Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DIFERENSIAL FUNGSI MAJEMUK

DOSEN PEMBIMBING:
Yosia Dian Purnama Windrayadi,M,Pd

DISUSUN OLEH:

Kelompok 7

1. M. Arif Rofi’udin (1102170067)


2. Zhainur Rhofiqh (1102170011)
3. Rista Indra Lukmana (1102170071)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE

TUBAN

2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha Pengasih lagi maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “DIFERENSIAL FUNGSI MAJEMUK” ini dengan
baik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan untuk kita
semua, khususnya bagi kami.

Tuban, 03 januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................
C. TUJUAN......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. DIFERENSIAL PARSIAL...........................................................................................
B. DERIVATIF DARI DERIVATIF PARSIAL..............................................................
C. OPTIMASI BERSYARAT..........................................................................................

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN............................................................................................................
B. SARAN........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diferensial membahas tentang tingkat perubahan suatu fungsi sehubungan dengan


perubahan kecil dalam variabel bebas fungsi yang bersangkutan. Dengan diferensial
dapat pula disidik kedudukan – kedudukan khusus dari fungsi yang sedang dipelajari
seperti titik maksimum, titik belok dan titik minimumnya jika ada. Berdasarkan
manfaat – manfaat inilah konsep diferensial menjadi salah satu alat analisis yang
sangat penting dalam bisnis dan ekonomi. Sebagaimana diketahui, analisis dalam
bisnis dan ekonomi sangat akrab dengan masalah perubahan, penentuan tingkat
maksimum dan tingkat minimum.
Pendekatan kalkulus diferensial amat berguna untuk menyidik bentuk gambar
suatu fungsi non linear. Dengan mengetahui besarnya harga dari turunan pertama
(first derivative) sebuah fungsi, akan dapat dikenali bentuk gambar dari fungsi
tersebut. Secara berurutan seksi-seksi berikut akan membahas hubungan antara fungsi
non linear dan derivative pertamanya, guna mengetahui apakah kurvanya menaik atau
kan menurun pada kedudukan tertentu; hubungan antara fungsi parabolic dan
derivativenya, guna mengetahui letak dan bentuk titik ekstrimnya (maksimum atau
minimum) serta hubungan antara fungsi kubik dan derivativenya guna mengetahui
letak dan bentuk titik ekstrim serta letak titik beloknya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan diferensial parsial?
2. Apa derivatif dari derivatif parsial?
3. Apa yang dimaksud dengan optimasi bersyarat?

C. TUJUAN
1. Untnuk mengetahui apa yang dimaksud dengan diferensial parsial.
2. Untuk mengetahui derivatif dari derivatif parsial.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan optimasi bersyarat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DIFERENSIAL PARSIAL
Menurut Dumairy, differensiasi parsial merupakan differensiasi untuk fungsi
yang mengandung lebih dari satu macam variabel bebas.
Pada prinsipnya differensiasinya tidak berbeda dengan prinsip untuk fungsi variabel
bebas tunggal. Hanya saja disini akan bertemu dengan prinsip diferensial parsial
(diffensiasi secara bagian demi bagian).
Konsep diferensial fungsi majemuk merupakan salah satu alat analisis yang sangat
penting dalam bisnis dan ekonomi, mengingat pada umumnya suatu variabel ekonomi
berhubungan fungsional, tidak hanya dengan satu macam varibel lain, tetapi justru
dengan beberapa macam variabel sekaligus. Sehingga pengetahuan akan diferensial
fungsi majemuk sangat relevan dimiliki.
Diferensiasi Parsial Sebuah fungsi yang hanya mengandung satu variabel bebas
hanyak akan memiliki satu macam turunan yaitu :
jika y = f(x) maka y¢ = dy / dx. Sedangkan jika sebuah fungsi mengandung lebih dari
satu variabel bebas maka turunannya akan lebih dari satu macam pula, atau jika suatu
fungsi memiliki n variabel bebas maka akan memiliki banyak turunan.
Fungsi yang mengandung satu variabel bebas hanya akan memiliki satu macam
turunan. Apabila y = f(x) maka turunannya hanyalah turunan y terhadap x, dengan
kata lain y’= dy/dx.
Jika y = f (x, z), maka akan terdapat dua macam turunan, yaitu y terhadap x atau
∂y/∂x dan turunan y terhadap z atau ∂y/∂z sebagai berikut:
y = f (x,z)
a).fx (x,z) = ∂y/∂x
y’
b) fz (x,z) = ∂y/∂z3

∂y/∂x dan ∂y/∂z dalam butir 1 masing-masing dinamakan derivatif parsial,


sedangkan(∂y/∂x) dx, (∂y/∂z) dz, dinamakan diferensial parsial, adapun dy adalah
diferensial total.Dalam menurunkan y terhadap x (∂y/∂x) hanya suku-suku yang
mengandung variabel x yang di perhitungkan dengan anggapan hal-hal lain konstanta
atau tetap (caterisparibus) sehingga suku-suku yang tidak mengandung variabel x
dianggap turunannya adalah nol. Begitu juga dalam menurunkan y terhadap z yang
dilambangkan dengan Diferensial Fungsi Majemuk/ ∂y/∂z, hanya suku-suku yang
mengandung variabel z yang diperhitungkan (ceterisparibus) dan turunannya adalah
nol.

Contoh:

Tentukan turunan pertama dari y = (3x-2)4+(4x-1)3 adalah . . .


Jawab: 
Kita uraikan satu per satu dulu masing-masing persamaan, misalnya : f (x) = y = (3x-
2)4 misal U = (3x-2) du/dx = 3 dy/dx = n.Un-1 . du/dx = 4. (3x-2)4-1.3 = 12 (3x-2)3
Terus berlanjut ke persamaan berikutnya : f (x) = y = (4x-1)3 misal U = (4x-1) du/dx
= 4 dy/dx = n.U.n-1 . du/dx = 3. (4x-1)3-1. 4 = 12 (4x-1)2 Setelah kita mengetahui
hasil dari masing-masing persamaan, kemudian kita kembali gabungkan kedua
persamaan tersebut : f (x) = y = (3x-2)4+(4x-1)3 = 12 (3x-2)3 + 12 (4x-1)2 = 12 (3x-
2)3 + (4x-1)2

B. DERIVATIF DARI DERIVATIF PARSIAL


Seperti halnya dengan fungsi dengan satu variabel bebas maka fungsi yang
memiliki lebih dari satu variabel bebas pun dapat diturunkan lebih dari satu kali.
Dengan kata lain masing-masing parsialnya masih mungkin diturunkan lagi, namun
berapa banyak turunan dari turunan parsial dapat dibentuk tergantung dari bentuk
turunan parsial tersebut. Apabila suatu turunan parsial berbentuk suatu fungsi yang
tinggal mengandung satu macam variabel bebas, maka turunan berikutnya hanya ada
satu macam, tetapi apabila suatu turunan parsial berbentuk suatu fungsi yang masih
mengandung beberapa macam variabel bebas, maka turunan berikutnya masih dapat
dipecah-dipecah lagi menjadi beberapa turunan parsial pula.

Contoh:
y = x+ 5z2– 4 x2z – 6xz2 + 8z – 7
y’ 1) ∂y/∂x = 3x2 – 8xz – 6z2
2) ∂y/∂z = 10z – 4x2 – 12xz + 8
Baik ∂y/∂x maupun ∂y/∂z masih dapat diturunkan secara lagi secara parsial baik
terhadap x maupun z:
(1.a.) ∂y/∂x terhadap x: ∂2y/∂x2= 6x – 8z
(1.b.) ∂y/∂x terhadap z: ∂2y/∂x ∂z = -8x – 12z
(2.a.) ∂y/∂z terhadap x: ∂2y/∂z ∂x = -8z – 12z
(2.b.) ∂y/∂z terhadap z: ∂2y/∂z2 = 10 –12x
Ternyata turunan parsial kedua (1.a), (1.b), (2.a), dan (2.b) masih dapat diturunkan
lagi secara parsial baik terhadap x maupun terhadap z .
(1.a.1). ∂2y/∂ x2 terhadap x: ∂3y/∂x3 = 6. (1.a.2). ∂2y/∂ x2 terhadap z: ∂3y/∂x2 ∂z =
-8. (1.b.1). ∂2y/ ∂x ∂z terhadap x: ∂3y/∂x2 ∂z = -8 (1.b.2). ∂2y/ ∂x ∂z terhadap z:
∂3y/∂x ∂z2 = -12 (2.a.1). ∂2y/∂z ∂x terhadap x: ∂3y/ ∂z ∂x2 = -8 (2.a.2). ∂2y/∂z ∂x
terhadap z: ∂3y/ ∂z2 ∂x = - 12 (2.b.1). ∂2y/∂z2 terhadap x: ∂3y/ ∂z2 ∂x = - 12 (2.b.2).
∂2y/∂z2 terhadap z: ∂3y/ ∂z3 = 03.

C. OPTIMASI BERSYARAT
Dalam kenyataan sering kali kita harus mengekstrimkan atau mengoptimumkan
suatu fungsi, yakni mencari nilai maksimum atau nilai minimumnya, tetapi terkekang
oleh suatu fungsi lain yang harus dipenuhi. Dengan kata lain fungsi yang hendak
dioptimumkan tadi menghadapi suatu kendala (constraint).
Kasus optimasi bersyarat semacam ini banyak dijumpai dalam bidang ekonomi.
Misalnya seseorang hendak memaksimumkan utilitas atau tingkat kepuasannya, tetapi
terikat pada fungsi pendapatan, atau sebuah perusahaan ingin memaksimumkan
labanya, namun terikat pada fungsi produksi.
Pengganda Lagrange
Metode Lagrange dapat digunakan untuk memecahkan masalah diatas yaitu ingin
mengoptimalkan suatu fungsi tetapi terbentur oleh adanya batasan (kendala). Caranya
adalah dengan membentuk sebuah fungsi baru, disebut fungsi Lagrange,yang
merupakan penjumlahan dari fungsi yang hendak dioptimumkan ditambah hasil kali
pengganda lagrange dengan fungsi kendalanya (fungsi yang menjadi kendala λ
senantiasa harus diimplisitkan dulu). Misalkan yang hendak dioptimumkan z = f(x,y)
dengan syarat harus terpenuhi u = g (x,y).Nilai ekstrim F (x,y, ) dapat dicari dengan
memformulasikan masing-masing λ derivatif-parsial pertamanya sama dengan nol.
Pengganda Lagrange adalah suatu λ variabel tak-tentu yang hanya bersifat sebagai
pembantu. Syarat di atas merupakan syarat yang diperlukan untuk menghitung nilai
ekstrim dari fungsi baru yang dibentuk, dan karenanya disebut sebagai syarat yang
diperlukan atau necessary condition. Akan tetapi untuk mengetahui jenis nilai ekstrim
tersebut maksimum atau minimum, masih harus disidik melalui 8 derivatif-parsial
keduanya, yang merupakan syarat yang mencukupkan atau sufficient condition.
Dalam hal ini nilai ekstrim tadi adalah:

Contoh:
Tentukan nilai ekstrim z dari fungsi z = 2x + 2y dengan syarat x2 + y2 = 8.
Jelaskan jenis nilai ekstrimnya.
Fungsi Lagrange:
F = 2x + 2y + (xλ2 + y2 – 8)
= 2x + 2y + xλ2 + yλ2 – 8λ
Agar F ekstrim, F’= 0
Fx = 2 +2 x = 0,diperoleh = - 1/xλ λ ....................................(1)
Fy = 2 +2 y = 0,diperoleh = - 1/yλ λ ....................................(2)
Berdasaran (1) dan (2) : -1/x = -1/y, atau x = y
Menurut fungsi kendala :
x2+y2= 8y2+y2= 82 y2= 8 y2= 4 y= ± 8
Karena y = ± 2 dan x = ± 2
z = 2x+2y = ± 8
Jadi nilai ekstrim z = ± 8 Penyelidikan nilai ekstrimnya:
Untuk review x = 2 dan y = 2, = - ½λ
Fxx = 2 = - 1 < 0λ
Fyy = 2 = - 1 < 0λ
Karena Fxx dan Fyy < 0, nilai ekstrimnya adalah nilai maksimum dengan z maks = 8
Untuk x = -2 dan y = -2, = ½λ
Fxx = 2 = 1 > 0λ
Fyy = 2 = 1 > 0λ
Karena Fxx dan Fyy > 0, nilai ekstrimnya adalah nilai minimum dengan z min = - 8
Kondisi Kuhn-Tucker
• Merupakan metode pengembangan lebih lanjut dari model optimisasi bersyarat. •
Mengoptimumkan sebuah fungsi terhadap sebuah fungsi yang berbentuk
pertidaksamaan. Bentuk permasalahannya bisa berupa: Maksimumkan fungsi tujuan
f(x,y) terhadap kendala g(z,y) ≤ 0
Minimummkan fungsi tujuan f(x,y) terhadap kendala g(z,y) ≥ 0
Prosedur penyelesaian: • Metode Lagrange yang dimodifikasi kemudian diuji dengan
kondisi (persyaratan) Kuhn-Tucker. • Metode Kuhn-Tucker secara langsung.
Prosedur metoda Kuhn-Tucker melalui metode Lagrange yang dimodifikasikan
dilakukan sebagai berikut:
(1). Anggap kendala pertidaksamaannya sebagai sebuah persamaan. Selesaikan
masalahnya dengan metode Lagrange yang biasa hingga diperoleh nilai optimum
yang dicari. Khusus dalam hal ini fungsi Lagrangenya harus dibentuk dengan cara:
F(x,y,λ) = f(x,y) – λg(x,y); jadi, tidak boleh: F(x,y,λ) = f(x,y) + λg(x,y)
(2). Lakukan pengujian terhadap nilai λ. • Jika λ > 0 berarti nilai optimum yang
diperoleh (berdasarkan kendala yang telah dimodifikasi tadi juga merupakan nilai
optimum berkenaan fungsi kendala yang berbentuk pertidaksamaan. • Jika λ ≤ 0
berarti berarti optimisasi fungsi tujuan f(x,y) tanpa menyertakan fungsi kendala g(x,y)
sudah dengan sendirinya akan memenuhi kendalanya.
• Dalam hal λ ≤ 0 kendala yang bersangkutan dikatakan bersifat tidak mengikat (non-
binding), oleh karenanya dapat diabaikan; • Dalam hal λ > 0 kendalanya disebut
mengikat (binding).

