Anatomi Dan Fisiologi Sistem Respirasi PDF
Anatomi Dan Fisiologi Sistem Respirasi PDF
(By: Setiadi)
Tujuan instruksional :
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan pembaca mampu :
1) Menjelaskan pengertian pernafasan dengan benar
2) Menjelaskan fungsi pernafasan dengan benar
3) Menjelaskan fisiologi saluran pernafasan dengan benar
4) Menjelaskan saluran pernafasan dengan benar
5) Menjelaskan rongga hidung dengan benar
6) Menjelaskan faring dengan benar
7) Menjelaskan laring dengan benar
8) Menjelaskan trakea dengan benar
9) Menjelaskan percabangan bronkus dengan benar
10) Menjelaskan paru-paru (bronkiolus, alveolus) dengan benar
11) Menjelaskan proses terjadinya pernafasan dengan benar
12) Menjelaskan pengaturan dan pengendalian pernafasan dengan benar
13) Menjelaskan bentuk dari pernafasan dengan benar
14) Menjelaskan transportasi (pertukaran gas) dengan benar
15) Menjelaskan volume dan kapasitas parudengan benar
16) Menjelaskan bentuk dari pernafasan dengan benar
17) Menjelaskan masalah pernafasan dengan benar
18) Menjelaskan kecepatan pernafasan dengan benar
Sistem respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang merupakan
parameter kesehatan manusia. Jika salah satu sistem respirasi terganggu maka secara sistem lain
yang bekerja dalam tubuh akan terganggu. Hal ini dapat menimbulkan terganggunya proses
homeostasis tubuh dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Proses
Pernapasan terdiri dari beberapa proses penting yaitu pada sistem pernapasan, sistem saraf pusat,
serta sistem kardiovaskular . Sistem respirasi berperan untuk menukar udara kepermukaan dalam
paru-paru. Udara masuk dan menetap dalam system pernafasan dan masuk dalam pernafasan.
Sistem saraf pusat memberikan dorongan ritmik dari dalam untuk bernafas, dan secara refleks
merangsang toraks dan otot-otot diafragma, yang akan memberikan tenaga pendorong gerakan
udara. Sistem kardiovaskuler menyediakan pompa, jaringan pembuluh darah yang diperlukan untuk
mengangkut gas-gas antara paru-paru dan sel tubuh. Orang tergantung pada oksigen untuk
hidupnya, kalau tidak mendapatkannya selama lebih dari empat menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan biasanya pasien meninggal. Bila oksigen di dalam
darah tidak mencukupi, warna merahnya hilang dan menjadi kebiru-biruan dan ia disebut menderita
sianosis.
A. Pengertian Pernafasan
Pernafasan juga merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 dan
mengeluarkan Co2 sebagai sisa dari oksidasi dari tubuh. Penghisapan udara ke dalam tubuh disebut
proses inspirasi dan menghembuskan udara keluar tubuh disebut proses ekspirasi. Manusia
membutuhkan suplay oksigen secara terus-menerus untuk proses respirasi sel, dan membuang
kelebihan karbondioksida sebagai limbah beracun produk dari proses tersebut. Pertukaran gas
antara oksigen dengan karbondioksida dilakukan agar proses respirasi sel terus berlangsung. Oksigen
yang dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini berasal dari atmosfer, yang menyediakan kandungan
gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang ada. Oksigen masuk kedalam tubuh melalui
perantaraan alat pernapasan dan pada manusia disebut alveolus yang terdapat di paru-paru
berfungsi sebagai permukaan untuk tempat pertukaran gas.
Bagan 1. Fisiologi saluran pernafasan
Sisa pembakaran
CO2 O2 diudara
D
A Hidung
Seluruh tubuh R
sampai tingkat sel A
H Trachea
Alveoli
Jantung
Pembulu kapiler
alveolus
Pertukaran gas :
Ikatan O2 dengan
Hb & pelepasan
CO2
Ada dua bagian yang mungkin dapat digambarkan dalam pernafasan yaitu :
O2 – hidung – trachea – alveoli – pembuluh kapiler alveolus – ikatan O2 dengan Hb – jantung –
seluruh tubuh sampai ke setiap sel.
