Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

LAPORAN EKSPERIMEN
MENGHITUNG JUMLAH BAKTERI PADA
JAMU GENDONG DAN PENCEGAHAN
PERKEMBANGAN BAKTERI

OLEH:
KURNIAWAN, S.PD.

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PEMALANG


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2
PEMALANG JAWA TENGAH
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Kepala Sekolah

Dengan ini Kepala SMP Negeri 2 Pemalang menyatakan bahwa karya


Teknologi Tepat Guna berupa Eksperimen Jamu Gendong ini benar-benar
dibuat oleh Kurniawan, S.Pd.. dan telah dilaksanakan di Desa Getak
Kabupaten Pemalang Lingkungan SMPN 2 Pemalang

Kepala SMP Negeri 2 Pemalang

Cap dan Tandatangan

Drs. Agus Harsono, M.Pd.


NIP. 19620414 1987031012
HALAMAN PENGESAHAN
Kepala Desa

Dengan ini Kepala Desa Getak Kabupaten Pemalang menyatakan bahwa


karya Teknologi Tepat Guna ini benar-benar dibuat oleh Kurniawan, S.Pd.
dan telah dilaksanakan di lingkungan desa Getak Kab. Pemalang

Kepala Desa Getak


Kab. Pemalang

Cap dan Tandatangan

Ahmad Jazuli
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya, Kurniawan, S.Pd. guru SMP Negeri 2 Pemalang


menyatakan bahwa karya Teknologi Tepat Guna berupa Eksperimen Jamu
Gendong ini benar-benar dibuat oleh saya sendiri dan telah digunakan di
lingkungan Desa Getak Kab. Pemalang.

Guru SMP Negeri 2 Kab. Pemalang

Kurniawan, S.Pd.
NIP. 19700401 1995031003
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, laporan pembuatan alat
peraga ini dapat kami selesaikan. Karya Teknologi Tepat Guna dengan judul
Eksperimen Menghitung Bakteri pada Jamu Gendong ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi para masyarakat terutama di lingkungan desa Getak Kab.
Pemalang. Dengan berhasilnya pembuatan karya teknologi tepat guna ini kami
ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Agus Harsono, M.Pd. kepala SMP Negeri 2 Kab. Pemalang yang
telah memotivasi untuk membuat karya teknologi tepat guna ini.
2. Bapak Ahmad Jazuli, Kepala Desa Getak Kab. Pemalang, yang telah memberi
kesempatan untuk melaksanakan eksperimen di lingkungan desa Getak.
3. Para guru SMP Negeri 2 Pemalang yang telah membantu dalam proses
eksperimen.
Besar harapan kami di masa depan akan dapat melaksanakan eksperimen yang
bermanfaat bagi masyarakat.

Guru SMP Negeri 2 Kab. Pemalang

Kurniawan, S.Pd.
NIP. 1970401 1995031003
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………….
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………………….
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………...
BAB II DASAR TEORI ........................................................................................
BAB III PROSEDUR DAN HASIL EKSPERIMEN ………………………………..
A. Obyek dan variabel eksperimen ……………………………………..
B. Alat dan bahan yang digunakan ……………………………………..
C. Pelaksanaan eksperimen ………………………………………………
D. Hasil eksperimen ………………………………………………………..
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….
LAMPIRAN ……………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuhan obat merupakan sumber daya alam hayati yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan digunakan secara luas oleh masyarakat khususnya kelompok
masyarakat yang belum memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengobatan
moderen. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai
preventif untuk menjaga kesehatan, meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan
suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya obat tradisional, ditambah dengan
himbauan di masyarakat untuk kembali ke alam, telah meningkatkan popularitas
obat tradisional. Salah satu kelompok obat tradisional adalah jamu. Jamu sudah
dikenal di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sebagai sarana perawatan
kesehatan sehari-hari maupun sebagai sarana pemulihan kesehatan bila telah
sembuh darisakit. Ramuan yang ada di dalam jamu terdiri dari berbagai bagian
tumbuh-tumbuhan yang saling bekerja sama membantu perawatan dan untuk
pencegahan penyakit. Pada pengujian kali ini akan diketahui seberapa besar
cemaran mikrobia pada sampel jamu beras kencur. Metode yang digunakan adalah
metode uji mikrobiologismikrobia, dengan menghitung koloni mikrobia dalam media
NA. Hasil pengujian ini akan dibandingkan dengan ambang batas cemaran mikrobia
pada jamu. Menghitung jumlah bakteri pada jamu beras kencur berguna untuk
menngetahui sejauh mana jamu beras kencur tersebut tercemar oleh bakteri.
Dengan mengetahui jumlah pencemar dapat diketahui kualitas jamu beras kencur
tersebut. Kandungan bakteri pada jamu beras kencur sangat menentukan
menentukan kerusakan dari jamu beras kencur dan ditentukan apakah jamu beras
kencur tersebut masih layak dikonsumsi atau tidak.

