Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

FTS CAIR - SEMI PADAT

OLEH :

Putu Merta Yasa 20089016009

I Made Surya Widya Negara 20089016014

Made Edi Putra darsika 20089016024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini yang
membahas tentang FTS CAIR SEMI PADAT. Terima kasih kami ucapkan kepada
para pengajar atas bimbingan dan pendidikan yang diberikan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Makalah ini merupakan hasil dari telusur pustaka kami dengan materi ilmu
FTS Cair Semi Padat. Kami sadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaannya. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan ini
dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan
dapat dijadikan pelajaran bagi teman teman dan kami khususnya.

Bungkulan, 05 Mei 2022

Penyusun             

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................... iii
BAB I SUSPENSI ...........................................................................................
BAB II SIRUP .................................................................................................
BAB III EMULSI .............................................................................................
Daftar Pustaka

iii
BAB I

SUSPENSI

A. Pendahuluan
Seiring berjalannya teknologi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki
manusia, maka manusia juga mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang
kesehatan, salah satu bukti kemajuan dari teknologi manusia adalah
sediaan suspensi yang dapat menyatukan dua unsur yang tidak dapat
menyatu apabila terdapat di alam. Namun, sediaan suspense masih sangat
asing dikenal oleh masyarakat dan bahkan oleh tenaga kesehatan itu
sendiri, oleh karena itu laporan ini dibuat agar masyarakat lebih
memahami tentang sediaan suspensi beserta seluk beluknya, agar sesuai
dengan kaidah yang berlaku dan sesuai dengan
tujuan pembuatnya.

B. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mampu membuat sediaan suspensi dengan bahan aktif


Chloramphenichol.
2. Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan suspensi.
3. Mahasiswa mampu membuat desain kemasan dan brosur sediaan
suspensi.

1
C. Landasan Teori

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat
yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika
dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali.
Suspensi dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang. Partikel-partikelnya mempunyai
diameter yang sebagian besar lebih dari 0,1 mikron (Anief, 2000).
Suspensi yang baik harus tetap homogen, paling tidak selama waktu
yang dibutuhkan untuk penuangan dan pemberian dosis setelah
wadahnya dikocok. Secara tradisional, jenis-jenis suspensi farmasi
tertentu diberikan tanda-tanda secara terpisah, seperti mucilago,
magma, gel, dan kadang-kadang aerosol; juga termasuk di dalamnya
serbuk kering yang ditambah pembawa pada waktu hendak diberikan
pada pasien (Lachman et al., 1989). Jika suatu senyawa memiliki
beberapa bentuk garamnya, maka untuk suspensi digunakan garam yang
menunjukkan kelarutan terendah dalam fase cair. Bahan obat larut air
hanya dapat diracik menjadi suspensi dengan pelarut lipoid. Oleh karena
itu bahan obat tak larut atau sukar larut diracik menjadi sediaan obat
suspensi untuk memudahkan dalam penggunaan secara per oral. Maka
suspensi, khususnya untuk pediatrik sangat penting artinya. Kemungkinan

2
dilakukannya perbaikan rasa, merupakan keuntungan yang lain (Voigt,
1984).
Monografi dari bahan-bahan yang digunakan dalam sediaan suspensi
chlorampenicol, yaitu sebagai berikut:

1. Kloramfenikol palmitat
a. BM : 561,54
b. Pemerian : Serbuk hablur, halus seperti lemak, putih, bau
lemah, hamper tidak berasa.
c. Titik lebur : 87°C – 95°C
d. Kelarutan : Tidak lart dalam air, mudah larut dalam aseton,
larut dalam 45 bagian etanol, 6 bagian kloroform, 14 bagian eter,
sangat sukar larut dalam heksana.
e. Stabilitas : Stabil pada suhu ruangan dan suhu tinggi. Stabil
dalam sediaan suspensi.
f. Penyimpanan : Wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
g. Penandaan :Pada etiket harus tertera tanggal kadaluwarsa.

