Anda di halaman 1dari 7

NANDA ISMI AZIZAH

P07134218045

Topik 1 (Undang-undang Narkotika dan Psikotropika)


Latihan
1. Sebutkan undang-undang yang mengatur tentang narkotika!
a. Undang-undang No 9 Tahun 1976
b. Undang-undang No 22 Tahun 1997
c. Undang-undang No 35 Tahun 2009
2. Apa yang dimaksud dengan narkotika golongan I, II dan III, berikan masing-masing
contohnya!
a. Narkotika golongan I
Digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak untuk terapi,
berpotensi tinggi terhadap ketergantungan.
Contoh: heroin, kokain dan ganja
b. Narkotika golongan II
Digunakan sebagai pilihan terakhir pengobatan, terapi dan juga pengembangan ilmu
pengetahuan serta berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan,
Contoh: morfin dan petidin
c. Narkotika golongan III
Digunakan untuk pengobatan dan terapi serta pengembangan ilmu pengetahuan
denganpotemsi ringan terhadap ketergantungan
Contoh: codein
3. Sebutkan peraturan penggolongan narkotika yang terbaru!
a. Permenkes No 14 tahun 2014
b. Permenkes No 13 tahun 2014
c. Permenkes No 41 tahun 2017
4. Apa yang dimaksud dengan psikotropika? Sebutkan 3 contoh
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contoh: amfetamin, deazepam dan buprenofrin
5. Apa yang dimaksud dengan precursor? Sebutkan 3 contoh
Prekursor sebagai bahan pemula atau bahan kimia banyak digunakan dalam berbagai
kegiatan baik pada industri farmasi, industri non farmasi, sektor pertanian maupun untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Contoh : Aseton, Ethyl eter dan toluene
TES 2
1. B
2. A
3. E
4. D
5. C

JAWABAN TOPIC 2 (ANALISIS NARKOTIKA)

1. Senyawa utama pada tanaman ganja :


Kanabis mengandung lebih dari 60 derivat dari 2-*2-isopropyl-methylphenyl+-5-
pentylresorcinol yang disebut kanabinoid. Kanabis mengandung campuran bervariasi zat
kimia yang disebut kanabinoid. Empat kandungan mayor adalah :
a. Δ-9-tetrahydrocannabinol (THC)
b. Cannabinol (CBN)
c. Cannabidiol (CBD)
d. Cannabichromene(CBCh)

2. Ciri khas mikroskopis ganja :

Cannabis sativa dapat diidentifikasi dengan struktur mikroskopik permukaan


tanaman, yaitu ditandai oleh trikoma (seperti proyeksi rambut dari sel epidermis
tumbuhan). Dua jenis trikoma dapat diamati dengan mikroskop binokuler dengan faktor
pembesaran 40.
(a) Trichome non-glandular sangat banyak, tidak bulat, kaku dan melengkung, dengan
ujung ramping yang runcing:
(1) Cystolithic trichome yang ditemukan di permukaan atas daun ganja memiliki bentuk
cakar beruang yang khas dan mungkin memiliki kristal kalsium karbonat (cystoliths) yang
terlihat di pangkalannya. Seringkali, trichome rusak dan sistolis terbebas (a);
(2) Trikoma non-kistolitik berada terutama pada sisi bawah daun, bract dan bracteola
dan tidak memiliki dasar yang membesar (b);
(3) Trikoma berbentuk cakar beruang di permukaan atas dan trikoma non-cystolithic
yang halus dan ramping pada permukaan bawah daun adalah karakteristik ganja.

3. Metabolisme dan ekskresi :


a. Ganja :

- Metabolisme (Hepatik 90%): D9-THC diserap dari saluran pencernaan tapi


penyerapannya lambat dan tidak teratur. Namun, D9-THC dapat diukur dalam
plasma dalam hitungan detik setelah menghirup asap ganja pertama.
- Ekskresi (Urin 25%, feses 65% ) : Hampir 25% dari dosis diekskresikan melalui urin
dalam 3 hari, terutama sebagai glucuronide asam 11-nor-D9-THC-9-carboxylic,
bersama-sama dengan bentuk karboksilat dalam bentuk bebas dan terkonjugasi.
D9-THC-O-glucuronide juga terdeteksi dalam urin.
b. Herion :
- Metabolisme secara hepatik dengan baik dalam bentuk morfin-o-glukoronida dan
hanya sebagian kecil (2-12%) diekskresi tanpa mengalami perubahan bentuk.
Metabolit yang terbesar (60-80%) diekskresi melalui urine dan hanya jumlah kecil 5-
14%.
- Diekskresi di dalam feses. Konsentrasi morfin dalam urin dalam dosis terapetik
sebesar 10 μg/ml. Seperti juga morfin, kodein mengalami metabolism dalam tubuh .
Jumlah besar diekskresikan dalam bentuk kodein glukoronida. Dalam jumlah kecil
(10-15%) didemetilasi membentuk morfin dan norkodein, diekskresi dalam urine
terutama dalam bentuk glukoronida
c. Kokain :

