DOSEN PENGAMPU :
TEORI 2(B)
D3 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
2019
Abstrak
Latar belakang. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyakit kronis yang
ditandai dengan batuk produktif dan dispnea dan terjadinya obstruksi saluran nafas sekalipun
penyakit ini bersifat kronis dan merupakan gabungan dari emfisema, bronkiolitis kronik
maupun asma. Salah satu tanda dan gejala yang sering terjadi pasien Penyakit Paru Obstruksi
Kronis adalah terjadinya penurunan berat badan. Desain penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan 2 pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau
Medan. Adapun hasil yang didapatkan dari kedua responden pasien Penyakit Paru Obstruksi
Kronis yaitu pemenuhan kebutuhan nutrisi kedua pasien terpenuhi namun wakt nya yang
berbeda dimana pasien I dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi di hari ke 2
perawatan, sedangkan pasien II pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi pada hari ke 3,
hal ini dikarenakan perbedaan usia dari kedua responden. Dari hasil diatas peneliti
menyimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis
memiliki perbedaan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dikarenakan adanya perbedaan usia.
Adapun saran dari hasil diatas terutama kepada responden untuk selalu memperhatikan
program pola pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis.
PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronik merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk
sekelompok penyakit paruparu yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi (Padila, 2012). Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang
telah menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Prevalensi PPOK berdasarkan
wawancara di Indonesia adalah 3,7 persen. Prevalensi PPOK lebih tinggi pada laki-laki
dibandingkan perempuan (Riskesdas, 2013).Menurut data Riskesdas 2013 menunjukkan
bahwa di Sumatera Utara jumlah penderita PPOK mencapai 3,6 persen yang cenderung
dialami oleh masyarakat dengan pendidikan rendah.Dari sudut pandang epidemiologi, laki-
laki lebih beresiko terkena PPOK dibandingkan wanita karena kebiasaan merokok. Gambaran
khas PPOK adalah adanya obstruksi saluran napas yang sangat bervariasi mulai dari tanpa
gejala, gejala ringan, hingga berat, sehingga menyebabkan keterbatasan dalam aktivitas
sehari-hari penderita yang bergantung pada beratnya sesak, semakin berat derajat sesak
napas, maka semakin sulit penderita melakukan aktivitas (Zamzam, 2012).
Kualitas hidup dapat sangat terganggu pada pasien PPOK dengan semakin meningkatnya
derajat penyakit yang dideritanya. Penelitian tersebut mendapatkan hasil penelitian yang
menunjukkan pasien dengan PPOK derajat ringan dan sedang memiliki kualitas hidup yang
baik, sedangkan pasien dengan dejarat PPOK berat dan sangat berat memiliki kualitas hidup
yang buruk (Zamzam, 2012).
Menurut hasil penelitian Abdul Ghofar tahun 2014, menyimpulkan hasil penelitian bahwa ada
perbandingan yang signifikan antara orang yang merokok dengan yang tidak merokok.
Semakin tinggi tingkat merokok seseorang maka semakin tinggi pula seseorang tersebut
terkena PPOK dari pada yang tidak merokok. Adapula hasil penelitian lain Dani tahun 2012
menyimpulkan bahwa karateristik penderita PPOK tahun 2012 lebih banyak pada usia 61-70
tahun, laki-laki dengan adanya riwayat merokok, dan paling sering datang dengan keluhan
sesak napas. Hasil penelitian Fajrin (2015) tentang status nutrisi pada pasien PPOK bahwa
30,2% penderita PPOK memiliki status gizi yang buruk. Hal ini dapat terjadi karena
bertambahnya kebutuhan energy akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena
hipoksemia menyebabkan hipermetabolisme, sehingga sering mengalami penurunan berat
badan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Chhabra, 2012) menunjukkan bahwa merokok
pada pasien dengan PPOK menunjukkan penurunan berat badan setelah disesuaikan menurut
gender, status ekonomi di populasi India.
