Anda di halaman 1dari 31

Tugas : Keperawatan Anak II

Dosen : Nurafriani, S.Kep.,Ns., M.Kes

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER
(ADHD)

OLEH :
KELOMPOK III
NURDIANA NH0117106
RAHAYU BADAR NH0117117
RAHMA WAHYUNI NH0117118
RESKI ENDRIANI NH0117123
RION NH0117126
ROSMINI NH0117134
SALMAWATI NH0117135
SANDINI PUTRI UMAR NH0117136
SERLINA NH0117138
SHITY ALDA RAHMAN NH0117139
SITI SAKINAH NH0117141
SUCI ANJALI RAMADHANY NH0117144
TRISINARTI NH0117148
WA ODE SARIDEWI MULYAINUNINGSIH NH0117149

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESAHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah dengan judul ” Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder.)”. Makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
Dalam pembuatan makalah ini, kami tidak lepas dari bantuan dan dukungan
dari pihak-pihak terkait serta kecanggihan teknologi untuk memperoleh
informasinya.Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu
hasil makalah kami ini tidak mungkin luput dari kekurangan. Kami senantiasa
mengharapkan konstribusi pemikiran anda sehingga makalah  ini bermanfaat bagi
kita semua.

PENULIS

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar .................................................................................................i
Daftar Isi ..........................................................................................................ii
BAB I Laporan Pendahuluan ...........................................................................1
A. Pengertian ..................................................................................................1
B. Etiologi ......................................................................................................3
C. Manifestasi klinis .......................................................................................6
D. Patofisiologi................................................................................................9
E. Klasifikasi...................................................................................................11
F. Penatalaksanaan .........................................................................................13
G. Pencegahan ................................................................................................14
BAB II Asuhan Keperawatan...........................................................................15
A. Pengkajian keperawatan............................................................................15
B. Analisis data..............................................................................................20
C. Diagnosa keperawatan...............................................................................21
D. Intervensi keperawatan .............................................................................22
E. Implementasi dan Evaluasi keperawatan ..................................................23
BAB III Penutup ..............................................................................................25
A. Kesimpulan ................................................................................................25
B. Saran ..........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................27

ii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Defenisi
ADHD adalah istilah popular yang merupakan kependekan dari Attention
Deficit Hyperactivity Disorder. Jika diartikan ke dalam bahasa indoensia,
menjadi gangguan pada pemusaran perhatian disertai hiperaktif.
Ada juga itsilah ADD yang merupakan kependekan dari Attntion deficit
disorder yang berarti gangguan pada pemusaran perhatian dan kenyataan nya
ADHD tidak selalu disertai dengan gangguan hiperaktif jadi sebenar nya
ADHD merupakan istilah yang berasal dari kata ADD ang ditambah dengan
kata hiperaktivity sehingga menjadi ADHD.
MIF Baihaqi dan M. Sugiarmin mengartikan ADHD dengan kondisi anak
yang memprlihatkan sintom sintom ( ciri ciri atau gejala ) kurang konsentasi,
hiperaktif dan impulsive yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan
sebagian besar kegiatan hidup mereka. Sementara e. Kokasih dkk.
Mengartikan ADHD dengan gangguan perilaku yang ditandai dengan
gangguan pemusaran perhatian, pembicaraan yang lepas control serta perilaku
yang hiperaktif . menurutnya pada umu mnya gangguan ADHD ini adalah
anak laki laki. Berdasarkan pengertian di atas, dapat di ambil kesimpulan
bahwa ADHD adalah gangguan pemutusan perhatian ( attention problems)
disertai dengan perilaku yang berlebihan (hyperactivity) yang di alami oleh
seorang individu. Di perkirakan sekitar 2-20% anak usia sekolah di Amerika
serikat mengalami ADHD dengan rasio anak laki-laki dan perempuan berkisar
antara 3-5 berbanding 1. Sementara di Belanda sekitar 2-8% gangguan ADHD
terdapat pada anak anak sekolah usia 14 tahun ke bawah. Sementara itu,
breton mengungkapkan bahwa ADHD lebih banyak di alami oleh anak laki-
laki daripada perempuan dengan estimasi 2-4% untuk anak perempuan dan 6-
9% untuk anak laki-laki. Angka kejadian ADHD menjadi menurun pada saat
anak mulai remaja. Meskipun demikian , jumlah anak laki-laki tetap lebih