PENERAPAN EKONOMI FUNGSI MAJEMUK

Permintaan marginal Dan elastisitas permintaan parsial


Apabila dua macam barang mempunyai hubungan dalam penggunaan nya, maka
permintaan masing-masing barang akan fungsional terhadap harga kedua macam
barang tersebut. Dengan kata lain, jika barang A dan barang B mempunyai hubungan
penggunaan, maka;Qda = f(Pa,Pb) dan Qdb = f(Pa,Pb)derivatif permintaan dari Qda
dan Qdb adalah fungsi-fungsi permintaan marginal :
∂ Qda Adalah permintaan marginal akan A berkenaan dengan Pa
∂ pa ∂ Qda Adalah permintaan marginal akan A berkenaan dengan Pb
∂ Pb ∂ Qdb Adalah permintaan marginal akan B berkenaan dengan Pa
∂ Pa ∂ Qdb Adalah permintaan marginal akan B berkenaan dengan Pb
Turunan fungsi permintaan dapat dihitung elastisitas nya. Ada 2 (dua) macam
elastisitas permintaan.
1. Elastisitas harga permintaan, yaitu elastisitas yang mengukur kepekaan perubahan
permintaan suatu barang berkenaan perubahan harga barang itu sendiri.
2. Elastisitas silang permintaan, yaitu elastisitas yang mengukur kepekaan perubahan
permintaan suatu barang berkenaan perubahan harga barang lain.
            % Δ Qda        E Qda     ∂ Qda       Pa
Ƞda = ———— = ——— = ——— • ——
            % Δ Pa           E Pa        ∂ Pa       Qda
          % Δ Qdb       E Qdb       ∂ Qda       Pa
Ƞdb = ———— = ——― = ——— • ——
            % Δ Pb        E Pb          ∂ Pb        Qdb
           % Δ Qda        E Qda      ∂ Qda        Pa
Ƞab = ———— = ——— = ——— • ——
            % Δ Pb          E Pb         ∂Pb       Qda
            % Δ Qdb      E Qdb      ∂ Qda        Pa
Ƞba = ———— = ——— = ——— • ——
             %Δ Pa          EPa         ∂ Pa          Qdb
Ƞda dan Ƞdb keduanya merupakan elastisitas harga permintaan, sedangkan Ƞab dan
Ƞba keduanya adalah elastisitas silang permintaan.
Jika baik Ƞab dan Ƞba keduanya negatif (Ƞab < 0 dan Ƞba < 0) untuk Pa dan Pb
tertentu,berarti hubungan antara barang A dan B adalah komplementer, sebab
penurunan hargasalah satu barang akan diikuti oleh kenaikan permintaan keduanya.
jika Ƞab maupun Ƞba keduanya posifitf (Ƞab > 0 dan Ƞba > 0) untuk Pa dan Pb
tertentu,berarti hubungan antara barang A dan B adalah substitusi, sebab penurunan
harga salah satu barang akan diikuti oleh penurunan permintaan atas barang lainnya.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari beberapa kesimpulan uraian dalam pembahasan makalah yang sederhana ini
penyusun dapat memberikan kesimpulan sebagaimana yang tercantum di bawah ini :
1. Turunan fungsi permintaan marginal dapat dihitung elastisitas parsialnya.
Ada 2 (dua)macam elastisitas permintaan, yaitu Elastisitas harga permintaan dan
Elastisitas silang permintaan.
2. Apabila sebuah perusahaan menghasilkan dua macam output dan biaya yang
dikeluarkannya untuk memproduksi kedua macam produk itu merupakan biaya
produksi gabungan (joint production cost), maka penghitungan keuntungan
maksimum yang diperoleh dapat diselesaikan dengan pendekatan diferensial parsial.
3. Bahwa keseimbangan konsumsi akan tercapai apabila hasil bagi utilitas marginal
masing-masing barang terhadap harganya bernilai sama.
4. Bahwa produksi optimum dengan kombinasi biaya terendah akan tercapai apabila
hasil bagi produk marginal masing-masing input terhadap harganya bernilai sama.

B. SARAN
Adapun saran yang penulis berikan kepada pembaca, diantaranya:
 Para pembaca dapat lebih memahami dan memaknai tentang diferensial fungsi
majemuk.
 Dapat menerapkan diferensial fungsi majemuk dalam sebuah perusahaan
Demikianlah makalah mengenai diferensial fungsi majemuk yang dapat kami
sampaikan, kami berharap kepada pembaca agar dapat memberikan kami kritikan
maupun masukan yang positif demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
memberikan faedah bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Dumairy, “Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi”, edisi kedua, BPFE,
Yogyakarta, 1991
Dowliing Edward matematika untuk ekonomi.1995. jakarta

Anda mungkin juga menyukai