Anda di halaman 1dari 6

Nitèni, Nirokké,

Nambahi
3N KHD adalah kependekan dari tiga kosa kata Jawa, yaitu:

Nitèni, (Ni seperti ni dalam bahasa Indoensia berani; tè


dimana “è” dalam bahasa Jawa, seperti dalam Baha’ullah
Indonesia pada kata mepet, coret, copet) yang berarti
menandai dengan cara memperhatikan secara seksama dan
menggunakan seluruh indra.

Nirokké (”e” dibaca “é” dalam bahasa Jawa, seperti dalam


bahasa Indonesia kata sore, hore, Bone) yang berarti
menirukan apa yang telah dipahami dari proses Nitèni
dengan melibatkan seluruh pribadinya.

Nambahi yang berarti menambah apa yang telah diperoleh


dari dua proses sebelumnya, yaitu Nitèni, dan Nirokké,
untuk membuatnya lebih baik atau menyempurnakan
menurut alam hati, jiwa, pikiran, dan nurani. Nitèni-Nirokké
-Nambahi menjadi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, dalam
konteks pendidikan dan pengajaran dimana Taman Siswa
adalah laboratorium beliau.

Dalam sambutan Ki Hadjar Dewantara, beliau mengganti


nama RM. Suryadi Suryaningrat agar lebih dekat dengan
rakyat, di pidato “Masalah Kebudayaan” pada saat
pemberian gelar Doctor Honoris Causa di UGM pada saat
Dies Natalis VII menyampaikan[1] :

“Janganlah sekali-kali orang mengira bahwa kita harus


menolak pengaruh pengaruh kultural dari dunia luar
umumnya dunia barat khususnya. Jangan sekali-kali!
Sebaliknya janganlah kita memasukkan bentuk, isi, dan
irama dari luar yang tidak perlu. Dalam hal ini kita perlu
menunjukkan kepada dunia, bahwa kita cukup bebas dan
merdeka serta berdaulat, untuk memilih sendiri segala apa
yang kita perlukan. Indonesia bukan Nederland, bukan
Inggris, Amerika. Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya,
Makasar, Medan, Padang …… bukan Amsterdam, Leiden,
Utrecht, Groningen, bukan juga London, Cambridge, bukan
juga kota kota Universitas Amerika. Memang benar, kita
harus meniru segala apa yang baik dari negeri manapun.
Ambillah sifatsifat dasar yang ada di seluruh dunia, yang
dapat mengembangkan dan memperkaya kebudayaan
nasional kita. Sebaliknya rakyat kita harus berani, sanggup
dan mampu untuk mewujudkan bentuk sendiri, isi sendiri,
irama sendiri, seperti yang layak boleh diharapkan dari
bangsa yang telah memasuki Dunia Internasional, tetapi
sebagai Bangsa yang Berpribadi.”

Dalam sambutan ini tampak jelas bahwa Ki Hadjar


mengajak bangsa Indonesia maju dalam kebudayaan dan
pendidikan dengan cara Nitèni – Nirokké-Nambahi sehingga
menghasilkan pendidikan dan budaya yang unik dan khas
mengakar pada akar budayanya sendiri, bukan sekedar
meniru atau mencontoh, bukan sekedar melihat dan
terbengong karena kagum, dan bukan pula asal beda untuk
berbeda dari nilai universal karena sifat pokok dari
kebudayaan adalah Universal[1. Ibid]

3N KHD tidak lepas dari proses belajar dengan cara


melihat, merasakan, dan melakukan yang merupakan siklus
belajar reflektif tiada henti dan tiada akhir.

3N KHD dan Trisakti

Dalam Trisakti Soekarno menegaskan:

  Berdaulat di bidang Politik


  Berdikari di bidang Ekonomi
  Berkedaulatan di bidang Budaya

Soekarno sebelum kemerdekaan, selalu ke Jogja dalam


acara Selasa Kliwonan bersama tokoh-tokoh perjuangan
seperti Ki Hadjar, termasuk Ki Ageng Suryo Mataram putra
HB VII yang sangat agresif dan revolusioner menentang
penjajahan Belanda sehingga sebagai putra Dalem tidak
mau menerima gaji dari pemerintah Belanda dan dinyatakan
sebagai bukan lagi putra raja. Ucapan beliau yang terkenal
adalah “hanya kita sendiri yang bisa membebaskan dari
penjajahan“. Mungkin karena pergaulan Selasa Kliwonan itu
muncul kriatalisasi nilai-nilai kebangsaan. Ketika ratusan
tahun dunia disibukkan oleh perang ideologi antara
Kapitalis dan Sosialis maka Seokarno muncul dengan
sesuatu yang khas dan sesuai untuk bangsanya, yaitu
Pancasila. Soekarno seperti hendak menjawab tantangan Ki
Hadjar.

Nitèni – Nirokké- Nambahi adalah model untuk membangun


bangsa agar menjadi bangsa yang kreatif, inovatif, percaya
diri, mandiri, berpribadi merdeka.

