Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Berbicara tentang administrasi pembangunan kesehatan, sebenarnya belum ada literatur khusus yang
membahasnya. Saat ini pijakan berpikir dalam konteks administrasi pembangunan kesehatan masih
diilhami oleh ilmu administrasi negara dan ilmu administrasi pembangunan. Disiplin ilmu ini umumnya
telah diajarkan pada kajian ilmu sosial dan ilmu politik.
Dari literatur yang ada mengatakan bahwa, ilmu administrasi pembangunan belumlah diakui ataupun
belum merupakan suatu disiplin ilmu yang telah berkembang. Dalam pandangan beberapa ahli dan
penulis dewasa ini, perkembangan ke arah ilmu administrasi terus diupayakan. Bila melihat asal usul ilmu
administrasi pembangunan yang dikembankan saat ini banyak yang mengatakan bahwa disiplin ilmu ini
berakar dari ilmu administrasi Negara.
Seperti yang diakui oleh Kristiadi (1994) bahwa administrasi pembangunan sebenarnya merupakan salah
satu paradigma administrasi negara yaitu paradigma yang berkembang setelah ilmu administrasi negara
sebagai ilmu administrasi pada sekitar tahun 1970. Mengacu dari kerangkan perkembangan administrasi
pembangunan seperti tersebut di atas. Kristiadi memberi pengertian tentang Administrasi Pembangunan
adalah Administrasi Negara yang mampu mendorong ke arah proses perubahan dan pembaruan serta
penyesuaian. Oleh karena itu administrasi pembangunan juga merupakan pendukung perencanaan dan
implementasinya. Masalah yang serius dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah lemahnya
kemampuan birokrasi dalam menyelenggarakan pembangunan.

Rumusan Masalah
Bagaimana Sejarah Administrasi Pembangunan Kesehatan?
Bagaimana Sejarah Timbulnya Konsep Administrasi Pembangunan?
Bagaimana Perkembangan Pemikiran dari Administrasi Negara ke Administrasi Pembangunan?
Bagaimana Pembangunan Administrasi Kesehatan di Indonesia?

Tujuan
Untuk mengetahui Sejarah Administrasi Pembangunan Kesehatan
Untuk mengetahui Sejarah Timbulnya Konsep Administrasi Pembangunan
Untuk mengetahui Perkembangan Pemikiran dari Administrasi Negara ke Administrasi Pembangunan
Untuk mengetahui Pembangunan Administrasi Kesehatan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

Sejarah Administrasi Pembangunan Kesehatan


Administrasi Pembangunan yang dikembangkan itu berasal dari disiplin ilmu yang mendahului, yaitu
administrasi Negara. Pada abad ke 19 dapat dikemukakan sebagai permulaan perkembangan Ilmu
Administrasi Negara yang dipelopori oleh penulis-penulis dan praktisi-praktisi Administrasi Pemerintahan
di Amerika Serikat yaitu antara lain : Woodrow Wilson, Frank J. Goodnow, Leonard D. White, dan bahkan
tulisan Alekxis de Tocqueville jauh sebelumnya dianggap pula awal perkembangan Ilmu Administrasi
Negara. Perkembangan Ilmu Administrasi Negara lebih relevan bagi Negara-negara yang sudah maju.
Para ahli Ilmu Administrasi Negara, kemudian memberikan perhatian pula terhadap dua hal, yaitu:
Administrasi bagi negara-negara yang sedang berkembang atau yang sedang mengalami masa
perubahan (dari masyarakat tradisional agraris ke arah masyarakat maju dan mulai memperkembangkan
industri).
Yang kedua adalah perhatian kepada masalah interrelasi antara administrasi sebagai praktek di bidang-
bidang kehidupan lain.

Sejarah Timbulnya Konsep Administrasi Pembangunan


Pengamatan yang cermat atas pertumbuhan dan perkembangan administrasi pembangunan sebagai
suatu disiplin ilmiah yang relatif baru menunjukan bahwa usaha para pakar untuk mengembangkan teori
administrasi pembangunan sesungguhnya telah mulai setelah Perang Dunia II berakhir yang kemudian
berlanjut secara lebih intensif pada dekade enam puluhan. Setelah berakhir Perang Dunia II, timbul pola
baru dalam hubungan antarbangsa  di dunia.
1.      Terdapat negara-negara yang menang pada Perang Dunia tersebut Yaitu negara-negara yang
menang pada Perang Dunia tersebutnegara-negara  sekutu dan dipihak lain ada negara-negara yang
kalah.
2.      Pola kedua yang timbul dalam hubungan antar negara ialah bahwa disatu pihak terdapat negara-
negara bekas penjajah dan di pihak lain terdapat negara-negara baru, yaitu bekas jajahan yang
memperoleh kemerdekaannya dengan berbagai cara, seperti melalui perang kemerdekaan dan atau
melalui meja perundingan.
Para Pragmatis akan mengatakan walaupun negara-negara bekas penjajah bersedia memberikan
bantuan kepada negara-negara bekas jajahannya, sesungguhnya dasarnya bukanlah karena sikap yang
altruistik dan bukan pula karena landasan moralitas, melainkan juga karena kepentingan nasional.
Artinya, negara-negar bekas penjajah masih tetap memanfaatkan hubungan sejarah dan emosional yang
bersifat khusus itu demi kepentingan sendiri yang dalam segi ekonomi mengambil dua bentuk.
a)      Bentuk pertama adalah menjadikan negara-negara bekas jajahan itu sebagai sumber bahan
mentah atau bahan baku yang diperlukan untuk industri tertentu dalam negerinya sendiri.
b)      Bentuk kedua adalah menjadikan negara bekas jajahan itu sebagai pasar bagi produk yang
dihasilkannya.

