Anda di halaman 1dari 123

Perang Dunia II

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Perang Dunia II

Searah jarum jam dari kiri atas: Pasukan Tiongkok


pada Pertempuran Wanjialing, Meriam 25-pounder Australia
pada Pertempuran El Alamein Pertama, pesawat
pengebom Stuka Jerman di Front Timur musim dingin 1943–
1944, pasukan AL Amerika Serikat di Teluk
Lingayen, Wilhelm Keitel menandatangani Instrumen
Penyerahan Diri Jerman, tentara Soviet pada Pertempuran
Stalingrad
Tanggal 1 September 1939 – 2 September 1945 (6 tahun, 1
hari)
Lokasi Eropa, Pasifik, Atlantik, Asia
Tenggara, Tiongkok, Timur
Tengah, Mediterania dan Afrika, secara
singkat Amerika Utara dan Selatan
Hasil Kemenangan Sekutu
 Pembubaran Reich Ketiga
 Pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa
 Kemunculan Amerika Serikat dan Uni
Soviet sebagai kekuatan super
 Awal Perang Dingin (lainnya...)
Pihak terlibat
Sekutu Poros
 Uni Soviet (1941–1945)[nb 1]  Nazi Jerman
 Amerika Serikat (1941–1945)  Jepang (saat perang 1937–
 Imperium Britania 1945)
 Tiongkok (saat perang 1937–1945)  Italia (1940–1943)

 Prancis[nb 2]  Hongaria (1940–1945)
 Polandia  Rumania (1941–1944)
 Kanada  Bulgaria (1941–1944)
 Australia
 Selandia Baru Pihak terlibat
 Afrika Selatan  Finlandia (1941–1944)
 Yugoslavia (1941–1945)  Thailand (1942–1945)
 Yunani (1940–1945)  Irak (1941)
 Norwegia (1940–1945)  Spanyol (1941)
 Belanda (1940–1945)
 Belgia (1940–45)
Negara klien dan boneka
 Cekoslowakia  Manchukuo
 Brasil (1942–1945)  Republik Sosial
...dan lain-lain Italia (1943–1945)
 Kroasia (1941–1945)
Negara klien dan boneka  Slowakia
 Filipina (1941–1945) ...dan lain-lain
 Mongolia (1941–1945)
...dan lain-lain
Tokoh dan pemimpin
Pemimpin Sekutu Pemimpin Poros
 Winston Churchill  Adolf Hitler
 Franklin D. Roosevelt  Hirohito
 Joseph Stalin  Benito Mussolini
 Chiang Kai-shek ...dan lain-lain
...dan lain-lain
Korban
Korban militer: Korban militer:
Lebih dari 16.000.000 Lebih dari 8.000.000
Korban sipil: Korban sipil:
Lebih dari 45.000.000 Lebih dari 4.000.000
Total korban: Total korban:
Lebih dari 61.000.000 (1937–1945) Lebih dari
...lebih lanjut 12.000.000 (1937–1945)
...lebih lanjut
Ciutkan
 l
 b
 s
Kampanye selama Perang Dunia II
Eropa
 Polandia
 Perang Phoney
 Finlandia
 Denmark & Norwegia
 Prancis & Benelux
 Britania
 Front Timur
 Eropa Barat Laut (1944–1945)
 Mediterania, Timur Tengah, dan Afrika
Asia & Pasifik
 Tiongkok
 Samudra Pasifik
 Asia Tenggara 
Pasifik Barat Daya
 Jepang
 Manchuria (1945)
Kampanye Lainnya
 Atlantik
 Pengeboman Strategis
 Amerika Utara
Perang Kontemporer
Perang Sipil Tiongkok
 Perbatasan Soviet-Jepang
 Prancis-Thailand
 Ekuador-Peru
Perang Dunia II
Indeks alfabetis
 A B C D E F G H I J K L 
M
 N O P Q R S T U V W X Y 
Z
 0–9
Navigasi

o Kampanye
o Negara
o Peralatan

o Daftar
o Garis besar
o Garis waktu

o Portal
o Kategori
o Bibliografi
 l
 b
 s
Perang Dunia II atau Perang Dunia Kedua (biasa disingkat menjadi PDII atau PD2) adalah
sebuah perang global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Perang ini
melibatkan banyak sekali negara di dunia —termasuk semua kekuatan besar—yang pada akhirnya
membentuk dua aliansi militer yang saling bertentangan: Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan
perang terluas dalam sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta orang di berbagai pasukan militer.
Dalam keadaan "perang total", negara-negara besar memaksimalkan seluruh kemampuan ekonomi,
industri, dan ilmiahnya untuk keperluan perang, sehingga menghapus perbedaan antara sumber
daya sipil dan militer. Ditandai oleh sejumlah peristiwa penting yang melibatkan kematian massal
warga sipil, termasuk Holocaust dan pemakaian senjata nuklir dalam peperangan, perang ini
memakan korban jiwa sebanyak 50 juta sampai 70 juta jiwa. Jumlah kematian ini menjadikan
[1]
Perang Dunia II konflik paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia.
Kekaisaran Jepang berusaha mendominasi Asia Timur dan sudah memulai perang dengan Republik
[2]
Tiongkok pada tahun 1937,  tetapi perang dunia secara umum pecah pada tanggal 1 September
1939 dengan invasi ke Polandia oleh Jerman yang diikuti serangkaian pernyataan perang terhadap
Jerman oleh Prancis dan Britania. Sejak akhir 1939 hingga awal 1941, dalam serangkaian
kampanye dan perjanjian, Jerman membentuk aliansi Poros bersama Italia, menguasai atau
menaklukkan sebagian besar benua Eropa. Setelah Pakta Molotov–Ribbentrop, Jerman dan Uni
Soviet berpisah dan menganeksasi wilayah negara-negara tetangganya sendiri di Eropa, termasuk
Polandia. Britania Raya, dengan imperium dan Persemakmurannya, menjadi satu-satunya kekuatan
besar Sekutu yang terus berperang melawan blok Poros, dengan mengadakan pertempuran
di Afrika Utara dan Pertempuran Atlantik. Bulan Juni 1941, Poros Eropa melancarkan invasi
terhadap Uni Soviet yang menandakan terbukanya teater perang darat terbesar sepanjang sejarah,
yang melibatkan sebagian besar pasukan militer Poros sampai akhir perang. Pada bulan Desember
1941, Jepang bergabung dengan blok Poros, menyerang Amerika Serikat dan teritori
Eropa di Samudra Pasifik, dan dengan cepat menguasai sebagian besar Pasifik Barat.
Serbuan Poros berhenti pada tahun 1942, setelah Jepang kalah dalam berbagai pertempuran laut
dan tentara Poros Eropa dikalahkan di Afrika Utara dan Stalingrad. Pada tahun 1943, melalui
serangkaian kekalahan Jerman di Eropa Timur, invasi Sekutu ke Italia, dan kemenangan Amerika
Serikat di Pasifik, Poros kehilangan inisiatif mereka dan mundur secara strategis di semua front.
Tahun 1944, Sekutu Barat menyerbu Prancis, sementara Uni Soviet merebut kembali semua teritori
yang pernah dicaplok dan menyerbu Jerman beserta sekutunya. Perang di Eropa berakhir
dengan pendudukan Berlin oleh tentara Soviet dan Polandia dan penyerahan tanpa syarat
Jerman pada tanggal 8 Mei 1945. Sepanjang 1944 dan 1945, Amerika Serikat mengalahkan
Angkatan Laut Jepang dan menduduki beberapa pulau di Pasifik Barat, menjatuhkan bom atom di
negara itu menjelang invasi ke Kepulauan Jepang. Uni Soviet kemudian mengikuti melalui negosiasi
dengan menyatakan perang terhadap Jepang dan menyerbu Manchuria. Kekaisaran Jepang
menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945, sehingga mengakhiri perang di Asia dan memperkuat
kemenangan total Sekutu atas Poros.
Perang Dunia II mengubah haluan politik dan struktur sosial dunia. Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) didirikan untuk memperkuat kerja sama internasional dan mencegah konflik-konflik
yang akan datang. Para kekuatan besar yang merupakan pemenang perang—Amerika Serikat, Uni
Soviet, Tiongkok, Britania Raya, dan Prancis—menjadi anggota tetap Dewan Keamanan
[3]
Perserikatan Bangsa-Bangsa.  Uni Soviet dan Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan super
yang saling bersaing dan mendirikan panggung Perang Dunia yang kelak bertahan selama 46 tahun
selanjutnya. Sementara itu, pengaruh kekuatan-kekuatan besar Eropa mulai melemah,
dan dekolonisasi Asia dan Afrika dimulai. Kebanyakan negara yang industrinya terkena dampak
buruk mulai menjalani pemulihan ekonomi. Integrasi politik, khususnya di Eropa, muncul sebagai
upaya untuk menstabilkan hubungan pascaperang.

Daftar isi
 1Kronologi
 2Latar belakang
 3Sebelum perang
o 3.1Invasi Italia ke Ethiopia (1935)
o 3.2Perang Saudara Spanyol (1936-39)
o 3.3Invasi Jepang ke Tiongkok (1937)
o 3.4Invasi Jepang ke Uni Soviet dan
Mongolia (1938)
o 3.5Pendudukan Eropa dan perjanjian
 4Alur perang
o 4.1Pecah di Eropa (1939)
o 4.2Serbuan Poros
o 4.3Perang global (1941)
o 4.4Kebuntuan serbuan Poros (1942)
o 4.5Sekutu menguasai medan (1943)
o 4.6Sekutu mendekat (1944)
o 4.7Poros runtuh, Sekutu menang (1945)
 5Dampak
o 5.1Korban dan kejahatan perang
o 5.2Kamp konsentrasi dan perbudakan
o 5.3Front dalam negeri dan produksi
o 5.4Pendudukan
o 5.5Kemajuan teknologi dan peperangan
 6Lihat pula
 7Catatan kaki
 8Referensi
 9Referensi
 10Pranala luar
Kronologi
Lihat pula: Garis waktu Perang Dunia II
Awal terjadinya perang umumnya disetujui pada tanggal 1 September 1939, dimulai dengan invasi
Jerman ke Polandia; Britania dan Prancis menyatakan perang terhadap Jerman dua hari kemudian.
Tanggal lain mengenai awal perang ini adalah dimulainya Perang Tiongkok-Jepang Kedua pada
[4][5]
7 Juli 1937.
Lainnya mengikuti sejarawan Britania Raya A. J. P. Taylor, yang percaya bahwa Perang Tiongkok-
Jepang dan perang di Eropa beserta koloninya terjadi bersamaan dan dua perang ini bergabung
pada tahun 1941. Artikel ini memakai penanggalan konvesional. Tanggal-tanggal awal lainnya yang
sering dipakai untuk Perang Dunia II juga meliputi invasi Italia ke Abisinia pada tanggal 3 Oktober
[6]
1935.  Sejarawan Britania Raya Antony Beevor memandang awal Perang Dunia Kedua terjadi
[7]
saat Jepang menyerbu Manchuria bulan Agustus 1939.
Tanggal pasti akhir perang juga tidak disetujui secara universal. Dari dulu disebutkan bahwa perang
berakhir saat gencatan senjata 14 Agustus 1945 (V-J Day), alih-alih penyerahan diri resmi Jepang
(2 September 1945); di sejumlah teks sejarah Eropa, perang ini berakhir pada V-E Day (8 Mei
1945). Meski begitu, Perjanjian Damai dengan Jepang baru ditandatangani pada tahun 1951,
[8] [9]
 dan dengan Jerman pada tahun 1990.

Latar belakang
Artikel utama: Penyebab Perang Dunia II
Perang Dunia I membuat perubahan besar pada peta politik, dengan kekalahan Blok Sentral,
termasuk Austria-Hongaria, Jerman, dan Kesultanan Utsmaniyah; dan perebutan kekuasaan
oleh Bolshevik di Rusia pada tahun 1917. Sementara itu, negara-negara Sekutu yang menang
seperti Prancis, Belgia, Italia, Yunani, dan Rumania memperoleh wilayah baru, dan negara-negara
baru tercipta setelah runtuhnya Austria-Hongaria, Kekaisaran Rusia, dan Kesultanan Utsmaniyah.
[10][11]
Meski muncul gerakan pasifis setelah Perang Dunia I,  kekalahan ini masih membuat
nasionalisme iredentis dan revanchis pemain utama di sejumlah negara Eropa. Iredentisme dan
revanchisme punya pengaruh kuat di Jerman karena kehilangan teritori, koloni, dan keuangan yang
besar akibat Perjanjian Versailles. Menurut perjanjian ini, Jerman kehilangan 13 persen wilayah
dalam negerinya dan seluruh koloninya di luar negeri, sementara Jerman dilarang menganeksasi
negara lain, harus membayar biaya perbaikan perang, dan membatasi ukuran dan kemampuan
[12]
angkatan bersenjata negaranya.  Pada saat yang sama, Perang Saudara Rusia berakhir dengan
[13]
terbentuknya Uni Soviet.
Kekaisaran Jerman bubar melalui Revolusi Jerman 1918–1919 dan sebuah pemerintahan
demokratis yang kemudian dikenal dengan nama Republik Weimar dibentuk. Periode antarperang
melibatkan kerusuhan antara pendukung republik baru ini dan penentang garis keras atas sayap
kanan maupun kiri. Walaupun Italia selaku sekutu Entente berhasil merebut sejumlah wilayah, kaum
nasionalis Italia marah mengetahui janji-janji Britania dan Prancis yang menjamin masuknya Italia ke
kancah perang tidak dipenuhi dengan penyelesaian damai. Sejak 1922 sampai 1925,
gerakan Fasis pimpinan Benito Mussolini berkuasa di Italia dengan agenda nasionalis, totalitarian,
dan kolaborasionis kelas yang menghapus demokrasi perwakilan, penindasan sosialis, kaum sayap
kiri dan liberal, dan mengejar kebijakan luar negeri agresif yang berusaha membawa Italia sebagai
[14]
kekuatan dunia—"Kekaisaran Romawi Baru".
Di Jerman, Partai Nazi yang dipimpin Adolf Hitler berupaya mendirikan pemerintahan fasis di
Jerman. Setelah Depresi Besar dimulai, dukungan dalam negeri untuk Nazi meningkat dan, pada
tahun 1933, Hitler ditunjuk sebagai Kanselir Jerman. Setelah kebakaran Reichstag, Hitler
[15]
menciptakan negara satu partai totalitarian yang dipimpin Partai Nazi.
Parati Kuomintang (KMT) di Tiongkok melancarkan kampanye penyatuan melawan panglima perang
regional dan secara nominal berhasil menyatukan Tiongkok pada pertengahan 1920-an, tetapi
[16]
langsung terlibat dalam perang saudara melawan bekas sekutunya yang komunis.  Pada tahun
1931, Kekaisaran Jepang yang semakin militaristik, yang sudah lama berusaha memengaruhi
[17]
Tiongkok  sebagai tahap pertama dari apa yang disebut pemerintahnya sebagai hak untuk
menguasai Asia, memakai Insiden Mukden sebagai alasan melancarkan invasi ke Manchuria dan
[18]
mendirikan negara boneka Manchukuo.
Terlalu lemah melawan Jepang, Tiongkok meminta bantuan Liga Bangsa-Bangsa. Jepang menarik
diri dari Liga Bangsa-Bangsa setelah dikecam atas tindakannya terhadap Manchuria. Kedua negara
ini kemudian bertempur di Shanghai, Rehe, dan Hebei sampai Gencatan Senjata
Tanggu ditandatangani tahun 1933. Setelah itu, pasukan sukarelawan Tiongkok melanjutkan
[19]
pemberontakan terhadap agresi Jepang di Manchuria, dan Chahar dan Suiyuan.
Benito Mussolini (kiri) dan Adolf Hitler (kanan)
Adolf Hitler, setelah upaya gagal menggulingkan pemerintah Jerman tahun 1923, menjadi Kanselir
Jerman pada tahun 1933. Ia menghapus demokrasi, menciptakan revisi orde baru radikal dan rasis,
[20]
dan segera memulai kampanye persenjataan kembali.  Sementara itu, Prancis, untuk melindungi
aliansinya, memberikan Italia kendali atas Ethiopia yang diinginkan Italia sebagai jajahan
kolonialnya. Situasi ini memburuk pada awal 1935 ketika Teritori Cekungan Saar dengan sah
bersatu kembali dengan Jerman dan Hitler menolak Perjanjian Versailles, mempercepat program
[21]
persenjataan kembalinya dan memperkenalkan wajib militer.
Berharap mencegah Jerman, Britania Raya, Prancis, dan Italia membentuk Front Stresa. Uni Soviet,
khawatir akan keinginan Jerman mencaplok wilayah luas di Eropa Timur, membuat perjanjian
bantuan bersama dengan Prancis. Sebelum diberlakukan, pakta Prancis-Soviet ini perlu melewati
[22][23]
birokrasi Liga Bangsa-Bangsa, yang pada dasarnya menjadikannya tidak berguna.  Akan
tetapi, pada bulan Juni 1935, Britania Raya membuat perjanjian laut independen dengan Jerman,
sehingga melonggarkkan batasan-batasan sebelumnya. Amerika Serikat, setelah
mempertimbangkan peristiwa yang terjadi di Eropa dan Asia, mengesahkan Undang-Undang
[24]
Netralitas pada bulan Agustus.  Pada bulan Oktober, Italia menginvasi Ethiopia, dan Jerman
adalah satu-satunya negara besar Eropa yang mendukung tindakan tersebut. Italia langsung
[25]
menarik keberatannya terhadap tindakan Jerman menganeksasi Austria.
Hitler menolak Perjanjian Versailles dan Locarno dengan meremiliterisasi Rhineland pada bulan
Maret 1936. Ia mendapat sedikit tanggapan dari kekuatan-kekuatan Eropa lainnya.
[26]
 Ketika Perang Saudara Spanyol pecah bulan Juli, Hitler dan Mussolini mendukung pasukan
Nasionalis yang fasis dan otoriter dalam perang saudara mereka melawan Republik Spanyol yang
didukung Soviet. Kedua pihak memakai konflik ini untuk menguji senjata dan metode peperangan
[27]
baru,  berakhir dengan kemenangan Nasionalis pada awal 1939. Bulan Oktober 1936, Jerman
dan Italia membentuk Poros Roma-Berlin. Sebulan kemudian, Jerman dan Jepang
menandatangani Pakta Anti-Komintern, namun kelak diikuti Italia pada tahun berikutnya. Di
Tiongkok, setelah Insiden Xi'an, pasukan Kuomintang dan komunis menyetujui gencatan senjata
[28]
untuk membentuk front bersatu dan sama-sama melawan Jepang.

Sebelum perang
Invasi Italia ke Ethiopia (1935)
Artikel utama: Perang Italia-Abisinia Kedua
Perang Italia-Abisinia Kedua adalah perang kolonial singkat mulai bulan Oktober 1935 sampai Mei
1936. Perang ini terjadi antara angkatan bersenjata Kerajaan Italia (Regno d'Italia) dan angkatan
bersenjata Kekaisaran Ethiopia (juga disebut Abisinia). Perang ini berakhir dengan pendudukan
militer di Ethiopia dan aneksasinya ke koloni baru Afrika Timur Italia (Africa Orientale Italiana, atau
AOI); selain itu, perang ini membuka kelemahan Liga Bangsa-Bangsa sebagai kekuatan pelindung
perdamaian. Baik Italia dan Ethiopia adalah negara anggota, tetapi Liga ini tidak berbuat apa-apa
[29]
ketika negara pertama jelas-jelas melanggar Artikel X yang dibuat oleh Liga ini.

Perang Saudara Spanyol (1936-39)


Reruntuhan Guernica setelah dibom.
Artikel utama: Perang Saudara Spanyol
Jerman dan Italia memberi dukungan kepada para pemberontak Nasionalis yang dipimpin
Jenderal Francisco Franco di Spanyol. Uni Soviet mendukung pemerintah yang sudah
berdiri, Republik Spanyol, yang memiliki kecenderungan sayap kiri. Baik Jerman dan Uni Soviet
memakai perang proksi ini sebagai kesempatan menguji senjata dan taktik baru
mereka. Pengeboman Guernica yang disengaja oleh Legiun Condor Jerman pada April 1937
berkontribusi pada kekhawatiran bahwa perang besar selanjutnya akan melibatkan serangan bom
[30][31]
teror besar-besaran terhadap warga sipil.

Invasi Jepang ke Tiongkok (1937)


Artikel utama: Perang Tiongkok-Jepang Kedua

Sarang senjata mesin Tiongkok pada Pertempuran


Shanghai, 1937.
Pada bulan Juli 1937, Jepang mencaplok bekas ibu kota kekaisaran Tiongkok Beijing setelah
memulai Insiden Jembatan Marco Polo, yang menjadi batu pijakan kampanye Jepang untuk
[32]
menjajah seluruh wilayah Tiongkok.  Uni Soviet segera menandatangani pakta non-agresi
dengan Tiongkok untuk memberi dukungan material yang secara efektif mengakhiri kerja sama
Tiongkok dengan Jerman sebelumnya. Generalissimo Chiang Kai-shek mengerahkan pasukan
terbaiknya untuk mempertahankan Shanghai, tetapi setelah tiga bulan bertempur, Shanghai jatuh.
Jepang terus menekan pasukan Tiongkok, mencaplok ibu kota Nanking pada Desember 1937 dan
melakukan Pembantaian Nanking.
Pada bulan Juni 1938, pasukan Tiongkok menghentikan serbuan Jepang dengan membanjiri Sungai
Kuning; manuver ini memberikan waktu bagi Tiongkok untuk mempersiapkan pertahanan di Wuhan,
[33]
namun kota ini berhasil direbut pada bulan Oktober.  Kemenangan militer Jepang gagal
menghentikan pemberontakan Tiongkok yang menjadi tujuan Jepang. Pemerintahan Tiongkok
[34]
pindah ke pedalaman di Chongqing dan melanjutkan perang.

Invasi Jepang ke Uni Soviet dan Mongolia (1938)


Lihat pula: Nanshin-ron dan Konflik perbatasan Soviet–Jepang
Pada tanggal 29 Juli 1938, Jepang menyerbu Uni Soviet dan kalah di Pertempuran Danau Khasan.
Meski pertempuran tersebut dimenangkan Soviet, Jepang menyebutnya seri dan buntu, dan pada
tanggal 11 Mei 1939, Jepang memutuskan memindahkan perbatasan Jepang-Mongolia
sampai Sungai Khalkhin Gol melalui pemaksaan. Setelah serangkaian keberhasilan awal, serangan
Jepang di Mongolia digagalkan oleh Pasukan Merah yang menandakan kekalahan besar
[35][36]
pertama Angkatan Darat Kwantung Jepang.
Pertempuran ini meyakinkan sejumlah faksi pemerintahan Jepang bahwa mereka harus fokus
berkonsiliasi dengan pemerintah Soviet demi menghindari ikut campur Soviet dalam perang
melawan Tiongkok dan mengalihkan perhatian militer mereka ke selatan, yaitu ke jajahan Amerika
Serikat dan Eropa di Pasifik, serta mencegah penggulingan pemimpin militer Soviet berpengalaman
[37]
seperti Georgy Zhukov, yang kelak memainkan peran penting dalam mempertahankan Moskwa.

Pendudukan Eropa dan perjanjian


Informasi lebih lanjut: Anschluss, Penenangan, Perjanjian Munich, Pendudukan Jerman di
Cekoslowakia dan Pakta Molotov-Ribbentrop

Dari kiri ke kanan (depan): Chamberlain, Daladier,


Hitler, Mussolini, dan Ciano sebelum menandatangani
Perjanjian Munich.
Di Eropa, Jerman dan Italia semakin keras. Pada bulan Maret 1938, Jerman menganeksasi Austria,
[38]
lagi-lagi mendapat sedikit perhatian dari kekuatan-kekuatan Eropa lainnya.  Semakin tertantang,
Hitler mulai menegaskan klaim Jerman atas Sudetenland, wilayah Cekoslowakia yang didominasi
oleh etnis Jerman; dan Prancis dan Britania segera memberikan wilayah ini ke Jerman
melalui Perjanjian Munich, yang dibuat melawan keinginan pemerintah Cekoslowakia, dengan
[39]
imbalan janji tidak meminta wilayah lagi.  Sesaat setelah perjanjian ini, Jerman dan Italia
[40]
memaksa Cekoslowakia menyerahkan wilayah tambahan ke Hongaria dan Polandia.  Pada bulan
Maret 1939, Jerman menyerbu sisa Cekoslowakia dan membelahnya menjadi Protektorat Bohemia
[41]
dan Moravia Jerman dan negara klien pro-Jerman bernama Republik Slovak.
Terkejut, ditambah Hitler menuntut Danzig, Prancis dan Britania Raya menjamin dukungan mereka
terhadap kemerdekaan Polandia; ketika Italia menguasai Albania pada bulan April 1939, jaminan
[42]
yang sama diberikan untuk Rumania dan Yunani.  Tidak lama setelah janji Prancis-Britania
[43]
kepada Polandia, Jerman dan Italia meresmikan aliansi mereka sendiri melalui Pakta Baja.
Bulan Agustus 1939, Jerman dan Uni Soviet menandatangani Pakta Molotov–Ribbentrop,
[44]
 sebuah perjanjian non-agresi dengan satu protokol rahasia. Setiap pihak memberikan haknya
satu sama lain, "andai terjadi penyusunan wilayah dan politik," terhadap "cakupan pengaruh"
(antara Polandia dan Lituania untuk Jerman, dan Polandia timur, Finlandia, Estonia, Latvia,
dan Bessarabia untuk Uni Soviet). Pakta ini juga memunculkan pertanyaan tentang
[45]
keberlangsungan kemerdekaan Polandia.

Alur perang
Pecah di Eropa (1939)

Parade umum Wehrmacht Jerman dan Pasukan


Merah Soviet pada tanggal 23 September 1939
di Brest, Polandia Timur setelah Invasi Polandia
berakhir. Di tengah adalah Mayor Jenderal Heinz
Guderian dan di kanan adalah Brigadir Semyon
Krivoshein.
Pada tanggal 1 September 1939, Jerman dan Slowakia—negara klien pada tahun 1939—
[46]
menyerang Polandia.  Tanggal 3 September, Prancis dan Britania Raya, diikuti negara-
[47]
negara Persemakmuran,  menyatakan perang terhadap Jerman, tetapi memberi sedikit
[48]
dukungan kepada Polandia ketimbang serangan kecil Prancis ke Saarland.  Britania dan Prancis
juga mulai memblokir perairan Jerman pada tanggal 3 September untuk melemahkan ekonomi dan
[49][50]
upaya perang negara ini.
Tanggal 17 September, setelah menandatangani gencatan senjata dengan Jepang, Soviet juga
[51]
menyerbu Polandia.  Wilayah Polandia terbagi antara Jerman dan Uni Soviet,
dengan Lituania dan Slowakia mendapat bagian kecil. Polandia tidak menyerah; mereka
mendirikan Negara Bawah Tanah Polandia dan Pasukan Dalam Negeri bawah tanah, dan terus
[52]
berperang bersama Sekutu di semua front di luar Polandia.
Sekitar 100.000 personel militer Polandia diungsikan ke Rumania dan negara-negara Baltik;
sebagian besar tentara tersebut kemudian berperang melawan Jerman di teater perang yang lain.
[53] [54]
 Pemecah kode Enigma Polandia juga diungsikan ke Prancis.  Pada saat itu pula, Jepang
melancarkan serangan pertamanya ke Changsha, sebuah kota Tiongkok yang strategis, tetapi
[55]
digagalkan pada akhir September.
Setelah invasi Polandia dan perjanjian Jerman-Soviet atas Lituania, Uni Soviet memaksa negara-
negara Baltik mengizinkan mereka menempatkan tentara Soviet di negara mereka atas alasan
[56][57][58]
"bantuan bersama".  Finlandia menolak permintaan wilayah dan diserang oleh Uni Soviet
[59]
pada bulan November 1939.  Konflik yang kemudian pecah berakhir pada bulan Maret 1940
[60]
dengan konsesi oleh Finlandia.  Prancis dan Britania Raya, menyebut serangan Soviet ke
Finlandia sebagai alasan memasuki kancah perang di pihak Jerman, menanggapi invasi Soviet
[58]
dengan mendukung dikeluarkannya Uni Soviet dari Liga Bangsa-Bangsa.

