Anda di halaman 1dari 10

TAFSIR SURAT GALATIA 4:12-20

“INGATLAH AKAN HUBUNGAN KITA YANG SEMULA”

DISUSUN OLEH:

KENDIE FRANS SEMBIRING

01170109

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA


PENDAHULUAN

Surat Galatia adalah salah satu surat dari banyak surat yang ada di Perjanjian Baru.
Surat ini diperkirakan ditulis oleh Paulus pada kisaran tahun 48 M.1 Suarat Galatia, seperti
namanya, ditunjukan langsung pada jemaat yang ada di Galatia. Jika melihat surat Paulus pada
jemaat Galatia ini, maka akan ditemukan keunikan-keunikan di dalamnya. Di dalam surat
Galatia ini, terdapat perbedaan yang cukup mencolok dibandingkan dengan surat-surat lain
yang juga ditulis oleh Paulus. Di dalam surat Galatia ini, Paulus sama sekali tidak menuliskan
ucapan syukurnya atas kehidupan dan perkembangan jemaat Galatia.2 Paulus merasa bahwa
tidak ada yang patut untuk disyukuri dari kehidupan iman jemaat Galatia.

Hal lain yang juga unik dari surat Paulus kepada jemaat Galatia ini adalah nama Galatia
itu sendiri. Banyak ahli yang berbeda pendapat mengenai nama Galatia itu sendiri. Ada
pandangan ahli yang mengatakan bahwa nama Galatia yang dimaksud oleh Paulus adalah
merujuk pada Galatia Utara, dimana di sana ada satu kerajaan purba.3 Namun, menurut William
Ramsay, sebenarnya Paulus menulis surat ini dan kemudian ditujukan kepada jemaat Galatia
yang diyakini berada di Galatia Selatan, yang merupakan cakupan dari Provinsi Roma, yang
didalamnya ada daerah-daerah lain yang lebih luas daripada daerah yang ada di Galatia Utara.4
Sehingga dengan demikian, setidaknya ada dua pandangan berbeda mengenai kebenaran letak
jemaat Galatia ini. Penulis sendiri lebih condong pada pandangan yang menyatakan bahwa
yang dimaksudkan oleh Paulus adalah jemaat yang ada di Galatia Selatan. Karena di wilayah
Selatan tersebut, memang ada wilayah yang disebut Galatia.5 Hal ini juga dikemukakan oleh
Willi Marxsen di dalam bukunya. Ia mengatakan bahwa setelah Raja yang ada di wilayah
Selatan meninggal, maka wilayah itu berubah menjadi provinsi Roma dan kemudian semua
wilayah yang meluas ke Selatan diberi nama Galatia.6 Dengan demikian dapat dipahami bahwa
kamungkinan besar Paulus bukan mengirim suratnya hanya pada satu jemaat saja, melainkan
pada beberapa jemaat yang disebut sebagai jemaat Galatia.

Adapun jika melihat pada isi yang terdapat dalam surat Galatia ini, maka akan dapat
dilihat ayat-ayat yang bernada kemarahan, kekecewaan, dan ketegangan.7 Sehingga sangat
bernuansa emosional.8 Dapat dikatakan pula bahwa isi dari surat Galatia ini adalah curahan
hati Paulus terhadap kehidupan jemaat di Galatia.9 Dimana Paulus menemukan hal-hal yang
tidak baik di dalam mereka. Sehingga dengan demikian, nampaknya wajar jika Paulus
menuliskan surat yang bernada kemarahan, yang tentunya untuk kebaikan jemaat Galatia, dan
untuk pemaknaan yang lebih mendalam mengenai Kristus.

