Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga dapat menyelesaikan pembuatan makalah
mata kuliah Bahasa Indonesia yang berjudul “paragraf dan wacana”. Kami tentu menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Indralaya, September 2019

Penulis
PARAGRAF

A. Pengertian Paragraf

Paragraf merupakan sebuah kumpulan dari kalimat kalimat yang berisi tentang satu ide
pokok atau gagasan utama. Sebuah paragraf yang baik akan memberikan bantuan pembaca
serta penulis dalam membuat artikel yang baik serta memperbaikinya. Tanpa adanya sebuah
keteraturan dalam menyampaikan ide atau gagasan dalam paragraf sebuah artikel atau karya
tulis akan membuat tulisan yang anda buat tidak terasa dan akan membingungkan pembaca
dan bahkan penulisnya untuk tetap mengembangkan artikelnya.

Definisi yang lainnya, Paragraf merupakan penyusun dari semua artikel atau karya tulis.
Banyak pelajar yang menganggap bahwa pengertian paragraf mempunyai batasan dalam
panjang kalimat yakni : paragraf merupakan kelompok kalimat yang sedikitnya terdiri atas 5
kalimat dan bahkan ada yang mengartikan paragraf sebagai setengah dari halaman.

Dalam Lunsford dan Connor dijelaskan bahwa paragraf adalah sebagai kumpulan kalimat
atau group of sentences atau satu kalimat yang membentuk sebuah unit. Panjang dan tampilan
sebuah bagian dari karya tulis ilmiah bukanlah kriteria dari sebuah paragraf. Sebaagai contoh
singkat, sebuah paragraf dalam gaya penulisan jurnalistik bisa terdiri atas satu kalimat yang
cukup panjang (dari titik ke titik) . Oleh sebab itu, pengertian paragraf yaitu suatu kalimat
atau grup kalimat atua kelompok kalimat atau gabungan kalimat yang menggagas satu ide
pokok.

B. Unsur Paragraf

1. Topik / gagasan utama

Topik atau gagasan utama yaitu unsur yang paling penting karena unsur inilah yang
menjadi jiwa atau isi dari keseluruhan paragraf. Unsur – unsur ini biasanya berupa masalah
atau gagasan pengarang yang ingin disampaikan kepada para pembacanya.

2. Kalimat Utama

Unsur pembangun paragraf yang kedua adalah kalimat utama. Kalimat ini adalah kalimat
yang mengandung suatu gagasan utama yang diletakan secara tersirat. kalimat utama adalah
sebuah kalimat yang sifatnya umum. Hal ini dikarenakan supaya dapat dikembangkan
kembali dengan kalimat – kalimat penjelas.

3. Kalimat pendukung

Kalimat pendukung yaitu suatu kalimat yang mengandung gagasan – gagasan penjelas.


Kalimat ini mempunyai fungsi untuk menguatkan atau mendukung gagasan utama yang ada
pada kalimat utama dengan cara memberikan data berupa fakta, contoh, opini, dan lain – lain.

4. Transisi

Supaya menjadi sebuah paragraf yang padu, kalimat – kalimat di dalam paragraf disusun
dengan menggunakan transisi atau konjungsi. Ada dua macam konjungsi yang biasa dipakai,
yakni konjungsi antar kalimat dan konjungsi intra kalimat.
 Konjungsi intra kalimat yaitu kata sambung yang menghubungkan antara induk
kalimat dan anak kalimat. Contohnya yaitu “dan”, “tetapi”, “karena”, “agar”, dan lain
sebagainya.

 Konjungsi antar kalimat yaitu sebuah konjungsi yang menghubungkan antara


kalimat – kalimat yang ada di dalam paragraf. Contohnya yaitu ; “Lagi pula”, “Oleh
karena itu”, “Terlebih lagi”, “Namun”, “Disamping itu”, dan lain – lain.

5. Penegas

Unsur yang terakhir yaitu penegas. Unsur ini tidak terlalu penting di dalam sebuah pargraf
karena tidak semua paragraf mempunyai penegas. Fungsi dari penegas ini yaitu untuk
menambah daya tarik sebuah paragraf , menghindari kebosanan saat membacanya, dan
sebagai penegas atau pengulang gagasan utama.

C. Syarat Paragraf

Paragraf yang baik merupakan paragraf yang dapat menyampaikan pikiran dengan baik
kepada pembaca. Adapun syarat dari paragraf yakni harus mempunyai syarat-syarat sebagai
berikut :.

1.Kesatuan(Unity)
Yang dimaksud kesatuan yakni suatu paragraf harus dibangun dengan satu pikiran yang
jelas. Satu pikiran tersebut diuraikan ke dalam bentuk pikiran pokok dan beberapa pikiran
jelas. Hubungan pikiran yang satu dengan pikran lainnya menandakan bahwa paragraf
tersebut sudah mempunyai kesatuan

2. Kepaduan (Koherensi)
Kepaduan terwujud dari hubungan kompak antar kalimat pembentuk paragraf. Kepaduan
yang baik terjadi jika hubungan timbal balik antar kalimat wajar dan mudah dipahami. Ada
beberapa cara supaya paragraf mempunyai kepaduan yang kompak, yakni dengan memakai
kata ganti, kata penghubung, serta perincian dan urutan pikiran.

3. Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk
menunjang kalimat pokok.

D. Fungsi Paragraf

 Berfungsi untuk mengekspresikan gagasan dalam bentuk tulisan dengan memberikan


suatu bentuk pikiran dan perasaan dengan serangkaian kalimat yang tersusun secara
logis dalam suatu kesatuan.

 Berfungsi untuk menandai peralihan gagasan baru bagi karangan yang terdiri
beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran juga.

