Surat KFN
Surat KFN
Lampiran :-
Hal : Mohon penjelasan dan klarifikasi
Kepada Yth.
Ketua Komite Farmasi Nasional (KFN)
d/a Sekretariat KFN
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jalan H.R. Rasuna Said Blok X 5 Kav. 4-9
Jakarta 12950
Dengan hormat,
Salam sejahtera kami sampaikan, semoga Sejawat beserta anggota KFN yang lain
dalam lindungan Allah Tuhan Yang Maha kuasa. Beberapa waktu yang lalu, kami
mendapatkan informasi tentang ditanda tanganinya MoU antara Sejawat Drs. Nurul Falah EP,
Apt, selaku Ketua Umum PP IAI dengan Ketua Komite Farmasi Nasional (KFN), Drs.
Purwadi, Apt, MM, ME, Jumat, 10 Januari 2020, di Hotel Holiday Inn, Kemayoran, Jakarta.
Yang isi kesepakatan adalah kerjasama untuk Integrasi Data Sistem Informasi Apoteker
(SIAP) dengan Aplikasi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Implementasinya
dilakukan untuk pertukaran data antar sistem yang dimiliki oleh kedua pihak . Database
STRA online akan langsung merujuk pada database SIAP untuk memeriksa validitas
Sertifikat Kompetensi secara otomatis. dsb. Bahkan informasi tersebut secara resmi diunggah
dalam Instagram resmi PP IAI (terlampir).
Sementara, kami Farmasis Indonesia Bersatu (FIB) menerima aduan dari puluhan
apoteker yang merasa resah ketika Prosedur pengurusan STRA dikaitkan dengan aplikasi
SIAP milik IAI, karena ada beberapa Pengurus daerah (sekurang Kurangnya ada 3 PD IAI)
yang secara tegas menolak pemberlakuan aplikasi SIAP karena dianggap membebani terkait
dengan pembiayaan untuk aplikasi SIAP. Problem inilah yg memotivasi kami untuk menulis
surat ini sebagai bentuk pengaduan sekaligus untuk memohon penjelasan pertanyaan yg
selama ini belum terjawab. Dalam surat ini, kami Farmasis Indonesia Bersatu (FIB) sebagai
penerima aduan, mohon penjelasan dan klarifikasi keterkaitan Pengurusan STRA di KFN
dengan Aplikasi SIAP.
a. Mohon penjelasan apa dasar hukum dan pertimbangan dilakukannya MoU antara
KFN dengan IAI, karena konsekuensi dari MoU tersebut adalah apoteker dipaksa
untuk menggunakan aplikasi SIAP dimana untuk menggunakan aplikasi tersebut
dibebani sejumlah biaya yang kami nilai memberatkan apoteker..
b. Bahwa Aplikasi SIAP tersebut masih menuai polemik di internal IAI sendiri, antara
lain 3 PD dengan jumlah anggota hampir 45% dari seluruh anggota IAI belum
sepakat mau melaksanakan aplikasi SIAP terkait keamanan data, potensi penyalah
gunaan data serta transparansi dan akuntabilitas biaya yang dipungut untuk registrasi
aplikasi tersebut.
c. Bahwa Aplikasi SIAP berbayar, bahwa setiap anggota IAI diharuskan membayar 100
ribu/tahun, sedangkan Pengurusan STRA 5 tahun sekali. Hal tersebut
mengindikasikan terjadinya “perselingkuhan antara KFN atau sekurang-kurangnya
oknum anggota KFN dengan Organisasi Profesi“ untuk memaksa setiap anggota
menggunakan aplikasi SIAP.
d. Bahwa dengan adanya MoU tersebut ada indikasi kuat KFN telah melakukan
penyalahgunaan kewenangan untuk memperkaya atau menguntungkan pihak lain
secara tidak sah dan tanpa dasar hukum sehingga berpotensi menimbulkan pungutan
liar, sementara yang kami pahami KFN adalah salah satu lembaga yang dibiayai
dengan APBN.
e. Kami mempertanyakan, apakah MoU antara KFN dengan IAI tersebut sudah
merupakan keputusan resmi dari hasil rapat pleno KFN ataukah hanya improvisasi
dan kreatifitas oknum anggota KFN untuk menguntungkan dan memperkaya pihak
lain secara tidak sah dan melawan hukum?
f. Apakah KFN sudah mengkaji dampak MoU sharing system STRA antara KFN dan
Aplikasi SIAP milik PP IAI dimana hampir 80.000-an apoteker yg terdampak tidak
semua memiliki kemampuan sama untuk membayar abonemen tambahan. Apakah ini
disadari oleh KFN?
5. Sepanjang yang kami ketahui Beberapa anggota KFN sudah tidak memenuhi persyaratan
sebagai anggota KFN, apalagi kalau KFN berubah menjadi Konsil Kefarmasian,
misalnya sudah Purna Tugas dari Statusnya sebagai pegawai negeri Sipil (ASN) menjabat
Ketua organisasi Profesi, alasan kesehatan dan beberapa persyaratan lagi yang tidak
dibisa terpenuhi. Sudah sepatutnya ada regenerasi di tubuh KFN. Oleh karena itu kami
mendesak agar segera dilakukan upaya serius untuk memenuhi ketentuan perundang-
undangan untuk membentuk konsil Kefarmasian dengan mengedepankan transparansi
proses rekrutmen anggota bukan sekedar untuk menampung para mantan pejabat yang
sudah purna tugas sehingga tujuan dibentuknya konsil kefarmasian bisa tercapai.
Demikian surat dari kami, atas perhatiannya kami sampaikan terimakasih.
PRESIDIUM NASIONAL
FARMASIS INDONESIA BERSATU
Tembusan :
1. Presiden RI
2. Komisi IX DPR RI
3. Menteri Kesehatan RI
4. Ombudsman RI
5. Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI)
6. Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan
7. Irjen Kementrian Kesehatan
8. PP IAI
9. Dewan Pengawas PP IAI
10. Perguruan Tinggi Farmasi Pengelola PSPA
11. Arsip
Tautan :
http://www.farmasi.fkunissula.ac.id/?q=content/aplikasi-siap-terintegrasi-dengan-aplikasi-
stra-kfn-1
https://farmasetika.com/2020/01/12/aplikasi-siap-terintegrasi-dengan-aplikasi-stra-kfn/
http://iai.id/news/organisasi/penandatangan-kesepakatan-kerjasama-pp-iai-dengan-kfn-
untuk-meningkatkan-pelayanan-stra