TEKSTUR INTRINSIK

1
Gustaf Melkias Wutoy, Konflik di Galatia, 2009, dalam
http://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50060205/13dd34ba015b292c530fd4d02965f211/intro.p
df, diakses tanggal 04 Juni 2019.
2
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014) h.43.
3
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014) h.42.
4
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014) h.42.
5
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014) h.42.
6
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014) h.42.
7
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014) h.43.
8
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014) h.43.
9
J. Vernon McGee, Galatians, 2008, dalam https://www.ttb.org/docs/default-source/notes-
outlines/no36_galatians.pdf?sfvrsn=2, diakses tanggal 04 Juni 2019.
Tekstur intrinsik adalah salah satu unsur penting dalam penafsiran sosio-retorik.
Tekstur intrinsik ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk dapat melihat gaya bahasa
dan penulisan dari penulis kitab dan surat. Sehingga melalui hal tersebut informasi yang
didapat akan lebih mendalam dan beragam. Saat ini, penulis akan memfokuskan pembahasan
mengenai Tekstur intrinsik ini pada surat Galatia 4:12-20. Penulis akan mencoba melihat
bagaiamana Paulus menyampaikan gagasan/pendangannya melalui tulisannya kepada jemaat
di Galatia. Dengan demikian, informasi mengenai surat Galatia ini akan menjadi semakin
kompleks dan beragam.

Di awal ayat 12, Paulus memulai tulisannya dengan menuliskan aku meminta
kepadamu saudara-saudara. Dari permulaan ini terlihat bagaimana Paulus meminta, bukan
memaksa. Hal ini dapat dilihat sebagai sebuah kerendahan hati Paulus. Kemudian Paulus
melanjutkan tulisannya dengan menggunakan frasa saudara-saudara. Hal ini dapat dilihat
sebagai penggambaran hubungan yang terjalin antara Paulus dan kelompok yang dituju. Kata
saudara-saudara memberikan gambaran bahwa surat ini ditujukan bukan pada satu orang
penerima, melainkan banyak orang. Kemudian Paulus melanjutkan tulisannya dengan
menuliskan jadilah sama seperti aku. Dari ungkapan tersebut, dapat dilihat bahwa Paulus ingin
menunjukkan sesuatu pada mereka, yakni sesuatu yang dapat diteladani dari Paulus. Dengan
mengatakan jadilah, artinya Paulus ingin mengubah mereka menjadi/atau setidaknya meniru
sesuatu. Dalam konteks ini, menjadi/meniru Paulus.

Hal menarik lainnya terdapat pada ayat yang ke-14. Dimana Paulus menggambarkan
bagaimana keadaannya pada saat ia berada di tengah-tengah jemaat Galatia. Paulus
mengatakan bahwa ia mengalami sakit pada tubuhnya. Kemudian ia melanjutkan dengan
menggambarkan respon jemaat Galatia terhadap keadaan Paulus tersebut. Ia menggambarkan
bahwa ketika ia sakit pun, jemaat Galatia melihat hal itu bukan sebagai yang hina dan
menjijikkan. Melainkan mereka menyambut Paulus sama seperti malaikat Allah, bahkan sama
seperti Kristus Yesus. Dari perkataan-perkataan Paulus di atas, dapat dilihat ada beberapa hal
yang nampaknya kontradiksi. Dapat dilihat dari frasa hina dan menjijikkan, dengan frasa
malaikat Allah dan Kristus Yesus. Jika disandingkan, pastilah berlawanan, sama halnya seperti
sisi yang satu menggambarkan yang baik, sedangkan sisi lainnya menggambarkan hal yang
kurang baik. Namun, jika dilihat pada makna yang ingin disampaikan oleh Paulus, nampaknya
memiliki makna yang sama, yakni penerimaan. Paulus ingin menggambarkan bagaimana
jemaat Galatia menerima Paulus di dalam kekurangannya.10 Bahkan, di dalam kekurangannya
tersebut, Paulus diposisikan bukan pada tempat yang rendah, melainkan tempat yang
terhormat. Hal ini dapat dilihat pada frasa malaikat Allah dan Kristus Yesus.