 Berfungsi untuk memudahkan dalam pengorganisasiaan gagasan bagi yang menulis


dan memberikan kemudahan pemahana bagi pembacanya
 Berfungsi untuk memudahkan dalam pengembangan topik karangan ke dalam satuan
unit pikiran yang lebih kecil.

 Berfungsi untuk memudahkan dalam pengendalian variabel, terutama karangan yang


terdiri dari beberapa variabel.

E. Ciri Paragraf

1. Bertakuk/letaknya agak dalaman, ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan
yang biasa.
2. paragraf menggunkan pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat topik
3. Kalimat topik dan selebihnya adalah kalimat pengembang sebagai fungsi penjelas,
menguraikan ataupun menerangkan pikiran utama yang terdapat dalam kalimat topik.
4. Paragraf menggunkan pikiran penjelas yang dinyatakan dalam kalimat penjelas.

F. Jenis Paragraf

1. Berdasarkan Letak Gagasan Utama

a. Paragraf Deduktif

Paragraf Deduktif adalah paragraf yang memiliki gagasan pokok atau gagasan utama di
awal paragraf. Selanjutnya diikuti dengan kalimat penjelas setelah kalimat utama di awal,
paragraf ini menggunakan pola pengembangan umum – khusus.

Contoh :

Sepak bola adalah olah raga yang digemari oleh semua kalangan. Hal tersebut tentu benar
adanya. Setiap ada kompetisi sepak bola dari tingkat manapun dapat dipastikan akan dipenuhi
oleh banyak penonton. Baik dari kalangan anak-anak, remaja, ibu-ibu, dan lainnya. Banyak
dari kalangan profesional, akademisi, politisi, dan dari latarbelakang apa saja telah memiliki
komunitasnya sendiri dalam bermain sepak bola. Bahkan pertandingan sepak bola untuk ibu-
ibu pun marak diselenggarakan dewasa ini. Di sekolah-sekolah pertandingan sepak bola antar
kelas juga seringkali dilakukan. Hal ini tentu membuktikan bahwa olah raga ini menjadi
kegemaran dari berbagai kalangan di masyarakat.

b. Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang gagasan utama atau gagasan pokoknya terletak
dalam kalimat utama di akhir paragraf. kalimat-kalimat penjelas berada di awal sebelum
kalimat utama. Paragraf ini berpola khusus – umum.

Contoh :

Tak seperti dahulu sewaktu zaman para orang tua bersekolah yang sangat minim dalam
membawa uang saku. Bahkan seringkali tak membawa uang untuk ke sekolah karena sebab
kondisi orang tua dan memang aneka jajanan anak tak sebanyak saat ini. Dahulu hanya ada
jajanan tradisional dan itu pun dapat dipastikan hampir di setiap rumah memilikinya.
Sehingga jajanan dulu tak begitu menarik untuk dibeli. Berbeda halnya dengan saat ini,
berbagai varian jajanan sekolah tersedia. Mulai dari yang digoreng, direbus, dipanggang, dan
lainnya semua ada. Rasa dari jajanan tersebut juga gurih dan unik sehingga menarik minat
anak-anak untuk terus jajan di sekolah. Dampak buruknya anak menjadi semakin kuat jajan
dan tidak menyukai makanan yang ada di rumah. Satu hal lagi yang teramat penting. Aneka
makanan jajanan anak di sekolah hampir semuanya tidak baik untuk kesehatan dan tak layak
konsumsi. Perlu adanya kewaspaan bagi para orang tua tentang kegemarana anak yang terlalu
berlebih atas jajanan di sekolah.

c. Paragraf Campuran

Paragraf campuran adalah paragraf yang memiliki dua gagasan utama yakni di awal
paragraf dan juga di akhir paragraf. kalimat utama di awal menyampaikan inti permasalahan
selanjutnya dijelaskan oleh kalimat-kalimat penjelas dan terakhir ditekankan kembali oleh
kalimat utama di akhir paragraf.

Contoh :

Pelestarian lingkungan hidup adalah suatu keterbutuhan yang tak lagi bisa ditunda dan
menjadi tanggung jawab kita bersama. Setiap warga negara berkewajiban untuk menjaga,
merawat, dan melestarikan lingkungan hidup di sekitar kita. Lingkungan hidup adalah hal-hal
yang bersinggungan dan sangat erat kaitannya baik secara langsung maupun tidak dalam
hidup kita. Jika lingkungan rusak tentu akan berdampak buruk pada kehidupan kita dan
sebaliknya. Maka dari itu penting bagi kita untuk senantiasa menjaganya untuk kehidupan
masa depan yang lebih baik.

2. Berdasarkan Bentuk Penyampaiannya

1. Paragraf Deskripsi

Paragraf deskripsi yaitu suatu paragraf yang menceritakan atau memaparkan sesuatu


secara jelas. Paragraf deskripsi bisa ditandai dengan ciri-ciri antara lain, paragraf ini
menggambarkan suatu objek seperti benda, tempat, atau suasana tertentu dengan memakai
panca indra (pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, dan perabaan. Hal-hal yang
digambarkan dari objek berupa ciri-ciri fisik dan sifat objek tertentu seperti warna, ukuran,
bentuk, dan kepribadian. Dalam jenis paragraf ini sering ditemui kata-kata atau frase yang
bermakna keadaan atau kata sifat.

Contoh Paragraf Deskripsi yaitu sebagai berikut :

“Meja yang dibelikan ayah untuk Ari sebagai hadiah ulang tahun sudah sampai. Meja itu
terbuat dari kayu jati. Meja itu tingginya kurang lebih dari 75 cm lebarnya sekirar 50 cm
dengan panjang 1,5 meter. Meja bewarna coklat muda ini terlihat sangat cocok dengan ruang
belajar Ari yang sedikit gelap. Meja ini punya 2 lemari yang 1 sebelah kiri dan yang satunya
sebelah kanan. Dengan adanya penyangga kaki membuat meja ini nyaman dipakai untuk
belajar.”

2. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi yaitu suatu paragraf yang memaparkan cara atau petunjuk supaya
pembaca memahami bacaan denga jelas. Ciri-ciri dari paragraf ini yakni terdapat definisi atau
pengertian mengenai istilah dari suatu topik pembahasan. Tidak berunsur mengajak atau
mempengaruhi. Berupa paragraf yang informatif, artinya bisa memberikan sebuah  informasi
kepada pembaca. Biasanya paragraf ini mempunyai rincian data yang jelas untuk mendukung
informasi yang disampaikan.

Contoh Paragraf Eksposisi :


“Organisasi membutuhkan kerjasama yang kuat supaya dapat berjalan dengan baik.
Seperti layaknya sebuah mobil yang bergerak dikarenakan mesin mobil dan komponen-
komponen lainnya yang berkerjasama. Organisasi juga membutuhkan suatu komponen-
komponen seperti ketua organisasi, wakil ketua, sekretaris, bendahara, humas dan anggota
kelompok. Mereka inilah yang menggerakkan organisasi. Seperti pada sebuah mobil bila satu
saja tidak ada atau rusak, akan menghambat jalannya mobil bahkan tidak dapat jalan sama
sekali. Begitu pula dengan organisasi, semua pihak mempunyai fungsi dan tugas tertentu
yang akan menggangu jalannya organisasi, bila salah satu dari mereka tidak ada atau tidak
bekerja. Bahkan bagian yang paling kecil seperti anggota pun sangat penting kedudukannya
di dalam organisasi.”

3. Paragraf Narasi

Paragraf narasi merupakan suatu paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau


peristiwa yang di dalamnya terdapat subjek pelaku waktu kejadian serta alur cerita. Ciri-ciri
dari paragraf ini yakni, dirangkai dalam urutan waktu baik berupa alur maju atau alur
mundur. Berisi tentang peristiwa yang meceritakan suatu perbuatan atau tindakan.
Mempunyai unsur-unsur cerita seperti tokoh, latar, konflik dan sudut pandang pengarang.
Pada paragraf ini, ciri yang paling muda ditandai yakni terdapat cukup banyak kalimat
langsung. Serta penulisannya mempunyai gaya yang kreatif dan berestetika sehingga
bisa membuat bacaannya semakin menarik.

Contoh Paragraf Narasi :

“Stevanus dilahirkan di Ulm di Württemberg, Jerman; sekitar 100 km sebelah timur


Stuttgart. Bapaknya bernama Stevanus lucas, seorang penjual ranjang bulu yang kemudian
menjalani pekerjaan elektrokimia, dan ibunya bernama maria. Mereka menikah di Stuttgart-
Bad Cannstatt. Keluarga mereka keturunan Yahudi; Stevanus disekolahkan di sekolah
Katholik dan atas keinginan ibunya dia diberi pelajaran biola.”

4.Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi merupakan suatu paragraf yang mengutarakan suatu pendapat atau
ide yang mempunyai alasan yang mendukung. Ciri-cirinya yakni Kalimat utama berupa suatu
pendapat atau gagasan yang disampaikan oleh penulis. Pendapat yang disampaikan biasanya
berupa suatu hal yang menarik pembacanya dan menciptakan kontroversi di dalam
masyarakat.

Disertai dengan kalimat-kalimat penjelas berupa alasan yang kuat dan didukung oleh
fakta, contoh, data statistic, grafik untuk lebih meyakinkan pembacanya. Dan diakhiri dengan
sebuah kesimpulan yang logis dan berlandaskan gagasan utama yang disampaikan di awal
kalimat.

Contoh Paragraf Argumentasi :


“Biaya pendidikan di Indonesia sangatlah mahal. Walaupun pemerintah sudah
memberikan bantuan, tetapi tetap saja para murid harus membayar beberapa biaya untuk
keperluan sekolah, seperti baju, buku, dan lain – lain. Mahalnya biaya pendidikan ini tidak
hanya sebatas pada sekolah dasar saja, tetapi hingga di perguruan tinggi. Bahkan biaya untuk
menempuh pendidikan di kampus amat sangat mahal karena pemerintah tidak memberikan
bantuan langsung kepada perguruan – perguruan tinggi. Banyak anak – anak yang sesudah
lulus dari SMA lebih memilih untuk mencari pekerjaan saja daripada melanjutkan di
perguruan tinggi. Akibatnya, pendidikan di Indonesia tidaklah merata dan hanya
terkonsentrasi kepada orang yang mampu saja. Sedangkan bagi orang yang kurang mampu,
pendidikan tinggi hanyalah sebuah angan.”

5.Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi yaitu suatu paragraf yang berisi ajakan yang mempunyai tujuan supaya
pembaca melakukan tindakan. Paragraf persuasi mempunyai alasan-alasan yang kuat disertai
dengan data dan fakta. Paragraf ini berusaha meyakinkan pembacanya untuk melakukan atau
mempercayai yang ditulis oleh penulis. Paragraf persuasi banyak memakai  kata-kata ajakan
seperti ayo, mari dan sebagainya. Biasanya mengutamakan kesepakatan pendapat dan
menghindari konflik supaya kepercayaan pembacanya tidak hilang.