Tentara Jerman di Arc de Triomphe, Paris,


setelah kejatuhan Prancis tahun 1940.
Di Eropa Barat, tentara Britania dikerahkan ke benua ini, namun pada fase yang dijuluki Perang
Phoney oleh Britania dan "Sitzkrieg" (perang duduk) oleh Jerman tak satupun pihak yang
[61]
melancarkan operasi besar-besaran terhadap satu sama lain sampai April 1940.  Uni Soviet dan
Jerman membuat pakta dagang pada bulan Februari 1940, yang berarti Soviet menerima bantuan
militer dan industri dengan imbalan menyediakan bahan mentah untuk Jerman agar bisa mengakali
[62]
pemblokiran oleh Sekutu.
Pada bulan April 1940, Jerman menginvasi Denmark dan Norwegia untuk mengamankan
[63]
pengiriman bijih besi dari Swedia, yang hendak dihadang oleh Sekutu.  Denmark langsung
[64]
menyerah, dan meski dibantu Sekutu, Norwegia berhasil dikuasai dalam waktu dua bulan.  Bulan
Mei 1940, Britania menyerbu Islandia untuk mencegah kemungkinan invasi Jerman ke pulau itu.
[65]
 Ketidakpuasan Britania atas kampanye Norwegia mendorong penggantian Perdana
[66]
Menteri Neville Chamberlain dengan Winston Churchill pada tanggal 10 Mei 1940.

Serbuan Poros
Jerman menyerbu Prancis, Belgia, Belanda, dan Luksemburg pada tanggal 10 Mei 1940.
[67]
 Belanda dan Belgia kewalahan menghadapi taktik blitzkrieg dalam beberapa hari dan minggu.
[68]
 Jalur Maginot yang dipertahankan Prancis dan pasukan Sekutu di Belgia diakali dengan
[69]
bergerak secara mengapit melintasi hutan lebat Ardennes,  yang disalahartikan oleh perencana
[70]
perang Prancis sebagai penghalang alami bagi kendaraan lapis baja.
Tentara Britania terpaksa keluar dari Eropa melalui Dunkirk, meninggalkan semua peralatan
[71]
beratnya pada awal Juni.  Tanggal 10 Juni, Italia menyerbu Prancis, menyatakan perang
[72]
terhadap Prancis dan Britania Raya;  dua belas hari kemudian Prancis menyerah dan langsung
[73]
dibelah menjadi zona pendudukan Jerman dan Italia,  dan sebuah negara sisa yang tak diduduki
di bawah Rezim Vichy. Pada tanggal 3 Juli, Britania menyerang armada Prancis di Aljazair untuk
[74]
mencegah perebutan oleh Jerman.
Bulan Juni, pada hari-hari terakhir Pertempuran Prancis, Uni Soviet memaksa aneksasi Estonia,
[57]
Latvia, dan Lituania,  lalu menganeksasi wilayah Bessarabia yang dipertentangkan Rumania.
[75][76] [77]
Sementara itu, kesesuaian politik dan kerja sama ekonomi Nazi-Soviet  perlahan buntu,
[78] [79]
 dan kedua negara mulai bersiap untuk perang.
Dengan Prancis dinetralkan, Jerman memulai kampanye superioritas udara atas Britania
[80]
(Pertempuran Britania) untuk mempersiapkan sebuah invasi.  Kampanye ini gagal, dan rencana
[80]
invasi tersebut dibatalkan pada bulan September.  Menggunakan pelabuhan-pelabuhan Prancis
yang baru dicaplok, Angkatan Laut Jerman menikmati kesuksesan melawan Angkatan Laut
[81]
Kerajaan dengan memakai kapal-U untuk menyerang kapal-kapal Britania di Atlantik.  Italia
memulai operasinya di Mediterania, memulai pengepungan Malta bulan Juni, menguasai Somaliland
Britania bulan Agustus, dan menerobos wilayah Mesir Britania bulan September 1940. Jepang
meningkatkan pemblokirannya terhadap Tiongkok pada bulan September dengan merebut sejumlah
[82]
pangkalan di wilayah utara Indochina Prancis yang saat ini terisolasi.
Pertempuran Britania mengakhiri serbuan Jerman di
Eropa Barat.
Sepanjang periode ini, Amerika Serikat yang netral melakukan sejumlah hal untuk membantu
Tiongkok dan Sekutu Baratnya. Pada bulan November 1939, Undang-Undang
[83]
Netralitas diamendemen untuk memungkinkan pembelian "beli dan angkut" oleh Sekutu.  Tahun
1940, setelah pencaplokan Paris oleh Jerman, ukuran Angkatan Laut Amerika Serikat meningkat
pesat dan, setelah serbuan Jepang ke Indochina, Amerika Serikat memberlakukan embargo besi,
[84]
baja, dan barang-barang mekanik terhadap Jepang.  Pada bulan September, Amerika Serikat
[85]
menyetujui penukaran kapal penghancur AS dengan pangkalan Britania Raya.  Tetap saja,
mayoritas rakyat Amerika Serikat menentang intervensi militer langsung apapun terhadap konflik ini
[86]
sampai tahun 1941.
Pada akhir September 1940, Pakta Tiga Pihak menyatukan Jepang, Italia, dan Jerman untuk
meresmikan Kekuatan Poros. Pakta Tiga Pihak ini menegaskan bahwa negara apapun, kecuali Uni
Soviet, yang tidak terlibat dalam perang yang menyerang Kekuatan Poros apapun akan dipaksa
[87]
berperang melawan ketiganya.  Pada waktu itu, Amerika Serikat terus mendukung Britania Raya
dan Tiongkok dengan memperkenalkan kebijakan Lend-Lease yang mengizinkan pengiriman
[88]
material dan barang-barang lain  dan membuat zona keamanan yang membentang hingga
separuh Samudra Atlantik agar Angkatan Laut Amerika Serikat bisa melindungi konvoi Britania.
[89]
 Akibatnya, Jerman dan Amerika Serikat terlibat dalam peperangan laut di Atlantik Utara dan
[90][91]
Tengah pada Oktober 1941, bahkan meski Amerika Serikat secara resmi tetap netral.
Blok Poros meluas bulan November 1940 ketika Hongaria, Slowakia, dan Rumania bergabung
[92]
dengan Pakta Tiga Pihak ini.  Rumania akan memberi kontribusi besar terhadap perang Poros
melawan Uni Soviet, sebagian untuk merebut kembali wilayah yang diserahkan kepada Soviet,
sebagian lagi demi memenuhi keinginan pemimpinnya, Ion Antonescu, untuk melawan komunisme.
[93]
 Pada bulan Oktober 1940, Italia menyerbu Yunani, tetapi beberapa hari kemudian digagalkan
[94]
dan dipukul sampai Albania yang berakhir dengan kebuntuan.  Bulan Desember 1940, pasukan
Persemakmuran Britania Raya memulai serangan balasan terhadap pasukan Italia di
[95]
Mesir dan Afrika Timur Italia.  Pada awal 1941, dengan pasukan Italia dipukul hingga Libya oleh
Persemakmuran, Churchill memerintahkan pengerahan tentara dari Afrika untuk membantu Yunani.
[96]
 Angkatan Laut Italia juga menderita kekalahan besar, dengan Angkatan Laut Kerajaan membuat
tiga kapal perang Italia tidak berfungsi melalui serangan kapal induk di Taranto, dan menetralisasi
[97]
beberapa kapal perang lain pada Pertempuran Tanjung Matapan.

Tentara penerjun Jerman menyerbu pulau Kreta,


Yunani, Mei 1941.
Jerman segera turun tangan untuk membantu Italia. Hitler mengirimkan pasukan Jerman ke
Libya pada bulan Februari, dan pada akhir Maret mereka melancarkan serangan terhadap pasukan
[98]
Persemakmuran yang semakin sedikit.  Dalam kurun sebulan, pasukan Persemakmuran dipukul
mundur ke Mesir dengan pengecualian pelabuhan Tobruk yang dikepung.
[99]
 Persemakmuran berupaya mengusir pasukan Poros pada bulan Mei dan lagi pada bulan Juni,
[100]
tetapi keduanya gagal.  Pada awal April, setelah penandatanganan Pakta Tiga Pihak
oleh Bulgaria, Jerman turun tangan di Balkan dengan menyerbu Yunani dan Yugoslavia setelah
terjadi kudeta; di sini mereka membuat kemajuan besar, sehingga memaksa Sekutu pindah setelah
[101]
Jerman menguasai pulau Kreta, Yunani pada akhir Mei.
Sekutu sempat beberapa kali berhasil pada saat itu. Di Timur Tengah, pasukan Persemakmuran
pertama menggagalkan kudeta di Irak yang dibantu pesawat Jerman dari pangkalan-pangkalan
[102]
di Suriah Vichy,  kemudian dengan bantuan Prancis Merdeka, menyerbu Suriah dan
[103]
Lebanon untuk mencegah peristiwa seperti itu lagi.  Di Atlantik, Britania berhasil menaikkan
[104]
moral publik dengan menenggelamkan kapal perang Jerman  Bismarck.  Mungkin yang
terpenting adalah pada Pertempuran Britania, Angkatan Udara Kerajaan berhasil bertahan dari
[105]
serangan Luftwaffe dan kampanye pengeboman Jerman yang berakhir bulan Mei 1941.
Di Asia, meski sejumlah serangan dari kedua pihak, perang antara Tiongkok dan Jepang buntu
pada tahun 1940. Demi meningkatkan tekanan terhadap Tiongkok dengan memblokir rute-rute
suplai, dan untuk memosisikan pasukan Jepang dengan tepat andai pecah perang dengan negara-
[106]
negara Barat, Jepang merebut kendali militer di Indochina selatan  Pada Agustus 1940, kaum
komunis Tiongkok melancarkan serangan di Tiongkok Tengah; sebagai balasan, Jepang
menerapkan kebijakan keras (Kebijakan Serba Tiga) di daerah-daerah pendudukan untuk
[107]
mengurangi sumber daya manusia dan bahan mentah untuk pasukan komunis.  Antipati yang
terus berlanjut antara pasukan komunis dan nasionalis Tiongkok memuncak pada pertempuran
[108]
bersenjata pada bulan Januari 1941, secara efektif mengakhiri kerja sama mereka.
Dengan stabilnya situasi di Eropa dan Asia, Jerman, Jepang, dan Uni Soviet mempersiapkan diri.
Dengan kekhawatiran Soviet terhadap meningkatnya ketegangan dengan Jerman dan rencana
Jepang untuk memanfaatkan Perang Eropa dengan merebut jajahan Eropa yang kaya sumber daya
alam di Asia Tenggara, kedua kekuatan ini menandatangani Pakta Netralitas Soviet–Jepang pada
[109]
bulan April 1941.  Kebalikannya, Jerman bersiap-siap menyerang Uni Soviet dengan
[110]
menempatkan pasukan dalam jumlah besar di perbatasan Soviet.

Perang global (1941)

Infanteri dan kendaraan lapis baja Jerman melawan


pasukan Soviet di jalanan Kharkov, Oktober 1941.
Pada tanggal 22 Juni 1941, Jerman, bersama anggota Poros Eropa lainnya dan Finlandia,
menyerbu Uni Soviet dalam Operasi Barbarossa. Target utama serangan kejutan
[111]
ini  adalah kawasan Baltik, Moskwa dan Ukraina dengan tujuan utama mengakhiri kampanye
1941 dekat jalur Arkhangelsk-Astrakhan yang menghubungkan Laut Kaspia dan Laut Putih. Tujuan
Hitler adalah menghancurkan Uni Soviet sebagai sebuah kekuatan militer, menghapus komunisme,
[112] [113]
menciptakan Lebensraum ("ruang hidup")  dengan memiskinkan penduduk asli  dan
menjamin akses ke sumber daya strategis yang diperlukan untuk mengalahkan musuh-musuh
[114]
Jerman yang tersisa.
Meski Angkatan Darat Merah mempersiapkan serangan balasan strategis sebelum perang,
[115]
 Barbarossa memaksa komando tertinggi Soviet mengadopsi pertahanan strategis. Sepanjang
musim panas, Poros berhasil menerobos jauh ke dalam wilayah Soviet, mengakibatkan kerugian
besar dalam hal personel dan material. Pada pertengahan Agustus, Komando Tinggi Angkatan
Darat Jerman memutuskan menunda serangan oleh Army Group Centre yang kecil dan
mengalihkan Satuan Panzer ke-2 untuk membantu tentara yang maju melintasi Ukraina tengah dan
[116]
Leningrad.  Serangan Kiev sukses besar dan berakhir dengan pengepungan dan penghancuran
empat unit pasukan Soviet, serta memungkinkan pergerakan lebih lanjut di Krimea dan Ukraina
Timur yang industrinya maju (Pertempuran Kharkov Pertama).Sayangnya, pembagian kekuatan ini
membuat momentum serangan ke Moscow hilang, dan Sovyet memiliki waktu untuk memperkuat
[117]
diri.

Serangan balasan Soviet pada pertempuran Moskwa,


Desember 1941.
Pengalihan tiga per empat pasukan Poros dan sebagian besar angkatan udaranya dari Prancis dan
[118]
Mediterania tengah ke Front Timur  membuat Britania mempertimbangkan kembali strategi
[119]
besarnya.  Pada bulan Juli, Britania Raya dan Uni Soviet membentuk aliansi militer melawan
[120]
Jerman  Britania dan Soviet menyerbu Iran untuk melindungi Koridor Persia dan ladang
[121]
minyak Iran.  Bulan Agustus, Britania Raya dan Amerika Serikat bersama-sama
[122]
meresmikan Piagam Atlantik.
Pada bulan Oktober, ketika tujuan operasional Poros di Ukraina dan Baltik tercapai, dengan
[123] [124]
pengepungan Leningrad  dan Sevastopol yang masih berlanjut,  sebuah serangan besar ke
Moskwa dilancarkan kembali. Setelah dua bulan bertempur sengit, pasukan Jerman hampir
[125]
mencapai pinggiran terluar Moskwa, tempat tentara-tentaranya yang lelah  terpaksa menunda
[126]
serangan mereka.  Pencaplokan teritorial besar dilakukan oleh pasukan Poros, tetapi kampanye
mereka gagal mencapai tujuan utamanya: dua kota utama masih dikuasai Soviet, kemampuan
memberontak Soviet gagal dipadamkan, dan Uni Soviet mempertahankan banyak sekali potensi
[127]
militernya. Fase blitzkrieg perang di Eropa telah berakhir.
Animasi Teater Eropa PDII.
[128]
Pada awal Desember, pasukan cadangan yang baru dimobilisasi  memungkinkan Soviet
[129]
menyamakan jumlah tentaranya dengan Poros.  Hal ini, bersama data intelijen yang
menetapkan jumlah minimum tentara Soviet di Timur yang cukup untuk mencegah serangan apapun
[130]
oleh Angkatan Darat Kwantung Jepang,  memungkinkan Soviet memulai serangan balasan
massal yang dimulai tanggal 5 Desember di front sepanjang 1000 kilometer (620 mi) dan mendesak
[131]
tentara Jerman mundur 100–250 kilometer (62–155 mi) ke barat.
Keberhasilan Jerman di Eropa menggugah Jerman untuk meningkatkan tekanannya terhadap
pemerintah-pemerintah Eropa di Asia Tenggara. Pemerintah Belanda setuju menyediakan minyak
untuk Jepang dari Hindia Timur Belanda, namun menolak menyerahkan kendali politik atas
koloninya. Prancis Vichy, sebaliknya, menyetujui pendudukan Jepang di Indochina Prancis.
[132]
 Pada bulan Juli 1941, Amerika Serikat, Britania Raya, dan pemerintah Barat lainnya bereaksi
terhadap pendudukan Indochina dengan membekukan aset-aset Jepang, sementara Amerika
[133]
Serikat (yang menyediakan 80 persen minyak Jepang ) merespon dengan menerapkan
[134]
embargo minyak secara penuh.  Ini berarti Jepang terpaksa memilih antara mengabaikan
ambisinya di Asia dan perang melawan Tiongkok, atau merebut sumber daya alam yang diperlukan
melalui kekuatan; militer Jepang tidak menganggap yang pertama sebagai pilihan, dan banyak
[135]
pejabat menganggap embargo minyak sebagai pernyataan perang tidak langsung.
Jepang berencana merebut koloni-koloni Eropa di Asia dengan cepat untuk menciptakan perimeter
defensif besar yang membentang hingga Pasifik Tengah; Jepang kemudian bebas mengeksploitasi
sumber daya di Asia Tenggara sambil menyibukkan Sekutu dengan melancarkan perang defensif.
[136]
 Untuk mencegah intervensi Amerika Serikat sambil mengamankan perimeter, Jepang
[137]
berencana menetralisasi Armada Pasifik Amerika Serikat dari kancah perang.  Pada tanggal 7
Desember (8 Desember di Asia) 1941, Jepang menyerang aset-aset Britania dan Amerika Serikat
[138]
dengan serangan di Asia Tenggara dan Pasifik Tengah secara nyaris bersamaan.  Peristiwa ini
meliputi serangan ke armada Amerika Serikat di Pearl Harbor, pendaratan di Thailand dan
[138]
Malaya  dan pertempuran Hong Kong.
Kejatuhan Singapura pada Februari 1942
mengakibatkan 80.000 tentara Sekutu ditangkap dan
diperbudak oleh Jepang.
Serangan-serangan ini mendorong Amerika Serikat, Britania Raya, Tiongkok, Australia, dan
beberapa negara lain secara resmi menyatakan perang terhadap Jepang, sementara Uni Soviet,
karena sedang terlibat dalam perang besar-besaran dengan blok Poros Eropa, memilih untuk tetap
[139][140]
netral dengan Jepang.  Jerman dan negara-negara Poros menanggapi dengan menyatakan
perang terhadap Amerika Serikat. Pada bulan Januari, Empat Besar (Amerika Serikat, Britania
[141]
Raya, Uni Soviet, Tiongkok) , dan 22 pemerintahan kecil atau terasingkan
mengeluarkan Deklarasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, sehingga memperkuat Piagam Atlantik,
[142]
 dan melakukan kewajiban untuk tidak menandatangani perjanjian damai terpisah dengan
negara-negara Poros. Sejak 1941, Stalin terus meminta Churchill, dan kemudian Roosevelt, untuk
[143]
membuka 'front kedua' di Prancis.  Front Timur menjadi teater perang besar di Eropa dan jumlah
korban Soviet yang berjumlah jutaan menciutkan jumlah korban Sekutu Barat yang hanya ratusan
ribu orang; Churchill dan Roosevelt mengatakan mereka butuh lebih banyak waktu untuk persiapan,
sehingga memunculkan klaim bahwa mereka sengaja buntu untuk menyelamatkan orang-orang
[144]
Barat dengan mengorbankan orang-orang Soviet.
Sementara itu, pada akhir April 1942, Jepang dan sekutunya Thailand hampir menguasai
[145]
seluruh Burma, Malaya, Hindia Timur Belanda, Singapura,  dan Rabaul, sehingga menambah
kerugian bagi tentara Sekutu dan banyak di antara mereka yang ditawan. Meski memberontak
habis-habisan di Corregidor, Filipina akhirnya ditaklukkan pada bulan Mei 1942 dan memaksa
[146]
pemerintah Persemakmuran Filipina mengasingkan diri.  Pasukan Jepang juga memenangkan
[147]
pertempuran laut di Laut Tiongkok Selatan, Laut Jawa, dan Samudra Hindia,  dan mengebom
pangkalan laut Sekutu di Darwin, Australia. Satu-satunya kesuksesan sejati Sekutu melawan
[148]
Jepang adalah kemenangan Tiongkok di Changsha pada awal Januari 1942.  Kemenangan-
kemenangan mudah atas lawan yang tidak punya persiapan ini membuat Jepang terlalu percaya diri
[149]
dan berlebihan.
Jerman juga mewujudkan inisiatifnya. Dengan mengeksploitasi keputusan komando laut Amerika
Serikat yang ragu-ragu, Angkatan Laut Jerman mengacaukan jalur kapal Sekutu di lepas pesisir
[150]
Atlantik Amerika Serikat.  Meski kalah besar, anggota Poros Eropa menghentikan serbuan
Soviet di Rusia Tengah dan Selatan, sehingga melindungi sebagian besar jajahan yang mereka
[151]
peroleh pada tahun sebelumnya.  Di Afrika Utara, Jerman melancarkan sebuah serangan pada
bulan Januari yang memukul Britania kembali ke posisinya di Garis Gazala pada awal Februari,
[152]
 diikuti oleh meredanya pertempuran untuk sementara yang dimanfaatkan Jerman untuk
[153]
mempersiapkan serangan mereka selanjutnya.

Kebuntuan serbuan Poros (1942)

Pengebom tukik Amerika


Serikat memerangi Mikuma pada Pertempuran Midway,
Juni 1942.
Pada awal Mei 1942, Jepang memulai operasi untuk menduduki Port Moresby dengan serangan
amfibi dan memutuskan komunikasi dan jalur suplai antara Amerika Serikat dan Australia. Akan
tetapi, Sekutu berhasil mencegah invasi ini dengan mencegat dan mengalahkan pasukan laut
[154]
Jepang pada Pertempuran Laut Koral.  Rencana Jepang selanjutnya, termotivasi oleh Serangan
Doolittle sebelumnya, adalah merebut Atol Midway dan memancing kapal induk Amerika Serikat ke
kancah perang untuk dihancurkan; sebagai aksi pengalihan, Jepang juga mengirimkan pasukan
[155]
untuk menduduki Kepulauan Aleut di Alaska.  Pada awal Juni, Jepang melaksanakan
operasinya, tetapi Amerika Serikat, setelah berhasil memecahkan kode laut Jepang pada akhir Mei,
mengetahui semua rencana dan pemindahan pasukan mereka dan memakai pengetahuan ini
[156]
untuk memperoleh kemenangan telak di Midway atas Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.
Dengan kapasitasnya untuk bertindak secara agresif hilang akibat Pertempuran Midway, Jepang
memilih fokus pada upaya menduduki Port Moresby melalui kampanye darat di Teritori Papua.
[157]
 Amerika Serikat merencanakan serangan balasan terhadap posisi Jepang di
selatan Kepulauan Solomon, terutama Guadalcanal, sebagai tahap pertama menduduki Rabaul,
[158]
pangkalan utama Jepang di Asia Tenggara.
Kedua rencana ini dimulai bulan Juli, namun pada pertengahan September, Pertempuran
Guadalcanal dimenangkan Jepang, dan tentara-tentara di Nugini diperintahkan mundur dari Port
Moresby ke bagian utara pulau, tempat mereka menghadapi tentara Australia dan Amerika Serikat
[159]
dalam Pertempuran Buna-Gona.  Guadalcanal segera menjadi titik fokus bagi kedua pihak
dengan komitmen besar tentara dan kapal dalam pertempuran Guadalcanal. Pada awal 1943,
[160]
Jepang dikalahkan di pulau ini dan menarik tentara mereka.  Di Burma, pasukan
Persemakmuran melancarkan dua operasi. Pertama, ofensif ke wilayah Arakan pada akhir 1942
[161]
gagal dan memaksa pasukan mundur ke India bulan Mei 1943.  Kedua, penyisipan pasukan
ireguler ke belakang garis depan Jepang bulan Februari yang, pada akhir April, memperoleh hasil
[162]
yang diragukan.

Tentara Soviet menyerang sebuah rumah


pada Pertempuran Stalingrad, 1943.
Di front timur Jerman, pasukan Poros mematahkan serangan Soviet di Semenanjung
[163]
Kerch dan Kharkov,  dan kemudian melancarkan serangan musim panas utamanya terhadap
Rusia Selatan pada bulan Juni 1942 untuk menguasai ladang minyak di Kaukasus dan
menduduki stepa Kuban, sementara mempertahankan posisi di wilayah front sebelah utara dan
tengah. Jerman membagi Grup Angkatan Darat Selatan menjadi dua grup: Grup Angkatan Darat
A bergerak ke Sungai Don, sementara Grup Angkatan Darat B bergerak ke sebelah tenggara
[164]
Kaukasus menuju Sungai Volga.  Soviet memutuskan bertahan di Stalingrad yang berada di
jalur pergerakan pasukan Jerman.
Pada pertengahan November, Jerman hampir berhasil menduduki Stalingrad dalam pertempuran
jalanan saat Soviet memulai serangan balasan musim dingin keduanya, dimulai dengan mengepung
[165]
pasukan Jerman di Stalingrad  dan serangan ke unggulan Rzhev dekat Moskwa, meski upaya
[166]
terakhir gagal besar.  Pada awal Februari 1943, Angkatan Darat Jerman menderita kekalahan
[167]
besar; tentara Jerman di Stalingrad dipaksa menyerah  dan garis depan dimundurkan hingga
posisinya sebelum serangan musim panas. Pada pertengahan Februari, setelah desakan Soviet
meruncing, Jerman melancarkan serangan lain ke Kharkov dan membentuk unggulan baru di garis
[168]
depan mereka di sekitar kota Kursk, Rusia.
Tank Crusader Britania bergerak ke posisi depan
pada Kampanye Afrika Utara.
Pada bulan November 1941, pasukan Persemakmuran mengadakan serangan balasan, Operasi
Crusader, di Afrika Utara dan mengklaim kembali semua wilayah yang direbut Jerman dan Italia.
[169]
 Di Barat, kekhawatiran bahwa Jepang mungkin memakai pangkalan di Madagaskar Vichy
[170]
mendorong Britania menyerbu pulau ini pada awal Mei 1942.  Kesuksesan ini tidak bertahan
lama setelah Poros berhasil memukul Sekutu kembali ke Mesir dalam serangan di Libya sampai
[171]
pasukan Poros dihentikan di El Alamein.  Di Eropa, serangan komando Sekutu terhadap target-
[172]
target strategis, berakhir dengan Serangan Dieppe yang menghancurkan,  menunjukkan
ketidakmampuan Sekutu Barat untuk melancarkan invasi ke daratan Eropa tanpa persiapan,
[173]
perlengkapan, dan keamanan operasional yang lebih baik.
Pada bulan Agustus 1942, Sekutu sukses mematahkan serangan kedua terhadap El
[174]
Alamein  dan, dengan banyak korban, berupaya mengirimkan suplai ke Malta yang sedang
[175]
dikepung.  Beberapa bulan kemudian, Sekutu melancarkan serangan di Mesir, memecah
[176]
pasukan Poros dan mendorong mereka ke barat melintasi Libya.  Serangan ini tidak lama
kemudian dilanjutkan dengan invasi Inggris-Amerika Serikat ke Afrika Utara Prancis, yang berakhir
[177]
dengan bergabungnya wilayah ini dengan Sekutu.  Hitler menanggapi pendudukan koloni
[177]
Prancis ini dengan memerintahkan pendudukan Prancis Vichy;  meski pasukan Vichy sendiri
tidak melawan pelanggaran gencatan senjata ini, mereka berusaha menenggelamkan armadanya
[178]
sendiri agar tidak direbut pasukan Jerman.  Pasukan Poros yang sekarang kewalahan di Afrika
[179]
mundur hingga Tunisia, yang kemudian dikuasai Sekutu pada bulan 1943.

