Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN


“PENGARUH OBAT DIGOKSIN PADA ORANG DEWASA”

Dosen Pembimbing : 1. Meilla Dwi Andrestian, SP., M.Si


2. Siti Mas’odah, S.Pd., M.Gizi

Disusun Oleh :

Kelompok 5
Amalia Khatimah P07131218047
Dhea Rizka Ananda P07121218054
Ismawati P07131218061
Miftahul Husna P07131218067
Raudatul Jannah P07131218075
Yulia Maulida P07131218082

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM GIZI DAN DIETETIKA SARJANA TERAPAN
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum, pengertian obat adalah semua bahan tunggal/campuran yang
dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna
mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit. Sedangkan, menurut
undang-undang, pengertian obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk
dipergunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok
tubuh atau bagian tubuh manusia.
Dewasa ini, peradaban manusia sudah semakin maju, bisa kita lihat dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin modern diantaranya
dalam dunia kesehatan. Sering kita jumpai berbagai macam obat-obatan dan
bahan kimia lainnya yang terdapat di apotek-apotek atau toko-toko obat yang di
jual secara bebas, baik untuk anak, dewasa bahkan orang tua.
Orang dewasa rentan terkena berbagai macam penyakit. Salah satunya
penyakit gagal jantung. Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada
kalau disertai peninggian volume diastolic secara abnormal.
Obat inotropik positif bekerja dengan meningkatkan kontraksi otot jantung
(miokardium) dan digunakan untuk gagal jantung, yakni keadaan dimana jantung
gagal untuk memompa darah dalam volume yang dibutuhkan tubuh. Keadaan
tersebut terjadi karena jantung bekerja terlalu berat atau karena suatu hal otot
jantung menjadi lemah. Beban yang berat dapat disebabkan oleh kebocoran katup
jantung, kekakuan katub, atau kelainan sejak lahir dimana sekat jantung tidak
terbentuk dengan sempurna.
Ada 2 jenis obat inotropik positif, yaitu glikosida jantung dan penghambat
fosfodiesterase. Pada makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang digoksin
sebagai salah satu pilihan obat untuk terapi gagal jantung yaitu Glikosida jantung
(Digoksin).
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dari Digoksin!
2. Jelaskan farmakologi Digoksin!
3. Jelaskan mekanisme kerja dari Digoksin!
4. Jelaskan interaksi obat Digoksin terhadap makanan!
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari Digoksin
2. Untuk mengetahui dan memahami farmakologi Digoksin
3. Untuk mengetahui dan memahami mekanisme kerja dari Digoksin
4. Untuk mengetahui dan memahami interaksi obat Digoksin terhadap makanan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Digoksin
Digoksin merupakan glikosida jantung yang berasal dari digitalis lanata yang
memiliki efek inotropik positif (meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung).
Selain itu, digoksin juga mempunyai efek tak langsung terhadap aktivitas saraf
otonom dan sensitivitas jantung terhadap neurotransmitter.
Digoksin digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa
(kemampuan kontraksi) jantung dalam keadaan kegagalan jantung/congestive heart
failure (CHF). Obat ini juga digunakan untuk membantu menormalkan beberapa
dysrhythmias (jenis abnormal denyut jantung). Obat ini termasuk obat dengan
Therapeutic Window sempit jarak antara MTC (Minimun Toxic Concentration) dan
MEC (Minimum Effectiv Concentration) mempunyai jarak yang sempit. Artinya
rentang antara kadar dalam darah yang dapat menimbulkan efek terapi dan yang
dapat menimbulkan efek toksik sempit. Sehingga kadar obat dalam plasma harus
tepat agar tidak melebihi batas MTC yang dapat menimbulkan efek toksik. Efek