Contoh Paragraf Persuasi :

“Pendidikan merupakan hal yang paling penting di dalam hidup ini ,baik pendidikan
formal atau informal. Dengan pendidikan kita bisa mendapatkan dan menjadi apapun yang
kita inginkan. Pendidikan juga dapat mengarahkan kita ke kehidupan yang lebih baik.
Pendidikan bisa kita raih dengan belajar yang giat baik di sekolah, di rumah maupun di
tempat-tempat lain. Bila kita tidak belajar dengan serius dan giat, tentunya apa yang kita
lakukan hanyalah sia-sia karena tidak ada yang bisa dicapai dengan perbuatan yang tidak
sungguh-sungguh. Akibatnya kita tidak dapat menggapai citi-cita. Oleh sebab itu, marilah
belajar dengan giat dan sungguh-sungguh agar kita dapat mencapai cita-cita.”
WACANA

1. Pengertian Wacana

Wacana adalah salah satu bagian dari strata kebahasan yang menduduki posisi tertinggi.
Berdasarkan pernyataan itu, dapat dikatakan bahwa wacana merupakan satuan bahasa
terlengkap, yang dalam hirarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau
terbesar.

Menurut Alwi, dkk (2003:42), wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga
membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Menurut Tarigan (dalam
Djajasudarma, 1994:5), wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di
atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang
mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata.

Lebih lanjut, menurut Kinneavy (dalam Supardo 1988:54) wacana pada umumnya adalah
teks yang lengkap yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan yang tersusun oleh
kalimat yang berkaitan, tidak harus selalu menampilkan isi yang koheren secara rasional.
Wacana dapat diarahkan ke satu tujuan bahasa atau mengacu sejenis kenyataan.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan
bahasa yang terstruktur secara lengkap yang disajikan secara teratur dan membentuk suatu
makna yang disampaikan secara tertulis maupun lisan. Dalam peristiwa komunikasi secara
lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antar penyapa dan pesapa,
sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan
ide/gagasan penulis.

Wacana berasal dari bahasa Inggris “discourse” merupakan tulisan atau ucapan yang
merupakan wujud penyampaian pikiran secara formal dan teratur. Dalam realisasinya wacana
diwujudkan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedi, dan
sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Wacana yang
diwujudkan dalam bentuk karangan akan ditandai oleh satu judul karangan. Wacana yang
diwujudkan dalam bentuk karangan (karangan yang dituliskan) akan ditandai oleh satu judul
karangan. jika karanagan itu dilisankan, maka wacana tersebut akan ditandai oleh adanya
permulaan salam pembuka dan adanya penyelesaian dengan salam penutup.

Di atas dikatakan bahwa wacana dapat berbentuk karangan utuh, paragraf, kalimat, atau
kata. Hal ini menunjukkan bahwa panjang pendeknya karangan bersifat relatif. Artinya,
wacana itu dapat panjang sampai berjilid-jilid, dapat pula hanya atas satu paragraf. Jadi ciri
penanda wacana bukan dilihat dari panjang pendeknya pernyataan, tetapi dilihat dari
kelengkapan amanat yang disampaikan.

2. Ciri-Ciri Wacana

Ciri-ciri wacana adalah sebagai berikut :

1. Terdapat tema
2. Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
3. Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
4. Memiliki hubungan koherensi
5. Memiliki hubungan kohesi
6. Medium bisa lisan maupun tulis
7. Sesuai dengan konteks

Wacana dapat dibeda-bedakan atas beberapa macam penggolongan. Dapat dibedakan atas
wacana ilmiah dan nonilmiah. Dapat dibedakan atas wacana fiksi dan nonfiksi. Dan masih
dapat dibedakan atas penggolongan lain lagi, sesuai dengan kebutuhan penulisnya. Adanya
berbagai macam penggolongan itu disebabkan oleh perbedaan dasar penggolongan masing-
masing. Penulis dapat membedakan wacana menurut dasar penggolongan tertentu, sesuai
dengan kebutuhan pembahasannya. Wacana bedasarkan cara pemaparannya di golongkan
dalam lima bentuk, yakni narasi (kisahan), deskripsi (perian), eksposisi (paparan),
argumentasi (bahasan), persuasi.

3. Kohesi dan Koherensi

Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai penggunaan unsur bahasa.
Kohesi dalam wacana artinya terdapat keserasian hubungan unsur-unsur dalam wacana.
Konsep kohesi pada dasarnya mengacu pada bentuk, artinya unsur-unsur wacana (kata atau
kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki ketertkaitan secara padu
dan utuh.

Koherensi adalah keterkaitan antara bagian satu dengan bagian yang lainnya, sehingga
kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh. Koherensi dalam wacana artinya wacana
tersebut terpadu sehingga mengandung pengertian yang apik dan benar.

Kohesi merujuk pada perpaduan bentuk sedangkan koherensi pada perpautan makna. Pada
umumnya, wacana yang baik memiliki keduanya. Kalimat atau kata yang dipakai bertautan,
pengertian yang satu menyambung pengertian yang lainnya secara berturut-turut. Jadi,
wacana yang kohesif dan koheren merupakan wacana yang utuh.

4. Syarat-Syarat Pembangunan Wacana yang Baik

Agar wacana menjadi baik, kita harus memperhatikan persyaratan dalam pembangunan
wacana. Syarat tersebut adalah wacana tersebut harus kohesif dan koheren. Bila wacana
tersebut kohesif dan koheren, akan terciptalah wacana yang memiliki kepaduan, kesatuan,
kelengkapan.

 Kepaduan Wacana

Untuk mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus kita lakukan adalah kemampuan
merangkai kalimat dan paragraf sehingga bertalian secara logis dan padu. Untuk
mempertahankan kalimat dan paragraf agar tetap logis kita harus menggunakan kata hubung.

Terdapat dua jenis kata hubung yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata penghubung
antarkalimat. Kata penghubung intrakalimat adalah kata yang menghubungkan antara anak
kalimat dengan induk kalimat, sedangkan kata penghubung antarkalimat adalah kata yang
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Contoh kata penghubung
intrakalimat yaitu karena, sehingga, tetapi, sedangkan, apabila, jika, maka dan lain-lain.
Contoh kata penghubung antarkalimat yakni oleh karena itu, jadi, kemudian, namun,
selanjutnya, bahkan dan lain-lain.