Sekutu menguasai medan (1943)

Generalissimo Chiang Kai-shek, Franklin D. Roosevelt,


dan Winston Churchill bertemu di Konferensi Kairo tahun
1943 semasa Perang Dunia II.
Video lama memperlihatkan pengeboman Hamburg oleh
Sekutu.

Pesawat Il-2 Soviet menyerang
kolom Wehrmacht pada Pertempuran Kursk, 1 Juli 1943.
Setelah Kampanye Guadalcanal, Sekutu memulai sejumlah operasi melawan Jepang di Pasifik.
Pada bulan Mei 1943, pasukan Sekutu dikirim untuk mengusir pasukan Jepang dari Kepulauan
[180]
Aleut,  dan segera memulai operasi besar untuk mengisolasi Rabaul dengan menduduki pulau-
pulau sekitarnya, dan menembus perimeter Pasifik Tengah Jepang di Kepulauan Gilbert dan
[181]
Marshall.  Pada akhir Maret 1944, Sekutu menyelesaikan kedua misi ini, dan selain
itu menetralisasi pangkalan Jepang di Truk di Kepulauan Caroline. Bulan April, Sekutu melancarkan
[182]
operasi mencaplok kembali Nugini Barat.
Di Uni Soviet, baik Jerman dan Soviet menghabiskan musim semi dan awal musim panas 1943
dengan bersiap-siap untuk serangan besar di Rusia Tengah. Tanggal 4 Juli 1943,
Jerman menyerang pasukan Soviet di sekitar Kursk Bulge. Dalam satu minggu, pasukan Jerman
[183][184]
lelah menghadapi pertahanan Soviet yang sangat teratur  dan, untuk pertama kalinya
dalam perang ini, Hitler membatalkan sebuah operasi sebelum memperoleh kesuksesan taktis atau
[185]
operasional.  Keputusan ini sebagian dipengaruhi oleh invasi Sisilia oleh Sekutu Barat pada 9
Juli yang, bersama kegagalan-kegagalan Italia sebelumnya, berujung pada penggulingan dan
[186]
penahanan Mussolini pada akhir bulan itu.
Tanggal 12 Juli 1943, Soviet melancarkan serangan balasannya sendiri, sehingga memupuskan
harapan apapun bagi Angkatan Darat Jerman untuk memenangkan pertempuran atau buntu di
[187]
timur. Kemenangan Soviet di Kursk menandai kejatuhan superioritas Jerman  dan memberi Uni
[188][189]
Soviet inisiatif di Front Timur.  Jerman berusaha menstabilkan front timur mereka di
sepanjang garis Panther-Wotan yang sangat dipertahankan, namun Soviet berhasil mendobraknya
[190]
di Smolensk dan Serangan Dnieper Hilir.
Pada awal September 1943, Sekutu Barat menyerbu daratan Italia, diikuti gencatan senjata Italia
[191]
dengan Sekutu.  Jerman menanggapinya dengan melumpuhkan pasukan Italia, mengambil alih
[192] [193]
kendali militer di wilayah Italia,  dan membuat serangkaian garis pertahanan.  Pasukan
khusus Jerman kemudian menyelamatkan Mussolini, yang kemudian mendirikan negara klien baru
[194]
di Italia dudukan Jerman bernama Republik Sosial Italia.  Sekutu Barat berperang melintasi
[195]
beberapa garis hingga garis pertahanan utama Jerman pada pertengahan November.
Operasi Jerman di Atlantik juga terganggu. Pada Mei 1943, dengan efektifnya serangan balasan
Sekutu, kerugian kapal selam Jerman yang besar memaksa kampanye laut Atlantik Jerman ditunda.
[196]
 Pada bulan November 1943, Franklin D. Roosevelt dan Winston Churchill bertemu
[197] [198]
dengan Chiang Kai-shek di Kairo  dan Joseph Stalin di Teheran.  Konferensi pertama
[197]
menentukan pengembalian teritori Jepang pascaperang,  sementara yang terakhir
menghasilkan perjanjian bahwa Sekutu Barat akan menyerbu Eropa pada tahun 1944 dan Uni
[198]
Soviet akan menyatakan perang terhadap Jepang dalam tiga bulan setelah kekalahan Jerman.

Tentara Britania
menembakkan mortir pada Pertempuran Imphal, India
Timur Laut, 1944.
Sejak November 1943, selama tujuh minggu di Pertempuran Changde, Tiongkok memaksa Jepang
[199][200]
memasuki perang atrisi yang merugikan sambil menunggu bantuan Sekutu.  Bulan Januari
1944, Sekutu melancarkan serangkaian serangan di Italia terhadap garis di Monte Cassino dan
[201]
berupaya menembusnya dengan mendarat di Anzio.  Pada akhir Januari, serangan
[202]
besar Soviet mengusir pasukan Jerman dari wilayah Leningrad,  dan mengakhiri pengepungan
paling mematikan dan terlama sepanjang sejarah.
Serangan Soviet selanjutnya terhalang di perbatasan Estonia sebelum perang oleh Grup Angkatan
Darat Utara Jerman yang dibantu penduduk Estonia yang berharap menetapkan kembali
kemerdekaan nasional mereka. Penundaan ini memperlambat operasi Soviet selanjutnya di
[203]
kawasan Laut Baltik.  Pada akhir Mei 1944, Soviet berhasil membebaskan Krimea, mengusir
pasukan Poros besar-besaran dari Ukraina, dan melakukan terobosan ke teritori Rumania, yang
[204]
dipukul balik oleh pasukan Poros.  Serangan Sekutu di Italia berhasil dan, dengan mengizinkan
[205]
sejumlah divisi Jerman mundur, pada tanggal 4 Juni Roma ditaklukkan.
Sekutu mengalami berbagai keberhasilan di daratan Asia. Bulan Maret 1944, Jepang melancarkan
[206]
invasi pertama dari dua rencananya, operasi melawan posisi Britania di Assam, India,  dan
[207]
kemudian mengepung posisi Persemakmuran di Imphal dan Kohima.  Bulan Mei 1944, pasukan
[207]
Britania melakukan serangan balasan yang mendorong tentara Jepang kembali ke Burma,  dan
pasukan Tiongkok yang menyerbu Burma utara pada akhir 1943 mengepung tentara Jepang
[208]
di Myitkyina.  Invasi Jepang kedua berupaya menghancurkan pasukan tempur utama Tiongkok,
melindungi jalur kereta api di antara teritori dudukan Jepang dan menduduki lapangan udara
[209]
Sekutu.  Bulan Juni, Jepang telah menguasai provinsi Henan dan memulai serangan baru
[210]
terhadap Changsha di provinsi Hunan.

Sekutu mendekat (1944)

Invasi Normandia oleh Sekutu, 6 Juni 1944

Personil dan perlengkapan Pasukan Merah melintasi


sungai saat musim panas utara 1944
[144]
Pada tanggal 6 Juni 1944 (dikenal sebagai D-Day), setelah tiga tahun ditekan Soviet,  Sekutu
Barat menyerbu Prancis Utara. Setelah menyusun kembali beberapa divisi Sekutu dari Italia,
[211]
mereka juga menyerang Prancis Selatan.  Semua pendaratan ini berhasil dan berakhir dengan
kekalahan unit Angkatan Darat Jerman di Prancis. Paris dibebaskan oleh pemberontak lokal yang
[212]
dibantu Pasukan Prancis Merdeka pada tanggal 25 Agustus  dan Sekutu Barat terus memukul
pasukan Jerman di Eropa Timur sepanjang paruh terakhir tahun ini. Sebuah upaya bergerak maju
melintasi Jerman Utara yang diawali dengan operasi udara besar-besaran di Belanda tidak berhasil.
[213]
 Setelah itu, Sekutu Barat pelan-pelan masuk wilayah Jerman, namun gagal menyeberangi
Sungai Rur dalam serangan besar. Di Italia, serbuan Sekutu juga terhambat saat mereka
melintasi garis pertahanan besar Jerman terakhir.
Pada tanggal 22 Juni, Soviet mengadakan serangan strategis di Belarus ("Operasi Bagration") yang
[214]
berakhir dengan nyaris kehancuran total Pusat Grup Angkatan Darat Jerman.  Tidak lama
selepas itu, serangan strategis Soviet lainnya mengusir tentara Jerman dari Ukraina Barat dan
Polandia Timur. Pergerakan Soviet sukses memaksa pasukan pemberontak di Polandia memulai
sejumlah pemberontakan, meski yang terbesar di Warsawa, serta Pemberontakan Slowakia di
[215]
selatan, tidak dibantu Soviet dan dipadamkan oleh pasukan Jerman.  Serangan strategis
Pasukan Merah di Rumania timur memecah belah dan menghancurkan pasukan Jerman di
sana sekaligus berhasil menggulingkan pemerintahan di Rumania dan Bulgaria, diikuti dengan
[216]
memihaknya negara-negara tersebut ke Sekutu.

Milisi Polandia pada Pemberontakan Warsawa yang


menewaskan 200.000 warga sipil.
Pada bulan September 1944, tentara Angkatan Darat Merah Soviet melaju hingga Yugoslavia dan
memaksa penarikan cepat Grup Angkatan Darat Jerman E dan F di Yunani, Albania, dan
[217]
Yugoslavia untuk menyelamatkan mereka dari kehancuran.  Pada saat ini, Partisan Komunis
pimpinan Marsekal Josip Broz Tito, yang memulai kampanye gerilya sukses melawan pendudukan
sejak 1941, menguasai sebagian besar teritori Yugoslavia dan terlibat dalam menunda serangan
terhadap pasukan Jerman di selatan. Di Serbia utara, Pasukan Merah, dengan bantuan terbatas
dari pasukan Bulgaria, membantu Partisan dalam pembebasan bersama ibu kota Belgrade tanggal
20 Oktober. Beberapa hari kemudian, Soviet melancarkan serangan massal terhadap Hongaria
dudukan Jerman yang berlangsung sampai jatuhnya Budapest pada bulan Februari 1945.
[218]
 Kebalikan dengan kemenangan impresif Soviet di Balkan, pemberontakan
Finlandia terhadap serangan Soviet di Tanah Genting Karelia menggagalkan pendudukan Soviet di
Finlandia dan berakhir dengan penandatanganan gencatan senjata Soviet-Finlandia pada kondisi
[219][220]
relatif kondusif,  disertai memihaknya Finlandia ke Sekutu.
Pada awal Juli, pasukan Persemakmuran di Asia Tenggara menggagalkan pengepungan Jepang di
[221]
Assam, memukul pasukannya kembali hingga Sungai Chindwin  sementara Tiongkok
mencaplok Myitkyina. Di Tiongkok, Jepang menuai kesuksesan besar, berhasil mencaplok
[222]
Changsha pada pertengahan Juni dan kota Hengyang pada awal Agustus.  Selepas itu, mereka
menyerbu provinsi Guangxi, memenangkan pertempuran besar melawan pasukan Tiongkok
[223]
di Guilin dan Liuzhou pada akhir November  dan berhasil menyatukan pasukan mereka di
[224]
Tiongkok dan Indochina pada pertengahan Desember.
Di Pasifik, pasukan Amerika Serikat terus menekan mundur perimeter Jepang. Pada pertengahan
Juni 1944, mereka memulai serangan ke Kepulauan Mariana dan Palau, dan dengan telak
mengalahkan pasukan Jepang pada Pertempuran Laut Filipina. Kekalahan-kekalahan ini memaksa
Perdana Menteri Jepang Tōjō mengundurkan diri dan memberi Amerika Serikat keunggulan atas
pangkalan udara baru untuk melancarkan serangan bom besar-besaran di kepulauan utama
Jepang. Pada akhir Oktober, pasukan Amerika Serikat menyerbu pulau Leyte, Filipina; tidak lama
kemudian, angkatan laut Sekutu mencetak kemenangan besar pada Pertempuran Teluk Leyte,
[225]
salah satu pertempuran laut terbesar sepanjang sejarah.

Poros runtuh, Sekutu menang (1945)


Tanggal 16 Desember 1944, Jerman mengupayakan kesuksesan terakhirnya di Front Barat dengan
mengerahkan sisa-sisa pasukan cadangannya untuk melancarkan serangan balasan massal di
Ardennes untuk memecah belah Sekutu Barat, mengepung sebagian besar tentara Sekutu Barat
dan menaklukkan pelabuhan suplai utama mereka di Antwerp demi mencapai penyelesaian politik.
[226] [226]
 Pada Januari, serangan ini digagalkan tanpa satu tujuan strategis pun yang tercapai.  Di
Italia, Sekutu Barat tetap buntu di garis pertahanan Jerman. Pada pertengahan Januari 1945, Soviet
menyerbu Polandia, bergerak dari Sungai Vistula ke Sungai Oder di Jerman, dan menduduki Prusia
[227]
Timur.  Tanggal 4 Februari, para pemimpin A.S., Britania Raya, dan Soviet bertemu
[228]
di Konferensi Yalta. Mereka menyetujui pendudukan di Jerman pascaperang,  dan Uni Soviet
[229]
bergabung dalam perang melawan Jepang.
Pada bulan Februari, Soviet menginvasi Silesia dan Pomerania, sementara Sekutu Barat memasuki
Jerman Barat dan mendekati Sungai Rhine. Bulan Maret, Sekutu Barat melintasi Rhine
[230]
di utara dan selatan Ruhr, mengepung Grup Agkatan Darat Jerman B,  sementara Soviet melaju
ke Wina. Pada awal April, Sekutu Barat akhirnya berhasil membuat kemajuan di Italia dan bergerak
melintasi Jerman Barat, sementara pasukan Soviet menyerbu Berlin pada akhir April; kedua
pasukan bertemu di sungai Elbe tanggal 25 April. Tanggal 30 April 1945, Reichstag diduduki dan
[231]
menandakan kekalahan militer Reich Ketiga.
Sejumlah perubahan kepemimpinan terjadi pada masa ini. Tanggal 12 April, Presiden A.S.
Roosevelt meninggal dunia dan digantikan oleh Harry Truman. Benito Mussolini dibunuh
[232]
oleh partisan Italia tanggal 28 April.  Dua hari kemudian, Hitler bunuh diri dan digantikan
[233]
oleh Laksamana Agung Karl Dönitz.
Pasukan Jerman menyerah di Italia pada tanggal 29 April. Instrumen Penyerahan Diri
[234]
Jerman ditandatangani tanggal 7 Mei di Reims,  dan diratifikasi tanggal 8 Mei di Berlin.
[235] [236]
 Pusat Grup Angkatan Darat Jerman bertahan di Praha sampai 11 Mei.
Di teater Pasifik, pasukan Amerika Serikat dibantu Persemakmuran Filipina bergerak maju
di Filipina, membebaskan Leyte pada akhir April 1945. Mereka mendarat di Luzon bulan Januari
1945 dan mencaplok Manila bulan Maret setelah pertempuran yang menghancurkan kota ini.
Pertempuran berlanjut di Luzon, Mindanao dan pulau-pulau lain di Filipina sampai berakhirnya
[237]
perang.
Bulan Mei 1945, tentara Australia mendarat di Kalimantan dan menduduki ladang minyak di sana.
Pasukan Britania, Amerika Serikat, dan Tiongkok mengalahkan Jepang di Burma utara pada bulan
[238]
Maret, dan Britania mencapai Rangoon pada tanggal 3 Mei.  Pasukan Tiongkok mulai balas
menyerang pada Pertempuran Hunan Barat yang pecah antara 6 April dan 7 Juni 1945. Pasukan
Amerika Serikat juga bergerak ke Jepang, mencaplok Iwo Jima pada bulan Maret,
[239]
dan Okinawa pada akhir Juni.  Pesawat pengebom Amerika Serikat menghancurkan kota-kota
[240]
Jepang dan kapal selam Amerika Serikat memutuskan impor Jepang.
Tanggal 11 Juli, para pemimpin Sekutu bertemu di Potsdam, Jerman. Mereka menyetujui perjanjian
[241]
awal tentang Jerman,  dan menegaskan tuntutan penyerahan diri semua pasukan Jepang,
dengan menyatakan bahwa "alternatif bagi Jepang adalah kehancuran dalam waktu singkat".
[242]
 Dalam konferensi ini, Britania Raya mengadakan pemilu dan Clement Attlee menggantikan
[243]
Churchill sebagai Perdana Menteri.
Saat Jepang terus mengabaikan persyaratan Potsdam, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di
kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada awal Agustus. Di antara kedua pengeboman ini, Soviet,
sesuai perjanjian Yalta, menyerbu Manchuria dudukan Jepang dan dengan cepat
mengalahkan Angkatan Darat Kwantung yang saat itu merupakan pasukan tempur Jepang terbesar.
[244][245]
 Pasukan Merah juga menduduki Pulau Sakhalin dan Kepulauan Kuril. Pada tanggal 15
Agustus 1945, Jepang menyerah dengan penandatanganan dokumen penyerahan diri di atas
geladak kapal perang Amerika Serikat USS  Missouri pada tanggal 2 September 1945, sehingga
[234]
mengakhiri perang ini.

Tentara Amerika Serikat dan Soviet bertemu bulan


April 1945 di timur Sungai Elbe.
 

Jalanan pusat kota Berlin yang hancur pasca-


Pertempuran Berlin, diambil tanggal 3 Juli 1945.
 

Ledakan atom di Nagasaki, 9 Agustus 1945.


Dampak
Artikel utama: Dampak Perang Dunia II
Sekutu mendirikan pemerintahan pendudukan di Austria dan Jerman. Negara pertama menjadi
negara netral dan tidak memihak dengan blok politik manapun. Negara terakhir dibelah menjadi
zona pendudukan barat dan timur yang dikuasai Sekutu Barat dan Uni Soviet.
Program denazifikasi di Jerman melibatkan pengadilan penjahat perang Nazi dan penggulingan
mantan Nazi dari kekuasaan, meski kebijakan ini lebih condong ke amnesti dan reintegrasi mantan
[246]
Nazi ke masyarakat Jerman Barat.
Jerman kehilangan seperempat wilayahnya sebelum perang (1937), wilayah
timur: Silesia, Neumark dan sebagian besar Pomerania diambil alih Polandia; Prusia Timur dibagi
antara Polandia dan Uni Soviet, diikuti dengan pengusiran 9 juta warga Jerman dari provinsi-provinsi
tersebut, serta 3 juta warga Jerman dari Sudetenland di Cekoslowakia ke Jerman. Pada 1950-an,
satu dari lima orang Jerman Barat adalah pengungsi dari timur. Uni Soviet juga menduduki provinsi
milik Polandia di sebelah timur Garis Curzon (melibatkan pengusiran 2 juta warga Polandia),
[247] [248][249] [250] [251][252]
 Rumania Timur,  dan sebagian Finlandia timur,  serta tiga negara Baltik.

Perdana Menteri Winston Churchill memberi tanda


"Victory" kepada kerumunan di London pada Hari
Kemenangan di Eropa.
[253]
Demi mempertahankan perdamaian,  Sekutu mendirikan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
[254]
resmi berdiri tanggal 24 Oktober 1945,  dan mengadopsi Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi
[255]
Manusia tahun 1948 sebagai standar umum bagi semua negara anggotanya.  Kekuatan-
kekuatan besar yang menjadi pemenang perang—Amerika Serikat, Uni Soviet, Tiongkok, Britania
[3]
Raya, dan Prancis—menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB.  Kelima anggota tetap ini
masih ada sampai sekarang, meski terjadi perubahan dua kursi, antara Republik Tiongkok dan
Republik Rakyat Tiongkok tahun 1971, dan antara Uni Soviet dan negara penggantinya, Federasi
Rusia, setelah pembubaran Uni Soviet. Aliansi antara Sekutu Barat dan Uni Soviet mulai memburuk,
[256]
bahkan sejak sebelum perang berakhir.
Jerman dibagi secara de facto, dan dua negara merdeka, Republik Federal Jerman dan Republik
[257]
Demokratik Jerman  dibentuk di dalam perbatasan zona pendudukan Sekutu dan Soviet.
[258]
Seluruh Eropa terbagi antara cakupan pengaruh Barat dan Soviet.  Kebanyakan negara Eropa
timur dan tengah masuk dalam cakupan Soviet yang melibatkan pendirian rezim-rezim Komunis
dengan dukungan penuh atau setengah dari otoritas pendudukan Soviet.
[259] [260] [261]
Akibatnya, Polandia, Hongaria,  Cekoslowakia,  Rumania, Albania,  dan Jerman
Timur menjadi negara satelit Soviet. Yugoslavia Komunis melaksanakan kebijakan merdeka penuh
[262]
yang menciptakan ketegangan dengan Uni Soviet.
Pembagian dunia pascaperang diresmikan oleh dua aliansi militer internasional, NATO pimpinan
[263]
Amerika Serikat dan Pakta Warsawa pimpinan Soviet;  periode panjang ketegangan politik dan
persaingan militer di antara mereka, Perang Dingin, akan dilengkapi oleh perlombaan senjata dan
[264]
perang proksi yang tidak terduga.
Di Asia, Amerika Serikat memimpin pendudukan Jepang dan menguasai bekas pulau-pulau Jepang
[265]
di Pasifik Barat, sementara Soviet menganeksasi Sakhalin dan Kepulauan Kuril.  Korea,
sebelumnya di bawah kekuasaan Jepang, dibagi dan diduduki oleh Amerika Serikat di Selatan dan
Uni Soviet di Utara antara 1945 dan 1948. Republik terpisah muncul di kedua sisi garis paralel ke-38
pada tahun 1948, masing-masing mengklaim sebagai pemerintahan sah untuk seluruh Korea dan
[266]
berujung pada pecahnya Perang Korea.
Di Tiongkok, pasukan nasionalis dan komunis melanjutkan perang saudara pada bulan Juni 1946.
Pasukan komunis menang dan mendirikan Republik Rakyat Tiongkok di daratan, sementara
[267]
pasukan nasionalis mundur ke Taiwan tahun 1949.  Di Timur Tengah, penolakan Arab
terhadap Rencana Pembagian Palestina Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pembentukan
Israel menandai eskalasi konflik Arab-Israel. Saat kekuatan-kekuatan kolonial Eropa berupaya
merebut kembali sebagian atau semua imperium kolonialnya, kehilangan prestise dan sumber daya
[268][269]
saat perang justru menggagalkan upaya ini dan mendorong dilakukannya dekolonisasi.
Ekonomi global menderita akibat perang, meski negara-negara yang terlibat terpengaruh dengan
berbagai cara. Amerika Serikat tampil lebih kaya daripada negara lain; negara ini
mengalami ledakan bayi dan pada tahun 1950 produk domestik bruto per orangnya lebih tinggi
[270]
daripada negara-negara besar lain dan Amerika Serikat mendominasi ekonomi dunia.
[271]
 Britania Raya dan Amerika Serikat menerapkan kebijakan pelucutan industri di Jerman
[272]
Barat pada tahun 1945–1948.  Akibat perdagangan internasional yang saling tergantung, hal ini
menciptakan stagnasi ekonomi di Eropa dan menunda pemulihan Eropa selama beberapa tahun.
[273][274]

Pemulihan dimulai dengan reformasi mata uang di Jerman Barat pada pertengahan 1948 dan
dipercepat oleh liberalisasi kebijakan ekonomi Eropa yang dipengaruhi Rencana Marshall (1948–
[275][276]
1951) baik secara langsung maupun tidak langsung.  Pemulihan Jerman Barat pasca-1948
[277] [278][279]
disebut-sebut sebagai keajaiban ekonomi Jerman.  Selain itu, ekonomi Italia  dan
[280]
Prancis juga meroket.  Kebalikannya, Britania Raya berada dalam fase kekacauan ekonomi,
[281] [282]
 dan terus memburuk selama beberapa dasawarsa.
Uni Soviet, meski menderita kerugian manusia dan material yang luar biasa, juga mengalami
[283]
peningkatan pesat produksi pada masa-masa pascaperang.  Jepang mengalami pertumbuhan
[284]
ekonomi pesat, menjadi salah satu ekonomi terkuat dunia pada tahun 1980-an.  Tiongkok
[285]
kembali ke produksi industrinya sebelum perang pada tahun 1952.


Peta kolonisasi dunia tahun 1945. Dengan
berakhirnya perang, perang pembebasan
bangsa tercipta, berakhir dengan pembentukan
Israel dan dekolonisasi Asia dan Afrika.
 

Komandan Agung 5 Juni 1945 di Berlin: Bernard


Montgomery, Dwight D. Eisenhower, Georgy Zhukov,
dan Jean de Lattre de Tassigny
Korban dan kejahatan perang
Artikel utama: Korban Perang Dunia II dan Daftar kejahatan perang

Korban jiwa Perang Dunia II


Perkiraan total korban perang bervariasi, karena banyak kematian yang tidak tercatat. Kebanyakan
pihak memperkirakan sekitar 60 juta orang tewas dalam perang, termasuk 20 juta tentara dan 40
[286][287][288]
juta warga sipil.  Banyak warga sipil tewas
akibat wabah, kelaparan, pembantaian, pengeboman, dan genosida yang disengaja. Uni Soviet
[289]
kehilangan sekitar 27 juta rakyatnya sepanjang perang,  termasuk 8,7 juta personel militer dan
19 juta warga sipil. Pangsa korban jiwa militer terbesar adalah etnis Rusia (5.756.000), diikuti
[290]
etnis Ukraina (1,377,400).  Satu dari empat warga sipil Sovet dibunuh atau terluka dalam perang
[291]
ini.  Jerman mengalami 5,3 juta kematian militer, kebanyakan di Front Timur dan sepanjang
[292]
pertempuran terakhir di Jerman.
Dari total korban tewas pada Perang Dunia II, sekitar 85 persen—kebanyakan Soviet dan Tiongkok
—berada di pihak Sekutu dan 15 persen sisanya di pihak Poros. Sebagian besar kematian ini
diakibatkan oleh kejahatan perang yang dilakukan pasukan Jerman dan Jepang di wilayah
[293] [294]
pendudukan. Sekitar 11  sampai 17 juta  warga sipil tewas akibat kebijakan ideologi Nazi
secara langsung maupun tidak langsung, termasuk genosida sistematis sekitar enam juta kaum
Yahudi sepanjang Holocaust ditambah lima juta bangsa Roma, homoseksual, serta Slav dan suku
[295]
bangsa atau kaum minoritas lainnya.
[296]
Secara kasar 7,5 juta warga sipil tewas di Tiongkok selama pendudukan Jepang.  Ratusan ribu
(perkiraan bervariasi) etnis Serbia, bersama gipsi dan Yahudi, dibunuh oleh Ustaše Kroasia yang
[297]
berpihak pada Poros di Yugoslavia,  dengan pembunuhan balas dendam terhadap warga sipil
Kroasia tepat setelah perang berakhir.