Co2 – membran alveoli – kapiler – alveoli – bronchroli – bronchus – trakea – hidung.
Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dari udara masuk ke dalam
darah dan CO2 akan dikeluarkan dari darah secara osmosis. Selanjutnya O2 masuk ke dalam tubuh
melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri jantung → ke aorta →
seluruh tubuh, disini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan
zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan) → ke bilik kanan
dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus
lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme,
sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.
B. Saluran Pernafasan
Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai berikut : Rongga hidung, faring,
laring, trakea, percabangan bronkus, paru-paru (bronkiolus, alveolus). Saluran nafas bagian atas
adalah rongga hidung, faring dan laring dan saluran nafas bagian bawah adalah trachea, bronchi,
bronchioli dan percabangannya sampai alveoli. Area konduksi adalah sepanjang saluran nafas
berakhir sampai bronchioli terminalis, tempat lewatnya udara pernapasan, membersihkan,
melembabkan & menyamakan udara dengan suhu tubuh hidung, faring, trakhea, bronkus,
bronkiolus terminalis. Area fungsional atau respirasi adalah mulai bronchioli respiratory sampai
alveoli, proses pertukaran udara dengan darah.
Gambar : 2 saluran fisiologi pernafasan
1. Hidung
Hidung adalah organ indra penciuman. Ujung saraf yang mendeteksi penciuman berada di
atap (langit-langit) hidung di area lempeng kribriformis tulang etmoid dan konka superior. Ujung
saraf ini distimulasi oleh bau di udara. Impuls saraf dihantarkan oleh saraf olfaktorius ke otak di
mana sensasi bau dipersepsikan. Ketika masuk dihidung, udara disaring, dihangatkan, dan
dilembabkan. Hal ini dilakukan oleh sel epitel yang memiliki lapisan mukus sekresi sel goblet dan
kelenjar mukosa. Lalu gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior didalam rongga hidung
dan ke superior saluran pernapasan bagian bawah menuju faring. Nares anterior adalah saluran-
saluran didalam lubang hidung. Saluran-saluran ini bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum hidung. Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,
dan bersambung dengan lapisan farink dan selaput.
Pada proses pernafasan secara khusus rongga hidung berfungsi antara lain :
- Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.
- Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung.
- Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
- Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh leukosit yang
terdapat dalam selaput lendir atau hidung.
Pada bagian belakang rongga hidung terdapat ruangan yang disebut nasopharing dengan rongga
hidung berhubungan dengan :
a. Sinus paranasalis, yaitu rongga-rongga pada tulang kranial, yang berhubungan dengan rongga
hidung melalui ostium (lubang). Dan terdapat beberapa sinus paranasalis, sinus maksilaris dan
sinus ethmoidalis yang dekat dengan permukaan dan sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis
yang terletak lebih dalam.
b. Duktus nasolacrimalis, yang meyalurkan air mata kedalam hidung.
c. Tuba eustachius, yang berhubungan dengan ruang telinga bagian tengah.
Gambar : 4 saluran pada sistem pernafasan (sinus)
Jika terjadi influenza atau hidung buntu, maka kemungkinan adalah tertutupnya lubang-lubang
tersebut (sinus paranasalis, duktus nasolacrimalis, tuba eustachius), sehingga dapat menimbulkan
penumpukan cairan dan terjadi radang didalam sinus paranasalis dan ruang telinga tengah akibatnya
bisa terjadi sinusitis, otitis media, keluar air mata, karena duktus nasolacrimalis buntu. Karena itu
pada hidung buntu perlu diberi obat-obatan tetes hidung untuk mengurangi kemungkinan
tertutupnya lubang-lubang tersebut diatas.
2. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Bila terjadi radang disebut pharyngitis.
saluran faring rnemiliki panjang 12-14 cm dan memanjang dari dasar tengkorak hingga vertebra
servikalis ke-6. Faring berada di belakang hidung, mulut, dan laring serta lebih lebar di bagian
atasnya. Dari sini partikel halus akan ditelan atau di batukkan keluar. Udara yang telah sampai ke
faring telah diatur kelembapannya sehingga hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh.
