PENDAHULUAN
Cedera hepar, atau juga dikenal sebagai laserasi hepar merupakan bentuk trauma
pada hepar. Cedera hepar dapat terjadi karena trauma tumpul seperti kecelakaan lalu
lintas atau penetrasi benda asing seperti pisau. Cedera hepar berkontribusi terhadap 5%
dari seluruh jenis trauma, yang membuat cedera hepar menjadi cedera abdomen yang
paling banyak ditemukan.1,2
Lokasi hepar yang berada di anterior serta ukurannya yang paling besar diantara
organ lainnya menyebabkan hepar lebih mudah terkena trauma. Dahulu, sebagian besar
cedera ditatalaksana dengan pembedahan. Namun, beberapa literatur bedah menyebutkan
bahwa sebanyak 86% kasus cedera hepar saat dilakukan eksplorasi bedah menunjukkan
perdarahan yang berhenti keluar, selain itu 67% kasus pada trauma tumpul dapat
ditatalaksana tanpa pembedahan.1,3
Trauma hepar diklasifikasikan menurut The American Association for the Surgery
(AAST) kedalam grade I-VI. Manajemen nonoperatif diindikasikan jika tidak ada cedera
pada organ abdomen. Sedangkan, intervensi bedah dibutuhkan pada trauma hepar grade
IV keatas dimana terdapat resiko perdarahan atau kekambuhan. 5,6
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI
Cedera hepar, atau juga dikenal sebagai laserasi hepar merupakan bentuk trauma
pada hepar. Cedera hepar dapat terjadi karena trauma tumpul seperti kecelakaan lalu
lintas atau penetrasi benda asing seperti pisau. Cedera hepar berkontribusi terhadap 5%
dari seluruh jenis trauma, yang membuat cedera hepar menjadi cedera abdomen yang
paling banyak ditemukan.1,2
EPIDEMIOLOGI
Trauma merupakan sebab kematian dan kecacatan utama pada dewasa muda dan
anak di Amerika Serikat. Berdasarkan statistic the National Center of Injury Prevention
and Control pada tahun 2000, trauma (disengaja dan tidak disengaja) merupakan
penyebab utama kematian pada umur 1-44 tahun. Data review lebih lanjut menunjukkan
bahwa sebanyak 14.113 orang usia 15-25 tahun meninggal karena trauma yang tidak
disengaja, 73% berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor. 7
Satu review dari the National Pediatric Trauma Registry oleh Cooper et al
melaporkan 8% dari total 25.301 pasien mengalami trauma abdomen.7 Sementara itu,
Cedera hepar berkontribusi terhadap 5% dari seluruh jenis trauma, yang membuat cedera
hepar menjadi cedera abdomen yang paling banyak ditemukan.2
ETIOLOGI
Lokasi hepar yang berada di anterior serta ukurannya yang paling besar diantara
organ lainnya menyebabkan hepar lebih mudah terkena trauma. Lokasinya yang terletak
dibawah diafragma juga membuatnya lebih mudah terhadap gaya geser. Penyebab utama
dari cedera hepar adalah trauma tumpul akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari
ketinggian, serta cedera olahraga. Sebagian besar pasien yang mengalami cedera ini juga
mengalami cedera di lokasi lain selain hepar. Selain trauma tumpul, cedera hepar juga
dapat disebabkan oleh trauma tajam seperti trauma akibat tusukkan pisau dan akibat
terkena tembakkan.1,2
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI
Cedera hepar telah diklasifikasikan kedalam grade I-VI oleh American Association for
the Surgery of Trauma (AAST)
MANIFESTASI KLINIS
Gejala syok hipovolemia meliputi cemas, berkeringat, pernafasan cepat,
penurunan kesadaran. 5 Nyeri perut kanan atas, gejala perdarahan saluran cerna atas
(buang air besar (BAB hitam) merupakan gejala hemobilia yang merupakan akibat dari
trauma tumpul pada hepar.5,8
Grade I (minor hepatic injury): AAST grade I-II hemodynamically stable either blunt
or penetrating lesions.
Grade II (moderate hepatic injury): AAST grade III hemodynamically stable either
blunt or penetrating lesions.
Grade III (severe hepatic injury): AAST grade IV-VI hemodynamically stable either
blunt or penetrating lesions.
Grade IV (severe hepatic injury): AAST grade I-VI hemodynamically unstable either
blunt or penetrating lesions.
PENDEKATAN KLINIS
Anamnesis
Pada awalnya, evaluasi dan resusitasi pasien trauma dilakukan bersamaan. Secara
umum, anamnesis lengkap tidak dilakukan sebelum identifikasi dan tatalaksana
trauma yang mengancam nyawa sudah dimulai. Penilaian awal dimulai pada
lokasi trauma, dengan informasi yang diberikan oleh pasien, keluarga, saksi,
paramedis, atau polisi.11
Deskripsi dari kejadian perlu ditanyakan untuk mengetahui mekanisme trauma.
Jika pasien terlibat kecelakaan kendaraan bermotor, perlu diketahui kecepatan
kendaraan pada saat pasien mengemudi, kerusakan yang terjadi pada tempat
kejadian, waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan pasien dari kendaraan,
penggunaan sabuk pengaman atau airbags, dan apakah terdapat kematian pada
kejadian.11
Informasi keadaan klinis pasien dan resusitasi yang sudah diberikan dalam
perjalanan ke rumah sakit dapat memperkirakan keadaan hemodinamik pasien.
Kecurigaan perdarahan aktif lebih tinggi pada pasien dengan hipotensi yang
sudah mendapat beberapa liter cairan dibandingkan dengan pasien yang belum
diresusitasi.11
Beberapa hal penting mengenai penyebab trauma tumpul pada hepar, terutama
pada kecelakaan kendaraan bermotor adalah sebagai berikut:
Kerusakan kendaraan12
Apakah diperlukan pembebasan lebih lanjut12
Apakah ruang penumpang terganggu12
Apakah penumpang meninggal12
Apakah ada yang terlempar keluar dari kendaraan12
Peran alat bantu keselamatan seperti sabuk pengaman dan airbag1 2
Penggunaan alcohol atau obat-obatan12
Ada atau tidaknya trauma kepala atau saraf tulang belakang12
Apakah terdapat bukti permasalahan psikiatrik1 2
Kemudian, beberapa hal yang penting diketahui pada trauma tajam hepar antara
lain:
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Periksa perut depan dan belakang, dan juga bagian bawah dada dan
perineum, harus diperiksa untuk goresan, robekan, luka, benda asing yang
tertancap serta status hamil. Penderita dapat dibalikkan dengan hati –
hati untuk mempermudah pemeriksaan lengkap.13
Palpasi
Nyeri tekan, defans, kekakuan atau nyeri lepas lokal atau umum
menandakan trauma peritoneum12 Krepitasi atau ketidakstabilan costae
bagian bawah menandakan trauma hepar.11
Perkusi
Auskultasi
A. Laboratorium
B. Pencitraan
1. CT Scan
Grade 1
Grade 2
Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/370508-
overview#showall
Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/370508-
overview#showall
Grade 3
Gambar: Trauma tumpul hepar pada wanita 22 tahun. Ditemukan
hematom subscapular 4 cm dan ditemukan hematoma dan laserasi
parenkim pada lobus dextra hepar. Cairan bebas ditemukan disekitar
lien dan lobus sinistra hepar yang diduga sebagai hemoperitoneum.
Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/370508-
overview#showall
Grade 4
Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/370508-
overview#showall
Grade 5
Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/370508-
overview#showall
Grade 6
Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/370508-
overview#showall
2. USG
Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/370508-
overview#showall
3. Angiography
Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/370508-
overview#showall
PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI
Insidensi komplikasi keseluruhan pada cedera hepar adalah < 7% namun dapat
menjadi sebesar 15% - 20% pada grade trauma hepar tinggi. Laserasi parenkim yang
dalam dapat menyebabkan fistula bilier atau formasi biloma. Pada fistula bilier, empedu
dapat keluar bebas kedalam cavum abdomen atau cavum toraks. Fistula bilier dapat
diterapi dengan dekompresi bilier melalui Endoscopic Retrograde
Cholangiopancreatography (ERCP). Sementara itu, biloma adalah suatu kumpulan abses
karena empedu. Biloma dapat diterapi dengan drainase perkutaneus.8
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Miklosh Bala dkk menyebutkan bahwa 22
dari 46 pasien mengalami komplikasi akibat trauma hepar. Komplikasi yang ditemukan
adalah kebocoran empedu (11 pasien), formasi biloma (5 pasien), perdarahan berulang (4
pasien), abses intrahepar (1 pasien), kolesistitis akut (1 pasien) dan kegagalan hepar (2
pasien). 10
Abses terbentuk pada 3 – 5 % trauma yang sering disebebkan akibat jaringan
yang terpapar oleh empedu. Diagnosis dapat ditegakkan pada pasien yang merasakan
nyeri, temperatur yang meningkat, serta peningkatan lekosit pada beberapa hari setelah
cedera yang dikonfirmasi melalui CT scan. Abses dapat diterapi dengan drainase
perkutaneus, namun laparotomi dapat diperlukan bila manajemen perkutaneus gagal. 8
PROGNOSIS
Prognosis trauma hepar bergantung pada seberapa besar grade pada pasien. Pasien
dengan trauma hepar grade 3 keatas dapat dikatakan sebagai trauma hepar serius, dimana
angka mortalitasnya sebesar 10%, dan jika pasien memiliki cedera multiple, angka
mortalitas dapat meningkat menjadi 25%. Trauma hepar serius yang bersamaan dengan
cedera pada vena cava parahepatic dengan angka mortalitas diatas 50%. 18
Diagnosis dini, penilaian tepat, penanganan syok yang cepat, rencana penatalaksanaan
yang optimal serta fungsi organ yang masih baik merupakan factor yang berpengaruh
terhadap penurunan angka mortalitas dan perbaikan dalam penatalaksanaan.19
DAFTAR PUSTAKA