Anda di halaman 1dari 22

TUGAS SENI BUDAYA

PERKEMBANGAN SENI BUDAYA NUSANTARA

Dibimbing Oleh : Dr. Dwiyono M.Pd

Nama Kelompok :

1. Siti Anis (Penyanji Materi)


2. Riza Atmafia P. (Narasumber)
3. Vivin Faulina (Sekretaris)
4. Rita Hidayati (Moderator)
5. Jihan Adi Erlangga (Narasumber)

SMK NEGERI 1 SAMBIREJO

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Perkembangan Seni Rupa Nusantara dan Mancanegara ini sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki. Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Perkembangan Seni Rupa Nusantara.

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan.

Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang
kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Penyusun

DAFTAR ISI
Cover............................................................................................................

Kata Pengantar.............................................................................................

Daftar Isi......................................................................................................

BAB I PENDAHULLUAN.........................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................

A. Seni Nusantara Tradisional....................................................................


B. Seni Era Kemerdekaan...........................................................................
C. Seni Nusantara Di Era Digital................................................................

BAB III PENUTUP.....................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran ......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam makalah yang singkat ini, saya akan membahas tentang Perkembangan Seni

Rupa Nusantara dan Mancanegara. Hal ini bertujuan untuk menambah wawasan kita

mengenai Perkembangan Seni Rupa Nusantara dan Mancanegara. Seni Rupa Nusantara

adalah beragam bentuk kesenian yang tumbuh dan berkembang di masing-masing daerah

yang ada di seluruh wilayah Indonesia.

Ragam bentuk kesenian Nusantara tumbuh sebagai hasil olah budaya masyarakat

yang hidup disuatu wilayah sesuai dengan adat istiadat dan kondisi lingkungannya. Dari

sekian banyak bentuk kesenian yang berkembang, salah satunya adalah bentuk karya seni

rupa. Seni Rupa Mancanegara adalah hasil karya seni rupa yang berisi nilai budaya

mancanegara. Seni tersebut berasal dari luar negeri sehingga disebut seni rupa

mancanegara.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses perkembangan Seni Rupa Nusantara Tradisional?

2. Bagaimana proses perkembangan Seni Seni Era Kemerdekaan?

3. Bagaimana proses perkembangan Seni Nusantara Di Era Digital

BAB II
PEMBAHASAN

A. Seni Tradisional Nusantara

1. Pengertian

Seni tradisional adalah bentuk seni yang berpedoman pada suatu aturan atau

kaidah secara turun temurun.Seni tradisional juga merupakan unsur kesenian yang

menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu suku bangsa tertentu. Seni tradisional

yang ada di suatu daerah berbeda dengan yang ada di daerah lain, meski pun tidak

menutup kemungkinan adanya seni tradisional yang mirip antara dua daerah yang

berdekatan.

Seni tradisional terdiri dari :

1) Seni Primitif, yaitu seni yang lahir dari bentuk kebudayaan yang paling awal dan

belum mendapat pengaruh dari luar.

2) Seni klasik, yaitu seni yang telah mengalami perkembangan dan penyempurnaan

karena adanya pengaruh dari luar.

Ciri-ciri seni tradisional :


 Penciptaannya selalu berdasarkan pada filosofi sebuah aktivitas dalam suatu

budaya, bisa berupa aktivitas religius maupun seremonial/istanasentris.

 Terikat dengan pakem-pakem tertentu.

 Hampir seluruh seni tradisional Indonesia mempunyai semangat kolektivitas

yang tinggi sehingga dapat dikenali karakter khas orang/masyarakat Indonesia,

yaitu ramah dan sopan.Namun berhubung dengan perjalanan waktu dan semakin

ditinggalkanya spirit dari seni tradisi tersebut, karakter kita semakin berubah dari

sifat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan menjadi

individual/egoistis.Begitu banyak seni tradisional yang dimiliki bangsa

Indonesia.