Lalu mengalir ke kotak suara (Laring).
Gambar : 5 saluran pada sistem pernafasan (faring)
3. Laring
Terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot yang
mengandung pita suara, selain fonasi laring juga berfungsi sebagai pelindung. Laring berperan untuk
pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan.
Laring dapat tersumbat, antara lain oleh benda asing (gumpalan makanan), infeksi (misalnya difteri)
dan tumor. pada waktu menelan, gerakan laring keatas, penutupan glotis (pemisah saluran
pernapasan bagian atas dan bagian bawah) seperti pintu epiglotis yang berbentuk pintu masuk. Jika
benda asing masuk melampaui glotis batuk yang dimiliki laring akan menghalau benda dan sekret
keluar dari pernapasan bagian bawah.
Gambar : 6 saluran pada sistem pernafasan (laring)
Fungsi Laring
a. Produksi suara, Suara memiliki nada, volume, dan resonansi. Nada suara bergantung pada
panjang dan kerapatan pita suara. Pada saat pubertas, pita suara pria mulai bertambah panjang,
sehingga nada suara pria semakin rendah. volume suara bergantung pada besarnya tekanan pada
pita suara yang digetarkan. Semakin besar tekanan udara ekspirasi, semakin besar getaran pita
suara dan semakin keras suara yang dihasilkan. Resonansi bergantung pada bentuk mulut, posisi
lidah dan bibir, otot wajah, dan udara di paranasal.
b. Berbicara, berbicara terjadi saat ekspirasi ketika suara yang dihasilkan oleh pita suara
dimanipulasi oleh lidah, pipi, dan bibir.
c. Pelindung saluran napas bawah, saat menelan, laring bergerak ke atas, menyumbat saluran faring
sehingga engsel epiglotis menutup faring. Hal ini menyebabkan makanan tidak melalui esofagus
dan saluran napas bawah.
d. Jalan masuk udara, bahwa Laring berfungsi sebagai penghubung jalan napas antara faring dan
trakea.
e. Pelembap, penyaring, dan penghangat, dimana proses ini berlanjut saat udara yang diinspirasi
berjalan melalui laring
Di bagian larynk terdapat beberapa organ yaitu :
a. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan untuk menutup larynx sewaktu orang menelan. Bila
waktu makan kita berbicara (epiglottis terbuka), makanan bisa masuk ke larynx (keslek) dan
terbatu-batuk. Pada saat bernafas epiglotis terbuka tapi pada saat menelan epiglotis menutup
laring. Jika masuk ke laring maka akan batuk dan dibantu bulu-bulu getar silia untuk menyaring
debu, kotoran-kotoran.
b. Jika bernafas melalui mulut udara yang masuk ke paru-paru tak dapat disaring, dilembabkan atau
dihangatkan yang menimbulkan gangguan tubuh dan sel-sel bersilia akan rusak adanya gas
beracun dan dehidrasi.
c. Pita suara, terdapat dua pita suara yang dapat ditegangkan dan dikendurkan, sehingga lebar sela-
sela antara pita - pita tersebut berubah-ubah sewaktu bernafas dan berbicara. Selama pernafasan
pita suara sedikit terpisah sehingga udara dapat keluar masuk.
4. Trakea
Trakea, merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin kartilago
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang terbentuk seperti C. Trakea dilapisi oleh selaput lendir
yang terdiri atas epitilium bersilia dan sel cangkir. Trakea hanya merupakan suatu pipa penghubung
ke bronkus. Dimana bentuknya seperti sebuah pohon oleh karena itu disebut pohon trakeobronkial.
tempat trakea bercabang menjadi bronkus di sebut karina. di karina menjadi bronkus primer kiri dan
kanan, di mana tiap bronkus menuju ke tiap paru (kiri dan kanan), Karina memiliki banyak saraf dan
dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk berat jika dirangsang.
