DI SUSUN OLEH :
NAUFAL
FAKULTAS FARMASI
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-Nya kita bisa menyelesaikan makalah ini. Di sini kami menyajikan makalah
tentang “SEDIAAN EMULSI" yang kami pikir dapat bermanfaat bagi kami dalam
mempelajari seluk beluk obat.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Praformulasi........................................................................................2
B. formulasi............................................................................................. 10
C. Metode Pembuatan..............................................................................10
D. kemasan...............................................................................................10
E. master formula.....................................................................................11
F. penimbangan perbets...........................................................................11
G. alur produksi........................................................................................12
H. pengemasan…………………………………………………………..13
I. pembuatan spesifikasi bahan baku dari produksi jadi………………..13
J. Pengujian in process control………………………………………….13
K. Evaluasi produk akhir………………………………………………...15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
Emulsi adalah zat yang mengandung cairan atau obat cair yang dilarutkan dalam
cairan pembawa distabilkan dengan pengemulsi atau surfaktan yang sesuai. Tujuan
penggunaan emulsi adalah, secara umum, untuk menyiapkan obat yang dapat larut dalam air
dan minyak dalam campuran tunggal.
Komponen utama emulsi adalah fase disper (cairan dibagi menjadi partikel-partikel kecil
menjadi cairan lain (fase internal). digunakan dalam stabilitas emulsi) Berdasarkan pada
berbagai cairan yang berfungsi sebagai fase internal atau eksternal, emulsi diklasifikasikan
menjadi 2: Emulsi tipe w / o (emulsi yang terdiri dari butiran yang dilarutkan dalam minyak,
air bertindak sebagai fase internal & minyak sebagai fase eksternal) dan emulsi tipe o / w
(emulsi yang terdiri dari partikel minyak yang terdispersi ke dalam air).
Emulsi adalah salah satu bentuk sediaan farmasi yang paling banyak digunakan dalam
industri dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam kosmetik seperti krim,
lotion, dan lainnya, sedangkan dalam makanan seperti susu, mentega, dan lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Praformulasi Dari Formulasi A Dan Formulasi B
2. Formulasi Emulsi
3. Metode Pembuatan Emulsi
4. Master Formula
5. Penimbangan Per Bets
6. Alur Produksi
7. Metode Pembuatan Skala Komersial
8. Pengemasan
9. Pembuatan Spesifikasi Bahan Baku Dan Produksi Jadi
10. Pengujian In Process Control
11. Evaluasi Produk Akhir
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Praformulasi Dari Formulasi A Dan Formulasi B
2. Mengetahui Formulasi Emulsi
3. Mengetahui Metode Pembuatan Emulsi
4. Mengetahui Master Formula
5. Mengetahui Penimbangan Per Bets
6. Mengetahui Alur Produksi
7. Mengetahui Metode Pembuatan Skala Komersial
8. Mengetahui Pengemasan
9. Mengetahui Pembuatan Spesifikasi Bahan Baku Dan Produksi Jadi
10. Mengetahui Pengujian In Process Control
4
11. Mengetahui Evaluasi Produk Akhir
BAB II
PEMBAHASAN
1. PRAFORMULASI
FORMULASI A
5
beracun. Campuran gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilen glikol
stabil secara kimiawi.
m. Kondisi penyimpanan : Gliserin dapat mengkristal jika
disimpan pada suhu rendah; itu kristal tidak meleleh sampai dihangatkan ke
208C. Gliserin harus disimpan dalam wadah kedap udara, di tempat sejuk,
tempat yang kering.
n. Inkompabilitas : Gliserin dapat meledak jika
dicampur dengan zat pengoksidasi kuat seperti kromium trioksida, kalium
klorat, atau kalium permanganat. Dalam larutan encer, reaksi berlangsung
pada laju lebih lambat dengan beberapa produk oksidasi sedang terbentuk.
Perubahan warna hitam gliserin terjadi di hadapan cahaya, atau jika kontak
dengan seng oksida atau nitrat bismut dasar. Kontaminan zat besi dalam
gliserin bertanggung jawab untuk itu gelap dalam warna campuran yang
mengandung fenol, salisilat, dan tanin. Gliserin membentuk kompleks asam
borat, asam gliseroborat, itu adalah asam yang lebih kuat dari asam borat.
8
FORMULASI B
1. Praformulasi VCO (Farmakope Indonesia Edisi 3 : 456)
a. Nama : Virgin Coconut Oil
b. Sinonim : Oleum Cocos Purum, Minyak kelapa
murni
c. Nama kimia :-
d. Formula empiris dan berat molekul :-
e. Kategori fungsi : zat tambahan
f. Penerapan di dalam formulasi :-
g. Deskripsi : minyak kelapa murni adalah minyak
lemak yang dimurnikan dari endosperma Cocus nucifera yang telah
dikeringkan . Terdiri dari campuran trigliserida yang mengandung asam lemak
jenuh dengan rantai atom karbon pendek dan sedangkan terutama asam
oktanoat dan dekanoat.
h. Keasaman/kebasaan : bilangan asam tidak lebih dari 1
i. Densitas/berat jenis :-
j. Konstanta disosiasi :-
k. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, mudah
larut dalam etanol 95%, dalam klorofom, dan dalam eter P
l. Stabilitas :-
m. Kondisi penyimpanan : wadah tertutup baik, terhindar
dari cahaya
n. Inkompabilitas :-
FORMULASI
B. VCO 48 g
Metil paraben 0,1 g
Span 80 12,6 g
Alat: propeller mixer
Waktu: 15 menit
Kecepatan: 500 rpm
11
FORMULA DAN PERHITUNGAN UNTUK PENIMBANGAN/PENGUKURAN
BAHAN A
NO. NAMA BAHAN % PER BOTOL (60 mL) PER BETS (600 mL)
Perhitungan Hasil Perhitungan Hasil
Ekstrak etanol buah 14 gram/39,3 21,37 21,37 x 10 213,7
kapulaga gram x 60 ml ml ml
Gliserin 7,9 gram/39.3 12.06 12.06 x 10 120,6
gram x 60 ml ml ml
Tween 80 2,4 gram/39.3 3,66 3,66 x 10 36,6
gram x 60 ml ml ml
Sukrosa 5 gram/39.3 7,63 7,63x 10 76,3
gram x 60 ml ml ml
Akuades 10 gram/39.3 15,26 15,26 x 10 152,6
gram x 60 ml ml ml
NO. NAMA BAHAN % PER BOTOL (60 mL) PER BETS ( 100 mL)
Perhitungan Hasil Perhitungan Hasil
VCO 48 gram/60,7 x 47.45 47.45 x 10 474,5
60 ml ml ml
Metil Paraben 0,1 gram/60,7 x 0.09 0.09 x 10 0.9 ml
60 ml ml
Span 80 12,6 gram/60,7 12.45 12.45 x 10 124.5
x 60 ml ml ml
1. FORMULASI
Formulasi A
Gliserin 120,6 ml
12
Tween 80 36,6 ml
Sukrosa 76,3 ml
Aquadest 152,6 ml
Vco 474,5 ml
Span 80 124,5 ml
2. METODE PEMBUATAN :
Formulasi
Timbang bahan
Kalibrasi botol
Ekstrak etanol buah kapulaga dilarutkan dalam aquadest
Tween 80,gliserin dan sukrosa ditambahkan dalam campuran ekstrak etanol buah
kapulaga dan aquadest
Kemudian dicampur dengan propeller mixer kecepatan 500 rpm selama 15 menit pada
suhu 35 c (fase air)
Vco dan span 80 dicampue dengan propeller mixer kecepatan 500 rpm selama 15
menit (fase minyak )
Metil paraben ditambahkan kedalam fase minyak
Lalu tuang fase air kedalam fase minyak perporsi sambil dicampur dengan propeller
mixer dengan kecepatan 500 rpm selama 15 menit pada suhu 35 c
Masukan kedalam botol beri etiket.
3. KEMASAN SEDIAAN
Sediaan emulsi disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk dalam botol 60 ml
Diberi label kocok dahulu.
NO. NAMA BAHAN % PER BOTOL (60 mL) PER BETS (600 mL)
Perhitungan Hasil Perhitungan Hasil
13
1 Ekstrak etanol buah 14 gram/39,3 21,37 21,37 x 10 213,7
kapulaga gram x 60 ml ml ml
2 Gliserin 7,9 gram/39.3 12.06 12.06 x 10 120,6
gram x 60 ml ml ml
3 Tween 80 2,4 gram/39.3 3,66 3,66 x 10 36,6
gram x 60 ml ml ml
4 Sukrosa 5 gram/39.3 7,63 7,63x 10 76,3
gram x 60 ml ml ml
5 Akuades 10 gram/39.3 15,26 15,26 x 10 152,6
gram x 60 ml ml ml
NO. NAMA BAHAN % PER BOTOL (60 mL) PER BETS ( 100 mL)
Perhitungan Hasil Perhitungan Hasil
1 VCO 48 gram/60,7 x 47.45 47.45 x 10 474,5
60 ml ml ml
2 Metil Paraben 0,1 gram/60,7 x 0.09 0.09 x 10 0.9 ml
60 ml ml
3 Span 80 12,6 gram/60,7 12.45 12.45 x 10 124.5
x 60 ml ml ml
5. ALUR PRODUKSI
Timbang semua bahan aktif
Siapkan alat dan bahan Kalibrasi botol 60ml dan ekspien yang dibutuhkan
36,6 mlTween 80, 76,3 ml gliserin dan 76,3 ml sukrosa ditambahkan dalam campuran
ekstrak etanol buah kapulaga dan aquadest
Kemudian dicampur dengan propeller mixer kecepatan 500 rpm selama 15 menit pada suhu
35 c (fase air) 14
Vco dan 124.5 ml span 80 dicampur dengan propeller mixer kecepatan 500 rpm
474,5 ml
selama 15 menit (fase minyak )
Lalu tuang fase air kedalam fase minyak perporsi sambil dicampur dengan
propeller mixer dengan kecepatan 500 rpm selama 15 menit pada suhu 35 c
Tambahkan aquadest sisa sampai batas kalibrasi 60ml, lalu beri etiket pada botol
6. PENGEMASAN
Masukkan suspensi ke dalam botol volume 60ml yang berwarna gelap
15
7. PEMBUATAN SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK JADI
Bahan baku yang dikirimkan oleh supplier akan diterima oleh bagian gudang/Warehouse
untuk disimpan digudang karantina sambil menunggu proses sampling dari bagian QC
(Quality control)/Pengawasan Mutu. Setelah itu bahan baku tersebut dilakukan proses
sampling QC dan dilakukan uji laboratorium untuk pemeriksaan pemerian, fisika dan kimia
maupun biologi. Apabila dari hasil uji QC semua parameter bahan baku memenuhi syarat,
maka bahan baku tersebut dapat digunakan untuk proses produksi, namun apabila hasil uji
QC tidak memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan, maka bahan baku tersebut
ditolak/rejected dan nantinya akan dikembalikan lagi ke supplier/pemasok
Produk Jadi
Tiap bets produk jadi hendaklah diuji terhadap spesifikasi yang ditetapkan dan dinilai
memenuhi syarat sebelum diluluskan untuk distribusi.Produk jadi yang tidak memenuhi
spesifikasi dan kriteria mutu lain yang ditetapkan hendaklah ditolak. Pengolahan ulang dapat
dilakukan apabila memungkinkan, namun produk hasil pengolahan ulang harus memenuhi
semua spesifikasi dan kriteria mutu lain yang ditetapkan sebelum diluluskan untuk distribusi.
Menurut Badan POM tentang CPOB (2006), aspek yang saling berkaitan untuk
membangun manajemen mutu terdiri dari pemastian mutu, CPOB, pengawasan mutu, dan
pengkajian mutu produk. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu
dan tujuan pemakaiannya. Oleh karena itu pengawasan selama proses (in-process control)
produksi sangat perlu dilakukan untuk menjaga kualitas dari sediaan farmasi yang dibuat.
Kondisi selama proses produksi tersebut harus dikendalikan dengan hati-hati untuk
memastikan kualitas produk. Setiap proses berbeda dan membutuhkan perhatian secara rinci.
Sterilisasi, fermentasi, ekstraksi, netralisasi, penyaringan, pengeringan beku, dan pengadukan
adalah proses khas yang ditemukan dalam industri (HP, 1997).
Pengawasan selama proses produksi (in process control) merupakan hal yang yang
penting dalam pemastian mutu produk. Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan
16
obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan
yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai
dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan
memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi
karakteristik produk selama proses berjalan.
Di samping itu, pengawasan-selama proses hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada
prosedur umum sebagai berikut:
1. semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah diperiksa pada
saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan; dan
2. kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan dengan selang waktu
yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan spesifikasi dan memastikan
semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam Prosedur Pengemasan Induk.
Selama proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel pada awal,
tengah dan akhir proses oleh personil yang ditunjuk. Hasil pengujian/inspeksi selama proses
hendaklah dicatat, dan dokumen tersebut hendaklah menjadi bagian dari catatan bets.
18
3. Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan mencelupkan elektroda dari
pH-meter digital ke dalam sampel, yang sebelumnya telah dikalibrasi
pada larutan buffer, kemudian pH-meter dinyalakan dan ditunggu sampai
layar pada pH-meter menunjukkan angka yang stabil. Pengukuran
dilakukan terhadap masing-masing sediaan pada hari ke-1, 3, 7, 14, 21,
28, 35, 42, 49, dan 56.
4. Uji Redispersibilitas
Uji redispersibilitas dilakukan dengan cara mengocok masing-
masing sediaan pembanding (E0) dan sediaan uji (E1, E2, E3), kemudian
dihitung jumlah pengocokan yang diperlukan sampai sediaan emulsi
terdispersi kembali. Pengujian dilakukan hari ke-1, 3, 7, 14, 21, 28, 35,
42, 49, dan 56.
5. Uji Tipe Emulsi
Uji tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan salah satu metode
yaitu metode pengenceran, caranya dengan menambahkan sejumlah air
dan minyak pada sediaan dan diamati apakah sediaan dapat tercampur
dengan air atau dengan minyak, sehingga dapat diketahui apakah terjadi
perubahan tipe emulsi dari m/a menjadi a/m selama penyimpanan.
Pengujian dilakukan pada hari ke-1 dan 56.
6. Pengamatan Mikroskopik
Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan cara mengukur
diameter dan distribusi frekuensi globul minyak dari sediaan pembanding
(E0) dan sediaan uji (E1, E2, E3) pada hari ke-1 dan 56. Pengukuran
dilakukan di bawah mikroskop dengan menggunakan dengan mikrometer
yang telah ditentukan ukuran tiap kotaknya (dikalibrasi) dengan
menggunakan hemositometer.
Diameter globul diukur dengan menggunakan rumus yang
diturunkan dari persamaan Edmunson berikut:
( ∑nd pf ) 1/p
d rata-rata =
∑nd f
19
Oleh karena parameter yang dipakai adalah jumlah globul dan
diameter globul, maka rumus di atas menjadi:
∑nd
∑n
dimana n adalah jumlah globul yang diamati dan d adalah interval dari
rentang ukuran globul.
7. Penentuan Sifat Aliran
Penentuan sifat aliran dilakukan dengan menggunakan viskometer
Brookfield Model RV dengan variasi kecepatan geser dan spindel tertentu
yang sesuai, kemudian dibuat kurva/grafik viskositas terhadap kecepatan
geser, atau kecepatan geser terhadap tekanan geser, sehingga dapat
diketahui apakah terjadi perubahan sifat aliran pada sediaan emulsi
selama penyimpanan. Pengamatan dilakukan pada hari ke-1 dan 56.
8. Uji Mikrobiologi
Uji mikrobiologi dilakukan untuk mengetahui angka cemaran
mikroba yang mungkin mengkontaminasi sediaan selama penyimpanan.
Uji ini dilakukan dengan menentukan Angka Lempeng Total (ALT) yaitu
penentuan jumlah koloni dari pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah
sampel diinkubasikan dalam media pembenihan yang cocok selama 24-48
jam pada suhu 35±1ºC. Pengujian dilakukan pada hari ke-1 dan ke-56.
Cara pengujiannya adalah sebagai berikut:
a) Penyiapan alat-alat dan bahan yang telah disterilkan.
b) Homogenisasi sampel, yaitu dengan memipet 1 mL sampel
yang dimasukkan ke dalam wadah lain, yang telah berisi 9 mL larutan
pengencer sehingga diperoleh pengenceran 1:10. Sampel hasil
pengenceran ini kemudian digunakan untuk pengenceran lain apabila
diperlukan.
c) Sampel hasil pengenceran dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan
ke dalam cawan petri steril. Dilakukan sebanyak dua kali (duplo).
d) Sebanyak 12-15 mL nutrient agar yang telah dicairkan dituang ke
dalam masing-masing cawan kemudian cawan digoyangkan
perlahan-lahan sampai sampel tercampur rata dengan nutrient agar,
lalu dibiarkan sampai menjadi padat.
20
e) Blanko dibuat dengan mencampur air pengencer dengan nutrient agar
untuk masing-masing sampel yang diperiksa.
f) Cawan berisi sampel dimasukkan ke dalam inkubator dalam posisi
terbalik dan diinkubasikan selama 24-48 jam pada suhu 35±1ºC.
g) Pertumbuhan koloni dicatat pada setiap cawan yang mengandung 25-
250 koloni setelah 48 jam.
h) Angka lempeng total dihitung dalam 1 gram atau 1 mL sampel dengan
mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor
pengenceran yang sesuai (SNI 19-2897-1992; Anonim, 1979).
contoh, frekuensi pengambilan contoh, dan jumlah yang diambil untuk pemeriksaan. Hasil
pengujian pengawasan selama proses harus dicatat dan di
dokumentasikan.
keseragaman bobot untuk tablet dan kapsul, dilakukan beberapa kali selama
tablet.
21
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (Guidelines on Good
Manufacturing). Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
22