1
banyak dari pada perempuan dengan rasio 3:1. Rasio tersebut bahkan lebih
tinggi lagi dalam sampel klinis , yang mana perbandingan nya mencapai 6:1
atau bahkan lebih.
Jadi, dapatlah dikatakan jika ADHD merupakan gangguan perkembangan
yang dapat terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat berlangsung hingga
mereka remaja. Anak laki-laki akan lebih rentan mengalami mengalami
gangguan ini di bandingkan dengan anak perempuan
Kebanyakan dari anak penderita gangguan ADHD mulai memerlukan
bantuan pada usia 6-9 tahun meskipun banyak orang tua yang beranggapan
bahwa masalah pada anaknya sebenarnya telah muncul sejak kanak-kanak
ketika mereka belajar di kelompok bermain atau taman kanak-kanak.
Meskipun demikia, anak dengan gangguan ADHD selalu memiliki 3
komponen ciri utama yang sama, yaitu intensi (rentang perhatian yang
kurang), impulsivitas yang berlebihan, dan adanya hiperaktif
Maksud dari instansi adalah anak dengan gangguan ADHD ini tampak
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Anak dengan gangguan
ADHD sangat mudah teralihkan oleh ransangan yang tiba-tiba di terima oleh
alat inderanya atau oleh perasaan yang timbul pada saat itu. Jadi, mereka
hanya mampu mempertahankan suatu aktivitas atau tugasnya dalam jangka
waktu yang pendek. Hal itu akan mempengaruhi proses penerimaan informasi
dari lingkungannya.
Kemudian impulsivitas adalah gangguan perilaku berupa tindakan yang
tidak di sertai dengan pemikiran m anak dengan gangguan ADHD sangat
dikuasai oleh perasaan nya sehingga cepat beraksi. Mereka sulit untuk
memberi prioritas kegiatan, sulit untuk mempertimbangkan atau memikirkan
lebih dahulu perilaku yang akan ditampilkan nya. Perilaku tersebut akan
menyulitkan anak dengan gangguan adhd maupun lingkungannya
Sementara hiperaktif maupun suatu gerakan yang berlebihan melebihi
gerakan yang dilakukan anak seusianya pada umumnya. Biasanya sejak bayi
mereka banyak bergerak dan sulit untuk ditenangkan titik bila dibandingkan
dengan individu yang aktiftetapi produktif, perilaku hiperaktif tanpa tidak

2
memiliki tujuan titik mereka Quran mampu mengontrol dan melakukan
koordinasi dalam aktivitas motorik Nya sehingga tidak dapat dibedakan mana
gerakan yang penting dan mana gerakan yang tidak penting. Gerakannya pun
dilakukan secara terus-menerus tanpa lelah sehingga mereka kesulitan untuk
memusatkan perhatiannya. [ CITATION Nov16 \l 1033 ]

B. Etiologi
ADHD tidak dapat diidentifikasi secara fisik dengan X-Ray atau
laboratorium. ADHD hanya dapat dilihat dari perilaku yang sangat sering
terlihat pada diri anak. Hal ini dikarenakan ADHD merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan beberapa pola perilaku yang sulit dibedakan
di antara anak-anak yang kelak suatu hari ditemukan perbedaan dan
penyebabnya.
Penyebab ADHD telah banyak diteliti dan di pelajari, tetapi belum ada
satupun penyebab pasti yang tampak berlaku untuk semua gangguan yang ada.
Berbagai virus, zat-zat kimia berbahaya yang banyak dijumpai di lingkungan
sekitar, baik di rumah maupun di luar rumah dalam bentuk limbah pabrik,
faktor genetik salah satu atau kedua orang tua, masalah selama kehamilan ibu
dan pada saat kelahiran, atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan
perkembangan otak berperan penting sebagai penyebab ADHD. Sementara
itu, banyak juga orang yang menduga bahwa faktor pola asuh atau pola makan
dapat menimbulkan ADHD. Namun, dugaan itu telah terbantahkan dengan
hasil penelitian para ilmuwan dari Cardiff University.
Para ilmuwan membantah dugaan tersebut. Menurut mereka, ADHD
sebenarnya disebabkan oleh gangguan genetik. Mereka telah mengamati peta
gen lebih dari 1.400 anak dan menemukan bahwa anak dengan ADHD
memiliki potongan kecil DNA yang digandakan atau hilang.
Seorang profesor psikiatri anak dan remaja dari Cardiff University yang
juga memimpin penelitian tersebut, yang bernama Anita Thapar
mengungkapkan bahwa tujuan penelitian tersebut adalah untuk

3
menghilangkan mitos bahwa ADHD disebabkan oleh pengasuh yang buruk
atau pola makan buruk akibat terlalu banyak mengonsumsi gula.
Para ilmuwan dari Cardiff University menganalisis genom dari 366 anak
ADHD yang dibandingkan dengan 1.047 sampel anak-anak tanpa ADHD
untuk menemukan variasi dalam genetikanya. Dari penelitian tersebut
diperoleh temuan adanya tumpang tindih antara segmen DNA yang dihapus
atau diduplikasi yang di kenal sebagai copy numbervariants ( CNV) lebih
umum pada anak-anak dengan anak ADHD dibandingkan anak-anak lain.
Temuan tersebut memberikan bukti bahwa ada hubungan langsung antara
faktor genetik dengan ADHD. Jadi, ADHD adalah gangguan genetik. Otak
anak yang mengalami gangguan ADHD ini berbeda dengan anak lainnya.
Hasil penelitian tersebut kemudian dipublikasikan dalam jurnal medis.
Faktor genetik merupakan faktor umum penyebab terjadinya ADHD.
Artinya, faktor genetik menjadi penyebab menjadi penyebab utama ADHD.
Dari hasil penelitian terhadap faktor genetik pada anak kembar dan anak
adopsi tampak bahwa faktor genetik atau keturunan ini membawa peranan
sekitar 80%. Anak dengan orang tua penyandang ADHD memiliki delapan
kali kemungkinan memiliki risiko mendapatkan anak ADHD.
Sementara itu, ada berbagai faktor khusus yang dapat menyebabkan
terjadinya ADHD pada anak. Namun, faktor khusus itu bukanlah penyebab
utama dari ADHD. Berbagai faktor khusus penyebab ADHD pada anak
sebagai berikut. [ CITATION Nov16 \l 1033 ]
1) Cedera Otak
ADHD diperkirakan dapat terjadi sebagai akibat dari infeksi, luka berat,
cedera, atau komplikasi lainnya yang terjadi pada otak, selama masa
kehamilan atau persalinan. Kerusakan otak tersebut dapat menyebabkan
gejala hiperaktivitas, ketiadaan perhatian, dan implisivitas. Gangguan
tersebut menyebabkan ibu yang mengalami infeksi atau efek samping
meminum obat-obatan di masa kehamilan dapat menjadi salah satu
penyebab kerusakan otak.