Gambar : 9 saluran pada sistem pernafasan (trakea)
Fungsi trakea :
a. Penunjang dan menjaga kepatenan, Susunan jaringan kartilago dan elastik menjaga kepatenan
jalan napas dan mencegah obstruksi jalan napas saat kepala dan leher digerakkan. Tidak adanya
kartilago di bagian posterior trakea, memungkinkan trakea berdilatasi dan berkontraksi saat
esofagus mengalami distensi saat menelan. Kartilago mencegah kolapsnya trakea saat tekanan
internal kurang dari tekanan intratoraksik, yaitu saat akhir ekspirasi dengan upaya.
b. Eskalator mukosiliaris, Eskalator mukosiliaris adalah keselarasan frekuensi gerakan silia membran
mukosa yang teratur yang membawa mukus dengan partikel yang melekat padanya ke atas laring
di mana partikel ini akan ditelan atau dibatukkan
c. Refleks batuk, Ujung saraf di laring, trakea, dan bronkus peka terhadap iritasi sehingga
membangkitkan impuls saraf yang dihantarkan oleh saraf vagus ke pusat pernapasan di batang
otak. Respons refleks motorik terjadi saat inspirasi dalam yang diikuti oleh penutupan glotis,
yakni penutupan pita suara. Otot napas abdomen kemudian berkontraksi dan dengan tiba-tiba
udara dilepaskan di bawah tekanan, serta mengeluarkan mukus dan/atau benda asing dari mulut
d. Penghangat, pelembap, dan penyaring, Fungsi ini merupakan kelanjutan dari hidung, walaupun
normalnya, udara sudah jernih saat mencapai trakea
Gambar : 10 saluran pada sistem pernafasan (trakea)
5. Percabangan Bronkus
Bronkus, merupakan percabangan trachea. Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12 kali
untuk membentuk bronki sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin kecil. Struktur
mendasar dari paru-paru adalah percabangan bronchial yang selanjutnya secara berurutan adalah
bronki, bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus alveolar, dan alveoli.
Dibagian bronkus masih disebut pernafasan extrapulmonar dan sampai memasuki paru-paru disebut
intrapulmonar.
Gambar : 11 saluran pada sistem pernafasan (bagian percabagan bronkus)
Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebar serta hampir vertikal dengan trakea. Sedangkan
bronkus utama kiri lebih panjang dan sempit. Jika satu pipa ET yang menjamin jalan udara menuju ke
bawah, ke bronkus utama kanan, jika tidak tertahan baik pada mulut atau hidung, maka udara tidak
dapat memasuki paru kiri dan menyebabkan kolaps paru (atelekteasis). Namun demikian arah
bronkus utama kanan yang vertikal menyebabkan mudahnya kateter menghisap benda asing.
Cabang Bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan segmentalis. Percabngan
ini terus menjadi kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis(saluran udara terkecil yang
tidak mengandung alveoli). bronkiolus,tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. hanya otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah. Setelah iu terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru,
yaitu tempat pertukaran gas. Asinus (lobulus primer), terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus
alveolaris, sakus alveolaris terminalis (akhir paru) yang menyerupai anggur dipisahkan oleh septum
dari alveolus di dekatnya. Dalam setiap paru terdapat 300 juta alveolus dengan luas permukaan
seluas sebuah lapangan tenis.
Terdapat dua tipe lapisan sel alveolar: Pneumosit tipe I, merupakan lapisan yang menyebar dan
menutupi daerah permukan, Pneumosit tipe II, yang bertanggung jawab pada sekresi surfaktan.
Pada hakekatnya alveolus adalah suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga
batas antara cairan dan gas membentuk tegangan permukan yang cenderung mencegah
pengembangan saat inspirasi dan kolaps saat ekspirasi, tetapi dengan adanya lapisan yang terdiri
dari zat lipoprotein (di sebut surfaktan) yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan resistensi
terhadap pengembangan pada waktu inspirasi, dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi.
defisiensi surfaktan merupakan faktor penting pada patogenesis sejumlah penyakit paru. termasuk
sindrom gawat nafas akut (ARDS).