Menurut penelitian Suryadinata (2017) menunjukkan bahwa dari 55 perokok aktif sebanyak
31 orang masuk ke dalam kategori IMT underweight (<18,5) sehingga dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar perokok aktif kekurangan asupan nutrisi. Hermi, (2012) menunjukkan
bahwa jumlah karbohidrat pada diet TKTP I 400 gram, protein 100 gram, lemak 72,7 gram,
kalori 2500 kkal dan untuk diet TKTP II jumlah karbohidrat 415 gram, protein 120 gram,
lemak 100 gram, dan kalori 3000 kkal
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan studi kasus pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada pasien PPOK dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang dilakukan peneliti. Subyek penelitian yang digunakana adalah 2 pasien dengan 1 kasus
dengan masalah keperawatan yang sama. Studi kasus berjudul Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Pada Pasien PPOK dengan kriteria inklusi: bersedia menjadi subjek penelitian, pasien PPOK,
Usia (40 Tahun ke atas), dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Kriteria eksklusi: pasien
menolak penelitian, memiliki komplikasi yaitu insufisiensi pernapasan, gagal napas,
pneumonia, atelektasis, pneumothoraks. Fokus studi dalam penelitian ini yaitu pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada pasien PPOK dengan dua pasien dalam kasus yang sama. Laporan ini
penulis membatasi pada Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dengan Gangguan Sistem
Pernapasan PPOK di Rumah Sakit Putri Hijau TK II Medan lama sejak pasien pertama kali
masuk rumah sakit sampai pulang dan atau yang dirawat minimal 4 hari. Penelitian akan
dilakukan pada bulan Mei 2017 dengan Juli 2017. Alat atau instrument pengumpulan data
dalam wawancara menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan medikal bedah
sedangkan dalam observasi menggunakan alat-alat seperti tensimeter, stetoskop, dan
timbangan. Metode Pengumpulan data dalam karya tulis studi kasus ini adalah dengan
menggunakan instrument Biofisiologis, Observasi, Wawancara, Kuesioner, dan Skala
penilaian.
Hasil
HASIL
Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB beralamat di Jl. Putri Hijau No. 17 Kel. Kesawan
Kecamatan Medan Barat Kodya Medan Sumatera Utara.
Struktur organisasi Rumkit Tk II Putri Hijau berdasarkan pada Peraturan Kepala Staf
a) Rawat jalan/poliklinik,
Rawat Inap) termasuk Rumah Sakit Tk II Putri Hijau.
Jenis Pelayanan
b)
c) Sarana Penunjang
Hasil
Pengkajian
pasien
Medis
kelamin
bangsa donesia
bingai
oleh
masuk pukul
rumah
sakit 08.00
Masuk pukul
Ruangan 09.00
pengkajian pukul
07.00
Pembahasan
Setelah peneliti melakukan penelitian studi kasus pemenuhan kebutuhan nutrisi pada
Tn.S dan Pada Tn.L dengan gangguan system pernapasan PPOK di Rumah Sakit TK Putri
Hijau Medan, selama 8 hari mulai dari tanggal 10 Juli 2017 sampai dengan 13 Juli 2017
dan 24 Juli 2017 sampai dengan 27 Juli 2017. Dalam hal ini pembahasan yang dimaksud
adalah membandingkan antara tinjaun kasus dengan tinjauan pustaka yang disajikan untuk
menjawab tujuan khusus dari penelitian. Dimana setiap temuan perbedaan diuraikan
dengan konsep dan pembahasan disusun dengan tujuan khusus.
Peneliti melakukan penelitian terhadap dua pasien yang sama – sama memiliki
penyakit PPOK di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan dengan lima tahap sesuai dengan
proses keperawatan yang dikembangkan oleh American Nurse Association (ANA) yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Asosiasi
diagnosa keperawatan Amerika (NANDA) kemudian mengembangkan dan
mengelompokkan diagnosa keperawatan serta membantu menciptakan pola komunikasi
antar perawat dan dapat memberikan batasan antara diagnose keperawatan dengan
diagnosa medis. Diagnosa keperawatan berfokus pada respon klien, sedangkan diagnosa
medis berfokus pada proses penyakit.
Tujuan khusus tersebut meliputi menggali pengkajian keperawatan, menyusun
perencanaanasuhankeperawatan,merumuskan diagnosa keperawatan, melakukan
implementasi yang komprehensif, serta melakukan evaluasi keperawatan. Berikut adalah
pembahasan yang disesuaikan dengan tujuan khusus dari penelitian tersebut. Tahap
Pengkajian Pada tahap pengkajian didapatkan dari kedua pasien mempunyai diagnosa
medis yang sama yang didasarkan pada adanya pemeriksaan radiologi sehingga kedua
pasien sama – sama memiliki diagnosa PPOK.
Kedua pasien memiliki keluhan yang berbeda walaupun memiliki diagnosa yang
sama. Berdasarkan tabel 4.4 hasil pengkajian kedua pasien memiliki jenis kelamin laki –
laki dan berumur diatas 40 tahun yakni pasien I berumur 56 tahun dan pasien II berumur
90 tahun. Menurut eka (2015) faktor pemicu biologis terjadinya PPOK tidak hanya usia
lebih diatas 40 tahun, tetapi pasien dengan usia 40 tahun keatas lebih beresiko tinggi untuk
mengalami PPOK. Sehingga dapat dikatakan perbedaan umur kedua partisipan juga dapat
mempengaruhi tingkat kesembuhan.
