Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat, hidayah
dan karunia-Nya sehingga makalah ini dengan judul Menjelaskan dan Menghitung
Penyesuaian Dosis Digoxin sebagai tugas Farmakokinetika Klinik dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk
mencapai hasil terbaik namun keterbatasan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki
mejadikan makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, untuk kepentingan perbaikan makalah-makalah berikutnya maka
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.
Terima kasih.
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
PEMBAHASAN
2.1 Digoxin
Walaupun terdapat variasi yang sangat besar diantara pasien, konsentrasi plasma
digoxin secara umum bernilai ~ 1 hingga 2 mcg/L (ng/mL) biasanya diangap berada didalam
kisaran terapeutik. Data saat ini mengindikasikan bahwa kisaran terapeutik 0,5 hingga 0,9
mcg/L diindikasikan untuk pasien dengan CHF (congestive heart failure). Kisaran target yang
lebih rendah ini didasarkan pada fakta bahwa kebanyakan pasien dengan disfungsi ventricular
kiri tidak menunjukkan manfaat terapeutk tambahan dari penggunaan konsentrasi digoxin
yang lebih tinggi dan pasien tersebut memiliki resiko yang lebih besar terhadap toksisitas
dengan konsentrasi digoxin ≥ 1,2 mcg/L. untuk pasien penderita fibrilasi atrial yang
menggunakn digoxin, tujuan penggunaan digoxin ini adalah pengendalian lajunya.
Pengendalian laju diperoleh melalui penghambatan nodus atrioventrikular (AV) dan mungkin
membutuhkan konsentrasi digoxin yang lebih tinggi. Penggunaan farmakokinetika untuk
menyesuaikan regimen dosis yang dapat mengurangi terjadinya toksisitas digoxin (Wiwin,
2016).
2.3.1 Absorbsi
Absorbsi digoxin melalui difusi pasif tergantung luas area dan kosentrasi meningkat
karena dosis yang meningkat dan absorbs yang meningkat. Digoxin tablet diabsorbsi 60-
80%,sedangkan dalam bentuk kapsul digoxin diabsorbsi lebih dari 90% jika diberikan dalam
1-3 jam. Hal ini akan dilanjutkan dengan distribusi terhadap jaringan selama 6-8 jam. Pada
beberapa pasien,kemuadian digoxin peroral sebagian akan diinaktivasi oleh bakteri,sehingga
antibiotic akan dapat meningkatkan aborbsi digoxin (Wiwin, 2016).
2.3.2 Distribusi
2.3.3 Metabolisme
Hanya 16% digoxin yang telah diabsorbsi akan dimetabolisme yang akan dikeluarkan
dalam bentuk tak berubah melewati urin. Metabolime digoxin terjadi dihepar dimana reaksi
reduksi dan oksidasi (lebih kecil dibandingkan didalam lambung). Didalam lambung terjadi
reaksi hidrolisis menghasilkan dogoxigenin dan menjadi D-monodigitoxic dan selanjutnya
digoxigenin yang merupakan metabolit yang tidak aktif. Dalam usus terjadi reaksi reduksi
menjadi dihidrodigoxin yang akan menjadi metabolit tidak aktif (Wiwin, 2016).
2.3.4 Ekskresi
Ekskresi digoxin melewati dua jalur yaitu ekskresi bilier dan ekskresi renal. Tetapi
klirens total = 180 ml/menit atau 1,73m2. Klirens renal = 140 ml/menit atau 1,73m2. Jadi
klirens hepatik tidak begitu berpengaruh. Digoxin biasa digunakan 1 kali sehari. Dan karena
digoxin diperuntukan pada pasien gagal jantung yang memerlukan pengobatan segera maka
diperlukan Loading Dose atau dosis muatan, sehingga konsentrasi digoxin langsung
mencapai range terapi. Tetapi menurut beberapa pustaka Loading Dose kurang rasional
karena efek digoxin baru muncul setelah 8-12 jam (karena harus menembus myocard untuk
memberikan efek) (Wiwin, 2016).
T ½ digoxin 36 – 48 jam pada pasien dengan fungsi ginjal normal dan 3,5 – 5 hari
pada pasien anuria. Pada pasien dengan fungsi ginjal normal pemberian secara oral setiap hari
dengan dosis pemeliharaan tanpa pemberian Loading Dose akan menyebabkan konsentrasi
saat steady state tercapai dalam 7 hari (Wiwin, 2016).
Seperti dikketahui bahwa sistem sirkulasi memegang peran sentral disposisi obat.
Begitu obat terabsorpsi dari sistem gastro – intestinal, topikal ( otot), atau langsung masuk ke
dalam sistem sirkulasi sesudah pemberian intravena, fraksi obat bebas (protein unbound)
akan terdistribusi ke seluruh organ tubuh, termasuk reseptor dan organ tereliminasi.
Vaskularisasi dan kecepatan aliran darah yang menuju dan berada di dalam organ tentuu
menentukan disposisi obat, kadarnya dalam darah, dan target obat( enzim metabolisme dan
reseptor). Hampir semua organ tubuh terjangkau dengan baik oleh pembuluh darah, sehingga
memungkinkan obat terdistribusi relatif homogen ke seluruh tubuh, tergantung sifat fisiko-
kimiawi tubuh dan obat (ritschel & kearns, 2004; shargel dkk, 2005). Masalahnya sekarang
seberapa cepat dan banyak obat dihantarkan ke organn-organ tubuh, akan sangat tergantung
normalitas sistem kardiovaskular. Oleh sebab itu penting dibicarakan faktor-faktor yang
dapat mengganggu abnormalitas distributor obat, sehingga dapat meperkirakan profil
disposisi obat dalam tubuh (Lukman, 2016).