B. Tujuan
1. Mengetahui pembuatan piaraan tuang dari sampel air jamu beras kencur melalui
pengenceran dari terendah ke tinggi.
2. Menjelaskan penentuan Total Plate Count (TPC) berdasarkan perhitungan
mikrobia pada jamu beras kencur berdasarkan pengencerannya.
3. Mengetahui dan menjelaskan cara pelaporan jumlah mikrobia
berdasarkan Standar Plate Count (SPC).
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Jenis dan Karakteristik Bakteri


           Bakteri merupakan mikro uniseluler. Pada umumnya bakteri tidak mempunyai
klorofil. Ada beberapa yang fotosintetik dan reproduksi aseksualnya secara
pembelahan. Bakteri tersebar luas di alam, di dalam tanah, di atmosfer, di dalam
endapan-endapan lumpur, di dalam lumpur laut, dalam air, pada sumber air panas,
di daerah antartika, dalam tubuh manusia, hewan, dan tanaman. Jumlah bakteri
tergantung pada keadaan sekitar. Misalnya, jumlah bakteri di dalam tanah
tergantung jenis dan tingkat kesuburan tanah (Bibiana W, Lay., 1994).
Menurut Soeroso (1993) secara garis besar, untuk menghitung jumlah bakteri dapat
dilakukan dengan dua macam cara yaitu:
a. Cara langsung, pada cara ini kita dapat mengetahui jumlah bakteri pada saat
perhitungan. Cara ini dilakkukan untuk mengtahui seluruh jumlah bakteri baik yang
masih hidup maupun yang sudah mat. Dua macam mikroskopik yang dapat
dilakukan adalah:
1.  pembuatan preparat sederhana yang diwarnai
2.  menggunakan ruang hitung
b. Cara tidak langsung, pada cara itu hasil perhitungan bakteri baru diperoleh
setelah diadakan perlakuan. Cara ini dilakukan untuk mengetahui jumlah bakteri
yang masih hidup saja. Ada empat cara yang termasuk perhitungan tidak langsung,
yaitu:
1. Menghitung jumalah seluruh bakteri atau total bakteri yang ada (TPC/ Total Plate
Count).
2. Cara pengenceran
3. Memperkirakan jumlah terkecil jazat renik yang ada (NPM/ Most Probable
Number)
4. Cara kekeruhan atau turbiditi
Menurut Waluyo (2007), pengamatan bakteri dapat dilakukan secara individual, satu
per satu, maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Bila bakteri yang
ditumbuhkan di dalam medium yang tidak cair, maka akan terjadi suatu kelompok
yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies, dan
bentuk tersebut merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu.
Fardiaz (1993) menyatakan ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menghitung atau mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan.
Cara tersebut dibedakan atas beberapa kelompok yaitu: perhitungan jumlah sel,
terdiri dari hitungan mikroskopik,  hitungan cawan, MPN (Most Probable Number);
perhitungan massa sel secara langsung, terdiri dari volumetrik, gravimetrik,
kekeruhan (turbidimetri); perhitungan massa sel secara tidak langsung, terdiri dari
analisis komponen sel, analisis produk katabolisme, dan analisis konsumsi nutrien.
Sedangkan menurut Irianto (2007), ada beberapa cara penghitungan jumlah
mikroba yaitu cara penghitungan pada lempeng pembiakan, cara menghitung
langsung (metode kaca objek), metode ukur kekeruhan, metode turbidimetri dan
nefelometri serta dengan jumlah perkiraan terdekat (JPT). Cara penghitungan pada
lempeng pembiakan disebut juga metode penghitungan bakteri hidup atau metode
penghitungan koloni. Pada penghitungan koloni, dilakukan penyimpanan pada suhu
yang sesuai. Oleh karena itu, suatu bakteri dapat tumbuh menjadi satu koloni yang
terhitung mewakili jumlah bakteri hidup yang terdapat dalam tiap volume
pengenceran yang digunakan.
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikroba yang masih
hidup pada metode agar, sehingga sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan
mikroskop. Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu:  metode
tuang (pour plate) dan metode permukaan/sebar (surface/spread plate) (Fardiaz,
1993). Untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk dihitung
mengandung 30-300 koloni. Untuk memenuhi persyaratan tersebut dilakukan
sederatan pengenceran dan pencawan. Jumlah mikroba dalam sampel ditentukan
dengan mengalikan jumlah koloni dengan faktor pengenceran pada cawan yang
bersangkutan. Satuan yang  digunakan untuk menyatakan jumlah koloni atau bakteri
adalah cfu/mL (cfu = colony forming units) (Waluyo 2008)
Penghitungan jumlah bakteri hidup (tidak langsung) dengan metode Plate
Count (hitungan cawan). Plate count/viable count didasarkan pada asumsi bahwa
setiapsel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni
setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai.
Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan
ataudugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut. Koloni yang
tumbuhtidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena beberapa
mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai.
Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml.
Koloni yang tumbuh berasaldari suspensi yang diperoleh menggunakan
pengenceran bertingkat dari sebuahsampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya.
Syarat koloni yang ditentukan untukdihitung adalah sebagai berikut.
1. Satu koloni dihitung 1 koloni.
2. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.
3. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.
4. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2koloni.
5. Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan)tidah dihitung.
6. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1koloni.
7. Cara menghitung sel relatif / CFU’s per ml CFU’s / ml = jumlah koloni X faktor
pengenceran (Indra, 2008).
BAB III
PROSEDUR DAN HASIL EKSPERIMEN