4
2) Merokok
Risiko ADHD lebih tinggi pada bayi yang ibunya selama kehamilan masih
merokok. Dicurigai keadaan tersebut dikarenakan si ibu mengalami
gangguan perhatian, karena itu risiko ADHD dapat meningkatkan pada
keturunannya dan bias terjadi karena factor genetis bukan hanya karena
merokok. Sebab, hubungan ADHD dengan ibu perokok masih belum pasti.
Begitu juga dengan efek lain seperti status social ekonomi, IQ orang tua,
dan status ADHD orangtua, tetapi merokok tentu tidak diperbolehkan bagi
ibu yang sedang hamil.
3) Kematangan Otak Yang Tertunda
Kondisi seperti ini sering ditemukan pada pemeriksaan neurologis dan
terdapat kesamaan antara kurang perhatian, pengendalian implus, dan
pengaturan diri pada anak ADHD dan anak-anak normal.
4) Keracunan Timah Hitam
Timah hitam merupakan racun hitam yang kuat yang ada pada cat rumah-
rumah tua yang sudah terkelupas, solder yang telah digunakan selama
bertahun-tahun, dan bensin. Timah hitam dalam tubuh anak dapat menjadi
penyebab hiperaktivitas dan kurang perhatian.
Timah hitam mungkin merupakan contributor terhadap masalah-masalah
perhatian dan pembelajaran pada sebagian anak-anak, tetapi tidak dapat
diambil kesimpulan sebagai penyebab utama ADHD meskipun timah
hitam memang menjadi penyebab terganggunya kesehatan secara umum.
5) Bahan Makan Tambahan
Bahan-bahan tambahan, seperti salsilat, zat perwarna makanan, dan zat
pengawet diduga menjadi penyebab ADHD. Hiperaktivitas diduga terjadi
karena pengaruh perasan dan pewarna buatan. Sejak anak usia Kb/ tk yang
telah menganal banyak makanan tambahan menunjukkan sedikit
peningkatan aktivitas atau kurangnya perhatian ketika mengomsumsi zat-
zat dalam bahan makanan tambahan. Sebaiknya orangtua menghindari
komsumsi prosukk-prosuk yang mengandung zat tersebut. Anak-anak

5
harus belajar untuk mengatur cara makan mereka karena hal itu berhungan
dengan kesehatan mentalnya.
6) Makanan Tidak Sehat
Meskipun dampaknya belum dapat diketahui saat dikomsumsi makanan
tidak sehat bias jadi akan memiliki dampak dalam jangka waktu lama.
Pengaruh lingkungan yang beracun mungkin memiliki dampak tertentu
pada anak-anak. Sebagian anak yang memiliki masalah alergi, karena anak
ADHD lebih mudah alergi dibandingkan dengan anak yang normal.
7) Gula Halus
Sebagian anak tentu mengalami gejala ADHD dengan asupan gula halus
dan atau zat-zat tambahan lainnya. Gula dapat berdampak positif atau pun
negative pada anak-anak tergantung usia, makanan, dan biologi mereka.
8) Penyakit Medis
Penyakit tertentu beberapa di anataranya dihunung-hubungkan dengan
gejala-gejala ADHD, seperti kekurangan zat besi, anemia, hipertiroidisme
, cacing keremi, rheumatic chorea, hipoglisemia, dan petit mal epilepsy.
Berbagai penyakit tersebut merupakan penyakit tidak umum untuk
ADHD, tetapi tetap harus dievaluasi dalam setiap pengecekan medis.
9) Obat-obatan
Obat yang dikomsumi juga dapat memicu gejala-gejala ADHD , seperti
antikonvulsan, fenobarbital, dan Dilantin serta obat-obat penenang yang
dapat mengurangi pemusatan perhatian dan konsentrasi. Jenis obat flu,
asma, atau alergi juga dapat merangsang gejala ADHD. Tentu saja obat-
obatan bukanlah menjadi penyebab utama ADHD.[ CITATION Nov16 \l
1033 ]

C. Manifestasi Klinis
ADHD dapat menyebabkan anak-anak untuk bertindak
dengan cara yang berbeda. Kebanyakan anak-anak dengan
ADHD memiliki masalah berkonsentrasi dan memperhatikan.
Beberapa juga mungkin akan kesulitan duduk diam di kelas

6
dan menunggu giliran mereka. Mereka mungkin meneriakkan
jawaban sebelum anak-anak lain memiliki kesempatan untuk
mengangkat tangan mereka.
Kadang-kadang mereka bisa teratur, terganggu atau
menjadi pelupa. Mereka cenderung sering, melamun di kelas.
Mereka sering kehilangan beberapa benda dan mengalami
kesulitan menyelesaikan tugas. Anak-anak dengan gangguan
ini sering menggoyangkan tempat duduk mereka, sering
bergerak, terlalu banyak bicara, atau mengganggu
percakapan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan mereka
untuk memiliki masalah baik di rumah maupun di sekolah.
Anak-anak dengan ADHD bisa menjadi cemas, frustasi, marah,
dan sedih.[ CITATION Eko17 \l 1033 ]
Anak-anak ADHD sering menunjukkan ciri-ciri yang
berbeda. Namun umumnya gangguan perilaku dan perhatian
berikut sering ditemukan di kelas:
1. Tidak bisa berfokus pada detail
2. Perhatian mudah teralihkan
3. Banyak bicara
4. Sering mengganggu anak-anak lain
5. Terlihat bingung dan pelupa
6. Menunjukkan kesulitan menjaga perhatian dalam
memngerjakan tugas dan gagal menyelesaikannya