6. Paru-paru
Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan tulang-tulang iga dan
letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur blok padat yang berada dibelakang tulang
dada. Paru-paru menutupi jantung, arteri dan vena besar, esofagus dan trakea.
Paru-paru berbentuk seperti spons dan berisi udara dengan pembagaian ruang sebagai berikut :
a. Paru kanan, memiliki tiga lobus yaitu superior, medius dan inferior.
b. paru kiri berukuran lebih kecil dari paru kanan yang terdiri dari dua lobus yaitu lobus superior
dan inferior
Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula,
bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru
mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas.
Bronkus
Dua bronkus primer terbentuk oleh trakea yang membentuk percabangan
a. Bronkus kanan, bronkus ini lebih lebar, lebih pendek, dan lebih vertikal daripada bronkus kiri
sehingga cenderung sering mengalami obstruksi oleh benda asing. Panjangnya sekitar 2,5 cm.
Setelah rnemasuki hilum, bronkus kanan terbagi menjadi tiga cabang, satu untuk tiap lobus. Tiap
cabang kemudian terbagi menjadi banyak cabang kecil.
b. Bronkus kiri, panjangnya sekitar 5 cm dan lebih sempit daripada bronkus kanan. Setelah sampai
di hilum paru, bronkus terbagi menjadi dua cabang, satu untuk tiap lobus. Tiap cabang kemudian
terbagi menjadi saluran-saluran kecil dalam substansi paru.
Bronkus bercabang sesuai urutan perkembangannya menjadi Bronkiolus, bronkiolus terminal,
bronkiolus respiratorik, duktus alveolus, dan akhirnya, alveoli.
Bronkiolus dan Alveoli Pernapasan
Dalam tiap lobus, jaringan paru lebih lanjut terbagi menjadi selubung halus jaringan ikat, yaitu
lobulus. Tiap lobulus disuplai oleh udara yang berasal dari bronkiolus terminalis, yang lebih lanjut
bercabang menjadi bronkiolus respirarorik, duktus alveolus, dan banyak alveoli (kantong-kantong
udara). Terdapat 150 juta alveoli di paru-paru orang dewasa. Hal ini memungkinkan terjadinya
pertukaran gas. Saat jalan napas bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih kecil, dinding jalan
napas menjadi semakin tipis hingga otot dan jaringan ikat lenyap, menyisakan lapisan tunggal sel
epitelium skuamosa sederhana di duktus alveolus dan alveoli. Saluran napas distal ditunjang oleh
jaringan ikat elastik yang longgar di mana terdapar makrofag, fibroblas, saraf, pembuluh darah, dan
pembuluh limfe. Alveoli dikelilingi oleh jaringan kapiler padat. Pertukaran gas di paru (respirasi
eksternal) berlangsung di membran yang disusun oleh dinding alveolar dan dinding kapiler yang
bergabung bersama. Membran ini disebut membran respiratorik. Di antara sel skuamosa terdapat
sel septal yang menyekresi surfaktan, suatu cairan fosfolipid yang mencegah alveoli dari kekeringan.
Selain itu, surfaktan berfungsi mengurangi tekanan dan mencegah dinding aiveolus mengalarni
kolaps saat ekspirasi. Sekresi surfaktan ke saluran napas bawah dan alveoli dimulai saat janin berusia
35 minggu
Pleura
Paru-paru dibungkus oleh pleura yang menempel langsung ke paru, disebut sebagai pleura visceral.
Sedangkan pleura parietal menempel pada dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan
pleura parietal terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan
pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada
Esofagus
Trakea
Pleura Visceralis
( Selaput Paru
dalam )
Pleura Parietalis (
Selaput Paru
Luar )
RONGGA
RONGGA PLEURA
PLEURA
DIAFRAGMA
Pembulu darah yang memperdarahi paru
Trunkus pulmonal terbagi menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri, yang membawa darah yang
miskin oksigen ke tiap paru. Di dalam paru, arteri pulmonalis terbagi menjadi banyak cabang, yang
akhirnya bermuara di jaringan kapiler padat di sekitar dinding alveoli. Dinding alveoli dan kapiler
terdiri atas hanya satu lapisan sel epitelium gepeng. Pertukaran gas antara udara di paru dan darah
di kapiler berlangsung pada dua selaput yang sangat halus (keduanya disebut membran
pernapasan). Kapiler pulmonal bergabung membentuk dua vena pulmonalis di tiap paru. Vena ini
keluar dari paru melalui hilum dan membawa darah yang kaya oksigen ke atrium kiri jantung. Kapiler
darah dan pembuluh darah yang sangat banyak di paru ditunjang oleh jaringan ikat.