Di ayat selanjutnya, ayat 15. Paulus mencoba mengembalikan ingatan jemaat pada
masa-masa dimana Paulus masih bersama dengan mereka. Paulus mencoba mengingatkan
mereka bahwa dahulu ketika Paulus bersama-sama dengan mereka di Galatia, mereka sangat
bahagia. Namun, Paulus melanjutkan tulisannya dengan pertanyaan, dimanakah bahagiamu
itu? inilah sebenarnya yang menjadi alasan Paulus mengingatkan mereka kembali pada masa-
masa bahagia yang mereka lalui bersama. Paulus merasa prihatin kepada mereka, kerena
menurut Paulus, mereka tidak lagi bahagia, kalaupun bahagia, tidak sebahagia dahulu. 11 Dari
hal ini dapat dilihat keprihatian Paulus yang cukup mendalam bagi mereka. Bukan hanya
sampai di situ saja, Paulus kemudian melanjutkan tulisannya dengan mengatakan: bahwa jika
mungkin, kamu telah mencungkil matamu dan memberikannya kepadaku. Paulus
menggambarkan bagaimana jemaat Galatia mau berkorban untuknya. Paulus menggunakan

10
Gordon D. Fee, Galatians, (Dorset: Deo Publishing, 2007) h.165.
11
Gordon D. Fee, Galatians, (Dorset: Deo Publishing, 2007) h.166.
analogi mata, dimana mata adalah bagian tubuh yang tidak kalah penting dari bagian tubuh
lainnya. Sehingga Paulus mau mengatakan, meskipun mereka memiliki sesuatu yang berharga,
namun mereka tidak merasa rugi untuk memberikannya pada Paulus (menggambarkan
penerimaan mereka terhadap Paulus).12 Selain itu, melalui ayat 15 tersebut, Paulus juga ingin
menggambarkan hubungan mereka yang saling mengasihi satu sama lain, dan mau berkorban
bagi anggota komunitas mereka. Sehingga dengan demikian, hal ini dapat dilihat bahwa Paulus
masih mencoba membawa pembacanya (jemaat Galatia) kembali ke masa lalu, masa-masa
mereka saling mengasihi satu sama lain.

Untuk kedua kalinya Paulus bertanya kepada jemaat Galatia. Ia bertanya, apakah
dengan mengatakan hal yang benar, Paulus kemudian menjadi musuh jemaat Galatia?
Pertanyaan kedua ini tidak kalah penting dengan pertanyaan pertama, karena melalui
pertanyaan kedua ini, Paulus langsung pada pokok permasalahan, yakni bertanya, apakah
karena hal yang benar mereka memusuhi Paulus? Jika ya, maka dapat dilihat bahwa jemaat
Galatia tidak mengingini dan mengindahkan hal yang benar. Jika tidak, lalu apa yang membuat
mereka (jemaat Galatia) tidak bahagia, dan terkesan menjauhi/memusuhi Paulus? Kira-kira hal
itulah yang hendak ditanyakan oleh Paulus.

Di ayat ke-17 ini dapat dilihat sebagai jawaban dari pertanyaan Paulus sendiri.
Sebelumnya Paulus mempertanyakan apa yang sebenarnya membuat jemaat mengalami
perubahan yang cukup drastis menurut Paulus. Ia bertanya, apa yang menyebabkan?
Sedangkan pada ayat 17 ini Paulus memulai pembahasannya dengan mengatakan bahwa
mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu. Kata ganti mereka di sini menunjukkan
bahwa sebenarnya Paulus sudah mengetahui siapakah mereka itu. Kemungkinannya adalah,
Paulus sudah mengetahui apa yang terjadi, khususnya yang mempengaruhi perubahan jemaat
Galatia, namun ia tetap memberikan pengantar, seperti mengingatkan akan hubungan mereka
dimasa lalu. Dengan demikian, jemaat Galatia akan merasa tersentuh dengan apa yang
disampaikan oleh Paulus, sehingga akan menumbuhkan rasa bersalah dan mau memperbaiki
diri. Selain itu, dari ayat ini dapat juga dilihat bahwa Paulus mencoba menyadarkan jemaat
Galatia, yakni dengan mengungkapkan fakta-fakta tentang “mereka” salah satunya, “mereka”
itu tidak bertanggng jawab sama sekali. “Mereka” menarik jemaat, namun tidak tulus. Hal ini
disampaikan oleh Paulus lagi-lagi adalah caranya untuk menyadarkan jemaat Galatia akan apa
yang terjadi dan apa yang seharusnya mereka sesali. Di ayat selanjutnya, Paulus kemudian
dengan cepat merubah pembahasan.

Jika pada ayat sebelumnya Paulus terkesan menasihati sekaligus marah kepada jemaat
Galatia atas apa yang telah terjadi. Beda halnya dengan apa yang terjadi pada ayat 19 dan 20.
Di ayat 19, Paulus mengawali tulisannya dengan frasa hai anak-anakku. Frasa tersebut
menunjukkan bahwa Paulus menganggap jemaat Galatia sebagai anaknya sendiri. Kata anak
di sini dapat diartikan beragam, kemungkinan yang terdekat adalah, Paulus menganggap bahwa
jemaat Galatia masih sebagai “anak kecil” atau dengan kata lain, masih terlalu muda dalam hal
iman, sehingga membutuhkan banyak bimbingan.13 Sedangkan di sisi lain, dapat juga dipahami
bahwa Paulus memang menganggap jemaat Galatia sebagai anaknya sendiri. Namun, jika
merujuk pada perkatan Paulus selanjutnya, yang mengatakan bahwa ia harus sakit bersalin lagi
agar rupa Kristus menjadi nyata. Nampaknya kemungkinan di atas yang mendekati adalah
kemungkinan yang pertama. Yakni, frasa anak-anakku merupakan penggambaran Paulus
untuk mereka yang masih terlalu muda dalam hal iman. Paulus merasa rupa Kristus yang sudah
ia “lahirkan” sebelumnya harus hancur karena ketidaktaatan jemaat Galatia, sehingga ia perlu

12
Gordon D. Fee, Galatians, (Dorset: Deo Publishing, 2007) h.166.
13
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014) h.49.
“melahirkan” kembali rupa Kristus tersebut, yang pastinya akan menguras banyak tenaga dan
waktu. Sehingga Paulus merasakan penyesalan yang nampaknya cukup mendalam.

Kemudian di ayat ke-20, Paulus menunjukkan perasaan rindunya untuk dapat


berkumpul bersama dengan mereka. Paulus mengatakan bahwa ia ingin berbicara dengan suara
yang lain, karena sudah kehabisan kata-kata. Hal ini dapat dipahami bahwa Paulus sudah tidak
tahu harus berbuat apa lagi, terlebih jarak yang harus memisahkan Paulus dari jemaat Galatia.
Selain itu, ia juga merasa bahwa jika hanya melalui surat, nampaknya kurang efektif. Sehingga
ia ingin bertemu dengan mereka. Terlebih lagi Paulus mengatakan bahwa ia ingin berbicara
dengan suara yang lain. Suara yang lain ini dapat dipahami sebagai metode, cara, atau teknik
yang berbeda dalam hal mengajar mereka agar dapat benar-benar mengerti yang baik dan yang
buruk. Sehingga melalui penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ayat 19 dan 20 ini lebih
bernada tenang dibandingkan dengan ayat-ayat sebelumnya yang terkesan bernada kemarahan.

TEKSTUR INTERTEKSTUAL

• Tekstur Intertekstual Historis


a. Surat yang ditulis Paulus ini ditujukan pada jemaat Galatia (Gal 1:2)
b. Dari tulisannya, Paulus menyiratkan kesan bahwa ini bukan kali
pertamanya berhubungan dengan jemaat Galatia, melainkan kesekian
kalinya (Gal 1:9)
c. Kedatangan Paulus ke jemaat Galatia juga dicatat di dalam Kisah para
Rasul 16:6

