I. Pendahuluan:
pada asaz penggalian nilai atau manfaat dengan cara membandingkan antara standar yang
telah disepakati bersama dengan apa yang dilaksanakan diterapkan dilapangan. Audit
merupakan proses yang sistematis mandiri dan rekomendasi untuk memperoleh bukti
audit dan menilai secara objektif untuk memastikan sejauh mana kriteria audit telah
dipenuhi.
Untuk menilai kinerja pelayanan di UPTD Puskemas Tempe perlu dilakukan audit
internal. Dengan adanya audit internal akan dapat diindentifikasi kesenjangan kinerja
yang menjadi masukan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan baik pada
kinerja pelayanan Upaya kesehatan Perorangan khususnya Pelayanan Unit Gawat Darurat
III.Tujuan audit:
a. TujuanUmum:
b. TujuanKhusus:
audit
tindak lanjutnya
b. Metoda audit:
Metoda dalam pelaksanaan audit internal adalah: Observasi, wawancara, dan
telaah dokumen
c. Instrumen audit:
b. Panduan observasi
c. Check list
Instrumen audit tersebut disusun pada saat menyusun kerangka acuan kegiatan
VI.Sasaran:
VII. JadwalKegiatan
Bulan Ket
NO Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov Des
1 Melakukan
audit UGD
Evaluasi pelaksanaan kegiatan audit dilakukan untuk menilai apakah pelaksanaan audit
sesuai dengan jadual yang sudah disusun setiap enam bulan sekali. Jika terjadi ketidak
sesuaian dalam pelaksanaan kegiatan audit dilaporkan kepada ketua tim audit untuk
internal, dan melaporkan hasil temuan audit, hasil analisis, dan rencana tindak lanjut
yang disepakati bersama dengan auditee. Keseluruhan kegiatan audit internal harus
Panduan Observasi
2. Lokasi gedung harus berada dibagian depan, mudah dijangkau oleh masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan luar Puskesmas.
3. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu utama (alur masuk kendaraan/pasien tidak sama dengan alur keluar) kecuali pada klasifikasi
IGD level I dan II.
4. Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan: untuk lantai IGD yang tidak
sama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat ramp).
6. Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih dari 2 ambulans (sesuai dengan beban Puskesmas)
7. Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga arus pasien dapat lancar dan tidak ada “cross infection” , dapat menampung korban bencana sesuai dengan
kemampuan Puskesmas, mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol kegiatan oleh perawat kepala jaga.