2.4.1 Patofisiologi Gagal Jantung
Karena perubahan kecepatan aliran darah ke tempat-tempat eliminasi utama (hati dan
ginjal), maka klirens hepatik dan renal obat juga akan berubah. Perlambatan aliaran darah
karena gagal jantung (atau karena obat-obat penekan jantung, misalnya norepinefrin,
propranolol) akan memperlambat klirens hepatik obat-obat Eh tinggi sebab terjadi
perlambatan aliran darah hepatik, sehingga meningkatkan kadarnya dalam darah jika dosis
maintenance obat tidak dikurangi. Gagal jantung dapat mengurangi kapasitas metabolisme
hati melalui dua cara, yaitu kerusakan sel hati (karena kongesti atau hipoperfusi), atau
hipoksemia sehingga mengganggu proses oksidasi oleh enzim CYP (Lukman, 2016).
2.4.3 Regimen Dosis
Digoxin pada dosis rendah, mengakibatkan kosentrasi digoxin pada plasma kurang
dari 1 ng/ml, memiliki efek hemodinamik, neurohormonal dan klinik yang menguntungkan.
Penelitian retrospektif terhadap analisis digoxin dalam plasma menduga bahwa digoxin
memiliki efek, dengan kemungkinan dapat menurunkan angka kematian jika konsentrasi pada
plasma berkisar antara 0,5 – 0,9 ng/ml dan dapat meningkatkan kematian ketika kadar plasma
diatas 1ng/ml (Wiwin, 2016).
Terdapat data dari penelitian terhadap kadar plasma digoxin yang menduga bahwa
pasien dengan fungsi ginjal normal yang tidak mendapat pengobatan bahwa kemungkinan
untuk kenaikan kadar plasma digoxin, dengan dosis 0,125 mg setiap hari akan diperoleh
kadar plasma sekitar 0,8 ng/ml. Penetapan kadar plasma digoxin secara rutin tidak diperlukan
karena kadar plasmanya dapat diprediksi dari penggunaan dosisnya. Hanya pada setelah fase
distribusi (12-24 jam setelah pemberian) akan berguna untuk mengevaluasi apakah dosis
digoxin dapat memberikan kadar plasma yang sesuai (Wiwin, 2016).
Dewasa : Pada penderita dewasa jika klirens kreatinin lebih > 20 ml/menit = 0,5 mg
2x sehari jarak 6 jam. Jika diberikan secara i.v maka 0,375 mg 2x sehari jarak 6 jam (Wiwin,
2016).
Gagal ginjal : Pada penderita gagal ginjal dimana klirens kreatinin < 20 ml/menit =
0,25 2x sehari jarak 6 jam (Wiwin, 2016).
Dan jika diberikan secara i.v maka dosis nya 0,1875 mg 2x sehari jarak 6 jam. Anak-
anak : Usia > 2 tahun : 30-40 µg/kg, Bayi : Premature : 20 µg/kg, bayi = < 2 bulan = 30
µg/kg dan < 2 tahun = 40-50 µg/kg. Berat badan rendah : Berat badan < 40 kg = 0,1875 mg
2x sehari jarak 6 jam (Wiwin, 2016).
VDigoxin (L) = (3,8 L/kg) (Berat dalam kg) + (3,1) (Clcr dalam mL/menit)
= 266 L + 248 L
= 514 L
Selanjutnya dengan menggunakan persamaan berikut dosis muatan dapat di hitung sebagai
berikut :
( V ) (C)
Dosis Muatan =
( S ) (F)
411 mcg
=
0,7
Pada kasus ini, diasumsikan bahwa dosis muatan diberikan secara oral dalam bentuk
tablet. Oleh sebab itu, bioavailibilitas (F) yang digunakan adalah 0,7. Jika dosis muatan
diberikan secara intravena, maka (F) nya bernilai 1 dan dosis muatan yang dihitung akan
bernilai 411mcg (= 375 mcg) (Michael, 2012).
Dosis muatan digoxin umumnya tidak diberikan pada pasien CHF dalam kondisi
rawat jalan. Dosis muatan dalam kondisi perawatan akut. Perbedaannya dapat berupa tingkat
ketajaman, kemampuan untuk memantau pasien secara ketat selama proses pemberian
muatan, dan kemungkinan tekanan ekonomi yang memaksa klinisi untuk mencapai tujuan
terapeutik secepat mungkin (Michael, 2012).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Digoxin pada dosis rendah, mengakibatkan kosentrasi digoxin pada plasma kurang
dari 1 ng/ml, memiliki efek hemodinamik, neurohormonal dan klinik yang menguntungkan.
Penelitian retrospektif terhadap analisis digoxin dalam plasma menduga bahwa digoxin
memiliki efek, dengan kemungkinan dapat menurunkan angka kematian jika konsentrasi pada
plasma berkisar antara 0,5 – 0,9 ng/ml dan dapat meningkatkan kematian ketika kadar plasma
diatas 1ng/ml.
3.2 Saran
Kami mengharap dan menghimbau kepada para pembaca apabila ada kesalahan atau
kekeliruan baik kata-kata atau penyusunan agar dapat memberikan saran dan kritik yang bisa
mengubah penulis kearah yang lebih baik dalam penulisan.
DAFTAR PUTAKA
Herdwiani wiwin, Peranginangin Jason Merari, Dewi Lucia Vita Inandha, 2016. Buku Ajar
Farmakokinetik Klinik. Penerbit: Trans Info Media : Jakarta
Winter, Mihael E, 2012. Farmakokinetika Klinis Dasar Edisi V. Penerbit: Buku Kedokteran
EGC : Jakarta