C. Rongga Dada
Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini
terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di depan,
dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang. Terdapat
otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot pernafasan. Otot-
otot yang berfungsi dalam bernafas.
Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini
terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di depan,
dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang. Terdapat
otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot pernafasan.
Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut :
- interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga.
- sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).
- skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.
- interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.
- otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong diafragma ke atas.
- otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.
D. Proses terjadinya Pernafasan
Pernafasan adalah proses inspirasi udara kedalam paru-paru dan ekspirasi udara dari paru-
paru kelingkungan luar tubuh. Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari
nervus pernikus lalu mengkerut datar. Saat ekspirasi otot akan kendor lagi dan dengan demikian
rongga dada menjadi kecil kembali maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi terjadi karena
adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru. Fungsi paru – paru adalah sebagai
tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui
hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli,
dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Oksigen menembus
membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini
dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru – paru pada tekanan
oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran
alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea,
dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan eksterna :
a. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
Arus darah melalui paru – paru. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam
jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh
b. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi
daripada oksigen
c. Pefusi, yaitu pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan
hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan akhirnya
mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari
hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya,
yaitu karbon dioksida.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah
tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru – paru membawa
terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka
konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak
unutk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mngeluarkan
CO2 dan memungut lebih banyak O2.
Perubahan – perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam alveoli, yang disebabkan
pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan jarigan.
Udara (atmosfer) yang di hirup:
- Nitrogen 79 %
- Oksigen 20% %
- Karbon dioksida 0-0,4%
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembapan atmosfer Udara yang diembuskan:
- Nitrogen 79%
- Oksigen 16%
- Karbon dioksida 4-0,4%
E. Mekanika Pernafasan
Pernapasan memiliki ritme yang teratur dan ritme pernapasan dihasilkan dari pusat
pernapasan yang terletak di pons dan medula oblongata (pneumotaxic center). Kontraksi otot
inspirasi akan menimbulkan tekanan negatif, menyebabkan terjadinya aliran udara dari luar masuk
ke dalam paru. Kedalaman dan frekuensi pernapasan sangat penting karena komponen pernapasan
ini akan membantu mempertahankan homeostasis kadar oksigen, karbon dioksida dan ion H+ dalam
darah arteri.
Struktur saluran napas atas sangat berperan agar udara dapat masuk ke dan keluar dari paru.
Saluran napas atas yang paten sangat tergantung struktur anatomis daerah tersebut. Ukuran konka
nasalis yang besar, lidah atau uvula yang besar, dan palatum molle yang lemah dapat mengobstruksi
saluran napas atas. Otot genioglosus (untuk menjulurkan lidah), serta styloglosus dan hyoglosus
(untuk menarik lidah) mempunyai interaksi kompleks agar jalan napas tetap terbuka.