samping pada pemakaian dosis tinggi, gangguan saluran cerna seperti mual, muntah
dan gangguan ritme jantung. Reaksi alergi kulit seperti gatal-gatal, biduran dan juga
terjadinya ginekomastia (jarang) yaitu membesarnya payudara pria) mungkin terjadi.
B. Farmakologi Digoxin
1. Farmakodinamik Digoxin
a. Peningkatan Kontraktilitas Miosit Jantung Melalui Peningkatan Kadar
Kalsium Intraseluler
Farmakodinaki dogoxin adalah melalui menghambat enzim Na-K-ATPase
sehingga meningkatkan jumlah natrium di dalam sel. Natrium calcium
exchanger kemudian mencoba untuk mengeluarkan natrium dan membawa
masuk kaslium. Konsentrasi tinggi kalsium di dalam sel dapat
mengaktivasikan protein contractile seperti aktin dan miosin, sehingga
meningkatkan inotropi dan automaticity dan mengurangi kecepatan
konduksi.
b. Inhibisi Konduksi Atrioventrikular
Digoxin juga menghambat beberapa konduksi atrioventrikular yang
melindungi ventrikel dari rangsangan berlebih saat atrium sedang
mengalami aritmia.
c. Reduksi Reuptake Katekolamin
Digoxin mengurangi reuptake katekolamin di ujung terminal saraf, sehingga
pembuluh darah lebih sensitif terhadap katekolamin endogen atau eksogen.
d. Mempengaruhi Aktivitas Jantung
Digoxin juga mempengaruhi aktivitas jantung dalam meningkatkan
kemiringan (slope) depolarisasi fase 4, memendekkan waktu action
potential dan mengurangi potential diastolik maksimal.
e. Efek Digoxin dengan Konsentrasi yang Lebih Tinggi
Pada konsentrasi digoxin yang lebih tinggi, digoxin dapat mempengaruhi
sistem saraf pusat melalui penghambatan enzim Na-K-ATPase. Aktivitas
nervus vagus meningkat sehingga mengurangi kecepatan konduksi
atrioventrikular. Stimulasi area postrema juga menyebabkan mual dan
muntah, serta gangguan penglihatan warna. Hal ini merupakan gejala dari
toksisitas digoxin.
2. Farmakokinetik Digoxin
Farmakokinetik digoxin berupa aspek absorbsi, distribusi, metabolisme
dan eliminasinya.
a. Absorbsi
Onset awal digosin dicapai dalam 0,5-2 jam untuk sediaan oral dan 5-30
menit untuk sediaan intravena. Efek maksimal tercapai dalam 2-6 jam untuk
sediaan oral dan 1,5-4 jam untuk sediaan intravena.
b. Distribusi
Biovailabilitas digoxin tablet sebesar 60-80%. 20-25% digoxin akan terikat
oleh protein. Waktu paruh digoxin selama 3,5-5 hari.
c. Metabolisme
Metabolisme digoxin terjadi di hepar yang menghasilkan metabolit akhir
3b-digoxigenin dan 3-keto-digoxigenin.
d. Eliminasi
Sekitar 50-70% dosis digoxin akan diekskresikan melalui urin.
C. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja dari digoksin adalah menghambat Na-K-ATPase,
menghasilkan peningkatan sodium intrasel yang menyebabkan lemahnya pertukaran
sodim/kalium dan meningkatkan kalsium intrasel. Hal tersebut dapat meningkatkan
penyimpanan kalsium intraselular di sarcoplasmic reticulum pada otot jantung, dan
dapat meningkatkan cadangan kalsium untuk memperkuat/meningkatkan kontraksi
otot.
Terjadinya kontraki otot jantung dikarenakan Ca++ intrasel akan mengikat
suatu protein yaitu troponin. Dalam keadaan relaks, troonin berada dalam keadaan
berikatan dengan aktin-miosin yang menyebabkan hambatan terhadap interaksi
aktin-miosin yang diperlukan untuk kontraksi. Dengan terikatnya Ca++ dengan
troponin, maka troponin akan terlepas dari ikatannya dengan aktin-miosin sehingga
memungkinkan interaksi aktin-miosin bekerja memicu kontraksi.
Ion Na+ dan Ca2+ memasuki sel otot jantung selama/setiap kali depolarisasi.
Ca2+ yang memasuki sel melalui kanal Ca2+ jenis L selama depolarisasi memicu
pelepasan Ca2+ intraseluler ke dalam sitosol dari retikulum sarkoplasma melalui
reseptor ryanodine (RyR).
Ion ini menginduksi pelepasan Ca2+ sehingga meningkatkan kadar Ca2+
sitosol yang tersedia untuk berinteraksi dengan protein kontraktil, sehingga kekuatan