Perkembangan Pemikiran dari Administrasi Negara ke Administrasi Pembangunan


Implementasi kegiatan-kegiatan pembangunan disuatu negara telah menimbulkan adanya kebutuhan
untuk mengembangkan suatu disiplin ilmiah baru yang menjadi sarana dalam mencapai pembangunan
suatu negara dan bangsa ditinjau dari segi administrasi.
Sebagai disiplin ilmiah, Administrasi Pembangunan menjadi titik tolak berhasil tidaknya suatu bangsa
dalam membangun masyarakat untuk bisa mencapai kemakmuran yang merata di segala bidang.
Pada dasarnya administrasi pemangunan merupakan cabang dari Administrasi Negara, sehingga kaidah-
kaiah umum yang ada di administrasi negara berlaku pula pada administrasi pembangunan.
Dalam perkembangannya para ahli ilmu administrasi negara memberikan pengertian yang berbeda
terhadap dua hal yaitu:
a.       Administrasi di negara-negara yang sedang berkembang.
b.        Administrasi yang berada pada negara-negara sudah maju.
Konklusi dari penemuan (CAG-Comparative Administration Group) memberikan keputusan perlunya
dibentuk administrasi pembangunan, untuk meningkatkan kemajuan masyarakat di negara-negara
sedang berkembang. Dipandang perlunya membentuk administrasi pembangunan ini dikarenakan
beberapa hal, yaitu:
1)      Bahwa teori ilmu administrasi negara yang selama ini mereka kuasai dan kembangkan tidak begitu
saja dapat dialihkan ke negar-negra yang sedang membangun.
2)      Agar bantuan yang diberikan di bidang administrasi mencapai sasarannya, para pakar tersebut
merasa perlu untuk menciptakan suatu disiplin ilmiah baru yang dapat diterapkan dalam
mnyelenggarakan seluruh kegiatan pembangunan dengan segala seginya
3)      Demi perkembangan ilmu administrasi yang mutakir serta sesuai dengan tuntutan praktek
dilapangan, para pakar yang berpengalaman dinegeri sendiri dan di negara lain di mana mereka pernah
ditempatkan dalam rangka bantuan luar negeri, merasa perlu untuk mengembangkan studi perbandingan
dibidang administrasi.
4)      Masih terdapar jurang yang lebar antara negar-negara yang kaya dengan negar-negara yang
miskin disamping itu ditekankan betapa pentingnya kerjasama nasional dalam usaha memperlancar
kegiatan-kegiatan pembangunan.

Pembangunan Administrasi Kesehatan di Indonesia

Pembangunan administrasi kesehatan di indonesia dapat dilihat dari 2 sudut pandang saat penjajahan
dan setelah penjajahan:
Zaman Pemerintahan Belanda
Pada masa itu dijalankan oleh Jawatan masyarakat terutama sekali dalam bidang Rumah sakit dan Balai
balai pengobatan.
Dalam bidang Preventif dijalankan antara lain:
Pencegahan routine.
Vaksinasi terhadap penyakit typhus dan pes.
Pemberantasan penyakit cacing tambang, banyak dilakukan di perkebunan dengan obat oleum
chemopodii.
Penyediaan air bersih dijalankan hanya di kota besar.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa usaha-usaha Public Health dalam arti kata sebenarnya belum
banyak dijalankan.
Zaman Pemerintahan Jepang
Usaha pada masa tersebut hampir tidak berjalan. Sehingga usaha sampai 1941 menjadi hancur kembali.
Usaha-usaha di bidang curatif macet oleh karena tidak ada obat dan alat-alat perawatan. Pencacaran
tidak dapat dijalankan secara teratur lagi. Di sana sini timbul malaria, disentri yang mengakibatkan
banyak korban oleh karena tidak ada obat dan daya tahan tubuh rakyat menurun atau berkurang oleh
karena makanan berkurang pula.
Zaman Revolusi Fisik (1945-1950)
Gambaran suram pada zaman Jepang masih terus berlangsung, pada tahun 1945 sampai tahun 1950
terutama di daerah-daerah pertempuran, keadaan di daerah yang diduduki Belanda lebih baik sedikit.
Tetapi pada umumnya dapat dikatakan bahwa usaha-usaha di bidang Public Health masih banyak tidak
dijalankan, dan tahun 1950 timbul wabah cacar yang mula-mula terjadi di Sumatera Tengah baru ke
daerah lain, mislanya Sumut, Aceh, Jawa, dan sebagainya.

Sesudah tahun 1950


Masa ini ditandai dengan meningkatnya perhatian Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada Public
Health antara lain tersusunnya Kementerian Kesehatan atas bagian-bagian:
K.I.A.
Pemberantasan penyakit tbc, kusta, frambusia.
Pendidikan Kesehatan kepada rakat.
Statistik.
Pada tahun 1950 Pemerintah Indonesia menjadi anggota WHO dan bantuan Indonesia dari Unicef
banyak usaha-usaha tentang pemberantasan dapat dimulai dan diperkembangkan:
Vaccinasi BCG untuk TBC.
Pemberantasan penyakit frambusa dengan penicillin.
Pemberantasan penyakit kusta dengan DDS.
Pada tahun 1951 di daerah Bandung dimulai usaha-usaha pelayanan kesehatan kepada rakyat yang
menginterpretasikan kegiatan preventiv dan curativ. Dalam rangkaian itu pelayanan kesehatan tersebut
didirikan instansi yang diberi nama Pusat Kesehatan (Health Center), kemudian nama yang terakhir
adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) dan meliputi prinsip-prinsip dasar dari Public Health
yakni: “THE BASIC SEVEN”. Rencana ini dikenal dengan nama Bandung Plane dan dicantumkan laporan
di WHO yang mengadakan rapatnya di Janewa 1953. Dalam rencana tersebut rakyat diikutsertakan
untuk lebih pesat dalam usaha-usaha bidang preventiv.
Pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980 an dilakukan penyusunan Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
yang terjadi dari: Pemikiran dasar Sistem Kesehatan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Orang Kesehatan dan Bentuk Pokok Sistem Kesehatan Nasional. Pada awal tahun 1990 an diadakan
persiapan untuk penyusunan Undang-undang tentang Kesehatan. Dalam persiapan tersebut dasar-dasar
Pembangunan Kesehatan dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan masukan utama untuk
penyusunan asas pembangunan kesehatan.
Pada akhirnya sesuai dengan Pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan. 9 asas pembangunan tersebut meliputi 6 asas yaitu: Perikemanusian, Manfaat, Usaha
Bersama dan Kekeluargaan, Adil dan Merata, Perikehidupan dan Keseimbangan dan Kepercayaan pada
Kemampuan dan Kekuatan Sendiri.
Sidang Kesehatan Sedunia tahun 1998 telah menetapkan “Health for-All polio / for the twenty first
century” dimana di dalamnya termasuk “World Health Declaration”. 10 Bila dibandingkan isi dari deklarasi
tersebut dengan empat dasar yang dikemukakan cukup sebanding. Deklarasi tersebut sangat
menekankan pentingnya pemerataan dan pemberdayaan upaya kesehatan di negara-negara anggota
WHO.
Dalam analisa ini Pemikiran Dasar Pembangunan Kesehatan ini akan difokuskan pada adanya:
Kesesuaian (corespond) dari Pemikiran Dasar Pembangunan Kesehatan ini dengan berbagai fakta atau
kenyataan yang diperoleh dari hasil evaluasi di Indonesia dan global, serta
Keterkaitan atau hubungan (coherence) dengan pemikiran yang terdahulu atau pemikiran lain yang
terkait.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 – 2009, telah ditetapkan
dengan Peraturan Presiden nomor 7 Tahun 2005, Renstra Departemen Kesehatan merupakan dokumen
perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program-program: Promosi Kesehatan Dan
Pemberdayaan Masyarakat, Lingkungan Sehat, Upaya Kesehatan masyarakat ,upaya kesehatan
perorangan, pencegahan dan pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sumber daya
kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, kebijakan dan manajemen pembangunan, kesehatan,
penelitian dan pengembangan kesehatan, pendidikan kedinasan, pengelolan SDM aparatur,
penyelenggaraan pimpinan kenegaraan, dan kepemerintahan, peningkatan pengawasa dan
akuntanbilitas aparatur Negara.
Dalam perjalanan pelaksanaan pembangunan kesehatan sampai dengan akhir tahun 2005, berbagai
masalah dan tantangan dalam pembangunan kesehatan telah berkembang semakin berat dan kompleks
dan kadang-kadang tidak terduga. Dalam upaya mananggulangi masalah kesehatan dan menghadapi
tantangan dimaksud. Departemen kesehatan juga telah menata kembali organisasi dan tata-kerjanya.
Pembangunan kesehatan dilihat dari sudut pandang pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan:
Masa pra kemerdekaan
Abad ke-16
Pemerintahan belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti
masyarakat pada waktu itu. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah belanda
pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Tahun 1807
Pemerintahan jendral daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini
dilakukan dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak berlangsung
lama, karena langkahnya tenaga pelatih.
Tahun 1888
Berdiri pusat laboratorium kedokteran dibandung, yang kemudian berkembang pada tahun-tahun
berikutnya dimedan, semarang, Surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasa
penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.
Tahun 1925
Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah belanda mengembangkan daerah percontohan dengan
melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan di purwokerto, banyumas, karena tingginya
angka kematian dan kesakitan.

Tahun 1927
STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya
sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadu FKUI. Sekolah dokter tersebut punya peran besar
dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat.
Tahun 1930
Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.
Tahun 1935
Dilakukan program pemberantasa pes, karena terjadi epidemic, dengan penyemprotan DDT dan
vaksinasin massal.

Masa Era Kemerdekaan


Pra reformasi
Masa orde lama
Tahun 1951
Diperkenalkannya konsep bandung (bandung plan) oleh Dr. Y. Leimena dan dr. patah (yang kemudian
dikenal dengan patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO, diyakini bahwa
gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan
tingkat primer dengan membentuk unti-unti organisasi fungsional dari dinas kesehatan kabupaten ditiap
kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut puskesmas.
Tahun 1956
Dr. Y. Sulianti mendirikan “proyek bekasi” sebagai proyek percontohan/model pelayanan bagi
pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara
pelayanan kesehatan perdesaan dan pelayanan medis.
Tahun 1962
Pada tanggal 12 november 1962 presiden Soekarno mencanangkan program pemberantasan malaria
dan pada tanggal tersebut menjadi hari kesehatan nasional (HKN).
Masa orde baru
Tahun 1967
Konsep bandung plan terus dikembangkan, tahun 1967 di adakan seminar konsep puskesmas. Pada
tahun 1968 konsep puskesmas ditetapkan dalam rapat kerja kesehatan nasional dengan disepakatinya
bentuk puskesmas yaitu tipe A, B, dan C. kegiatan puskesmas saat itu dikenal dengan istilah ‘basic’. Ada
basic 7, basic 13 health service yaitu: KIA, KB, gizi mas, kesling, P3M, PKM, BP, PHN, URS, UHG, UKJ,
lab pencatatan dan pelaporan
Tahun 1968
Rapat kerja kesehatan nasional dicetuskan bahwa puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (depkesmas). Puskesmas disepakati
sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara
terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan
dikota madya/kabupaten.
Tahun 1969
Sistem puskesmas disepakati dua saja. Yaitu tipe A ( dikepalai dokter) dan tipe B (dikelolah paramedis).
Pada tahun 1969-1974 yang dkenal dengan masa pelita I. dimulai program kesehatan puskesmas
disejumlah kecamatan dari sejumlah kabupaten ditiap propinsi pada tahun 1969, tipe puskesmas menjadi
A dan B.

Tahun 1977
Pada tahun 1977 Indonesia ikut menandatangani kesepakatan visi: Health For All By Year 2000”, di Alma
Ata, Negara bekas federasi uni soviet, pengembangan dari konsep “primary Health care”.
Tahun 1979
Tidak dibedakan antara puskesmas tipe A atau B, hanya ada satu tipe puskesmas saja, yang dikepalai
seorang dokter dengan sertifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standart). Selanjutnya
puskesmas dilengkapi dengan piranti  manajerial yang lain, yaitu micro palnning untuk perencanaan, dan
lokakarya mini (Lokmin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
Tahun 1984
Pada tahun 1984 dikembangkan Posyandu, yaitu pengembangan dari pos penimbangan dan karang gizi.
Posyandu dengan 5 programnya yaitu, KIA, KB, Gizi, Penanggulangan Diare dan Imunisasi dengan 5
Mejanya (Notoadmodjo, 2005). Pada waktu-waktu selanjutnya Posyandu bukan saja untuk pelayanan
Balita tetapi juga untuk pelayanan ibu hamil. Bahkan pada waktu-waktu tertentu untuk promosi dan
distribusi Vit A, Fe, Garam Yodium, dan suplemen gizi lainnya. Bahkan Posyandu saat ini juga menjadi
andalan kegiatan penggerakan masyarakat (mobilisasi sosial) seperti PIN, Campak, Vit A, dan
sebagainya.
Awal tahun 1990-an
Puskesmas berubah menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok.

Reformasi
Waktu terus bergulir, tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi. Kemiskinan meningkat,
kemampuan daya beli masyarakat rendah, menyebabkan askes ke pelayanan kesehatan rendah,
kemudian dikembangkan program kesehatan untuk masyarakat miskin yaitu, JPS-BK. Tahun 1998
Indonesia mengalami reformasi berbagai bidang termasuk pemerintahan dan menjadi negara demokrasi.
Tahun 2001 otonomi daerah mulai dilaksanakan, sehingga di lapangan program-program kesehatan
bernuansa desentralisasi dan sebagai konsekuensi negara demokrasi, program-program kesehatan juga
banyak yang bernuansa ‘politis’. Tahun 2003 JPS-BK kemudian menjadi PKPS-BBM Bidang Kesehatan,
tahun 2005 berubah lagi menjadi Askeskin. Pada saat itu juga dikembangkan Visi Indonesia Sehat.
Tahun 2010 dengan Paradigma Sehat. Puskesmas dan Posyandu masih tetap eksis, bahkan Posyandu
menjadi ujung tombak ‘mobilisasi sosial’ bidang kesehatan. Dalam era otonomi dan demokrasi menuntut
akuntanbilitas  dan kemitraan, sehingga berkembang LSM-LSM baik bidang kesehatan, maupun bukan
untuk menuntut akuntanbilitas tersebut dalam berbagai bentuk partisipasi. Sebagai ‘partnership’ LSM-
LSM tersebut program kesehatan yang bertanggung jawab adalah Promosi Kesehatan. Promosi
Kesehatan harus menjadi ujung tombak mewakili program kesehatan secara keseluruhan, baik sebagai
pemasaran sosial Visi Indonesia Sehat 2010 untuk merubah paradigma (Paradigma Sehat) petugas
kesehatan dan masyarakat. Tugas lain promosi kesehatan melakukan advokasi, komunikasi kesehatan
dan mobilisasi sosial, baik kepada pihak legislatif, eksekutif maupun masyarakat itu sendiri. Terutama
melalui kemitraan dengan LSM-LSM tersebut. Dengan kata lain pada era otonomi / desentralisasi saat ini
sektor kesehatan harus diperjuangkan juga secara politik karena sebenarnya saat ini bidang kesehatan
disebut juga sebagai era  ‘Political Health’, maka peranan promosi kesehatan sangat menonjol dalam ikut
mengakomodasi upaya tersebut dengan berbagai strategi.
Secara universal perkembangan Kesehatan Masyarakat dibagi menjadi 5 era, dengan dasar pembagian
5 unsur, yaitu unsur jangkuan dengan filosofi yang dianut dengan titik berat pelayanan, unsur
penyelenggaraan pendidikan dan penelitian pengembangan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Administrasi Pembangunan yang dikembangkan itu berasal dari disiplin ilmu yang mendahului, yaitu
administrasi Negara. Pada abad ke 19 dapat dikemukakan sebagai permulaan perkembangan Ilmu
Administrasi Negara yang dipelopori oleh penulis-penulis dan praktisi-praktisi Administrasi Pemerintahan
di Amerika Serikat
Pengamatan yang cermat atas pertumbuhan dan perkembangan administrasi pembangunan sebagai
suatu disiplin ilmiah yang relatif baru menunjukan bahwa usaha para pakar untuk mengembangkan teori
administrasi pembangunan sesungguhnya telah mulai setelah Perang Dunia II berakhir yang kemudian
berlanjut secara lebih intensif pada dekade enam puluhan.
Sebagai disiplin ilmiah, Administrasi Pembangunan menjadi titik tolak berhasil tidaknya suatu bangsa
dalam membangun masyarakat untuk bisa mencapai kemakmuran yang merata di segala bidang.

Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita tentang Administrasi
Pembangunan Kesehatan khususnya dalam Sejarah yang terdapat dalam Administrasi Pembangunan
Kesehatan. Kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar ke depannya akan
lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin. 2012. Pengantar Administrasi Pembangunan: Konsep, Teori dan Implikasinya di Era
Reformasi. AlfaBeta. Bandung
Suhadi. 2015. Administrasi Pembangunan Kesehatan. Trans Info Media. Jakarta
www.medkes.net
www.fkmunsrat.com
Sejarah Perkembangan Administrasi
di Indonesia
21MAY2011 14 Comments
by DILA in tugas kuliah
Ilmu administrasi menurut Prajudi Atmodusirdjo adalah cabang atau disiplin ilmu sosial yang
melakukan studi terhadap “administrasi” sebagai suatu fenomena masyarakat. Secara
sederhana dan singkat, Sondang P. Siagian menyatakan bahwa administrasi merupakan seluruh
kegiatan yang dilakukan oleh seluruh aparatur pemerintah dari suatu negara dalam usaha
mencapai tujuan negara tersebut. Berbicara tentang sejarah perkembangan administrasi di
Indonesia, berikut adalah perkembangan administrasi di Indonesia yang dikelompokkan ke
dalam beberapa masa, yaitu:

1. Masa Penjajahan Belanda


Negara Indonesia kesatuan modern yang dilihat dari segi wilayah dan organisasi pemerintahan,
dapat dikatakan lahir secara formal pada tanggal 1 Januari 1800 dan sacara kenyataan baru
pada tahun 1824 dengan suatu traktat antara Negeri Belanda dan Inggris. Selama tiga setengah
abad Indonesia dijajah oleh Belanda, selama itu pula administrasi dikenal sebagai ilmu
pengetahuan. Pada masa ini, administrasi diartikan secara sempit yaitu sebagai pekerjaan yang
berhubungan dengan ketatausahaan dalam bahasa Belanda dikenal sebagai “Administrasi”.
Oleh karena itu, administrasi secara nyata berupa pengarsipan, ekspedisi, pengetikkan, surat
menyurat, registrasi dan herregasi yang kesemuanya bersifat tulis menulis yang dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah “Clerical Work”.
Selain itu, bangsa Indonesia tidak diberi kesempatan untuk ikut terlibat dalam praktek
administrasi negara. Sehingga karenanya tidak ada pengalaman sama sekali untuk
mempraktekkan ilmu administrasi negara. Di samping itu, sifat adminstrasi ketika itu sama
dengan sifat-sifat yang mempengaruhi ilmu administrasi di daratan Eropa. Pengaruh konsep
kontinental yang menganggap pendidikan hukum sebagai persiapan utama malah kadang-
kadang sebagai satu-satunya syarat untuk membentuk seorang administrator, sangat menonjol
saat itu. Sifat ini membuat administasi saat itu sangat legalitik dan normatif, yang pada
gilirannya menumbuhkan suatu birokrasi yang steril.
Dalam perkembangan administrasi di Indonesia, tidak terlepas dari para penjajah yang telah
mendiami Indonesia selama berabad-abad. Orang Belanda yang pertama kali meletakkan dasar-
dasar administrasi Negara modern di Indonesia adalah Gubernur Jenderal Daendels, yang
berupa:
 Dengan menciptakan jabatan-jabatan kenegaraan (ambten, publik of fices) untuk
pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, dengan rumusan tugas, fungsi, wewenang, dan
tanggung jawab masing-masing jabatan, dengan gaji (salaris, salary) menurut skala gaji
tertentu yang dibayarkan dari Kas Negara.
 Dengan membentuk suatu kas negara (Fiskus) yang diisi melalui pemungutan pajak, be
dan cukai secara resmi melalui Pejabat-pejabat Perpajakan yang resmi pula.
 Dengan membentuk suatu direktorat Jenderal Keuangan yang menyusun Anggaran dan
mengelola keuangan negara hasil pungutan-pungutan pajak, bea, dan cukai resmi.
 Dengan membentuk suatu Badan Pemeriksa Keuangan (Generale Rekenkamer) yang
bertugas memeriksa semua penerimaan dan pengeluaran uang negara.
 Dengan membentuk Inspeksi-inspeksi Pajak di berbagai tempat yang dianggap penting.
 Dengan membentuk sistem pemerintahan wilayah: propinsi, keresidenan, kabupaten,
distrik, kecamatan, dan kemantren, masing-masing dikepalai oleh seorang Pejabat Negeri
resmi.
 Dengan membentuk sistem kepolisian, sistem kejaksaan, dan sistem peradilan modern.

Herman Willem Daendels adalah seorang politikus Belanda


yang merupakan Gubernur-Jendral Hindia-Belanda yang ke-36
Pola pikir dan pola organisasi kenegaraan Daendels berasal dari Prancis di bawah kaisar
Napoleon, yang sesuai dengan zamannya pada waktu itu memang bewarna organisasi militer.
Apa yang terbentuk kemudian di Indonesia merupakan pengembangan lebih lanjut sesuai
dengan perkembangan situasi dan kondisi, namun dasar-dasarnya telah diletakkan oleh
Daendels antara tahun 1808-1811. Banyak infrastruktur-infrastrktur yang dibangun oleh rakyat
Indonesia atas perintah Daendels. Seperti Jalan Raya Pos dan Pertahanan dari Anyer sampai
Banyuwangi, sistem pipa dari keramik untuk distribusi air. Peninggalan lain dari pada
Administrasi Daendels adalah Gedung Departemen Keuangan pada Lapangan Benteng Jakarta.

Het Groote Huis, Het Witte Huis ( Gedung Departement Keuangan) yang kini telah
direnovasi
Selain Daendels, periode pemerintahan di Indonesia juga dipimpin oleh Raffles (1811-1816).
Selama periode pemerintahan Raffles, tidak banyak perubahan pada sistem pemerintahan yang
dibangun oleh Daendels. Yang banyak diubah oleh Raffles adalah nama-nama sebutan. Yang
diubah secara radikal oleh Raffles adalah jiwa pemerintahannya, yakni dari jiwa otokratis
menjadi jiwa demokratis sipil.

Raffles ingin meletakkan sistem titik berat sistem pemerintahannya pada Village Administration
(Administrasi Desa), dan tidak lagi pada Administrasi Bupati yang dianggap Raffles sebagai
sumber korupsi dan penyalah gunaan kekuasaan terhadap rakyat kecil. Raffles ingin
memberikan hak tanah yang jelas kepada warga desa dengan “sertifikat” resmi. Berdasarkan
hak tanah resmi tersebut, setiap pemegang hak-tanah harus membayar sewa (rent) kepada
Pemerintah sebagai pengurus tanah negara, setiap tahun.

Sir Stanfort Raffles


Berdasarkan keinginan dan rencana tersebut di atas, maka lahirlah Sistem Sewa Tanah
(Landrent System dari Raffles, yang oleh pemerintahan Belanda kemudian dijaidkan
Landrentstesel (Sistem Landrente) dan berubah menjadi Sistem Pajak Tanah. Sistem ini masih
ada hingga sekarang berupa Pajak Bumi dan bahkan diperluas menjadi PBB (Pajak Bumi dan
Bangunan). Perubahan yang paling banyak sejak 1816 hingga kini adalah Sistem Pemerintahan
dan Sistem Administrasi Pemerintahan, Sistem Peradilan dan Sistem Administrasi Pengadilan,
serta Sistem Administrasi Keuangan. Perubahan tersebut berlangsung secara bertahap:

 1866-1870-1890-1903-1906-1912-1916-1922-1925-1930-1938-1941.
 1866: Lahirnya sistem pemerintahan Departemental, berikut sistem APBN dengan bab-
bab menurut Departemen.
 https://tulisandila.wordpress.com/2011/05/21/sejarah-perkembangan-administrasi-di-
indonesia/
PERKEMBANGAN ADMINISTRASI
NEGARA DI INDONESIA
PERKEMBANGAN ADMINISTRASI NEGARA DI INDONESIA

A.    Pengertian Administrasi

Administrasi adalah sebuah istilah yang bersifat generik, yang mencakup semua bidang
kehidupan. Karena itu, banyak sekali definisi mengenai administrasi. Sekalipun demikian, ada tiga unsur
pokok dari administrasi. Tiga unsur ini pula yang merupakan pembeda apakah sesuatu kegiatan
merupakan kegiatan administrasi atau tidak. Dari definisi administrasi yang ada, kita dapat
mengelompokkan administrasi dalam pengertian proses, tata usaha dan pemerintahan atau adminsitrasi
negara. Sebagai ilmu, administrasi mempunyai berbagai cabang, yang salah satu di antaranya adalah
administrasi negara.

B.     Sejarah Pertumbuhan Administrasi Negara

Administrasi negara tidak dipandang sebagai administrasi “of the public”, tetapi sebaliknya
adalah administrasi “for the public”. Ide ini sebenarnya bukanlah baru. Orientasi semacam ini telah
dicanangkan dengan jelas dalam ajaran Confusius dan dalam “Pidato Pemakaman” Pericles, bahkan
dalam kehidupan bangsa Mesir kuno. Bukti – bukti sejarah dengan jelas membuktikan upaya-upaya yang
sistematis, yang dikobarkan oleh tokoh-tokoh seperti Cicero dan Casiodorus. Selama abad ke-16 – 18
tonggak kemapanan admi-nistrasi negara Jerman dan Austria telah dipancangkan oleh kaum Kameralis
yang memandang administrasi sebagai teknologi. Administrasi negara juga memperoleh perhatian
penting di Amerika, terutama setelah negara ini merdeka.

C.    Pendekatan Administrasi Negara Modern

Perkembangan evolusioner administrasi negara diuraikan melalui pendekatan tradisional,


pendekatan perilaku, pendekatan pembuatan keputusan (desisional) dan pendekatan ekologis. Secara
khusus, pendekatan tradisional mengungkapkan tentang pengaruh ilmu politik, sebagai induk
administrasi negara, pendekatan rasional dalam administrasi dan pengaruh Gerakan Manajemen Ilmiah
terhadap perkembangan administrasi negara.

Di antara empat pendekatan yang diajukan, tidak ada satu pun pendekatan yang lebih unggul
daripada pendekatan-pendekatan yang lain, karena setiap pendekatan berjaya pada sesuatu masa, di
samping kesadaran bahwa setiap pendekatan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Karena
administrasi mengandung berbagai macam disiplin, sehingga cara pendekatan dan metodologi dalam
administrasi juga beraneka ragam, maka administrasi negara merupakan bidang kajian yang dinamis.
Selanjutnya sukar untuk secara khusus menerapkan satu-satunya pendekatan terbaik terhadap aspek
administrasi tertentu. Kiranya lebih bermanfaat untuk mempergunakan keempat cara pendekatan
tersebut sesuai dengan aksentuasi dari sesuatu gejala yang diamati.

D.    Peranan Administrasi Negara

Pentingnya studi administrasi Negara dikaitkan dengan kenyataan bahwa kehidupan menjadi
tak bermakna, kecuali dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat public. Segala hal yang berkenaan dengan
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat public telah dicakup dalam pengertian administrasi
Negara, khususnya dalam mengkaji kebijaksanaan publik.

Dalam proses pembangunan sebagai konsekuensi dari pandangan bahwa administrasi Negara
merupakan motor penggerak pembangunan, maka administrasi Negara membantu untuk meningkatkan
kemampuan administrasi. Artinya, di samping memberikan ketrampilan dalam bidang prosedur, teknik,
dan mekanik, studi administrasi akan memberikan bekal ilmiah mengenai bagaimana mengorganisasikan
segala energi social dan melakukan evaluasi terhadap kegiatan.                           Dengan demikian,
determinasi kebijaksanaan public, baik dalam tahapan formulasi, implementasi, evaluasi, amupun
terminasi, selalu dikaitkan dengan aspek produktifitas, kepraktisan, kearifan, ekonomi dan apresiasi
terhadap system nilai yang berlaku.

E.     Sejarah Perkembangan Ilmu Administrasi

Berkembang tradisi dimana setiap mahasiswa Administrasi atau yang belajar atau mempelajari
ilmu Administrasi diperkenalkan dengan pemikiran-pemikiran para ahli teori klasik yang dianggap
sebagai perintis dan menjadi fondasi untuk ilmu Administrasi modern. Para ahli teori klasik yang
memberi kontribusi terhadap perkembangan administrasi sebagai ilmu antara lain Charles Babbage,
Henry R. Tone, Frederick Winslow Taylor, Gilbreths, Henry L. Gant, Harrington Emerson, Henry Fayol,
James D. Money, Lyndal F. Urwick, Chester Barnard. Para ahli teori administrasi modern yang
dikembangkan dari pendekatan-pendekatan psikologis terutama dipelopori oleh Elton Mayo, Hugo
Munsterberg yang dikenal dengan aliran hubungan manusia, dan juga aliran-aliran pemikiran teori
perilaku, teori proses, pendekatan kuantitatif, pendekatan system dan pendekatan kontingensi.
Pernyataan Oliver Wendell Holmes Jr. yang menyatakan: jika ingin mengerti atau mencoba menentukan
apa yang akan terjadi hari esok maka perlu melihat ke belakang, penting untuk setiap untuk setiap
mahasiswa yang mempelajari administrasi ( Stephen P. Robbins, 1980). Ungkapan ini mengandung
maksud, bahwa jika ingin memahami pemikiran administrasi modern atau mutakhir, harus melihat latar
belakang yang membawa kepada keadaan sekarang. Akan ditemukan, bahwa kegiatan dan pekerjaan
administrasi sudah ada sejak beribu tahun yang lalu. Meskipun demikian baru pada akhir abad 19 atau
awal abad 20 pengalaman tersebut ditelaah dan dianalisis secara ilmiah kemudian dikumpulkan dan
disatukan dalam suatu disiplin ilmu yang yang disebut ilmu Administrasi. Pernyataan di atas menjelaskan
bahwa dengan mempergunakan fakta sejarah (administrasi) secra seksama akan diperoleh telaahan
yang lebih “tepat” mengenai fakta dan teori administrasi yang ada sekarang dan juga akan membantu
memudahkan melakukan analisis tentang perspektif administrasi masa yang akan datang. Hal itu tentu
dapat dilakukan dengan baik apabila dihilangkan kecenderungan anggapan untuk tidak melihat sejarah
semata-mata hanya sebagai hasil skenario yang dibuat oleh sejarawan.
Demikianlah, dengan dan melalui analisis sejarah dapat dilacak dan diketahui bahwa pada kira-
kira tahun 1300 SM, bangsa Mesir telah mengenal Administrasi. Max Webber, seorang sosiolog
berkebangsaan Jerman yang terkemuka pada zamannya, meyakini Mesir sebagai satu-satunya Negara
yang paling tua yang memiliki administrasi birokratik. Demikian juga di Tiongkok kuno, dapat diketahui
tentang konstitusi Chow yang dipengaruhi oleh ajaran Confucius dalam “Administrasi Pemerintahan”.
Dari Yunani (430 SM) dengan susunan kepengurusan Negara yang demokratis, Romawi dengan “De
Officiis dan “De Legibus”nya Marcus Tullius Cicero; dan abad 17 di Prusia, Austria, Jerman, dan Prancis,
dengan Kameralis, yang mengembangkan ilmu Administrasi Negara, misalnya system pembukuan dalam
hal Administrasi Keuangan Negara, Merkanitilis (sentralisasi ekonomi dan politik) dan kaum Fisiokrat
yang berpengaruh selama kurun waktu 1550-1700-an.
Awal Pemikiran administrasi awalnya dikuasai oleh nilai-nilai budaya yang anti bisnis, anti prestasi, dan
sebagian besar anti manusia. Indusrialisasi tidak bisa muncul apabila orang-orang harus menjadi pusat-
pusat mereka dalam hidup, bila raja-raja yang dikuasai oleh pusat, mendikte, dan bila orang-orang
dihimbau untuk mengambil tidak bermaksud untuk pemenuhan yang individu di dunia ini tetapi untuk
menantikan seseorang yang lebih baik. Di depan revolusi industri, Masyarakat-masyarakat dan ekonomi
adalah sangat utama dan statis, dan nilai-nilai politis melibatkan pengambilan keputusan yang secara
sepihak oleh sebagian orang otoritas pusat. Walaupun beberapa awal gagasan untuk manajemen yang
muncul, mereka sebagian besar dilokalisir. Organisasi-organisasi bisa menjadi kekuasaan raja, di
pendekatan dogma bertujuan untuk setia, dan disiplin ketat ala militer. Ada sebagian kecil atau tidak ada
untuk mengembangkan satu badan formal dari manajemen yang dipikirkan di bawah ini bukan keadaan
yang terindustrialisasi.

Tiga angkatan yang saling berinteraksi dan berkombinasi untuk menghidupi satu usia baru dari
industrialisasi. Yang ditandai ketika etika, atau manusia pengaturan baku melakukannya, Mereka
menggambarkan bagaimana keadaan sosial , ekonomi, dan sikap-sikap politis sedang berubah sepanjang
masa kelahiran kembali sebuah budaya. Etika yang dibahas adalah pada kenyataannya suatu perjuangan
antara kaum tua tradisional dan kaum muda modern, baru saja muncul dalam masyarakat. Susila
protestan adalah suatu tantangan yang dimanasampai otoritas pusat gereja dan satu tanggapan sesuai
dengan kebutuhan orang-orang untuk berprestasi di dunia ini; susila kebebasan mencerminkan
perjuangan masa lampau antara kaum monolitis dan bentuk Negara. Wakil rakyat dicari untuk
melindungi hak yang individu; dan susila pasar adalah suatu hal yang dilemparkan sebelum bangsawan
yang ada lebih menyukai sistem ekonomi merkantilisme. Perjuangan yang mewakili di sini adalah satu :
kebersamaan melawan invidual, hak azasi manusia dan proses otokrasi (kuasa mutlak) melawan
pelanggaran hak-hak azazi (kesewenang-wenangan), dan pemusatan melawan desentralisasi.
Perjuangan ini harus terus berlanjut hingga sekarang
Kelahiran kembali budaya ini akan menetapkan prasyarat-prasyarat untuk industrialisasi dan sesudah itu
kebutuhan akan satu badan sistematis , yang disusun, dan masuk akal dari suatu pengetahuan
bagaimana cara mengatur. Perbaikan dan kemunculan ekonomi pasar memerlukan para manajer untuk
menjadi lebih kreatif dan untuk lebih baik untuk mengetahui sekitar bagaimana yang terbaik untuk
mengatur satu organisasi. Berhadapan dengan satu persaingan yang kompetitif harus mengubah
kehidupan kita, manajer harus mengembangkan potensi dari pengetahuan sekitar bagaimana yang
terbaik untuk menggunakan sumber daya. Orang-orang mulai berpikir tentang bagaimana memperoleh
dan harus mempunyai cara yang masuk akal yang didasarkan pada bagaimana membuat keputusan-
keputusan; tidak lagi organisasi-organisasi yang dioperas idi penuhi oleh beberapa tingkah-tingkah.
Perubahan ini tidak datang tiba-tiba tetapi terjadi dalam satu periode yang lama dari waktu ke waktu
sebagai budaya yang harus diubah.

Fakta-fakta “administrasi” seperti dikemukakan diatas hingga 1886 dikenal sebagai praktek dan
teknik kerja sama atau sebagai seni “administrasi” yang belum ditelaah secara ilmiah. Adapun puncak
analisis ilmiah (scientific analysis) mengenai fenomena administrasi berdasarkan fakta sejarah dimulai
pada akhir abad ke 19 dengan munculnya gerakan manajemen ilmian “Scientific Management” yang
diperoleh oleh Frederick Winslow Taylor (1856-1925) sekaligus memberikan identitas “ilmu” bagi
Administrasi yang kemudian disempurnakan dengan munculnya berbagai teori dan pendekatan bagi
studi administrasi, seperti teori dan pendekatan birokrasi, hubungan manusia (human relation), teori
pendekatan dan perilaku, pendekataMasa perkembangan ilmu administrasi, sejak lahirnya tahun 1886
sampai sekarang telah menjalani empat masa, yaitu :

1.      Masa pertama disebut survival period (1886-1930). Tahun 1886 sering disebut sebagai “tahun” lahirnya
ilmu administrasi, karena pada tahun itulah gerakan manajemen/administrasi ilmiah dimulai oleh
Frederick Winslow Taylor di Amerika Serikat yang dijuluki bapak ilmu manajemen, dan kemudian diikuti
oleh Henry Fayol di Prancis yang dijuluki pula bapak ilmu Administrasi. Dalam masa ini para sarjana
mulai memperjuangkan supaya pengetahuan administrasi sebagai ilmu yang mandiri atau sebagai salah
satu tertib-ilmu (disiplin). Demikian juga dalam masa inilah para ahli dan sarjana mengkhususkan dirinya
dalam bidang administrasi dan manajemen.

2.      Masa kedua disebut consolidation and completion period (1930-1945). Dalam masa ini asas-asas, rumus-
rumus dan kaidah-kaidah (norma) ilmu administrasi lebih disempurnakan. Dan dalam masa ini juga mutu
(quality) dan jumlah (quantity) para sarjana administrasi turut dikembangkan serta gelar-gelar
kesarjanaan dalam ilmu administrasi Negara dan niaga banyak diberikan oleh lembaga-lembaga
pendidikan tinggi.

3.      Masa ketiga disebut human relations period (1945-1959). Dalam masa ini para sarjana administrasi
mulai memperhatikan segi manusiawi dan menyelidiki segala hubungan dari semua orang dalam
kegiatan kerjasama, baik hubungan yang bersifat resmi (dinas,formal) maupun yang tidak resmi
(informal). Pada masa ini pula ditulis pula hampir semua buku mengenai hubungan antar manusia dalam
kegaiatan kerjasama mereka.

4.      Masa keempat disebut behavioral period (1959-sekarang). Dalam masa ini para sarjana administrasi
mulai mengadakan perhatian serta peningkatan terhadap penyelidikan mengenai tindakan-tindakan dan
perilaku orang-orang dalam kehidupan berorganisasi dan dalam bidang pekerjaannyan system maupun
pendekatan kontingensi (contingency approach).
Dari uraian diatas kita dapat menarik kesimpulan tentang Administrasi. Adapun pengertian dari
Administrasi menurut “Ilmu” adalah suatu ilmu yang mempelajari aktivitas manusia yang bersifat
kooperatif dan bagaimana cara-cara merealisasikannya yang terkumpul secaras sistemasi. Sedangkan
pengertian Administrasi sebagai “Seni” adalah merupakan proses kegiatan yang perlu dikembangkan
secara kontinu, agar administrasi sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan yang benar-benar dapat
memberi peranan yang diharapkan.

Administrasi dalam arti sempit, yaitu berasal dari kata “administratie” (Bahasa Belanda) yang
meliputi kegiatan: catat-mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan, ketik-mengetik, agenda, dan
sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan.
          Administrasi dalam arti luas, yaitu dari kata “administration” (Bahasa Inggris). Administrasi
merupakan kegiatan dari pada kelompok yang mengadakan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

F.     Perkembangan Ilmu Administrasi Negara di Indonesia dan Prospknya di Masa Datang

1.      Perkembangan Ilmu Administrasi Negara

Ilmu Administrasi Negara dilahirkan pada akhir abad ke 19, ketika perhatian masyarakat
akademis mulai tertarik mengamati kegiatan-kegiatan suatu negara (The Business Of The State).
Administrasi Negara menjadi suatu ilmu dan profesi yang independen tidak bisa dipisahkan dari dua
tokoh Woodrow Wilson (1887) dan Frank. J. Goodnow (1990). Dua tokoh pemikir ini yang pertama kali
mempertahankan kemandirian ilmu administrasi negara. Perhatian administrasi negara tradisional
sebagaimana yang dikemukakan pelopor pendahulu senantiasa tidak bisa dipisahkan dengan kekuasaan
hukum (the power of love).

Menurut Rosenbloom (1998) pendekatan legal memandang administrasi negara sebagai


upaya untuk mengamalkan dan memaksa hukum ke tataran lingkungan yang nyata (as applying and
enforcing the law in concrete circumstances). Pendekatan kekuasaan hukum ini bersumber pada tiga hal
utama, yakni:

a. Administrative law, dimana hukum sebagai body of law and regulation mengendalikan proses
administrasi;

b. Peradilan administrasi negara, adanya kecenderungan bahwa setiap persoalan dalam proses administrasi
diselesaikan menurut prosedur peradilan

c. Hukum Konstitusional, bahwa semua dan macam-macam warga negara dirumuskan kembali hak dan
kemerdekaannya.

Dengan demikian administrasi negara ialah hukum in action dan suatu sistem teregulasi.

2.      Apa yang Boleh dan Apa yang Tidak Boleh Dikerjakan

Disiplin ilmu lain yang memberikan sumbangsih terhadap administrasi negara


ialah engineering dan industrial relations.
  Revolusi Industri tahun 1990 yang menunjukkan keprihatinan terhadap kesejahteraan hidup rakyat,
memerlukan para navigator yang sangat unggul dan qualifed.

  Ilmu yang diberikan mengenai Metode Statistik dan Perilaku Organisasi

  Contohnya penelitian Elton Mayo pakar Psikologi Industri dari Harvard Business School yang dikenal
dengan studi Hawthorn (1920-1930).

Konflik Internasional pada tahun 1930-an dan tahun 1940-an mendorong kuat timbulnya
perubahan ideologi nasional dan perspektif paham demokrasi di masyarakat negara-negara
barat. Konsekuensi dari kejadian ini berpengaruh terhadap perkembangan ilmu administrasi negara dan
teori kebijakan publik. Perhatian pemerintah mulai diperlihatkan dengan menciptakan kinerja pelayanan
publik yang semakin baik dan berkualitas, perencanaan jangka panjang, kinerja jasa penyampaian
barang-barang publik (public good) kepada penduduk yang semakin berkembang. Administrasi Negara
berpengaruh terhadap kebijakan publik, reformasi administrasi dan administrasi pembangunan. Banyak
pemikiran yang mengajukan pandangan multidimensi untuk memahami keaslian disiplin ilmu
administrasi negara.

Kebijakan publik, manajemen science, serta kajian tentang organisasi sebagai perpsektif


dalam ilmu administrasi negara. Eran Vigoda (2002) bahwa ada 3 disiplin ilmu sebagai “core sources”
dari ilmu administrasi negara.

a.       Political Science dan Policy Analysis

b.      Sosiologi dan Cultural Studies

c.       Manajemen Organisasi dan Business Science termasuk di dalamnya ilmu human resources dan ilmu
perilaku

3.      Ilmu Administrasi Negara di Indonesia

Ilmu administrasi negara di Indonesia masih mengikuti perkembangan negara maju lainnya.
Apa yang terjadi di Amerika misalnya, diimport oleh pakar di Indonesia diintroduksi sebagai barang baru.

Buku yang agak lengkap membahas administrasi negara di Indonesia pada tahun 1978
oleh Bintoro Tjokroamidjojo  tentang Administrasi Pembangunan.

Selanjutnya Reformasi Birokrasi Publik (2003, Agus Dwiyanto), Reformasi Tata


Pemerintahan dan Otonomi Daerah (2003), Reformasi administrasi Publik, teori dan praktik (Chaizi
Nasucha), Birokrasi dan Politik di Indonesia (2003, Miftah Thoha), dll.

4.      Reformasi Administrasi Negara dari Soekarno ke Soeharto

Perkembangan Administrasi Negara di Indonesia dapat pula di ikuti seberapa jauh pimpinan
nasional (pemerintah) mempunyai perhatian untuk melakukan perbaikan dan pengembangan. Salah
satu upaya untuk mengetahuinya ialah dengan mengamati upaya reformasi administrasi pemerintahan
yang pernah dilakukan oleh dua pemerintahan yang cukup lama di Indonesia, yakni zaman
pemerintahan Bung Karno dan zaman pemerintahan Soeharto.

Pada awal perkembangan Ilmu Administrasi Negara tahun 1950-an, pemerintah dalam hal
ini Presiden Soekarno melalui almarhum Perdana H. Djuanda melakukan reformasi administrasi negara
Indonesia. Ketika pemerintah proklamasi melaksanakan pemerintahan sendiri pemerintahannya waktu
itu meniru dan mewarisi sistem administrasi pemerintahan kerajaan Belanda. Sistem itulah satu-satunya
yang kita kenalkan dalam menata administrasi negara kita semenjak proklamasi.

5.      Peran Ilmu Administrasi Publik di Masa Depan

Rene Magritte seorang pelukis surrealist Belgia, lukisannya itu berjudul “Ceci n’est pas une
pipe” (This is not a pipe). Suatu gambaran atau lukisan tentang sesuatu itu memang bukan realita dari
sesuatu itu. The picture of thing is not the thing (Peter dan Waterman Jr., 1982). Lukisan pipa tidaklah
sama dengan aslinya sebagai pipa.

Administrasi publik (negara) selama ini selalu diasumsikan sebagai upaya melukis suatu
benda bukan menaruh perhatian terhadap bagaimana realita benda tersebut. Sehingga karenanya
administrasi publik dianggap kurang memberikan kontribusi terhadap setiap reformasi dibidang
pemerintahan.

Di Indonesia Ilmu Administrasi publik merupakan kumpulan sketsa yang dipergunakan


untuk membenarkan kebijakan penguasa,dan yang jauh dari harapan rakyat. Kumpulan sketsa itu tidak
berkehendak untuk dilaksanakan dalam realita. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam masa
pemerintahan yang lalu karena didukung oleh sistem administrasi yang berbentuk sketsa tersebut.
Administrasi pemerintahan sengaja dibuat tidak baik dan kacau, agar penyimpangan itu bisa berjalan
dan tidak bisa diketahui dan dikontrol oleh rakyat.

Kutipan cerita sepenggal tentang pelukis Belgia itu dimaksudkan untuk memberikan kesan
kepada kita bahwa Ilmu Administrasi Publik tidak hanya terbatas pada gambar saja melainkan suatu
disiplin ilmu yang bisa meminjam istilahnya Peter Senge (1990)  putting the ideas into practice.

Administrasi publik sangat perhatian terhadap terwujudnya tata kepemerintahan yang


demokratis dan amanah. Oleh karena itu, peran Ilmu administrasi publik (negara) di masa-masa yang
akan datang sangat tergantung bagaiman kemampuan ilmuwan dibidang ini untuk mengembangkan
konsep-konsep baru dalam mewujudkan tata kepemerintahan tersebut. 

http://petruswidiyanto.blogspot.com/2015/05/perkembangan-administrasi-negara-di.html

Anda mungkin juga menyukai