A. Obyek dan variabel eksperimen


Masyarakat Indonesia secara turun-temurun mengenal obat dari alam dibuatramuan
dalam bentuk jamu. Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang dibuat
daritumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran daribahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Bahan-bahan yang digunakan tidak
menggunakan bahansintetik (Harmanto, ning dan Ahkam M. ;2013).
Jamu beras kencur bahan utama beras kencur adalah beras dan kencur. Kedua
bahan ini sesuai dengan nama jamu, dan jamu ini selalu ada meskipun
komposisinya tidak selalu samadi antara penjual jamu. Bahan tambahan seperti,
rimpang jahe dan biji kedawung,biji kapulogo, buah asam, kunci, kayu keningar,
kunir, jeruk nipis, dan buah palahanyalah variasi untuk menambah manfaat serta
memperkaya cita rasa, sehinggadapat diabaikan bila sulit didapat. Sebagai pemanis
digunakan gula merah dicampurgula putih dan seringkali mereka juga
mencampurkan gula buatan. Dimana dalam halini Allah telah memuliakan tanaman
yang berumur panjang ini dengan menyebutnya di dalam al-Qur’an Q.S. Al-
Insan/76:17 (Harmanto, ning dan Ahkam M.; 2013).
Mengolah jamu gendong adalah pekerjaan dimulai memilih bahan baku,
membersihkan, menakar, melumatkan, menyaring dan mewadai setelah menjadi
obat tradisional. Untuk mendapatkan jamu yang baik dan aman bagi kesehatan
maka perlu diperhatikan masalah kebersihan, kesehatan, dan sanitasi saat proses
pengolahan atau pembuatan jamu gendong.Hal yang perlu diperhatikan dalam
persiapan, pengolahan serta penggunaan jamu gendong (Suharmiati, 2003).
B. Alat dan bahan yang digunakan
Hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan, pengolahan serta penggunaan jamu
gendong:
1. Bahan baku
Bahan ramuan yang digunakan adalah bahan yang masih segar dan dicuci sebelum
digunakan. Apabila menggunakan bahan ramuan yang sudah dikeringkanharus yang
dipilih yang tidak berjamur, tidak dimakan serangga dan sebelum digunakan dicuci
dahulu. Bahan segar yang dapat disimpan seperti : kunyit (Curcumadomestica),
temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kencur (Kaemferia galanga).
2. Air
Air yang digunakan untuk mencuci bahan baku dan membuat ramuan digunakan air
bersih, matang dan masak. Pembuatan jamu gendong bahan bakunya selain
tanaman berkhasiat adalah air. Kualitas air yang digunakan merupakan salah satu
bentuk penularan mikroorganisme penyebab diare. Penyakit menular yang
disebabkan oleh air secara langsung diantara masyarakat seringkali dinyatakan
sebagai penyakit bawaan air atau water borne diseases. Penyakit ini hanya dapat
menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk kedalam sumber air yang
dipakai masyarakat untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Jenis mikroba
yangdapat menyebar lewat air ini sangat banyak macamnya antara lain: virus,
bakteri, protozoa, metazoa.Untuk pembuatan ramuan tradisional dengan cara
diseduh harus menggunakan air yang hangat yang sudah mendidih (air matang).
Bila air kotor perlumengendapkan air sebelum dipakai. Cara paling sederhana
dengan mengendapkan jelas belum memadai dilihat dari segi kesehatan karena
masih adanya mikroorganisme. Cara yang paling banyak digunakan adalah
kombinasi secara kimia dengan menggunakan tawas dan batu kapur yang berfungsi
sebagai koagulan, sedangkan secara fisik dengan aneka ragam penyaring kerikil,
pasir dan arang yang diletakkan di dasar bawah. Kemudian lapisan kedua
diletakkan ijuk, air yang sudah jernih diberi kaporit (untung, onny, 2001).
3. Peralatan Alat
Alat yang digunakan untuk merebus obat tradisional sebaiknya panci yang dilapisi
email atau periuk (kuali) dari tanah liat. Untuk keperluan pembuatan jamu gendong
wadah dan peralatan yang digunakan harus diperhatikan, yaitu: peralatan harus
dibersihkan dahulu sebelum digunakan untuk mengolah jamu gendong, peralatan
yang terbuat dari kayu (misalnya telenan, sendok/ pengaduk, dan lain-lain) atau
yang terbuat dari tanah liat atau batu (misalnya layah, ulek-ulek, pipisan, lumpang)
harus dicuci dengan sabun. Botol yang digunakan untuk tempat jamu yang siap
dipasarkan, sebelum diisi dengan jamu gendong harus disterilkan terlebih dahulu.
Caranya, mula-mula botol direndam dan dicuci dengan sabun, baik bagiandalam
maupun luarnya. Setelah dibilas sampai bersih dan tidak berbau, botol ditiriskan
sampai kering, selanjutnya botol direbus dengan air mendidih selama kurang lebih
20 menit.
4. Mengolah
Sebelum mengolah jamu seharusnya cuci tangan dahulu, menyiapkan bahan baku
yang telah dipilih dan meletakkan ramuan di tempat yang bersih. Ukuran yang
digunakan dalam meramu biasanya yang dikenal di masyarakat yaitu : gelas,
cangkir, sendok makan, sendok teh, genggam jari tangan, ibu jari, helai, dan lain-
lain. Bobot dan takaran disesuaikan dengan resep yang telah diketahui. Cara
pembuatan ramuan tradisional dapat digunakan dengan beberapa cara, yaitu : (1)
bahan direbus dengan air, (2) bahan ditumbuk dalam bentuk segar dan diperas
airnya, (3) bahan ditumbuk dalam bentuk kering, (4) bahan diparut kemudian
diperas, dan (5) bahan diekstrak dibuat serbuk dan diseduh dengan air. Untuk daya
tahan ramuan, ramuan tradisional yang dibuat dengan cara merebus harus segera
digunakan. Ramuan yang direbusdapat disimpan selama 24 jam dan setelah
melewati waktu tersebut sebaiknya dibuang karena dapat tercampur kuman atau
kotoran dari udara atau lingkungan sekitarnya. Ramuan yang dibuat dengan
perasan tanpa direbus, hanya boleh disimpan selama 12 jam.
5. Higiene Perorangan
Pengetahuan hygiene perorangan penjual terkait dengan perilaku pengolahan jamu
gendong yang terdiri dari beberapa aspek antara lain, pemeliharaan rambut,
pemeliharaan kulit, pemeliharaan tangan dan kebiasaan mencuci tangan,
pemeliharaan kuku, dan pemeliharaan kulit muka (Anwar, 1987)
Manfaat beras adalah pati yang berfungsi sebagai pengikat kencur sehingga
kekentalannya bisa merata. Kencur merupakan tumbuhan berbatang basah akar
pendek tumpul menyerupai jari. Bagian tanaman yang berkhasiat adalah