- Prinsip Ekstraksi : Kokain diekstraksi dengan pelarut organik dalam suasana basa
pada PH 8-9,5. Spesimen diatur pH sampai 9 (8 – 9,5) dengan buffer yang tepat.
Hasil ekstraksi diuapkan, residu siap untuk pemeriksaan dengan alat KLT dan alat
KG.

4. Spesimen yang dapat digunakan untuk pemeriksaan :


a. Ganja : Hidrolisis , ekskresi
b. Heroin : pengambilan specimen urin, ekstraksi
c. Kokain : Spesimen urin , eksktraksi , uji screening

5. Metode tes presumptive sampel yang diduga ganja :

- Tes presumtif ( Tes warna )

Tes warna positif hanya memberi indikasi kemungkinan adanya bahan yang mengandung
ganja dan bukan identifikasi pasti ganja. Oleh karena itu, wajib bagi analis untuk
mengkonfirmasi hasil tersebut dengan menggunakan teknik tambahan yang lebih spesifik.
Sebagai contoh, sebuah laboratorium memungkinkan kombinasi tes warna, kromatografi lapis
tipis dan mikroskopi untuk bahan tanaman ganja untuk identifikasi positif, asalkan setidaknya
tiga cannabinoids diidentifikasi oleh KLT. Analis juga sangat disarankan untuk menganalisa
sampel kontrol ganja (misalnya bahan referensi yang mengandung campuran standar
referensi cannabinoid) dan blind sampel untuk memverifikasi hasil pengujian dan
fungsionalitas serta keandalan semua reagen uji.
TES 2
1. B.
2. E.
3. D.
4. A.
5. C.
JAWABAN TOPIC 3 (PSIKOTROPIKA)

1. Metabolisme dan ekskresi :

a. Metamfetamin
Setelah mengkonsumsi dosis oral sebanyak 2,5-15 mg amfetamin, kadar puncak dalam
plasma sebesar 30-170 μg/mL akan dicapai dalam 2 jam, dan waktu paruh dalam plasma 8-
12 jam. Kadar dalam darah yang menyebabkan kematian biasanya di atas 500 μg/mL.

Metamfetamin dan Amfetamin mulai terdeteksi dalam urin 20 menit setelah pemakaian.
Amfetamin dikeluarkan dalam bentuk aslinya 20-30%, sedangkan 25% adalah bentuk asam
hipurat dan asam benzoat (deaminasi) serta metabolit terhidroksilasi sebagian sebagai
konjugat. Kecepatan dan jumlah zat yang dikeluarkan dalam bentuk aslinya berganutng pada
pH urin. Dalam urin alkali 45% zat yang dikeluarkan dalam 24 jam, 2% adalah bentuk asli,
sedangkan dalam urin asam, 78% dikeluarkan dalam 24 jam, 68% adalah bentuk bebas.

b. Benzodiazepin
Benzodiazepin dimetabolisir di hepar dengan reaksi N-demetilasi, 3 hidroksilasi dan
konjugasi asam glukoronat. Metabolit aktif adalah desmetildiazepam serta oxazepam dan
tenazepam dengan waktu paruh 20 – 40 jam. Ekskresi terutama dalam bentuk metabolitnya
dalam urin. Ekskresinya lambat, 71 % dari dosis terdeteksi di urin, 10 % di feses. Diazepam
dan N-desmetildiazepam tetap ada di dalam darah setelah pemberian dosis dalam waktu
yang lama.

2. Spesimen yang dapat digunakan untuk pemeriksaan :

a. Metamfetamin : Metoda Spektrofotometri


b. Benzodiazepin : METODA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

TES 2

1. B.
2. E.
3. A.
4. C.
5. D.
JAWABAN TOPIC 4 (ZAT ADIKTIF)

1. Penggolongan minuman ber alcohol berdasarkan per KBPOM !


Berdasarkan Peraturan Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan Nomor. 14 Tahun
2016 tentang Minuman Beralkohol, minuman berakohol digolongkan menjadi 3 yaitu:
- golongan A; dengan kadar etanol 0%-5% (contoh:bir)
- golongan B; kadar etanol 5%-20% (contoh: minuman anggur atau wine)
- dan golongan C; kadar etanol 20%-55% (contoh: Whiskey, Vodca, TKW,
Manson House, Johny Walker)
2. Jelaskan :
a. Absorbsi dan Distribusi
Etanol bersifat larut air maupun lipida dengan volume distribusi
mendekati air. Etanol cepat diserap dari saluran pencernaan dalam waktu 30
sampai 60 menit setelah konsumsi. Etanol terdistribusi ke seluruh cairan
tubuh dan jaringan, dengan mudah melintasi sawar darah dan plasenta. Rata-
rata volume distribusi berkisar antara 0,56 sampai 0,72 L / kg.
Kadar alkohol dalam darah maksimum dicapai 30-90 menit. Setelah
diserap, etanol disebarluaskan ke suluruh jaringan dan cairan tubuh.
b. Metabolisme dan Eksresi Etanol
Sebagian besar metabolisme terutama melalui dua sistem enzim hati: (1)
alkohol dehidrogenase (ADH), yang umumnya merupakan mekanisme utama, dan (2)
sistem pengoksidasi etanol microsomal (mycrosom ethanol oxidation system=MEOS),
yang dapat diinduksi dan memungkinkan peminum kronis untuk menurunkan etanol
pada kadar tinggi. Sistem ketiga, jalur katalase peroksidase, hanya memiliki peran
minimal pada manusia. Karena metabolisme dalam mukosa dan hati, dosis etanol oral
akan menghasilkan kadar etanol darah lebih rendah daripada dosis setara yang
diberikan secara intravena.
Sistem dehidrogenase alkohol (jalur metabolisme utama) menggunakan
alkohol dehidrogenase untuk mengoksidasi etanol menjadi asetaldehida dan kemudian
aldehid dehidrogenase untuk mengoksidasi asetaldehida menjadi asetat . Asetat
akhirnya menjadi asetil koenzim A (asetil-KoA), yang kemudian memasuki siklus Krebs,
mengalami pembentukan badan keton, atau disintesis menjadi asam lemak. Asetat
juga diubah menjadi aseton. Selama proses oksidatif ini, nicotinamide adenine
dinucleotide (NAD+) direduksi menjadi NADH, sehingga mengubah potensial redoks
sitosol (rasio NADH/NAD+). Perubahan rasio NADH/NAD+ merusak proses oksidatif
seluler, seperti konversi laktat menjadi piruvat dan glukoneogenesis. Karena
glukoneogenesis sangat penting untuk mempertahankan homeostasis glukosa serum,
kelainan metabolik yang dalam seperti asidosis, hipoglikemia, dan lainnya. Sekitar 90%
- 98% alkohol yang dikonsumsikan akan dimetabolisme oleh sistem enzim hati
menjadi bentuk karbondioksida dan air.
Ketika alkohol diserap ke dalam aliran darah, maka eliminasi alkohol akan segera
terjadi melalui proses ekskresi dan metabolisme. Sebanyak 2% - 8% diekskresikan
melalui paru- paru, urin, saliva, air mata dan pernafasan. Alkohol juga diketahui dapat
diekskresikan melalui air susu

3. Sampel biologis untuk pemeriksaan etanol :


a.Dalam darah
b.Dalam Napas
c. Dalam urin
d.Tes Alkohol dalam Saliva
e.Metoda Kromatografi Gas (KG)
4. Prinsip pemeriksaan etanol dengan metode cawan Conway:

Spesimen atau hasil destilasi uap jaringan di destilasi secara langsung dalam
larutan asam tungstat untuk mengendapkan protein. Cairan dari destilat dicampur
dengan sejumlah tertentu larutan standar kalium dikromat dalam larutan asam
sulfat sehingga mencapai keasaman 15 N dan dioksidasi pada suhu 100°C.
Residu ini diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 450 nm dan
konsentrasi alkohol pada spesimen dihitung dari kurva kalibrasi atau table yang
disiapkan dari larutan yang diketahui kadar alkoholnya.
1. Untuk analisa submikro, 0,01 ml darah atau urin ditempatkan pada bagian
luar dari cincin chamber dari cawan Conway, dan 1,00 ml kalium karbonat
untuk memudahkan pelepasan alkohol, 2,50 ml kalium dikromat, reagen
oksidasi ditempatkan di tepi cawan Conway.
2. Untuk analisa ultramikro: 0,02 ml sampel ditempatkan diluar cincin chamber
dari cawan Conway yang berdiameter 44 mm, bersamaan dengan 0,50 ml
reagen oksidasi kalium dikromat di tepi cawan Conway.
TES 2
1. D
2. A
3. D
4. C
5. B

Anda mungkin juga menyukai