Anda di halaman 1dari 7

STUDI KASUS

Penatalaksanaan Miksoma Odontogenik Periferal Maksila Sinistra pada Penderita Geriatri


Pasca Stroke Non Hemoragik dengan Anestesi Umum

Anik Khoiriyah*, Maria Goreti Widastuti**, dan Cahya Yustisia Hasan**


*Program Studi Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
**Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
*Jl Denta No 1 Sekip Utara, Yogyakarta, Indonesia; e-mail: anikbayuadji@gmail.com

ABSTRAK
Miksoma odontogenik tipe periferal adalah miksoma yang berlokasi pada jaringan lunak, tumbuh lambat, kurang agresif dan
mempunyai tingkat rekurensi yang rendah dibandingkan dengan miksoma odontogenik tipe sentral. Miksoma odontogenik
periferal bisa terjadi pada setiap dekade kehidupan, paling banyak terjadi pada dekade keempat. Tujuan penulisan studi kasus
ini adalah melaporkan keberhasilan eksisi miksoma odontogenik periferal yang terjadi pada pasien geriatri pasca stroke non
hemoragik. Seorang pasien wanita usia 74 tahun, terdapat benjolan di gingiva rahang atas kiri, timbul sejak 3 bulan yang lalu,
tidak sakit, tidak mudah berdarah, tetapi mengganggu pengunyahan. Pasien memiliki riwayat stroke non hemoragik yang
terkontrol. Eksisi lesi dan kuretase tulang dilakukan dengan anestesi umum. Hasil pasca operasi, setelah dilakukan follow-up
selama 6 bulan, tidak ada keluhan pasien terkait dengan penyakit yang diderita, tidak dehisensi, tidak kambuh dan prognosis
baik. Eksisi miksoma odontogenik periferal yang terjadi pada pasien geriatri pasca stroke non hemoragik bisa dilakukan, tetapi
harus dengan persiapan perioperatif yang optimal, meliputi konsultasi ke bagian neurologi, kardiologi dan rawat bersama
dengan bagian penyakit dalam sub bagian geriatri, untuk meminimalkan interaksi obat-obatan yang diberikan dan mencegah
komplikasi pasca operasi.
MKGK. Desember 2015; 1(2): 127-133

Kata kunci: miksoma odontogenik periferal, geriatri, stroke non hemoragik

ABSTRACT: Excision Peripheral Odontogenic Myxoma of the Maxillary Sinistra on Post Stroke Non-Hemorrhagic
Patients under General Anesthesia. Peripheral odontogenic myxoma is a myxoma located on soft tissue, growing slowly,
less aggressive and owning low recurrency rate compared to central odontogenic myxoma. Peripheral odontogenic myxoma
may occur in every decade of life, mostly in the fourth decade. The aim of this report is to expose the successful excision of
peripheral odontogenic myxoma on post non-hemorrhagic stroke of geriatric patient. A seventy-four-year-old woman had a
pedunculated mass on the left maxillary gingivitis. It had been growing for 3 months, non-tender, non-bleeding but causing
chewing inconvenience. She had a controlled non-hemorrhage stroke. An excision of lesion and bone curettage was conducted
under general anesthesia. Six months after the operation, the follow-up showed no further complaints concerning her disease,
no dehiscence, no recurrence, and the prognosis was good. It can be concluded that the excision of peripheral odontogenic
myxoma on post non-hemorrhagic stroke of geriatric patients was feasible. However, it must be conducted under adequate
perioperative preparation, which consists of neurology and cardiology consultation and joint treatment between internal
department and geriatric sub-department to minimize drug interaction and to prevent post-operative complication.
MKGK. Desember 2015; 1(2): 127-133