Kemoreseptor sentral terletak di
dalam otak
Badan karotis dan badan kuota
Respon terhadap perubahan H+
2. Kendali syaraf
Pernafasan dikendalikan oleh sel-sel saraf dalam susunan retikularis dibatang, terutama pada
medulla. Sel-sel ini mengirim impuls menuruni medulla spinals, kemudian melalui saraf frenkus
ke diafragma, dan melalui saraf-saraf interkostalis ke otot-otot interkostalis. Jadi pusat
pernafasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula oblongata yang mengeluarkan impuls
eferen ke otot pernafasan impuls aferen yang dirangsang oleh pemekaran gelembung udara,
yang diantarkan oleh saraf vagus kepusat pernafasan didalam medula. Susunan retikularis
mempunyai pola aktivitas saraf dengan irama teratur yang mempertahankan aktivitas berirama
dari otot-otot ini. Irama ini dilengkapi dengan Hering-Breuer yaitu reseptor-reseptor yang regang
yang terdapat pada perenkhim paru-paru yang memancarkan rangsangan ke medula oblongata
melalui vagus, pengembangan paru-paru yang cepat menghambat rangsang respirasi. Reseptor
regangan di jaringan paru mengirim impuls-impuls melalui nervus vagus ke batang otak impuls ini
menghambat inspirasi saat paru-paru dikembangkan, dan merangsang inspirasi bila paru di
kempeskan. Selain nyeri, dan impuls saraf dari gerakan anggota badan, menyebabkan
peningkatan pada kecepatan dan kedalaman pernafasan, karena kerjanya pada susunan retikular.
Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernafasan yang terletak didalam medula oblongata,
dan kalau dirangsang maka pusat itu mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh saraf spinalis ke
otot pernafasan yaitu diafragma dan otot interkostalis. Rangsang ritmis (berirama) pada medula
oblongata menimbulkan pernafasan otomatis. Darah medula oblongata yang berhubungan
dengan pernafasan secara klasik dinamakan pusat pernafasan. Ada 2 kelompok neuron
pernafasan, kelompok sosial yang dekat dengan nukleus traktus solitarius adalah sumber irama
yang yang mengendalikan neuron motoris phrenieus kontralateral. Neuron-neuron ini juga
memproyeksikan diri dan mengendalikan golongan ventral. Golongan ini mempunyai 2 bagian,
Bagian kranial dibentuk oleh neuron-neuron nucleus ambigus yang mempersarafi otot-otot
pembantu pernafasan ipsilateral, pada hakekatnya melalui nervus vagus. Bagian caudal dibentuk
oleh neuron-neuron dalam nucleus retroambigualis yang menyelenggarakan pengendalian
inspirasi dan ekspirasi ke neuron-neuron motoris yang mempersarafi intercostalis. Pernafasan
spontan ditimbulkan oleh rangsang yang ritmis neuron motoris yang mempersafari otot-otot
pernafasan. Rangsang ini secara keseluruhan tergantung pada impuls-impuls saraf otak.
Respirasi
1. Ventilasi
3. Transportasi gas
Penggunaan o2 oleh
sel dan
pembuangan CO2
Arteri pulmonalis
(darah kotor dari jantung )
ke paru-paru
Vena pulmonalis
(darah bersih)
Kapiler yang
Masuk menyentuh dinding
Jantung kiri alveoli
Pertukaran gas :
O2 diambil
CO2 dilepaskan
O2 O2 CO2 CO2
Atrium Atrium
O2 kanan kiri
Sistemik CO2
O2 Paru
Glukosa + O2 = H2O + CO2 + kalori
Ventrikel Ventrikel
O2
kanan kiri
CO2
O2
CO2
O2
CO2
O2 HB
O2
Hb
Hb
2. Kapasitas
- Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah penambahan volume residual dan volume
cadangan expirasi. Kapasitas ini merupakan jumlah udara sisa dalam system respiratorik
setelah ekspirasi normal. Nilai rata-ratanya adalah 2200ml. Jadi nilai (KRF = VR + VCE).
- Kapasitas inspirasi (KI), adalah penambahan volume tidal dan volume cadangan inspirasi.
Nilai rata-ratanya adalah 3500 ml. Jadi nilai (KI = VT + VCI)
- Kapasitas Vital (KV), yaitu penambahan volume tidal, volume cadangan inspirasi dan volume
cadangan expirasi (KT=VT + VCI + VCE) Nilai rata-ratanya sekitar 4.500 ml.
- Kapasitas total paru (KTP) adalah jumlah total udara yang dapat ditampung dalam paru-
paru dan sama dengan kapasitas vital ditambah volume residual (KTP = KV + VR). Nilai rata-
ratanya adalah 5.700 ml.