 Kesatuan Wacana

Selain kepaduan, persyaratan penulisan wacana yang baik adalah prinsip kesatuan. Yang
dimaksud dengan prinsip kesatuan wacana adalah tiap paragraf-paragraf sebagai penyusun
wacanamemilikiketerkaitanyangdibahas.
Keterkaitan tersebut dapat dilakukan, misalnya dengan menggunakan pola pengembangan
khusus ke umum. Dengan pengembangan cara ini kita mampu menjeaskan sesuatu dengan
secara umum terlebih dahulu.

 Kelengkapan Wacana

Sebuah wacana dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat paragraf-paragraf yang


menjadi inti dari suatu pembahasan yang diangkat dalam wacana tersebut secara lengkap
untuk menunjuk pokok pikiran. Ciri-ciri paragraf penjelas yaitu berisi penjelasan-penjelasan
berupa rincian, keterangan, contoh dan lain-lain. Paragraf penjelas juga memerlukan kata
penghubung, baik kata penghhubung antarkalimat maupun intrakalimat.

5. Jenis-Jenis Wacana

1. Wacana Berdasarkan Media Komunikasi

Berdasarkan media komunikasi, wacana dibedakan menjadi dua wacana lisan dan wacana
tulis. Berikut penjelasanya :

 Wacana Lisan

Menurut Henry Guntur Tarigan wacana lisan adalah wacana yang disampaikan secara
lisan, melalui media lisan. Sedangkan, Menurut Mulyana wacana lisan adalah jenis wacana
yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal. Jenis wacana ini sering
disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran (utterance). Pada dasarnya bahasa lahir melalui
mulut atau lisan.

Oleh karena itu, wacana yang paling utama, primer, dan sebenarnya adalah wacana lisan.
Jauh sebelum manusia mengenal huruf, bahasa telah digunakan oleh manusia. Bahasa lisan
menjadi bahasa yang utama dalam hidup manusia karena lebih dahulu dikenal dan digunakan
oleh manusia dari pada bahasa tulis.

Wacana lisan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Wacana lisan memerlukan daya simak yang tinggi agar interaksi tidak
terputus.
2. Wacana lisan sulit diulang, dalam arti mengulang hal yang sama dengan
ujaran pertama.
3. Wacana lisan dapat dilengkapi dengan gerakan anggota tubuh untuk
memperjelas makna yang dimaksud.
4. Wacana lisan biasanya lebih pendek daripada wacana tulis.
5. Wacana lisan juga melibatkan unsur kebiasaan atau pengetahuan yang telah
diketahui bersama

 Wacana Tulis

Menurut Henry Guntur Tarigan wacana tulis adalah wacana yang disampaikan secara
tertulis, melalui media tulis. Sedangkan menurut Mulyana, wacana tulis adalah jenis wacana
yang disampaikan melalui tulisan.

Berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui


tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisian untuk
menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang dapat
mewakili kreativitas manusia. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat,
paragraf atau karangan yang utuh (buku, novel, ensiklopedia, dan lain-lain) yang membawa
amanat yang lengkap dan cukup jelas berorientasi pada jenis wacana tulis.

Wacana tulis mulai dikenal setelah ditemukan huruf. Huruf dibuat untuk mengganti peran
bunyi bahasa sehingga biasanya orang mengatakan bahwa huruf adalah lambang bunyi.
Huruf – huruf itu dipelajari manusia dan kemudian digunakan untuk menyampaikan
informasi kepada orang lain yang tinggal berjauhan.

Wacana lisan memiliki ciri –ciri sebagai berikut :

1. Wacana tulis biasanya panjang dan menggunakan bentuk bahasa yang baku
2. Wacana tulis dapat dilihat kembali tanpa ada perbedaan unit–unit
kebahasaannya.
3. Wacana tulis biasanya mempunyai unsur kebahasan yang lengkap
2. Wacana Berdasarkan Pelibatnya

Berdasarkan cara pelibatnya, wacana dibedakan menjadi tiga. Wacana monolog, wacana
dialog, dan wacana polilog. Berikut penjelasanya :

 Wacana Monolog

Pada wacana monolog pendengar tidak memberikan tanggapan secara langsung atas
ucapan pembicara. Contohnya pidato,ceramah.

 Wacana Dialog

Apabila peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi pergantian peran
Contohnya antara dua orang yang sedang mengadakan perbincangan.

 Wacana Polilog

Apabila peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran.
Contohnya perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran pembicara dan
pendengar.
3. Wacana Berdasarkan Cara Pemaparan

Berdasarkan cara pemaparan, wacana dibedakan menjadi lima. Wacana narasi, deskripsi,
eksposisi, argumentatif, dan persuasi. Berikut penjelasanya :

 Wacana Narasi

Istilah narasi (dalam bahasa inggris: naration) berarti kisahan. Penyusunan wacana narasi
erat kaitannya dengan rangkaian peristiwa. Wacana ini berusaha menyampaikan serangkaian
kejadian menurut urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada sebuah kejadian
atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik hikmahnya dari cerita itu.

Penataan gagasan dilakukan secara kronologis berdasarkan atas urutan waktu. Wacana
narasi berisi fakta-fakta yang benar terjadi atau pula berupa khayalan. Wacana narasi yang
berupa fakta misalnya otobiografi seorang tokoh terkenal dan sebaliknya wacana yang
berbentuk novel, cerpen, roman, hikayat, drama, dan lain-lain digolongkan dalam wacana
yang fiktif. Selain apa yang ada di atas terdapat beberapa bentuk lain yang termasuk narasi
faktual, yaitu anekdot, laporan perjalanan, pengalaman seseorang.

Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah :

1. kejadian,
2. tokoh,
3. konflik,
4. alur/plot.
5. latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.

Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut :

1. menentukan tema cerita


2. menentukan tujuan
3. mendaftarkan topik atau gagasan pokok
4. menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara kronologis atau
urutan waktu.
5. mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Perhatikan contoh Narasi Berikut:

Bandar Upal Diringkus

Bandar uang palsu (upal) yang beredar di kawasan Surabaya Timur, Asmat Syaeri 27
diringkus di rumahnya di kawasan Bulak Banteng Gg Lebar 10A oleh Polsekta Kenjeran,
Kamis (20/3). Tersangka ditangkap setelah menjadi buron hampir setahun. Penangkapan ini
berdasarkan informasi dan pengembangan tiga orang pengedar upal yang telah tertangkap
Polresta Surabaya Timur dan Polsekta Rungkut Ketiga pelaku tersebut, Nurhaji 40, Rohimah
35, dan Hatip 25 ditangkap dua bulan lalu. Keduanya ditangkap ketika membelanjakan
upalnya di toko kawasan Jalan Kapasan. Dari tersangka disita upal senilai Rp.200.000,00
dalam pecahan Rp.20.000-an.
Sementara Hatip ditangkap Polsekta Rungkut saat membeli rokok dan buah pakai uang
palsu di kawasan Kali Rungkut. Petugas menyita barang bukti upal Rp.2.020.000 serta enam
bungkus rokok.

 Wacana Deskripsi

Istilah deskripsi (dalam bahasa Inggris : description) artinya perian. Wacana deskripsi
adalah wacana yang menggambarkan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga
pembaca dapat melihat, mendengar, mencium, dan merasakan apa yang dipahaminya itu
sesuai dengan pikiran penulisnya. Wacana ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang
sesuatu, dengan kesan utama sebagai pengikat semua kesan yang dilukisnya.

Wacana deskripsi ini ada dua macam, yaitu wacana deskripsi yang faktawi dan wacana
deskripsi yang khayali. Wacana deskripsi yang pertama merupakan wacana yang berusaha
menjelaskan bangun, ukuran, susunan, warna, bahan sesuatu menurut kenyataan, dengan
tujuan untuk memberitahu/memberi informasi saja.

Wacana deskripsi yang kedua merupakan wacana deskripsi yang berusaha menjelaskan
ciri-ciri fisik, cara-cara berlaku, sikap-sikap seseorang, keadaan suatu tempat menurut
khayalan penulisnya. Hal ini bertujuan membangun alur cerita agar lebih mampu
memberikan gambaran ke depan dan mampu menarik keingintahuan pembaca.

Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:

1. menentukan objek pengamatan


2. menentukan tujuan
3. mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
4. menyusun kerangka karangan
5. mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Perhatikan contoh berikut

SLTP Raiders Makasar


Membantu Anak Jalanan untuk Terus Bersekolah

Irfan sempat setahun meninggalkan bangku sekolah. Setamat SD anak ketiga dari empat
bersaudara ini terpaksa harus turun ke jalan, menjajakan koran di lampu-lampu merah kota
Makasar. Ketidakmampuan orang tua membuyarkan harapannya untuk melanjutkan
pendidikan ke SLTP, jenjang yang lebih tinggi dari ijazah yang dipunyainya.

Di tengah kehilangan pengharapan, dia memperoleh informasi ada sekolah yang bisa
member kesempatan untuk terus belajar. Sekolah itu adalah SLTP Raiders Makasar. Tak
banyak persyaratan, tidak mesti mengeluarkan biaya yang cukup besar, sebagaimana
lazimnya di lembaga pendidikan formal lain. Ke sanalah irfan ditemani orang tuanya.

Kepala SLTP Raiders Makasar, Wahyudin Hakim, S.Pd. M.Hum.menuturkan sedikitnya


ada sepuluh orang anak jalanan yang ditampung di sekolah ini. Tak hanya putus sekolah
karena ketidakmampuan orang tua, tapi hamper semuanya juga sudah menjadi pekerja,
mencari uang untuk membantu orang tua.
Kebijakan seperti apa yang diberikan kepada mereka? Wahyu menuturkan tidak ada
persyaratan administratif yang ketat, misalnya harus ada surat pindah atau keterangan lain
dari sekolah sebelumnya. “Kalau sudah menunjukkan ijazah SD yang dimilikinya kita terima.
Yang penting mereka bisa bersekolah.”, tuturnya. Hanya saja menurut Wahyu meski sudah
kembali bersekolah tapi semuanya masih melakukan aktivitas kesehariannya, mencari uang
di luar waktu sekolah.

Soal biaya, Wahyu mengatakan, “Kita tidak memberikan beban biaya pendaftaran.”.
kebijakan lain SPP hanya dikenai separo yang besarnya RP. 13.000 per bulan. Itu pun tidak
semua mampu membayar, meski telah diberi keringanan. Menghadapi kenyataan semacam
ini, pihak sekolah tidak bisa berbuat banyak. “Yayasan tidak masalah”, tuturnya.

SLTP Raiders Makasar memang bukan sekolah favorit di kota itu. Terletak di kelurahan
Tamamaung, kecamatan Panaklukang, Makasar, lokasi sekolah ini tidak berada di jalan
utama. Bangunan sekolah berlantai dua seluas 380 meter persegi dibangun di atas lahan
seluas 410 meter persegi.

Dibangun pada 1987 kini SLTP Raiders membina 89 siswa yang terdiri atas tiga kelas
masing kelas I, kelas II, dan kelas III. “Ada tiga kelas dipakai dari lima kelas yang ada.”,
katanya. Para siswa itu dididik oleh 13 guru, dua diantaranya guru negeri yang
diperbantukan.