Keywords: peripheral odontogenic myxoma, geriatric, non haemorrhagic stroke

PENDAHULUAN rendah dibandingkan dengan miksoma


Miksoma odontogenik merupakan tumor jinak odontogenik sentral.3 Miksoma odontogenik
rongga mulut yang berasal dari jaringan periferal dapat terjadi pada semua dekade
mesenkim, misalnya folikel gigi, papila atau kehidupan, terutama pada dekade keempat.4
ligamen periodontal. Secara klinis, miksoma Beberapa teori tentang patogenesis
odontogenik dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe miksoma odontogenik periferal telah
sentral dan periferal. Miksoma tipe sentral dilaporkan. Salah satu teori menyebutkan
merupakan lesi di dalam tulang yang tumbuh bahwa fibroblast dan miofibroblas memainkan
dan mendesak secara lambat dan pada peranan penting disertai adanya sel
akhirnya menembus korteks tulang. Miksoma mesenkim, misalnya papila dental atau
tipe periferal berlokasi pada jaringan lunak.1 membran periodontal.4
Insidensi miksoma odontogenik Secara klinis, miksoma periferal sulit
adalah 3-6% dari keseluruhan tumor di rongga dibedakan dengan kasus enlargement gingiva,
mulut. Miksoma odontogeik periferal sangat sehingga tindakan biopsi dan pemeriksaan
jarang, jika dibandingkan dengan miksoma histopatologis merupakan pilihan dalam
odontogenik sentral. Hanya sedikit kasus yang penegakan diagnosis.5 Gambaran radiografis
dilaporkan dan datanya tidak dicatat secara miksoma odontogenik periferal bervariasi,
lengkap.2 Miksoma odontogenik periferal sebagian terdapat dekstruksi tulang, dan
merupakan tumor jinak, tumbuh lambat, sebagian lainnya tidak terdapat destruksi
kurang agresif, dan tingkat frekurensinya tulang.4 Secara histopatologis miksoma