Warga sipil Tiongkok hendak dikubur hidup-hidup oleh


tentara Jepang.
Kekejaman Jepang yang paling terkenal adalah Pembantaian Nanking, yaitu ketika sekian ratus ribu
[298]
warga sipil Tiongkok diperkosa dan dibunuh.  Antara 3 juta hingga lebih dari 10 juta warga sipil,
[299]
kebanyakan etnis Tiongkok, dibunuh oleh pasukan pendudukan Jepang.  Mitsuyoshi Himeta
melaporkan 2,7 juta korban jiwa selama dilaksanakannya Sankō Sakusen. Jenderal Yasuji
[300]
Okamura menerapkan kebijakan ini di Heipei dan Shantung.
Pasukan Poros memakai senjata biologis dan kimia dalam jumlah terbatas. Italia memakai gas
[301]
mustar saat menaklukkan Abisinia,  sementara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang memakai
[302][303]
berbagai macam senjata saat menyerbu dan menduduki Tiongkok (lihat Unit 731)  dan
[304]
pada konflik awal melawan Soviet.  Baik Jerman dan Jepang menguji senjata-senjata tersebut
[305] [306]
terhadap warga sipil  serta tahanan perang.
[307]
Meski banyak aksi Poros diadili dalam pengadilan internasional pertama di dunia,  insiden yang
diakibatkan pihak Sekutu tidak diadili. Misalnya, pemindahan penduduk di Uni
Soviet dan penahanan warga Jepang Amerika di Amerika Serikat; Operasi Keelhaul,
[308]
 pengusiran penduduk Jerman setelah Perang Dunia II, pemerkosaan pada pendudukan
Jerman; pembantaian Katyn oleh Uni Soviet, yang tanggung jawabnya dituduhkan kepada Jerman.
Sejumlah besar kematian akibat kelaparan juga disebabkan oleh perang, seperti kelaparan Bengal
[309]
1943 dan kelaparan Vietnam 1944–45.
Sejumlah sejarawan, seperti Jörg Friedrich, menegaskan bahwa pengeboman massal kawasan
berpenduduk di wilayah musuh, termasuk Tokyo dan terutama kota-kota Jerman
di Dresden, Hamburg, dan Koln oleh Sekutu Barat, yang mengakibatkan kehancuran lebih dari 160
[310]
kota dan kematian 600.000 warga sipil Jerman, bisa dianggap sebagai kejahatan perang.

Kamp konsentrasi dan perbudakan


Informasi lebih lanjut: Holocaust, Konsekuensi Nazisme, Kejahatan perang Jepang dan Kejahatan
perang Sekutu pada Perang Dunia II

Jenazah di kamp konsentrasi Mauthausen-


Gusen setelah dibebaskan, kemungkinan tahanan
politik atau tahanan perang Soviet
Nazi bertanggung jawab atas terjadinya Holocaust, yaitu pembunuhan sekitar enam juta (meskipun
jumlahnya diragukan) kaum Yahudi (kebanyakan Ashkenazim), serta dua juta etnis Polandia dan
empat juta orang lainnya yang dianggap "tidak layak hidup" (termasuk orang cacat dan sakit
jiwa, tahanan perang Soviet, homoseksual, Freemason, Saksi-Saksi Yehuwa, dan Romani) sebagai
bagian dari program pemusnahan dengan sengaja. Sekitar 12 juta orang, kebanyakan penduduk
[311]
Eropa Timur, dipekerjakan sebagai buruh paksa di ekonomi perang Jerman.  Terlepas dari
semua itu, ada beberapa pihak yang meragukan jumlah korban Holocoust. Mereka beranggapan
bahwa korban Holocoust tidak sampai mencapai 6 juta orang, melainkan hanya ratusan ribu saja.
Peristiwa ini juga dianggap oleh pihak-pihak tertentu sebagai propaganda untuk menarik simpati
terhadap berdirinya negara Israel. Banyaknya negara-negara Eropa memberikan hukuman bagi
siapa saja yang tidak percaya pada peristiwa Holocoust dan seringnya peristiwa ini ditunjukkan
dalam film-film dan dalam buku-buku sejarah, membuat pihak-pihak tersebut ragu akan kebenaran
peristiwa ini. Namun, terlepas dari semua keraguan itu, peristiwa pembantaian dan penyiksaan
terhadap Yahudi benar-benar ada, meskipun jumlah korbannya masih kontroversial.
Selain kamp konsentrasi Nazi, gulag (kamp buruh) Soviet mengakibatkan kematian warga sipil
negara-negara yang diduduki seperti Polandia, Lituania, Latvia, dan Estonia, serta tahanan
[312]
perang Jerman dan bahkan warga sipil Soviet yang dianggap mendukung Nazi.  Enam puluh
[313]
persen tahanan perang Jerman di Soviet tewas sepanjang perang.  Richard Overy memberi
jumlah 5,7 juta tahanan perang Soviet. Dari jumlah tersebut, 57 persen meninggal dunia atau
[314]
dibunuh dengan jumlah 3,6 juta orang.  Mantan tahanan perang Soviet dan warga sipil yang
pulang diperlakukan dengan kecurigaan luar biasa sebagai pendukung Nazi yang potensial, dan
[315]
beberapa di antara mereka dikirim ke Gulag setelah diperiksa NKVD.
Kamp tahanan perang Jepang, kebanyakan dipakai sebagai kamp buruh, juga memiliki tingkat
kematian tinggi. Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh menemukan tingkat kematian
[316]
tahanan Barat adalah 27,1 persen (37 persen untuk tahanan perang Amerika Serikat),  tujuh kali
[317]
lebih tinggi daripada tahanan perang di Jerman dan Italia.  Sementara 37.583 tahanan dari
Britania Raya, 28.500 dari Belanda, dan 14.743 dari Amerika Serikat dilepaskan setelah penyerahan
[318]
diri Jepang, tahanan Tiongkok yang dilepas hanya 56 orang.
Menurut sejarawan Zhifen Ju, sedikitnya lima juta warga sipil Tiongkok dari Tiongkok utara dan
Manchukuo diperbudak antara 1935 dan 1941 oleh Dewan Pembangunan Asia Timur, atau Kōain,
untuk bekerja di pertambangan dan industri perang. Setelah 1942, jumlah ini mencapai 10 juta
[319]
orang.  U.S. Library of Congress memperkirakan bahwa di Jawa, antar 4 dan 10
juta romusha (bahasa Indonesia: "buruh manual"), dipaksa bekerja oleh militer Jepang. Sekitar
270.000 buruh Jawa dikirim ke wilayah pendudukan Jepang lain di Asia Tenggara, dan hanya
[320]
52.000 orang yang pulang ke Jawa.
Pada tanggal 19 Februari 1942, Roosevelt menandatangani Perintah Eksekutif 9066 yang menahan
ribuan orang Jepang, Italia, Jerman Amerika, dan sejumlah emigran dari Hawaii yang mengungsi
setelah pengeboman Pearl Harbor sampai perang berakhir. Pemerintah A.S. dan Kanada menahan
[321][322]
150.000 warga Jepang Amerika.  Selain itu, 14.000 penduduk Jerman dan Italia di A.S.
[323]
yang dianggap sebagai risiko keamanan juga ditahan.
Sesuai perjanjian Sekutu pada Konferensi Yalta, jutaan tahanan perang dan warga sipil
[324]
dimanfaatkan sebagai buruh paksa oleh Uni Soviet.  Dalam hal Hongaria, penduduknya dipaksa
[325]
bekerja untuk Uni Soviet sampai 1955.

Front dalam negeri dan produksi


Artikel utama: Produksi militer pada Perang Dunia II dan Front dalam negeri pada Perang Dunia II

Rasio PDB Sekutu dibandingkan dengan Poros


Di Eropa, sebelum pecah perang, Sekutu memiliki keunggulan signifikan dalam hal populasi dan
ekonomi. Pada tahun 1938, Sekutu Barat (Britania Raya, Prancis, Polandia, dan Jajahan Britania)
memiliki populasi 30 persen lebih besar dan produk domestik bruto 30 persen lebih besar daripada
Poros Eropa (Jerman dan Italia); jika koloni disertakan dalam hitungan, Sekutu mendapatkan
[326]
keunggulan 5:1 dalam jumlah penduduk dan 2:1 dalam PDB.  Di Asia pada saat yang sama,
Tiongkok memiliki jumlah penduduk enam kali lebih banyak daripada Jepang, tetapi PDB yang 89
persen lebih tinggi; jumlah ini berkurang menjadi populasi tiga kali lebih banyak dan PDB 38 persen
[326]
lebih tinggi jika koloni-koloni Jepang disertakan dalam hitungan.
Meski keunggulan ekonomi dan populasi Sekutu dimanfaatkan besar-besaran selama serangan
blitzkrieg awal Jerman dan Jepang, mereka menjadi faktor penentu pada tahun 1942, setelah
Amerika Serikat dan Uni Soviet bergabung dengan Sekutu, setelah sebagian besar perang ini
[327]
menjadi perang atrisi.  Sementara kemampuan Sekutu untuk melampaui produksi Poros sering
dikaitkan dengan akses Sekutu yang besar ke sumber daya alam, faktor-faktor lain, seperti
[328]
keengganan Jerman dan Jepang untuk mempekerjakan wanita dalam tenaga kerja,
[329] [330][331]
 pengeboman strategis oleh Sekutu,  dan peralihan terbaru Jerman ke ekonomi
[332]
perang  sangat berkontribusi besar. Selain itu, baik Jerman maupun Jepang tidak berencana
[333][334]
mengadakan perang yang berkepanjangan, dan tidak sanggup melakukannya.  Untuk
meningkatkan produksi mereka, Jerman dan Jepang memanfaatkan jutaan buruh budak;
[335] [311]
 Jerman memanfaatkan 12 juta orang, kebanyakan dari Eropa Timur,  sementara Jepang
[319][320]
memanfaatkan lebih dari 18 juta orang di Asia Timur Jauh.

Pendudukan
Artikel utama: Kolaborasi selama Perang Dunia II, Perlawanan selama Perang Dunia
II, Pendudukan Jerman di Eropa, dan Penjarahan Nazi

Partisan Soviet digantung oleh tentara Jerman pada


Januari 1943
Di Eropa, pendudukan muncul dalam dua bentuk yang sangat berbeda. Di Eropa Barat, Utara, dan
Tengah (Prancis, Norwegia, Denmark, Negara-Negara Hilir, dan wilayah Cekoslowakia yang
dianeksasi), Jerman menerapkan kebijakan ekonomi yang berhasil mengumpulkan 69,5
miliar reichmark (27,8 miliar dolar AS) pada akhir perang; jumlah ini tidak
meliputi perampokan produk industri, perlengkapan militer, bahan mentah, dan barang-barang lain.
[336]
 Dari situ, pendapatan yang muncul dari negara-negara pendudukan mencapai 40 persen dari
pendapatan yang dikumpulkan Jerman dari pajak, jumlah yang meningkat hampir 40 persen dari
[337]
total pendapatan Jerman sepanjang perang.
Di Timur, keuntungan yang diharapkan dari Lebensraum tidak pernah didapatkan karena garis
depan yang berfluktuasi dan kebijakan bumi hangus Soviet memusnahkan sumber daya bagi para
[338]
penjajah Jerman.  Tidak seperti di Barat, kebijakan ras Nazi mengizinkan kekejaman berlebihan
terhadap "orang inferior" keturunan Slavik; sebagian besar serbuan Jerman disertai
[339]
dengan eksekusi massal.  Meski kelompok pemberontak berdiri di hampir semua teritori
[340]
pendudukan, mereka tidak mengganggu operasi Jerman baik di Timur  maupun
[341]
Barat  sampai akhir tahun 1943.
Di Asia, Jepang menyebut negara-negara di bawah pendudukannya sebagai bagian dari Lingkup
Persemakmuran Asia Timur Raya, yang pada dasarnya merupakan hegemoni Jepang yang diklaim
[342]
bertujuan membebaskan bangsa yang dikolonisasi.  Meski pasukan Jepang awalnya disambut
sebagai pembebas dari dominasi Eropa di sejumlah daerah, kekejaman mereka yang berlebihan
[343]
mengubah opini publik menjadi menentang mereka dalam hitungan minggu.  Selama
3 5
penaklukan awal Jepang, negara ini mencaplok 4000000 barel (640000 m ) minyak (~5.5×10  ton)
yang ditinggalkan oleh pasukan Sekutu yang mundur, dan pada tahun 1943 Jepang mampu
merebut produksi minyak di Hindia Timur Belanda hingga 50 milliar barel, 76 persen dari tingkat
[343]
produksinya tahun 1940.

Kemajuan teknologi dan peperangan


Artikel utama: Teknologi pada Perang Dunia II
Pesawat terbang dimanfaatkan sebagai alat mata-mata, pesawat tempur, pengebom, dan bantuan
darat, dan masing-masing perannya memperoleh kemajuan yang berarti. Inovasi-inovasi yang
muncul meliputi pengangkutan udara (kemampuan memindahkan suplai, perlengkapan, dan
[344]
personel berprioritas tinggi dan terbatas dalam waktu singkat);  dan pengeboman
strategis (pengeboman kawasan berpenduduk untuk menghancurkan industri dan moral).
[345]
 Persenjataan antipesawat juga dikembangkan, termasuk pertahanan radar dan artileri darat-
ke-udara, seperti senjata 88 mm Jerman. Pemakaian pesawat jet dimulai dan meski pengenalannya
yang terlambat memberi sedikit pengaruh, pesawat jet kelak menjadi standar angkatan udara di
[346]
seluruh dunia.
Kemajuan dibuat di hampir segala aspek pertempuran laut, terutama kapal angkut pesawat (kapal
induk) dan kapal selam. Meski sejak awal perang, peperangan udara menuai sedikit kesuksesan,
berbagai aksi di Taranto, Pearl Harbor, Laut Tiongkok Selatan, dan Laut Koral membuat kapal induk
[347][348][349]
dianggap mampu menggantikan kapal perang.
Di Atlantik, kapal induk pengawal terbukti memainkan peran penting dalam konvoi Sekutu dan
meningkatkan radius perlindungan efektif serta membantu menutup celah Atlantik Tengah.
[350]
 Kapal induk juga lebih ekonomis daripada kapal perang karena biaya produksi pesawat yang
[351] [352]
relatif rendah  dan tidak perlu diperkuat habis-habisan.  Kapal selam, terbukti merupakan
[353]
senjata efektif pada Perang Dunia Pertama,  diantisipasi oleh semua pihak sebagai sesuatu
yang terpenting nomor dua. Britania memfokuskan pengembangan persenjataan dan taktik antikapal
selam, seperti sonar dan konvoi, sementara Jerman berfokus pada memperbarui kemampuan
[354]
serangannya dengan desain seperti kapal selam Tipe VII dan taktik wolfpack.  Secara perlahan,
teknologi baru Sekutu seperti sinar Leigh, hedgehog, squid, dan torpedo pintar terbukti unggul.
Peperangan darat berubah dari garis depan statis pada Perang Dunia I ke peningkatan mobilitas
dan senjata gabungan. Tank, yang sering dipakai untuk membantu infanteri saat Perang Dunia
[355]
Pertama, berubah menjadi senjata utama.  Pada akhir 1930-an, desain tank lebih maju
[356]
dibandingkan saat Perang Dunia I,  dan kemajuan terjadi sepanjang perang melalui peningkatan
kecepatan, pertahanan, dan daya tembak.
Saat perang dimulai, kebanyakan komandan menduga tank musuh harus bertemu tank dengan
[357]
spesifikasi yang lebih hebat.  Ide ini ditantang oleh performa buruk senjata tank awal yang relatif
ringan melawan kendaraan lapis baja, dan doktrin Jerman menghindari pertempuran tank-versus-
tank. Hal ini, bersama pemakaian senjata gabungan oleh Jerman, termasuk di antara elemen kunci
[355]
kesuksesan taktik blitzkrieg mereka di Polandia dan Prancis.  Banyak cara
untuk menghancurkan tank, termasuk dengan artileri tidak langsung, senjata antitank (baik yang
ditarik maupun gerak sendiri), ranjau, senjata antitank infanteri jarak pendek, dan bahkan tank lain
[357]
pun diikutsertakan.  Bahkan dengan mekanisasi besar-besaran, infanteri masih merupakan
[358]
tulang punggung seluruh pasukan,  dan sepanjang perang, sebagian besar infanteri memiliki
[359]
perlengkapan yang sama seperti saat Perang Dunia I.
Senapan mesin portabel meluas, seperti MG34 Jerman dan berbagai senapan submesin yang
[359]
dimodifikasi untuk pertempuran jarak dekat di perkotaan dan hutan.  Senapan serbu, sebuah
pengembangan akhir perang yang mencakup berbagai fitur bedil dan senjata submesin, menjadi
[360][361]
senjata standar infanteri pascaperang untuk sebagian besar angkatan bersenjata.
Sebagian besar pihak yang terlibat berupaya memecahkan masalah kompleksitas dan kerumitan
yang muncul dari pemakaian buku kode besar untuk kriptografi dengan memakai mesin sandi, yang
[362]
paling terkenal adalah mesin Enigma Jerman.  SIGINT (signals intelligence) adalah proses
melawan dekripsi yang pernah dipakai oleh Sekutu untuk memecahkan kode laut
[363]
Jepang  dan Ultra dari Britania Raya, berasal dari metodologi dari Polish Cipher Bureau, yang
[364]
berhasil mengungkap Enigma sejak tujuh tahun sebelum perang dimulai.  Aspek lain intelijen
militer adalah pemakaian kebohongan, yang berhasil dipakai oleh Sekutu dengan kesuksesan besar
[363][365]
seperti dalam operasi Mincemeat dan Bodyguard.  Kemajuan teknologi dan rekayasa
lainnya tercapai sepanjang atau setelah perang, termasuk komputer-komputer terprogram pertama
di dunia (Z3, Colossus, dan ENIAC), misil pandu dan roket modern, pengembangan senjata
nuklir Proyek Manhattan, penelitian operasi dan pengembangan pelabuhan buatan dan jalur pipa di
[366]
bawah Selat Inggris.

Boeing B-17E Amerika Serikat. Sekutu kehilangan


160.000 penerbang dan 33.700 pesawat sepanjang
perang udara di Eropa.[367]
 

Kapal selam Jerman U-995, antara tahun 1939 dan


1945. 3.500 kapal dagang Sekutu ditenggelamkan
dengan mengorbankan 783 kapal-U Jerman.
 

T-34 Soviet, tank paling banyak diproduksi dalam


perang ini. Lebih dari 57.000 unit dibuat pada tahun
1945.
Lihat pula
Buku: Perang Dunia II

Buku Wikipedia adalah koleksi artikel yang bisa


diunduh atau dipesan dalam bentuk cetak.

 Daftar pertempuran pada Perang Dunia II


 Daftar operasi militer pada Perang Dunia II
 Perang Dunia II dalam budaya masyarakat
 Tingkat kematian pada abad ke-20
Dokumenter

 Apocalypse: The Second World War (2009), dokumenter Prancis enam bagian karya Daniel
Costelle dan Isabelle Clarke tentang Perang Dunia II
 Battlefield, seri dokumenter yang mengudara tahun 1994–5 yang mengupas berbagai
pertempuran penting pada Perang Dunia II
 BBC History of World War  II, serial televisi yang mengudara sejak 1989 sampai 2005.
 The World at War (1974), serial Thames Television 26 bagian yang mengulas berbagai
aspek Perang Dunia II dari sejumlah sudut pandang, termasuk wawancara dengan beberapa
figur utama seperti Karl Dönitz, Albert Speer, dan Anthony Eden.

Catatan kaki

1. ^ 23 Agustus 1939, Uni Soviet dan Jerman


menandatangani pakta nonagresi, diam-diam
membelah Eropa Timur menjadi beberapa
cakupan pengaruh. Gencatan senjata Uni Soviet
dengan Jepang 16 September 1939; menyerbu
Polandia 17 September 1939; menyerang
Finlandia 30 September 1939; memaksa aneksasi
negara-negara Baltik Juni 1940; mencaplok
Rumania Timur 4 Juli 1940. 22 Juni 1941, Uni
Soviet diserbu Poros Eropa; Uni Soviet memihak
dengan negara-negara yang memerangi Poros.
2. ^ Setelah kejatuhan Republik Ketiga tahun
1940, pemerintahan de facto-nya adalah Rezim
Vichy. Rezim ini melaksanakan kebijakan pro-
Poros sampai November 1942 namun tetap netral
secara resmi. Pasukan Prancis Merdeka, berbasis
di London, diakui oleh semua negara Sekutu
sebagai pemerintah resmi pada bulan
September 1944.
Referensi

1. ^ Sommerville, Donald (2008). The Complete


Illustrated History of World War Two: An
Authoritative Account of the Deadliest Conflict in
Human History with Analysis of Decisive
Encounters and Landmark Engagements. Lorenz
Books. hlm. 5. ISBN 0-7548-1898-5.
2. ^ Barrett, David P; Shyu, Lawrence N
(2001). China in the anti-Japanese War, 1937–
1945: politics, culture and society. Volume 1 of
Studies in modern Chinese history. New York:
Peter Lang. hlm. 6. ISBN 0-8204-4556-8.
3. ^ a b The UN Security Council, diakses
tanggal 15 May 2012
4. ^ Chickering, Roger (2006). A World at Total
War: Global Conflict and the Politics of
Destruction, 1937–1945. Cambridge University
Press. hlm. 64. ISBN 0-275-98710-8.
5. ^ Fiscus, James W (2007). Critical
Perspectives on World War II. Rosen Publishing
Group. hlm. 44. ISBN 1-4042-0065-7.
6. ^ Ben-Horin, Eliahu (1943). The Middle East:
Crossroads of History. W. W. Norton & Co. p.
169; Taylor, A. J. P (1979). How Wars Begin.
Hamilton. p. 124. ISBN 0-241-10017-8; Yisreelit,
Hevrah Mizrahit (1965). Asian and African Studies,
p. 191. For 1941 see Taylor, A. J. P (1961). The
Origins of the Second World War. Hamilton. p. vii;
Kellogg, William O (2003). American History the
Easy Way. Barron's Educational Series. p.
236 ISBN 0-7641-1973-7. There also exists the
viewpoint that both World War I and World War II
are part of the same "European Civil War" or
"Second Thirty Years War": Canfora, Luciano;
Jones, Simon (2006). Democracy in Europe: A
History of an Ideology. Wiley-Blackwell. p.
155. ISBN 1-4051-1131-3; Prin, Gwyn (2002). The
Heart of War: On Power, Conflict and Obligation in
the Twenty-First Century. Routledge. p. 11. ISBN
0-415-36960-6.
7. ^ Beevor, Antony (2012). The Second World
War. London: Weidenfeld & Nicolson.
hlm. 10. ISBN 9780297844976.
8. ^ Masaya, Shiraishi (1990). Japanese
relations with Vietnam, 1951–1987. SEAP
Publications. hlm. 4. ISBN 0-87727-122-4.
9. ^ "German-American Relations – Treaty on the
Final Settlement with Respect to Germany (two
plus four)". Usa.usembassy.de. Diakses
tanggal 29 January 2012.
10. ^ Derby, Mark. "Conscription, conscientious
objection and pacifism". Te Ara. Diakses
tanggal 22 June 2012. The move towards world
war in 1914 sparked an upsurge in pacifist
movements
11. ^ "Pacifism in the Twentieth
Century". "pacifism". Columbia Electronic
Encyclopedia. Diakses tanggal 22
June 2012. During the 1920s and early 30s
pacifism enjoyed an upsurge
12. ^ Kantowicz 1999, hlm. 149
13. ^ Davies 2008, hlm. 134–140
14. ^ Shaw 2000, hlm. 35
15. ^ Bullock 1962, hlm. 265
16. ^ Preston 1998, hlm. 104
17. ^ Myers 1987, hlm. 458
18. ^ Smith 2004, hlm. 28
19. ^ Coogan, Anthony (July 1993). "The
Volunteer Armies of Northeast China". History
Today. 43. Diakses tanggal 14
November 2009. Although some Chinese troops in
the Northeast managed to retreat south, others
were trapped by the advancing Japanese Army
and were faced with the choice of resistance in
defiance of orders, or surrender. A few
commanders submitted, receiving high office in the
puppet government, but others took up arms
against the invader. The forces they commanded
were the first of the volunteer armies
20. ^ Brody 1999, hlm. 4
21. ^ Zalampas 1989, hlm. 62
22. ^ Record 2005, hlm. 50
23. ^ Mandelbaum 1988, hlm. 96
24. ^ Schmitz, David F (2001). The First Wise
Man. Rowman & Littlefield. hlm. 124. ISBN 0-
8420-2632-0.
25. ^ Kitson 2001, hlm. 231
26. ^ Adamthwaite 1992, hlm. 52
27. ^ Graham 2005, hlm. 110
28. ^ Busky 2002, hlm. 10
29. ^ Barker, A. J (1971). The Rape of Ethiopia
1936. Ballantine Books. hlm. 131–2. ISBN 0-345-
02462-1.
30. ^ Beevor, Antony (2006). The Battle for Spain:
The Spanish Civil War 1936–1939. London:
Phoenix. hlm. 258–260. ISBN 0-7538-2165-6.
31. ^ Budiansky, Stephen (2004). Air power : The
Men, Machines, and Ideas that Revolutionized
War, from Kitty Hawk to Gulf War II. London:
Viking. hlm. 209–211. ISBN 0-670-03285-9.
32. ^ Fairbank, John King; Feuerwerker, Albert;
Twitchett, Denis Crispin (1986). The Cambridge
history of China. Cambridge University Press.
hlm. 547–551. ISBN 0-521-24338-6.
33. ^ Fairbank, John King; Feuerwerker, Albert;
Twitchett, Denis Crispin (1986). The Cambridge
history of China. Cambridge University Press.
hlm. 566. ISBN 0-521-24338-6.
34. ^ Taylor, Jay (2009). The Generalissimo:
Chiang Kai-shek and the struggle for modern
China. Harvard University Press. hlm. 150–
152. ISBN 978-0-674-03338-2.
35. ^ Coox, Alvin D. (1990). Nomonhan: Japan
Against Russia, 1939. Stanford University Press.
hlm. 189. ISBN 0-8047-1835-0.
36. ^ Sella, Amnon (October 1983). "Khalkhin-Gol:
The Forgotten War". Journal of Contemporary
History. 18 (4): 651–87.
37. ^ Chaney, Otto Preston
(1996). Zhukov. University of Oklahoma Press.
hlm. 76. ISBN 0-8061-2807-0.
38. ^ Collier, Martin; Pedley, Philip
(2000). Germany 1919–45. Heinemann.
hlm. 144. ISBN 0-435-32721-6.
39. ^ Kershaw 2001, hlm. 121–2
40. ^ Kershaw 2001, hlm. 157
41. ^ Davies 2008, hlm. 143–4
42. ^ Lowe, Cedric James; Marzari, F
(2002). Italian Foreign Policy 1870–1940. Taylor &
Francis. hlm. 330. ISBN 0-415-27372-2.
43. ^ Dear, I. C. B.; Foot, M. R. D, ed. (2002).
"Pact of Steel". Oxford Companion to World War
II. Oxford University Press. hlm. 674. ISBN 0-19-
860446-7.
44. ^ Shore, Zachary (2003). What Hitler Knew:
The Battle for Information in Nazi Foreign Policy.
Oxford University Press US. hlm. 108. ISBN 0-19-
515459-2.
45. ^ Dear, I. C. B.; Foot, M. R. D, ed. (2002).
"Nazi-Soviet Pact". Oxford University Press.
hlm. 608. ISBN 0-19-860446-7. Tidak memiliki
atau tanpa |title= (bantuan)
46. ^ Evans, Richard J. (2008). The Third Reich at
War 1939–1945. London: Allen Lane. hlm. 1–
2. ISBN 978-0-7139-9742-2.
47. ^ Weinberg 2005, hlm. 64–65
48. ^ Keegan, John (1997). The Second World
War. London: Pimlico. hlm. 35. ISBN 0-7126-7348-
2.
49. ^ Roskill, S.W. (1954). The War at Sea 1939–
1945 Volume 1  : The Defensive. History of the
Second World War. United Kingdom Military
Series. London: HMSO. hlm. 64.
50. ^ Fritz, Martin (2005). "Economic Warfare".
Dalam Dear, I.C.B; Foot, M.R.D. The Oxford
Companion to World War II. Oxford University
Press. hlm. 248. ISBN 978-0-19-280670-3.
51. ^ Zaloga, Steven J.; Gerrard, Howard
(2002). Poland 1939: The Birth of Blitzkrieg.
Oxford: Osprey Publishing. hlm. 83. ISBN 1-
84176-408-6.
52. ^ Hempel, Andrew (2003). Poland in World
War II: An Illustrated Military History. New York:
Hippocrene Books. hlm. 24. ISBN 0-7818-1004-3.
53. ^ Zaloga, Stephen J. (2004). Poland 1939 :
The Birth of Blitzkrieg. London: Praeger. hlm. 88–
89. ISBN 0-275-98278-5.
54. ^ Budiansky, Stephen (2001). Battle of Wits:
The Complete Story of Codebreaking in World
War II. London: Penguin. hlm. 120–121. ISBN 0-
14-028105-3.
55. ^ Jowett & Andrew 2002, hlm. 14
56. ^ Smith, David J. (2002). The Baltic States:
Estonia, Latvia and Lithuania. Routledge. 1st
edition. hlm. 24. ISBN 0-415-28580-1.
57. ^ a b Bilinsky, Yaroslav (1999). Endgame in
NATO's Enlargement: The Baltic States and
Ukraine. Greenwood Publishing Group.
hlm. 9. ISBN 0-275-96363-2.
58. ^ a b Murray & Millett 2001, hlm. 55–56
59. ^ Spring, D. W (1986). "The Soviet Decision
for War against Finland, 30 November
1939". Europe-Asia Studies. Taylor & Francis,
Ltd. 38 (2): 207–
226. doi:10.1080/09668138608411636. JSTOR 15
1203.
60. ^ Hanhimäki, Jussi M (1997). Containing
Coexistence: America, Russia, and the "Finnish
Solution. Kent State University Press.
hlm. 12. ISBN 0-87338-558-6.
61. ^ Weinberg 1995, hlm. 95, 121
62. ^ Shirer, William L (1990). The Rise and Fall
of the Third Reich: A History of Nazi Germany.
Simon and Schuster. hlm. 668–9. ISBN 0-671-
72868-7.
63. ^ Murray & Millett 2001, hlm. 57–63
64. ^ Commager, Henry Steele (2004). The Story
of the Second World War. Brassey's.
hlm. 9. ISBN 1-57488-741-6.
65. ^ Dear, I. C. B.; Foot, M. R. D, ed. (2002).
"Iceland". Oxford Companion to World War
II. Oxford University Press. hlm. 436. ISBN 0-19-
860446-7.
66. ^ Reynolds, David (27 April 2006). From
World War to Cold War: Churchill, Roosevelt, and
the International History of the 1940s. Oxford
University Press, USA. hlm. 76. ISBN 0-19-
928411-3.
67. ^ Evans, Richard J. (2008). The Third Reich at
War 1939–1945. London: Allen Lane. hlm. 122–
123. ISBN 978-0-7139-9742-2.
68. ^ Shirer, William L (1990). The Rise and Fall
of the Third Reich: A History of Nazi Germany.
Simon and Schuster. hlm. 721–3. ISBN 0-671-
72868-7.
69. ^ Keegan, John (1997). The Second World
War. London: Pimlico. hlm. 59–60. ISBN 0-7126-
7348-2.
70. ^ Regan, Geoffrey (2000). The Brassey's book
of military blunders. Brassey's. hlm. 152. ISBN 1-
57488-252-X.
71. ^ Keegan, John (1997). The Second World
War. London: Pimlico. hlm. 66–67. ISBN 0-7126-
7348-2.
72. ^ Overy, Richard (1999). The Road to
War (edisi ke-Revised and updated). London:
Penguin. hlm. 207. ISBN 0-14-028530-X.
73. ^ Klaus, Autbert (2001). Germany and the
Second World War Volume 2: Germany's Initial
Conquests in Europe. Oxford University Press.
hlm. 311. ISBN 0-19-822888-0.
74. ^ Brown, David (2004). The Road to Oran:
Anglo-French Naval Relations, September 1939 –
July 1940. Taylor & Francis. hlm. xxx. ISBN 0-
7146-5461-2.
75. ^ Ferguson, Niall (2006). The War of the
WorldPenguin, pp. 367, 376, 379, 417
76. ^ Snyder, Timothy (2010).Bloodlands,
Random House, from p. 118 onwards
77. ^ H. W. Koch. Hitler's 'Programme' and the
Genesis of Operation 'Barbarossa'. The Historical
Journal, Vol. 26, No. 4 (Dec. 1983), pp. 891–920
78. ^ Roberts, Geoffrey (2006). Stalin's Wars:
From World War to Cold War, 1939–1953. Yale
University Press. hlm. 56. ISBN 0-300-11204-1.
79. ^ Roberts, Geoffrey (2006). Stalin's Wars:
From World War to Cold War, 1939–1953. Yale
University Press. hlm. 59. ISBN 0-300-11204-1.
80. ^ a b Kelly, Nigel; Rees, Rosemary; Shuter,
Jane (1998). Twentieth Century World.
Heinemann. hlm. 38. ISBN 0-435-30983-8.
81. ^ Goldstein, Margaret J (2004). World War II.
Twenty-First Century Books. hlm. 35. ISBN 0-
8225-0139-2.
82. ^ Overy, Richard (1999). The Road to
War (edisi ke-Revised and updated). London:
Penguin. hlm. 288–289. ISBN 0-14-028530-X.
83. ^ Overy, Richard (1999). The Road to
War (edisi ke-Revised and updated). London:
Penguin. hlm. 328–330. ISBN 0-14-028530-X.
84. ^ Morison, Samuel Eliot (2002). History of
United States Naval Operations in World War II.
University of Illinois Press. hlm. 60. ISBN 0-252-
07065-8.
85. ^ Maingot, Anthony P. (1994). The United
States and the Caribbean: Challenges of an
Asymmetrical Relationship. Westview Press.
hlm. 52. ISBN 0-8133-2241-3.
86. ^ Cantril, Hadley (September 1940). "America
Faces the War: A Study in Public Opinion". The
Public Opinion Quarterly. 4 (3): 390.
87. ^ Bilhartz, Terry D.; Elliott, Alan C.
(2007). Currents in American History: A Brief
History of the United States. M.E. Sharpe.
hlm. 179. ISBN 978-0-7656-1821-4.
88. ^ Murray & Millett 2001, hlm. 165
89. ^ Knell, Hermann (2003). To Destroy a City:
Strategic Bombing and Its Human Consequences
in World War II. Da Capo. hlm. 205. ISBN 0-306-
81169-3.
90. ^ Murray & Millett 2001, hlm. 233–245
91. ^ Schoenherr, Steven (1 October
2005). "Undeclared Naval War in the Atlantic
1941". History Department at the University of San
Diego. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 May
2008. Diakses tanggal 15 February 2010.
92. ^ Dear, I. C. B.; Foot, M. R. D, ed. (2002).
"Tripartite Pact". Oxford Companion to World War
II. Oxford University Press. hlm. 877. ISBN 0-19-
860446-7.
93. ^ Deletant, Dennis (2002). "Romania". Dalam
Dear, I. C. B.; Foot, M. R. D. Oxford Companion to
World War II. hlm. 745–46. ISBN 0-19-860446-7.
94. ^ Clogg, Richard (1992). A Concise History of
Greece. Cambridge University Press.
hlm. 118. ISBN 0-521-80872-3.
95. ^ Andrew, Stephen (2001). The Italian Army
1940–45 (2): Africa 1940–43. Osprey Publishing.
hlm. 9–10. ISBN 1-85532-865-8.
96. ^ Brown, David (2002). The Royal Navy and
the Mediterranean. Routledge. hlm. 64–
65. ISBN 0-7146-5205-9.
97. ^ Jackson, Ashley (2006). The British Empire
and the Second World War. Continuum
International Publishing Group. hlm. 106. ISBN 1-
85285-417-0.
98. ^ Laurier, Jim (2001). Tobruk 1941: Rommel's
opening move. Osprey Publishing. hlm. 7–
8. ISBN 1-84176-092-7.
99. ^ Murray & Millett 2001, hlm. 263–67
100. ^ Macksey, Kenneth (1997). Rommel: battles
and campaigns. Da Capo Press. hlm. 61–
63. ISBN 0-306-80786-6.
101. ^ Weinberg 1995, hlm. 229
102. ^ Watson, William E (2003). Tricolor and
Crescent: France and the Islamic World.
Greenwood Publishing Group. hlm. 80. ISBN 0-
275-97470-7.
103. ^ Jackson, Ashley (2006). The British Empire
and the Second World War. Continuum
International Publishing Group. hlm. 154. ISBN 1-
85285-417-0.
104. ^ Stewart, Vance (2002). Three Against One:
Churchill, Roosevelt, Stalin Vs Adolph Hitler.
Sunstone Press. hlm. 159. ISBN 0-86534-377-2.
105. ^ Dear, I.C.B and Foot, M.R.D. (editors), ed.
(2005). "Blitz". The Oxford Companion to World
War II. Oxford: Oxford University Press. hlm. 108–
109. ISBN 978-0-19-280670-3.
106. ^ Overy, Richard (1999). The Road to
War (edisi ke-Revised and updated). London:
Penguin. hlm. 289. ISBN 0-14-028530-X.
107. ^ Joes, Anthony James (2004). Resisting
Rebellion: The History And Politics of
Counterinsurgency. University Press of Kentucky.
hlm. 224. ISBN 0-8131-2339-9.
108. ^ Fairbank, John King; Goldman, Merle
(1994). China: A New History. Harvard University
Press. hlm. 320. ISBN 0-674-11673-9.
109. ^ Garver, John W (1988). Chinese-Soviet
Relations, 1937–1945: The Diplomacy of Chinese
Nationalism. Oxford University Press.
hlm. 114. ISBN 0-19-505432-6.
110. ^ Weinberg 1995, hlm. 195
111. ^ Sella, Amnon (July 1978). ""Barbarossa":
Surprise Attack and Communication". Journal of
Contemporary History. 13 (3): 555–
83. doi:10.1177/002200947801300308.
112. ^ Kershaw, Ian (2007). Fateful Choices. Allen
Lane. hlm. 66–69. ISBN 0-7139-9712-5.
113. ^ Steinberg, Jonathan (June 1995). "The Third
Reich Reflected: German Civil Administration in
the Occupied Soviet Union, 1941–4". The English
Historical Review. 110 (437): 620–51.
114. ^ Hauner, Milan (1978). "Did Hitler Want a
World Dominion?". Journal of Contemporary
History. 13 (1): 15–
32. doi:10.1177/002200947801300102.
115. ^ Roberts, Cynthia A (1995). "Planning for
War: The Red Army and the Catastrophe of
1941". Europe-Asia Studies. 47 (8): 1293–
26. doi:10.1080/09668139508412322.
116. ^ Wilt, Alan F. (1981). "Hitler's Late Summer
Pause in 1941". Military Affairs. 45 (4): 187–
91. doi:10.2307/1987464. JSTOR 1987464.
117. ^ Erickson, John (2003). The Road to
Stalingrad. Cassell Military. hlm. 114–137. ISBN 0-
304-36541-6.
118. ^ Glantz 2001, hlm. 9
119. ^ Farrell, Brian P (1993). "Yes, Prime Minister:
Barbarossa, Whipcord, and the Basis of British
Grand Strategy, Autumn 1941". The Journal of
Military History. 57 (4): 599–
625. doi:10.2307/2944096. JSTOR 2944096.
120. ^ Pravda, Alex; Duncan, Peter J. S
(1990). Soviet-British Relations Since the 1970s.
Cambridge University Press. hlm. 29. ISBN 0-521-
37494-4.
121. ^ Bueno de Mesquita, Bruce; Smith, Alastair;
Siverson, Randolph M.; Morrow, James D
(2005). The Logic of Political Survival. MIT Press.
hlm. 425. ISBN 0-262-52440-6.
122. ^ Louis, William Roger (1998). More
Adventures with Britannia: Personalities, Politics
and Culture in Britain. University of Texas Press.
hlm. 223. ISBN 0-292-74708-X.
123. ^ Kleinfeld, Gerald R (1983). "Hitler's Strike for
Tikhvin". Military Affairs. 47 (3): 122–
128. doi:10.2307/1988082. JSTOR 1988082.
124. ^ Shukman, Harold (2001). Stalin's Generals.
Phoenix Press. hlm. 113. ISBN 1-84212-513-3.
125. ^ Glantz 2001, hlm. 26, "By 1 November [the
Wehrmacht] had lost fully 20% of its committed
strength (686,000 men), up to 2/3 of its ½-million
motor vehicles, and 65 percent of its tanks. The
German Army High Command (OKH) rated its 136
divisions as equivalent to 83 full-strength
divisions."
126. ^ Reinhardt, Klaus; Keenan, Karl B
(1992). Moscow-The Turning Point: The Failure of
Hitler's Strategy in the Winter of 1941–42. Berg.
hlm. 227. ISBN 0-85496-695-1.
127. ^ Milward, A.S. (1964). "The End of the
Blitzkrieg". The Economic History Review. 16 (3):
499–518. doi:10.1111/j.1468-
0289.1964.tb01744.x.
128. ^ Rotundo, Louis (1986). "The Creation of
Soviet Reserves and the 1941 Campaign". Military
Affairs. 50 (1): 21–
8. doi:10.2307/1988530. JSTOR 1988530.
129. ^ Glantz 2001, hlm. 26
130. ^ Garthoff, Raymond L (October 1969). "The
Soviet Manchurian Campaign, August
1945". Military Affairs. 33 (2): 312.
131. ^ Welch, David (1999). Modern European
History, 1871–2000: A Documentary Reader.
Routledge. hlm. 102. ISBN 0-415-21582-X.
132. ^ Weinberg, Gerhard L (2005). A World At
Arms. Cambridge University Press.
hlm. 248. ISBN 0-521-61826-6.
133. ^ Anderson, Irvine H., Jr. (1975). "The 1941
De Facto Embargo on Oil to Japan: A Bureaucratic
Reflex". The Pacific Historical Review. 44 (2):
201. JSTOR 3638003.
134. ^ Peattie, Mark R.; Evans, David C.
(1997). Kaigun: Strategy, Tactics, and Technology
in the Imperial Japanese Navy. Naval Institute
Press. hlm. 456. ISBN 0-87021-192-7.
135. ^ Lightbody, Bradley (2004). The Second
World War: Ambitions to Nemesis. Routledge.
hlm. 125. ISBN 0-415-22404-7.
136. ^ Weinberg, Gerhard L (2005). A World At
Arms. Cambridge University Press.
hlm. 310. ISBN 0-521-61826-6.
137. ^ Morgan, Patrick M (1983). Strategic Military
Surprise: Incentives and Opportunities.
Transaction Publishers. hlm. 51. ISBN 0-87855-
912-4.
138. ^ a b Wohlstetter, Roberta (1962). Pearl
Harbor: Warning and Decision. Stanford University
Press. hlm. 341–43. ISBN 0-8047-0598-4.
139. ^ Dunn, Dennis J (1998). Caught Between
Roosevelt & Stalin: America's Ambassadors to
Moscow. The University Press of Kentucky.
hlm. 157. ISBN 0-8131-2023-3.
140. ^ According to Ernest May (May, Ernest
(1955). "The United States, the Soviet Union and
the Far Eastern War". The Pacific Historical
Review. 24 (2): 156. JSTOR 3634575.) Churchill
stated: "Russian declaration of war on Japan
would be greatly to our advantage, provided, but
only provided, that Russians are confident that will
not impair their Western Front".
141. ^ Kelly, Brian. "The Four Policemen and.
Postwar Planning, 1943-1945: The Collision of
Realist and. Idealist Perspectives" (dalam bahasa
English). Diakses tanggal 22 May2016.
142. ^ Mingst, Karen A.; Karns, Margaret P
(2007). United Nations in the Twenty-First Century.
Westview Press. hlm. 22. ISBN 0-8133-4346-1.
143. ^ Rees, Laurence (2009). World War Two
Behind Closed Doors, BBC Books, p. 99 ISBN 1-
4481-4045-5.
144. ^ a b Rees, Laurence (2009). World War Two
Behind Closed Doors, BBC Books, pp. 406–
7 ISBN 1-4481-4045-5. "Stalin always believed
that Britain and America were delaying the second
front so that the Soviet Union would bear the brunt
of the war"
145. ^ Klam, Julie (2002). The Rise of Japan and
Pearl Harbor. Black Rabbit Books.
hlm. 27. ISBN 1-58340-188-1.
146. ^ Lewis, Morton. "XXIX. Japanese Plans and
American Defenses". Dalam Greenfield, Kent
Roberts. The Fall of the Philippines. U.S.
Government Printing Office. hlm. 529. Library of
Congress Catalogue Card Number: 53-
63678. (Table 11).
147. ^ Hill, J. R.; Ranft, Bryan (2002). The Oxford
Illustrated History of the Royal Navy. Oxford
University Press. hlm. 362. ISBN 0-19-860527-7.
148. ^ Hsiung 1992, hlm. 158
149. ^ Perez, Louis G. (1 June 1998). The history
of Japan. Greenwood Publishing Group.
hlm. 145. ISBN 0-313-30296-0. Diakses
tanggal 12 November 2009.
150. ^ Gooch, John (1990). Decisive Campaigns of
the Second World War. Routledge.
hlm. 52. ISBN 0-7146-3369-0.
151. ^ Glantz 2001, hlm. 31
152. ^ Molinari, Andrea (2007). Desert Raiders:
Axis and Allied Special Forces 1940–43. Osprey
Publishing. hlm. 91. ISBN 1-84603-006-4.
153. ^ Mitcham, Samuel W.; Mitcham, Samuel W.
Jr (1982). Rommel's Desert War: The Life and
Death of the Afrika Korps. Stein & Day.
hlm. 31. ISBN 978-0-8117-3413-4.
154. ^ Maddox, Robert James (1992). The United
States and World War II. Westview Press.
hlm. 111–12. ISBN 0-8133-0436-9.
155. ^ Salecker, Gene Eric (2001). Fortress
Against the Sun: The B-17 Flying Fortress in the
Pacific. Da Capo Press. hlm. 186. ISBN 1-58097-
049-4.
156. ^ Ropp, Theodore (1962). War in the Modern
World. Macmillan Publishing Company.
hlm. 368. ISBN 0-8018-6445-3.
157. ^ Weinberg 1995, hlm. 339
158. ^ Gilbert, Adrian (2003). The Encyclopedia of
Warfare: From Earliest Times to the Present Day.
Globe Pequot. hlm. 259. ISBN 1-59228-027-7.
159. ^ Swain, Bruce (2001). A Chronology of
Australian Armed Forces at War 1939–45. Allen &
Unwin. hlm. 197. ISBN 1-86508-352-6.
160. ^ Hane, Mikiso (2001). Modern Japan: A
Historical Survey. Westview Press.
hlm. 340. ISBN 0-8133-3756-9.
161. ^ Marston, Daniel (2005). The Pacific War
Companion: From Pearl Harbor to Hiroshima.
Osprey Publishing. hlm. 111. ISBN 1-84176-882-0.
162. ^ Brayley, Martin J (2002). The British Army,
1939–45: The Far East. Osprey Publishing.
hlm. 9. ISBN 1-84176-238-5.
163. ^ Read, Anthony (2004). The Devil's Disciples:
Hitler's Inner Circle. W. W. Norton & Company.
hlm. 764. ISBN 0-393-04800-4.
164. ^ Davies, Norman (2006). Europe at War
1939–1945: No Simple Victory. Macmillan.
hlm. 100. ISBN 0-333-69285-3.
165. ^ Badsey, Stephen (2000). The Hutchinson
Atlas of World War II Battle Plans: Before and
After. Taylor & Francis. hlm. 235–36. ISBN 1-
57958-265-6.
166. ^ Black, Jeremy (2003). World War Two: A
Military History. Routledge. hlm. 119. ISBN 0-415-
30534-9.
167. ^ Gilbert, Sir Martin (2004). The Second World
War: A Complete History. Macmillan. hlm. 397–
400. ISBN 0-8050-7623-9.
168. ^ Shukman, Harold (2001). Stalin's Generals.
Phoenix Press. hlm. 142. ISBN 1-84212-513-3.
169. ^ Gannon, James (2002). Stealing Secrets,
Telling Lies: How Spies and Codebreakers Helped
Shape the Twentieth Century. Brassey's.
hlm. 76. ISBN 1-57488-473-5.
170. ^ Paxton, Robert O (1972). Vichy France: Old
Guard and New Order, 1940–1944. Knopf.
hlm. 313. ISBN 0-394-47360-4.
171. ^ Rich, Norman (1992). Hitler's War Aims:
Ideology, the Nazi State, and the Course of
Expansion. Norton. hlm. 178. ISBN 0-393-00802-
9.
172. ^ Penrose, Jane (2004). The D-Day
Companion. Osprey Publishing. hlm. 129. ISBN 1-
84176-779-4.
173. ^ Neillands, Robin (2005). The Dieppe Raid:
The Story of the Disastrous 1942
Expedition. Indiana University Press. ISBN 0-253-
34781-5.
174. ^ Keegan, John (1997). The Second World
War. London: Pimlico. hlm. 277. ISBN 0-7126-
7348-2.
175. ^ Thomas, David Arthur (1988). A Companion
to the Royal Navy. Harrap. hlm. 265. ISBN 0-245-
54572-7.
176. ^ Thomas, Nigel; Andrew, Stephen
(1998). German Army 1939–1945 (2): North Africa
& Balkans. Osprey Publishing. hlm. 8. ISBN 1-
85532-640-X.
177. ^ a b Ross, Steven T (1997). American War
Plans, 1941–1945: The Test of Battle. Frank Cass
& Co. hlm. 38. ISBN 0-7146-4634-2.
178. ^ Bonner, Kit; Bonner, Carolyn
(2001). Warship Boneyards. MBI Publishing
Company. hlm. 24. ISBN 0-7603-0870-5.
179. ^ Collier, Paul (2003). The Second World War
(4): The Mediterranean 1940–1945. Osprey
Publishing. hlm. 11. ISBN 1-84176-539-2.
180. ^ Thompson, John Herd; Randall, Stephen J
(1994). Canada and the United States: Ambivalent
Allies. University of Georgia Press.
hlm. 164. ISBN 0-8203-2403-5.
181. ^ Kennedy, David M (1999). Freedom from
Fear: The American People in Depression and
War, 1929–1945. Oxford University Press.
hlm. 610. ISBN 0-19-503834-7.
182. ^ Rottman, Gordon L (2002). World War II
Pacific Island Guide: A Geo-Military Study.
Greenwood Publishing Group. hlm. 228. ISBN 0-
313-31395-4.
183. ^ Glantz, David M. (September 1986). "Soviet
Defensive Tactics at Kursk, July 1943". CSI
Report No. 11. Combined Arms Research
Library. OCLC 278029256. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 6 March 2008. Diakses tanggal 17
February 2010.
184. ^ Glantz, David M (1989). Soviet military
deception in the Second World War. Routledge.
hlm. 149–59. ISBN 978-0-7146-3347-3.
185. ^ Kershaw, Ian (2001). Hitler, 1936–1945:
Nemesis. W. W. Norton & Company.
hlm. 592. ISBN 0-393-32252-1.
186. ^ O'Reilly, Charles T (2001). Forgotten
Battles: Italy's War of Liberation, 1943–1945.
Lexington Books. hlm. 32. ISBN 0-7391-0195-1.
187. ^ Bellamy, Chris T (2007). Absolute war:
Soviet Russia in the Second World War. BAlfred A.
Knopf. hlm. 595. ISBN 0-375-41086-4.
188. ^ O'Reilly, Charles T (2001). Forgotten
Battles: Italy's War of Liberation, 1943–1945.
Lexington Books. hlm. 35. ISBN 0-7391-0195-1.
189. ^ Healy, Mark (1992). Kursk 1943: The tide
turns in the East. Osprey Publishing.
hlm. 90. ISBN 1-85532-211-0.
190. ^ Glantz 2001, hlm. 50–55
191. ^ McGowen, Tom (2002). Assault From The
Sea: Amphibious Invasions in the Twentieth
Century. Twenty-First Century Books. hlm. 43–
44. ISBN 0-7613-1811-9.
192. ^ Mazower, Mark (2009). Hitler's Empire :
Nazi Rule in Occupied Europe. London: Penguin.
hlm. 362. ISBN 978-0-14-101192-9.
193. ^ Hart, Stephen; Hart, Russell; Hughes,
Matthew (2000). The German Soldier in World
War II. MBI Publishing Company.
hlm. 151. ISBN 0-7603-0846-2.
194. ^ Blinkhorn, Martin (1984). Mussolini and
Fascist Italy. Methuen & Co. hlm. 52. ISBN 0-415-
10231-6.
195. ^ Read, Anthony; Fisher, David (1992). The
Fall of Berlin. Hutchinson. hlm. 129. ISBN 0-09-
175337-6.
196. ^ Padfield, Peter (1998). War Beneath the
Sea : Submarine Conflict During World War II(edisi
ke-paperback.). New York: John Wiley. hlm. 335–
336. ISBN 0-471-24945-9.
197. ^ a b Iriye, Akira (1981). Power and culture: the
Japanese-American war, 1941–1945. Harvard
University Press. hlm. 154. ISBN 0-674-69582-8.
198. ^ a b Polley, Martin (2000). A-Z of modern
Europe since 1789. Taylor & Francis.
hlm. 148. ISBN 0-415-18598-X.
199. ^ ed. Hsiung, James C. and Steven I.
Levine China's Bitter Victory: The War with Japan
1937–1945, p. 161
200. ^ Hsu Long-hsuen and Chang Ming-kai
(1971) History of The Sino-Japanese War (1937–
1945) 2nd Ed. Translated by Wen Ha-hsiung.
Chung Wu Publishing. pp. 412–416, Map 38
201. ^ Weinberg 1995, hlm. 660–661
202. ^ Glantz, David M (2001). The siege of
Leningrad, 1941–1944: 900 days of terror. Zenith
Imprint. hlm. 166–69. ISBN 0-7603-0941-8.
203. ^ Glantz, David M (2002). The Battle for
Leningrad: 1941–1944. Lawrence: University
Press of Kansas. ISBN 0-7006-1208-4.
204. ^ Chubarov, Alexander (2001). Russia's Bitter
Path to Modernity: A History of the Soviet and
Post-Soviet Eras. Continuum International
Publishing Group. hlm. 122. ISBN 0-8264-1350-1.
205. ^ Havighurst, Alfred F (1962). Britain in
Transition: The Twentieth Century. The University
of Chicago Press. hlm. 344. ISBN 0-226-31971-7.
206. ^ Lightbody, Bradley (2004). The Second
World War: Ambitions to Nemesis. Routledge.
hlm. 224. ISBN 0-415-22404-7.
207. ^ a b Zeiler, Thomas W (2004). Unconditional
Defeat: Japan, America, and the End of World War
II. Scholarly Resources. hlm. 60. ISBN 0-8420-
2991-5.
208. ^ Craven, Wesley Frank; Cate, James Lea
(1953). The Army Air Forces in World War II,
Volume Five—The Pacific, Matterhorn to
Nagasaki. Chicago University Press. hlm. 207.
209. ^ Hsiung, James Chieh; Levine, Steven I
(1992). China's Bitter Victory: The War with Japan,
1937–1945. M.E. Sharpe. hlm. 163. ISBN 1-
56324-246-X.
210. ^ Coble, Parks M (2003). Chinese Capitalists
in Japan's New Order: The Occupied Lower
Yangzi, 1937–1945. University of California Press.
hlm. 85. ISBN 0-520-23268-2.
211. ^ Weinberg 1995, hlm. 695
212. ^ Badsey, Stephen (1990). Normandy 1944:
Allied Landings and Breakout. Osprey Publishing.
hlm. 91. ISBN 0-85045-921-4.
213. ^ Dear, I. C. B.; Foot, M. R. D, ed. (2002).
"Market-Garden". Oxford Companion to World War
II. Oxford University Press. hlm. 877. ISBN 0-19-
860446-7.
214. ^ The operation "was the most calamitous
defeat of all the German armed forces in World
War II" (Zaloga, Steven J (1996). Bagration 1944:
The destruction of Army Group Centre. Osprey
Publishing. hlm. 7. ISBN 1-85532-478-4.)
215. ^ Berend, Ivan T. (1999). Central and Eastern
Europe, 1944–1993: Detour from the Periphery to
the Periphery. Cambridge University Press.
hlm. 8. ISBN 0-521-55066-1.
216. ^ "Armistice Negotiations and Soviet
Occupation". US Library of Congress. Diakses
tanggal 14 November 2009. The coup speeded the
Red Army's advance, and the Soviet Union later
awarded Michael the Order of Victory for his
personal courage in overthrowing Antonescu and
putting an end to Romania's war against the Allies.
Western historians uniformly point out that the
Communists played only a supporting role in the
coup; postwar Romanian historians, however,
ascribe to the Communists the decisive role in
Antonescu's overthrow
217. ^ Hastings, Max; Paul Henry, Collier
(2004). The Second World War: a world in flames.
Osprey Publishing. hlm. 223–4. ISBN 1-84176-
830-8.
218. ^ Wiest, Andrew A; Barbier, M. K
(2002). Strategy and Tactics Infantry Warfare.
Zenith Imprint. hlm. 65–6. ISBN 0-7603-1401-2.
219. ^ Wiktor, Christian L (1998). Multilateral Treaty
Calendar – 1648–1995. Kluwer Law International.
hlm. 426. ISBN 90-411-0584-0.
220. ^ Newton, Steven H (1995). Retreat from
Leningrad : Army Group North, 1944/1945. Atglen,
Philadelphia: Schiffer Books. ISBN 0-88740-806-0.
221. ^ Marston, Daniel (2005). The Pacific War
Companion: From Pearl Harbor to Hiroshima.
Osprey Publishing. hlm. 120. ISBN 1-84176-882-0.
222. ^ Jowett & Andrew 2002, hlm. 8
223. ^ Howard, Joshua H (2004). Workers at War:
Labor in China's Arsenals, 1937–1953. Stanford
University Press. hlm. 140. ISBN 0-8047-4896-9.
224. ^ Drea, Edward J (2003). In the Service of the
Emperor: Essays on the Imperial Japanese Army.
University of Nebraska Press. hlm. 54. ISBN 0-
8032-6638-3.
225. ^ Cook, Chris; Bewes, Diccon (1997). What
Happened Where: A Guide to Places and Events
in Twentieth-Century History. UCL Press.
hlm. 305. ISBN 1-85728-532-8.
226. ^ a b Parker, Danny S (2004). Battle of the
Bulge: Hitler's Ardennes Offensive, 1944–1945. Da
Capo Press. hlm. xiii–xiv, 6–8, 68–70 & 329–
330. ISBN 0-306-81391-2.
227. ^ Glantz 2001, hlm. 85
228. ^ Solsten, Eric (1999). Germany: A Country
Study. DIANE Publishing. hlm. 76–7. ISBN 0-
7881-8179-3.
229. ^ United States Dept. of State (1967). The
China White Paper, August 1949. Stanford
University Press. hlm. 113. ISBN 0-8047-0608-5.
230. ^ Buchanan, Tom (2006). Europe's troubled
peace, 1945–2000. Wiley-Blackwell.
hlm. 21. ISBN 0-631-22163-8.
231. ^ Shepardson, Donald E (1998). "The Fall of
Berlin and the Rise of a Myth". The Journal of
Military History. 62 (1): 135–
154. doi:10.2307/120398. JSTOR 120398.
232. ^ O'Reilly, Charles T (2001). Forgotten
Battles: Italy's War of Liberation, 1943–1945.
Lexington Books. hlm. 244. ISBN 0-7391-0195-1.
233. ^ Kershaw 2001, hlm. 823
234. ^ a b Donnelly, Mark (1999). Britain in the
Second World War. Routledge. hlm. xiv. ISBN 0-
415-17425-2.
235. ^ Pinkus, Oscar . The war aims and strategies
of Adolf Hitler, McFarland, 2005, ISBN 0-7864-
2054-5, ISBN 978-0-7864-2054-4, p. 501-3
236. ^ Glantz, David M. (1995). When Titans
Clashed: How the Red Army Stopped Hitler.
Lawrence, Kansas: University Press of Kansas.
hlm. 34. ISBN 0-7006-0899-0.
237. ^ Chant, Christopher (1986). The
Encyclopedia of Codenames of World War II.
Routledge & Kegan Paul. hlm. 118. ISBN 0-7102-
0718-2.
238. ^ Drea, Edward J (2003). In the Service of the
Emperor: Essays on the Imperial Japanese Army.
University of Nebraska Press. hlm. 57. ISBN 0-
8032-6638-3.
239. ^ Jowett & Andrew 2002, hlm. 6
240. ^ Poirier, Michel Thomas (20 October
1999). "Results of the German and American
Submarine Campaigns of World War II". U.S.
Navy. Diakses tanggal 13 April 2008.
241. ^ Williams, Andrew J (2006). Liberalism and
War: The Victors and the Vanquished. Routledge.
hlm. 90. ISBN 0-415-35980-5.
242. ^ Miscamble, Wilson D (2007). From
Roosevelt to Truman: Potsdam, Hiroshima, and
the Cold War. Cambridge University Press.
hlm. 201. ISBN 0-521-86244-2.
243. ^ Miscamble, Wilson D (2007). From
Roosevelt to Truman: Potsdam, Hiroshima, and
the Cold War. Cambridge University Press.
hlm. 203–4. ISBN 0-521-86244-2.
244. ^ Glantz, David M (2005). "August Storm: The
Soviet Strategic Offensive in
Manchuria". Leavenworth Papers. Combined Arms
Research Library. OCLC 78918907. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2 March 2008. Diakses
tanggal 25 January 2010.
245. ^ Pape, Robert A (1993). "Why Japan
Surrendered". International Security. 18 (2): 154–
201. doi:10.2307/2539100. JSTOR 2539100.
246. ^ Norbert Frei. Adenauer's Germany and the
Nazi Past: The Politics of Amnesty and Integration.
Translated by Joel Golb. New York: Columbia
University Press. 2002. ISBN 0-231-11882-1, pp.
41–66.
247. ^ Roberts, Geoffrey (2006). Stalin's Wars:
From World War to Cold War, 1939–1953. Yale
University Press. hlm. 43. ISBN 0-300-11204-1.
248. ^ Roberts, Geoffrey (2006). Stalin's Wars:
From World War to Cold War, 1939–1953. Yale
University Press. hlm. 55. ISBN 0-300-11204-1.
249. ^ Shirer, William L. (1990). The Rise and Fall
of the Third Reich: A History of Nazi Germany.
Simon and Schuster. hlm. 794. ISBN 0-671-72868-
7.
250. ^ Kennedy-Pipe, Caroline (1995). Stalin's Cold
War. Manchester University Press. ISBN 0-7190-
4201-1.
251. ^ Wettig, Gerhard (2008). Stalin and the Cold
War in Europe. Rowman & Littlefield. hlm. 20–
21. ISBN 0-7425-5542-9.
252. ^ Senn, Alfred Erich (2007). Lithuania 1940:
revolution from above. Rodopi. ISBN 978-90-420-
2225-6.
253. ^ Yoder, Amos (1997). The Evolution of the
United Nations System. Taylor & Francis.
hlm. 39. ISBN 1-56032-546-1.
254. ^ "History of the UN". United Nations. Diakses
tanggal 25 January 2010.
255. ^ "The Universal Declaration of Human Rights,
Article 2". United Nations. Diakses tanggal 14
November 2009. * Everyone is entitled to all the
rights and freedoms set forth in this Declaration,
without distinction of any kind, such as race,
colour, sex, language, religion, political or other
opinion, national or social origin, property, birth or
other status. Furthermore, no distinction shall be
made on the basis of the political, jurisdictional or
international status of the country or territory to
which a person belongs, whether it be
independent, trust, non-self-governing or under
any other limitation of sovereignty
256. ^ Kantowicz, Edward R (2000). Coming Apart,
Coming Together. Wm. B. Eerdmans Publishing.
hlm. 6. ISBN 0-8028-4456-1.
257. ^ Wettig, Gerhard (2008). Stalin and the Cold
War in Europe. Rowman & Littlefield. hlm. 96–
100. ISBN 0-7425-5542-9.
258. ^ Trachtenberg, Marc (1999). A Constructed
Peace: The Making of the European Settlement,
1945–1963. Princeton University Press.
hlm. 33. ISBN 0-691-00273-8.
259. ^ Granville, Johanna (2004). The First
Domino: International Decision Making during the
Hungarian Crisis of 1956. Texas A&M University
Press. ISBN 1-58544-298-4.
260. ^ Grenville, John Ashley Soames (2005). A
History of the World from the 20th to the 21st
century. Routledge. hlm. 370–71. ISBN 0-415-
28954-8.
261. ^ Cook, Bernard A (2001). Europe Since
1945: An Encyclopedia. Taylor & Francis.
hlm. 17. ISBN 0-8153-4057-5.
262. ^ Geoffrey Swain. The Cominform: Tito's
International? The Historical Journal, Vol. 35, No.
3 (Sep. 1992), pp. 641–663
263. ^ Leffler, Melvyn P.; Painter, David S
(1994). Origins of the Cold War: An International
History. Routledge. hlm. 318. ISBN 0-415-34109-
4.
264. ^ Bellamy, Christopher (2001). "Cold War".
Dalam Holmes, Richard. The Oxford Companion
to Military History (edisi ke-Oxford Reference
Online). Oxford: Oxford University Press. ISBN 0-
19-860696-6.
265. ^ Weinberg, Gerhard L. (2005). A World At
Arms. Cambridge University Press. p. 911
266. ^ Connor, Mary E. (2009). "History". Dalam
Connor, Mary E. The Koreas. Asia in Focus. Santa
Barbara: ABC-CLIO. hlm. 43–45. ISBN 1-59884-
160-2.
267. ^ Lynch, Michael (2010). The Chinese Civil
War 1945–49. Botley: Osprey Publishing. hlm. 12–
13. ISBN 978-1-84176-671-3.
268. ^ Roberts, J.M. (1996). The Penguin History of
Europe. London: Penguin Books.
hlm. 589. ISBN 0-14-026561-9.
269. ^ Darwin, John (2007). After Tamerlane: The
Rise & Fall of Global Empires 1400–2000. London:
Penguin Books. hlm. 441–443, 464–
468. ISBN 978-0-14-101022-9.
270. ^ Harrison, Mark (1998). "The economics of
World WarII: an overview". Dalam Harrison,
Mark. The Economics of World War II: Six great
powers in international comparison. Cambridge:
Cambridge University Press. hlm. 34–35. ISBN 0-
521-62046-5.
271. ^ Dear, I.C.B and Foot, M.R.D., ed. (2005).
"World trade and world economy". The Oxford
Companion to World War II. Oxford: Oxford
University Press. hlm. 1006. ISBN 978-0-19-
280670-3.
272. ^ Nicholas Balabkins, "Germany Under Direct
Controls: Economic Aspects of Industrial
Disarmament 1945–1948", Rutgers University
Press, 1964 p. 207
273. ^ Vladimir Petrov, Money and conquest; allied
occupation currencies in World War II. Baltimore,
Johns Hopkins Press (1967) p. 263
274. ^ Nicholas Balabkins, "Germany Under Direct
Controls: Economic Aspects of Industrial
Disarmament 1945–1948", Rutgers University
Press, 1964 p. 208, 209
275. ^ Dornbusch, Rüdiger; Nölling, Wilhelm;
Layard, P. Richard G (1993). Postwar Economic
Reconstruction and Lessons for the East Today.
Massachusetts Institute of Technology Press. pp.
190, 191, ISBN 0-262-04136-7.
276. ^ Nicholas Balabkins, "Germany Under Direct
Controls: Economic Aspects of Industrial
Disarmament 1945–1948", Rutgers University
Press, 1964 p. 212
277. ^ Dornbusch, Rüdiger; Nölling, Wilhelm;
Layard, P. Richard G (1993). Postwar Economic
Reconstruction and Lessons for the East Today.
Massachusetts Institute of Technology Press. p29
-p30, 32, ISBN 0-262-04136-7.
278. ^ Bull, Martin J.; Newell, James (2005). Italian
Politics: Adjustment Under Duress. Polity.
hlm. 20. ISBN 0-7456-1299-7.
279. ^ Bull, Martin J.; Newell, James (2005). Italian
Politics: Adjustment Under Duress. Polity.
hlm. 21. ISBN 0-7456-1299-7.
280. ^ Harrop, Martin (1992). Power and Policy in
Liberal Democracies. Cambridge University Press.
hlm. 23. ISBN 0-521-34579-0.
281. ^ Dornbusch, Rüdiger; Nölling, Wilhelm;
Layard, P. Richard G (1993). Postwar Economic
Reconstruction and Lessons for the East Today.
Massachusetts Institute of Technology Press.
hlm. 117. ISBN 0-262-04136-7.
282. ^ Emadi-Coffin, Barbara (2002). Rethinking
International Organization: Deregulation and
Global Governance. Routledge. hlm. 64. ISBN 0-
415-19540-3.
283. ^ Smith, Alan (1993). Russia And the World
Economy: Problems of Integration. Routledge.
hlm. 32. ISBN 0-415-08924-7.
284. ^ Harrop, Martin (1992). Power and Policy in
Liberal Democracies. Cambridge University Press.
hlm. 49. ISBN 0-521-34579-0.
285. ^ Genzberger, Christine (1994). China
Business: The Portable Encyclopedia for Doing
Business with China. Petaluma, California: World
Trade Press. hlm. 4. ISBN 0-9631864-3-4.
286. ^ O'Brien, Prof. Joseph V. "World War II:
Combatants and Casualties (1937–1945)". Obee's
History Page. John Jay College of Criminal
Justice. Diakses tanggal 20 April2007.[pranala nonaktif]
287. ^ White, Matthew. "Source List and Detailed
Death Tolls for the Twentieth Century
Hemoclysm". Historical Atlas of the Twentieth
Century. Matthew White's Homepage. Diakses
tanggal 20 April 2007.
288. ^ "World War II Fatalities".
secondworldwar.co.uk. Diakses tanggal 20
April 2007.
289. ^ Geoffrey A. Hosking (2006). Rulers and
victims: the Russians in the Soviet Union. Harvard
University Press. p. 242. ISBN 0-674-02178-9.
290. ^ Michael Ellman and S. Maksudov
(1994). "Soviet Deaths in the Great Patriotic War:
A Note" (PDF). Europe-Asia Studies. 46 (4): 671–
680. PMID 12288331.
291. ^ Smith, J.W. (1994). The World's Wasted
Wealth 2: Save Our Wealth, Save Our
Environment. p. 204. ISBN 0-9624423-2-1.
292. ^ Herf, Jeffrey (2003). "The Nazi Extermination
Camps and the Ally to the East. Could the Red
Army and Air Force Have Stopped or Slowed the
Final Solution?". Kritika: Explorations in Russian
and Eurasian History. 4 (4): 913–
930. doi:10.1353/kri.2003.0059.
293. ^ Florida Center for Instructional Technology
(2005). "Victims". A Teacher's Guide to the
Holocaust. University of South Florida. Diakses
tanggal 2 February 2008.
294. ^ Niewyk, Donald L. and Nicosia, Francis R.
(2000). The Columbia Guide to the
Holocaust. Columbia University Press. pp. 45–52.
295. ^ Todd, Allan (2001). The Modern World.
Oxford University Press. hlm. 121. ISBN 0-19-
913425-1.
296. ^ Winter, J.M. (2002). "Demography of the
War". Dalam Dear, I.C.B.; Foot, M.R.D. Oxford
Companion to World War II. Oxford University
Press. hlm. 290. ISBN 0-19-860446-7.
297. ^ "Jasenovac". jewishvirtuallibrary.org.
American-Israeli Cooperative Enterprise. Diakses
tanggal 25 January 2010.
298. ^ Chang, Iris (1997). The Rape of Nanking:
The Forgotten Holocaust of World War II.
BasicBooks. hlm. 102. ISBN 0-465-06835-9.
299. ^ Rummell, R. J. "Statistics". Freedom,
Democide, War. The University of Hawaii System.
Diakses tanggal 25 January 2010.
300. ^ Himeta, Mitsuyoshi (姫田光義) (日本軍によ
る『三光政策・三光作戦をめぐって』)
(Concerning the Three Alls Strategy/Three Alls
Policy By the Japanese Forces), Iwanami
Bukkuretto, 1996, Bix, Hirohito and the Making of
Modern Japan, 2000
301. ^ Tucker, Spencer C.; Roberts, Priscilla Mary
Roberts (2004). Encyclopedia of World War II: A
Political, Social, and Military History. ABC-CLIO.
hlm. 319. ISBN 1-57607-999-6.
302. ^ Gold, Hal (1996). Unit 731 testimony. Tuttle.
hlm. 75–7. ISBN 0-8048-3565-9.
303. ^ Tucker, Spencer C.; Roberts, Priscilla Mary
Roberts (2004). Encyclopedia of World War II: A
Political, Social, and Military History. ABC-CLIO.
hlm. 320. ISBN 1-57607-999-6.
304. ^ Harris (2002). Factories of Death: Japanese
Biological Warfare, 1932–1945, and the American
Cover-up. Routledge. hlm. 74. ISBN 0-415-93214-
9.
305. ^ Sabella, Robert; Li, Fei Fei; Liu, David
(2002). Nanking 1937: Memory and Healing. M.E.
Sharpe. hlm. 69. ISBN 0-7656-0816-2.
306. ^ "Japan tested chemical weapons on Aussie
POW: new evidence". The Japan Times Online. 27
July 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29
May 2012. Diakses tanggal 25 January 2010.
307. ^ Aksar, Yusuf (2004). Implementing
International Humanitarian Law: From the Ad Hoc
Tribunals to a Permanent International Criminal
Court. Routledge. hlm. 45. ISBN 0-7146-8470-8.
308. ^ Hornberger, Jacob (April
1995). "Repatriation—The Dark Side of World War
II". The Future of Freedom Foundation. Diakses
tanggal 25 January 2010.
309. ^ Koh, David (21 August 2008). "Vietnam
needs to remember famine of 1945". The Straits
Times. Singapore. Diakses tanggal 25
January 2010.
310. ^ Harding, Luke (22 October
2003). "Germany's forgotten victims". The
Guardian. London. Diakses tanggal 21
January 2010.
311. ^ a b Marek, Michael (27 October 2005). "Final
Compensation Pending for Former Nazi Forced
Laborers". dw-world.de. Deutsche Welle.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 January 2010.
Diakses tanggal 19 January 2010.
312. ^ Applebaum, Anne (16 October
2003). "Gulag: Understanding the Magnitude of
What Happened". Heritage Foundation. Diakses
tanggal 19 January 2010.
313. ^ North, Jonathan (January 2006). "Soviet
Prisoners of War: Forgotten Nazi Victims of World
War II". HistoryNet.com. Weider History Group.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 January 2010.
Diakses tanggal 19 January 2010.
314. ^ Overy, Richard (2004). The Dictators:
Hitler's Germany, Stalin's Russia. W. W. Norton &
Company. hlm. 568–69. ISBN 0-393-02030-4.
315. ^ Zemskov V.N. On repatriation of Soviet
citizens. Istoriya SSSR., 1990, No.4, (in Russian).
See also [1] (online version), and Edwin Bacon
(1992). "Glasnost' and the Gulag: New Information
on Soviet Forced Labour around World War
II". Soviet Studies. 44 (6): 1069–
1086. JSTOR 152330.; Michael Ellman
(2002). "Soviet Repression Statistics: Some
Comments" (PDF). Europe-Asia Studies. 54 (7):
1151–1172. doi:10.1080/0966813022000017177. 
copy
316. ^ "Japanese Atrocities in the
Philippines". American Experience: the Bataan
Rescue. PBS Online. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 19 January 2010. Diakses tanggal 18
January2010.
317. ^ Tanaka, Yuki (1996). Hidden Horrors:
Japanese War Crimes in World War II. Westview
Press. hlm. 2–3. ISBN 0-8133-2718-0.
318. ^ Bix, Herbert (2001). Hirohito and the Making
of Modern Japan. HarperCollins. hlm. 360. ISBN 0-
06-093130-2.
319. ^ a b Ju, Zhifen (June 2002). "Japan's atrocities
of conscripting and abusing north China
draughtees after the outbreak of the Pacific
war". Joint Study of the Sino-Japanese
War:Minutes of the June 2002 Conference.
Harvard University Faculty of Arts and Sciences.
Diakses tanggal 18 February 2010.
320. ^ a b "Indonesia: World War II and the Struggle
For Independence, 1942–50; The Japanese
Occupation, 1942–45". Library of Congress. 1992.
Diakses tanggal 9 February 2007.
321. ^ "Manzanar National Historic Site". U.S.
National Park Service. Diakses tanggal 21
February 2012.
322. ^ Department of Labour of Canada (24
January 1947). Report on the Re-establishment of
Japanese in Canada, 1944–1946. Department of
Labour. Office of the Prime Minister.
hlm. 23. ISBN 0-405-11266-1.
323. ^ Kennedy, David M. (2001). Freedom From
Fear : The American People in Depression and
War, 1929–1945. New York City: Oxford University
Press. hlm. 749–750. ISBN 0-19-514403-1.
324. ^ Eugene Davidson "The Death and Life of
Germany: an Account of the American
Occupation", University of Missouri Press,
1999 ISBN 0-8262-1249-2, p. 121
325. ^ Stark, Tamás. ""Malenki Robot" – Hungarian
Forced Labourers in the Soviet Union (1944–
1955)" (PDF). Minorities Research. Diakses
tanggal 22 January 2010.
326. ^ a b Harrison, Mark (2000). The Economics of
World War II: Six Great Powers in International
Comparison. Cambridge University Press.
hlm. 3. ISBN 0-521-78503-0.
327. ^ Harrison, Mark (2000). The Economics of
World War II: Six Great Powers in International
Comparison. Cambridge University Press.
hlm. 2. ISBN 0-521-78503-0.
328. ^ Hughes, Matthew; Mann, Chris
(2000). Inside Hitler's Germany: Life Under the
Third Reich. Potomac Books Inc.
hlm. 148. ISBN 1-57488-281-3.
329. ^ Bernstein, Gail Lee (1991). Recreating
Japanese Women, 1600–1945. University of
California Press. hlm. 267. ISBN 978-0-520-
07017-2.
330. ^ Hughes, Matthew; Mann, Chris
(2000). Inside Hitler's Germany: Life Under the
Third Reich. Potomac Books Inc.
hlm. 151. ISBN 1-57488-281-3.
331. ^ Griffith, Charles (1999). The Quest:
Haywood Hansell and American Strategic
Bombing in World War II. DIANE Publishing.
hlm. 203. ISBN 1-58566-069-8.
332. ^ Overy, R.J (1995). War and Economy in the
Third Reich. Oxford University Press, USA.
hlm. 26. ISBN 0-19-820599-6.
333. ^ Lindberg, Michael; Daniel, Todd
(2001). Brown-, Green- and Blue-Water Fleets: the
Influence of Geography on Naval Warfare, 1861 to
the Present. Praeger. hlm. 126. ISBN 0-275-
96486-8.
334. ^ Cox, Sebastian (1998). The Strategic Air
War Against Germany, 1939–1945. Frank Cass
Publishers. hlm. 84. ISBN 0-7146-4722-5.
335. ^ Unidas, Naciones (2005). World Economic
And Social Survey 2004: International Migration.
United Nations Pubns. hlm. 23. ISBN 92-1-
109147-0.
336. ^ Liberman, Peter (1998). Does Conquest
Pay?: The Exploitation of Occupied Industrial
Societies. Princeton University Press.
hlm. 42. ISBN 0-691-00242-8.
337. ^ Milward, Alan S (1979). War, Economy, and
Society, 1939–1945. University of California Press.
hlm. 138. ISBN 0-520-03942-4.
338. ^ Milward, Alan S (1979). War, Economy, and
Society, 1939–1945. University of California Press.
hlm. 148. ISBN 0-520-03942-4.
339. ^ Perrie, Maureen; Lieven, D. C. B; Suny,
Ronald Grigor (2007). The Cambridge History of
Russia. Cambridge University Press.
hlm. 232. ISBN 0-521-86194-2.
340. ^ Hill, Alexander (2005). The War Behind The
Eastern Front: The Soviet Partisan Movement In
North-West Russia 1941–1944. Routledge.
hlm. 5. ISBN 0-7146-5711-5.
341. ^ Christofferson, Thomas R; Christofferson,
Michael S (2006). France During World War II:
From Defeat to Liberation. Fordham University
Press. hlm. 156. ISBN 978-0-8232-2563-7.
342. ^ Ikeo, Aiko (1997). Economic Development in
Twentieth Century East Asia: The International
Context. Routledge. hlm. 107. ISBN 0-415-14900-
2.
343. ^ a b Boog, Horst; Rahn, Werner; Stumpf,
Reinhard; Wegner, Bernd
(2001). Militärgeschichtliches Forschungsamt
Germany and the Second World War—Volume VI:
The Global War. Oxford: Clarendon Press.
hlm. 266. ISBN 0-19-822888-0.
344. ^ Tucker, Spencer C.; Roberts, Priscilla Mary
Roberts (2004). Encyclopedia of World War II: A
Political, Social, and Military History. Sanata
Barbara, CA: ABC-CLIO. hlm. 76. ISBN 1-57607-
999-6.
345. ^ Levine, Alan J. (1992). The Strategic
Bombing of Germany, 1940–1945. Greenwood
Press. hlm. 217. ISBN 0-275-94319-4.
346. ^ Sauvain, Philip (2005). Key Themes of the
Twentieth Century: Teacher's Guide. Wiley-
Blackwell. hlm. 128. ISBN 1-4051-3218-3.
347. ^ Tucker, Spencer C.; Roberts, Priscilla Mary
Roberts (2004). Encyclopedia of World War II: A
Political, Social, and Military History. ABC-CLIO.
hlm. 163. ISBN 1-57607-999-6.
348. ^ Bishop, Chris; Chant, Chris (2004). Aircraft
Carriers: The World's Greatest Naval Vessels and
Their Aircraft. Wigston, Leics: Silverdale Books.
hlm. 7. ISBN 1-84509-079-9.
349. ^ Chenoweth, H. Avery; Nihart, Brooke
(2005). Semper Fi: The Definitive Illustrated
History of the U.S. Marines. New York: Main
Street. hlm. 180. ISBN 1-4027-3099-3.
350. ^ Sumner, Ian; Baker, Alix (2001). The Royal
Navy 1939–45. Osprey Publishing.
hlm. 25. ISBN 1-84176-195-8.
351. ^ Hearn, Chester G. (2007). Carriers in
Combat: The Air War at Sea. Stackpole Books.
hlm. 14. ISBN 0-8117-3398-X.
352. ^ Gardiner, Robert; Brown, David K
(2004). The Eclipse of the Big Gun: The Warship
1906–1945. London: Conway Maritime.
hlm. 52. ISBN 0-85177-953-0.
353. ^ Rydill, Louis (1995). Concepts in Submarine
Design. Cambridge University Press.
hlm. 15. ISBN 0-521-55926-X.
354. ^ Rydill, Louis (1995). Concepts in Submarine
Design. Cambridge University Press.
hlm. 16. ISBN 0-521-55926-X.
355. ^ a b Tucker, Spencer C.; Roberts, Priscilla
Mary Roberts (2004). Encyclopedia of World War
II: A Political, Social, and Military History. ABC-
CLIO. hlm. 125. ISBN 1-57607-999-6.
356. ^ Dupuy, Trevor Nevitt (1982). The Evolution
of Weapons and Warfare. Jane's Information
Group. hlm. 231. ISBN 0-7106-0123-9.
357. ^ a b Tucker, Spencer C.; Roberts, Priscilla
Mary (2004). Encyclopedia of World War II: A
Political, Social, and Military History. ABC-CLIO.
hlm. 108. ISBN 1-57607-999-6.
358. ^ Tucker, Spencer C.; Roberts, Priscilla Mary
Roberts (2004). Encyclopedia of World War II: A
Political, Social, and Military History. ABC-CLIO.
hlm. 734. ISBN 1-57607-999-6.
359. ^ a b Cowley, Robert; Parker, Geoffrey
(2001). The Reader's Companion to Military
History. Houghton Mifflin Harcourt.
hlm. 221. ISBN 0-618-12742-9.
360. ^ "Infantry Weapons Of World War 2". Grey
Falcon (Black Sun). Diakses tanggal 14
November 2009. These all-purpose guns were
developed and used by the German army in the
2nd half of World War 2 as a result of studies
which showed that the ordinary rifle's long range is
much longer than needed, since the soldiers
almost always fired at enemies closer than half of
its effective range. The assault rifle is a balanced
compromise between the rifle and the sub-
machine gun, having sufficient range and accuracy
to be used as a rifle, combined with the rapid-rate
automatic firepower of the sub machine gun.
Thanks to these combined advantages, assault
rifles such as the American M-16 and the Russian
AK-47 are the basic weapon of the modern soldier
361. ^ Sprague, Oliver; Griffiths, Hugh (2006). "The
AK-47: the worlds favourite killing machine" (PDF).
controlarms.org. hlm. 1. Diakses tanggal 14
November 2009.
362. ^ Ratcliff, Rebecca Ann (2006). Delusions of
Intelligence: Enigma, Ultra and the End of Secure
Ciphers. Cambridge University Press.
hlm. 11. ISBN 0-521-85522-5.
363. ^ a b Schoenherr, Steven (2007). "Code
Breaking in World War II". History Department at
the University of San Diego. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 9 May 2008. Diakses tanggal 15
November 2009.
364. ^ Macintyre, Ben (10 December 2010).
"Bravery of thousands of Poles was vital in
securing victory". The Times. London. hlm. 27.
365. ^ Rowe, Neil C.; Rothstein, Hy. "Deception for
Defense of Information Systems: Analogies from
Conventional Warfare". Departments of Computer
Science and Defense Analysis U.S. Naval
Postgraduate School. Air University. Diakses
tanggal 15 November 2009.
366. ^ "Konrad Zuse (1910–1995)". Istituto Dalle
Molle di Studi sull'Intelligenza Artificiale. Diakses
tanggal 14 November 2009. Konrad Zuse builds
Z1, world's first programme-controlled computer.
Despite mechanical engineering problems it had
all the basic ingredients of modern machines,
using the binary system and today's standard
separation of storage and control. Zuse's 1936
patent application (Z23139/GMD Nr. 005/021) also
suggests a von Neumann architecture (re-invented
in 1945) with programme and data modifiable in
storage
367. ^ Kenneth K. Hatfield (2003). "Heartland
heroes: remembering World War II.". University of
Missouri Press. p. 91. ISBN 0-8262-1460-6
Referensi
Adamthwaite, Anthony P. (1992). The Making of the
Second World War. New York: Routledge. ISBN 0-
415-90716-0.
Aksar, Yusuf (2004). Implementing Intnl Humanitaria:
From the AD Hoc Tribunals to a Permanent
International Criminal Court. London and New
York, NY: Routledge. ISBN 978-0-7146-5584-0.
Anderson, Irvine H., Jr. (1975). "The 1941 De Facto
Embargo on Oil to Japan: A Bureaucratic
Reflex". The Pacific Historical
Review. 44 (2). JSTOR 3638003.
Applebaum, Anne (2003). Gulag: A History of the
Soviet Camps. London: Allen Lane. ISBN 978-0-
7139-9322-6.
——— (2012). Iron Curtain: The Crushing of Eastern
Europe 1944–56. London: Allen Lane. ISBN 978-0-
7139-9868-9.
Bacon, Edwin (1992). "Glasnost' and the Gulag: New
Information on Soviet Forced Labour around World
War II". Soviet Studies. 44 (6): 1069–
1086. doi:10.1080/09668139208412066. JSTOR 1
52330.
Badsey, Stephen (1990). Normandy 1944: Allied
Landings and Breakout. Oxford: Osprey
Publishing. ISBN 978-0-85045-921-0.
Balabkins, Nicholas (1964). Germany Under Direct
Controls: Economic Aspects of Industrial
Disarmament 1945–1948. New Brunswick,
NJ: Rutgers University Press. ISBN 978-0-8135-
0449-0.
Barber, John; Harrison, Mark (2006). "Patriotic War,
1941–1945". In Ronald Grigor Suny, ed.,' The
Cambridge History of Russia, Volume III: The
Twentieth Century (pp. 217–242).
Cambridge: Cambridge University
Press. ISBN 978-0-521-81144-6.
Barker, A. J. (1971). The Rape of Ethiopia 1936. New
York, NY: Ballantine Books. ISBN 978-0-345-
02462-6.
Barrett, David P.; Shyu, Lawrence N. (2001). China in
the Anti-Japanese War, 1937–1945: Politics,
Culture and Society. New York, NY: Peter
Lang. ISBN 978-0-8204-4556-4.
Beevor, Antony (1998). Stalingrad. New
York, NY: Viking. ISBN 978-0-670-87095-0.
——— (2006). The Battle for Spain: The Spanish Civil
War 1936–1939. London: Weidenfeld &
Nicolson. ISBN 978-0-297-84832-5.
——— (2012). The Second World War.
London: Weidenfeld & Nicolson. ISBN 978-0-297-
84497-6.
Belco, Victoria (2010). War, Massacre, and Recovery in
Central Italy: 1943–1948. Toronto: University of
Toronto Press. ISBN 978-0-8020-9314-1.
Bellamy, Chris T. (2007). Absolute War: Soviet Russia
in the Second World War. New York, NY: Alfred A.
Knopf. ISBN 978-0-375-41086-4.
Ben-Horin, Eliahu (1943). The Middle East: Crossroads
of History. New York, NY: W. W. Norton &
Company.
Berend, Ivan T. (1996). Central and Eastern Europe,
1944–1993: Detour from the Periphery to the
Periphery. Cambridge: Cambridge University
Press. ISBN 978-0-521-55066-6.
Bernstein, Gail Lee (1991). Recreating Japanese
Women, 1600–1945. Berkeley & Los Angeles,
CA: University of California Press. ISBN 978-0-
520-07017-2.
Bilhartz, Terry D.; Elliott, Alan C. (2007). Currents in
American History: A Brief History of the United
States. Armonk, NY: M. E. Sharpe. ISBN 978-0-
7656-1821-4.
Bilinsky, Yaroslav (1999). Endgame in NATO's
Enlargement: The Baltic States and Ukraine.
Westport, CT: Greenwood Publishing
Group. ISBN 978-0-275-96363-7.
Bix, Herbert P. (2000). Hirohito and the Making of
Modern Japan. New York,
NY: HarperCollins. ISBN 978-0-06-019314-0.
Black, Jeremy (2003). World War Two: A Military
History. Abingdon and New York,
NY: Routledge. ISBN 978-0-415-30534-1.
Blinkhorn, Martin (2006) [1984]. Mussolini and Fascist
Italy (edisi ke-3rd). Abingdon and New York,
NY: Routledge. ISBN 978-0-415-26206-4.
Bonner, Kit; Bonner, Carolyn (2001). Warship
Boneyards. Osceola, WI: MBI Publishing
Company. ISBN 978-0-7603-0870-7.
Borstelmann, Thomas (2005). "The United States, the
Cold War, and the color line". In Melvyn P.
Leffler and David S. Painter, eds., Origins of the
Cold War: An International History (pp. 317–
332) (edisi ke-2nd). Abingdon & New
York, NY: Routledge. ISBN 978-0-415-34109-7.
Brayley, Martin J. (2002). The British Army 1939–45,
Volume 3: The Far East. Oxford: Osprey
Publishing. ISBN 978-1-84176-238-8.
British Bombing Survey Unit (1998). The Strategic Air
War Against Germany, 1939–1945. London and
Portland, OR: Frank Cass Publishers. ISBN 978-0-
7146-4722-7.
Brody, J. Kenneth (1999). The Avoidable War: Pierre
Laval and the Politics of Reality, 1935–1936. New
Brunswick, NJ: Transaction Publishers. ISBN 978-
0-7658-0622-2.
Brown, David (2004). The Road to Oran: Anglo-French
Naval Relations, September 1939 – July 1940.
London & New York, NY: Frank Cass. ISBN 978-0-
7146-5461-4.
Buchanan, Tom (2006). Europe's Troubled Peace,
1945–2000. Oxford & Malden, MA: Blackwell
Publishing. ISBN 978-0-631-22162-3.
Budiansky, Stephen (2001). Battle of Wits: The
Complete Story of Codebreaking in World War II.
London: Penguin Books. ISBN 978-0-14-028105-7.
——— (2004). Air Power: The Men, Machines, and
Ideas that Revolutionized War, from Kitty Hawk to
Gulf War II. London: Viking. ISBN 978-0-670-
03285-3.
Bueno de Mesquita, Bruce; Smith, Alastair; Siverson,
Randolph M.; Morrow, James D. (2003). The Logic
of Political Survival. Cambridge, MA: MIT
Press. ISBN 978-0-262-02546-1.
Bull, Martin J.; Newell, James L. (2005). Italian Politics:
Adjustment Under Duress. Polity. ISBN 978-0-
7456-1298-0.
Bullock, Alan (1990). Hitler: A Study in Tyranny.
London: Penguin Books. ISBN 978-0-14-013564-0.
Burcher, Roy; Rydill, Louis (1995). Concepts in
Submarine Design. Cambridge: Cambridge
University Press. ISBN 978-0-521-55926-3.
Busky, Donald F. (2002). Communism in History and
Theory: Asia, Africa, and the Americas. Westport,
CT: Praeger Publishers. ISBN 0-275-97733-1.
Canfora, Luciano (2006) [2004]. Democracy in Europe:
A History. Oxford & Malden MA: Blackwell
Publishing. ISBN 978-1-4051-1131-7.
Cantril, Hadley (1940). "America Faces the War: A
Study in Public Opinion". Public Opinion
Quarterly. 4 (3): 387–
407. doi:10.1086/265420. JSTOR 2745078.
Chaney, Otto Preston (1996). Zhukov (edisi ke-
Revised). Norman, OK: University of Oklahoma
Press. ISBN 978-0-8061-2807-8.
Chang, Iris (1997). The Rape of Nanking: The
Forgotten Holocaust of World War II. New York,
NY: Basic Books. ISBN 978-0-465-06835-7.
Christofferson, Thomas R.; Christofferson, Michael S.
(2006). France During World War II: From Defeat
to Liberation. New York, NY: Fordham University
Press. ISBN 978-0-8232-2562-0.
Chubarov, Alexander (2001). Russia's Bitter Path to
Modernity: A History of the Soviet and Post-Soviet
Eras. London & New
York, NY: Continuum. ISBN 978-0-8264-1350-5.
Ch'i, Hsi-Sheng (1992). "The Military Dimension, 1942–
1945". In James C. Hsiung and Steven I. Levine,
eds., China's Bitter Victory: War with Japan, 1937–
45 (pp. 157–184). Armonk, NY: M. E.
Sharpe. ISBN 978-1-56324-246-5.
Cienciala, Anna M. (2010). "Another look at the Poles
and Poland during World War II". The Polish
Review. 55 (1): 123–143. JSTOR 25779864.
Clogg, Richard (2002). A Concise History of
Greece (edisi ke-2nd). Cambridge: Cambridge
University Press. ISBN 978-0-521-80872-9.
Coble, Parks M. (2003). Chinese Capitalists in Japan's
New Order: The Occupied Lower Yangzi, 1937–
1945. Berkeley & Los Angeles, CA: University of
California Press. ISBN 978-0-520-23268-6.
Collier, Paul (2003). The Second World War (4): The
Mediterranean 1940–1945. Oxford: Osprey
Publishing. ISBN 978-1-84176-539-6.
Collier, Martin; Pedley, Philip (2000). Germany 1919–
45. Oxford: Heinemann. ISBN 978-0-435-32721-7.
Commager, Henry Steele (2004). The Story of the
Second World War. Brassey's. ISBN 978-1-57488-
741-9.
Coogan, Anthony (1993). "The Volunteer Armies of
Northeast China". History Today. 43. Diakses
tanggal 6 May 2012.
Cook, Chris; Bewes, Diccon (1997). What Happened
Where: A Guide to Places and Events in
Twentieth-Century History. London: UCL
Press. ISBN 978-1-85728-532-1.
Coox, Alvin D. (1990). Nomonhan: Japan Against
Russia, 1939. Palo Alto, CA: Stanford University
Press. ISBN 978-0-8047-1160-9.
Cowley, Robert; Parker, Geoffrey, ed. (2001). Readers
Companion Military History. Boston, MA: Houghton
Mifflin Company. ISBN 978-0-618-12742-9.
Darwin, John (2007). After Tamerlane: The Rise & Fall
of Global Empires 1400–2000. London: Penguin
Books. ISBN 978-0-14-101022-9.
Davidson, Eugene (1999). The Death and Life of
Germany: An Account of the American Occupation.
University of Missouri Press. ISBN 0-8262-1249-2.
Davies, Norman (2008). No Simple Victory: World War
II in Europe, 1939–1945. London: Penguin
Books. ISBN 978-0-14-311409-3.
Dawood, Mary; Mitra, Anu (2012). "Hidden agendas
and hidden illness". Diversity and Equality in
Health and Care. 9 (4): 297–298.
Dear, I. C. B.; Foot, M. R. D., ed. (2001) [1995]. The
Oxford Companion to World War II. Oxford: Oxford
University Press. ISBN 978-0-19-860446-4.
DeLong, J. Bradford; Eichengreen, Barry (1993). "The
Marshall Plan: History's Most Successful Structural
Adjustment Program". In Rudiger Dornbusch,
Wilhelm Nölling and Richard Layard, eds., Postwar
Economic Reconstruction and Lessons for the
East Today (pp. 189–230). Cambridge, MA: MIT
Press. ISBN 978-0-262-04136-2.
Douglas, R. M. (2012). Orderly and Humane: The
Expulsion of the Germans After the Second World
War. New Haven, CT: Yale University
Press. ISBN 978-0-300-16660-6.
Dower, John W. (1986). War Without Mercy: Race and
Power in the Pacific War. New York, NY: Pantheon
Books. ISBN 978-0-394-50030-0.
Drea, Edward J. (2003). In the Service of the Emperor:
Essays on the Imperial Japanese Army.
Lincoln, NE: University of Nebraska
Press. ISBN 978-0-8032-6638-4.
de Grazia, Victoria; Paggi, Leonardo (1991). "Story of
an Ordinary Massacre: Civitella della Chiana, 29
June, 1944". Cardozo Studies in Law and
Literature, Vol. 3, No. 2 (Autumn, 1991): 153–
169. JSTOR 743479.
Dunn, Dennis J. (1998). Caught Between Roosevelt &
Stalin: America's Ambassadors to Moscow.
Lexington, KY: University Press of
Kentucky. ISBN 978-0-8131-2023-2.
Eastman, Lloyd E. (1986). "Nationalist China during the
Sino-Japanese War 1937–1945". In John K.
Fairbank and Denis Twitchett, eds., The
Cambridge History of China, Volume 13:
Republican China 1912–1949, Part 2.
Cambridge: Cambridge University
Press. ISBN 978-0-521-24338-4.
Ellman, Michael (2002). "Soviet Repression Statistics:
Some Comments" (PDF). Europe-Asia
Studies. 54 (7): 1151–
1172. doi:10.1080/0966813022000017177. JSTOR 
826310.Copy
———; Maksudov, S. (1994). "Soviet Deaths in the
Great Patriotic War: A Note" (PDF). Europe-Asia
Studies. 46 (4): 671–
680. doi:10.1080/09668139408412190. JSTOR 15
2934.
Emadi-Coffin, Barbara (2002). Rethinking International
Organization: Deregulation and Global
Governance. London and New York,
NY: Routledge. ISBN 978-0-415-19540-9.
Erickson, John (2001). "Moskalenko". In Harold
Shukman, ed., Stalin's Generals (pp. 137–154).
London: Phoenix Press. ISBN 978-1-84212-513-7.
——— (2003). The Road to Stalingrad. London: Cassell
Military. ISBN 978-0-304-36541-8.
Evans, David C.; Peattie, Mark R. (2012)
[1997]. Kaigun: Strategy, Tactics, and Technology
in the Imperial Japanese Navy. Annapolis,
MD: Naval Institute Press. ISBN 978-1-59114-244-
7.
Evans, Richard J. (2008). The Third Reich at War.
London: Allen Lane. ISBN 978-0-7139-9742-2.
Fairbank, John King; Goldman, Merle (2006)
[1994]. China: A New History (edisi ke-2nd).
Cambridge, MA: Harvard University
Press. ISBN 978-0-674-01828-0.
Farrell, Brian P. (1993). "Yes, Prime Minister:
Barbarossa, Whipcord, and the Basis of British
Grand Strategy, Autumn 1941". Journal of Military
History. 57 (4): 599–
625. doi:10.2307/2944096. JSTOR 2944096.
Ferguson, Niall (2006). The War of the World:
Twentieth-Century Conflict and the Descent of the
West. Penguin. ISBN 978-0-14-311239-6.
Ferraro, Kathleen J. (2008). "Reviews: Taken by Force:
Rape and American GIs in Europe during WWII by
J. Robert Lilly". Contemporary Sociology. 37 (6):
585–586. doi:10.1177/009430610803700640. JST
OR 20444365.
Fitzgerald, Stephanie (2011). Children of the Holocaust.
Mankato, MN: Compass Point
Books. ISBN 9780756543907.
Forrest, Glen; Evans, Anthony; Gibbons, David
(2012). The Illustrated Timeline of Military History.
New York: The Rosen Publishing
Group. ISBN 9781448847945.
Förster, Stig; Gessler, Myriam (2005). "The Ultimate
Horror: Reflections on Total War and Genocide". In
Roger Chickering, Stig Förster and Bernd
Greiner, eds., A World at Total War: Global
Conflict and the Politics of Destruction, 1937–
1945 (pp. 53–68). Cambridge: Cambridge
University Press. ISBN 978-0-521-83432-2.
Frei, Norbert (2002). Adenauer's Germany and the Nazi
Past: The Politics of Amnesty and Integration. New
York, NY: Columbia University Press. ISBN 978-0-
231-11882-8.
Gardiner, Robert; Brown, David K., ed. (2004). The
Eclipse of the Big Gun: The Warship 1906–1945.
London: Conway Maritime Press. ISBN 978-0-
85177-953-9.
Garthoff, Raymond L. (1969). "The Soviet Manchurian
Campaign, August 1945". Military Affairs. 33(2):
312–336. doi:10.2307/1983926. JSTOR 1983926.
Garver, John W. (1988). Chinese-Soviet Relations,
1937–1945: The Diplomacy of Chinese
Nationalism. New York, NY: Oxford University
Press. ISBN 978-0-19-505432-3.
Glantz, David M. (1986). "Soviet Defensive Tactics at
Kursk, July 1943". CSI Report No. 11. Combined
Arms Research Library. OCLC 278029256.
Diakses tanggal 15 July 2013.
——— (1989). Soviet Military Deception in the Second
World War. Abingdon and New York, NY: Frank
Cass. ISBN 978-0-7146-3347-3.
——— (1998). When Titans Clashed: How the Red
Army Stopped Hitler. Lawrence, KS: University
Press of Kansas. ISBN 978-0-7006-0899-7.
——— (2001). "The Soviet-German War 1941–45
Myths and Realities: A Survey Essay" (PDF).
Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 17 June
2011.
——— (2002). The Battle for Leningrad: 1941–1944.
Lawrence, KS: University Press of
Kansas. ISBN 978-0-7006-1208-6.
——— (2005). "August Storm: The Soviet Strategic
Offensive in Manchuria". Leavenworth Papers.
Combined Arms Research
Library. OCLC 78918907. Diakses tanggal 15
July2013.
Goldstein, Margaret J. (2004). World War II: Europe.
Minneapolis: Lerner Publications. ISBN 978-0-
8225-0139-8.
Gordon, Andrew (2004). "The greatest military armada
ever launched". In Jane Penrose, ed., The D-Day
Companion (pp. 127–144). Oxford: Osprey
Publishing. ISBN 978-1-84176-779-6.
Gordon, Robert S. C. (2012). The Holocaust in Italian
Culture, 1944–2010. Stanford, CA: Stanford
University Press. ISBN 978-0-8047-6346-2.
Graham, Helen (2005). The Spanish Civil War: A Very
Short Introduction. Oxford & New York, NY: Oxford
University Press. ISBN 0-19-280377-8.
Grove, Eric J. (1995). "A Service Vindicated, 1939–
1946". In J. R. Hill, ed., The Oxford Illustrated
History of the Royal Navy (pp. 348–380).
Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-
211675-8.
Hane, Mikiso (2001). Modern Japan: A Historical
Survey (edisi ke-3rd). Boulder, CO: Westview
Press. ISBN 978-0-8133-3756-2.
Hanhimäki, Jussi M. (1997). Containing Coexistence:
America, Russia, and the "Finnish Solution".
Kent, OH: Kent State University Press. ISBN 978-
0-87338-558-9.
Harris, Sheldon H. (2002). Factories of Death:
Japanese Biological Warfare, 1932–1945, and the
American Cover-up (edisi ke-2nd). London and
New York, NY: Routledge. ISBN 978-0-415-93214-
1.
Harrison, Mark (1998). "The economics of World War II:
an overview". In Mark Harrison, ed., The
Economics of World War II: Six Great Powers in
International Comparison (pp. 1–42).
Cambridge: Cambridge University
Press. ISBN 978-0-521-62046-8.
Hart, Stephen; Hart, Russell; Hughes, Matthew
(2000). The German Soldier in World War II.
Osceola, WI: MBI Publishing Company. ISBN 978-
1-86227-073-2.
Hatfield, Kenneth K. (2003). Heartland Heroes:
Remembering World War II. Columbia,
MO: University of Missouri Press. ISBN 978-0-
8262-1460-7.
Hauner, Milan (1978). "Did Hitler Want a World
Dominion?". Journal of Contemporary
History. 13(1): 15–
32. doi:10.1177/002200947801300102. JSTOR 26
0090.
Healy, Mark (1992). Kursk 1943: The Tide Turns in the
East. Oxford: Osprey Publishing. ISBN 978-1-
85532-211-0.
Hearn, Chester G. (2007). Carriers in Combat: The Air
War at Sea. Mechanicsburg, PA: Stackpole
Books. ISBN 978-0-8117-3398-4.
Hedgepeth, Sonja; Saidel, Rochelle (2010). Sexual
Violence against Jewish Women During the
Holocaust. Lebanon, NH: University Press of New
England. ISBN 9781584659044.
Hempel, Andrew (2005). Poland in World War II: An
Illustrated Military History. New
York, NY: Hippocrene Books. ISBN 978-0-7818-
1004-3.
Herbert, Ulrich (1994). "Labor as spoils of conquest,
1933–1945". In David F. Crew, ed., Nazism and
German Society, 1933–1945 (pp. 219–273).
London and New York, NY: Routledge. ISBN 978-
0-415-08239-6.
Herf, Jeffrey (2003). "The Nazi Extermination Camps
and the Ally to the East. Could the Red Army and
Air Force Have Stopped or Slowed the Final