rimpangnya, kencur sendiri juga mengandung pati selain minyak atsiri. Kandungan
kimia kencur berkhasiat untuk mengobati masuk angin, radang lambung (Maag),
batuk pilek, panas dalam, obat encok, ramuan pelangsing, penyegar, obat sakit
kepala dan penghangat badan. Sedangkan ramuan beras kencur dengan tambahan
berbagai macam bahan bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah, menjaga
stamina tubuh dipercaya dapat menghilangkan pegal-pegal pada tubuh. Dengan
membiasakan minum jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari pegal-pegal dan
linu yang biasa timbul bila bekerja terlalu payah, Selain itu, banyak pula yang
berpendapat bahwa jamu beras kencur dapat merangsang nafsu makan sehingga
selera makan meningkat dan tubuh menjadi lebih sehat, Jamu ini tidak dianjurkan
untuk balita karena sifatnya yang terlalu panas. Kandungan zat yang terdapat dalam
kencur yakni : minyak atsiri yang terdiri atas borneol, metyl-p, cinnamicacid etil
ester.Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu direbus
dandibiarkan sampai dingin, kemudian disediakan sesuai kebutuhan. Mula-mula
berasdisangan, selanjutnya ditumbuk sampai halus. Bahan-bahan lain sesuai
dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi atau batu.
Keduabahan ini kemudian dicampur, diperas, dan disaring dengan saringan atau
diperasmelalui kain pembungkus bahan. Sari perasan bahan dicampurkan ke dalam
air matang yang sudah tersedia, diaduk rata. Selanjutnya dimasukkan ke dalam
botol-botol (Lestari, Suharmiati; 2006)
C. Pelaksanaan eksperimen
1. disterilkan meja dengan alkohol
2. dinyalakan  lampu bunsen dengan korek api
3. disterilkan tangan
4. ambil 1 ml air beras kencur
5. masukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi aquadest 9 ml
6. homogenkan ndengan menggunakan vortex selama 1 menit
7. Ambil 1 ml dari pengenceran 10-1 , masukkan ke dalam tabung nomer 2 yang
telah berisi aquadest 9 ml
8. Homogenkan dengan vortex selama 1 menit
9. Ambil 1 ml dari pengenceran dari pengenceran 10 -2, masukkan ke dalam tabung
nomer 3 yang telah berisi 9 ml aquadest
10. Homogenkan dengan menggunakan vortex selama 1 menit
11. Ambil 1 ml dari pengenceran 10-3, masukkan ke dalam tabung nomer 4 yang
telah berisi 9 ml aquadest
12. Homogenkan dengan menggunakan vortex selama 1 menit
13. Ambil 1 ml dari pengenceran 10-4, masukkan ke dalam cawan petri, tuang NA
cair ke dalam cawan petri homogenkan dengan memutar cawan petri
membentuk angka 8 (kanan ke kiri/ depan ke belakang), biarkan padat, cawan di
balik, bungkus dengan kertas, inkubasi 370 C 2x24 jam
14. Ambil1 ml pengenceran 10-5,  masukkan ke dalam tabung nomer 5 yang telah
berisi 9 ml aquadest
15. Homogenkan dengan menggunkan vortex selama 1 menit
16. Ambil 1 ml dari pengenceran 10-5, masukkan ke dalam cawan petri
17. tuang NA cair ke dalam cawan petri homogenkan dengan memutar cawan petri
membentuk angka 8 (kanan ke kiri/ depan ke belakang), biarkan padat, cawan di
balik, bungkus dengan kertas, inkubasi 370 C

