DISUSUN OLEH:
PALU
2020
Pada pertengahan tahun 2010, terjadi peningkatan besar dalam aktivitas
perdagangan hasil tambang di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh keluarnya
peraturan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik
Indonesia, melalui Undang-Undang Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara
(Dirjen Minerba) Nomor 4 Tahun 2009, mengenai pelarangan ekspor bahan
mentah hasil tambang mulai tanggal 12 Januari 2014. Dengan adanya peraturan
tersebut, maka sejak tanggal 12 Januari 2014, seluruh perusahaan tambang di
Indonesia wajib melakukan pengolahan atau pemurnian hasil tambang sebelum
melakukan ekspor.
Propinsi Sulawesi Tengah memiliki sumber daya bahan galian dan mineral,
antara lain mineral logam industri dan bahan bangunan serta bahan bakar fosil
yaitu batu bara dan minyak. Bahan galian golongan A (strategis) antara lain
minyak Dan gas bumi, batu bara dan nikel. Bahan galian golongan B (vital) antara
lain emas, molibdenum, chronit, tembaga dan belerang. Bahan galian golongan C
(bukan strategis dan vital) meliputi sirtukil, granit, marmer, pasir kuarsa, pasir
besi, lempung dan sebagainya.
Potensi pertambangan bahan galian golongan A berupa minyak dan gas bumi
terletak di kabupaten Banggai dan Morowali, gas alam beralokasi di kabupaten
Banggai yang pada saat ini sedang dalam tahap eksplorasi. Untuk batubara yang
berlokasi di kabupaten Morowali dan Banggai Kepulauan saat ini dalam tahap
eksploitasi, sedangkan potensi nikel berlokasi di Morowali, Banggai dan
kabupaten Tojo Una-una masih pada tahap eksplorasi. Namun ada pula potensi
yang masih bersifat indikasi yaitu Galena (Timah hitam) yang terdapat di
kabupaten Donggala, Toli-toli dan kabupaten Poso dan sedang dalam tahap
eksplorasi yang berlokasi di Minahaki, Serono I Matindak oleh PT. Union Texas,
Serono II oleh PT. Expan dan Pertamina, Sinorang I dan Dongin oleh Pertamina.
Di lapangan Tiaka juga terdapat cadangan minyak bumi sebesar 110 juta
barrel, sedangkan di Sinorang kecamatan Batui terdapat cadangan gas sebanyak 4
trilyun kubik (TFC) yang dapat dimanfaatkan untuk industri petro kimia, elpiji,
bahan bakar pabrik dan pembangkit listrik serta gas.
Arel tambang nikel yang terdapat dikabupaten Morowali sebesar 149.700 ha
dengan cadangan terduga terbesar 8.000.000 WMT. Blok Tompira sendiri
memiliki cadangan infered Linonit sejumlah 6 juta ton kadar Ni 1,40% , saprolit
0.3 juta ton kadar Ni 2,4 %. Diblok Ungkaya potensi infered Limonit sebanyak
3,1 juta ton kadar Ni 1.37%, Saprolit 0,2 juta ton kadar Ni 2,63%. Blok Taloa
infered Limonit 1 juta ton kadar Ni 1,36 %.
Untuk kabupaten Tojo una-una pada blok Ulubongka dan blok Balingara di
kecamatan ampana tete dimana cadangan dan kadar belum diketahui atau masih
dalam pendataan.
PT Penta Dharma Karsa (PDK) adalah salah satu perusahaan swasta nasional yang
bergerak di bidang pertambangan. Perusahaan ini berkedudukan di Jakarta dan
berdiri sejak tanggal 1 Oktober 2001, sesuai dengan pengesahan dari Mentri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan suratnya nomor C-
14343 HT.01.01.TH.2001 tanggal 28 November 2001. PT PDK memiliki lahan
konsesi pertambangan nikel di Desa Siuna, Kabupaten Banggai, Provinsi
Sulawesi Tengah. Sejak tahun 2007, dengan luas arel tambang 45.000 ha kadar
Nikel (niko) 1,23-2,93% cadangan infered 14.048 juta ton nico. Pada blok
pagimana-Bunta luas areal tambang nikel 50.000 ha dengan mmkadar nico 1,45%
cadangan infered 3.6 juta ton. PT PDK sudah mengikat kontrak jual beli nikel
dengan sebuah perusahaan swasta dari negara China, dengan jumlah produksi
sebesar 5 juta WMT (Wet Metric Ton) per tahun. PT PDK saat ini sedang
melakukan pembicaraan dengan pihak ketiga, mengenai rencana kerjasama
pembangunan pabrik ferronickel di Siuna pada awal tahun 2013.
Salah satunya terkait pembangunan jeti atau terminal khusus, dimana terdapat
ketidak sesuaian ukuran seperti yang tertuang dalam rekomendasi izin lingkungan
yang merupakan salah satu syarat pengurusan izin tersus di kementrian.