Laporan Praktek Rumah Sakit Jiwa
Laporan Praktek Rumah Sakit Jiwa
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kami dapat mengetahui bagaimana ,cara kerja suatu rekam medis pada
suatu rumah sakit dan tercapainya merupakan salah satu persyaratan untuk mata
kuliah berikutnya, praktek belajar lapangan (PBL) ini merupakan salah satu
sarana bagi mahasiswa untuk melatih keterampilan sesuai teori yang telah di
berikan sehingga lebih mengenal dan mengetahui tata cara dalam lingkungan.
PBL di arahkan sesuai dengan tujuan program untuk melatih dalam menerapkan
ilmu pengetahuan yang di peroleh selama mengikuti praktek belajar
lapangan,sehingga mahasiswa/mahasiswi tidak hanya mendapatkan teori saja
tetapi juga dapat mempraktekkan langsung dengan melakukan praktek belajar
lapangan di BlUD Rumah Sakit Jiwa Aceh yang kami laksanakan.
1
b. Untuk mengetahui jenis pelayanan yang ada di Badan Layanan
Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Aceh
C. MANFAAT PBL (Praktek Belajar Lapangan)
1. Agar mampu melakukan penomoran dan pengkodean yang baik.
2. Mengetahui profesinya sebagai Rekam Medis.
3. Menambah pengalaman belajar bagi mahasiswa/i dalam mengikuti
praktek belajar lapangan.
4. Dapat membandingkan antara teori yang di berikan oleh dosen di kampus
dengan ilmu pada saat melakukan praktek
D. WAKTU DAN TEMPAT PBL (Praktek Belajar Lapangan)
Praktek Belajar Lapangan selama tiga minggu yang di mulai dari tanggal
14 januari s/d 06 februari 2018 berempat di Badan Layanan Umum Daerah
Rumah Sakit Jiwa Aceh
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
g. Aspek pendokumentasi, dokumen –dokumen yang bias
memberikan keterangan atau bukti yang berhubungan dengan
suatu proses pengumpulan pengolahan dokumen dengan
sistematis dan menjadi imformasi.
4
BAB III
GAMBARAN UMUM TEMPAT PRAKTEK
A. GEOGRAFIS
Badan layanan umum daerah Rumah Sakit Jiwa Aceh pertama kali berada di
sabang pada zaman pemerintahan hindia belanda.setelah Indonesia merdeka badan
layanan umum daerah rumah sakit jiwa aceh tersebut dipindah ke banda aceh pada
tahun 1973 oleh Depkes RI pusat yang berlokasi di lhoknga. Namun bangunan badan
layanan umum daerah rumah sakit jiwa aceh tersebut tidak terlaksanakan.
Pada tahun 1976, rumah sakit jiwa aceh di bangun di lokasi sekarang yaitu
kawasan lampriet Banda Aceh berdekatan dengan RSZUD ZAINOEL ABIDIN.
Pada tahun 2001, rumah sakit jiwa pusat di serahkan dari pemerintahan pusat
kepada pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dan di tetapkan menjadi badan
pelayanan kesehatan jiwa (BPKJ) provinsi ACEH berdasarkan peraturan daerah
No.42 tahun 2001. Pada tahun 2008 BPKJ provinsi ACEH kembali menjadi rumah
sakit jiwa provinsi ACEH berdasarkan qanun No 5 tahun 2007 tentang susunan
organisasi dan .tata kerja dinas lembaga teknis daerah dan lembaga Aceh, pasca
Tsunami 26 Desember 2004 sebagian bqngunan telah di rekonstruksi dan renovasi
oleh badan orehabilitas dan rekontruksi (BRR) NAD-NIAS dan palang merah
norwegia.
Pada tahun 2011, Rumah sakit jiwa aceh menjadi badan layanan umum daerah
(BLUD) Rumah sakit jiwa berdasarkan surat keputusan Gubernur Aceh No
445/689/2011, tanggal 20 Desember 2011.
5
Berdasarkan pasal 3 perda No 42 tahun 2001,badan pelayanan
kesehatan jiwa mempunyai tugas sebbagai berikut
6
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Aspek Kerahasiaan dan Keamanan Berkas Rekam Medis
Aspek kerahasiaan dan keamanan berkas rekam medis merupakan hal yang
wajib diperhatikan dan dipenuhi oleh fasilitas pelayanan kesehatan.
7
Map berkas rekam medis yang digunakan belum terdapat kode warna. Menurut
Depkes RI (1997) kode warna adalah untuk memberikan warna tertentu pada sampul,
untuk mencegah keliru simpan dan memudahkan mencari map yang salah simpan.
2.Keamanan Berkas Rekam Medis Ditinjau Dari Segi non Fisik Berkas di Rumah
Sakit jiwa Aceh
Keamanan berkas rekam medis ditinjau dari segi non fisik berkas masih
belum aman. Sudah terdapat peringatan di pintu ruang penyimpanan berkas rekam
medis bahwa selain petugas dilarang masuk, tetapi masih ada pihak lain yang tidak
berkewenangan masuk
ruang penyimpanan berkas rekam medis.
Menurut Firdaus (2012) hanya petugas rekam medis dan petugas yang
berkepentingan yang diijinkan masuk ruang penyimpanan rekam medis. Ruang
penyimpanan berkas rekam medis dijadikan satu dengan bagian assembling, klaim
BPJS, dan indeks.
8
yang dibuat dari bahan kayu maupun beton bertulang dengan dinding pengisi dari
bahan bata merah atau batako. Menurut Sugiarto (2015) ruang penyimpanan arsip
harus selalu bersih dari debu. Debu dan kotoran yang dibiarkan tinggal di atas
permukaan kertas, lama kelamaan akan sulit untuk dihilangkan, sehingga warna
kertas akan berubah dan menimbulkan noda atau bercak serta mengaburkan
tulisan.Terkati pengendalian serangga yang dapat merusak fisik berkas, tidak ada
penyemprotan racun serangga di ruang penyimpanan berkas.Menurut Sugiarto (2015)
serangga berbahaya bagi arsip dan merupakan masalah yang pelik di negara tropis.
Serangga tersebut biasanya membuat sarang di antara lembar
-lembar arsip. Setiap enam bulan ruangan hendaknya disemprot dengan racun
serangga seperti DDT, pyrethrum. Tetapi jangan sampai mengenai barang.
9
kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola
dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.Keamanan berkas rekam medis ditinjau dari faktor internal,semua komponen
sudah aman yaitu tinta, kertas, dan map.
2.Keamanan berkas rekam medis ditinjau dari faktor eksternal, semua komponen
belum aman yaitu pihak lain yang tidak berkewenangan.
3.Kerahasiaan berkas rekam medis belum terjaga dengan baik karena pasien
membawa sendiri berkas rekam medisnya bila akan melanjutkan konsultasi ke
poliklinik lain atau melanjutkan pemeriksaan di fasilitas penunjang.
B. SARAN
Penulis menyarankan agar aspek keamanaan dan kerahasiaan berkas rekam medis
dapat terjaga:
1.Sebaiknya ruang penyimpanan berkas rekam medis terpisah dari ruangan lain.
Pihak lain yang tidak berkepentingan tidak boleh masuk ruang penyimpanan
berkas rekam medis. Serta menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tidak terjadi
penumpukan sampah dan sisa makanan.
2.Sebaiknya berkas rekam medis pasien yang konsultasi ke poliklinik lain atau
ingin melakukan pemeriksaan lanjutan di fasilitas penunjang diantarkan oleh
petugas distribusi. Pasien tidak boleh membawa berkas rekam medisnya sendiri.
10