Seni sebagai media pengungkapan terbagi atas 5 cabang yaitu :

a) Seni rupa, yaitu seni yang mengungkapkan melalui media bahan, cat (pewarna),

garis dan bentuk. Seni rupa tradisional, contohnya patung wamena dari Papua.

b) Seni musik, yaitu seni yang diungkapkan melalui media bunyi – bunyian atau

suara. Musik tradisional, contohnya suling, angklung, serunai, rebab dan lain-

lain.

c) Seni Tari, yaitu media seni yang diungkapkan melalui media gerakan tubuh. Tari

tradisional, contohnya tari reog ponorogo, tari serimpi, tari saman dan lain-lain.

d) Seni sastra, yaitu seni yang diungkapkan melalui media kata dan bahasa. Sastra

tradisional, contohnya mitos, legenda, hikayat, suluk dan lain-lain.

e) Seni Teater, yaitu seni yang diungkapkan melalui media kata, gerak, bunyi/suara

dan rupa (merupakan seni multimedia).Teater tradisional, contohnya lenong,

ludruk, kethoprak dan lain-lain.

2. Contoh-Contoh Seni Tradisional Nusantara


a) Seni Rupa Tradisional

Perkembangan seni rupa tradisional Indonesia sudah dimulai sejak zaman

prasejarah. Meskipun tidak ada orang yang tahu secara pasti kapan dimulainya

zaman prasejarah. Periodesasi zaman prasejarah di Indonesia di bagi menjadi

beberapa periode di antaranya : zaman batu dan zaman logam. Kedua zaman

prasejarah ini, sama-sama memiliki karya seni rupa ( tradisional ) hal itu dapat di

buktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan yg berupa karya seni rupa yg

bersipat tradisional seperti kapak genggam, gelang, kalung, tembikar bahkan ada

lukisan.

b) Seni Musik

Musik Nusantara adalah seluruh musik yang berkembang di Nusantara ini,

yang menunjukkan atau menonjolkan ciri keindonesiaan, baik dalam bahasa

maupun gaya melodinya. Musik Nusantara terdiri dari musik tradisi daerah,

musik keroncong, musik dangdut, musik langgam, musik gambus, musik

perjuangan, dan musik pop.

c) Seni Tari Tradisional Nusantara

Tari tradisional adalah suatu tarian yang menggabungkan semua gerakan yang

mengandung makna tertentu. Pada tari tradisional mengandalkan ketepatan

musik, keluwesan gerak, kekompakan gerakan, dan pengaturan komposisi.

Pada gerak tari tradisional, biasanya pada setiap tarian mempunyai gerakan

yang sama dan gerak tradisional tidak bisa diubah seperti tari modern. Walaupun

tari tradisional mempunyai gerak yang sama, tetapi  pada tiap – tiap tarian

berubah susunan gerakannya. 


d) Seni Sastra Tradisional

Sastra tradisional terdiri dari dua kata yaitu kata sastra dan tradsional.

Pengertian dari Sastra itu sendiri adalah seni yang menggunakan bahasa. Bahasa

yang digunakan dalam sastra berbeda dengan bahasa sehari-hari. Bahasa dalam

sastra diolah sedemikian rupa sehingga menimbulkan nilai-nilai keindahan.

Sedangkan tradisional artinya suatu tadisi atau adat yang diwariskan secara turun

temurun (menurut KBBI). Jadi sastra tradisional adalah karya sastra yang

diwariskan secara turun-temurun.

Adapun pengertian sastra tradsisonal Menurut Mitchell, (2003:228): Sastra

tradisional (traditional literature) merupakan suatu bentuk ekspresi masyarakat

pada masa lalu yang umumnya disampaikan secara lisan. Manusia selalu

berkomunikasi dan berekspresi sebagai salah satu manifestasi eksistensi diri dan

kelompok sosialnya. Cerita dan tradisi bercerita sudah dikenal sejak manusia ada

di muka bumi ini, jauh sebelum mereka mengenal tulisan. Cerita merupakan

sarana penting untuk memahami dunia dan mengekspresikan gagasan, ide-ide

dan nilai-nilai. Selain itu sastra juga sebagai sarana penting untuk memahamkan

dunia kepada orang lain, menyimpan dan mewariskan gagasan dan nilai-nilai

dari generasi ke generasi.

