Anda di halaman 1dari 11

Nama : Asnah S Saragih (251)

Mata Kuliah : Hermeneutik I


Dosen : Pdt. Benny Solihin, M.Th

ANALISA EKSEGESIS
Galatia 5:13-15
Literary Analysis (Analisa Sastra)
A. Batasan Teks
 Permulaan dari teks ini dimulai dengan sapaan “saudara-saudara” dimana sapaan ini mengacu
kepada peralihan topik yang akan disampaikan Paulus kepada jemaat di Galatia.
 Ayat 13 ini merupakan pengulangan Galatia 5:1 yang mengatakan, “Supaya kita sungguh-
sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita.” Tetapi mulai pada ayat 13 ini merupakan
peralihan yang dibuat Paulus, di bagian sebelumnya merupakan yang bersifat teologis tetapi
mulai ayat 13 ini bersifat praktis yang berhubungan dengan etika kehidupan sehari-hari.
 Jadi teks ini merupakan peralihan ke hal-hal yang praktis bagaimana seharusnya jemaat Galatia
mempergunakan kemerdekaan mereka dalam Kristus.
 Pasal 5:1-12 merupakan pembahasan bahwa kemerdekaan jemaat Galatia bukan karena sunat
yaitu melakukan hukum Taurat melainkan kemerdekaan karena salib Kristus.
 Pasal 5:16-26 merupakan penjabaran tentang hidup dalam daging dan hidup dalam Roh.
 Dengan demikian, pasal 5:13-15 ini merupakan topik yang berbeda dengan pasal sebelum dan
sesudahnya.

B. Kesatuan Teks
 Kesatuan teks sebagai satu unit pikiran didukung dengan adanya kata-kata yang sama yang
dipakai berulang-ulang yaitu “saudara-saudara” dan “kamu” sebanyak 4 x (ay. 13, ay. 14),
“merdeka” dan “kemerdekaan” (ay. 13), “kasih” dan “kasihilah” (ay. 13, ay. 14) dan “saling”
sebanyak 3x (ay. 15).
 Adanya kesatuan isi surat yang dimulai dari pernyataan Paulus bahwa jemaat Galatia telah
dipanggil menjadi merdeka dalam Kristus, kemudian bagaimana seharusnya menggunakan
kemerdekaan tersebut yaitu jangan digunakan untuk kesempatan berbuat dosa melainkan
melayani seorang akan yang lain dengan kasih dengan dasar bahwa keseluruhan hukum Taurat
tercakup dalam satu firman yaitu mengasihi sesamamu manusia seperti diri sendiri dan diakhiri

1
dengan suatu peringatan apabila jemaat Galatia saling menggigit dan menelan maka mereka
akan saling membinasakan.
 Kesimpulannya: Galatia 5:13-15 merupakan satu unit pikiran yang mengisahkan bagaimana
menggunakan kemerdekaan dalam Kristus. Jadi berbeda dengan bagian sebelum dan
sesudahnya.

C. Analisa Struktur Teks dan Pembagiannya

13a. Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka.


13b. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu
sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa,
13c. melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
14 Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini,
yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri!"

15 Tetapi jikalau kamu saling menggigit


dan saling menelan,
awaslah,
supaya jangan kamu saling membinasakan.

Pembagian Struktur Teks


 Teks Galatia 5:13-15 ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu: ayat 13-14 dan ayat 15.
o Ayat 13-14 merupakan satu bagian yaitu panggilan menjadi orang merdeka dan penggunaanya
dengan penjabaran sebagai berikut:
 Ayat 13a adalah pernyataan Paulus bahwa jemaat Galatia telah dipanggil menjadi merdeka.
 Ayat 13b-14 menyatakan larangan Paulus untuk tidak mempergunakan kemerdekaan
mereka sebagai kesempatan berbuat dosa melainkan melayani seorang dengan yang lain
dalam kasih sebab hukum Taurat tercakup dalam satu firman yaitu mengasihi seorang
dengan yang lain seperti diri sendiri.
o Ayat 15 merupakan satu bagian karena merupakan suatu peringatan apa yang akan mereka
alami jika mereka tidak saling mengasihi sebagai wujud kemerdekaan dalam Kristus.