127
MKGK. Desember 2015; 1(2): 127-133
e-ISSN: 2460-0059

odontogenik periferal tidak berkapsul dan Berdasarkan penyebabnya, stroke


infiltrasi ke dalam jaringan lunak. Fibroblast dibedakan menjadi stroke hemoragik
berbentuk stellate dan spindle ditemukan (perdarahan) dan stroke non hemoragik
tersebar pada stroma jaringan ikat miksoid.6 (iskemik). Stroke hemoragik terjadi karena
Pilihan perawatan miksoma pembuluh darah di otak pecah sehingga
odontogenik periferal adalah bedah konservatif menghambat aliran darah, kemudian
dengan tindakan eksisi dan kuretase karena merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
secara histologi merupakan tumor jinak dan merusaknya. Stroke iskemik terjadi karena
tidak melibatkan tulang.7 Miksoma aliran darah di otak terhambat akibat
odontogenik periferal jarang mengalami aterosklerosis, bekuan darah, endapan lemak
rekurensi setelah dilakukan tindakan eksisi dan lain-lain yang menyumbat pembuluh
dan kuretase.8 darah sehingga otak kekurangan oksigen.13
Diagnosis banding dari miksoma Pasien yang mengalami stroke akut
odontogenik periferal secara klinis adalah akan mengalami gangguan autoregulasi dan
granuloma dan fibroma.7 Beberapa miksoma kemoregulasi cerebrovascular untuk beberapa
odontogenik periferal yang kecil juga sering bulan. Hal ini menyebabkan resiko hipoperfusi
salah didiagnosis sebagai epulis fibromatosa.2 serebral, khususnya pada penggunaan
Evaluasi medis perioperatif pada anestesi umum dan akibat fisiologis dari
pasien geriatri berbeda dengan pasien dewasa pembedahan, misalnya; perdarahan, anemia
muda mengingat perubahan-perubahan dan hipotensi. Operasi elektif pada pasien
struktur akibat proses degeneratif yang terjadi stroke akut ditunda satu sampai tiga bulan
pada sistem kardiovaskuler, respirasi, ginjal setelahnya untuk mencegah terjadinya stroke
dan sistem saraf pusat. Perubahan-perubahan pasca operasi.14
tersebut akan mempengaruhi penurunan Pasien dengan riwayat stroke sering
fungsi organ dan penyakit-penyakit mendapatkan obat-obatan antiplatelet, untuk
degeneratif, yang dapat meningkatkan mencegah terjadinya stroke berulang.
komplikasi pasca operasi, dan efek samping Pemberian antiplatelet misalnya aspirin,
obat-obat yang diberikan.9 klopidogrel, atau dipiridamol, dapat
Persiapan perioperatif harus dilakukan mempengaruhi agregasi platelet, sehingga
secara optimal. Persiapan pre operatif harus dimonitor dengan pemeriksaan
meliputi, evaluasi jantung, paru-paru, status bleeding time (BT). Nillai BT ≥ 10 menit
fungsional dan riwayat jatuh, status nutrisi, potensial dalam meningkatkan resiko
riwayat obat-obat yang digunakan dan monitor perdarahan selama prosedur operasi, tapi
adanya polifarmasi dan jenis prosedur resiko ini biasanya tidak menjadi signifikan
operasi.10 Status fungsional dapat dievaluasi sampai nilai BT ≥ 20 menit.15
dengan instrumen indeks meliputi; Activity of Laporan kasus ini memberikan
Daily Living (ADL), Mini-Mental State informasi mengenai tahapan-tahapan
Examination (MMSE), Geriatric Depression manajemen pembedahan berupa eksisi
Scale (GDS) dan resiko jatuh.9 Polifarmasi miksoma periferal pada pasien geriatri dengan
meningkatkan resiko komplikasi post operasi, komorbiditas berupa stroke non hemorrhagik
karena adanya kemungkinan interaksi silang di bawah anestesi umum. Pasien telah
obat yang merugikan, dan memperberat kerja menyetujui kasusnya dipublikasikan untuk
hati dan ginjal, karena metabolisme dan kepentingan ilmu pengetahuan (dengan
absorpsi obat banyak terjadi di organ menandatangani informed consent).
tersebut.11
Stroke adalah kejadian neurologis METODE
yang serius dan sering fatal, yang disebabkan Pasien wanita, umur 74 tahun datang
oleh gangguan oksigenasi darah di otak. ke Poli Bedah Mulut Rumah Sakit Sardjito
Etiologi stroke 60-80% adalah trombosis dengan keluhan benjolan di gusi atas kiri yang
pembuluh darah otak. Penyebab lainnya yang dirasakan mengganggu saat makan. Benjolan
paling sering adalah cerebral embolism dan dirasakan sudah ada sejak 3 bulan yang lalu,
intracranial haemorrhage.12 bertambah besar dengan perkembangan yang

128
Khoiriyah, dkk: Penatalaksanaan
Miksoma Odontogenik ....

Gambar 1. Foto klinis ekstra oral dan intra oral

Gambar 2. Rontgen OPG: tampak massa jaringan lunak pada gingiva di sekitar gigi 27,
tanpa destruksi tulang disekitarnya.