e) Seni Teater Tradisional

Teater Tradisional adalah bentuk pertunjukan yang pesertanya dari daerah

setempat karenaterkondisi dengan adat istiadat, sosial masyarakat dan struktur

geografis masing-masing daerah.Gambar ini merupakan Museum Wayang

Ciri-ciri Teater Tradisional

Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


1. Pementasan panggung terbuka (lapangan, halaman rumah),

2. Pementasan sederhana,

3. Ceritanya turun temurun.

B. Seni Era Kemerdekaan

Pertumbuhan seni rupa berjalan terus hingga tahun 1950 pada masa setelah

kmerdekaan indonesia dengan munculnya lembaga pendidikan kesenian formal seperti

Akademi Seni Rupa (ASRI) Yogyakarta dan Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar

bagian Seni Rupa ITB. Sekitar tahun 1975, muncul karya - karya seni rupa baru yang

tidak lagi dapat disebut sebagai seni lukis dalam arti umum dan

merupakan sikap pemberontakan terhadap kemapanan seni dan seniman yang ada. Ha

tersebut disambut dengan tanggapan kurang positif, bahkan cemoohan oleh para

seniman, masyarakat dan pemerhati seni.

Karya-karya seni rupa baru cenderung bersifat eksperimental atau

memberi pengalaman baru dari apa yang telah ada dengan maksud memenuhi tuntutan

zaman dan situasi yang berkembang. Seniman dalam grup ini adalah Harsono, Nanik

Mirna, Siti Adiyati Subangun, Ris Purwono, S. Prinka, Bonyong Munni Ardhi, dan Jim

Supangkat.

Periode Persagi, pada masa ini di Indonesia sedang terjadi pergolakan. Bangsa

Indonesia berjuang untuk mendapatkan hak yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain,

terutama hak untuk merdeka dari penjajahan asing. Pergolakan di segala bidang pun

terjadi, seperti dalam bidang kesenian yang berusaha mencari ciri khas Indonesia. Pelopor

masa ini yang dikenal memilki semangat tinggi adalah S. Sdjojono, ia tidak puas dengan

kehidupan seni rupa Jelita yang serba indah, karena dianggap bertolak belakang dengan

kejadian yang melanda bangsa Indonesia.


Sebagai langkah perjuangannya maka S. Sudjojono dan Agus Jayasuminta bersama

kawan-kawannya mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia). Persagi

bertujuan untuk mengembangkan seni lukis di Indonesia dengan mencari corak Indonesia

asli. Konsep persagi itu sendiri adalah semangat dan keberanian, bukan sekedar

kecakapan melukis melainkan melukis dengan tumpahan jiwa. Karya-karya S. Sudjojono

(Di depan kelambu terbuka, Cap Go Meh, Jongkatan, Bunga kamboja), karya Agus

Jayasuminta (Barata Yudha, Arjuna wiwaha, Dalam Taman Nirwana), karya Otto Jaya

(Penggodaan, Wanita impian).

Periode Pendudukan Jepang, kegiatan melukis pada masa ini dilakukan dalam

kelompok Keimin Bunka Shidoso. Tujuannya adalah untuk propaganda pembentukan

kekaisaran Asia Timur Raya. Kelompok ini didirikan oleh tentara Dai Nippon dan

diawasi oleh seniman Indonesia, Agus Jayasuminta, Otto Jaya, Subanto, Trubus, Henk

Ngantung, dll. Untuk kelompok asli Indonesia berdiri kelompok PUTRA (Pusat Tenaga

Rakyat), tokoh-tokoh yang mendirikan kelompok ini adalah tokoh empat serangkai yaitu

Ir. Sukarno, Moh. Hatta, KH. Dewantara dan KH. Mas Mansyur. Khusus yang menangani

bidang seni lukis adalah S. Sudjojono dan Affandi. Pelukis yang ikut bergabung dalam

Putra diantaranya Hendra Gunawan, Sudarso, Barli, Wahdi, dll. Pada masa ini para

seniman memiliki kesempatan untuk berpameran, seperti pameran karya dari Basuki

Abdullah, Affandi, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, Henk Ngantung, Otto Jaya, dll.