• Tekstur Intertekstual Sosial


a. Galatia 4:17menyiratkan bahwa Paulus sedang merujuk pada kelompok-
kelompok yang mencoba membuat jemaat Galatia berpaling dari Injil.
b. Di jemaat Galatia, ketika Paulus mengirim surat ini, mereka berada
dalam ketegangan antara beralih dari Injil yang diberitakan oleh Paulus
atau meninggalkannya, dan berpaling pada pengajaran lain. Sebelumnya
sudah dibahas, bahwa ada pandangan yang mengatakan bahwa salah
satu kemungkinann yang membuat jemaat Galatia berpaling adalah
kelompok Yahudi yang mencoba membuat mereka (jemaat Galatia)
tunduk pada Taurat. Hal ini dapat dilihat sebagai kemungkinan yang
dapat terjadi karena Paulus memang sangat keras menentang Taurat,
dengan alasan bahwa Kristuslah yang menyelamatkan. Bukan Turat. Di
dalam Kisah Para Rasul 17:5 dikatakan bahwa orang-orang Yahudi iri
hati melihat Paulus mengajar dan diterima banyak orang. Sehingga dari
hal ini dapat dilihat bahwa “permusuhan” antara Paulus dengan
kelompok Yahudi sudah terjadi sebelumnya.
c. Dalam perikop sebelumnya, Paulus menekankan bahwa manusia
dibenarkan hanya oleh karena iman, dan bukan karena Taurat. Ini
memang menjadi penekanan utama Paulus kepada jemaat Galatia,
mengingat Paulus sudah tidak ingin lagi tunduk pada Taurat. Hal ini juga
dicatat di dalam Roma 3, dimana Paulus mengatakan bahwa manusia
dibenarkan karena iman.
d. Kesan mengenai adanya pengajar-pengajar yang menyesatkan iman
jemaat Galatia dari Injil, dapat pula dilihat menggunakan 2 Petrus 2,
dimana di sana dituliskan bahwa akan datang guru-guru palsu yang
segera menyesatkan jemaat Allah. Sehingga narasi mengenai pengajar
dan ajaran sesat memang bukan barang baru di dalam tubuh jemaat.
e. Di dalam surat Yudas juga dikatakan bahwa orang-orang tertentu
(penyesat) telah menyelusup masuk di tengah-tengah jemaat. Hal ini
sama dengan apa yang dialami oleh jemaat Galatia, diamana para
pengajar-pengajar yang membuat mereka berpaling dari Injil telah
masuk dan coba mempengaruhi jemaat Galatia.

• Tekstur Intertekstual Kultural


a. Galatia 4:14 memberi kesan bahwa Paulus sangat diterima pada waktu
ia datang kepada jemaat Galatia. Hal ini dapat dilihat sebagai sesuatu
yang dihidupi oleh jemaat Galatia, mungkin budaya yang ada saat itu
adalah memperlakukan tamu dengan baik dan penuh perhatian.

UNSUR SOSIAL – KULTURAL

Galatia

Surat Galatia yang ditulis oleh Paulus ini seperti yanng sudah dijelaskan sebelumnya,
bernada sangat khas. Alasan penulisan surat ini sendiri langsung dapat ditebak di awal surat
ini. Di awal suratnya kepada jemaat Galatia, Pulus sama sekali tidak menuliskan ucapan
syukurnya, seperti yang terdapat pada surat-surat Paulus yang lainnya. Hal ini dapat dilihat
sebagai sebuah masalah, dimana Paulus tidak melihat ada hal yanng patut disyukuri dari
kehidupan beriman jemaat Galatia.14 Tersendatnya pertumbuhan iman di jemaat Galatia,
pastilah disebabkan oleh sesuatu. Hal inilah yang dilihat sebagai sebuah masalah. Paulus
mengatakan di dalam tulisannya, bahwa jemaat Galatia begitu cepatnya berpaling dari apa yang
telah mereka terima, yakni Injil yang diberitakan oleh Paulus kepada mereka. Paulus tidak
menyalahkan mereka sepenuhnya atas masalah yang mereka hadapi tersebut. Paulus
mengatakan bahwa ada orang-orang yang datang dan mencoba menggoyahkan iman mereka
(ay.17), agar jemaat Galatia berpaling kepada mereka (yang memberitakan ajaran palsu).15
Dengan kata lain, Paulus ingin mengatakan bahwa ada orang-orang yang membawa ajaran-
ajaran palsu, dan mencoba menarik jemaat Galatia agar mengikuti mereka. Sehingga dengan
demikian, nampak jelas bahwa permasalahan utama yang dihadapi oleh jemaat Galatia ini
adalah munculnya ajaran-ajaran yang menyimpang dari apa yang sudah diajarkan Paulus.16 Hal
ini pulalah yang menyebabkan Paulus merasa perlu memperingatkan jemaat Galatia, agar tidak
berpaling kepada mereka (yang membawa ajaran palsu) tersebut.

Para Penyesat

Melalui tulisannya, Paulus ingin memberikan kesan bahwa ada orang-orang yang telah
menyusup masuk ke dalam jemaat dan mencoba menggoyahkan iman para jemaat. 17 Paulus
mengatakan bahwa mereka dengan giat menarik jemaat, namun tidak dengan hati yang tulus.
Dari perkataan-perkataan Paulus, memang terlihat jelas bahwa ia sangat tidak senang dengan
adanya para penyesat ini, terlebih lagi jemaat Galatia nampaknya terpengaruh dengan apa yang
penyesat-penyesat itu bawa dan ajarkan. Paulus sendiri tidak secara jelas mengatakan siapa

14
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014) h.43.
15
Canon R.A Cole, The Letter of Paul to the Galatians, (Michigan: Grand Rapids, 1994) h.25.
16
Canon R.A Cole, The Letter of Paul to the Galatians, (Michigan: Grand Rapids, 1994) h.25.
17
Canon R.A Cole, The Letter of Paul to the Galatians, (Michigan: Grand Rapids, 1994) h.25.
para penyesat tersebut, dan bagaimana bisa mereka datang ke jemaat Galatia. Namun, beberapa
ahli mencoba mencari tahu siapa para penyesat tersebut, yang oleh Paulus disebut mereka.

Ada pandangan yang mengatakan bahwa sebenarnya Paulus mencoba melawan


pengaruh orang-orang Yahudi yang mencoba mengajarkan Taurat kepada jemaat di Galatia,
sehingga mereka berpaling dari Injil yang diberitakan oleh Paulus.18 Sedangkan, ada pendapat
lain yang mengatakan bahwa Paulus melawan ajaran Gnostik.19 Pandangan tersebut didasari
karena ditemukan banyak ungkapan-ungkapan Gnostik di dalam surat Paulus pada jemaat
Galatia ini.20 Sehingga dengan demikian, dapat dilihat bahwa pandangan mengenai lawan yang
dimaksudkan Paulus yang telah menyesatkan jemaat Galatia, bukan sesuatu yang dapat
dimutlakkan. Hal ini terlihat dari beberapa pandangan yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Menurut penulis secara pribadi, yang dimaksud oleh Paulus sebagai mereka (merujuk
pada para penyesat) adalah orang-orang Yahudi. hal ini dapat dilihat dari perikop-perikop
sebelumnya, dimana Paulus sangat menekankan pada kemerdekaan dari Taurat dan
menghidupi Injil. Paulus mengatakan bahwa hanya melalui iman, seseorang akan dapat
selamat. Sedangkan menurut Paulus, Taurat sudah digantikan oleh Kristus, karena Kristuslah
yang menyelamatkan. Sehingga tidak ada lagi kewajiban untuk tunduk pada Taurat. Melihat
hal ini, maka dapat disimpulkan bahwa Paulus begitu keras menentang Taurat dan menekankan
pentingnya Injil. Sehingga sangat dimungkinkan bahwa lawan-lawan/para penyesat yang
dimaksudkan oleh Paulus adalah orang-orang Yahudi.

UNSUR IDEOLOGI

Dari pembahasan di atas, dapat dilihat bahwa Paulus sangat menekankan pentingnya
transformasi dari Taurat ke Injil.21 Paulus tidak segan-segan mengatakan jemaat Galatia
sebagai orang bodoh, karena masih bimbang dan ragu terhadap Injil. Hal ini bukan tanpa sebab,
melainkan karena Paulus melihat bahwa Injillah yang memiliki otoritas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan Taurat. Manurut Paulus, Taurat memang penting, untuk menjadi
pedoman/penuntun. Tapi semuanya itu sudah berganti seiring hadirnya Kristus sebagai mesias.
Kristus menjadi sumber keselamatan, dan sekaligus menjadi penuntun hidup orang percaya.
Selain itu, Paulus juga mengatakan bahwa mereka (jemaat Galatia) tidak boleh menyimpang
dari apa yang sudah Paulus ajarkan, oleh karena adanya pengajaran-pengajaran sesat. Paulus
juga menekankan pada jemaat Galatia untuk tidak kembali lagi pada Taurat, apa pun resikonya.
Karena Paulus sendiri menganggap bahwa Taurat sudah tidak menjadi utama lagi, selain
Kristus.22 Dari hal ini dapat dilihat bahwa ideologi yang hendak ditenkan paulus adalah Injil
lebih penting daripada Taurat. Sehingga hampir semua perkataan Paulus di dalam surat Galatia
ini mengandung penekanan yang demikian. Sehingga jelaslah bahwa surat Galatia ini memang
dikhususkan oleh Paulus untuk memberikan penekanan pada Injil dan berusaha membelanya,
agar orang-orang yang percaya dapat memahami apa yang disebut Injil dan bagaiman
seharusnya orang-orang percaya memandang dan memahami Injil. Agar melalui hal ini, tidak
ada lagi salah paham dan keraguan terhadap Injil. Sehingga orang-orang yang berniat tidak
baik, yakni menggoyahkan iman tidak dapat berbuat apa-apa lagi.

18
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014) h.50.
19
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014) h.51.
20
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014) h.51.
21
Douglas J. Moo, An Introduction to New Testament, (Michigan:Grand Rapids, 2008) h.525.
22
Douglas J. Moo, An Introduction to New Testament, (Michigan:Grand Rapids, 2008) h.525.
ELABORASI

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, surat Galatia ini ditulis oleh Paulus dengan
tujuan yang baik. Paulus merasa perlu memberikan nasihat-nasihat yang menguatkan iman
orang-orang percaya yang ada di Galatia. Sebagaimana kabar yang didengar oleh Paulus,
bahwa jemaat di Galatia perlahan-lahan mulai berpaling kepada pengajaran di luar pengajaran
yang telah di sampaikan oleh Paulus dalam kunjungannya ke Galatia. Paulus merasa
bertanggung jawab atas kehidupan iman jemaat Galatia. Oleh karena itu, mau tidak mau, ia
harus tetap memastikan jemaat Galatia tetap berjalan pada jalur iman yang sudah dikenalkan
oleh Paulus. Sehingga oleh sebab itulah Paulus menulis surat ini. surat Galatia ini sendiri
berisikan nasihat-nasihat yang menguatkan dan meneguhkan iman orang-orang di Galatia.
Melalui surat ini pula, Paulus berharap agar jemaat di Galatia dapat terlepas dari pengaruh
ajaran-ajaran yang ada di luar ajaran yang diberitakan oleh Paulus.

Di dalam unsur sosial telah dibahas mengenai kodisi jemaat Galatia. Dimana telah
dijelaskan bahwa jemaat Galatia memang dalam pengaruh ajaran-ajaran yang menurut Paulus
tidak seharusnya ada di tubuh jemaat Galatia. Ajaran-ajaran tersebut masuk ke dalam jemaat
Galatia bukan tanpa perantara, melainkan dibawa langsung oleh orang-orang yang memang
hendak menggoyahkan iman orang-orang di Galatia. Mengenai siapa sebenarnya yang
membawa ajaran-ajaran yang lain itu, Paulus tidak menjelaskannya lebih lanjut. Namun, dari
beberapa pendapat, dapat dilihat bahwa kemungkinan yang disebut sebagai pembawa ajaran-
ajaran lain, selain yang dibawa oleh Paulus adalah orang-orang Yahudi. Pandangan ini muncul
dikarenakan adanya penekanan yang cukup intens terhadap Taurat. Namun meskipun
demikian, belum dapat dipastikan siapa yang dimaksudkan oleh Paulus. Selain itu, melalui
penafsiran yang dilakukan, maka ditemukan juga ideologi yang terkandung di dalam surat
Galatia ini. Dimana melalui perkataan-perkataannya, Paulus sangat menjunjung tinggi Injil,
dan berusaha membuat yang lainnya (Taurat) terlihat lebih rendah dari Injil. Sehingga melalui
hal ini dapat dilihat bahwa ideologi yang hendak ditunjukkan oleh Paulus adalah cinta pada
Injil. Hal ini sangat jelas terlihat dari bagaiaman cara Paulus mencoba meyakinkan jemaat
Galatia. Sehingga dengan demikian, jemaat Galatia akan percaya.