lambat, kadang berdarah kalau sikat gigi. operasi. Bagian kardiologi menyatakan bahwa
Pasien memilliki riwayat stroke non hemoragik Cardiac Risk Index klas II, dengan Major
pada bulan Nopember 2010, kontrol rutin di Cardiac Event (MACE) 0,9%. Hasil konsultasi
Poliklinik Saraf RSUP Dr Sardjito dan dengan bagian neurologi, disarankan untuk
mendapatkan obat-obatan klonidine 2x0,5, menghentikan vaclo satu minggu preoperasi
nifedipine 2x10 mg, vaclo 75 mg dan sampai satu bulan. Bagian geriatri melakukan
simvastatin 10 mg setiap 4 hari. Riwayat penilaian awal meliputi meliputi; activity of
alergi, penurunan nafsu makan dan berat Daily Living (ADL), Mini-Mental State
badan secara drastis disangkal. Examination (MMSE), Geriatric Depression
Gambaran radiografis terlihat multiple Scale (GDS) dan resiko jatuh dengan hasil;
radiks gigi 13, 24, 36, tampak massa jaringan resiko kefatalan 85% (Resiko tinggi).
lunak pada gingiva di sekitar gigi 27 mulai dari Persetujuan tindakan medis (informed
regio 24 meluas sampai regio 28, tidak terlihat consent) dibuat dengan menginformasikan
adanya destruksi tulang di sekitar lesi kondisi medis pasien dan resiko medis yang
(Gambar 2). Hasil pemeriksaan laboratorium mungkin terjadi selama atau setelah operasi.
darah semua dalam batas normal. Biopsi insisi Informasi yang disampaikan meliputi
dilakukan dengan anestesi lokal lidocain comp kemungkinan komplikasi kardiovaskuler,
2% 1: 200.000, di poli Bedah Mulut RSUP Dr neurologis, perdarahan, bahkan sampai resiko
Sardjito. Hasil pemeriksaan patologi anatomi kemungkinan terjadi kematian selama atau
JRS-14-217 menyatakan tidak didapatkan setelah operasi.
tanda ganas dan menyimpulkan bahwa lesi Eksisi miksoma, ekstraksi gigi 13, 24
tersebut adalah miksoma dengan ulserasi dan dan 36 dan kuretase tulang dibawahnya
granulasi. sampai terlihat tulang yang sehat untuk
Sebelum melakukan tindakan eksisi mencegah kekambuhan tumor dilakukan
dan kuretase dengan anestesi umum, dengan anestesi umum (Gambar 3). Kuretase
dilakukan persiapan perioperatif meliputi, dilakukan dengan adekuat dan dipastikan tidak
konsultasi ke bagian kardiologi, neurologi dan ada lesi yang tertinggal secara klinis,
rawat bersama dengan bagian geriatri untuk kemudian dilakukan pengembalian flap
mencegah atau meminimalkan komplikasi post dengan suturing (Gambar 4).

129
MKGK. Desember 2015; 1(2): 127-133
e-ISSN: 2460-0059

Gambar 3. Eksisi lesi Gambar 4. Suturing

Gambar 5. Foto klinis ekstra oral post operasi H+7 Gambar 6. Foto klinis intra oral post operasi H+7

Masa tumor difiksasi menggunakan larutan Pemeriksaan klinis ekstra oral, dalam batas
fomalin 10%, untuk dilakukan pemeriksaan normal (Gambar 6). Intra oral, terdapat
patologi anatomi. jahitan pada luka bekas operasi, tidak ada
Pasca operasi pasien diinstruksikan inflamasi dan infeksi (Gambar 7),
untuk diet cair tinggi kalori tinggi protein, selanjutnya jahitan dilepas.
pemberian inj sefotaksim 1 g/12 jam, inj
ketorolak 30 mg/8 jam, inj ranitidin 50 mg/8 PEMBAHASAN
jam, inj dexametason 5 mg/8 jam, inj asam Miksoma odontogenik periferal yang
traneksamat 500 mg/24 jam, obat-obatan rutin terlokalisir hanya pada jaringan lunak sangat
dari teman sejawat penyakit dalam tetap jarang ditemukan. Miksoma periferal tumbuh
diminum sesuai dengan petunjuk. Pasien di dengan lambat, kurang agresif dan memiliki
observasi selama 2 hari post operasi. Kondisi rekurensi yang lebih rendah jika dibandingkan
pasien pada H+2 baik, dan pasien dengan miksoma sentral.4
dipulangkan. Obat-obatan yang diberikan saat Secara klinis pada saaat pertama
pulang adalah Cefixime® tab mg 100, 2 kali diperiksa, lesi didiagnosis sebagai epulis
sehari, asam mefenamat tab mg 500, 3 kali granulomatosa. Miksoma periferal, secara
sehari, minosep gargle btl. I kumur 2 kali klinis sulit dibedakan dengan kasus
sehari. enlargement gingiva yang disebabkan oleh
Hasil pemeriksaan patologi anatomi, inflamasi kronis. Penegakan diagnosis harus
JRS-14-939 menyimpulkan bahwa lesi pada dilakukan dengan pemeriksaan histopatopogi
gingiva maksila sinistra sesuai dengan anatomi.5 Diagnosis kasus ini dilakukan
diagnosis miksoma. Satu minggu setelah dengan biopsi insisi, menggunakan anestesi
operasi, pasien kontrol di Poli BM RSUP Dr lokal lidocain comp 2% 1:200.000. Pasien
Sardjito. Secara subyektif tidak ada keluhan lanjut usia disertai dengan pasca stroke, yang
berkaitan dengan hasil operasi. Keadaan menjalani tindakan bedah secara lokal harus
umum baik, vital sign dalam batas normal. dilakukan dengan cepat tanpa rasa nyeri untuk