Periode Akademi (1950), Pengembangan seni rupa melalui pendidikan formal.

Lembaga Pendidikan yang bernama ASRI yang berdiri tahun 1948 kemudiaan secara

formal tahun 1950 Lembaga tersebut mulai membuat rumusan-rumusan untuk mencetak

seniman-seniman dan calon guru gambar. Pada tahun 1959 di Bandung dibuka jurusan

Seni Rupa ITB, kemudian dibuka jurusan seni rupa disemua IKIP diseluruh Indonesia.
Setelah Jepang keluar dari bumi Indonesia, dunia seni lukis mendapatkan angin segar.

Masa kemerdekaan benar-benar mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya. Hal ini

ditandai dengan munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman Lukis

Indonesia, yaitu antara lain :

 Sanggar Masyarakat (1946) dipimpin Affandi, kemudian diganti nama menjadi SIM

(Seniman Indonesia Muda) yang dipimpin oleh S. Sudjojono;

 Pelukis Rakyat (1947), Affandi dan Hendra Gunawan keluar dari SIM dan mendirikan

Pelukis Rakyat dipimpin oleh Affandi;

 Perkumpulan Prabangkara (1948);

 ASRI (Akademi Senirupa (1948), tokoh-tokoh pendirinya RJ. Katamsi,

S.Sudjojono,Hendra Gunawan, Jayengasmoro, Kusnadi dan Sindusisworo;

 Tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar yang dipelopori

oleh Prof. Syafei Sumarya, Mochtar Apin, Ahmad Sadali, Sujoko, Edi Karta Subarna;

 Tahun 1955, berdiri Yin Hua oleh Lee Man Fong ( perkumoulan pelukis Indonesia

keturunan Tionghoa);

 Tahun 1958, berdiri Yayasan seni dan desain Indonesia oleh Gaos Harjasumantri.

 Tahun 1959, berdiri Organisasi Seniman Indonesia oleh Nashar.

Perjalanan Sejarah Seni setelah kemerdekaan dari tahun ke tahun di jelaskan secara

detail seperti di bawah ini :

Th. 1945 telah ada perkumulan seni lukis di Yogyakarta dengan nama Pusat Tenaga

Pelukis Indonesia disingkat PTPI. Ketua Djajangasmoro dan Anggotanya Sindusisworo,

Indrosughondo. Kegiatannya mengadakan kursus menggambar serta pembuatan poster.

Th. 1945 di Surakarta berdiri Himpunan Budaya Surakarta dengan ketua Dr. Moerdowo.
Th. 1946 di Medan berdiri perkumpulan seni “Angkatan Seni Rupa Indonesia” yang

disingkat ASRI Ketuanya Dr. Djulham, anggotanya Nasjah Djamin, Hasan Djafar, Tino.

S.

Th. 1946 di Bukittinggi berdiri Seniman Indonesia Muda yang disingkat SEMI dengan

Ketua Zetka, dan anggota A.A. Navis, Zanain.

Th. 1946 berdiri sanggar Seniman masyarakat yang dipimpin oleh Afandi. Tidak lama

kemudian namanya diganti menjadi Seniman Indonesia Muda (SIM) dengan pergantian

pimpinan oleh S. Sudjojono. Kegiatan yang dilakukan dengan mengadakan latihan

melukis bersama, Pameran bersama dilaksanakan sewaktu-waktu dalam sanggar.

Anggotanya : Afandi, Hendra, Soedarso, Trubus, Dullah, Kartono Yudhokusuma, Bazuki

Resobowo,m Rusli, Harijadi, Surumo, Surono, Abdul Salam, D. Joes, dan Zaini.

