HK Ginting, N Supriana
Tinjauan Pustaka
Angiofibroma Nasofaring Juvenil
Hezron K. Ginting, Nana Supriana
Departemen Radioterapi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
E-mail: Kata kunci: juvenile nasopharyngeal angiofibrom a, angiofibr oma nasofar ing
ginsano.medan@gmail.com juvenil, radioterapi, tumor jinak
Keywords: juvenile nasophar yngeal angiofibr oma, r adiother apy, benign tumor
literatur berpendapat bahwa ANJ merupakan tumor proptosis, gangguan pendengaran konduktif, bengkak
fibrovaskuler yang tumbuh dibawah pengaruh sirkulasi pada pipi, dan bahkan defisit pada nervus kranialis III-
dan fluktuasi hormon seksual selama masa pubertas. VI. Pemeriksaan klinis harus dengan menggunakan
Teori yang paling umum adalah teori angiogenik dan endoskopi untuk melihat regio nasal sampai
histogenetik. nasofaring.2,7,8 Tumor yang lebih besar lagi dapat
menyebabkan pendorongan palatum molle sehingga
Pendekatan teori angiogenik dilakukan dengan menyebabkan pembengkakan pada antrum maksila dan
penelitian imunohistokimia (IHK) baik pada stroma meluas hingga fossa infratemporal.9,10,11
maupun pembuluh darah. Beberapa monoklonal
antibodi yang digunakan adalah Transforming Growth Penentuan stadium pada ANJ yang paling umum
Factor β-1 (TGFβ-1), Basic Fibroblast Growth Factor menggunakan sistem klasifikasi Chandler dan
(bFGF), V ascular Endothelial Growth Factor (VEGF) 1 Radkowski yang dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
dan 2 (FLT-1 dan FLK-1) serta Hypoxia Inducible
Factor -1 α (HIF-1α). Penelitian menunjukkan adanya Tabel 1. Sistem klasifikasi ANJ Chandler
peningkatan ekspresi bFGF, TGFβ-1 dan HIF-1 α baik Stadium Deskripsi
pada stroma maupun pembuluh darah, sehingga muncul
I Terbatas pada nasofaring
hipotesis bahwa faktor-faktor yang dilepaskan tersebut
menstimulasi proliferasi fibroblast, pertumbuhan II Meluas ke rongga hidung dan atau sphenoid
endotel dan vaskularisasi tumor oleh mekanisme Perluasan ke 1 atau beberapa hal berikut: antrum,
III ethmoid, pterygomaxillary dan fossa infratemporal,
autokrin.3 orbit, dan / atau pipi
IV Meluas ke rongga tengkorak
Dari banyak gen yang diteliti terkait dengan ANJ, Glu-
Sumber: diterjemahkan dari rujukan no. 5
tathione S-transferase M1 (GSTM1) paling sering
dikaitkan dengan penyebab tumor vaskular ini dan Tabel 2. Sistem klasifikasi ANJ Radkowski
hilangnya ekspresi GSTM1 (genotip null) terkait Stadium Deskripsi
dengan perkembangan ANJ.4
IA Terbatas pada area hidung dan nasofaring
Oleh karena ANJ hanya terjadi pada laki-laki remaja, IB Perluasan pada 1 atau lebih sinus
perubahan hormonal memainkan peran utama dalam IIA Perluasan minimal ke fossa pterigopalatina
pembentukan ANJ. Penelitian mengkonfirmasi bahwa Perluasan ke fossa pterygopalatine dengan atau tanpa
IIB
ANJ seringkali mengekspresikan reseptor androgen, erosi orbital
studi yang lebih baru menunjukkan bahwa sel-sel IIC Perluasan ke fossa infratemporal
stroma ANJ mengekspresikan V ascular Endothelial IIIA
Erosi dasar tengkorak (fossa kranial bagian tengah
Growth Factor Receptor-2 (VEGFR2), Transforming atau pterygoid)
Growth Factor beta 1 (TGFbeta1), dan Platelet- Erosi dasar tengkorak dengan ekstensi intrakranial
IIIB
dengan atau tanpa keterlibatan sinus kavernosa
Derived Growth Factor (PDGF).1,5,6
Sumber: diterjemahkan dari rujukan no. 5
Gambaran mikroskopik dari tumor ini bervariasi karena Pada kasus ANJ, terapi yang dapat dilakukan meliputi
adanya komponen vaskuler diantara jaringan ikat padat. pembedahan, radiasi, krioterapi, elektrokoagulasi,
Dari mikroskop elektron disimpulkan bahwa sel stroma terapi hormonal, embolisasi, dan injeksi sclerosing
dapat berasal dari fibroblas dan miofibroblas yang agent. Saat ini banyak yang memberikan terapi embo-
sering dapat dilihat pada kelainan fibroproliferatif.12 lisasi sebelum operasi dan radioterapi setelah operasi.
Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Fonseca
dkk. menunjukkan bahwa masih dapat dilakukan ekstir-
pasi tumor sampai stadium Fisch III tanpa dilakukan
embolisasi praoperasi, mengingat para ahli radiologi
intervensi tidak selalu tersedia di semua sentra pela-
yanan kesehatan.11,15
Radioterapi
11. Maniglia AJ, Mazzarella LA, Minkowitz S et al. Maxil- ma: Evolution of Management. International Journal of Pedi-
lary sinus angiofibroma treated with cryosurgery. Arch Oto- atrics. 2012; 1:11-18.
laryngol. 1969; 89:111–116. 16. Llorente JL, Lopez F, Suarez V, Costales M, Suarez C.
12. Spiros M et al. Youmans and winn neurological surgery. Evolution in the treatment of juvenile nasopharyngeal angio-
17th ed. Elsevier; 2016. Chapter 160, Juvenile nasopharyn- fibroma. Acta Otorinolaringol Esp. 2011;62(4): 279-86.
geal angiofibromas; p.1302-1309. 17. Malick S, Benson R, Bhasker R, Mohanti BK. Long-term
13. Chen WL, Huang Z, Li J, Chai Q, Zhang D. Percutaneius treatment outcomes of juvenile nasopharyngeal angiofibroma
sclerotherapy of juvenile nasopharyngeal angiofibroma using treated with radiotherapy. Acta Otorhinolaryngol Italy. 2015;
fibrin glue combined with OK-432 and bleomycin. Interna- 35(2): 75–79.
tional Journal of Pediatric Otorhinolaryngology. 2010; 74: 18. Robert J et al. Radiotherapy for juvenile nasopharyngeal
422-5. angiofibroma. Practical Radiation Oncology. 2011; 1:271–
14. Fonseca AD, Vinbaes E, Boaventura V, Andrade N, Dias 278.
L, Medeiros V et al. Surgical treatment of non-embolized 19. Santam C et al. Conformal radiotherapy in the treatment
patients with nasoangiofibroma. Rev Braz Otorrinolaringol. of advanced juvenile nasopharyngeal angiofibroma with in-
2008; 74(4): 583-7. tracranial extension. International Journal of Radiation On-
15. Nicolai P, Schreiber A, Villaret AB. Juvenile Angiofibro- cology. 2011; 80(5):1398-1404.