Disbanding tahun-tahun sebelumnya, sekolah ini pernah mendidik siswa dalam jumlah
yang cukup. Semua kelas terpakai tidak seperti sekarang, hanya tiga dari lima kelas yang ada.
“tahun 1989, kita pernah punya siswa lima kelas.”, kata Wahyu.

Meski mengalami gelombang surut dalam jumlah siswa, tapi dia masih menyimpan
optimisme di tengah kesederhanaannya. “Saya optimis sekolah ini bisa berkembang.”,
katanya. “Apalagi ada kebersamaan di antara sesame guru.”.

 Wacana Eksposisi

Istilah eksposisi (dalam bahasa Inggris : exposition) yang artinya membuka atau memulai.
Wacana eksposisi adalah wacana yang berusaha menerangkan atau menjelaskan pokok
pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca karangan itu.

Wacana ini bertujuan menyampaikan fakta-fakta secara teratur, logis, dan saling bertautan
dengan maksud untuk menjelaskan sesuatu ide, istilah, masalah, proses, unsur-unsur sesuatu,
hubungan sebab-akibat, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar diketahui oleh pembaca.

Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu sebagai berikut.

1. menentukan objek pengamatan


2. menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi
3. mengumpulkan data atau bahan
4. menyusun kerangka karangan, dan
5. mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Perhatikan Contoh Berikut


Konsep Pengajaran SD Islam Disamakan

Sebanyak 44 guru SD Islam se-Sidoharjo selama tiga hari melakukan pelatihan guna
meningkatkan profesionalitas dan pengelolaan proses belajar-mengajar. Pelatihan yang
dilakukan Konsorsium Pendidikan Islam (KPI) bekerja sama dengan Yayasan Dana Sosial
Alfalah (YDSF) ini, dilakukan bertahap. Untuk awal minggu ini pelatihan diprioritaskan pada
guru IPA.

Saifullah, seorang pengurus KPI usia pembukaan pelatihan mengatakan perlunya pelatihan
dikarenakan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah Islam mulai berkurang. Selain itu,
belum terjadinya komunikasi yang baik antarsekolah Islam.

“Melalui pelatihan ini semua guru SD Islam yang ada akan dihadapkan pada kesamaan
konsep pengajaran dengan landasan Islam,” jelasnya. Ini mencontohkan bila selama ini
seorang guru yang mengajar keilmuan misalnya fenomena gerhana matahari selalu dilihat
dari sisi ilmiah saja. “Dengan pelatihan guru SD Islam ini, setidaknya nanti fenomena alam
seperti gerhana matahari akan diwarnai dengan sudut ilmu keislaman,” papar Saifullah.

Hadir dalam kesempatan itu Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Sidoharjo, Tafrani
SH dan Penilik Pendidikan Agama Islam dari Departemen Agama, Bashori.

 Wacana Argumentasi

Wacana argumentasi adalah wacana yang berusaha memberikan alasan untuk memperkuat
atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Wacana ini termasuk wacana yang
paling sulit bila dibandingkan dengan wacana-wacana lain yang telah diuraikan terdahulu.
Kesulitan tersebut muncul karena perlu adanya alasan dan bukti yang dapat menyakinkan,
sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan
keyakinannya.

Penulis argumen harus berpikir kritis dan logis serta mau menerima pendapat orang lain
sebagai bahan pertimbangan. Agar dapat mengajukan argumentasi, penulis argumentasi harus
memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas tentang apa yang dibicarakan itu. Kelogisan
berpikir, keterbukaan sikap, dan keluasaan pandangan memiliki peranan yang besar untuk
mempengaruhi orang lain. Ini semua merupakan persyaratan yang diperlukan untuk
menyusun wacana argumentasi.

Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.

1. Menentukan tema atau topik permasalahan


2. Merumuskan tujuan penulisan
3. Mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan
yang mendukung
4. Menyusun kerangka karangan
5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan

Perhatikan contoh berikut

Ada yang Bertindak Membabi Buta


Sekarang ini kita lihat ada yang bertindak membabi buta. Jauh dari semangat reformasi. Di
dalam tubuh bangsa ini banyak orang yang bukan minta maaf dalam berbuat dosa dan
kesalahan, tetapi malah justru meningkatkan perbuatan dosanya itu dengan berlipat ganda
dari waktu ke waktu.

Keadaan semakin gawat dan semakin tertutup sulit dideteksi. Tindakan mereka itu
menunjukkan kalau mereka semakin merasa tidak berdosa untuk berbuat kedhaliman yang
luar biasa jahatnya. Kata-kata saya ini merujuk pada orang yang menjadi dalang kerusuhan-
kerusuhan yang tidak pernah kapok menumpahkan darah anak-anak bangsanya sendiri di
berbagai wilayah dan daerah di negara kita. Ini betul-betul sebuah kemunduran yang sangat
serius dari sifat kemanusiaan bangsa kita sebagai sebuah bangsa besar, bangsa Indonesia.

Beberapa waktu ini saya pergi ke Jakarta di Wisma Ahmad Yani di dekat Taman Suropati.
Di sana dikumpulkan tokoh-tokoh Nasional. Karena saya memang pernah mengatakan kala
ada sebuah usulan yang bagus, inisiatif yang baik, darimanapun datangnya maka seperti
ajaran Muhammadiyah kita harus mendatangiya. Nah pertemuan malam itu namanya
pertemuan tokoh Ciganjur Plus yang terdiri dari Sri Sultan HB X, Abdurrahman Wahid,
Megawati, Amin Rais, Jenderal Wiranto, Setiawan Jodi, Jenderal SB Yudhoyono, Nurcholis
Majid dan lain-lain.