130
Khoiriyah, dkk: Penatalaksanaan
Miksoma Odontogenik ....

menghindari stress maupun cemas yang merupakan hipolipidemik paling efektif dan
berlebihan, yang akan menyebabkan aman. Statin dosis tinggi dapat menurunkan
peningkatan tekanan darah. Penggunaan trigliserida yang disebabkan oleh VLDL.
adrenalin sebagai vasokonstriktor pada pasien Klopidogrel merupakan antiplatelet yang
dengan riwayat stroke, yang akan melakukan bekerja menghambat agregasi trombosit yang
operasi lokal, jumlahnya harus disesuaikan, diinduksi oleh ADP yang digunakan untuk
yaitu ≤ 4 ml) dengan komposisi epinefrin pencegahan berulangnya stroke.17
1:100.000 atau 1:200.000. Tekanan darah Pemberian obat-obatan pada pasien
harus selalu dimonitor, menghindari stress dan geriatri dengan riwayat stroke harus hati-hati.
kontrol nyeri merupakan hal yang penting.15 Pasien geriatri mengalami perubahan pada
Hasil pemeriksaan patologi anatomi struktur dan fungsi beberapa organ termasuk
dari biopsi insisi menyimpulkan bahwa lesi hati dan ginjal. Metabolisme dan absorpsi
tersebut adalah miksoma odontogenik, obat-obatan banyak terjadi di hati dan ginjal,
berdasarkan adanya sel-sel yang berbentuk sehingga pada pasien geriatri sebaiknya
stellate dan spindle dan stroma miksoid pada dihindari obat-obatan yang bersifat nefrotoksik
jaringan ikat. Gambaran radiografis pada lesi dan hepatotoksik.9 Obat-obat injeksi yang
ini tidak ada keterlibatan dan destruksi tulang diberikan pasca operasi meliputi sefotaksim
di sekitar lesi, sehingga disimpulkan bahwa sebagai antibiotik untuk mencegah terjadinya
lesi merupakan miksoma tipe periferal. infeksi pasca operasi, ketorolak sebagai
Perawatan miksoma odontogenik pada kasus analgesik untuk mengatasi nyeri,
ini adalah eksisi dan kuretase tulang di sekitar deksametason sebagai antiinflamasi untuk
lesi yang merupakan perawatan yang optimal pencegahan edema laring karena penggunaan
untuk miksoma odontogenik periferal.16 endotrakheal tube selama prosedur anestesi
Persiapan perioperatif pada pasien umum, asam traneksamat sebagai
geriatri dengan riwayat stroke harus dilakukan antifibrinolisis untuk mencegah perdarahan
dengan komprehensif, untuk mencegah atau pasca operasi dan ranitidin sebagai
meminimalkan interaksi obat-obatan yang gastroprotektor untuk melindungi lambung dari
diminum pasien, maupun komplikasi pasca efek samping obat yang lain. Hasil
operasi. Pasien ini mengalami stroke pada pemeriksaan faal hati (SGOT, SGPT) dan faal
bulan November 2010, sehingga sudah dalam ginjal (BUN, creatinin) pada pasien ini semua
batas aman, karena operasi elektif pada masih dalam batas normal, sehingga
pasien dengan riwayat stroke disarankan pemberian obat-obatan yang dimetabolisme di
untuk dilaksanakan 1-3 bulan pasca serangan, hati dan ginjal masih dapat ditoleransi secara
untuk mencegah terjadinya stroke pasca baik.
operasi.14 Klonidin dan nifedipin dilanjutkan
Pasien secara rutin minum obat- untuk mengontrol tekanan darah agar tetap
obatan klonidin 2 x 0,5, nifedipin 2 x 10 mg, optimal. Kesinambungan terapi antihipertensi
vaclo 75 mg dan simvastatin 10 mg setiap 4 praoperasi hingga periode perioperatif sangat
hari. Klonidin terutama bekerja pada reseptor penting, terutama untuk klonidin dan golongan
α-2 di susunan saraf pusat dengan efek penyekat beta. Aspirin, klopidogrel, dan obat-
penurunan simpathetic outflow. Efek hipotensif obatan antiplatelet lainnya meningkatkan
klonidin terjadi karena penurunan resistensi perdarahan perioperatif, dan jika tidak
perifer dan curah jantung. Nifedipin dibutuhkan harus ditunda penggunaanya
merupakan antagonis kalsium yang digunakan selama 7-10 hari.9 Simvastatin tetap
sebagai antiangina dan antihipertensi. dilanjutkan untuk mengontrol kadar kolesterol,
Nifedipin mempunyai efek inotropik in vitro, agar tetap optimal. Statin juga dapat
tetapi karena adanya relaksasi terhadap otot menurunkan insidensi atrial fibrilation, dan
vaskular yang jelas pada dosis rendah, maka efek lain yang berhubungan dengan stroke
disamping tekanan darah menurun, terjadi pasca operasi.14 Efek samping yang paling
peningkatan kontraksi dan frekuensi denyut berbahaya dari asam traneksamat adalah
jantung. Obat ini terutama efektif untuk trombosis umum.17 Pemberian asam
menurunkan kadar kolesterol. Statin saat ini traneksamat pasca operasi pada pasien

131
MKGK. Desember 2015; 1(2): 127-133
e-ISSN: 2460-0059

dengan riwayat stroke harus dibatasi, untuk a rare clinical entity. J of Indian Soc of
mencegah efek samping tersebut, sehingga Periodontol. 2013; 17 (5): 653-56.
pada kasus ini asam traneksamat hanya 4. Aytac D, Yazicioglu, Eren H, Gorgun S.
diberikan satu kali sehari. Obat-obat lain yang Peripheral odontogenic myxoma located
digunakan tidak ada interaksi negatif dengan on on the maxillary gingiva: report of a
obat-obat yang rutin diminum oleh pasien. case and review of the literature. J of Oral
Pasien ini termasuk dalam kategori Maxillofac Surg. 2008; 12 (1): 167-171.
geriatri pasca stroke non hemoragik. Banyak 5. Singhal R, Singh A, Rastogi P, Dixit J.
hal penting yang harus diperhatikan mengingat Odontogenic myxoma presenting as
berbagai perubahan fisiologis terkait dengan localized inflamatory gingival
proses penuaan yang dapat mempengaruhi enlargement; a diagnostic dilemma. J
perawatan perioperatif terkait obat-obatan Indian Soc Periodontol. 012; 16 (2): 461-4
yang diminum pasien karena kondisi pasca 6. Regezi, Sciubba, Jordan. Oral Pathology
stroke. Oleh karena itu, untuk persiapan 6th ed. Missouri: Elsevier; 2012. H. 168-