Mari kita lihat lebuh jelas ciri-ciri kunci ADHD

1. Tidak perhatian
Saat mengahadapi anak-anak yang menunjukkan gejala
ADHD, sangat jelas terlihat bahwa anak-anak tersebut
umumnya memiliki kesulitan berkonsentrasi pada tugas-
tugas sekolah dan cenderung berpindah dari satu tugas ke
tugas lainnya serta cepat kehilangan motivasi jika merasa

7
tugas terset membosankan. Hal ini penting untuk
diperhatikan saat mengahadapi anak-anak ADHD. Cepat
terlihat bahwa murid tersebut kesulitan bertahan
mengerjakan sebuah tugas lebih dari beberapa menit dan
akibatnya dia akan mengganggu murid-murid lain dengan
menyobek kertas dan dan melemparkannya ke sekeliling
ruangan. Dia juga suka mengetuk-ngetuk meja saat sulit
berkonsentrasi pada tugas yang sedang dihadapi.
Penting untuk diingat bahwa saat anak ADHD menerima
perhatian secar individu, dia mampu mengerjakan tugas
selama beberapa waktu. Saat menghadapi murid tersebut,
saya menemukan bahwa jika dia mendapatkan perhatian
dari saya, dia akan bekerja dengan baik. Namun, jika saya
membagi perhatian saya ke murid lain, dia akan gelisah
dantingkah lakunya menjadi tidak baik. Kita harus sering
memotivasi anak-anak ADHD agar tertarik untuk
mengerjakan tugas-tugas. Tanpa pemberian motivasi akan
ada akibat yang ditimbulkan, terutama dalam kaitannya
dengan tingkah laku yang mungkin ditunjukkan anak
tersebut. Hal itu termasuk mengganggu anak lain di kelas,
merusak hasil kerja orang lain, dan menunjukkan tingkah
laku untuk mencari perhatian seperti berteriak, membuat
kegaduhan, dan memukul-mukul meja. Tingkah laku ini
merupakan tantangan bagi guru/praktisi, terutama agar
dapat memastikan proses belajar anak-anak lain tidak
terganggu.
2. Impulsif
Berdasarkan diagnosis, anak-anak ADHD sering dianggap
‘nakal’ karena mereka bertingkah tanpa membayangkan
atau memikirkan akibatnya (Wender, 2000). Contoh, saat

8
bermain, anak ADHD sulit menunggu gilirannya dan akan
‘mendahului’ yang lain, selama diskusi, mereka akan
meneriakkan jawabannya, berusaha mencari perhatian.
Banyak kontroversi berhubungan dengan istilah ADHD, dan
banyak orang yang manganggap anak-anak dengan ADHD
hanya melakukan perbuatan buruk.
3. Hiperaktivitas
Anak-anak ADHD sering menunjukkan menunjukkan tanda-
tanda hiperaktivitas, termasuk tingkah laku seperti
mengetuk-ngetuk tangan/kaki, bicara berlebihan, dan sulit
duduk diam lebih dari beberapa detik. Kita harus paham
bahwa tidak semua anak-anak ADHD hiperaktif, beberapa
anak mungkin hanya memiliki masalah dengan kurangnya
perhatian, tetapi banyak yang mungkin memiliki kombinasi
dari ketiga masalah di atas.[ CITATION Jen14 \l 1033 ]

D. Patofisiologi
Patofisiologi ADHD atau di indonesia dikenal dengan GPPH (Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif) memang tak jelas. Ada sejumlah teori
yang membicarakan patofisiologi ADHD. Penelitian pada anak ADHD telah
menunjukkan ada penurunan volume korteks prefrontal sebelah kiri,
Penemuan ini menunjukkan bahwa gejala ADHD inatensi, hiperaktivitas dan
impulsivitas menggambarkan adanya disfungsi lobus frontalis, tetapi area lain
di otak khususnya cerebellum juga terkena.[ CITATION Yek16 \l 1033 ]
Penelitian “neuroimaging” pada anak ADHD tak selalu memberikan hasil
yang konsisten, pada tahun 2008 hasilnya neuroimaging hanya digunakan
untuk penelitian, bukan untuk membuat diagnosa. Hasil penelitian
“neuroimaging”, neuropsikologi genetik dan neurokimiawi mendapatkan ada
4 area frontostriatal yang memainkan peran patofsiologi ADHD yakni :
korteks prefrontal lateral, korteks cingulate dorsoanterior, kaudatus dan
putamen. Pada sebuah penelitian anak ADHD ada kelambatan perkembangan

9
struktur otak tertentu rata-rata pada usia 3 tahun, di mana gejala ADHD terjadi
pada usia sekolah dasar.[ CITATION Yek16 \l 1033 ]
Kelambatan perkembangan terutama pada lobus temporal dan korteks
frontalis yang dipercaya bertanggung jawab pada kemampuan mengontrol dan
memusat-kan proses berpikirnya. Sebaliknya, korteks motorik pada anak
hiperaktif terlihat berkembang lebih cepat matang daripada anak normal,
yang mengakibatkan adanya perkembangan yang lebih lambat dalam
mengontrol tingkah lakunya, namun ternyata lebih cepat dalam perkembangan
motorik, sehingga tercipta gejala tak bisa diam, yang khas pada anak ADHD.
Hal ini menjadi alasan bahwa pengobatan stimulansia akan mempengaruhi
faktor pertumbuhan dari susunan saraf pusat.[ CITATION Yek16 \l 1033 ]

Pada pemeriksaan laboratorium telah didapatkan bahwa adanya 7 repeat


allele DRD4 gene (Dopamine 04 receptor gene) di mana merupakan 30%
risiko genetik untuk anak ADHD di mana ada penipisan korteks sebelah kanan
otak, daerah otak ini penebalannya jadi normal sesudah usia 10 tahun
bersamaan dengan kesembuhan klinis gejala ADHD.[ CITATION Yek16 \l 1033 ]
Dari aspek patofisiologik, ADHD dianggap adanya disregulasi dari
neurotransmitter dopamine dan norepinephrine akibat gangguan metabolisme
catecholamine di cortex cerebral. Neuron yang menghasilkan dopamine dan
norepinephrine berasal dari mesenphalon. Nucleus sistem dopaminergik
adalah substansia nigra dan tigmentum anterior dan nucleus sistem
norepinephrine adalah locus ceroleus.[ CITATION Yek16 \l 1033 ]

10
11
E. Klasifikasi
Pada masa sekarang ini, anak dengan gangguan ADHD dibedakan menjadi
tiga tipe:
1. Tipe ADHD Kurang Memerhatikan
Pada tipe ini anak dengan gangguan ADHD paling sedikit mengalami
enam atau lebih dari gejala-gejala yang berlangsung paling sedikit selama
6 bulan sampai pada suatu tingkatan yang maladaptif dan tidak konsisten
dengan tingkat perkembangan. Gejala-gejala tersebut sebagai berikut.
1) Sering kali gagal memerhatikan dengan baik terhadap sesuatu yang
detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan
sekolah serta kegiatan-kegiatan lainnya.
2) Sering kali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian
terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermainnya.
3) Sering kali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung.
4) Sering kali tidak mengikuti dengan baik instruksi dari orang lain dan
gagal dalam menyelesaikan pekerjaan sekolahnya.
5) Sering kali mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugas atau
kegiatannya.
6) Sering kali kehilangan benda-benda pentingnya, misalnya penggaris,
pensil, crayon, dan lainnya.
7) Sering kali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk
melaksanakan berbagai tugas yang membutuhkan usaha mental dan
juga menghindari tugas-tugas yang rumit atau detail.
8) Sering kali mudah kebingungan atau terganggu oleh rangsangan dari
luar.
9) Sering kali cepat lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-harinya.

2. Tipe ADHD Hiperaktif-Impulsif


Paling efektif ada enam atau lebih dari gejala-gejala tipe ADHD
hiperaktif-impulsif yang bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai

11
dengan tingkatan yang maladaptif dan tidak dengan tingkat
perkembangan. Gejala hiperaktif antara lain sebagai berikut.
1) Sering kali gelisah dengan tangan atau kaki mereka dan sering
menggeliat di kursi.
2) Sering kali meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam
situasi lainnya, yang mengharapkan ia tetap duduk.
3) Sering kali berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi
yang tidak tepat (pada masa remaja terbatas pada perasaan gelisah
yang subjektif).
4) Sering kali mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam
kegiatan senggang secara tenang.
5) Sering kali bergerak atau bertindak seolah-olah dikendalikan oleh
“mesin”.
6) Sering kali berbicara berlebihan.
Sementara gejala-gejala impulsivitas antara lain sebagai berikut.
1) Sering menjawab sebelum pertanyaan selesai disampaikan.
2) Sering memulai mengerjakan tugas sebelum ia benar-benar
membaca atau mengetahui apa yang diharapkan.
3) Sering berbuat tanpa memikirkan akibat apa yang akan terjadi.
4) Sering mengalami kesulitan menanti giliran.
5) Sering menginterupsi atau mengganggu orang lain, misalnya
memotong pembicaraan atau permainan.

3. Tipe ADHD Gabungan


Tipe ADHD gabungan dapat diketahui dengan mendiagnosis atau
mendeteksi adanya paling sedikit enam di antara sembilan gejala tipe
ADHD kurang memerhatikan ditambah paling sedikit enam di antara
sembilan gejala tipe ADHD hiperaktif-impulsif. Munculnya enam gejala
tersebut terjadi berkali-kali hingga dengan tingkat yang signifikan disertai
dengan adanya beberapa bukti berikut.
1) Berbagai gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai usia 7 tahun.

12
2) Berbagai gejala diwujudkan pada paling sedikit dua setting yang
berbeda.
3) Gejala yang muncul mengakibatkan hambatan yang signifikan dalam
kemampuan akademik.
4) Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh
kondisi psikologi atau psikiatri lainnya.
Tipe-tipe ADHD di atas dapat membantu pendidik PAUD dalam
mengidentifikasi anak, apakah ia mengalami gangguan ADHD atau tidak
dan jika ia mengalami gangguan ADHD kira-kira tipe ADHD apakah yang
diderita anak. Proses identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan
mengamati perilaku anak, mewawancarai anak dan orang tuanya serta
teman-temannya, serta dapat dengan melakukan tes prestasi pada anak.
[ CITATION Nov16 \l 1033 ]

F. Penatalaksanaan
1. Lakukan terapi yang dilakukan berdasarkan kasus yang dialami anak,
dengan bimbingan dari psikiater anak. Terapi bisa berupa:
a. ABA (applied behavioral analysis) yaitu terapi yang meminta anak
untuk mengikuti aturan yang diberikan. Dalam setiap aturan ada
hukuman dan pemberian hadiah.
b. SI (Sensory integration) yaitu terapi untuk merangsang impuls
sensoriknya sehingga anak dapat mengoordinasikan gerakan otot tubuh
sesuai perintah otak.
c. Terapi nutrisi dan diet yaitu menjaga keseimbangan karbohidrat dan
protein.
2. Pemberian obat (medication), konseling (psychotherapy), pendidikan atau
pelatihan (education or training), atau kombinasi dari penanganan-
penaganan tersebut.[ CITATION Yek16 \l 1033 ]

13
G. Pencegahan
1. kedua orang tua jangan merokok. Untuk ibu hamil, hindari rokok serta
konsumsi makanan/minuman beralkohol, narkoba, dan heroin. Ibu hamil
hendaknya melakukan control kesehatan secara teratur, rajin berolaharaga
dan beribadah, serta menjaga asupan gizi seimbang, terutama vitamin D
2. Menjaga bayi dan anak dari semua makanan-minuman yang mengandung
bahan pengawet (misalnya sodium benzoate), pemanis, dan pewarna
buatan.
3. Jauhi TV, terutama anak-anak yang berusia kurang dari dua tahun. Untuk
semua anak dan remaja, sebaiknya tidak menonton TV lebih dari 3 jam
perhari
4. Efektifkan waktu untuk belajar, berdiskusi, menambah pengalaman positif,
membaca, menulis, dan beribadah. [ CITATION Yek16 \l 1033 ]

14
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Ruangan :Melati II
Rekam Medik :12.25.95
Tgl masuk :1 Maret 2019
Tgl pengkajian :1 Maret 2019
Dx medis :ADHD (Attention Defisit Hyperactive Disorder)

KASUS :
Anak “M” usia 7 tahun siswa kelas 1 sekolah dasar datang ke rumah
sakit bersama ibunya dengan keluhan tak bisa duduk tenang. Energi anak
saya seperti tiada habisnya. Ia sangat bawel, sulit berkosentrasi, agresip,
suka mendominasi pergaulan, berlarian kesana kemari dan sering
mengganggu teman-temannya. Ibu mengatakan anaknya sering terjatuh
karena sering berlarian tanpa tujuan. Anak M lebih bnayak berdiri dan
tidak fokus pada pekerjaan sekolahnya. Ibunya mengakui bahwa anak M
berganti-ganti aktivitas dan tidak pernah sampai selesai. Misalnya,
bermain bongkar pasang dan selang beberapa menit kemudian sudah
beralih pada permainan yang lain. Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi
prestasinya di sekolah. An. M juga mengungkapkan bahwa dia malas
mengerjakan PR yang susah dan dia bilang tidak pernah mendapatkan nilai
bagus dan selalu mendapat nilai merah. Anak M seringkali sulit dikontrol.
Dia sering mengabaikan apa yang ibunya perintahkan. Dari pemeriksaan
ditemukan banyak luka atau parut bekas terjatuh, konsentrasi buruk.
A. Pengkajian
1. Data umum
a. Identitas Klien
Nama : An. “M”
Umur :7 tahun

15
Jenis kelamin :Laki-laki
BB :18 kg
TB :110 cm
Pendidikan :Sekolah Dasar
Agama :Islam
Suku/bangsa :Makassar/Indonesia
Alamat :Jln. Perintis kemerdekaan VIII
Diagnosa medis :ADHD (Attention Defisit Hyperactive
Disorder)
b. Penanggung Jawab
Nama :Ibu “W”
Umur :30 tahun
Jenis kelamin :Perempuan
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT
Agama :Islam
Suku/bangsa :Makassar/Indonesia
Alamat :Jln. Perintis kemerdekaan VIII
Hubungan dengan klien :Ibu kandung

2. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Keluhan utama : Ibu mengatakan anaknya tidak bisa duduk tenang.
Ia sangat bawel, sulit berkonsentrasi, agresif, suka
mendominasi pergaulan, berlarian kesana-kemari
dan sering mengganggu teman-temannya.
3. Riwayat Kesehatan lalu
Berdasarkan pengkajian Sebelumnya klien tidak pernah mengalami
penyakit yang sama.

4. Riwayat kesehatan Sekarang

16
Ibu mengatakan anaknya sering terjatuh kaena sering berlarian
tanpa tujuan. Anak M lebih banyak berdiri dan tidak fokus pada pekerjaan
sekolahnya. Ibunya mengakui bahwa anak M berganti-ganti aktivitas dan
tidak perna sampai selesai. Misalnya, bermain bongkar pasang dan selang
beberapa menit kemudian sudah beralih pada permainan yang lain.
Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi prestasinya, di sekolah. An M juga
mengungkapkan bahwa dia malas mengerjakan PR yang susah dan dia
bilang tidak pernah mendapatkan nilai bagus. Anak M seringkali sulit
dikontrol. Dia sering mengabaikan apa yang ibunya perintahkan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang menderi penyakit yang serupa
dengan klien.
6. Riwayat Anak
a. Masa pre-natal
Selama kehamilan ibu 4 kali memeriksakan kandungannya ke
puskesmas dan dokter, mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali.
Selama kehamilan ibu tidak pernah mengalami penyakit yang menular
atau penyakit lainnya.
b. Masa intra-natal
Proses persalinan klien secara normal (spontan) dengan bantuan bidan,
dengan umur kehamilan 37 minggu.
c. Masa post-natal
Klien lahir dalam keadaan normal. Dengan BB ±3200 gram dalam
keadaan sehat. Waktu lahir klien langsung menangis.
7. Pola aktivitas sehari-hari
a. Pola nutrisi
- Sebelum MRS : Klien makan tiga kali sehari, dengan porsi
dihabiskan klien suka minum air putih dan susu.
- Selama sakit : klien mendapatkan bubur ayam 3x sehari dan tidak
bisa menghabiskannya, klien minum hanya 1/2 gelas dari 1 gelas
air putih.

17
b. Pola eliminasi
- Sebelum MRS : Klien BAB 1 kali/hari, konsistensi padat dan bau
khas feses, BAK klien 4-5 kali/hari, berwarna kuning jernih
- Selama sakit : Klien BAB 1 kali/2 hari, konsistensi padat, bau khas
feses, BAK 3-4 kali/hari
c. Pola aktivitas dan latihan
- Sebelum MRS: Klien melakukan aktivitas sehari-hari secara aktif.
- Selama sakit :klien berbaring ditempat tidur dan sesekali berpinda
osisi agar klien merasa nyaman.
d. Pola istirahat dan tidur
- Sebelum MRS :ibu Klien mengatakan anaknya tidur malam 8 jam,
dan tidur siang 2 jam
- Selama sakit : Ibu Klien mengatakan anaknya tidur malam 6 jam
dan tidak perna tidur siang.
e. Pola persepsi kognitif
- Sebelum MRS :Klien dapat berkomunikasi dengan baik,
pendengaran normal, penglihatan normal, persepsi sensori baik.
- Selama sakit :Klien tidak bisa diam, sering berlarian tanpa tujuan
f. Pola persepsi dan konsep diri
- Sebelum MRS :Tidak ada gangguan konsep diri
- Selama sakit :klien suka mengganggu teman-temannya dan tidak
perna mendapatkan nilai bagus akibat tidak perna berkonsentrasi
dalam belajar
g. Pola koping dan toleransi stres
- Sebelum MRS :Jika ada masalah, klien membicarakan
dengan teman dekatnya.
- Selama sakit : ibu klien mengatakan anaknya sering
kesana kemari tanpa tujuan, tidak bisa berkonsentrasi saat di tanya
sama perawat

18
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
Kesadaran :compos mentis
Vital sign :
- Tekanan Darah :110/80 mmHg
- Suhu :37°C
- RR :25x/menit
- Nadi :100 x/menit
- TB :110 cm
- BB :18 kg

b. Head To Toe
1) Kepala dan leher
Keadaan kepala tampak bersih, dan tidak ada luka atau lecet. Klien
dapat menggerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe
2) Mata
Bentuk simestris, tidak ada kotoran mata, konjungtiva tidak
anemis, fungsi penglihatan baik karena klien tidak menggunakan
alat bantu, tidak ada peradangan
3) Telinga
Tidak terdapat serumen, fungsi pendengaran baik karena klien jika
di panggil langsung memberi respon. Tidak ada peradangan
4) Hidung
Kebersihan hidung baik tidak ada terdapat kotoran pada hidung,
tidak terdapat polip.
5) Mulut
Tidak terlihat peradangan dan pendarahan pada mulut, fungsi
pengecapan baik,mukosa bibir kering.
6) Dada

19
Bentuk dada simestris, tidak ada gangguan dalam bernafas, tidak
ada bunyi tambahan dalam bernafas dengan frekuensi nafas 25
x/menit
7) Kulit
Terlihat sedikit kusam, tidak terdapat lesi maupun luka,turgor kulit
baik (dapat kembali dalam 2 detik),
8) Abdomen
Bentuk simestris, tidak ada luka dan peradangan,
9) Ekstremitas atas dan bawah
Bentuk simestris, tidak ada luka maupun fraktur pada ekstremitas
atas dan bawah, terdapat keterbatasan gerak pada ekstremitas atas
bagian dekstra karena terpasang infuse zrl 20 tetes/menit

B. Analisi Data
No Data Masalah Penyebab
1. DS: Hiperaktifitas Resiko Cedera
Ibu klien mengatakan
bahwa energy anaknya
seperti tiada habisnya
dan agresif
Ibu klien mengatakan
anaknya sering
terjatuh karena sering
berlarian tanpa tujuan
DO:
Klien terlihat ingin
turun dari tempat tidur
dan seperti mau lari
keluar. Tapi di pegang
oleh ibunya.
2. DS: Tidak adekuatnya Ketidakefektifan

20
An. M mengungkapan tingkat kepercayaan koping
bahwa dia malas diri terhadap
mengerjakan PR yang kemampuan untuk
susah dan dia bilang melakukan koping.
tidak pernah
mendapatkan nilai
bagus dan selalu
mendapat nilai merah
DO:
Klien terlihat tidak
bisa berkonsentrasi
dengan perawat dan
sering menengok ke
kanan dan ke kiri saat
berbicara dengan
perawat

C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko cedera berhubungan dengan hiperaktif
2. Ketidakefektifan koping b/d Tidak adekuatnya tingkat kepercayaan diri
terhadap kemampuan untuk melakukan koping.[ CITATION Bud18 \l 1033 ]

21
D. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
NOC NIC
1. Resiko cedera b/d Setelah dilakukan Intervensi 2x 24 jam 1. Bantu pasien dan anggota keluarga
hiperaktif diharapkan pasien mampu melakukan mengidentifikasi situasi dan bahaya yang
aktivitas yang tidak berbahaya. dapat mengakibatkan kecelakaan
Kriteria hasil : 2. Anjurkan pasien dan keluarga untuk
- pasien dan anggota keluarga mengadakan perbaikan dan menghilangkan
mempraktikan keamanan dan kemungkinan keamanan dari bahaya.
melakukan tindakan kewaspadaan di 3. Beri dorongan kepada orang dewasa untuk
rumah mendiskusikan peraturan keamanan terhadap
anak
4. Rujuk pasien ke sumber-sumber komunitas
yang lebih tepat
2. Ketidakefektifan koping Setelah dilakukan intervensi 2x24 jam 1. Dorong pasien untuk menggunakan system
b/d Tidak adekuatnya diharakapkan pasien mampu pendukung ketika melakukan koping
tingkat kepercayaan diri mengkomunikasikan perasaan tentang 2. Identifikasi dan turunkan stimulus yang tidak
terhadap kemampuan situasi saat ini. perlu dalam lingkungan
untuk melakukan koping. Kriteria Hasil : 3. Jelaskan kepada orang tua semua terapi dan
- Pasien menggunakan system perosedur dan jawab pertanyaan pasien.

22
pendukung yang tepat seperti keluarga 4. Rujuk pasien untuk melakukan konseling
dan teman untuk membantu dalam pada psikolog
melakukan koping
[CITATION Sue \l 1033 ][ CITATION Glo17 \l 1033 ]

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Implementasi Resiko cedera b/d 1. Membantu pasien dan anggota S : Orang tua mengatakan sudah Mengerti
: 03 Maret hiperaktif keluarga mengidentifikasi situasi dan akan pemahaman Keamanan terhadap
2019, pukul bahaya yang dapat mengakibatkan anaknya agar tidak cedera
08:00 kecelakaan O : Hiperaktivitas klien sudah berkurang
2. Menganjurkan pasien dan keluarga A : Masalah teratsi
Evaluasi : 06 untuk mengadakan perbaikan dan P : Pasien diperbolehkan pulang dan
Maret 2019 menghilangkan kemungkinan Orang tua diberikan HealtEducation
keamanan dari bahaya.
3. Memberi dorongan kepada orang
dewasa untuk mendiskusikan
peraturan keamanan terhadap anak.
4. Merujuk pasien ke sumber-sumber

23
komunitas yang lebih tepat.
03 Januari Ketidakefektifan koping 1. Mendorong pasien untuk S : orang tua mengatakan Aktifitas
2015, pukul b/d Tidak adekuatnya menggunakan system pendukung anaknya
14:00 tingkat kepercayaan diri ketika melakukan koping Sudah bisa dikendalikan
terhadap kemampuan 2. Mengidentifikasi dan menurunkan O : Klien sudah terlihat bisa lebih tenang
Evaluasi : 06 untuk melakukan koping. stimulus yang tidak perlu dalam A : masalah teratasi
Maret 2019 lingkungan P : Pasien diperbolehkan pulang dan
3. Menjelaskan kepada orang tua semua Orang tua diberikan Health Education
terapi dan prosedur dan jawab
pertanyaan pasien
4. Merujuk pasien untuk melakukan
konseling pada psikolog

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,
suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di
otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis
(Terlalu banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira
3 - 5% anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009).
Belum ada kepastian faktor apa yang menyebabkan seorang anak dapat
menderita ADHD, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor
genetik, neurologik dan proses dalam otak, neurotransmitter, lingkungan,
psikososial merupakan faktor penyebab dari gangguan ini.
Pada umumnya terdapat beberapa tes penunjang dalam menentukan bahwa
anak menderita ADHD atau tidak, namun yang sering dilakukan dan
merupakan tugas perawat adalah melakukan pengkajian dengan
mengguanakan formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale).
Berdasarkan Asuhan keperawtaan diatas, kami mengangkat 2 diagnosa
yaitu :
1. Resiko cedera berhubungan dengan hiperaktif
2. Ketidakefektifan koping b/d Tidak adekuatnya tingkat kepercayaan
diri terhadap kemampuan untuk melakukan koping.
Dari kedua diagnose tersebut setelah dilakukan intervensi dan
implementasi serta evaluasi didapatkan masalah keperawatan teratasi.

25
B. Saran
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
tentang penyakit ADHD. Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan
dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini, tetapi kenyataannya masih
banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari dosen dan para pembaca sangat penulis harapkan untuk
perbaikan kedepannya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Budi, A. K., Henny, S. M., & Teuku, T. (2018). NANDA-1 Diagnosis


Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.

Eko, S., & Atik, B. (2017). Asuhan Keperawatan anak Sehat & Berkebutuhan
khusus. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Gloria, M. B., Howard, K. B., Joanne, M. D., & Cheril, M. W. (2017). Nursing
Interventions Classification (NIC) 6th. Indonesia: Elsevier.

Novan, A. W. (2016). Penanganan Anak Usia dini Berkebutuhan Khusus.


Yogyakarta: A-Ruzz Media.

Sue, M., Marion, J., Meridean, L. M., & Elizabeth, S. (2017). Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th. Indonesia: Elsevier.

Thompson, J. (2014). Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Esensi.

Yekti, M., & Romiyanti. (2016). 45 Penyakit yang Sering Hingap pada Anank.
Yogyakarta: Rapha Publishing.

27

Anda mungkin juga menyukai