2. CMC
a. Pemerian : Serbuk granul berwarna putih sampai krem, sifat
higroskopis.
b. Fungsi : Suspending agent, stabilizing agent, viscosity
increasing agent, water absorbing agent

3
c. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter dan
toluene
d. Konsentrasi : 0,1 – 1 %
e. pH : 6 – 10

3. Propylenglycol
a. Penggunaan : bahan pengawet dalam semisolid (15-30 %),
desinfektan, humektan dalam sediaan topikal konsentrasi 15%,
platisizer, bahan penstabil, pelarut.
b. Deskripsi : merupakan cairan jernih tidak berwarna, lengket,
tidak berbau, rasa manis agak tajam menyerupai gliserin.
c. Titik didih : 188° C
d. Kelarutan : dapat bercampur dengan aseton, kloroform dan
etanol 95%, gliserin dan air. Larut dalam 6 bagian eter. Tidak dapat
bercampur dengan eter minyak tanah atau minyak lemak, tapi
dapat melarutkan beberapa minyak.
e. Stabilitas : di temperatur dingin dan dalam wadah tertutup
baik propilenglikol stabil, tapi dalam temperatur tinggi dan tempat
terbuka mudah teroksidasi dan menghasilkan produk seperti
propionaldehid, asam laktat, asam piruvat dan asam asetat.
Propilenglikol stabil secara kimia ketika dicampur dengan etanol
95%, gliserin, atau air. Propilenglikol adalah senyawa higroskopis

4
sehingga harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya di tempat yang dingin dan kering.
f. Inkompatibilitas : inkompatibel dengan senayawa pengoksidasi
seperti kalium permanganate.

4. Sirupus Simplex
a. Pembuatan : larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metal
paraben 0, 25 % b/v secukupnya hingga diperoleh 100 bagian
sirup.
b. Pemerian : cairan jernih tidak berwarna.
c. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat ditempat sejuk.

5. Air Suling
a. Nama resmi : Aqua Destillata
b. Nama lain : Aquadest
c. Berat molekul : 18,02 g/mol
d. Rumus molekul : H2O
e. Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa.
f. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
g. Kegunaan : Sebagai pelarut.

6. Tween-80

5
a. Nama lain : Polisorbat-80
b. Nama resmi : POLYSORBATUM-80
c. Pemerian : Cairan kental seperti minyak, jernih dan
kuning, bau asam lemak khas.
d. Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)
P, dalam etil asetat P, dan dalam metanol P, sukar larut dalam
parafin dan minyak biji.
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
f. Kegunaan : Sebagai surfaktan

D. Alat dan Bahan


Alat : mortir dan stamper hotplate
beaker glass cawan proselin
batang pengaduk,
gelas ukur kaca arloji
kertas perkamen corong,
lap botol coklat 60ml
pipet tetes spatel
timbangan analitik.
Bahan : chloramphenicol CMC
tween 80 propilenglicol
syr.simplex aquadest.

6
E. Prosedur Kerja
a. Formula
Fornas: tiap 5ml chlorampenicol suspensi mengandung :
R/ Chlorampenicol 125 mg
CMC 50 mg
Tween 80 25 mg
Propilenglicol 1 gram
Syr Simplex 1,5 gram
Aquadest ad 5 ml

b. Perhitungan Bahan
Chlorampenicol 125 mg x 12 = 1500 mg
CMC 50 mg x12 = 600 mg
Tween 80 25 mg x 12 = 300 mg
Propilenglicol 1 gram x 12 = 12 g
Syr Simplex 1,5 gram x 12 = 18 g
Aquadest ad 5 ml x 12 = 60 ml

Karena adanya evaluasi sediaan maka sediaan dibuat sebanyak 2 sediaan


yaitu 1 sediaan untuk dikemas dan 1 sediaan lagi digunakan untuk evaluasi
sediaan, maka bahan yang sudah dihitung tadi dikalikan 2 sehingga
diperoleh:
Chlorampenicol 3000 mg

7
CMC 1200 mg
Tween 80 600 mg
Propilenglicol 24 gram
Syr Simplex 36 gram
Aquadest 60 ml
Untuk chlorampenicol menggunakan sediaan kapsul yang dimana 1 kapsul
= 250 gram maka jumlah kapsul yang digunakan sebanyak 12 kapsul.

c. Cara Kerja
1. Kalibrasi botol.
2. Aquadest panas 20 x bobot CMC yaitu sebanyak 24ml.
3. Dalam mortir tuangkan air panas lalu tambahkan CMC dengan
cara ditabur secara merata, diamkan selama 15 menit (M1).
4. Disiapkan cawan porselen diatas hotplate, dimasukkan
propilenglicol dan tween 80 hingga larut dan homogen.
Dimasukkan chloramphenicol diaduk hingga larut dan
homogen (M2).
5. Dimasukkan M2 ke dalam mortir M1, gerus hingga homogen.
6. Tuangkan syr simplex, gerus hingga homogen.
7. Tuangkan sediaan pada botol sampai batas.
8. Tuangkan pula aquadest ad batas.
9. Kemas sediaan.
F. Hasil Evaluasi Sediaan Suspensi

8
1. Uji Organoleptis : warna putih susu, bentuk suspensi, tidak
berbau dan rasa pahit sedikit manis.
2. Uji pH : pH 3
3. Uji Volume Terpindahkan :
Vt = V pengukuran/ V awal x 100%
Vt = 59ml/ 60ml x 100% = 98,3%
4. Uji Volume Sedimentasi :
F = Vu / Vo (sedimentasi akhir/ volume awal)
F = 24/60 = 0,4

9
BAB II

SIRUP

A. Pendahuluan
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula
dengan atau tanpa bahan tambahan, bahan pewangi, dan zat aktif
sebagai obat (Ansel, 2005). Menurut Syamsuni, (2007) menyatakan,
sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam
kadar tinggi. Menurut Mun’im dan Endang (2012), menyatakan bahwa
sirup mengandung paling sedikit 50% sukrosa dan biasanya 60-65%.
Sirup berdasarkan bahan dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
sirup essens yang cita rasanya diperoleh dari essens yang ditambahkan,
sirup glukosa yang hanya memiliki rasa manis saja dan sering
digunakan sebagai bahan baku minuman, dan yang terakhir adalah sirup
buah yaitu sirup yang rasa dan aromanya dihasilkan dari buah yang
digunakan (Mulyastri, 2002).

B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan sirup dengan bahan aktif
Paracetamol.
2. Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan sirup.
3. Mahasiswa mampu membuat desain kemasan dan brosur sediaan
sirup.
10
C. Landasan Teori
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula
dengan atau tanpa bahan penambahan bahan pewangi, dan zat obat.
Sirup merupakan sediaan yang menyenangkan untuk pemberian suatu
bentuk cairan dari suatu obat yang memiliki rasa tidak enak, sirup
efektif digunakan dalam pemberian obat untuk anak-anak, karena rasa
yang enak tersebut dapat menghilangkan keengganan pada anak-anak
untuk meminum obat. Sirup (sirupi) adalah larutan jernih berasa manis
yang dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, polialkohol yang lain dalam
jumlah sedikit dengan maksud untuk meningkatkan kelarutan obat dan
mencegah pembentukan hablur sukrosa. Kadar sukrosa dalam sirup
adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain.

Larutan gula yang encer, merupakan medium pertumbuhan bagi jamur,


ragi, dan bakteri. Terdapat tiga macam sirup yaitu : 1. Sirup simpleks
mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v. 2.
Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat
tambahan dan digunakan untuk pengobatan. Sirup pewangi, tidak
mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain.
Tujuan pengembangan sediaan sirup adalah untuk menutupi rasa tidak
enak dan bau obat yang tidak enak. Sirup sering dibuat dengan satu dari
empat cara umum, tergantung pada sifat kimia dan fisika bahan-bahan.
Cara-cara pembuatan sirup tersebut adalah:

11
(1) larutan dari bahan-bahan dengan bantuan panas
(2) larutan dari bahan-bahan dengan pengadukan tanpa
penggunaan panas
(3) penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat
atau pada cairan yang diberi rasa
(4) perkolasi dari sumber bahan obat atau sukrosa.
Monografi bahan yang akan digunakan dalam sediaan sirup paracetamol,
yaitu sebagai berikut:
a. Aqua Destilata Sinonim : Air suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

b. Parasetamol
Pemerian : Serbuk hablur, tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, larut dalam 40 bagian
gliserol, larut dalam sebagian propilen glikol
PH larutan : 3,8 – 6,1
Khasiat : Anelgetikum, Antipiretikum.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

d. Propilenglikol
Sinonim : propylenglycolum

12
Pemeriaan : cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa
agak manis, higroskopik
Kelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan larut
dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan
dengan minyak lemak.
Khasiat: zat tambahan, pelarut
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

e. Sirupus simplex Sinonim : sirop gula


Pembuatan : larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metil paraben
0,25% b/v secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirop
Pemeriaan : cairan jernih, tidak berwarna
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk

f. Etanol
Nama lain : Etanol, alkohol
Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak; bau khas ; rasa panas, mudah terbakar, dengan memberikan
nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan
dalam eter P.
Khasiat dan penggunaan : zat tambahan

13
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat ;terlindung dari cahaya;
ditempat sejuk jauh dari nyala api.

g. Asam benzoat

Nama resmi : Acidumbenzoicum Nama lain :Asambenzoat


Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih
kurang 3 bagian etanol (95%) P, dalam 8 bagian kloroform P dan dalam 3
bagian eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Antiseptikum ekstern, antijamur

D. Alat dan Bahan


Alat : mortir dan stamper beaker glass
batang pengaduk gelas ukur
kertas perkamen cawan proselin
kaca arloji corong
botol putih 60ml, pipet tetes
spatel piknometer
timbangan analitik.