J. Kecepatan Pernafasan
Kecepatan pernafasan pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Jika bernafas dengan normal
maka ekpirasi akan menyusul inspirasi, dan kemudian ada istirahat sebentar (inspirasi-ekspirasi-
istirahat)
Tabel 5.1 : Kecepatan pernafasan normal
NO Jenis pernafasan frekwensi
1 Bayi baru lahir 30-40
A. Jodohkan nama-nama bagian dibawah ini dengan bagian yang ditunjuk pada gambar
.......... Laringofaring
.......... Epiglotis
.......... Tiroid
kartilago
.......... Tulang hioid
.......... Rongga nasal
.......... Tonsil
nasofaring
.......... Nasofaring
.......... Palatum mole
.......... Krikoid
Kartilago
.......... Lindah
.......... Orofaring
.......... Sternokleidomastoideus
.......... Musculus scalenus
.......... Interkostalis eksternal
.......... Interkostalis internal
.......... Diafragma
.......... Otot abdominal
B. Identifikasi organ. Pilih struktur respiratori yang cocok dengan keterangan berikut
C. Petunjuk: Pilihlah satu jawaban yang tersedia dan hubunganya dengan suatu pertanyaan.
Tiap jawaban hanya satu kali terpilih
D. Jika memungkinkan minta praktikan pria untuk membuka pakaian atasnya. Minta
praktikan untuk bernapas dengan tenang lalu amati pergerakan dadanya sewaktu inspirasi
dan setelah ekspirasi
Mengapa?
....................................................................................................
Gambar 1.4
4. Bernafas dengan cepat ke dalam kantung plastik selama 2 menit. Perhatikan apakah
anda merasa kehabisan nafas dan ingin sekali untuk menarik nafas kembali?................
Mengapa?
..............................................................................................
..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 4.Departemen Ilmu Penyakit
dalam FKUI. Jakarta
Anderson Sylvia Price,.(1996). Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Jilid I & II. Jakarta: : EGC.
Aragona, C., and Galactorrahea, et.al .(1979). Endocrinology Vol. 3. Jakarta : EGC.
Asih Yasmin,.(1998). Kelenjar Endokrin dan Sistem Persarafan. Jakarta : EGC.
Cambridge Communication Limited, .(1999). Anatomi Fisiologi, Modul SWA – Instruksional, Jakarta:
EGC.
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi. Jakarta. Buku Kedokteran EGC
Ganong. W,F, .(1981). Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC.
Ganong. W,F, .(1995). Review Of Medikal Physiologi , alih bahasa Adji Darma (Fisiologi Kedokteran)
Jakarta: EGC.
Guyton, .(1990). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC.
Greber et al. 2006.Buku Saku Dokter Keluarga University of IOWA Edisi 3. Jakarta. Buku Kedokteran
EGC
Joyce L. Kee dan Evelyn R. Hayes,.(1996). Farmakologi Pendekatan Proses keperawatan, Jakarta :
EGC
Lutjen, Et al,.(2001). Atlas Foto Anatomi Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia, Jakarta : EGC
Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep Proses dan Praktek. Edisi 7 Vol. 1.
Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Muttaqin, Arif. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Pernafasan. Jakarta.
Salemba Medika
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta. Salemba Medika.
Pearce Evrlyn, .(1973). Anatomi dan Phygology For nurse. Jakarta: PT. Gramedia.
Roger Watson, (1995), Anatomy and Physiology For Nurse, ed. Ke 10, Balliere Tindal : London
Santosa , Andy, A .(1994). Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia. Jakarta : Akper Sint Carolus.
Setiadi, (2004) ”Fisiologi Manusia Untuk Perawat” Surabaya : Akper Hang Tuah
Sloana, Ethel, .(2004) Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC
Sobotta, .(2000). Atlas Anantomi Manusia, Jakaerta : EGC
Sutarmo, Setiaji. V. D. (1990) Buku Kuliah Anatomi Fisiologi, Jakarta : FKUI
Syaifuddin, .(2002). Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta: EGC
Syaifuddin,.(2006). Anatomi Fisiologi Untuk mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC