Anda di halaman 1dari 5

Tugas

Misiologi Kitab Galatia


Disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Misiologi
Dosen Pengampu : Pdm. Wulan Agung, S.Th., M.Th (c)

Disusun oleh :
Bernadeta Beka Fitri Aprianti
2018.1.0336

PROGRAM STUDI TEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEOLOGI NUSANTARA
SALATIGA
2019
Surat Galatia ini ditulis oleh Paulus dengan alasan tertentu. Paulus mendapat informasi
bahwa jemaat di Galaitia dikacaukan oleh pengajaran yang sesat. Surat Paulus ini juga ditulis di
tengah-tengah pergumulan di komunitas Yahudi pada saat itu. Orang-orang Yahudi ingin
men-“yahudi”-kan (menjadikan Yahudi) segala jemaat dan mereka memasuki juga jemaat yang
didirikan Paulus. Hal ini pun mendapat perlawanan dari Paulus.
Orang-orang Yahudi itu mencoba meyakinkan orang-orang Galatia bahwa keselamatan
harus dikerjakan dengan jalan menaati Hukum Taurat. Paulus pun mendapat cobaan dan
tantangan dalam hal ini. Mereka sengaja melakukan hal tersebut untuk menghasut orang-orang
Galatia untuk melawan Paulus, dengan meragukan kerasulannya.
  Paulus memang tidak diteguhkan menjadi rasul oleh rasul dan dia juga tidak menjadi
murid Yesus ketika Yesus hidup. Bahkan Paulus tidak pernah melihat Yesus dengan mata
kepalanya sendiri. Hal inilah yang dipertanyakan oleh orang yang menghasut oleh Paulus. Dari
isi surat Galatia ini, kita dapat menyimpulkan bahwa usaha tersebut hampir berhasil (Gal 1:6).
Oleh karena itu Paulus bereaksi dengan tegas, emosi, dan terus terang, tetapi juga memiliki
karunia yang kuat.1
Di sisi lain, jika kita membandingkan Surat Galatia dengan surat Roma, keduanya
memiliki kesamaan tema, yaitu Injil dan kebenaran oleh iman. Surat Roma ditulis kepada gereja
yang belum dikunjungi Rasul Paulus dan seperti ditulis oleh seorang guru sebagai materi
pelajaran kepada muridnya. Namun, surat Galatia ditulis kepada gereja-gereja yang didirikan
sendiri dan dikenal oleh Paulus sendiri secara pribadi. Surat ini ditulis dengan perasaan dan
emosi seperti dari seorang bapa yang mempunyai hak dan tanggung jawab untuk menegur anak-
anak rohaninya.
Jika kita membandingkan surat Galatia dengan surat 2 Korintus, keduanya tampak
mengekspresikan emosi dan perasaan penulisnya, menantang pengajaran orang Yudea yang mau
men-“yahudi”-kan gereja dan mau membelokkan arahnya untuk berfokus melaksanakan hukum
taurat.
Tujuan Paulus dalam surat Galatia ini adalah menantang dua poin pengajaran yang sesat
yaitu, bahwa keselamatan berasal dari perbuatan yang berdasakan hukum taurat dan bahwa
kesempurnaan juga berasal dari perbuatan yang berdasarkan hukum taurat. Dengan surat Galatia,
Paulus mau mempertahankan Injil yang benar yang diancam oleh suatu “injil yang lain”. Dalam
1
http://brotampu.blogspot.com/2016/06/surat-galatia.html
surat Galatia ini kita dapat melihat dengan jelas perbedaan antara Injil Yesus Kristus dan “injil
yang lain” itu. Untuk menjelaskan hal itu, Paulus sambil memberitakan Injil yang benar juga
mengutarakan apa yang “bukan” Injil.2
Dari isi surat Galatia, tampaknya para pemimpin Yahudi yang melawan Paulus di Galatia
menyerangnya secara pribadi supaya melemahkan pengaruhnya dalam gereja-gereja. Mereka
menuduh bahwa:
(1) Paulus tidak termasuk kelompok rasul-rasul yang asli, dan karena itu tidak
memiliki wibawa rasuli (bd. Gal 1:1,7,12; Gal 2:8-9);
(2) berita yang disampaikannya menyimpang dari Injil yang diberitakan di Yerusalem
(bd. Gal 1:9; Gal 2:2-10); dan
(3) beritanya mengenai kasih karunia akan mengakibatkan ketidakpatuhan kepada
hukum (bd. Gal 5:1,13,16,19-21).

Berikut rangkuman isi surat Galatia ;


Pasal 1: Paulus menegaskan bahwa yang benar/sejati adalah Injil Allah, bukan injil manusia.
Paulus sendiri menjadi seorang rasul bukan karena atau oleh manusia, melainkan karena
dan oleh Yesus Kristus (Gal. 1:1). Itu sebabnya, Paulus tidak mencari kesukaan manusia atau
berusaha berkenan kepada manusia (Gal. 1:10). Ia berkata, “Sebab aku menegaskan kepadamu,
saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia” (Gal. 1:11).
Paulus tidak menerima Injil dari manusia, tidak diajar oleh manusia, tetapi langsung
menerima penyataan Kristus (Gal. 1:12). Paulus tidak meminta atau mencari pertimbangan
manusia (Gal. 1:16). Melalui semua hal yang dinyatakannya dengan jelas ini, kita dapat
memahami bahwa tanpa hubungan pribadi dan pengetahuan akan Yesus Kristus secara pribadi,
kita tidak dapat mengenal dan memiliki Injil yang benar.

Pasal 2: Paulus mengungkapkan bahwa Injil Allah adalah berdasarkan kebenaran, bukan
berdasarkan pengajaran orang-orang yang terpandang.
Saat Paulus bersama Barnabas dan Titus pergi ke Yerusalem, ia bertemu dengan orang
yang adalah sokoguru gereja dan sekaligus orang yang disebutnya “saudara palsu.” Walaupun

2
http://laskarkristusbatam.blogspot.com/2015/10/intisari-surat-galatia.html
mereka terkenal dalam gereja dan memegang suatu peran penting dalam aktivitas pelayanan,
Paulus tidak terpengaruh oleh pengajaran mereka jika tidak sesuai dengan Firman.
Dari siapapun Paulus mendengar pengajaran, ia tetap berpegang pada kebenaran Injil
(Gal. 2:5). Kedudukan dalam Gereja tidak penting, hanya kebenaran Injillah yang penting.
Jelaslah di sini bahwa memang Allah tidak memandang muka (Gal. 2:6). Bahkan Paulus sendiri
siap menegur Petrus, walaupun Petrus adalah rasul dari “pusat” sekaligus “senior”nya.
Paulus berkata, “Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang
menentangnya, sebab ia salah.” (Gal. 2:11). Kefas, yaitu Rasul Petrus, saat itu terpengaruh oleh
utusan-utusan orang yang mau “menyahudikan” gereja sehingga ia tidak mau makan lagi dengan
orang percaya yang berlatar-belakang kafir. Tetapi kelakuan itu sebenarnya tidak sesuai dengan
kebenaran Injil, sehingga Paulus berani menegur dia.

Pasal 3: Paulus menjelaskan dengan tegas bahwa Injil Allah berasal dari iman, bukan dari
perbuatan Hukum Taurat.
Di ayat pertama, Paulus berkata dengan sangat keras, “Hai orang-orang Galatia yang
bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu?” (Gal. 3:1). Memang mereka telah terpesona
oleh orang-orang yang bermaksud “menyahudikan” gereja itu. Mereka telah memulai dengan
iman, di dalam Roh, tetapi kemudian kembali kepada perbuatan-perbuatan Hukum Taurat
sebagai usaha untuk dibenarkan. Betapa bodohnya! Kita diselamatkan oleh iman, menerima Roh
oleh iman dan melihat mujizat oleh iman.
Paulus menjelaskan bahwa Abraham sendiri dibenarkan oleh iman (Gal. 3:6; Kel. 15:3).
Itu berarti, Injil yang asli tidak pernah berubah dan sudah diberitakan kepada Abraham. Lalu
mengapa ada Hukum Taurat? Hukum Taurat ditambahkan 430 tahun sesudah Abraham, sebagai
penuntun untuk membawa kita kepada Kristus. Hukum Taurat membuktikan bahwa kita adalah
orang berdosa yang tidak sanggup menjadi benar oleh perbuatan kita sendiri. Kita hanya dapat
menjadi benar oleh iman!

Pasal 4: Paulus mengajarkan bahwa Injil Allah membentuk anak-anak yang merdeka, bukan
menjadikan kita budak-budak.
“Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak.” (Gal. 4:7).
Kita menjadi anak-anak Allah! Sayangnya, gereja di Galatia justru mau kembali kepada
perhambaan di bawah Hukum Taurat, dengan mengikuti hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-
masa yang tetap dan tahun-tahun (Gal. 4:10). Untuk membuat mereka mengerti, Paulus mengajar
mereka dari Perjanjian Lama tentang dua ibu, Sarah dan Hagar; dua anak, Ishak dan Ismael; dua
perjanjian, di Sinai dan di Yerusalem; yang masing-masing menggambarkan perhambaan dan
kemerdekaan. Kemudian Paulus menyimpulkannya dengan berkata, “Karena itu, saudara-
saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan
merdeka.” (Gal. 4:31).

Pasal 5: Paulus menegaskan bahwa Injil Allah didasarkan pada kemerdekakan yang
menghasilkan buah-buah Roh, bukan kebebasan untuk melakukan perbuatan hawa nafsu.
Paulus berkata, “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti
keinginan daging.” (Gal. 5:16). Hidup di bawah Hukum Taurat, dengan berusaha melaksanakan
perbuatan supaya kita dibenarkan, akan menghasilkan kebanggaan dan kesombongan, sikap
penghakiman terhadap orang lain dan rasa benar diri, atau justru sebaliknya, rasa putus asa,
kecewa dan malu. Namun hidup dengan iman, oleh kuasa Roh akan menghasilkan kerendahan
hati dan belas kasihan kepada orang lain. Hidup dengan iman akan menghasilkan kemerdekaan
dalam Roh, dan kita akan menjadi merdeka olehNya untuk menghasilkan buah kekudusan.
Kekudusan adalah hasil dari pekerjaan Roh, bukan usaha daging kita sebagai manusia!

Pasal 6: Paulus menunjukkan bahwa Injil Allah ditandai bukan oleh sunat, tanda dalam daging,
melainkan oleh salib, tanda di dalam kehidupan kita.
Orang yang mau ”meyahudikan” Gereja membanggakan tanda-tanda lahiriah di dalam
daging, yaitu sunat (Gal. 6:12). Akan tetapi, Paulus justru bangga akan tanda rohani pada
dirinya, yaitu salib Kristus yang nyata dalam hidupnya (Gal. 6:14).
Karena itulah Paulus dapat berkata, “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku
hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.”
(Gal. 2:19-20).Demikianlah dalam seluruh Surat Galatia kita melihat Injil yang benar dijelaskan
melalui pasal demi pasalnya. Mempelajari Surat Galatia akan menolong kita mengenal Injil yang
benar ini dalam hidup kita sebagai orang percaya.

Anda mungkin juga menyukai