D.  Hasil Eksperimen
SAMPEL PENGEN- PENGEN- SPC KETE-
CERAN 10-4 CERAN 10-5 RANGAN
BERAS 450 82 Koloni X Diambil yang
KENCUR 1/pengenceran= masuk
82x1/105= kedalam
8,2x106 rentang yaitu
   antara 30-300
koloni

E.  Pembahasan
Pada praktikum kali ini menghitung jumlah bakteri pada jamu beras kencur. Hasil
dari metode hitungan cawan menggunakan suatu standar yang disebut dengan
Standart Plate Counts (SPC). Standar tersebut adalah cawan yang dipilih dan
dihitung adalah yang mengandung jumllah koloni antara 30-300, beberapa koloni
yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan koloni yang besar yang
jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni, dan satu deretan
rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni
(Waluyo 2007). Plate count agar (PCA) adalah mikrobiologi medium pertumbuhan
umum digunakan untuk menilai atau memonitor "total" atau layak pertumbuhan
bakteri dari sampel. PCA adalah bukan media selektif.
        

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam perhitungan bakteri dengan metode


hitungan cawan, diperoleh hasil bahwa pada pengenceran 10 -5 jumlah koloni lebih
banyak di banding dengan jumlah koloni pada pengenceran 10 -4. Dimana pada
pengenceran 105kemungkinan  terjadi adanya kontaminasi mikrobia. Seharusnya
pada jamu ini tidak terjadi kontaminasi, kalaupun ada kontaminasi tidak spreader
seperti hasil yang diperoleh, karena bahan dan pembuatan jamu dilakukan dalam
keadaan steril.jamu beras kencur dapat terjadi karena terjadinya kontak antara jamu
dengan oksigen pada waktu menanam ke dalam medium NA, selain itu dapat juga
disebabkan oleh alat yang digunakan tidak steril, selain itu dapat juga terjadi karena
bahan baku yang digunakan sudah berjamur, alat-alat yang sedernana yang kurang
memperhatikan tingkat sanitasi dan higienis. Dapat juga karena bahan baku yang
digunakan sudah berjamur, dan sanitasi lingkungan serta kebersihan air yang
digunakan dalamproses pembuatan jamu gendong. Sedangkan hasil terbaik untuk
medium NA yaitu pada jamu kiranti, serbuk, dan simplisia. Pemilihan bahan baku
yangdigunakan untuk membuat jamu dan pengolahannya sangat mempengaruhi
teradinya kontaminan.

DAFTAR PUSTAKA

Bibiana W, Lay., 1994, Analisis Mikrobiologi di laboratorium , Raja Grafindo Persada,


Jakarta.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Indra., 2008, http//ekmon-saurus/bab-2-Media- pertumbuhan/.htm . diakses
padatanggal 18 oktober 2011, yogyakarta.
Waluyo Lud, 2008. ”Tehnik Dasar Mikrobiologi” . UN Press : Jakarta

LAMPIRAN

Foto-foto pelaksanaan eksperimen

Anda mungkin juga menyukai