Kemerdekaan yang diperoleh bangsa Indonesia juga terasa sebagai suatu kebebasan

dalam mengeluarkan pendapat, berorganisasi, beraliran. Seniman yang ikut pindah ke

Yogyakarta menjadikan perjuangan mempertahankan kemerdekaan sebagai tema

lukisnya. Presiden Soekarno yang menaruh minat besar terhadap seni meminta kepada

Agus Djaja menghimpun pelukis untuk nantinya dapat mewujudkan museum seni lukis

(1946). Seniman Bandung pun pindah ke Yogyakarta dan berhimpun dalam sanggar

Seniman Masyarakat di bawah pimpinan Affandi (1946) yang merupakan organisasi

seniman pertama setelah merdeka dan memiliki potensi tinggi sebagai seniman-pejuang.

Th. 1947 sebagian anggota SIM dengan ketua S. Sudjojono pindah ke Surakarta. Pada

tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyat yang dipimpin oleh Affandi dan Hendra

yang keluar dari perkumpulan SIM.

Th. 1948 Anggota SIM kembali lagi dari Surakarta ke Yogyakarta dengan membawa

anggota baru seperti Trisno Sumardjo, Oesman Efendi, Sasongko, Suparto, Mardian,

Wakijan, dan Srihadi. Th. 1948 diterbitkan sebuah majalah seni rupa dengan nama Prolet
Kult Th. 1947 berdiri perkumpulan seni rupa dengan nama Pelukis Rakyat. Anggotanya

sebagain dari anggota SIM seperti Afandi, Hendra, Soedarso, Sudiardjo, Trubus, dan

Sasongko, serta ditambah anggota baru Kusnadi, S. Kerton, Rustamadji, Sumitro, Sajono,

Saptoto, CJ. Ali, Juski, Permadi.

Th. 1948 melaksanakan pemeran pertama untuk seni patung Indonesia Pameran

diselenggarakan di Pendopo timur Sonobudojo Yogyakarta. Karya patung yang

dipamerkan dibuat dari bahan tanah liat dan sebagain dari bahan batu (Hendra, Trubus

dan Rustamadji)

Kegiatan lain mendidik seni lukis anak-anak di Sentulredjo dan Taman sari dengan

media cat minyak bubuk diatas kertas. Th. 1947 kembali berdiri perkumpulan seni lukis

Pelangi diketuai oleh Sularko. Pada th. 1948 terselenggara Kongres Kebudayaan Pertama

yang ketuai oleh Wongsonegoro, dan di selenggarakan pula saat itu pameran seni lukis

oleh sanggar SIM dan Pelukis Rakyat.

Th. 1948 R.j. Katamsi bersama Djajengasmoro mendirikan Sekolah Menengah Guru

Gambar di Yogyakarta. Th. 1948 didirikan perkumpulan Gabungan Pelukis Indonseia di

Jakarta oleh Afandi setelah kembali dari Yogyakarta. Dengan anggota Nasjah Djamin,

Handriyo, Zaini, Sjahri, Nashar, Oesman Efendi, Trisno Sumardjo. Selain itu di Bandung

berdiri perkumpulan seni Jiwa Mukti dengan ketua Barli, dan Pancaran Cipta Rasa oleh

Abedy.

Di Madium berdiri kumpulan Gabungan Pelukis Muda dengan Ketua Kartono,

anggota Sudiyono Sunindyo, Ismono. Di Malang Pelukis Muda Malang dengan ketua

Widagdo. Di Surabaya Prabangkara dengan ketua Karyono Yr. berdiri perkumpulan

yang memberikan kursus menggambar, yaitu Prabangkara. Selanjutnya para tokoh SIM,

Pelukis rakyat dkk. merumuskan pendirian lembaga pendidikan Akademi Seni Rupa.
Situasi dalam th. 1945-1949 Hubungan dengan luar negeri terisolir. Seniman susah

mencari bahan untuk melukis Kanvas dibuat dari kain blacu dilapisi kanji Bahan lain

untuk melukis adalah kertas, Warna sangat langka dan sering warna satu tube dibagi.

Banyak lukisan memiliki warna-warna yang minimal dalam kombinasinya. Keadaan

yang kekurangan ini telah memberikan efek yang khas pada seni lukis pada masa itu

Mencerminkan jauh dari kemewahan,Mewakili rasa dan iklim perjuangan untuk

mengatasi situasi. Melahirkan sifat kehematan, hal ini tercermin dari minimnya

kombinasi warna yang terdapat dalam lukisan saat itu.