Berdasarkan hasil pengkajian kedua partisipan memiliki jenis kelamin yang sama
yakni laki – laki, menurut Zamzam (2012) dari sudut pandang epidemiologi laki – laki
lebih beresiko terkena PPOK dibandingkan wanita karena kebiasaan merokok. Gambaran
khas PPOK adalah adanya obstruksi saluran napas yang sangat bervariasi mulai dari tanpa
gejala, gejala ringan, hingga berat, sehingga menyebabkan keterbatasan dalam aktivitas
sehari-hari.
Pada kedua pasien memiliki riwayat perokok yang sudah lama. Menurut Abdul
(2014) menyatakan bahwa perbandingan antara orang yang tidak merokok dan orang yang
merokok, semakin tinggi tingkat merokok seseorang maka semakin tinggi pula seseorang
tersebut terkena PPOK daripada yang tidak merokok.
Pada pasien I (Tn.S ) klien tidak mengalami mual sedangkan pada pasien II (Tn.L)
mengalami mual. Mual yang dirasakan oleh Tn.L disebabkan oleh efek katabolisme yaitu
dengan melihat status gizi, jika asupan kalori klien berkurang, maka tubuh akan memecah
protein yang terdapat dalam otot-otot pernapasan yang berdampak pada menurunnya nafsu
makan klien seperti mual dan muntah ( Enderina, 2016). Pada Tn.S tidak terjadi mual
karena asupan kalori klien cukup daan klien tidak banyak melakukan aktivitas yang
memicu terjadinya mual.
Kesimpulan
Didapatkan hasil pengkajian dari kedua pasien memiliki beberapa
kesamaan yaitu, penyebab dan tanda gejala. Adapun perbedaan antara kedua pasien
meliputi umur yang berbeda, tanda-tanda vital yang berbeda, pemeriksaan laboratorium
yang berbeda, serta pola pemenuhan nutrisi yang juga berbeda, dan terapi yang diberikan
kepada pasien juga berbeda.
Berdasarkan dari diagnosa keperawatan didapatkan hasil kedua pasien memiliki
diagnosa keperawatan yang sama yaitu gangguan pemenuhan nutrisi yang ditandai dengan
kehilangan nafsu makan pada pasien.
LAMPIRAN
Abstrak
Latar belakang. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
batuk produktif dan dispnea dan terjadinya obstruksi saluran nafas sekalipun penyakit ini bersifat kronis
dan merupakan gabungan dari emfisema, bronkiolitis kronik maupun asma. Salah satu tanda dan gejala
yang sering terjadi pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah terjadinya penurunan berat badan.
Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan 2 pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis di
Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan. Adapun hasil yang didapatkan dari kedua responden pasien
Penyakit Paru Obstruksi Kronis yaitu pemenuhan kebutuhan nutrisi kedua pasien terpenuhi namun wakt
nya yang berbeda dimana pasien I dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi di hari ke 2
perawatan, sedangkan pasien II pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi pada hari ke 3, hal ini
dikarenakan perbedaan usia dari kedua responden. Dari hasil diatas peneliti menyimpulkan bahwa
pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis memiliki perbedaan dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi dikarenakan adanya perbedaan usia. Adapun saran dari hasil diatas
terutama kepada responden untuk selalu memperhatikan program pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
pada pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis.
Abstract
METODE
HASIL
Pengkajian
Gambaran Umum Rumah Sakit
a. Identitas dan hasil anamnesa
Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Tabel 4.1. identitas pasien dan hasil anamnesa
beralamat di Jl. Putri Hijau No. 17 Kel.
Kesawan Kecamatan Medan Barat Kodya No Identitas Pasien I Pasien II
Medan Sumatera Utara.
pasien
a
d) Rawat jalan/poliklinik,
Rawat Inap) termasuk Rumah Sakit Tk II Putri 7 Status Kawin Kawin
Hijau.
8 Agama Islam Protestan
dan jam pukul 08.00 2018 sekarang juli 2018 juli 2018
napas, napas,
batuk,. berdahak
Tabel 4.2 keluhan utama dan riwayat sakit Pukul serta mual.
dada, mual
batuk.
c) GCS g infus
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa 15 Rl 20
pasien I dan pasien II memiliki alasan masuk
rumah sakit karena sesak napas, dan batuk. d) Terpas gtt/i
Pada pasien I dan pasien II sama – sama
ang e) Terpasan
memiliki keluhan saat awal masuk rumah sakit
yaitu sesak napas. Keluhan utama saat Infus g
pengkajian pada pasien I yakni sesak napas
dan batuk. Sedangkan pada pasien II Rl 20 oksigen
mengalami sesak napas, batuk berdahak, dan
gtt/i nasal
mual. Pada riwayat penyakit sekarang pada
pasien I dan pasien II sama – sama dilakukan e) Terpas kanul
trombolitik. Pasien I dan pasien II sama – sama
memiliki riwayat penyakit dahulu PPOK. Pasien ang 5L/i
I dan pasien II memiliki kebiasaan yang
oksige
terdahulu yaitu merokok.
n nasal
kanul
suara tambaha j) BB
tambah d) Vocal 55 kg 50 kg
nt premit merata
pad
us a
tidak lapang
merata paru
pada e) Terpasan
lapang g
paru oksigen
± 10 kg 58,5 –
p) RBW 71,5
cm cm 63 – 77 q) Balance
makan 3 x cairan
3 x sehari 705 cc
sehari m) Jenis
m) Jenis makanan
makan M2
Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan
an MB TKTP bahwa hasil observasi pasien I dan pasien II
TKTP n) Nafsu ditemukan bahwa pada pasien I ditemukan
keadaan umum pasien lemah, kesadaran
n) Nafsu makan composmentis, GCS 15, terpasang oksigen
3L/i, terpasang infus 20 gtt/i, tanda- tanda
menuru vital tekanan darah 130/80 mmHg, P 88 x/i,
makan n
No Pasien I Pasien II
e. Analisa data
1 Tanggal 11 juli Tanggal 23 juli
2017 2017
Dari hasil analisa data dapat
Darah rutin : Darah rutin : disimpulkan bahwa pasien I mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
- Haemoglobin: - Haemoglobin : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
15,41 g/dL 15.65 g/dL
- Hematokrit : - Hematokrit :
46,5% 46,0 %
- Leukosit : - Leukosit :
7.600µL 9.180µL
- Trombosit : - Trombosit :
222.000 µL 277.300 µL
darah: 12 mm darah: 30 mm
- Glukosa - Ureum : 27
2 Elektrolit mg/Dl
- Natrium : 140
mmol/L
- Kalium : 4.0
mmol/L
- Klorida : 109
mmol/L
1. kaji kebiasaan diet,masukan makanan saat
ini,catat derajat kesulitan makan. Evaluasi
berat badan dan ukuran tubuh. R/ pasien
dengan kehilangan nafsu makan sehingga
distress pernapasan akut sering anoreksia
terjadi penurunan energi ditandai dengan klien
karena dispnea,produksi sputum dan obat
tidak nafsu makan, diet yang diberikan hanya
habis ½ porsi, klien tampak kurus, BB 55 kg, 2. Auskultasi bunyi usus. R/
pemberian O2 3L/i. sedangkan pada pasien II penurunan/hipoaktif usus menunjukkan
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh penurunanmotilitasgasterdan
berhubungan dengan kehilangan nafsu makan
sehingga terjadi penurunan energi ditandai
dengan klien tampak mual, klien tampak tidak konstipasi(komplikasi umum) yang
nafsu makan BB 50 kg, diet yang diberikan berhubungan dengan pembatasan
hanya habis ½ porsi, pemberian O2 5L/i. pemasukan cairan
amino,besi,pemeriksaankeseimbangan
h. Implementasi keperawatan
perencanaanasuhankeperawatan,
II Putri Hijau Medan, selama 8 hari mulai dari
tanggal 10 Juli 2017 sampai dengan 13 Juli
2017 dan 24 Juli 2017 sampai dengan 27 Juli merumuskan diagnosa keperawatan,
2017. Dalam hal ini pembahasan yang melakukan implementasi yang komprehensif,
dimaksud adalah membandingkan antara serta melakukan evaluasi keperawatan.
tinjaun kasus dengan tinjauan pustaka yang Berikut adalah pembahasan yang disesuaikan
disajikan untuk menjawab tujuan khusus dari dengan tujuan khusus dari penelitian
penelitian. Dimana setiap temuan perbedaan tersebut. Tahap Pengkajian
diuraikan dengan konsep dan pembahasan
disusun dengan tujuan khusus.
Pada tahap pengkajian didapatkan
Peneliti melakukan penelitian terhadap dari kedua pasien mempunyai diagnosa
dua pasien yang sama – sama memiliki penyakit medis
PPOK di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan
implementasidiatassesuai
dengan Doengoes (2012)
menyatakan bahwa mengkaji denganDoengoes(2012)
kebiasaan diet dan masukan klien
menyatakanbahwadengan
untukmengetahuidistress
Membantu menurunkan
kelemahan selama waktu makan
dam memberikan kesempatan
untuk meningkatkan masukan
kalori total.
Didapathasilklienakan
memberikanmakananyang Pasien II
untukmenentukankebutuhan
mengkajiBBkliendan
1. Pasien I (Tn.S) dengan masalah Maka dari pernyataan klien dan observasi
pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi klien disimpulkan bahwa masalah
setelah hari ketiga perawatan. Dikatakan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada klien
teratasi karena dilihat dari pernyataan teratasi.
klien dan observasi dari perawat yaitu:
Kesimpulan
1. Pengkajian