Solution?". Kritika: Explorations in Russian and
Eurasian History. 4 (4): 913–
930. doi:10.1353/kri.2003.0059.
Hill, Alexander (2005). The War Behind The Eastern
Front: The Soviet Partisan Movement In North-
West Russia 1941–1944. London & New York,
NY: Frank Cass. ISBN 978-0-7146-5711-0.
Holland, James (2008). Italy's Sorrow: A Year of War
1944–45. London: HarperPress. ISBN 978-0-00-
717645-8.
Hosking, Geoffrey A. (2006). Rulers and Victims: The
Russians in the Soviet Union. Cambridge,
MA: Harvard University Press. ISBN 978-0-674-
02178-5.
Howard, Joshua H. (2004). Workers at War: Labor in
China's Arsenals, 1937–1953. Stanford,
CA: Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-
4896-4.
Hsu, Long-hsuen; Chang, Ming-kai (1971). History of
The Sino-Japanese War (1937–1945) 2nd Ed.
Chung Wu Publishers. ASIN B00005W210.
Ingram, Norman (2006). "Pacifism". In Lawrence D.
Kritzman and Brian J. Reilly, eds., The Columbia
History Of Twentieth-Century French
Thought (pp. 76–78). New York, NY: Columbia
University Press. ISBN 978-0-231-10791-4.
Iriye, Akira (1981). Power and Culture: The Japanese-
American War, 1941–1945.
Cambridge, MA: Harvard University
Press. ISBN 978-0-674-69580-1.
Jackson, Ashley (2006). The British Empire and the
Second World War. London & New
York, NY: Hambledon Continuum. ISBN 978-1-
85285-417-1.
Joes, Anthony James (2004). Resisting Rebellion: The
History And Politics of Counterinsurgency.
Lexington, KE: University Press of
Kentucky. ISBN 978-0-8131-2339-4.
Jowett, Philip S. (2001). The Italian Army 1940–45,
Volume 2: Africa 1940–43. Oxford: Osprey
Publishing. ISBN 978-1-85532-865-5.
———; Andrew, Stephen (2002). The Japanese Army,
1931–45. Oxford: Osprey Publishing. ISBN 978-1-
84176-353-8.
Judt, Tony; Snyder, Timothy (2012). Thinking the
Twentieth Century: Intellectuals and Politics in the
Twentieth Century. London: William
Heinemann. ISBN 978-0-434-01742-3.
Jukes, Geoffrey (2001). "Kuznetzov". In Harold
Shukman, ed., Stalin's Generals (pp. 109–116).
London: Phoenix Press. ISBN 978-1-84212-513-7.
Kantowicz, Edward R. (1999). The Rage of Nations.
Grand Rapids, MI: William B. Eerdmans Publishing
Company. ISBN 978-0-8028-4455-2.
——— (2000). Coming Apart, Coming Together. Grand
Rapids, MI: William B. Eerdmans Publishing
Company. ISBN 978-0-8028-4456-9.
Keeble, Curtis (1990). "The historical perspective". In
Alex Pravda and Peter J. Duncan, eds.,Soviet-
British Relations Since the 1970s.
Cambridge: Cambridge University
Press. ISBN 978-0-521-37494-1.
Keegan, John (1997). The Second World War.
London: Pimlico. ISBN 978-0-7126-7348-8.
Kelly, Nigel; Rees, Rosemary; Shuter, Jane
(1998). Twentieth Century World.
London: Heinemann. ISBN 978-0-435-30983-1.
Kennedy, David M. (2001). Freedom from Fear: The
American People in Depression and War, 1929–
1945. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-
514403-1.
Kennedy-Pipe, Caroline (1995). Stalin's Cold War:
Soviet Strategies in Europe, 1943–56.
Manchester: Manchester University
Press. ISBN 978-0-7190-4201-0.
Kershaw, Ian (2001). Hitler, 1936–1945: Nemesis. New
York, NY: W. W. Norton & Company. ISBN 978-0-
393-04994-7.
——— (2007). Fateful Choices: Ten Decisions That
Changed the World, 1940–1941. London: Allen
Lane. ISBN 978-0-7139-9712-5.
Kitson, Alison (2001). Germany 1858–1990: Hope,
Terror, and Revival. Oxford: Oxford University
Press. ISBN 978-0-19-913417-5.
Klavans, Richard A.; Di Benedetto, C. Anthony;
Prudom, Melanie J. (1997). "Understanding
Competitive Interactions: The U.S. Commercial
Aircraft Market". Journal of Managerial
Issues. 9 (1): 13–361. JSTOR 40604127.
Kleinfeld, Gerald R. (1983). "Hitler's Strike for
Tikhvin". Military Affairs. 47 (3): 122–
128. doi:10.2307/1988082. JSTOR 1988082.
Koch, H. W. (1983). "Hitler's 'Programme' and the
Genesis of Operation 'Barbarossa'". The Historical
Journal. 26 (4): 891–920. JSTOR 2639289.
Kolko, Gabriel (1990) [1968]. The Politics of War: The
World and United States Foreign Policy, 1943–
1945. New York, NY: Random House. ISBN 978-0-
679-72757-6.
Laurier, Jim (2001). Tobruk 1941: Rommel's Opening
Move. Oxford: Osprey Publishing. ISBN 978-1-
84176-092-6.
Lee, En-han (2002). "The Nanking Massacre
Reassessed: A Study of the Sino-Japanese
Controversy over the Factual Number of
Massacred Victims". In Robert Sabella, Fei Fei Li
and David Liu, eds., Nanking 1937: Memory and
Healing (pp. 47–74). Armonk, NY: M. E.
Sharpe. ISBN 978-0-7656-0816-1.
Leffler, Melvyn P.; Westad, Odd Arne, ed. (2010). The
Cambridge History of the Cold War (3 volumes).
Cambridge: Cambridge University
Press. ISBN 978-0-521-83938-9.
Levine, Alan J. (1992). The Strategic Bombing of
Germany, 1940–1945. Westport,
CT: Praeger. ISBN 978-0-275-94319-6.
Lewis, Morton (1953). "Japanese Plans and American
Defenses". In Kent Roberts Greenfield, ed., The
Fall of the Philippines. Washington, DC: US
Government Printing Office. Library of Congress
Catalogue Card Number: 53-63678. Hapus pranala
luar di parameter |title=(bantuan)
Liberman, Peter (1996). Does Conquest Pay?: The
Exploitation of Occupied Industrial Societies.
Princeton, NJ: Princeton University Pressisbn=978-
0-691-02986-3.
Lightbody, Bradley (2004). The Second World War:
Ambitions to Nemesis. London & New York,
NY: Routledge. ISBN 978-0-415-22404-8.
Lilly, J. Robert (2007). Taken by Force: Rape and
American GIs in Europe during World War II. New
York, NY: Palgrave Macmillan. ISBN 978-0-230-
50647-3.
Lindberg, Michael; Todd, Daniel (2001). Brown-,
Green- and Blue-Water Fleets: the Influence of
Geography on Naval Warfare, 1861 to the Present.
Westport, CT: Praeger. ISBN 978-0-275-96486-3.
Lowe, C. J.; Marzari, F. (2002). Italian Foreign Policy
1870–1940. London: Routledge. ISBN 978-0-415-
26681-9.
Lynch, Michael (2010). The Chinese Civil War 1945–
49. Oxford: Osprey Publishing. ISBN 978-1-84176-
671-3.
Macksey, Kenneth (1997) [1979]. Rommel: Battles and
Campaigns. Cambridge, MA: Da Capo
Press. ISBN 978-0-306-80786-2.
Maddox, Robert James (1992). The United States and
World War II. Boulder, CO: Westview
Press. ISBN 978-0-8133-0437-3.
Maingot, Anthony P. (1994). The United States and the
Caribbean: Challenges of an Asymmetrical
Relationship. Boulder, CO: Westview
Press. ISBN 978-0-8133-2241-4.
Mandelbaum, Michael (1988). The Fate of Nations: The
Search for National Security in the Nineteenth and
Twentieth Centuries. Cambridge University Press.
hlm. 96. ISBN 0-521-35790-X.
Marston, Daniel (2005). The Pacific War Companion:
From Pearl Harbor to Hiroshima. Oxford: Osprey
Publishing. ISBN 978-1-84176-882-3.
Masaya, Shiraishi (1990). Japanese Relations with
Vietnam, 1951–1987. Ithaca, NY: SEAP
Publications. ISBN 978-0-87727-122-2.
May, Ernest R. (1955). "The United States, the Soviet
Union, and the Far Eastern War, 1941–
1945". Pacific Historical Review. 24 (2): 153–
174. doi:10.2307/3634575. JSTOR 3634575.
Mazower, Mark (2008). Hitler's Empire: Nazi Rule in
Occupied Europe. London: Allen Lane. ISBN 978-
1-59420-188-2.
Milner, Marc (1990). "The Battle of the Atlantic". In John
Gooch, ed., Decisive Campaigns of the Second
World War (pp. 45–66). Abingdon: Frank
Cass. ISBN 978-0-7146-3369-5.
Milward, A. S. (1964). "The End of the Blitzkrieg". The
Economic History Review. 16 (3): 499–
518. doi:10.2307/2592851. JSTOR 2592851.
——— (1992) [1977]. War, Economy, and Society,
1939–1945. Berkeley, CA: University of
California Press. ISBN 978-0-520-03942-1.
Minford, Patrick (1993). "Reconstruction and the UK
Postwar Welfare State: False Start and New
Beginning". In Rudiger Dornbusch, Wilhelm Nölling
and Richard Layard, eds., Postwar Economic
Reconstruction and Lessons for the East
Today (pp. 115–138). Cambridge, MA: MIT
Press. ISBN 978-0-262-04136-2.
Mingst, Karen A.; Karns, Margaret P. (2007). United
Nations in the Twenty-First Century (edisi ke-3rd).
Boulder, CO: Westview Press. ISBN 978-0-8133-
4346-4.
Miscamble, Wilson D. (2007). From Roosevelt to
Truman: Potsdam, Hiroshima, and the Cold War.
New York, NY: Cambridge University
Press. ISBN 978-0-521-86244-8.
Mitcham, Samuel W. (2007) [1982]. Rommel's Desert
War: The Life and Death of the Afrika Korps.
Mechanicsburg, PA: Stackpole Books. ISBN 978-
0-8117-3413-4.
Molinari, Andrea (2007). Desert Raiders: Axis and
Allied Special Forces 1940–43. Oxford: Osprey
Publishing. ISBN 978-1-84603-006-2.
Morison, Samuel Eliot (2002). History of United States
Naval Operations in World War II, Volume 14:
Victory in the Pacific, 1945.
Champaign, IL: University of Illinois
Press. ISBN 978-0-252-07065-5.
Murray, Williamson (1983). Strategy for Defeat: The
Luftwaffe, 1933–1945. Maxwell Air Force Base,
AL: Air University Press. ISBN 978-1-4294-9235-5.
———; Millett, Allan Reed (2001). A War to Be Won:
Fighting the Second World War.
Cambridge, MA: Harvard University
Press. ISBN 978-0-674-00680-5.
Myers, Ramon; Peattie, Mark (1987). The Japanese
Colonial Empire, 1895–1945.
Princeton, NJ: Princeton University
Press. ISBN 978-0-691-10222-1.
Naimark, Norman (2010). "The Sovietization of Eastern
Europe, 1944–1953". In Melvyn P. Lefflerand Odd
Arne Westad, eds., The Cambridge History of the
Cold War, Volume I: Origins (pp. 175–197).
Cambridge: Cambridge University
Press. ISBN 978-0-521-83719-4.
Neary, Ian (1992). "Japan". In Martin Harrop,
ed., Power and Policy in Liberal
Democracies (pp. 49–70). Cambridge: Cambridge
University Press. ISBN 978-0-521-34579-8.
Neillands, Robin (2005). The Dieppe Raid: The Story of
the Disastrous 1942 Expedition. Bloomington,
IN: Indiana University Press. ISBN 978-0-253-
34781-7.
Newton, Steven H. (2004). Retreat from Leningrad:
Army Group North, 1944/1945. Atglen, PA: Schiffer
Books. ISBN 978-0-88740-806-9.
Niewyk, Donald L.; Nicosia, Francis (2000). The
Columbia Guide to the Holocaust. New York,
NY: Columbia University Press. ISBN 978-0-231-
11200-0.
O'Hara, Vincent (2004). The German Fleet at War,
1939–1945. Naval Institute
Press. ISBN 9781591146513.
Overy, Richard (1994). War and Economy in the Third
Reich. New York, NY: Clarendon Press. ISBN 978-
0-19-820290-5.
——— (2004). The Dictators: Hitler's Germany, Stalin's
Russia. New York, NY: W. W. Norton &
Company. ISBN 978-0-393-02030-4.
———; Wheatcroft, Andrew (1999). The Road to
War (edisi ke-2nd). London: Penguin
Books. ISBN 978-0-14-028530-7.
O'Reilly, Charles T. (2001). Forgotten Battles: Italy's
War of Liberation, 1943–1945.
Lanham, MD: Lexington Books. ISBN 978-0-7391-
0195-7.
Painter, David S. (2012). "Oil and the American
Century" (PDF). The Journal of American
History. 99 (1): 24–39. doi:10.1093/jahist/jas073.
Padfield, Peter (1998). War Beneath the Sea:
Submarine Conflict During World War II. New York,
NY: John Wiley. ISBN 978-0-471-24945-0.
Pape, Robert A. (1993). "Why Japan
Surrendered". International Security. 18 (2): 154–
201. doi:10.2307/2539100. JSTOR 2539100.
Parker, Danny S. (2004). Battle of the Bulge: Hitler's
Ardennes Offensive, 1944–1945 (edisi ke-New).
Cambridge, MA: Da Capo Press. ISBN 978-0-306-
81391-7.
Payne, Stanley G. (2008). Franco and Hitler: Spain,
Germany, and World War II. New Haven, CT: Yale
University Press. ISBN 978-0-300-12282-4.
Perez, Louis G. (1998). The History of Japan.
Westport, CT: Greenwood Publishing
Group. ISBN 978-0-313-30296-1.
Petrov, Vladimir (1967). Money and Conquest: Allied
Occupation Currencies in World War II. Baltimore,
MD: Johns Hopkins University Press. ISBN 978-0-
8018-0530-1.
Polley, Martin (2000). An A–Z of Modern Europe Since
1789. London and New York,
NY: Routledge. ISBN 978-0-415-18597-4.
Portelli, Alessandro (2003). The Order Has Been
Carried Out: History, Memory, and Meaning of a
Nazi Massacre in Rome. Basingstoke & New York,
NYPalgrave Macmillan978-1403980083.
Preston, P. W. (1998). Pacific Asia in the Global
System: An Introduction. Oxford &
Malden, MA: Blackwell Publishers. ISBN 978-0-
631-20238-7.
Prins, Gwyn (2002). The Heart of War: On Power,
Conflict and Obligation in the Twenty-First Century.
London & New York, NY: Routledge. ISBN 978-0-
415-36960-2.
Radtke, K. W. (1997). "'Strategic' concepts underlying
the so-called Hirota foreign policy, 1933–7". In Aiko
Ikeo, ed., Economic Development in Twentieth
Century East Asia: The International
Context (pp. 100–120). London and New York,
NY: Routledge. ISBN 978-0-415-14900-6.
Rahn, Werner (2001). "The War in the Pacific". In Horst
Boog, Werner Rahn, Reinhard Stumpf and Bernd
Wegner, eds., Germany and the Second World
War, Volume VI: The Global War (pp. 191–298).
Oxford: Clarendon Press. ISBN 978-0-19-822888-
2.
Ratcliff, R. A. (2006). Delusions of Intelligence: Enigma,
Ultra, and the End of Secure Ciphers. New York,
NY: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-
85522-8.
Read, Anthony (2004). The Devil's Disciples: Hitler's
Inner Circle. New York, NY: W. W. Norton &
Company. ISBN 978-0-393-04800-1.
Read, Anthony; Fisher, David (2002) [1992]. The Fall
Of Berlin. London: Pimlico. ISBN 978-0-7126-
0695-0.
Record, Jeffery (2005). Appeasement Reconsidered:
Investigating the Mythology of the 1930s(PDF).
DIANE Publishing. hlm. 50. ISBN 1-58487-216-0.
Diakses tanggal 15 November2009.
Rees, Laurence (2008). World War II Behind Closed
Doors: Stalin, the Nazis and the West.
London: BBC Books. ISBN 978-0-563-49335-8.
Regan, Geoffrey (2004). The Brassey's Book of Military
Blunders. Brassey's. ISBN 978-1-57488-252-0.
Reinhardt, Klaus (1992). Moscow – The Turning Point:
The Failure of Hitler's Strategy in the Winter of
1941–42. Oxford: Berg. ISBN 978-0-85496-695-0.
Reynolds, David (2006). From World War to Cold War:
Churchill, Roosevelt, and the International History
of the 1940s. Oxford University Press. ISBN 978-0-
19-928411-5.
Rich, Norman (1992) [1973]. Hitler's War Aims, Volume
I: Ideology, the Nazi State, and the Course of
Expansion. New York, NY: W. W. Norton &
Company. ISBN 978-0-393-00802-9.
Ritchie, Ella (1992). "France". In Martin Harrop,
ed., Power and Policy in Liberal
Democracies (pp. 23–48). Cambridge: Cambridge
University Press. ISBN 978-0-521-34579-8.
Roberts, Cynthia A. (1995). "Planning for War: The Red
Army and the Catastrophe of 1941". Europe-Asia
Studies. 47 (8): 1293–
1326. doi:10.1080/09668139508412322. JSTOR 1
53299.
Roberts, Geoffrey (2006). Stalin's Wars: From World
War to Cold War, 1939–1953. New
Haven, CT: Yale University Press. ISBN 978-0-
300-11204-7.
Roberts, J. M. (1997). The Penguin History of Europe.
London: Penguin Books. ISBN 978-0-14-026561-3.
Ropp, Theodore (2000). War in the Modern World (edisi
ke-Revised). Baltimore, MD: Johns Hopkins
University Press. ISBN 978-0-8018-6445-2.
Roskill, S. W. (1954). The War at Sea 1939–1945,
Volume 1: The Defensive. History of the Second
World War. United Kingdom Military Series.
London: HMSO.
Ross, Steven T. (1997). American War Plans, 1941–
1945: The Test of Battle. Abingdon and New York,
NY: Routledge. ISBN 978-0-7146-4634-3.
Rottman, Gordon L. (2002). World War II Pacific Island
Guide: A Geo-Military Study. Westport,
CT: Greenwood Press. ISBN 978-0-313-31395-0.
Rotundo, Louis (1986). "The Creation of Soviet
Reserves and the 1941 Campaign". Military
Affairs. 50 (1): 21–
8. doi:10.2307/1988530. JSTOR 1988530.
Salecker, Gene Eric (2001). Fortress Against the Sun:
The B-17 Flying Fortress in the Pacific.
Conshohocken, PA: Combined
Publishing. ISBN 978-1-58097-049-5.
Schain, Martin A., ed. (2001). The Marshall Plan Fifty
Years Later. London: Palgrave
Macmillan. ISBN 978-0-333-92983-4.
Schmitz, David F. (2000). Henry L. Stimson: The First
Wise Man. Lanham, MD: Rowman &
Littlefield. ISBN 978-0-8420-2632-1.
Schofield, B. B. (1981). "The Defeat of the U-Boats
during World War II". Journal of Contemporary
History. 16 (1): 119–
129. doi:10.1177/002200948101600107. JSTOR 2
60619.
Sella, Amnon (1978). ""Barbarossa": Surprise Attack
and Communication". Journal of Contemporary
History. 13 (3): 555–
583. doi:10.1177/002200947801300308. JSTOR 2
60209.
——— (1983). "Khalkhin-Gol: The Forgotten
War". Journal of Contemporary History. 18 (4):
651–687. JSTOR 260307.
Senn, Alfred Erich (2007). Lithuania 1940: Revolution
from Above. Amsterdam & New
York, NY: Rodopi. ISBN 978-90-420-2225-6.
Shaw, Anthony (2000). World War II: Day by Day.
Osceola, WI: MBI Publishing Company. ISBN 978-
0-7603-0939-1.
Shepardson, Donald E. (1998). "The Fall of Berlin and
the Rise of a Myth". Journal of Military
History. 62 (1): 135–
154. doi:10.2307/120398. JSTOR 120398.
Shirer, William L. (1990) [1960]. The Rise and Fall of
the Third Reich: A History of Nazi Germany. New
York, NY: Simon & Schuster. ISBN 0-671-72868-7.
Shore, Zachary (2003). What Hitler Knew: The Battle
for Information in Nazi Foreign Policy. New
York, NY: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-
518261-3.
Slim, William (1956). Defeat into Victory. London:
Cassell. ISBN 0-304-29114-5.
Smith, Alan (1993). Russia and the World Economy:
Problems of Integration.
London: Routledge. ISBN 978-0-415-08924-1.
Smith, J.W. (1994). The World's Wasted Wealth 2:
Save Our Wealth, Save Our Environment. Institute
for Economic Democracy. ISBN 0-9624423-2-1.
Smith, Peter C. (2002) [1970]. Pedestal: The Convoy
That Saved Malta (edisi ke-5th). Manchester:
Goodall. ISBN 978-0-907579-19-9.
Smith, David J.; Pabriks, Artis; Purs, Aldis; Lane,
Thomas (2002). The Baltic States: Estonia, Latvia
and Lithuania. London: Routledge. ISBN 978-0-
415-28580-3.
Smith, Winston; Steadman, Ralph (2004). All Riot on
the Western Front, Volume 3. Last
Gasp. ISBN 978-0-86719-616-0.
Snyder, Timothy (2010). Bloodlands: Europe Between
Hitler and Stalin. London: The Bodley
Head. ISBN 978-0-224-08141-2.
Sommerville, Donald (2008). The Complete Illustrated
History of World War Two: An Authoritative
Account of the Deadliest Conflict in Human History
with Analysis of Decisive Encounters and
Landmark Engagements. Leicester: Lorenz
Books. ISBN 978-0-7548-1898-4.
Spring, D. W. (1986). "The Soviet Decision for War
against Finland, 30 November 1939". Soviet
Studies. 38 (2): 207–
226. doi:10.1080/09668138608411636. JSTOR 15
1203.
Steinberg, Jonathan (1995). "The Third Reich
Reflected: German Civil Administration in the
Occupied Soviet Union, 1941–4". The English
Historical Review. 110 (437): 620–
651. doi:10.1093/ehr/cx.437.620. JSTOR 578338.
Steury, Donald P. (1987). "Naval Intelligence, the
Atlantic Campaign and the Sinking of the Bismarck:
A Study in the Integration of Intelligence into the
Conduct of Naval Warfare". Journal of
Contemporary History. 22 (2): 209–
233. doi:10.1177/002200948702200202. JSTOR 2
60931.
Stueck, William (2010). "The Korean War". In Melvyn P.
Leffler and Odd Arne Westad, eds., The
Cambridge History of the Cold War, Volume I:
Origins (pp. 266–287). Cambridge: Cambridge
University Press. ISBN 978-0-521-83719-4.
Sumner, Ian; Baker, Alix (2001). The Royal Navy
1939–45. Oxford: Osprey Publishing. ISBN 978-1-
84176-195-4.
Swain, Bruce (2001). A Chronology of Australian
Armed Forces at War 1939–45. Crows Nest: Allen
& Unwin. ISBN 978-1-86508-352-0.
Swain, Geoffrey (1992). "The Cominform: Tito's
International?". The Historical Journal. 35 (3): 641–
663. doi:10.1017/S0018246X00026017.
Tanaka, Yuki (1996). Hidden Horrors: Japanese War
Crimes in World War II. Boulder, CO: Westview
Press. ISBN 978-0-8133-2717-4.
Taylor, A. J. P. (1961). The Origins of the Second
World War. London: Hamish Hamilton.
——— (1979). How Wars Begin. London: Hamish
Hamilton. ISBN 978-0-241-10017-2.
Taylor, Jay (2009). The Generalissimo: Chiang Kai-
shek and the Struggle for Modern China.
Cambridge, MA: Harvard University
Press. ISBN 978-0-674-03338-2.
Thomas, Nigel; Andrew, Stephen (1998). German Army
1939–1945 (2): North Africa & Balkans.
Oxford: Osprey Publishing. ISBN 978-1-85532-
640-8.
Thompson, John Herd; Randall, Stephen
J. (2008). Canada and the United States:
Ambivalent Allies (edisi ke-4th). Athens,
GA: University of Georgia Press. ISBN 978-0-
8203-3113-3.
Trachtenberg, Marc (1999). A Constructed Peace: The
Making of the European Settlement, 1945–1963.
Princeton, NJ: Princeton University
Press. ISBN 978-0-691-00273-6.
Tucker, Spencer C.; Roberts, Priscilla Mary
(2004). Encyclopedia of World War II: A Political,
Social, and Military History. ABC-CLIO. ISBN 1-
57607-999-6.
Umbreit, Hans (1991). "The Battle for Hegemony in
Western Europe". In P. S. Falla, ed., Germany and
the Second World War, Volume 2: Germany's
Initial Conquests in Europe (pp. 227–326).
Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-
822885-1.
United States Army (1986) [1953]. The German
Campaigns in the Balkans (Spring 1941).
Washington, DC: Department of the Army.
Waltz, Susan (2002). "Reclaiming and Rebuilding the
History of the Universal Declaration of Human
Rights". Third World Quarterly. 23 (3): 437–
448. doi:10.1080/01436590220138378. JSTOR 39
93535.
Ward, Thomas A. (2010). Aerospace Propulsion
Systems. Singapore: John Wiley &
Sons. ISBN 978-0-470-82497-9.
Watson, William E. (2003). Tricolor and Crescent:
France and the Islamic World.
Westport, CT: Praeger. ISBN 0-275-97470-7.
Weinberg, Gerhard L. (2005). A World at Arms: A
Global History of World War II (edisi ke-2nd).
Cambridge: Cambridge University
Press. ISBN 978-0-521-85316-3. ; comprehensive
overview with emphasis on diplomacy
Wettig, Gerhard (2008). Stalin and the Cold War in
Europe: The Emergence and Development of
East-West Conflict, 1939–1953.
Lanham, MD: Rowman & Littlefield. ISBN 978-0-
7425-5542-6.
Wiest, Andrew; Barbier, M. K. (2002). Strategy and
Tactics: Infantry Warfare. St Paul, MN: MBI
Publishing Company. ISBN 978-0-7603-1401-2.
Williams, Andrew (2006). Liberalism and War: The
Victors and the Vanquished. Abingdon & New
York, NY: Routledge. ISBN 978-0-415-35980-1.
Wilt, Alan F. (1981). "Hitler's Late Summer Pause in
1941". Military Affairs. 45 (4): 187–
91. doi:10.2307/1987464. JSTOR 1987464.
Wohlstetter, Roberta (1962). Pearl Harbor: Warning
and Decision. Palo Alto, CA: Stanford University
Press. ISBN 978-0-8047-0597-4.
Wolf, Holger C. (1993). "The Lucky Miracle: Germany
1945–1951". In Rudiger Dornbusch, Wilhelm
Nölling and Richard Layard, eds., Postwar
Economic Reconstruction and Lessons for the
East Today (pp. 29–56). Cambridge, MA: MIT
Press. ISBN 978-0-262-04136-2.
Wood, James B. (2007). Japanese Military Strategy in
the Pacific War: Was Defeat Inevitable?. Lanham,
MD: Rowman & Littlefield. ISBN 978-0-7425-5339-
2.
Yoder, Amos (1997). The Evolution of the United
Nations System (edisi ke-3rd). London &
Washington, DC: Taylor & Francis. ISBN 1-56032-
546-1.
Zalampas, Michael (1989). Adolf Hitler and the Third
Reich in American magazines, 1923–1939.
Bowling Green University Popular Press. ISBN 0-
87972-462-5.
Zaloga, Steven J. (1996). Bagration 1944: The
Destruction of Army Group Centre. Oxford: Osprey
Publishing. ISBN 978-1-85532-478-7.
——— (2002). Poland 1939: The Birth of Blitzkrieg.
Oxford: Osprey Publishing. ISBN 978-1-84176-
408-5.
Zeiler, Thomas W. and Daniel M. DuBois, eds. A
Companion to World War II (2 vol 2013), 1030pp;
comprehensive overview by scholars
Zeiler, Thomas W. (2004). Unconditional Defeat:
Japan, America, and the End of World War II.
Wilmington, DE: Scholarly Resources. ISBN 978-0-
8420-2991-9.
Zetterling, Niklas; Tamelander, Michael
(2009). Bismarck: The Final Days of Germany's
Greatest Battleship. Drexel
Hill, PA: Casemate. ISBN 978-1-935149-04-0.

Anda mungkin juga menyukai