Tema yang diangkat mencatat situasi kehidupan rakyat yang sulit mengabadikan

berbagai perjuangan fisik melawan tantara Belanda melalui sketsa banyak dilukis potret

diri untuk menghemat biaya untuk sewa model, bentuk studi yang baik tentang wajah

dengan ekspresi perwatakannya. Melukis alam benda sering menjadi tema saat itu.

Melukis hidangan di piring yang terdiri dari nasi dan ikan asin sebagai pernyataan

prihatin.

Istri pelukis sendiri sering diminta sebagai model di sanggar. Gaya seni lukis saat itu

berkisar realime, impresionisme, dan exspresionisme dengan warna-warna yang

mengesankan dekoratif.

Beberapa Contoh Karya Pada Masa setelah kemerdekaan :


Tiga Wanita Karya Barli Sasmitawinata

Balinese Beauty,Basoeki Abdullah

Ikan Karya Hendra Gunawan

Self Portrait on Kusamba Beach,1983, Karya

Lukisan Affandi
C.

D. Seni Nusantara di Era Digital

Seperti yang kita ketahui, perkembangan budaya di negara Indonesia salalunaik turun.

Pada awalnya, negara Indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari

nenek moyang, hal seperti itulah yang harus dibanggakan oleh penduduk negaraIndonesia

itusendiri, tetapi pada zaman sekarang ini budaya Indonesia agak menurun dari sosialisasi

penduduk kini telah banyak yang melupakan apa itu budaya Indonesia karena banyaknya

timbul kebudayaan baru yang mempengaruhi kebudayaan asli dari nenek moyang.

Semakin majunya arus globalisasi rasa cinta terhadap budaya semakin berkurang, dan ini

sangat berdampak tidak baik bagi masyarakat asli Indonesia.

Terlalu banyaknya kehidupan asing yang masuk ke Indonesia, misalnya adalah

kebudayaan dalam hal penampilan, bahasa, bahkan even-even yang melambangkan

kebudayaan asing dan lain sebagainya. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh pengaruh

dari media elektronik yang sudah sangat berkembang pada masa sekarang ini. Dari

telivisi, handphne, dan komputer dan alat elektronik lainnya. masyarakat kini telah

berkembang menjadi masyarakat modern. Itu menyebabkan kebudayaan indonesia sedikit

demi sedikit semakin menghilang, yang harusnya bangsa Indonesia takutkan pada saat

ini. Dan dari pemuda-pemuda Indonesia lah yang bisa merubah itu semua. Juga

membudayakan budaya Indonesia itu sendiri.

Sebagai contoh pada kemajuan teknologi yang semakin maraknya khususnya pada

mahasiswa. Dengan adanya kemajuan teknologi, seperti adanya BBM, WattsApp, Line,

Facebook, Twetter, dan lain lain yang merupakan perkembangan zaman Indonesia yang

semakin modern, sehingga melupakan kebudayaan yang di bawa sejak dulu kala. Pada

kebudayaan teknologi yang semakin canggih dapat menimbulkan dampak positif dan
dampak negati. Diantaranya dari dampak positif tersebut yaitu mahasiswa dengan mudah

dalam mengerjakan tugas, mencari informasi, dan bersosialisasi dengan orang lain dengan

mudah. Sedangkan dari dampak negatifnya yaitu dengan adanya kemajuan teknologi

tersebut terkadang mahasiswa salah mempergunakan dan tidak dapat memanfaatkan

waktu dengan baik, misalnya buka facebook saat pelajaran, sehingga dapat mengganggu

waktu dalam belajarnya. Hal inilah yang dapat merugikan warga Indonesia, karena

semakin canggihnya alat komunikasi maka semakin tinggi pula dampak negatif yang

diperolehnya. Sehingga Indonesia merasa terugikan, karena kita di anggap sebagai

pemudah penerus bangsa. Oleh karena itu manfaatkanlah waktu dan teknologi modern

dengan baik dan benar.

