1943,
Jerman menyerang pasukan Soviet di sekitar Kursk Bulge. Dalam satu minggu, pasukan Jerman
[183][184]
lelah menghadapi pertahanan Soviet yang sangat teratur dan, untuk pertama kalinya
dalam perang ini, Hitler membatalkan sebuah operasi sebelum memperoleh kesuksesan taktis atau
[185]
operasional. Keputusan ini sebagian dipengaruhi oleh invasi Sisilia oleh Sekutu Barat pada 9
Juli yang, bersama kegagalan-kegagalan Italia sebelumnya, berujung pada penggulingan dan
[186]
penahanan Mussolini pada akhir bulan itu.
Tanggal 12 Juli 1943, Soviet melancarkan serangan balasannya sendiri, sehingga memupuskan
harapan apapun bagi Angkatan Darat Jerman untuk memenangkan pertempuran atau buntu di
[187]
timur. Kemenangan Soviet di Kursk menandai kejatuhan superioritas Jerman dan memberi Uni
[188][189]
Soviet inisiatif di Front Timur. Jerman berusaha menstabilkan front timur mereka di
sepanjang garis Panther-Wotan yang sangat dipertahankan, namun Soviet berhasil mendobraknya
[190]
di Smolensk dan Serangan Dnieper Hilir.
Pada awal September 1943, Sekutu Barat menyerbu daratan Italia, diikuti gencatan senjata Italia
[191]
dengan Sekutu. Jerman menanggapinya dengan melumpuhkan pasukan Italia, mengambil alih
[192] [193]
kendali militer di wilayah Italia, dan membuat serangkaian garis pertahanan. Pasukan
khusus Jerman kemudian menyelamatkan Mussolini, yang kemudian mendirikan negara klien baru
[194]
di Italia dudukan Jerman bernama Republik Sosial Italia. Sekutu Barat berperang melintasi
[195]
beberapa garis hingga garis pertahanan utama Jerman pada pertengahan November.
Operasi Jerman di Atlantik juga terganggu. Pada Mei 1943, dengan efektifnya serangan balasan
Sekutu, kerugian kapal selam Jerman yang besar memaksa kampanye laut Atlantik Jerman ditunda.
[196]
Pada bulan November 1943, Franklin D. Roosevelt dan Winston Churchill bertemu
[197] [198]
dengan Chiang Kai-shek di Kairo dan Joseph Stalin di Teheran. Konferensi pertama
[197]
menentukan pengembalian teritori Jepang pascaperang, sementara yang terakhir
menghasilkan perjanjian bahwa Sekutu Barat akan menyerbu Eropa pada tahun 1944 dan Uni
[198]
Soviet akan menyatakan perang terhadap Jepang dalam tiga bulan setelah kekalahan Jerman.
Tentara Britania
menembakkan mortir pada Pertempuran Imphal, India
Timur Laut, 1944.
Sejak November 1943, selama tujuh minggu di Pertempuran Changde, Tiongkok memaksa Jepang
[199][200]
memasuki perang atrisi yang merugikan sambil menunggu bantuan Sekutu. Bulan Januari
1944, Sekutu melancarkan serangkaian serangan di Italia terhadap garis di Monte Cassino dan
[201]
berupaya menembusnya dengan mendarat di Anzio. Pada akhir Januari, serangan
[202]
besar Soviet mengusir pasukan Jerman dari wilayah Leningrad, dan mengakhiri pengepungan
paling mematikan dan terlama sepanjang sejarah.
Serangan Soviet selanjutnya terhalang di perbatasan Estonia sebelum perang oleh Grup Angkatan
Darat Utara Jerman yang dibantu penduduk Estonia yang berharap menetapkan kembali
kemerdekaan nasional mereka. Penundaan ini memperlambat operasi Soviet selanjutnya di
[203]
kawasan Laut Baltik. Pada akhir Mei 1944, Soviet berhasil membebaskan Krimea, mengusir
pasukan Poros besar-besaran dari Ukraina, dan melakukan terobosan ke teritori Rumania, yang
[204]
dipukul balik oleh pasukan Poros. Serangan Sekutu di Italia berhasil dan, dengan mengizinkan
[205]
sejumlah divisi Jerman mundur, pada tanggal 4 Juni Roma ditaklukkan.
Sekutu mengalami berbagai keberhasilan di daratan Asia. Bulan Maret 1944, Jepang melancarkan
[206]
invasi pertama dari dua rencananya, operasi melawan posisi Britania di Assam, India, dan
[207]
kemudian mengepung posisi Persemakmuran di Imphal dan Kohima. Bulan Mei 1944, pasukan
[207]
Britania melakukan serangan balasan yang mendorong tentara Jepang kembali ke Burma, dan
pasukan Tiongkok yang menyerbu Burma utara pada akhir 1943 mengepung tentara Jepang
[208]
di Myitkyina. Invasi Jepang kedua berupaya menghancurkan pasukan tempur utama Tiongkok,
melindungi jalur kereta api di antara teritori dudukan Jepang dan menduduki lapangan udara
[209]
Sekutu. Bulan Juni, Jepang telah menguasai provinsi Henan dan memulai serangan baru
[210]
terhadap Changsha di provinsi Hunan.
Pemulihan dimulai dengan reformasi mata uang di Jerman Barat pada pertengahan 1948 dan
dipercepat oleh liberalisasi kebijakan ekonomi Eropa yang dipengaruhi Rencana Marshall (1948–
[275][276]
1951) baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemulihan Jerman Barat pasca-1948
[277] [278][279]
disebut-sebut sebagai keajaiban ekonomi Jerman. Selain itu, ekonomi Italia dan
[280]
Prancis juga meroket. Kebalikannya, Britania Raya berada dalam fase kekacauan ekonomi,
[281] [282]
dan terus memburuk selama beberapa dasawarsa.
Uni Soviet, meski menderita kerugian manusia dan material yang luar biasa, juga mengalami
[283]
peningkatan pesat produksi pada masa-masa pascaperang. Jepang mengalami pertumbuhan
[284]
ekonomi pesat, menjadi salah satu ekonomi terkuat dunia pada tahun 1980-an. Tiongkok
[285]
kembali ke produksi industrinya sebelum perang pada tahun 1952.
Peta kolonisasi dunia tahun 1945. Dengan
berakhirnya perang, perang pembebasan
bangsa tercipta, berakhir dengan pembentukan
Israel dan dekolonisasi Asia dan Afrika.
Pendudukan
Artikel utama: Kolaborasi selama Perang Dunia II, Perlawanan selama Perang Dunia
II, Pendudukan Jerman di Eropa, dan Penjarahan Nazi
Apocalypse: The Second World War (2009), dokumenter Prancis enam bagian karya Daniel
Costelle dan Isabelle Clarke tentang Perang Dunia II
Battlefield, seri dokumenter yang mengudara tahun 1994–5 yang mengupas berbagai
pertempuran penting pada Perang Dunia II
BBC History of World War II, serial televisi yang mengudara sejak 1989 sampai 2005.
The World at War (1974), serial Thames Television 26 bagian yang mengulas berbagai
aspek Perang Dunia II dari sejumlah sudut pandang, termasuk wawancara dengan beberapa
figur utama seperti Karl Dönitz, Albert Speer, dan Anthony Eden.
Catatan kaki