Bangsa Jepang setelah PD II memunculkan fenomena yang


kurang lebih sama yaitu memilih menjadi bangsa yang
inovatif dibanding inventif. Mereka menyempurnakan apa
yang sudah dibuat oleh bangsa barat dengan biaya yang
lebih murah. Japanese Management Practices telah
menunjukkan bagaimana Jepang menjungkirbalikkan teori
produktivitas dari barat yang telah berusia ratusan tahun.
Juga, teknologi Disc Brake, SOHC, DOHC, ABS sudah
dipakai oleh mobil-mobil FIAT tahun 1960 an dan baru
muncul di mobil-mobil Jepang tahun 1990 an. Juga inovasi
mereka untuk mengubah low rpm pada kendaraan bermotor
menjadi high rpm dengan memainkan sistem transmisi telah
mengubah pandangan dunia mengenai otomatif. Bisa
dibayangkan bagaimana sepeda motor barat 125cc dibuat
menjadi lebh ringkas dan sederhana oleh sepeda motor
Jepang dengan kapasitas yang sama. Dan Jepang dengan
Honda, Yamaha, dan Suzuki hanya butuh waktu 5 tahun
untuk menggulung raksasa Otomotif Eropa seperti BSA,
Triumph, dan Norton, sehingga mereka secara keseluruhan
menderita kerugian bersar sekali dan menyebabkan mereka
bangkrut[2]. Berkaitan dengan inovasi tersebut adalah
motor untuk electric starter yang dulunya low speed diubah
menjadi high speed dengan memainkan speed reducer yang
menghasilkan torsi yang sama merupakan revolusi yang
membuat ukuran motor menjadi lebih kecil dan harga lebih
murah dan telah mewabah keseluruh dunia serta menjadi
trend setter. Kelakuan bangsa Jepang ini kalau dalam
bahasa Jawa dikenal dengan Ukil.

Revolusi yang dilakukan oleh Steve Job dan Steve Wozniac


dengan Personal Computer-nya yang telah menjungkalkan
raksasa bisnis dibidangnya yaitu IBM, tidak lain adalah
sebuah proses 3N KHD setelah melihat presentasi
profesornya. Juga perkembangan Personal Computer
mereka yang mengadopsi GUI dari Xerox.

Hal yang sama juga terjadi dengan Bill Gates yang menjadi
kaya dengan menyempurnakan kelemahan IBM dengan
membeli sebuah Operating System dari sebuah perusahaan
kecil di Seatle dan kemudian mengambil ide Steve Job
danSteve Wozniac dengan Mac nya sehingga memunculkan
Windows yang terkenal hingga sekarang.

Di Jogja, tahun 1950 an


adalah seorang pensiunan Yon Zeni AD berpangkat Sersan,
namanya Sastro Surip, yang membuka bengkel sepeda
motor di pinggir jalan Kaliurang melakukan 3N KHD
sehingga bisa membuat sepeda motor 30cc pertama di
Indonesia dengan mem-benchmark berbagai bromfiets dari
Eropa yang banyak beredar di Jogja pada saat itu seperti
Solex, Mobilet, Ducati, Simplex, dll. Bromfiets ini dinamakan
Swadeshi, terinspirasi dari gerakan Swadeshi oleh Gandhi
di India yang bangga dengan produksi sendiri, atas saran
dari beberapa mahaisswa UGM yang sering dolan atau
membetulkan bromfiets-nya.
Swadeshi membuat geger pada saat pameran 200 tahun
Jogja di samping pameran kedubes Rusia, dan di Jakarta
1963 pada pameran Legiun Veteran RI. Testamen yang ingin
disampaikan adalah Veteran adalahpejuang dan akan terus
berjuang sampai akhir hayat.

Ki Hadjar telah memulai dengan pikirannya jauh sebelum


fenomena-fenomena besar terjadi, beliau bukan hanya
menuangkan pikiran-pikiran untuk kemajuan bangsanya
tetapi juga melakukannya melalui pendidikan dan
pengajaran di Taman Siswa. 3N KHD adalah hanya satu
diantara warisan beliau yang digali dari budaya bangsanya.
Akankah rumput tetangga masih tetap lebih hijau dan Nabi
memang harus tidak dikenal ditempatnya sendiri ? Jangan-
jangan pencantuman kalimat “Tut Wuri Handayani” di topi
para siswa Dikdasmen di Indonesia bukan didasarkan pada
pemahaman terhadap peran dan fungsi pendidik yang
Momong, Among, Ngemong sehingga banyak fenomena
pendidikan di Dikdasmen yang semakin jauh dari nilai-nilai
yang diperjuangkan oleh Ki Hadjar, baik siswa maupun
gurunya. Sebagai misal, maraknya siswi yang berkelahi di
sekolah dan di jalan (mungkin salah memahami gerakan
emansipasi dan semangat Kartini), guru yang semakin tidak
senonoh terhadap siswinya (mungkin salah memahami
momong-ngemong-among), guru yang tidak jujur (mungkin
salah dalam memahami Tut Wuri Handayani)

___________________

1. Ki Hadjar Dewantara, “Masalah Kebudayaan” adalah judul


Buku kenang-kenangan promosi

Doktor Honoris Causa Ki Hadjar Dewantara oleh Universitas


Gadjah Mada, pada tanggal 19

Desember 1956, Dies Natalis VII. Dalam Wuryadi Ketua


Dewan Pendidikan DIY,

MENIMBANG ULANG POLITIK PENDIDIKAN NASIONAL DAN


NILAI KEJUANGAN
PENDIDIKAN R.M. SUWARDI SURYANINGRAT(KI HADJAR

DEWANTARA [ ]

2. Boulton R. William al.Chrisman J. James, The World


Motorcycle Industry, Annual Report, NVT

Group Accountant, BCG Tokyo

Anda mungkin juga menyukai