14
Bahan : paracetamol etanol 70%
asam benzoate propilenglicol
syr. Simplex aquadest
pewarna essense.

E. Prosedur Kerja
a. Formula
R/ Paracetamol 120 mg/5ml
Etanol 70% 5 ml
Propilenglicol 7 ml
Asam benzoat 0,1%
Syr Simplex 20%
Pewarna qs
Essense qs
Aquadest ad 60 ml

b. Perhitungan bahan
Paracetamol 120 mg/5ml x12 = 1400 mg
Etanol 70% = 5 ml
Propilenglicol = 7 ml
Asam benzoat 0,1% x 60 = 12 gram
Syr Simplex 20% x 60 =0,06gramPewarna qs
Essense qs

15
Aquadest ad 60 ml

Karena adanya evaluasi sediaan maka sediaan dibuat


sebanyak 2 sediaan yaitu 1 sediaan untuk dikemas dan 1
sediaan lagi digunakan untuk evaluasi sediaan, maka bahan
yang sudah dihitung tadi dikalikan 2 sehingga diperoleh :

Paracetamol 2,880 mg

Etanol 70% 5 ml

Propilenglicol 7 ml

Asam benzoat 24 gram


Syr Simplex 0,12 gram
Pewarna qs
Essense qs

Aquadest ad 60 ml

c. Cara kerja
1. Kalibrasi botol.
2. Paracetamol dan etanol 70% aduk homogen.
3. Propilenglicol, asam benzoat, dan syr simplex aduk hingga
homogen.
16
4. Lalu tambahkan essense dan pewarna.
5. Masukkan ke dalam wadah.
6. Tambahkan aquades ad kalibrasi.
7. Kemudian dikemas.

F. Hasil Evaluasi Sediaan Sirup


1. Uji Organoleptis : warna pink, bentuk cair, dan rasa agak
manis, tidak berbau.
2. Uji Kejernihan : Jernih tidak ada partikel

3. Uji pH : pH 3

4. Uji Bobot Jenis :


W. pikno = 95,344 gr
W. pikno+air = 153,709 gr
W. pikno+sirup = 154,509 gr
M air = W. air – W. pikno
= 153,709 – 95,344
= 58,365
M sirup = W. sirup – W. pikno
= 154,509 – 95,344
= 69,165
BJ = M. sirup/ M. air

17
= 69,165/ 58,365
= 1,185 gr/ml
5. Uji Volume Terpindahkan :
Vt = V pengukuran/ V awal x 100%
= 59/ 60 x 100%
= 98,33%

18
BAB III

EMULSI

A. Pendahuluan
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. ( FI IV, 1995). Tipe emulsi
ada 2 yaitu oil in water (o/w) dan water in oil (w/o). Emulsi dapat
distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang disebut emulgator
(emulsifying agent) atau surfaktan yang dapat mencegah koalesensi, yaitu
penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu
fase tunggal yang memisah. Surfaktan menstabilkan emulsi dengan cara
menempati antar-permukaan tetesan dan fase eksternal, dan dengan
membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi.
Surfaktan juga mengurangi tegangan permukaan antar fase sehingga
meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran.
Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di
dalam emulsi, terdiri dari : a. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/
fase terdispersi/ fase dalam, yaitu zat cair yang terbagi- bagi menjadi
butiran kecil di dalam zat cair lain. b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase
pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai
bahan dasar emulsi tersebut. c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang
berfungsi untuk menstabilkan emulsi. 2. Komponen tambahan, adalah
19
bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun
eksternal, emulsi digolongkan menjadi 2 macam yaitu: 1. Emulsi tipe O/W
(Oil in Water) atau M/A (minyak dalam air) adalah emulsi yang terdiri
atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi kedalam air. Minyak
sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal. 2. Emulsi tipe W/O
(Water in Oil) atau A/M (air dalam minyak) adalah emulsi yang terdiri
atas butiran air yang tersebar atau terdispersi kedalam minyak. Air sebagai
fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan emulsi dengan bahan aktif
Paraffin.
2. Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan emulsi.
3. Mahasiswa mampu membuat desain kemasan dan brosur sediaan
emulsi.

C. Landasan Teori
Menurut Ansel, emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya
terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh
pembawa yang tidak bercampur. Menurut Famakope Indonesia edisi IV
emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil. Menurut Farmakope Indonesia

20
edisi III emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Dari beberapa definisi yang tertera
dapat disimpulkan bahwa emulsi adalah sistem dua fase yangsalah satu
cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-
butiran kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.
Macam-macam emulsi, yaitu a. oral umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa
dan bau minyak yang tidak enak dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah
kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna. b.
topikal umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor
misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan
yang penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan efek lokal. c.
injeksi sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui
kulit atau selaput lendir. Tipe-tipe emulsi yaitu tipe emulsi o/w atau m/a :
emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke
dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal. Kedua
tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar
atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak
sebagai fase eksternal.
Monografi bahan pada sediaan emulsi paraffin yaitu sebagai berikut:
1. Parafin liquid

21
a. Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
b. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air
c. Indikasi : Laksativa
d. Dosis Lazim : Max 30 ml sehari
e. Cara pemakaian : Lokal
f. Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

2.Triethanolamine / TEA
a. Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat,
tidak berasa, bau lemah mirip ammonia
b. Kelarutan : Mudah Larut dalam air dan etanol (95%), larut
dalam chloroform
c.Indikasi : Zat tambahan, emulgator
d.Wadah dan penyimpanan : wadah yang tertutup rapat

3. Cera Alba
a. Pemerian : Zat padat, lapisan tipis bening, berwarna putih
kekuningan, bau khas lemah
b. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut
adlam etanol 95% dingin, larut dalam chloroform, dalam eter hangat,
dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri.
c.Indikasi : zat tambahan
d.Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

22
4. Methyl Paraben
a.Pemerian : Kristal atau serbuk Kristal, tidak berwarna atau
berwarna putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa sedikit
menggigit.
b. Kelarutan : sukar larut dalam air, sukar larut dalam benzene,
tetraklorida, mdah larut dalam etanol, dan eter.
c.pH : 3-6
d. Indikasi : sebagai antimikroba
e. Dosis lazim : 0,02%-0,3%
f. Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

5. Aqua Destilata
a. Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau
b.pH : 5-7
c. indikasi : Zat pembawa dan pelarut
d. wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

D. Alat dan Bahan

23
Alat : mortir dan stamper, beaker glass, batang pengaduk, gelas ukur,
kertas perkamen, hotplate, cawan proselin, kaca arloji, corong, lap, botol
coklat 60ml, pipet tetes, spatel, waterbath dan timbangan analitik.
Bahan : paraffin liquid, TEA, methil paraben, cera alba/plava aquadest.

a. Formula
Fornas: tiap 5ml chlorampenicol suspensi mengandung :
R/ Paraffin liquid 35%
TEA 8%
Methil paraben 0,1%
Cera alba/plava 2%
Aquadest ad 60 ml

b. Perhitungan Bahan
Paraffin liquid 35% x 60 = 21 gr
TEA 8% x 60 = 4,8 gr
Methil paraben 0,1% x 60 = 0,06 gr
Cera alba/plava 2% x 60 = 1,2 gr
Aquadest ad 60 ml

Karena adanya evaluasi sediaan maka sediaan dibuat sebanyak 2 sediaan yaitu 1
sediaan untuk dikemas dan 1 sediaan lagi digunakan untuk evaluasi sediaan, maka
bahan yang sudah dihitung tadi dikalikan 2 sehingga diperoleh :

24
Paraffin liquid 42 gr
TEA 9,6 gr
Methil paraben 0,12 gr
Cera alba/plava 2,4 gr
Aquadest ad 60 ml

c. Cara Kerja
1. Kalibrasi botol.
2. Cera plava + paraffin cair masukkan dalam cawan lalu dilebur diatas
waterbath (M1).
3. M1 masukkan kedalam mortir.
4. Tambahkan TEA dan air panas (5 x bobot TEA), gerus.
5. Tambahkan nipagin, ghh dan tambah aquadest secukupnya.
6. Tuangkan sediaan pada botol.
7. Tuangkan pula aquadest ad batas kalibrasi.
8. Kemas sediaan.

E. Hasil Evaluasi Sediaan


1. Uji Organoleptis : warna putih susu, bentuk emulsi, tidak
berbau dan rasa agak pahit.
2. Uji pH : pH 4
3. Uji Tipe Emulsi : didapatkan hasil bahwa berwarna biru
artinya tipe sediaan minyak di dalam air (m/a).

25
DAFTAR PUSTAKA

Anief M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek,


UGM Press, Yogyakarta.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, IV, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi
Kelima, diterjemahkan oleh Soewandhi, S. N., Cetakan
Pertama, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 101-
102.

Tjay, Than Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat


Penting edisi VI, Jakarta: Elex Media Komputindo.

H.A.Syamsuni, Drs. 2005. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC .

Anda mungkin juga menyukai