Berkembangnya inovasi tekonologi yang tak terbendung, seringkali membuat susah

bagi kita untuk mengidentifikasikan batasan-batasan perkembangan sejarah desain. Kita

mulai bingung membedakan gaya lukisan atau arsitektur bangunan seperti apa yang

mencerminkan awal pemulaan zaman Renaissance. Kapan jaman Modernisme dimulai,

dan kenapa gerakan Postmodernisme muncul ? Ditambah lagi perkembangan teknologi

yang kian pesat, menambah kerumitan arah perkembangan desain.

“The computer … begins to assimilate representation itself… video, film, and

principally photography are being challenged to hold their authority against visual

modeling system that are emerging which eclipse their forms… As representation and

technology converge, a crisis emerges.” — Timothy Druckrey

Penemuan teknologi komputer merupakan penemuan teknologi yang sangat

fenomenal. Dalam kurun waktu yang sangat singkat, perkembangan teknologi komputer

sangat signifikan. Pada awal ditemukannya, komputer memiliki bentuk sebesar ruangan

kamar, sekarang komputer sangat canggih hingga beratnya hanya 1 kg.


Seni pada sekarang ini bukan lagi menjadi sebuah kebutuhan jiwa tetapi sudah

menjadi kebutuhan hidup. Seni yang bertemu dengan media alat elektronik seperti

komputer, kamera, video recorder membuat seni banyak berubah. Seni tidak lagi murni

sebagai wujud ekspresi jiwa yang membuatnya tetapi menyimpan sejuta makna dan

‘kepentingan’. Dengan bantuan alat-alat komputerisasi seni menjadi sebuah hal instan

yang dapat dilakukan oleh siapapun. Berbeda dengan zaman Van Gogh atau Da Vichi

yang pada saat itu seni dipandang sebagai hal yang sakral dan hanya boleh dikerjakan

oleh orang yang berstatus sebagai seniman. Hal ini tentu bertentangan dengan prinsip

awal seni pada kebudayaan klasik yang berasaskan memesis atau meniru benda aslinya

bukan merepresentasikan benda tersebut.

Perkembangan seni dan desain menjadi lebih global dan maju tidak dipungkiri

memberikan konstribusi positif bagi kehidupan kita. Mobil, kamera, sepeda, printer

adalah beberapa contoh konstribusi positif yang diberikan desain. Hanya saja akhir-akhir

ini desain mulai meninggalkan jatidirinya, tidak lagi bertolak dari unsur kegunaan dan

manfaat, tapi menjadi sarana untuk menyampaikan pesan-pesan ‘palsu’.Perkembangan

Seni Rupa Modern dan Pengaruhnya

Diera digital sperti saat ini banyak perubahan yang terjadi hampir disemua aspek

kehidupan. Salah satunya penggunakan media digital untuk membuat sebuah karya seni.

Seperti yang kira ketahui bahwa pada zaman dahulu membuar kerya seni seperti

mengabadikan alam dengan melukis menggunkan kain vas dan kuas.

Seiring cepatnya perkembangan teknologi saat ini orang-orang membuat cara agar

suatu pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan efisien. Dampak dari teknologi digital

ini telah mengubah kegiatan seperti lukisan yang awalnya butuh peroses lama untuk

menggambar objek menjadi lebih mudah dengan menggunakan kamera.


Karya seniman yang memproduksi lukisan digital dan digital printmakers mulai

menemukan penerimaan, sebagaimana meningkatnya kemampuan dan kualitas. Secara

internasional, banyak museum kini mulai mengumpulkan seni digital seperti Museum

Seni San Jose dan departemen cetak Museum Victoria dan Albert juga memiliki koleksi

yang masuk akal namun masih dalam skala kecil.

Salah satu alasan mengapa masyarakat seni yang mapan menemukan kesulitan untuk

menerima seni digital adalah persepsi yang keliru dari digital print yang tanpa henti

direproduksi. Banyak seniman tersebut sebenarnya menghapus file gambar yang relevan

setelah cetak pertama, sehingga membuatnya menjadi karya seni yang unik.Ketersediaan

dan popularitas perangkat lunak manipulasi foto telah melahirkan sebuah perpustakaan

modifikasi gambar, sedikit petunjuk atau tidak sama sekali mengandung informasi

gambar aslinya.