operasi diperlukan konsultasi di bagian 169


kardiologi, neurologi dan rawat bersama 7. Fomete B, Adebayo ET, Agbara R, Ayuba
dengan bagian penyakit dalam sub bagian GI. Massive peripheral odontogenic
geriatri untuk mendapatkan hasil post operasi myxoma in child: Case report review of
yang optimal. literature. J of Oral and Maxillifacial Surg
Prognosis kasus ini baik, karena Med and Pathol. 2014; 26 (1): 163-165.
perawatan miksoma periferal telah dilakukan 8. Reichart PA, Philipsen OH. Odontogenic
dengan adekuat yaitu eksisi dan kuretase, dan tumors and allied lesions. London:
tidak ada keluhan pasien terkait penyakit yang Quintessence publishing; 2004. H. 189-
diderita, tidak dehisensi, dan tidak kambuh 95.
setelah dilakukan follow-up selama enam 9. Syamsuhidayat R. Kedokteran
bulan. perioperatif: evaluasi dan tata laksana di
Bidang Ilmu Penyakit Dalam FKUI
KESIMPULAN Jakarta: Pusat penerbit ilmu penyakit
Perawatan miksoma odontogenik dalam Fakultas Kedokteran Universitas
pada pasien geriatri disertai dengan riwayat Indonesia; 2007. H. 222-235.
stroke non hemoragik memiliki tingkat 10. Chow WB, Rosenthal RA, Merkow RP,
keberhasilan dan prognosis yang baik jika Ko, CY, Esnaola NF. Optimal
prosedur perioperatifnya dipersiapkan dengan preoperative assesment of the geriatric
optimal, meliputi konsultasi ke bagian surgical patien: a best practice guideline
neurologi, kardiologi dan rawat bersama from the american college of surgeons
dengan bagian penyakit dalam sub bagian national surgical quality improvement
geriatri, untuk meminimalkan interaksi obat- program and the american geriatrics
obat yang diberikan dan mencegah komplikasi society, Am Coll of Surgeons. 2012; (4)
selama dan sesudah operasi. 215: 453-466.
11. Beliveau MM, Multach M. Perioperative
DAFTAR PUSTAKA care for the elderly patient The Mel Clin of
1. Scully C. Oral and maxillofacial medicine North Am. 2003; 87: 273-289.
2nd ed. Edinburgh: Churchil livingstone; 12. Joshi V, Shivkumaran S, Bhargava V,
2008. H. 252-56. Kansara B, Sharma RS. Perioperative
2. Raubenheimer EJ, Noftke CE. Peripheral mangement of the geriatric patient. J of
odontogenic myxoma: A review of the the Indian Academy of Ger. 2006; 2 (1):
literature and report of two cases. J 28-33.
Maxillofac and Oral Surg. 2012; 11 (1): 13. Riadi M. Stroke non hemoragik;
101-104. pengertian dan referensi 2013.
3. Jain VK, Reddy SN. Peripheral www.kajianpustaka.com. diunduh tanggal
odontogenic myxoma of maxillary gingiva: 5 September 2014.

132
Khoiriyah, dkk: Penatalaksanaan
Miksoma Odontogenik ....

14. Mashour GA, Moore LE, Lele AV, 16. Chang SH. Myxoma of the gingiva: A
Robicsek SA, Gelb AW. Perioperative case report and literature Review. Chang
care of patients at high risk for stroke Gung Med J. 2001; 24 (12): 826-31.
during or after non-cardiac, non- 17. Departemen Farmakologi dan Terapi
neurologic surgery: consenssus Fakultas Kedokteran Universitas
statement from the society for Indonesia. Jakarta: Farmakologi dan
neurosience in anesthesiology and critical Terapi. Balai penerbit FKUI; 2007. H. 349,
care. J of Neurosurg Anesth. 2014; 0 (0): 371, 383, 814.
01-13.
15. Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus
NL. Dental Management of the Medically
Compromised Patient. St. Louis Missouri:
Mosby; 2002. H. 426-427.

133

Anda mungkin juga menyukai