2
 Jadi, pembagian struktur dari Galatia 5:13-15 menjadi:
I. Kemerdekaan dalam Kristus dan penggunaanya (Gal. 5:13-14)
A. Orang Kristen telah dipanggil menjadi merdeka (ay. 13a)
B. Penggunaan kemerdekaan yang salah: mempergunakan kemerdekaan tersebut sebagai
kesempatan untuk berbuat dosa (ay. 13b)
C. Penggunaan kemerdekaan yang benar: melayani seorang dengan yang lain dengan kasih
karena hukum Taurat tercakup dalam satu firman yaitu mengasihi seorang dengan yang lain
seperti diri sendiri (ay. 13c-14)
II. Peringatan jika salah mempergunakan kemerdekaan (ay. 15)

Struktur Kitab Galatia 1

1:1-5 Pendahuluan
1:6-2:21 Wibawa Injil
1:6-10 Tidak ada Injil lain
1:11-17 Injil diwahyukan secara ilahi
1:18-24 Persetujuan manusiawi disisihkan
2:1-10 Prioritas wibawa Injil
2:11-14 Paulus mencela Petrus di Antiokhia
2:15-21 Permasalahan: Kristus atau Taurat?
3:1-4:31 Penjelasan Ajaran
3:1-5 Apel kepada sejarah dan pengalaman
3:6-9 Kesaksian Abraham
3:10-14 Taurat mengutuk tetapi iman menghidupkan
3:15-18 Taurat tak dapat membatalkan Injil
3:19-29 Fungsi pangawalan dari Taurat
4:1-7 Analogi tentang ahli waris
4:8-11 Perhambaan dari adat istiadat dan tradisi
4:12-20 Apel kepada kasih yang pertama
4:21-31 Alegori Sara dan Hagar

1
D.Guthrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius-Wahyu ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982)

3
5:1-6:10 Kemerdekaan dipertahankan
5:1-12 Kemerdekaaan Iman
5:13-15 Penggunaan yang benar dari kemerdekaan
5:16-26 Pertentangan antara daging dan Roh
6:1-5 Tanggung jawab etis
6:6-10 Menabur dan menuai
6:11-18 Penutup

Analisa Eksegesis (Historical-Cultural Background, Word meaning, dan Grammatical analysis)


I. Ayat 13-14: Kemerdekaan dalam Kristus dan penggunaanya
A. Orang Kristen telah dipanggil menjadi merdeka
Kitab Galatia ini ditulis oleh Rasul Paulus (Gal. 1:1) kepada jemaat Galatia. Mereka adalah buah
dari pelayanan Paulus dan Barnabas (Kis. 13:14; 14:23; 16:6; 18:23). Mereka disebut jemaat-jemaat di
Pisidia, Ikonium, Listra dan Derbe.2 Hubungan Paulus dengan jemaat Galatia sangat dekat. Pauluslah
yang memberitakan Injil kepada mereka. Pada waktu itu Paulus sakit pada tubuhnya, namun jemaat
Galatia tidak menganggapnya sebagai suatu yang menjijikkan, tetapi mereka telah menyambut Paulus
seperti seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri (Gal. 4:13-14).
Tetapi ketika mereka berbalik dari Injil yang diberitakan Paulus kepada injil lain Paulus sangat sedih.
Dia kuatir kalau-kalau susah payahnya memberitakan Injil kepada mereka sia-sia(Gal. 4:11).
Surat Paulus kepada jemaat Galatia tidak ditulis sebagai esai sejarah tetapi merupakan protes
menentang penyelewengan terhadap Injil Kristus. Kebenaran yang utama tentang pembenaran
berdasarkan iman kepada Kristus bukan berdasarkan hukum Taurat yang telah dikaburkan oleh kaum
Yudaisme yang bersikeras bahwa orang-orang yang percaya kepada Kristus harus melakukan hukum
Taurat bila mereka ingin sempurna di hadapan Allah. Ketika Paulus melihat ajaran ini sudah
menyusup kepada jemaat Galatia dan hal itu telah menyangkal karunia kebebasan mereka dalam
Kristus, Paulus menulis surat bantahannya yang berapi-rapi. Nada tulisannya sangat keras. Ia meletup-
letup karena kemarahan, meskipun bukan karena kekesalan pribadi melainkan karena prinsip rohani
tentang kemerdekaan. Paulus berkata,” tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang
memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang kami beritakan, terkutuklah ia”
(Gal. 1:8).3
2
F F Bruce, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini(Jakarta: Bina Kasih, 1974) 323.

3
Merrill C Tenney. Survei Perjanjian Baru. (Malang: Gandum Mas, 2006) 329
4
Salah satu alasan Paulus menambahkan bagian ini pada suratnya adalah untuk menunjukkan apa
artinya “iman yang diekspresikan melalui kasih.”(ay. 6). Alasan kedua adalah untuk menangani
perselisihan yang berkembang di gereja Galatia. Hal ini dapat kita lihat di ayat 15 yang mengatakan
“saling menggigit” dan “saling menghancurkan” satu dengan yang lainnya. Alasan terbesar lainnya
adalah keinginan Paulus untuk menjelaskan gambaran kehidupan Kristen yang benar dengan
menunjukkan bahwa kemerdekaan yang jemaat Galatia miliki adalah karena mereka sudah dipanggil
dalam Kristus adalah sebuah kemerdekaan yang bertanggung jawab yang memimpin kepada kekudusan
hidup. Kemerdekaan Kristen adalah kemerdekaan untuk melayani Allah dan sesama dengan kasih.4
Mulai dari ayat 13 ini surat ini mengalami perubahan penekanan. Pada pasal 1-5:1-12
sebelumnya suratnya bernada teologis. Tetapi bagian ini mulai bernada etika. Paulus memang
memiliki pikiran yang praktis. Meskipun ia memberikan penjelasan yang panjang yang bersifat
teologia namun di akhir suratnya selalu bersifat praktis. Baginya teologi itu tidak ada gunanya kalau
tidak dapat dipergunakan dalam kehidupan yang nyata.5
Dalam surat Galatia ini Paulus telah mengatakan kemerdekaan beberapa kali yaitu 2:4; 4:26, 31;
5:1) yang merupakan satu dari inti dari kitab Galatia ini. Tetapi dari pasal 1- pasal 5:1-12, Paulus
tidak mendefenisikan kemerdekaan tersebut. Dia tidak mendefenisikannya dalam terminologi yang
bersifat praktis yang berhubungan dengan etika hidup. 6 Jadi, mulai pada ayat 13 inilah Paulus mulai
membicarakan kemerdekaan dalam hubungannya dengan etika Kristen.
Paulus mengatakan, ”Saudara-saudara memang kamu telah dipanggil untuk merdeka.” Apa
maksudnya? Kemerdekaan ini sudah disuarakan dari ayat 1 dan ayat 8. Penggunaan kata kerja aorist
pada kata dipanggil menetapkan keseluruhan tindakan pada masa lalu dan menunjuk kepada fakta
bahwa orang Galatia telah mengalami kemerdekaan ini, walaupun kelihatannya mereka tidak mengakui
natur dari kemerdekaan tersebut.7 Paulus menjelaskan bahwa panggilan kita adalah dipanggil kepada
kemerdekaan. Orang Kristen adalah orang yang merdeka. Ia merdeka dari kesalahan dosa karena ia
telah mengalami pengampunan Allah. Ia merdeka dari hukuman dosa karena Kristus telah mati bagi
dia di atas kayu salib. Dengan perantaraan Roh, ia merdeka dari kuasa dosa dalam hidupnya sehari-
hari. Ia juga merdeka dari hukum Taurat dengan segala tuntutan dan ancamannya. Kristus

4
Kenneth L Barker dan John R. Kohlenberger III. The Exspositor’s Bible Commentary:Abridged Edition New
Testament (Grand Rapids: Zondervan, 1994) 737
5
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari (Jakarta: Gunung Mulia, 1992) 171
6
Kenneth L Barker dan John R. Kohlenberger III, The Exspositor’s,735
7
Donald Guthrie, The New Bible Commentary, Galatians (London: Intervarsity-Press, 1972) 133-134.
5
menanggung kutuk Taurat dan mengakhiri kesewenangannya untuk selama-lamanya. Kita telah
“dipanggil untuk merdeka” karena kita telah “dipanggil oleh kasih karunia Kristus”(Gal. 1:6).8
Tetapi Kemerdekaan bukan hanya mencakup kemerdekaan dari peraturan-peraturan agama
yaitu hukum Taurat yang secara legalistis dibebankan tetapi arti positifnya adalah kebebasan rohani
yang hakiki dari orang Kristen, kebebasan mana merupakan tujuan Allah bagi manusia (Yoh 8:32, 36;
Rm 8:2).9

B. Penggunaan Kemerdekaan yang salah (ay 13b): mempergunakan kemerdekaan tersebut sebagai
kesempatan untuk kehidupan dalam dosa.
Dalam menanggapi kemerdekaan orang cenderung bersikap ekstrim. Ada yang menafsirkan
kemerdekaan sebagai kebebasan dan mengira ia boleh berbuat sekehendak hatinya. Orang percaya
yang lain melihat kesalahan ini dan mengambil sikap yang juga ekstrim dan memaksakan hukum
Taurat kepada semua orang.10 Kebebasan dalam Kristus tidak berarti melakukan apa saja yang kita
ingini. Oleh karena Roh Kudus bermaksud menciptakan di dalam diri orang Kristen suatu tabiat seperti
Kristus, kemerdekaan mereka harus diperlihatkan dengan cara yang sesuai dengan tabiat itu.11
“Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk
kehidupan dalam dosa.” Dalam LAI digunakan kata dosa sedangkan dalam RVS digunakan kata the
flesh artinya daging yang dalam bahasa Yunani adalah sarx. Daging menurut Paulus bukan daging
secara jasmani tetapi natur manusia berdosa kita yang sudah diwariskan dari orangtua kita dan
diwariskan dari orangtua dari orangtua kita dan yang dikungkung oleh keberpusatan pada diri sendiri
dan kecenderungan untuk berbuat dosa. 12
Kata Yunani “kesempatan” adalah aphormē digunakan dalam konteks militer yaitu tempat dari
sebuah serangan dilancarkan sebuah pusat operasi militer. Artinya tempat ini adalah tempat yang
menguntungkan, dan menjadi sebuah kesempatan yang baik atau alasan. Jadi kebebasan dalam Kristus
tidak digunakan sebagai kesempatan atau alasan untuk menuruti keinginan daging.13
Kemerdekaan Kristen adalah merdeka dari dosa bukan merdeka untuk berdosa. Kemerdekaan
yang benar adalah lisensi yang terkekang, bukan kemerdekaan yang di atas segalanya. Karena jika
kemerdekaan itu di atas segalanya, hal tersebut adalah lebih dari bentuk perhambaan, perbudakan
8
Warren W.Wiersbe, Merdeka Di dalam Kristus (Bandung: Kalam Hidup, 1975) 122
9
D.Guthrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius-Wahyu (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1982) 591
10
Wiersbe, Merdeka, 122
11
Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: BPK, 2006) 326
12
Jhon R.W.Stott, The Message of Galatians (Leicester:Inter-Varsity Press, 1968) 140
13
Ibid
6
kepada keinginan natur kita yang sudah jatuh dalam dosa. Seperti yang dikatakan Yesus kepada orang
Yahudi, ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa.”
(Yoh. 8:34). Paulus juga menjelaskan sebelum kita bertobat kita diperbudak oleh berbagai nafsu dan
keinginan daging (Tit. 3:3).14
Ada berbagai macam perbudakan dalam masyarakat kita pada saat ini. Mereka
memproklamasikan kebebasan mereka dengan suara yang keras. Mereka mengatakan tentang kasih
yang bebas, cinta yang bebas tetapi dalam kenyataannya mereka memperbudak diri mereka sendiri
kepada hawa nafsu dan hasrat yang mereka beri kekang kebebasan. Padahal sebenarnya adalah karena
mereka tidak mampu mengontrol kebebasan tersebut. Kebebasan Kristen sangatlah berbeda dengan
kebebasan dunia ini. Kebebasan Kristen bukanlah kebebasan untuk menuruti daging, melainkan harus
menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya(Gal 5:24). Itu artinya kita telah
secara total menanggalkan kuasa natur dosa kita yang mengendalikan kita. Dalam gambaran yang
gamblang dan bersemangat Paulus menggunakan peristiwa salib Yesus. Dia mengatakan bahwa kita
harus menyalibkan kedagingan kita dan memakukannya di kayu salib.15

C. Penggunaan kemerdekaan yang benar: melayani seorang dengan yang lain dengan kasih karena
hukum Taurat terangkum dalam satu firman yaitu mengasihi seorang dengan yang lain seperti diri
sendiri (ay. 13c-14).
Kemerdekaan Kristen adalah kemerdekaan untuk melayani satu dengan lainnya. Melayani satu
dengan yang lain mengacu kepada menjadi budak kepada yang lain. Hal ini kontras dengan orang yang
salah menggunakan kemerdekaan yaitu menjadi budak dosa atau menuruti keinginan daging. Jika kita
tunduk menuruti keinginanan daging kita maka kita tidak akan memperhatikan kebutuhan sesama kita.
Dengan kata lain kita tidak memiliki kasih kepadanya. Sedangkan jika kita tunduk kepada hukum
Taurat kita akan fokus pada aturan-aturan hukum Taurat dan mengabaikan orang lain. Dengan kata
lain ketundukan terhadap hukum Taurat akan menghilangkan kasih kita kepada orang lain.16
Hal yang menarik adalah satu-satunya cara untuk melawan penyalahgunaan kemerdekaan
adalah dengan cara melayani seorang akan yang lain oleh kasih. Seakan-akan Paulus mengatakan
supaya kamu tidak mempergunakan kemerdekaan dalam Kristus untuk berbuat dosa, layanilah seorang

14
Stott, The Messege, 140-141
15
Ibid
16
G. Walter Hansen, The IVP New Testament Commentarary Series, Galatians, (Leicester: Intervarsity Press,
1991) 165
7
dengan yang lain dengan kasih. Seperti yang Paulus juga nyatakan kepada jemaat di Roma supaya
mereka memperhambakan diri untuk menunjukkan kasih(Rom 13:8).17
Kemerdekaan Kristen adalah kemerdekaan untuk melayani sesama dengan kasih. Kita
mengasihi mereka bukan karena kita melihat mereka mampu melayani kita. Kita menghargai mereka
sebagai pribadi dan memberikan diri kita sendiri untuk melayani mereka. Kita mengasihi dengan cara
saling menghambakan diri satu dengan yang lainnya (Yunani: douleuete). Kita bukan menjadi seorang
tuan dengan banyak budak, tetapi siap menjadi budak miskin dengan banyak tuan. Kita bersedia
mengorbankan diri kita bagi mereka bukan berharap mereka berkorban untuk kita. Kemerdekaan
Kristen adalah untuk melayani bukan untuk dilayani. Ini adalah suatu paradoks yang luar biasa.
Karena ide dari kemerdekaan Kristen adalah merdeka dari perbudakan dosa untuk menjadi budak bagi
sesama kita. Kita merdeka dalam relasi dengan Allah, tetapi menjadi budak dalam hubungan satu
dengan yang lainnya. Inilah artinya kasih. Jika kita mengasihi satu dengan yang lain kita akan
melayani satu dengan yang lain. Dan jika kita melayani satu dengan yang lain kita tidak akan saling
menggigit dan saling menelan dalam perkataan dan tindakan yang jahat. Karena menggigit dan
menelan itu adalah merusak, seperti binatang buas dibanding menjadi saudara dalam Kristus.
Sedangkan kasih membangun dan melayani. Dan Paulus menjelaskannya kemudian dalam ay. 22
tentang buah Roh. Selanjutnya jika kita saling mengasihi kita akan saling menanggung beban. Karena
kasih tidak memegahkan diri. Kasih selalu ekspansif tidak pernah posesesif. Mengasihi seseorang
bukan memilikinya tetapi melayaninya.18
“Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri” Kita harus hati-hati memahami tulisan Paulus ini. Dia tidak sedang
mengatakan, sebagaimana pendapat kaum moralitas baru mengatakan, “jika kita mengasihi satu dengan
yang lain kita dapat dengan aman menghancurkan hukum Taurat dengan kepentingan kasih.”
Sedangkan yang dimaksudkan Paulus adalah, “jika kita mengasihi satu dengan yang lain kita akan
memenuhi hukum Taurat, karena keseluruhan hukumTaurat dirangkum dalam satu perintah ini, “ kamu
harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri.” Apakah hubungan orang Kristen dengan hukum
Taurat? Yang disebut moralitas baru mendesak kita untuk menjawab pertanyaan ini. Jika kita orang
Kristen dan kita sudah bebas dari hukum Taurat itu berarti kita tidak lagi tunduk pada perhambaan
hukum Taurat (Gal. 5:1).19

17
Pfeiffer, Charles F dan Everett F. Harrison. The Wycliffe Bible Commentary. (Malang: Gandum Mas, 2001) 727
18
Stott, The Messege, 141-142
19
Stott, The Messege, 142-143
8
Kemerdekaan Kristen dari hukum Taurat menekankan pada hubungan dengan Allah. Itu
artinya kita diterima oleh Allah bukan karena mentaati hukum Taurat tetapi dengan iman dalam Yesus
Kristus yang telah mematahkan kutuk hukum Taurat ketika Dia mati di kayu salib. Tentu itu bukan
berarti bahwa kita bebas untuk melanggar atau tidak mentaati hukum Taurat. Sebaliknya walaupun
kita tidak mendapatkan penerimaan Allah karena mentaati hukum Taurat, tetapi kita akan mentaati
hukum Taurat karena kasih kita kepada Allah. Dalam terminologi Perjanjian Baru, walaupun
pembenaran kita tidak bergantung pada hukum Taurat melainkan pada Kristus yang disalibkan tetapi
penyucian kita terjadi dalam memenuhi hukum Taurat (Rm 8:3-4). Selanjutnya jika kita mengasihi
satu dengan yang lain seperti kita mengasihi Allah, kita akan menemukan bahwa kita mentaati
HukumNya karena keseluruhan hukum Allah akan dipenuhi dalam satu firman ini ”kamu harus
mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri.”20

II. Peringatan jika salah mempergunakan kemerdekaan (ay. 15)


“Tetapi jika kamu saling menggigit dan saling menelan awaslah supaya kamu jangan saling
membinasakan.” Ada 2 kata kerja yang digunakan yaitu mengigit (dakno) dan menelan (ketesthio)
mengacu pada perkelahian antara binatang buas di hutan belantara. Hal ini diingatkan 2 kali yaitu pada
Gal. 5:26,” dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
Jadi kita dapat melihat gambaran yang terjadi di jemaat Galatia.21 Mungkin di antara jemaat Galatia
terjadi persengketaan dan persaingan pahit. Pertentangan tajam mungkin terjadi antara orang-orang
yang terpengaruh oleh propaganda para penganut kaum legalisme dengan orang-orang yang tidak
terpengaruh. Paulus mendukung kelompok kedua, tetapi dia sadar tanpa kasih mereka tidak akan
mampu memenangkan pihak yang lain. Argumentasi tanpa kasih mengakibatkan perpecahan yang
terus menerus.22 Jadi Paulus mengingatkan mereka untuk segera menerapkan kasih supaya komunitas
mereka tidak saling membinasakan. Jikalau mereka tidak berubah maka akan terjadi perpecahan yang
terus menerus.

KESIMPULAN
20
Ibid
21
Ralph P.Martin dan Julie L.Wu Arnold. Illustrated Bible Backgrounds Commentary (Grand Rapids: Zondervan,
2002) 291
22
Ralph. Illustrated,294
9
Paulus menasihatkan jemaat Galatia untuk mempergunakan kemerdekaan mereka dalam Kristus
bukan sebagai kesempatan untuk menuruti keinginan daging. Karena kemerdekaan Kristen adalah
merdeka dari dosa bukan merdeka untuk berbuat dosa. Tetapi hendaklah kemerdekaan dalam Kristus
tersebut dipergunakan untuk melayani seorang dengan yang lain. Ketika jemaat Galatia melayani satu
dengan yang lain dengan kasih maka mereka tidak akan menuruti keinginan daging mereka. Dan
dengan melayani seorang dengan yang lain mereka telah melakukan keseluruhan hukum Taurat yang
terangkum dalam satu firman yaitu mengasihi satu dengan yang lain sama seperti mengasihi diri
sendiri. Tetapi apabila mereka tidak melayani satu dengan yang lain dengan ditunjukkan dengan saling
menggigit dan saling menelan maka mereka akan saling membinasakan. Artinya persekutuan mereka
ada dalam bahaya perpecahan. Jadi AT dari Galatia 5:13-15 ini adalah Paulus menasihatkan jemaat
Galatia untuk menggunakan kemerdekaan Kristen bukan sebagai kesempatan kehidupan dalam dosa
melainkan melayani seorang dengan yang lainnya dengan kasih.

Subyek (apa topik yang sedang dibicarakan ):


Bagaimanakah penggunaan yang benar dari Kemerdekaan Kristen dalam Kristus?

Komplemen (apa yang dikatakan tentang topik ini ):


Adalah tidak mempergunakan kemerdekaan tersebut sebagai kesempatan untuk berbuat dosa melainkan
melayani satu dengan yang lainnya dengan kasih.

AT:
Penggunaan Kemerdekaan Kristen yang benar adalah tidak mempergunakannya sebagai kesempatan
untuk berbuat dosa melainkan melayani seorang dengan yang lainnya dengan kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari. Jakarta: Gunung Mulia, 1992.
Barker, Kenneth L dan John R. Kohlenberger III. The Exspositor’s Bible Commentary: Abridged
Edition New Testament. Grand Rapids: Zondervan, 1994
Bruce F F, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Bina Kasih, 1974.
Guthrie, Donald. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius-Wahyu. Jakarta: Gunung Mulia, 1982.
Guthrie, Donald. The New Bible Commentary, Galatians.London:Intervarsity, 1972
G. Walter Hansen, The IVP New Testament Commentarary Series, Galatians. Leicester: Intervarsity
Press, 1991)
Mc Knight, Scott. The NIV Application Commentary. Grand Rapids: Zondervan, 2002.
Merrill C, Tenney. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2006.
Pfeiffer, Charles F dan Everett F. Harrison. The Wycliffe Bible Commentary. Malang: Gandum Mas,
2001.
Stott, Jhon R.W. The Message of Galatians. Leicester:Inter-Varsity Press, 1968.
Wiersbe,W Warren. Merdeka di Dalam Kristus. Bandung:Kalam Hidup, 1975
Wu, L Julie dan Ralp P Martin. Illustrated Bible Backgrounds Commentary. Grand Rapids:
Zondervan, 2002.

11

Anda mungkin juga menyukai