KESIMPULAN

• Goyahnya iman jemaat Galatia dilihat Paulus sebagai sebuah ancaman dari pihak-pihak
lain yang mencoba menarik mereka kepada ajaran lain. Menanggapi hal tersebut,
Paulus merasa perlu untuk tetap mempertahankan iman jemaat Galatia kepada Yesus,
dengan cara memberi nasihat melalui suratnya. Pulus merasa sangat bertanggung jawab
atas kehidupan beriman jemaat Galatia, menurut Paulus, Jemaat Galatia masih belum
terlalu dewasa dalam hal beriman, mereka masih mudah digoyahkan dengan paham-
paham lain. Keterbatasan jarak juga membuat Paulus merasakan kesedihan yang
mendalam, dimana ia tidak dapat bertatap muka langsung dengan Jemaat Galatia.
Hanya melalui suratlah Paulus dapat mencurahkan isi hatinya, termasuk di dalamnya
kekecewaan Paulus kepada jemaat Galatia. Paulus merasa mereka terlalu cepat
berpaling dari Injil yang diberitakan oleh Paulus. Ungkapan perasaan Paulus ini dapat
dilihat dari banyaknya uangkapan-ungkapan yang menunjukkan kemarahan dan juga
rasa kasih sayang (ay.19). Dengan demikian, Pulus hendak memberikan kesan yang
mendalam kepada jemaat Galatia, agar mereka dapat sadar dan kembali lagi kepada
Injil.
• Paulus menyampaikan kekecewaannya kepada jemaat Galatia bukan tanpa sebab,
melainkan karena adanya pengajaran-pengajaran yang dibawa oleh orang-orang yang
hendak menggoyahkan iman jemaat Galatia. Paulus mengatakan bahwa mereka itu
hendak menarik jemaat Galatia, namun tidak dengan tulus hati. Banyak asumi-asumsi
yang muncul menanggapi pernyataan Paulus tersbebut, salah satunya adalah pandangan
mengenai orang-orang yang disebut Paulus sebagai “mereka” tersebut adalah orang-
orang Yahudi, yang hendak menarik jemaat Galatia keluar dari pengajaran Injil, dan
berpaling kepada Taurat.23 Namun, di sisi lain, ada juga pandangan yang mengatakan
bahwa sebenanrnya yang dimaksud Paulus adalah orang-orang Gnostik. Dimana
pandangan tersebut muncul karena ditemukannya beberapa ungkapan yang merujuk
pada Gnostik.24 Melihat hal ini, dapat disimpulkan bahwa kondisi jemaat Galatia saat
itu sangat tidak kondusif, terlepas dari pengaruh yang mana yang hadir, antara Yahudi
atau Gnostik. Sehingga dengan demikian, dapat dilihat bahwa karena kondisi yang
tidak kondusif tersebut, ditambah lagi dengan kondisi Paulus yang tidak ada di tempat
kejadaian (Galatia), membuatnya merasa sangat khawatir akan kehidupan iman jemaat
Galatia. Sehingga di dalam tulisannya , dapat dilihat bahwa Paulus memberikan
peringatan keras kepada mereka, agar mereka tidak berpaling dari Injil yang dikabarkan
Paulus. Atau dengan kata lain, Paulus hendak “mengancam” sekaligus menantang
jemaat Galatia agar dapat tetap hidup dalam Injil. Sehingga melalui hal ini, keadaan
jemaat Galatia menjadi lebih baik, dan kembali kepada hubungan yang semula antara
Paulus dengan jemaat Galatia, dan juga jemaat Galatia dengan Kristus.

23
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014) h.50.
24
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014) h.51.
DAFTAR PUSTAKA

Cole, C.R.A., The Letter of Paul to the Galatians, Michigan: Grand Rapids, 1994.

Fee, G.D., Galatians, Dorset: Deo Publishing, 2007.

Marxsen, W., Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014.

Moo, D.J., An Introduction to New Testament, Michigan: Grand Rapids, 2008.

McGee, J.V., 2008, Galatians, https://www.ttb.org/docs/default-source/notes-


outlines/no36_galatians.pdf?sfvrsn=2.

Wutoy, G.M.., 2009, Konflik di Galatia,


http://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/50060205/13dd34ba015b292c530fd4d02965f2
11/intro.pdf, (4 Juni 2019).

Anda mungkin juga menyukai