Menggunakan versi elektronik dari kuas, filter dan pembesar, ini adalah "neographer"

yang menghasilkan gambar yang tak terjangkau melalui alat fotografi konvensional.

Selain itu, seniman digital mungkin memanipulasi scan gambar, lukisan, kolase atau

litograf, serta menggunakan salah satu teknik yang disebutkan di atas dalam kombinasi.

Seniman juga menggunakan sumber lain dari informasi elektronik dan program untuk

menciptakan pekerjaan mereka. Oleh karena itu Diera digital ini kita harus memanfaatkan

dengan baik dan bijak ada gar kita bisa merasakan manfaatnya.

Terhadap Perkembangan Video Art di Indonesia

Perkembangan seni rupa modern yang diawali dengan penemuan teknologi fotografi pada

pertengahan abad 19 yang lalu telah mempengaruhi cara pandang dalam berkesenian di

seluruh dunia khususnya dalam bidang seni rupa dan desain, selain muncul beragam aliran

baru dalam seni lukis, muncul pula berbagai gerakan dan pendidikan seni dan desain dengan
metode baru yang lebih konstruktif. Demikian pula berpengaruh terhadap aspek

pemanfaatan teknologi dalam seni. Kemunculan seni video “video art” yang berkembang di

Eropa dan kemudian menyebar hingga ke Indonesia, telah memperkenalkan media dan

paradigma baru dalam berkesenian yang tidak terbatas lagi pada media, ruang, waktu dan

konteks tertentu, tapi lebih bebas untuk bereksperimen dan berekplorasi dalam

memanfaatkan teknologi terkini, meramu ide lokal menjadi global, tradisi menjadi modern,

serta mengangkat masa lampau menjadi kontekstual di masa kini.

Kolaborasi Seni Rupa dan Teknologi Modern

Nietzsche pernah mengatakan “Apapun yang ada, bagaimanapun mengada, adalah

selalu ditafsirkan untuk tujuan-tujuan baru, diambil alih, ditransformasikan dan diarahkan

kembali oleh beberapa kekuatan yang lebih unggul darinya; semua peristiwa dalam dunia

organis adalah tuan yang menundukkan, menjadi dan semua tuan yang menundukkan dan

menjadi melibatkan sebuah penafsiran yang baru, sebuah adaptasi melalui makna

sebelumnya dan bertujuan dengan sendirinya dikaburkan atau bahkan dihapuskan….

(kemudian) seluruh sejarah sesuatu, sebuah organ, kebiasaan dengan cara ini bisa menjadi

rangkaian tanda yang berkelanjutan dari penafsiran-penafsiran dan adaptasi-adaptasi baru


Teknologi telah menyelinap ke dalam seni dengan berbagai cara, secara tegas maupun

diam-diam, sehingga kemajuannya sulit untuk kita ikuti. Kita bisa merasakan kehadirannya

setiap kali bila menyaksikan suatu patung yang berbunyi atau berkelap-kelip. Namun sampai

saat ini kita belum memiliki suatu senjata ampuh untuk menaklukkan gejala tersebut.

Biasanya kita menghubungkan teknologi dengan hal-hal yang kering, rasionil, dan

cenderung tidak manusiawi, bertentangan dengan komedi atau kegembiraan dan hampir

tidak pernah dengan misteri. Ketika Lewis Mumford di tahun 1951 dalam art and technics

(Seni dan Teknik),


DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.unm.ac.id/4479/1/Perkembangan%20Seni%20Rupa%20Modern%20dan

%20Pengaruhnya%20Terhadap%20Video%20Art%20di%20Indonesia.pdf

http://waktusubuhkusholatsubuh.blogspot.com/2014/01/seni-tradisional-nusantara.html

https://www.academia.edu/22962433/Sejarah_Seni_Setelah_kemerdekaan

http://binus.ac.id/malang/2017/10/seni-di-era-digital/

Anda mungkin juga menyukai