Saya mengatakan kepada Jenderal Wiranto bahwa saya ini sebagai anggota masyarakat
yang awam dan tidak ahli dalam bidang intelijen, bukan ahli asalah hankam, tetapi sebagai
orang awam pun sayan prihatin melihat seluruh kejadian kerusuhan dan seluruh ledakan
sosial yang terjadi di negeri ini yang telah menumpahkan banyak darah sesama anak bangsa.
Modus operandinya lebih kurang sama dan selalu mirip. Saya katakan pada Pak Wiranto
bahwa kejadian di Banyuwangi berlanjut ke Semanggi ke Ketapang.

Ke Kupang kembali ke Lohksumawe Aceh, ke Krawang kemudian sekarang di Ambon


Maluku dan nanti entah di mana lagi itu jelas ada pemegang skenarionya ada barisan
provokatornya, ada barisan pelakunya, ada dalang-dalangnya dan lain-lain. Kemudian saya
katakan ini bukan pekerjaan orang biasa. Bukan pekerjaan orang-orang kampong yang buta
huruf atau orang-orang tidak terdidik. Tetapi, semua ini dilakukan orang-orang terlatih
dengan baik yang terorganisir dengan baik dan terkondisi dengan baik pula dan ada
pendanaan yang baik pula. Bukan dilakukan oleh Paijo dan Paijem yang buta huruf itu.
Tetapi ini jelas dilakukan dalam scenario yang sistematik.

 Wacana Persuasi

Pesuasi (dalam bahasa Inggris : persuasion) merupakan suatu cara yang dilakukan oleh
orang untuk menyakinkan orang lain agar orang tersebut mau melakukan apa yang yang
dikehendaki penulis baik masa sekarang atau masa yang akan datang. Dengan demikian,
wacana persuasi adalah wacana yang disusun penulis dengan tujuan akhir agar pembaca mau
melakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki penulis dalam wacana tersebut.

Untuk itu, wacana semacam ini erat kaitannya upaya penulis untuk mempengaruhi cara-
cara pengambilan keputusan pembaca. Keberhasilan penulis menyusun wacana persuasi akan
mengakibatkan keputusan-keputusan pembaca merupakan keputusan yang disasarkan atas
kesadarannya sendiri, dilakukan secara bijak, dan benar.

Perhatikan Contoh Berikut


Kurangi Efek Samping Obat Kimia

Pengobatan menggunakan bahan-bahan alami seperti tumbuhan, sudah lama dikenal


masyarakat. Keahlian meracik atau membuat ramuan yang sering disebut jamu ini adalah
salah satu warisan nenek moyangyang harus terus kita gali dan kembangkan.

Karena itu sentra-sentra pengobatan alternative, terutama yang menggunakan bahan-bahan


alami seperti tanaman obat keluarga (Toga) harus dibina, dikaji dan diteliti sejauh mana
manfaatnya bagi kesehatan masyarakat, demikian dikatakan Prof Dr. dr PG Konthen, Ketua
Sentra P3T (Penelitian, Pengembangan dan Penggunaan Obat Tradisional).

Kepada Surya seusai meresmikan Warung Toga 2 Dayang Sumbi di Desa Puri,
Mojokerto, Kamis (8/5) lalu, Prof Konthen menyatakan menggunakan obat-obat tradisional
seperti Jamu Toga, semakin diminati masyarakat. Karena itu, lanjut dia, P3T berkewajiban
melakukan pendekatan dan pembinaan pada sentra pengobatan tradisional, guna meneliti
apakah pengobatan yang dilakukan memang berkhasiat baik dan aman.

Ia menjelaskan bila pengobatan menggunakan bahan alami ini ternyata dicari banyak
orang, karena mereka merasakan khasiatnya dan tidak ditemukan efek samping maka produk
tersebut bisa diangkat ke permukaan dan direkomendasikan menjadi obat alternatif di
samping obat modern atau kimia. “Tetapi tentu saja obat itu harganya harus dapat dijangkau
masyarakat atau tidak lebih mahal dari obat-obatan modern,” kata Kothen.

Bila obat alternatif itu lebih mahal dari obat-obatan modern, meskipun khasiat atau
kegunaannya dicari masyarakat maka perlu dilakukan pendekatan agar produsen mau
memikirkan harganya bisa dijangkau masyarakat. Sebab tujuan orang beralih ke pengobatan
alternative salah satunya memperoleh pengobatan dengan harga lebih murah daripada dating
ke dokter atau beli obat di apotik. “Kalau lebih mahal dari pengobatan modern, untuk apa,”
ujar Kothen.

\
Daftar Pustaka

Gurupendidikan.co.id. 2019. Paragraf.

(https://www.gurupendidikan.co.id/paragraf) diakses tanggal 15 September 2019.

Gurupendidikan.co.id. 2019. Wacana.

(https://www.gurupendidikan.co.id/wacana-adalah) diakses tanggal 15 September 2019.

Ruangseni.com. 2016. Jenis-jenis paragraf dan contohnya.

(https://ruangseni.com/jenis-jenis-paragraf-dan-contohnya) diakses pada 19 September

2019.
MAKALAH

PARAGRAF DAN WACANA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3 :

1. Adelia Indriyani (08061281924028)

2. Arini Luvita Sari (08061281924056)

3. Cyntia Claudia (08061181924008)

4. Fariz Alfarrazi (08061281924044)

5. M.Adam Rizky (080613814090)

6. Namira Ramayani (08061181924012)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
Daftar isi

Kata Pengantar.....................................................................................................1

Daftar Isi...............................................................................................................2

Paragraf.................................................................................................................3

Wacana..................................................................................................................9

Daftar Pustaka.......................................................................................................19

Anda mungkin juga menyukai