kontraksi dapat ditingkatkan. Selama repolarisasi myocyte dan relaksasi, Ca2+ dalam
selular kembali terpisahkan oleh Ca2+ sarkoplasma retikuler -ATPase (SERCA2),
dan juga akan dikeluarkan dari sel oleh penukar Na+- Ca2+ (NCX) dan oleh Ca2+
sarcolemmal -ATPase.
Pengikatan glikosida jantung ke sarcolemmal Na+, K+-ATPase dan
penghambatan aktivitas pompa Na+ seluler menghasikan pengurangan tingkat
aktivitas ekstrusi Na+ dan peningkatan sitosol Na+. Peningkatan Na+ intraseluler
mengurangi gradien transmembran Na+ yang mendorong ekstrusi Ca2+ intraseluler
selama repolarisasi myocyte.
Dengan mengurangi pengeluaran Ca2+ dan masuknya kembali Ca2+ pada
setiap kali potensial aksi, maka Ca2+ terakumulasi dalam myocyte: serapan Ca2+ ke
dalam SR meningkat, ini juga meningkatkan Ca2+ sehingga dapat dilepaskan dari
SR ke troponin C dan protein Ca2+- sensitif dari aparatus kontraktil lainnya selama
siklus berikutnya dari gabungan eksitasi-kontraksi, sehingga menambah
kontraktilitas myocyte.
D. Interaksi Obat Digoksin terhadap Makanan
 Kadar serum puncak digoksin dapat diturunkan jika digunakan bersama dengan
makanan. Makanan yang mengandung serat (fiber) atau makanan yang kaya akan
pectin menurukan absorpsi oral digoksin.
 Interaksi digoksin dengan Calcium (Ca)
Peningkatan Ca dalam plasma dapat meningkatkan toksisitas digoksin. Oleh
karenannya, hindari konsumsi makanan tinggi Ca terutama 2 jam
sebelum/sesudah minum obat ini. Sumber utama Ca adalah susu dan hasil
olahannya seperti keju.
 Hindari ephedra (risiko stimulasi karidak)
 Hindari natural licorice (menyebabkan retensi air dan natrium dan meningkatkan
hilangnya kalium dalam tubuh)
 Interaksi digoksin dengan suplemen Magnesium (Mg)
Penggunaan digoksin dapat menurunkan Mg intraseluler dan meningkatkan
pengeluaran Mg dari tubuh melalui urin. Pemberian suplemen Mg akan sangat
menguntungkan. Dianjurkan konsumsi Mg adalah 30-500 mg per hari. Dari
makanan, juga dapat ditingkatkan konsumsinya (tanpa melalui suplemen Mg).
Sumber utama Mg adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian dan kacang-
kacangan, daging, coklat, susu dan hasil olahannya.
 Interaksi Digoksin dengan Potassium (Kalium)
Digoxin mengganggu transport potassium dari darah menuju sel sehingga
digoksin pada dosis yang cukup tinggi dapat menyebabkan hiperkalemia fatal.
Oleh karenanya pada saat mengkonsumsi/menggunakan digoxsin, hindari
konsumsi suplemen potassium atau makanan yang mengandung potassium dalam
jumlah besar seperti buah (pisang). Sumber utama potassium adalah buah dan
sayuran menjadi pertimbangan penting dalam diagnosis diferensial aritmia dan
gejala neurologis dan gastrointestinal pada pasien yang menggunakan glikosida
jantung.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Analistiana. 2014. Makalah Farmakologi I Digoksin.


https://www.slideshare.net/kalistianayiyiz/makalah-farmakologi-i-digoksin-
analistiana-farmasi-2014. Diakses tanggal 18 Maret 2020
Anonim. Tanpa tahun.
https://www.academia.edu/29966796/Digoksin_Si_Obat_Gagal_Jantung.
Diakses tanggal 16 Maret 2020
Anoni. Tanpa tahun.
https://www.google.com/amp/s/moko31.wordpress.com/2012/12/27/mekani
sme-digoksin/amp/. Diakses tanggal 16 Maret 2020
Ikawati Z. 2008. Pengantar Farmakologi Molekuler. UGM Press : Yogyakarta.
Diakses tanggal 16 Maret 2020
Laurence L.B., John S.L., Keith L.P. (2006). Goodman Gilman’s The
Pharmacological Basis Of Therapeutics Eleventh Edition. New York.
McGraw-Hill Companies. Diakses tanggal 16 Maret 2020
Wahjoepramono, Graciella N T. Tanpa tahun. http://www.alomedia.com/obat-
kadrdiovaskuler/obat-gagal-jantung/digoxin/farmakologi. Diakses tanggal
17 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai