Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bidan diakui sebagai tenaga profesional di dalam bidang kesehatan yang
bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memfasilitasi dan memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya
pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses
bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-
daruratan.
Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health provider) harus dapat
melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang baik. Dalam
hal ini bidan berperan sebagai seorang manajer, yaitu mengelola segala sesuatu tentang
kliennya sehingga tercapai tujuan yang di harapkan. Dalam mempelajari manajemen
kebidanan di perlukan pemahaman mengenai dasar – dasar manajemen sehingga konsep
dasar manajemen merupakan bagian penting sebelum mempelajari lebih lanjut tentang
manajemen kebidanan.

Bidan merupakan seseorang yg telah mengikuti program pendidikan bidan yg


diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi
untuk didaftar (register) dan atau memiliki ijin yg sah (lisensi) untuk melakukan praktik
bidan. Bidan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kualitas kesehatan
masyarakat, karena bidan dengan ilmu kebidanannya dapat membantu meningkatkan
kesehatan masyarakat khususnya ibu-ibu  mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, serta
pemberian ASI ekslusif pada bayi dengan selamat. Bidan juga berusaha semaksimal
mungkin untuk menghindari terjadinya kerusakan akibat persalinan serta berusaha
mengembalikan alat reproduksi ke keadaan normal. Tiap profesi pelayanan kesehatan
dalam menjalankan tugasnya di suatu institusi mempunyai batas jelas wewenangnya yang
telah disetujui oleh antar profesi dan merupakan daftar wewenang yang sudah tertulis.

1
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat
harus memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah untuk
pembangunan dalam negeri, salah satunya dalam aspek kesehatan. Untuk
menyelenggarakan praktik, bidan harus mempunyai izin praktik sesuai dengan peraturan
yang sudah ditetapkan dalam Permenkes 1464.
Sebelum bidan melaksanakan praktik, terlebih dahulu harus melalui proses
legislasi yaitu proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat hukum
yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi(pengaturan kompetensi),
registrasi(pengaturan kewenangan), dan lisensi(pengaturan penyelenggaraan
kewenangan ). Rencana yang sedang dijalankan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
sekarang adalah dengan mengadakan uji kompetensi terhadap para bidan, minimal
sekarang para bidan yang membuka praktik atau memberikan pelayanan kebidanan harus
memiliki ijasah setara D3. Jika tidak lulus dalam uji kompetensi, maka bidan tersebut
tidak bisa menjalankan profesinya. Karena syarat untuk berprofesi adalah memiliki surat
izin yang dikeluarkan setelah lulus uji kompetensi. Hal ini bertujuan untuk memberikan
perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan yang telah diberikan.
Pentingnya seorang bidan memiliki kemampuan dalam manajemen kebidanan
akan membantu hal-hal yang terkait dengan standar pelayanan kebidanan sehingga
nantinya akan memberikan keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk
pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Oleh karena itu, makalah ini akan
membahas tentang aplikasi manajemen dan organisasi pelayanan kebidanan pada ibu
bersalin.

1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui konsep organisasi dan manajemen kebidanan
b. Untuk mengetahui pengertian pelayanan kebidanan
c. Untuk mengetahui manajemen pelayanan kebidanan
d. Untuk mengetahui aplikasi manajemen dan organisasi pelayanan kebidanan pada ibu
nifas
2
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Organisasi dan Manajemen


1. Pengertian Organisasi
Menurut Trewatha dan Newport organisasi dapt dinyatakan sebagai struktur social yang
didesain guna mengordinasi kegiatan dua orang atau lebih, melalui suatu pembagian kerja dan
hierarki dan otoritas, guna pencapaian tujuan umum tertentu. Sedangkan menurut Dr. H. R.
Soedarto. W. W. Sp.OG organisasi adalah kumpulan individu membentuk golongan untuk
mencapai sesuatu secara bersama-sama untuk mencapai manajemen ( Input, proses, output )
untuk bisa bekerja atau berjalan perlu aturan atau tata kerja, hubangan satu sama lain ( Cara
koordinasi satu bagian dengan bagian yang lain ). 
Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok satu sama
lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah
bagi orang-orang untuk berkumpul, bekerja sama secara rasional dan sistematis, terencana,
terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode,
lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.

 Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui
mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama
 James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan
manusia untuk mencapai tujuan bersama
 Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem
aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
 Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi,

4
yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama
atau sekelompok tujuan.

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan
visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut
terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui
keberadaannya oleh masyarakat di sekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti;
pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga
menekan angka pengangguran

Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus
menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya,
organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada
saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.

Sebuah organisasi mempunyai tujuan seiring berjalannya waktu. Organisasi juga mengalami
perubahan sehingga mempengaruhi system, tujuan, visi, dan misi organisasi. Klinik bersalin atau
tempat praktik bidan yang dipimpin dengan kegiatan memberi pelayanan kebidanan yang
dilandasi oleh etik dan moral, keahlian, kewenangan, dan peningkatan mutu yang terus menerus. 

Bidan juga akan terlibat dan berhubunagn dengan organisasi kemasyarakatan maupun
organisasi profesi. Dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya bidan juga dapat
merancang, membuat, mendirikan, serta mengelola organisasi sehingga pengetahuan bidan
tentang organisasi dipandang perlu agar menjadi pengelola dan perancang organisasi yang baik. 

Organisasi dapat diartikan dua macam yaitu dalam arti statis, organisasi disebut sebagai
wadah atau tempat berlangsungnya kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu
dan dalam arti dinamis organisasi adalah suatu system atau kegiatan kelompok orang untuk
mencapai tujaun tertentu.

Winardi mengatakan organisasi adalah “ wadah “ yang menyimpan dan menciptakan faedah.
Karakteristik organisasi adalah organisasi bertindak sebagai wadah penyimpanan konsep, teknik,
dan sumber atau data yang telah membuktikan produktivitasnya dimasa lampau. 
5
Merupakan individu membentuk suatu golongan untuk mencapai sesuatu secara bersama-
sama. Untuk mencapai perlu manajemen (input ,proses, output) untuk bisa bekerja atau berjalan
perlu aturan atau tata kerja, hubungan satu sama lain secara kordinasi satu bagian dengan bagian
yang lain. Dalam organisasi perlu kepemimpinan. Proses kerjasama dalam suatu organisasi
dinamakan administrasi, orang yang memimpin proses tersebut adalah administrator. 

Organisasi merupakan kelembagaan dan ketatalaksanaan yang meliputi perencanaan


pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang meliputi SDM dan SDA. SDM dalam
pengorganisasian dan manajemen mempunyai kemampuan berpikir lebih luas, menelusuri,
kompherensif, sistemik dan penajaman.

2. Macam Organisasi
Organisasi dapat dibagi dalam :
1) Organisasi profesi yaitu badan yang akan menerima masukan dari pelanggan tentang
output 
2) Organisasi beretika yaitu menetukan standar sejauh mana tingkah laku dan pengambilan
keputusan yang dianggap baik atau buruk
3) Manfaat Organisasi memberi faedah dan manfaat ( Utilities ) kepada anggotanya.

3. Faedah yang dihasilkan oleh organisasi berupa :


a. Faedah ekonomi, berupa barang dan jasa yang menjamin kebutuhan material manusia.
b. Faedah Politik, menjamin suatu keadaan yang stabil dalam masyarakat, situasi politik
yang stabil dapat mencapai kemakmuran.
c. Faedah social, diperoleh melalui interaksi social, manusia adalah makhluk social,
faedah yang diperlukan manusia karena manusia memerlukan adanya interaksi social.
d. Faedah waktu ( Utility 0f time ), faedah yang diperoleh karena waktu. Waktu seseorang
bergabung dalam organisasi atau lamanya organisasi itu berdiri, contoh pemberian
kredit.
e. Utility of Place, faedah karena tempat
f. Utility of Form, faedah karena bentuk

6
4. Organisasi sebagai Sebuah Sistem
Organisasi merupakan sebuah system, tempat terjadinya kerjasama sekelompok orang,
penetapan tanggung jawab secara jelas, otoritas yang sesuai dengan tanggung jawab, kesatuan
penugasan (Unity of assignment), rentang pengawasan, dan komunikasi. Pembagian kerja dan
spesialisasi. Spesialisasi dipandang dari dua sudut pandang :
a. Dengan jalan membagi suatu pekerjaan dalam bagian yang kecil
b. Dengan memusatkan usaha individual pada aktifitas yang memenfaatkan bakatnya
semaksimal mungkin.
Penetapan tanggung jawabnya jelas. Setiap orang harus mengerti dengan baik tugasnya
dan untuk apa ia bertanggung jawab, kepada siapa ia bertanggung jawab untuk melakukan tugas-
tugasnya. Otoritas sesuai dengan tanggung jawab. Penetapan tanggung jawab harus diikuti
dengan otoritas yang cukup untuk melaksanakannya. Otoritas untuk membuat keputusan harus
diberikan hingga bidang tempat masalah timbul dan kapan keputusan akan diterapkan.
Kesatuan Penugasan. Fungsi-fungsi yang serupa sebaiknya berhubungan erat didalam
struktur yang ada, fungsi yang berhubungan dengan masing-masing posisi harus konsisten dan
harus ada syarat-syarat yang cukup sama dengan keterampilan. Rentang pengawasan. Seorang
manajer diharapkan dapat mengawasi sejumlah bawahan ( dalam jumlah yang layak ). Hal yang
mempengaruhi rentang pengawasan adalah perbedaan individual pada penyedia (supervisor ),
ukuran dan pentingnya unit-unit bawahan, sifat aktifitas, mudah atau tidaknya komunikasi, usia
organisasi yang bersangkutan, dan periode waktu.
Bidan sebagai manager dalam sebuah organisasi sebaiknya memahami bahwa tidak
selamanya pekerjaan pelayanan kebidanan yang diberikan dalam orgainisasinya hanya
membutuhkan tenaga bidan, namun sangat penting apabila bidan menyadari bahwa ia juga
membutuhkan orang-orang yang ahli dalam bidang manajemen dan administrasi. Bidan harus
benar-benar membedakan tugas administrasi dan tugas pelayanan kebidanan. Administrasi yang
dimaksud dalam hal ini adalah yang terlibata dalam unsure manajemen, sementara bidan sendiri
dalam melaksanakan fungsinya sebagai pemberi pelayanan tetap melakukan pencatatan dan
pelaporan atau pendokumentasian segala tindakan yang diberikan dalam asuhan kebidanan
kepada klien sebagai bentuk pertanggung jawaban secara hukum. 

7
5. Struktur Organisasi
1. Struktur Linier
Adalah struktur paling awal yang diciptakan oleh Henry Fayol mengingat setiap
organisasi selalu berkaitan dengan wewenang dan tanggung jawab yang semuanya di arahkan
untuk mencapai tujuan dan sesuai denfan kebutuhannya. Ciri-cirinya :Mempunyai wewenang
dan tanggung jawab secara langsung secara vertical yang dikaitkan
2. Struktur Linie dan Staf
Ada staf ahli yang bertindak sebagai penasehat sesuai dengan bidangnya, memberikan
pelayanan, dan bantuan terhadap pimpinan. Ciri struktur Linie ini adalah mempunyai beberapa
tenaga staf penasehat ahli sesuai dengan bidang yang dibutuhkan.

a. dengan jabatan dan tugas tiap tingkatan


b. Bawahan hanya mempunyai satu atasan
c. Adanya kesatuan komando atau perintah
d. Tidak mempunyai tenaga staf penasehat
e. Cocok untuk organisasi kecil dan sederhana

3. Struktur Fungsional
Struktur ini menunjukkan bahwa masing-masing kepala unit dapat memberi komando
kepada unit lain sesuai dengan bidang dan fungsinya. Disamping itu tiap unit bertugas sebagai
penasehat dan pemberi bantuan, baik kepada pucuk pimpinan maupun kepada unit lain sesuai
dengan bidang dan tugas masing-masing.

6. Kepemimpinan dalam Organisasi Kebidanan

Perubahan, tantangan, dan peluang sedang dihadapi oleh sistem pelayanan kesehatan
diIndonesia. Pada era global seperti saat ini, perubahan dalam sistem dan tatanan pelayanan
kesehatan telah mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) kesehatan.

8
Salah satu dampak dari perkembangan iptek kesehatan adalah menjadi tingginya biaya pelayanan
dan pemeliharaaan kesehatan.

Tingginya biaya kesehatan ini berdampak negatif terhadap ketersediaan sarana dan
fasilitas kesehatan yang memadai untuk golongan masyarakat menengah kebawah,
meningkatnya pembayaran premi asuransi kesehatan dan menurunnya cakupan fasilitas dalam
asuransi kesehatan, serta terjadinya perubahan perilaku para pelaku yang terlibat dalam
pelayanan kesehatan.

Salah satu pelaku yang terlibat dalam sistem pelayanan kesehatan adalah tim kesehatan
termasuk bidan. Bidan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan harus senantiasa memberikan
pelayanannya secara kontinyu dan konsisten selama 24 jam. Mereka menghadapi berbagai
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien atau keluarganya. Mereka sendiri mengalami
berbagai respon fisik dan psikologis yang tidak dapat diabaikan karena akan mempengaruhi
kinerjanya sehari-hari. Untuk itu, mereka memerlukan pemimpin yang melalui proses
kepemimpinannya mampu mengendalikan, memotivasi, bertindak sebagai layaknya pemimpin
yang diharapkan, dan menggali potensi yang dimiliki stafnya untuk dibantu dikembangkan.

Bertolak dari pernyataan di atas, ternyata dalam rangka peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada masyarakat khususnya
pada proses persalinan. Keberadaan bidan sangat mempengaruhi di dalam menentukan tingkat
keberhasilan pelayanan kesehatan masyarakat.

Kebidanan pada saat ini tengah mengalami beberapa perubahan mendasar baik sebagai
sebuah profesi maupun sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat dimana tuntutan
masyarakat pada bidan agar berkontribusi secara berkualitas semakin tinggi. Sebagai sebuah
profesi, bidan dihadapkan pada situasi dimana karakteristik profesi harus dimiliki dan dijalankan
sesuai kaidahnya. Sebaliknya, sebagai pemberi pelayanan, bidan juga dituntut untuk lebih
meningkatkan kontribusinya dalam pelayanan kepada masyarakat yang semakin terdidik, dan
mengalami masalah kesehatan yang bervariasi serta respon terhadap masalah kesehatan tersebut
menjadi semakin bervariasi pula.

9
Oleh karena itu, pada saat ini diperlukan kepemimpinan yang mampu mengarahkan
profesi bidan dalam menyesuaikan dirinya ditengah-tengah perubahan dan pembaharuan sistem
pelayanan kesehatan. Kepemimpinan ini seyogyanya yang fleksible, accessible, dan dirasakan
kehadirannya, serta bersifat kontemporer.

Kepemimpinan kontemporer merupakan sifat kepemimpinan yang dapat diterapkan


dalam situasi saat ini yang mengandung beberapa konsep dasar penting dimana fungsi
kepemimpinan ini dijalankan.  Kepemimpinan merupakan seni untuk seorang pemimpin
melayani orang lain (leadership is an art of giving), memberikan apa yang dimiliki untuk
kepentingan orang lain. Sebagai pemimpin, ia menempatkan dirinya sebagai orang yang
bermanfaat untuk orang lain. Belum banyak pemimpin dalam kebidanan saat ini yang dapat
memahami konsep ini secara mendalam.

Hal ini karena mereka lebih memahami paradigma lama dimana setiap pemimpin yang
sedang menjalankan fungsi kepemimpinannya harus ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi
dari yang lain dan mereka merasa memiliki hak untuk dilayani (deserve to be served).
Motivational leadership seyogyanya dimiliki oleh setiap pemimpin dalam kebidanan. Situasi saat
ini dimana banyak terjadi perubahan dan juga tantangan telah memberikan kecenderungan pada
para bidan untuk lebih mudah merasa lelah dan cepat give up sehingga ketika dihadapkan pada
suatu masalah akan cepat merasa putus asa.

Untuk itulah diperlukan sosok pemimpin yang mampu secara konsisten memberikan
motivasi kepada orang lain dan memiliki kualitas kunci (Rocchiccioli & Tilbury, 1998) meliputi
kemampuan akan pengetahuan dan ketrampilan (memimpin dan teknis), mengkomunikasikan ide
secara efektif, percaya diri, komitmen tinggi, pemahaman tentang kebutuhan orang lain,
memiliki dan mengatur energi, serta kemampuan mengambil tindakan yang dirasakan perlu
untuk memenuhi kepentingan orang banyak.

Dalam mengantisipasi masa depan, pemimpin yang menjalankan fungsi


kepemimpinannya memerlukan kemampuan entrepreuner yang efektif termasuk didalamnya
kemampuan bargaining, negosiasi, marketing, penghargaan terhadap keberadaan stakeholder
(Chowdury, 2003) internal maupun eksternal. Kemampuan ini merupakan landasan untuk

10
pemimpin melakukan upaya peningkatan, memperkenalkan kepada pasar siapa diri dan
organisasinya serta menilai berbagai asupan dan umpan balik dari lingkungan sebagai hal yang
penting dalam mengambil keputusan.

Oleh karena itu, pemimpin seperti ini perlu untuk mengenali lebih mendalam masyarakat
dimana ia memimpin baik didalam maupun diluar. Ia juga selayaknya mengenali keinginan
lingkungan tentang keluaran yang dihasilkan organisasi melalui kepemimpinannya. Seorang
pemimpin kebidanan tidak akan berhasil melakukan fungsinya apabila tidak memiliki
kemampuan mengatur waktu, mengendalikan stress baik yang dialaminya maupun orang lain
(bawahan), dan juga mengatasi konflik yang terjadi baik internal maupun eksternal, baik
individual, maupun kelompok (managing time, stress, and conflict).

Kepemimpinan dalam kebidanan  memerlukan seseorang yang memiliki kriteria ini. Hal
ini karena dalam kegiatan keseharian, seorang pemimpin sangat memperhitungkan waktu bukan
hanya untuk mengatur kegiatan rutin saja, melainkan juga memperhitungkannya ketika
pengambilan keputusan penting untuk organisasi dan masa depannya.

B. PENGERTIAN MANAJEMEN

1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi
usaha- usaha dari anggota organisasi dan dari sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan dan suatu proses yang melibatkan hubungan interpersonal dan
teknologi, yang akan digunakan untuk mencapai seluruh atau setidaknya sebagian tujuan
organisasi dengan menggunakan tenaga manusia yang ada serta sumber daya lain dan tekhnologi
yang tersedia. Ilmu-ilmu manajemen dapat dipelajari dalam pendidikan formal, sebagai suatu
dasar penting. 
Manajemen dapat dikatakan sebagai suatu rentetan langkah yang terpadu yang
mengembangkan suatu organisasi sebagai suatu sistem yang bersifat sosial, ekonomis, dan
teknis. Sosial berarti menunjukan peran penting manusia dalam menggerakan seluruh sistem
organisasi, ekonomi berarti kegiatan dalam sistem organisasi yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hakiki manusia, sedangkan teknis berarti dalam kegiatan ini digunakan alat dan cara
tertentu secara sistematis. 
11
Gaya manajemen yang banyak dianut adalah Total Quality Management (TQM). TQM
adalah sistem manajemen yang dimulai dinegara jepang oleh seorang sarjana Amerika
Dr.Deming ditahun 1950 yang diikuti oleh Juran pada tahun 1954. Teknik ini kemudian
dimodifikasi diberbagai tempat oleh para ahli dan digunakan secara cermat sehingga berhasil
dinegara jepang, dan baru belakangan juga diterapkan di Amerika Serikat.
TQM adalah sistem manajemen yang mengelola perusahaan dan kegiatannya dengan
mengikutsertakan seluruh jajaran karyawan untuk berperan serta dalam mengembangkan dan
meningkatkan mutu disegala bidang demi kepuasan custumer.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan,
keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien.

2. Macam-macam Manajemen
Manajemen mengandung tiga pengertian yaitu: pertama, manajemen sebagai proses,
kedua manajemen sebagai kolektivitas, ketiga manajemen sebagai suatu seni (art) dan suatu
ilmu.Hal-hal yang bersifat khusus yang menjadi kajian keilmuan manajemen antara lain adalah:
perencanaan, organisasi, penyusunan, pengarahan, pengawasan, dan manajemen sumberdaya
manusia. Macam-macam manajemen :

a. Manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para
ahli. Menurut Haiman, manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu dengan
melalui kegiatan orang lain dan mengawasi uasaha-usaha individu untuk mencapai
tujuan utama bersama. Selanjutnya menurut GR. Terry mengatakan bahwa
manajeman adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan
mempergunakan kegiatan orang lain. dari dua defenisi tersebut dapat disimplkan
bahwa ada tiga pokok penting dalam defisi tersebut yaitu, pertama adanya tujuan
yang ingin dicapai, kedua tujuan yang dicapai dengan mempergunakan kegiatan
orang lain, dan ketiga kegiatan orang lain itu harus dibimbing dan diawasi. 
b. Manajeman sebagai kolektivitas, orang-orang yang melakukan aktivitas
manajeman. Jadi setiap orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu
12
badan tertentu disebut manajeman. Dalam arti tunggal disebut manejer. Manejer
adalah pejabat yan bertanggung jawab atas terselenggaranya aktivitas-aktivtas
manajemen agar tujuan unit pimpinannya tercapai dengan menggunakan bantuan
orang lain.
c. Manajemen sebagai suatu seni dan ilmu, manajemen sebagai seni berfungsi untuk
mencapai tujuan yang nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan
manajeman sebagi ilmu berfungsi menerangkan fenomena-fenomena, kejadian-
kejadian, kedaan-keadaan. Jadi memberikan penjelasan-penjelasan. 

3. Unsur manajemen 
1.      SDM 
2.      Uang
3.      Tata cara, prosedur
4.      Alat-alat, mesin 
5.      Market (pasar, pelanggan, pembeli, pasien)
6.      Material bahan dasar 
7.      Informasi
4. Prinsip manajemen dalam pelayanan kebidanan
1.      Kepatuhan terhadap hokum
2.      Etika dan kode etik profesi
3.      Profesionalisme dan keahlian
4.      Orientasi pelayanan
5.      Kesinambungan usaha
6.      Sinergi dan kerjasama
7.      Pengembangan bertahap
8.      Bisnis adalah bisnis

5. Kegiatan manajemen mutu

Pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi dimulai dengan standar etika manajerial yang
tinggi pula, manajemen mutu meliputi kegiatan :

13
1. Sistem untuk memberlakukan standar profesional, baik dari sudut tingkah laku,
organisasi serta penilaian kegiatan sehari-hari.
2. Sistem pengamatan agar pelayanan selalu diberikan sesuai standar dan deteksi bila
terdapat penyimpangan 
3. Sistem untuk senantiasa menunjang berlakunya standar profesional
Kegiatan manajemen meliputi : planning, organizing, staffing, directing, dan controlling
(pengawasan).

a.    Konsep Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui asuhan kebidanan kepada
klien yang menjadi tanggung jawab bidan, mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir, keluarga berencana, termasuk kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan
metode pemecahan maslah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
bidan dalam memberi pelayanan kepada kline yang mempunyai kebutuhan/ masalah dalam
bidang kesehatan ibu di masa hamil, persalinan,nifas, bayi setelah lahir, serta keluarga
berencana.
b.     Konsep Manajemen Kebidanan Definisi Oprasional
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum. Dengan
mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat
kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula
ketika bawahan dalam suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan
pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam
rangka pemecahan ,masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal terlebih dahulu
pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum, teori – teori manajemen, fungsi – fungsi
manajemen, dan bahkan manajemen skill.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis dalam
member asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi
14
asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam
memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan,
keterampilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Pengertian manajemen kebidanan menurut beberapa sumber :
a. Menurut buku 50 tahun IBI,2007  Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan
oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

b. Menurut Depkes RI, 2005 Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan
masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.

c. Menurut Helen Varney 1997 Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.

Sesuai dengan perkembangan pelayanan kebidanan, maka bidan diharapkan lebih kritis
dalam melaksanakan proses manajemen kebidanan untuk mengambil keputusan. Menurut Helen
Varney, ia mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5 langkah menjadi 7 langkah
yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan evaluasi. Bidan mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam asuhan yang mandiri, kolaborasi, dan melakukan rujukanyang tepat.
Oleh karena itu, bidan dituntut untuk mampu mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi
kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan dan perinatal dan merujuk
kasus. Praktek kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari focus terhadap ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta anak balita bergeser kepada upaya mengantisipasi
tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan
reproduksi sejak konsepsi, persalinan, pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan post
menopause, sehingga hal ini merupakan suatu tantangan bagi bidan.

15
Asuhan yang diberiakan oleh bidan harus dicatat secara benar, singkat, jelas, logis dan
sistematis sesuai dengan metode pendokumentasian. Dokumentasi sangat penting artinya baik
bagi pemberi asuhan maupun penerima pelayanan asuhan kebidanan, dan dapat digunakan
sebagai data otentik bahwa asuhan telah dilaksanakan. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang
professional memberikan asuhan kepada klien memiliki kewajiban memberikan asuhan untuk
menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan. Asuhan yang dimaksud adalah asuhan
kebidanan. Secara definitive, asuhan kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan
oleh bidan kepada individu ibu atau anak. Asuhan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan yang diarahkan untuk mewujudakan kesehatan kelaurga dalam rangka tercapainya
keluarga kecil bahagia sejahtera. Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode dan
pendekatan yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk
mendalami permasalahan yang dialami oleh klien, dan kemudian merumuskan permasalahan
tersebut serta akhirnya mengambil langkah pemecahannya. Manajemen kebidanan membantu
proses berfikir bidan dalam melaksanakan asuhan dan pelayanan kebidanan. Dalam
melaksanakan tugasnya pada pelayanan kebidanan, seorang bidan melakukan pendekatan dengan
metode pemecahan masalah yang dikenal dengan manajemen kebidanan.

Manajemen kebidanan untuk mengaplikasikan pendekatan itu, adalah :


a) Identifikasi dan analisis masalah yang mencakup pengumpulan data subjektif dan objektif
dan analisis dari data yang dikumpul/dicatat.

b) Perumusan (diagnosis) masalah utama, masalah yang mungkin akan timbul (potensial) serta
penentuan perlunya konsultasi, kolaborasi, dan rujuakan.

c) Penyusunan rencana tindakan berdasarkan hasil perumusan.

d) Pelaksanaan tindakan kebidanan sesuai dengan kewenangannya.

e) Evaluasi hasil tindakan. Hasil evaluasi ini digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan
tindakan kebidanan yang telah dilakukan dan sebagai bahan tindak lanjut.

c.    Prinsip Manajemen Kebidanan


Proses manajemen kebidanan sebenarnya sudah dilakukan sejak orang mulai menolong
kelahiran bayi. Pada zaman dahulu kala perempuan-perempuan yang sudah berpengalaman
16
melahirkan dipercaya untuk memberikan pelayanan kepada ibu-ibu hamil dan melahirkan.
Mereka diharapkan mampu memberikan pertolongan kepada ibuyang hamil dan melahirkan.
Tentu pertolongan yang diberikan pada masa tersebut hanya berdasarkan pengalaman mereka
sendiri, namun walau tanpa referensi mereka mampu juga memberikan pelayanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi.
Pada era millennium yang terus menghadapkan kita pada situasi yang mangandalkan
ilmu pengetahuan membuat kita, bidan maupun penerima jasa pelayanan bidan semakin kritis
terhadap mutu pelayanan kebidanan. Dengan demikian pelayanan yang diberikan sudah
selayaknya berdasarkan teori yang dapat dipertanggungjawabkan dan praktik yang dilakukan
berdasarkan Evidence Based Medicine ( Bukti Ilmiah yang Rasional ).
Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan masalah.
Dalam text book masalah kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981 proses manajemen
kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah. Setelah menggunakannya, Varney (1997) melihat ada
beberapa hal yang penting disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen yang
dilakukannya perlu lebih kritis untuk mengantisipasi masalah atau diaognosa potensial. Dengan
kemampuan yang lebih dalam melakukan analisa kebidanan akan menemukan diagnose atau
masalah potensial ini. Kadangkala bidan juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan
maslah tertentu dan mungkin juga harus melakukan kolaborasi, konsultasi bahkan mungkinjuga
harus merujuk kliennya. Varney kemudian menyempurnakan proses manajemen kebidanan
menjadi 7 langkah. Ia menambahkan langkah ke III agar bidan lebih kritikal mengantisipasi
masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada kliennya.
Varney juga menambahkan langkah ke IV di mana bidang diharapkan dapat
menggunakan kemanpuannya untuk melakukan deteksi dini dalam proses majemen sehingga bila
klien membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi,konsultasi bahkan dirujuk segera dapat
dilaksanakan.Proses manajemen kebidanan ini diyulis oleh Varney berdasarkan proses
manajemen kebidanan yang American College of Midwife pada dasar  pemikiran yang sama
dengan proses manajemen menurut Varney.

Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American
College Of Midwife (ACM) :

17
1) Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan
dengan melakukan pengajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien,termasuk
mengupulkan riwayat kesehatan dan pemeriksa fisik.

2) Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interprestasi data dasar.

3) Mengindentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan


merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klen.

4) Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan
bertanggungjawab terhadap kesehatannya.

5) Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.

6) Secara pribadi bertanggungjawab terthadap implementasi rencana individual.

7) Melakukan konsultasi,perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan berkolaborasi dan


merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.

8) Merencanakan manajemen   terhadap komplikasi tertentu,dalam situasi darurat dan bila ada
penyimpangan dari keadaan normal.

9) Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi
rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

d.    Proses Managemen Kebidanan


Proses manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan
melalui suatu proses yang disebut langkah-langkah atau proses manajemen kebidanan.
Langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah :

Langkah 1 : Tahap Pengumpulan Data Dasar


Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari 
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan
cara :
a. Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-sosial-spiritual, serta
pengetahuan klien.
18
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :

- Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan perkusi )


- Pemeriksaan penunjang ( laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan terbaru serta
catatan sebelumnya ).

Tahap ini  merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi
yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah
dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan
diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti
diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang
sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah
juga sering menyertai diagnosis. Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.
Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
• Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
• Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
• Memiliki ciri khas kebidanan
• Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
• Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi


Penanganannya.

19
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.
Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Pada langkah ketiga ini bidan
dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah
potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat
antisipasi yang rasional atau logis. Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang
diidentifikasi sudah tepat.

Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan


Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien.
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga
konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal
saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu
wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa
data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak. Data baru mungkin saja dikumpilkan dapat
menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus
menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Demikian juga bila ditemukan tanda-
tanda awal dari preeclampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes, atau masalah
medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli
perawatan klinis bayi  baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap
klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam
manajemen asuhan kebidanan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
20
Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnose
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap
dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah terindentifikasi
dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada  masalah-masalah
yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh
kedua pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga
akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama
sebelum melaksanakannya. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.

Langkah 6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruh
oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya,
misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu
dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana asuha telah dilaksanakan.

21
Langkah 7 : Mengevaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa
sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses
manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen tidak efektif
serta melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas
proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena
proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir
tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi
dalam tulisan saja.

Tujuan SOP :
- Agar petugas menjaga konsistensi pada  tingkat kinerja tertentu
- Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi
- Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas terkait
- Melindungi organisasi dan staf dari malpraktik atau kesalahan administrasi
- Menghindari kegagalan, kesalahan, keraguan dan inefisiensi

Fungsi SOP :
 Memperlancar tugas petugas/tim
 Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan
 Mengetahui dengan mudah hambatan-hamabatan
 Mengarahkan petugas untuk disiplin
 Sebagai pedoman

e.     Tujuan Operasional suatu manajemen harus mengandung unsur-unsur:


 WHAT : Kegiatan apa yang akan dikerjakan harus jelas.

22
 WHO : Sasarannya harus jelas, siapa yang akan mengerjakan, beberapa yang ingin
dicapai.
 WHEN : Kejelasan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.
 HOW : Prosedur kerjanya ( SOP ) jelas, sesuai dengan SPK ( Standar Pelayanan
Kebidanan ).
 WHY : Mengapa kegiatan itu harus dikerjakan, dengan penjelasan yang jelas.
 WHERE : Kapan dan dimana kegiatan akan dilakukan tertera jelas.
 Jika perlu ditambah dengan : WHICH : Siapa yang terkait dengan kegiatan tersebut
( lintas sektor walaupun lintas program yang terkait ).

f.     Langkah-Langkah dalam Manajemen Kebidanan


a. ( PERENCANAAN )
Perencanaan adalah proses untuk merumuskan masalah kegiatan, menentukan kebutuhan
dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan kegiatan yang paling pokok dan menyusun
langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( landasan dasar ).
Contoh :
-     Jadwal Pelayanan ANC di Posyandu, Puskesmas.
-     Rencana Pelatihan untuk kader, nakes

b. ( PENGORGANISASIAN )
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan menggolong-golongkan, dan
mengatur berbagai kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang dan pendelegasian
wewenang dalam rangka pencapaian tujuan layanan kebidanan.
Inti dari pengorganisasian adalah merupakan alat untuk memadukan atau sinkronisasi
semua kegiatan yang berasfek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai
tujuan pelayanan kebidanan yang telah di tetapkan.
 Contoh : P2 (Pelaksanaan )
-  Puskesmas
23
-  Puskesmas Pembantu
-  Polindes dan Pembantu
-  Balai Desa

c. (PENGGERAKAN DAN PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN


PENGENDALIAN )
Penggerakan dan Pelaksanaan adalah suatu usaha untuk menciptakan iklim kerja
sama di antara pelaksanaan program pelayanan kebidanan sehingga tujuan dapat tercapai
secara efektif dan efisien.
Fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana seseorang manajer pelayanan
kebidanan mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan pelayanan kebidanan yang telah di sepakati.
 Contoh :
-   Pencatatan dan pelaporan ( SP2TP )
-   Supervisi
-   Stratifikasi Puskesmas
-   Survey

g.    Perencanaan dalam Pelayanan


Seorang Bidan haruslah berfikir logikatik, anallitis, sistematik,teruji secara
empiris, memenuhi sifat pengetahuan umum yaitu : objektif, umum dan memiliki metode
ilmiah. Penerapan di dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan :

a.   INPUT, Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanankesehatan.


 (Tenaga, Dana, Sarana).
         Man : Tenaga yang di manfaatkan. Contoh : Staf atau Bidan yang kompeten
         Money : Anggaran yang di butuhkan atau dana untuk program
         Material : Bakau atau materi ( sarana dan prasarana ) yang dibutuhkan
         Metode : Cara yang di pergunakan dalam bekerja atau prosedur kerja
         Minute / Time : Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program
         Market : Pasar dan pemasaran atau sarana program
24
b. PROSES, Semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.  Memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan. Meliputi Manajemen Operasional
dan Manajemen asuhan.
         Perencanaan ( P1 )
         Pengorganisasian ( P2 )
         Penggerakan dan pelaksanaan,Pengawasan dan Pengendalian ( P3)
Aspek : Tindakan medis dan tindakan Non medis
c.  OUTPUT, menunjuk pada penampilan (perfomance) pelayanan kesehatan. Penampilan
aspek medis pelayanan kesehatan dan penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan.
Cakupan Kegiatan Program :Jumlah kelompok masyarakat yang sudah menerima 
layanan kebidanan   ( memerator ), di bandingkan dengan jumlah kelompok masyarakat yang
menjadi sasaran program kebidanan.( Denominator )  Pelayanan yang diberikan sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan ( Mulai dari KIE, Asuhan Kebidanan, dsb ). Contoh : Untuk BPS :
Out – Putnya adalah Kesejahteraan ibu dan janin, Kepuasan Pelanggan, Kepuasan bidan sebagai
provider

d.  EFFECT
 Perubahan pengetahuan, sikap, dan prilaku masyarakat yang diukur dengan peran serta
masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kebidanan yang ada di sekitarnya ( Posyandu, BPS,
Puskesmas dsb ) yang tersedia.
e.   OUT – COME ( IMPACT )
 Di pergunakan untuk menilai perubahan atau dampak ( impact ) suatu program,
perkembangan jangka panjang termasuk perubahan status kesehatan masyarakat.

h.    Pengertian Pelayanan Kebidanan Mandiri


Pelayanan mandiri adalah layanan kebidanan yang dilakukan oleh seorang bidan
yang sapenuhnya menjadi tanggung jawab bidan. Pelayanan Kebidanan merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang di fokuskan pada pelayanan kesehatan
wanita dalam siklus reproduksi, bayi baru lahir, dan balita untuk mewujudkan kesehatan
25
keluarga sehingga tersedia sumber daya manusia yang berkualitas dimasa depan.
Pelayanan kebidanan dibedakan berdasarkan kewenangan bidan, yaitu:
1. Pelayanan kebidanan Primer atau mandiri, merupakan asuhan kebidanan yang
diberikan kepada klien dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
bidan,merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab bidan.
 Tugas mandiri antara lain:
- Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan.
- Memberikan pelayanan dasar pada remaja dan pranikah dengan melibatkan klien.
- Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.
- Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien/ keluarga.
- Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan keluarga berencana.
- Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi
dan wanita dalam masa klimakterium dan menopouse.
- Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan keluarga.

2. Layanan kolaborasi, merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien


dengan tanggung jawab bersama  semua pemberi layanan yang terlibat ( misanya
bidan, dokter dan atau tenaga kesehatan professional lainnya). Bidan adalah
anggota tim. Tugas kolaborasi antar lain :
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dsn pertolonan
pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi
dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

26
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibi dalam nifas dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
dengan klien dan keluarga.
e. Memberikan auhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi yang mengalami
komplikasi serta kegawatdarutan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga.
3. Layanan rujukan, merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan
menyerahkan tanggung jawab kepada dokter, ahli dan atau tenaga kesehatan
profesional lainnya. Untuk mengatasi masalah kesehatan klien diluar kewenangan
bidan dalam rangka menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya. Tugas rujukan
antara lain :
a) Menerapkan manajemen kebidana pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien dan keluarga.
b) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan
resiko tinggi dan kegawatdaruratan.
c) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan
dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
d) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa
nifas dengan penulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan
keluarga.
e) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada bayi baru lahir
dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
f) Memberikan asuhan kebidanan memalui konsultasi dan rujukan pada anak balita dengan
kelainan tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.

27
C. PERMENKES RI NO 1464/MENKES/PER/X/2010TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

BAB 1

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

1. Bidan adalah seorang perempuan yg lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai
denganperaturan perundang-undangan.

2. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yg digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif, yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

3. Surat Tanda Registrasi, selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah kepada tenaga kesehatanyang diregistrasi setelah memiliki sertifikat kompetensi

4. Surat Izin Kerja Bidan, selanjutnya disingkat SIKB adalah bukti tertulis yang diberikan kepada
Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.

5. Surat Izin Praktik Bidan, selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan
kepadaBidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk mejalankan praktik bidan mandiri

6. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagaipetunjuk dalam menjalankan profesi yang
meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan standar operasional prosedur.

7. Praktik mandiri adalah praktik bidan swasta perorangan.

8. Organisasi profesi adalah Ikatan Bidan Indonesia (IBI).

BAB 11

PERIZINAN

Pasal 2

1) Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.

2) Bidan yg menjalankan praktik mandiri harus berpendidikan minimal Diploma III (D III) Kebidanan.

Pasal 3

1. Setiap bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki SIKB.

2. Setiap bidan yg menjalankan praktik mandiri wajib memiliki SIPB.

3. SIKB atau SIPB sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2) berlaku untuk 1 (satu) tempat.
28
Pasal 4

1) Untuk memperoleh SIKB dan SIPB sebagaimanadimaksud pada pasal 3, Bidan harus mengajukan
permohonan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dengan melampirkan :

a. Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir

b. Surat ket sehat fisik daridokter yangg memiliki SIP

c. Surat pernyataan memiliki tempat kerja di fasilitas pelayanan Kesehatan atau tempat
praktik

d. Pasfoto berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 3 (tiga)lembar

e. Rekomendasi darikepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat


yangditunjuk

f. Rekomendasi dariorganisasi profesi.

2) Kewajiban memiliki STR sebagaimanadimaksud padaayat (1) huruf a, dilaksanakan sesuai


denganketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Apabila belum terbentuk Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia(MTKI), Majelis Tenaga Kesehatan
Provinsi (MTKP) dan/atauproses STR belum dapat dilaksanakan, Surat Izin Bidan ditetapkanberlaku
sebagai STR.

4) Contoh surat permohonan memperoleh SIKB/SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Formulir I terlampir

5) Contoh SIKB sebagaimana tercantum dalam Formulir II terlampir

6) Contoh SIPB sebagaimana tercantum dalam Formulir III terlampir

Pasal 5

1. SIKB/SIPB dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten / kota

2. Dalam hal SIKB/SIPB dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota maka persyaratan
sebagaimanadimaksud padapasal 4 ayat (1) huruf e tidak diperlukan.

3. Permohonan SIB/SIPB yang disetujui atau ditolak harus disampaikan oleh pemerintah
daerahkabupaten /kota atau dinas kesehatan kabupaten/kota kpeada pemohon dalam waktu selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal permohonan diterima.

Pasal 6

Bidan hanya dapat menjalankan praktik dan/atau kerja paling banyak di 1 (satu) tempat kerja dan 1
(satu) tempat praktik.
29
Pasal 7

1) SIKB/SIPB berlaku selama STR masih berlaku dan dapat diperbaharui kembali jika habis masa
berlakunya.

2) Pembaharuan SIKB/SIPB sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diajukan kepadapemerintah daerah


kabupaten/kota setempat denganmelampirkan :

a. Fotokopi SIKB/SIB yg lama

b. Fotokopi STR

c. surat keterangan sehat fisik daridokter yang memiliki SIP

d. pasfoto berwarna terbaru ukuran 4x6 sebanyak 3 (tiga)lembar

e. rekomendasi darikepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat yang ditunjuk sesuai
ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf e

f. frekomendasi dari oranisasi profesi

Pasal 8

SIKB/SIPB dinyatakan tdk berlaku bila :

a) Tempat kerja/praktik tidak sesuai lagi denganSIKB/SIPB

b) Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang

c) Dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin

BAB III

PENYELENGGARAAN PRAKTIK

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan Pelayanan yang meliputi :

1) Pelayanan kesehatan ibu

2) Pelayanan kesehatan anak

3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

30
Pasal 10

1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra
hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c. Pelayanan persalinan normal

d. Pelayanan ibu nifas normal

e. Pelayanan ibu menyusui

f. Pelayanan konseling padamasa antara dua kehamilan

3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berwenang untuk :

a) Episiotomi

b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

c) Penanganan kegawat-daruratan, dlanjutkan denganperujukan

d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

e) Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas

f) Bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslusif

g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum

h) Penyuluhan dan konseling

i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil

j) Pemberian surat keterangan kematian

k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin

Pasal 11

1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksd dalam pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru
lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah

2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang untuk :

a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,


31
b. pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vit K 1, perawatan bayi baru lahir pada
masa neonatal (0-28 hr)

c. perawatan tali pusat

d. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

e. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan

f. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah

g. Pemantauan tubuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah

h. Pemberian konseling dan penyuluhan

i. Pemberian surat keterangan kelahiran

j. Pemberian surat keterangan kematian

Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c berwenang untuk

a) Memberikan penyuluhan dan konseling; kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga


berencana

b) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

Pasal 13

1. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12, bidan yang menjalankan
program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi :

a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kotrasepsi dalam rahim, dan alat kontrasepsi
bawah kulit

b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu


dilakukan dibawah supervisi dokter

c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan

d. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan


anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah, dan anak sekolah

f. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

32
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikanpenyuluhan

h. tehadap Infeksi Menular Seksual ( IMS ) termasuk pemberian

i. kondom, dan penyakit lainnya

j. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat

k. Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi

l. Pelayanan kesehatan lain yangmerupakan program Pemerintah

2. Pelayanan alat kontasepsi bawah kulit, asuhan antenatalterintegrasi,penanganan bayi dan anak balita
sakit, dan pelaksanaan deteksi dini,merujuk dan memberikan peyuluhan terhadap Infeksi Menular
Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah dilatih untuk itu.

Pasal 14

1) Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

2) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud padaayat (1) adalah kecamatan atau
kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.

3) Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terdapat dokter, kewenangan bidan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku.

Pasal 15

Pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota menugaskan bidan praktek mandiri tertentu untuk


melaksanakan program pemerintah

1. Bidan praktek mandiri yang ditugaskan sebagai pelaksana program pemerintah berhak atas pelatihan
dan pembinaan dari pemeritah daerah provinsi/kabupaten/kota.

Pasal 16

1) Pada daerah yang belum memiliki dokter, pemerintah dan pemerintah daerah harus menempatkan
bidan dengan pendidikan minimal Diploma III Kebidanan.

2) Apabila tidak terdapat tenaga bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah dan
pemerintah daerah dapat menempatkan bidan yang telah mengikuti pelatihan.

3) Pemerintah daerah propinsi/kabupaten/kota bertanggung jawab menyelenggarakan pelatihan bagi


bidan yang memberikan pelayanan di daerah yang tidak memilki dokter.

Pasal 17

1. Bidan dalam menjalankan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan meliputi :


33
a. Memiliki tempat praktek, ruangan praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan kebidanan,
serta peralatan untuk menunjang pelayanan kesehatan bayi, anak balita dan pra sekolah
yangmemenuhi persyaratan lingkungan sehat

b. menyediakan maksimal 2 (dua) tempat tidur untuk persalinan

c. memiliki sarana, peralatan dan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku

2. Ketentuan persyaratan tempat praktik dan peralatan sebagaimana

3. dimaksudpadaayat (1)satutercantum dalam Lampiran Peraturan ini

Pasal 18

1) Dalam melaksanakanpraktek/kerja, bidan berkewajiban untuk :

a. Menghormati hak pasien

b. Memberikan informasi tentang masalah kesehatanpasien dan pelayanan yang


dibutuhkan

c. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapatditangani dengan tepat waktu

d. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan

e. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelyanan lainnya secara sistematis

g. Mematuhi standar

h. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktikkebidanan termasuk pelaporan


kelahiran dan kematian

2) Bidan dalam menjalankan praktik/kerja senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya,


denganmengikuti perkembangan iptek melalui pendidikan dan pelatihan sesuai denganbidang
tugasnya.

3) Bidan dlm menjalankan praktik kebidanan hrs membantu program pemerintah dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pasal 19

Dalam melaksanakan praktek bidan mempunyai hak :

1. Memperoleh perlindungan hukum dalam pelaksanaan praktik/kerja sepanjang sesuai dengan standar

2. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau keluarganya

3. Melaksanakan tugas sesuai dengankewenangan dan standar

34
4. Menerima imbalan jasa profesi.

BAB IV

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pasal 20

1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dg pelayanan yg
diberikan.

2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke Puskesmas wilayah tempat praktik.

3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk bidan yang bekerja di
fasilitas pelayan kesehatan.

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 21

1. Menteri, Pemerintah daerahProvinsi, Pemda kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan


dengan mengikutsertakan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi,
organisasi profesi dan asosiasi institusi pendidikan yang bersangkutan.

2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimanadimaksud pd ayat (1) diarahkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi masyarakat terhadap segalakemungkinan yang dapat
menimbulkan bahaya bagi kesehatan

3. Kepala Dinas Kesehatan Kab/kota hraus melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
praktik bidan.

4. Dalam melaksanakan tugas sebaggimanadimaksud padaayat (1), Kepala Dinas Kab/Kota hraus
membuat pemetaan tenaga bidan praktik mandiri dan bidan di desa serta menetapkan dokter
Puskesmas terdekat untuk pelaksanaan tugas supervisi terhadap bidan di wilayah tersebut.

Pasal 22

Pimpinan fasilitas kesehatan wajib melaporkan bidan yang bekerja dan yang berhenti bekerja di
fasilitas pelayanan kesehatannya padatiap triwulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota
dengantembusan kepada organisasi profesi

35
Pasal 23

1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, Menteri, pemerintah
daerah provinsi, pemerintah daerah kab/kota dapat memberikan tindakan administratif kepada bidan
yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik dalam Peraturan ini.

2) Tindakan administratif sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui :

a. Teguran lisan

b. Teguran tertulis

c. Pencabutan SKIB/SIPB untuk sementara paling lama1 tahun

d. Pencabutan SKIB/SIPB selamanya

BAB VI

KETNTUAN PERALIHAN

Pasal 25

1. Bidan yang telahmempunyai SIPB berdasarkan Kepmenkes No 900/Menkes/SK/VI/2002 tentang


Registrasi dan Praktik Bidan dan Permenkes No HK.02.02/Menkes/149/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan dinyatakan telah memiliki SIPB berdasarkan Peraturan ini s.d. masa
berlakunya berakhir.

2. Bidan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus memperbaharui SIPB apabila Surat Izin Bidan yang
bersangkutantelah habis jangka waktunya berdasarkan Peraturan ini.

Pasal 26

Apabila Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) dan Majelis Kesehatan Provinsi (MTKP) belum
dibentuk dan/atau belum dapat melaksanakan tugasnya maka registrasi bidan dilaksanakan sesuai
denganketentuan Kepmenkes No 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan.

Pasal 27

Bidan yang telah melaksanakan kerja di fasilitas pelayanan kesehatan sebelum ditetapkan Peraturan ini
harus memiliki SIKB berdasarkanPeraturan ini paling selambat-lambatnya 1 (satu) tahunsejak peraturan
ini ditetapkan.

36
Pasal 28

Bidan yang berpendidikan di bawah Diploma III (D III) Kebidanan yang menjalankan praktik mandiri hrs
menyesuaikan denganketentuan Peraturan ini selambat-lambatnya 5 (lima) tahunsejak Peraturan ini
ditetapkan

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 29

Pada saat peraturan ini mulai berlaku :

a. Kepmenkes No 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan sepanjang yang


berkaitan denganperizinan dan praktik bidan

b. Permenkes No HK.02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin dan penyelenggaraan Praktik


Bidan;dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 30

Peraturan ini berlaku pada tgl diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

D. aplikasi manajemen kebidanan pada persalinan

Sesuai kewenangan yang diberikan kepada bidan oleh pemerintah dalam pelayanan


intranatal, banyak tindakan mandiri yang dapat dilakukan bidan bagi kliennnya, sesuai yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik Bidan. Dalam manajemen
pelayanan intranatal care, aplikasi etika sangat diperlukan :

a. Menerima pasien baru intranatal.bidan memberikan pelayanan intrapartum sesuai dengan


prinsip keadilan (justice), artinya adalah bidan melayani semua pasien sengan perlakuan
yang sama, tidak memandang latar belakang agama,suku,ekonomi,tingkat sosial dan lain
sebagainya.

37
b. memberikan tindakan kepada pasien. selain prinsip keadilan(justice), bidan juga
menghargai kemandirian pasien dalam membuat keputusan terhadap tindakan yang akan
diberikan kepadanya (otonomy),apakah pasien setuju atau tidak keputusan ada di tangan
pasien, tentunya setelah mendapat penjalasan (informed consent dan informet choice)
terlebih dahulu.
c. Memberikan penjelasan dengan benar (veracity). Dalam setiap hasil pemeriksaan dan
tindakan lanjut yang harus diambil oleh bidan sehubungandengan hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan, sebelumnya bidan harusmemberikan penjelasan dengan benar kepada
pasien.
d. Menghargai kehidupan (avoiding killing)
e. Menjaga kerahasiaan (videlity). Seluruh hasil pemeriksaan yang dilakukankepada pasien
dan ditemukan oleh bidan adalah suatu kerahasiaan yang tidak boleh diinformasikan
kepada orang lain,kecuali dalam hal kepentingan persidangan.
f. Bidan dalam menjalankan tugasnya wajib mengutamanakan kepentingan pasien.

Pada setiap pelayanan atau asuhan, harus selalu memperhatikan pencatatan atau dokumentasi.
manfaat dokumentasi sebagai berikut:

a. Aspek legal atau landasan hukum bagi bidan dalam pelayannya.


b. Aspek manajemen, dokumentasi dapat mengidentifikasi mutu pelayanan seorang bidan
dan juga untuk mengatur kebutuhan saran yang yang diperlu dipersiapkan seorang bidan
pada saat praktik
c. Aspek pembelajaran , dokumentasi merupakan asset yang sangat berharga bagi bidan
dalam pelayanannya karena data sebelumnya yang sudah didokumentasikan dapat dipakai
sebagai referensi atau acuan saat mengahdapi masalah atau kasus yang mugkin sama dan
pernah dihadapi.

Dokumentasi dapat berupa SOAP atau menggunakan manajemen asuhan kenidanan yang lain.
Namun dalam persalinan, dokumentasi yang digunakan adalah partograf. Hal-hal yang perlu
diingat oleh seorang bidan mengenao dokumentasi adalah:

a. Catat semua data: hasil pengumpulan data,pemeriksaan,diagnosis, obat-obatan yang


diberikan, serta semua asuhan yang diberikan pada ibu dan bayi.

38
b. Jika tidak dicatat, dapat dianggap bahwa asuhan tersebut tidak dilakukan.
c. Pastikan setiap pertograf telah diisi dengan lengkap,benar dan tepat waktu, serta
sebelum persalinan dan sesudah persalinan berlangsung.

Ada 5 langkah pengelolaan perubahan psikologi wanita pada saat persalinan dimulai dari:

 Langkah pertama yaitu identifikasi masalah


 Langkah kedua analisa masalah
 Langkah ke tiga menentukan upaya teknik relaksasi
 Langkah ke empat melaksanakan teknik relaksasi
 Langkah ke lima pemantauan dan evaluasi

Langkah pertama dan langkah kedua biasa dikenal dengan perencanaan (planning).
Langkah ketiga disebut juga dengan pengorganisasian (organizing). Langkah keempat
disebut dengan pelaksanaan (actuating) sedangkan langkah kelima disebut dengan controling
and evaluation

Langkah pertama : identifikasi masalah

Dalam identifikasi masalah perubahan psikologi pada wanita pada saat persalinan, langkah
yang perlu diperhatikan adalah mempelajari data berupa angkaatau keterangan keterangan yang
berhubungan dengan identifikasi masalah psikologi wanita pada saat persalianan, kemudian
dilakukan validasi terhadap data yang tersedia, maksudnya menilai kembali data, selanjutnya
mempelajari berasaran dan sebaran masalah, dibandingkan dengan ambang batas atau traget
kemudian rumuskanmasalah. setelah masalah teridentifikasi, kemudian dilanjutkan dengan
penentuan prioritas masalah dengan langkah langkah :

a. mentukan prioritaas masalah (I), kelayakan tekhnologi (T), sumber daya yangtersedia
(R). untuk mempermudah digunakan rumus P=IxR
b.  Nilainya dapat dibuat dengan beberapa kategori misalnya untuk I dipakai 3 kategori
yaitu nilai 1 dengan kategori kurang penting, nilai 2 dengan kategori penting dan
kategori 3 dinyatakan sangat penting.

39
c. Untuk nilai T dipakai juga dengan tiga katgori yaitu mulai 1 adalah mudah, nilai 2 adalah
sulit dan nilai 3 adalah sangat sulit, dan untuk nilai R dapat di pakai “ya” dengan nilai
2dan “tidak” dengan nilai 1.

Langkah kedua : analisa masalah

Analisa masalah didasarkan pada penelaahan hasil identifikasi dengan menganalisis


faktor penyebab terjadinya masalah sebagaimana disebutkan diatas,tujuannya untuk dapat
memahami masalah secara jelas dan spesifik serta terukur sehingga mempermudah penentuan
alternatif masalah. caranya dapat dilakukan dengan analisa hubungan, analisa perbandingan,
analisa kecenderungan dan lain lain

.Langkah analisa masalah dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Tentukan masalah yang menjadi prioritas


2. Lakukan telaahan pada faktor penyebab denga melihat berbagai data
3. Tetapkapkan wilayah yang menjadi prioritas dalam penanggualangan

Langkah ketiga: menentukan kegiatan teknik relaksasi

langkah ini didasarkan pada analisa masalah. Langkah ketiga pengelolaan teknik relaksasi ini
dimulai dengan menentukan tujuan. Tujuan yaitu upaya penetapan kegiatan yang dapat
mempercepat penanggulangan mengatasi perubahan psikologis pada ibu. Tujuan strategi
dankebijakan yang telah dibuat kemudiandilanjutkan dengan penentuan penentuan kegiatan yang
akan dilakukan berdasarkan prioritas masalah.

Langkah keempat : melaksanakan teknik relaksasi

Setelah cara teknik relaksasi diajarkan kepada ibu, kemudian dilakukan langkah-langkah yang
terencana untuk setiap kegiatan.Diantara kegiatan yang akan dilakukan adalah:

a. Advokasi
Adalah proses mempengaruhi perilaku, opini adalah proses mempengaruhi perilaku,opini
dari seseorang melalui penyampaian informasi, dalam advokasi yang perlu diperhatikan
adalah penyajian besar dan luas masalah, siapa, dimana, konsekuensi bagaimana
menangulangi, sarana yang diperlukan dan biaya yang diperlukan
40
b. Sosialisasi
yaitu memasyarakatkan suatu informasi atau kegiatan dengan tujuan guna memperoleh
pemahaman yang baik sehingga dapat berperan aktif dalam menunjang pelaksanaan
kegiatan
c. Capacity building
yaitu untuk mempersiapkan pelaksanaan, perlu peningkatan kemampuan petugas melalui
menghadirkan pendamping, mengajarkan teknik relaksasi

Langkah kelima : pemantauan dan evaluasi

kegiatan pemantauan yang baik selalu dimulai sejak langkah awal perencanaan dibuat
sampai dengan suatu kegiatan telah selesai dilaksanakan, sedangkan evaluasi hanya melihat
bagian bagian tertentu dari kegiatan yang dilaksanakan. pemantauan adalah pengawasan secara
periodik terhadap pelaksanaan kegiatan perbaikan gizi dalam menentukan besarnya input  yang
diberikan, proses yang berjalan maupun output yang dicapai. tujuan untuk menindak lanjuti
kegiatan selama pelaksanaan dilaksanakan untuk menjamin bahwa proses pelaksanaansesuai
dengan action plan dan jadwal.

Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur keterkaitan, efektifitas, efisiensidan


dampak dari kegiatan, dilakukan dengan tujuan memperbaiki rancangan, menentukan suatu
bentuk kegiatan yang tepat. Memperoleh masukan untuk digunakan dalam proses perencanaan
yang akan datang dan mengukur keberhasilan suatu kegiatan.

E. Landasan Hukum Pelayanan Kebidanan


Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dlm Keputusan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian
dikembangkan menjadi 14 unsur yang “relevan, valid & reliable”
1) Prosedur Pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yg diberikan kepada masyarakat
dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;
2) Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis & administratif yg diperlukan untuk
mendapatkan pelayanan sesuai dgn jenis pelayanannya;
41
3) Kejelasan Petugas Pelayanan, yaitu keberadaan & kepastian petugas yg memberikan
pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan & tanggung jawabnya);
4) Kedisiplinan Petugas Pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dlm memberikan pelayanan
terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yg berlaku;
5) Tanggung Jawab Petugas Pelayanan, yaitu kejelasan wewenang & tanggung jawab petugas
dlm penyelenggaraan & penyelesaian pelayanan;
6) Kemampuan Petugas Pelayanan, yaitu tingkat keahlian & ketrampilan yg dimiliki petugas
dlm memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;
7) Kecepatan Pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dpt diselesaikan dlm waktu yg telah
ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;
8) Keadilan mendapatkan Pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dgn tidak membedakan
golongan/status masyarakat yg dilayani;
9) Kesopanan & Keramahan Petugas, yaitu sikap & perilaku petugas dlm memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara sopan & ramah serta saling  menghargai &
menghormati;
10) Kewajaran Biaya Pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang
ditetapkan oleh unit pelayanan;
11) Kepastian Biaya Pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yg dibayarkan dengan biaya yg
telah ditetapkan;
12) Kepastian Jadwal Pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dgn ketentuan yg
telah ditetapkan;
13) Kenyamanan Lingkungan, yaitu kondisi sarana & prasarana pelayanan yg bersih, rapi &
teratur sehingga dpt memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan;
14) Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara
pelayanan ataupun sarana yg digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk
mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yg diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

42
F. Wewenang Bidan
Kewenangan bidan dalam permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 yang mengatur
tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang
untuk memberikan pelayanan yang meliputi:
a)      Pelayanan kesehatan ibu
b)      Pelayanan kesehatan anak
c)      Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
  KEWENANGAN BIDAN KOMUNITAS
a)      Memberikan pelayanan kebutuhan sebagai tenaga terlatih
b)      Meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat
c)      Meningkatkan upaya penerimaan gerakan KB
d)     Memberikan pendidikan dukun beranak
e)      Meningkatkan sstem rujukan
f)       Sebagai pelayanan asuhan / pelayanan KB
g)      Sebagai pengelola pelayanan KIA / KB
h)      Sebagai pendidik klien, keluarga, masyarakat dan calon nakes
i)        Sebagai pelaksana penelitian dalam pelayanan
    FUNGSI UTAMA BIDAN BAGI MASYARAKAT
a)      Mengupayakan kesehatan ibu dan bayinya
b)      Bidan mempunyai power untuk mempengaruhi dan memberikan asuhan kebidanan
  FUNGSI UTAMA PROFESI KEBIDANAN
Untuk mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya
  RUANG LINGKUP ASUHAN YANG DIBERIKAN
1. Pengetahuan umum, ketrampilan dan perilaku yang berhubungan dengan
ilmu-ilmu sosial. Kesehatan masyarakat dan etik
2. Prakonsepsi, KB dan menyusui
3. Asuhan konseling selama kehamilan
4. Asuhan pada ibu nifas dan menyusui
5. Asuhan pada BBL
6. Asuhan pada persalinan dan kelahiran
7. Asuhan pada bayi dan balita
43
8. Kebidanan komunitas
9. Asuhan pada ibu/wanita
G. Aplikasi manajemen dan organisasi pelayanan kebidanan pada ibu bersalin

1. pemantauan KALA I

Selama persalinan dan melahirkan, kecemasan, ketakutan, stres dan rasa sakit adalah
rantai yang berkesinambungan dan ibu lebih cemas membutuhkan lebih banyak obat penenang
pada berbagai tahap kerja. Kecemasan sering terlibat dalam rasa sakit, terutama nyeri kronis,
karena sifat progresif dan bertahap. ketika rasa sakit menjadi tak terkendali, keterampilan koping
manusia menurun dan kecemasan maningkat.kecemasan menyebabkan merasakan rasa sakit dan
lingkaran setan dimulai. peningkatan kecemasan dan rasa sakit meningkatkan katekolamin rilis
dan stimulasi alpha reseptor oleh sistem saraf simpatik yang pada gilirannya menyebabkan
vasokontriksi,tonus otot meningkat dan aliran darah uterus, peningkatan tekanan darah,
hilangnya kontraksi rahim, penurunan memperlambat pengembangan, dan peningkatan
metabolisme dan konsumsi oksigen pada ibu. Olehkarena itu, teknik untuk mengurangi
kecemasan akan menurunkan kedua kecemasandan rasa sakit. pelatihan khusus dalam
manajemen kecemasan tenaga kerja sangat penting bagi para profesional bersalin, khususnya
bidan. Agen anti ansietas memiliki beberapa efek samping termasuk anestesi dan otot relaksasi,
sakit kepala. Jenis pengobatan alternatif yang menggunakan minyak esensial dan harumdengan
merangsang sistem penciuman untuk mendorong relaksasi dan mengurangi kecemasan.
Aromaterapi mengurangi rasa sakit dan menginduksi relaksasi denganmeningkatkan
neurotransmitter dan mengurangi epinefrin dan norepinefrin dalam darah. Ester dalam esensi
berminyak mencegah kejang otot, kecemasan dan depresi. metode yang berbeda dari aromaterapi
tenaga kerja seperti inhalasi, mandi, baskom,dan pijat bisa membantu. minyak atsiri dapat
diserap melalui sistem pernapasan,menyebabkan stimulasi otak dan mengurangi kecemasan.

Selain penggunaan aroma therapi,terapi panas lokal umumnya aman dan diaanggap
sebaga bentuk efektif pengobatan komplementer. Sebagai perawatan eksperimental, baskom
diterapkan oleh bidan dijepang selama tahap pertama pesalianan. Salah satu herbal esensial yang
digunakan dalam aromaterapi adalah mawar. rose aroma efektif pada sistem saraf pusat. Dua
bahan, sytrinol dan 2-feniletil alkohol, dalam mawar dikenal sebagai agen anti ansietas.

44
Kecemasan ibu yang parah dan takut sakit saat melahirkan menyebabkan kram. Kontraksi
otot intens memyebabkan hipoksia otot-otot rahim dan mengganggu kontraksi uterus dan benar-
benar dapat menggangu proses persalinan. Hasil  penelitian kami menunjukkan bahwa
kecemasan dalam fase yang berbeda.skor kecemasan setelah intervensi berbeda secara signifikan
antara tiga kelompok pada awal fase aktif.

2. pengelolaan fase aktif dan pasif tahap kedua kala II

Angka kesakitan pada saat postpartum dihubungkan dengan adanya trauma pada genital.
masalah jangka pendek (segera setelah persalinan) menyebabkan banyak kehilangan darah,
membutuhkan penjahitan dan nyeri. laserasi genitalselama persalinan membuat otot dasar
panggul menjadi lemah.termasuk adanya masalah pada BAB,BAK dan fungsi seksual setelah
persalinan. d i t e m u k a n p e n c e g a h a n terhadap trauma yang menguntungkan. ini juga
mengurangi penggunaan obat selama perawatan perineum postpartum, penjahitan,
pengobatandan kunjungan ke fasilitas kesehatan.

Bidan menggunakan variasi tehnik tangan pada persalinan kala dua, dimana praktiknya di
dalam dan di luar rumah sakit, dan percaya cara ini dapat mengurangi trauma alat genital selama
persalinan pervaginam. pilihan dalam manuver tangan adalah keputusan klinik pada setiap
persalinan, dan dari data pasien, anjuran klinik,dan kebijakan institusional. perawatan perineum
salah-satunya adalah pencegahan robekan pada daerah perineum dan infeksi. perawatan
perineum sangat penting untuk membuat pasien nyaman.sekitar 85% wanita yang melahirkan
pervaginam mengalami trauma perineum. trauma perineum mengakibatkan masalah fisik
dan psikologis dalam jangka waktu yang lama.

a. Episiotomi

Melahirkan normal adlah seorang tanpa induksi,tanpa penggunaan instrumen, tidak melalui
operasi cesar dan tanpa anastesi umum,tulang belakang atau anestesi epidural sebelum atau
selama persalinan, dikecualikan adalah setiapprosedur lain tidak berhubungan dengan sebuah
persalinan tanpa bantuan ke"ualimemperbaiki robekan.

 mulai persalinan tanpa induksi


 tidak ada anestesi (umum, spinal atau epidural)
45
 Bukan persalinan caesar (direncanakan atau darurat)
 Bukan persalinan instrumental (forceps atau ventouse/vakum)
 tidak dengan episiotomi.

Berdasarkan bukti dan praktik berbasis penelitian, sehingga di inggris pada1970-an


episiotomi hampir menjadi praktek wajib dalam kelahiran di rumah sakit,terutama bagi
perempuan nulipara.beberapa syarat bidan tentang penggunaan episiotomi dalam kelahiran
normal, tetapi budaya yang berlaku pada waktu itu untuk mematuhi panduan obstetri.Cochrane
(2006) menyimpulkan bahwa tingkat hasil dalam waktu yang terbatas mengurangi trauma
perineum posterior dan mengurangi penjahitan, menunjukkan bahwa praktisi hanya menambah
trauma perineal dengan melakukan episiotomies. Kepercayaan tradisional bahwa itu akan
melindungi terhadap anal sphincter tidak terbukti, dengan penelitian baru menunjukkan bahwa
episiotomi menyebabkan robekan derajat ketiga dan keempat.

Suatu penelitian mengalokasikan bahwa wanita yang pada saat persalinan pertamanya di


episiotomi medialis (insisi 2-3 cm pada tengah perineu) atauepisiotomi mediolateral (membuat
dari medialis dan ke arah kanan dari spihcter ani 3-4 cm). pada episiotomi medialis dapat
mengakibatkan episiotomi meluas sampai ke sphincter ani. tidak ada perbedaan pada rasa nyeri.
pada wanita dengan episiotomy medialis dapat memulau hubungan seksual lebih awal dan secara
kosmetik penampilannya lebih baik dibandingkan mediolateral. tidak ada perbedaan pada nyeri
atau kenyamanan dari hubungan seksual.robekan medialis lebih luas dibandingkan
mediolateral.medialis dan mediolateraltidak ada perbedaan kehilangan
darah,hematoma,infeksi,nyeri dan dipareuni.faktor risiko yang menyebabkan robekan yang luas
pada episiotomi medialis, primi, tinggi badan ibu <145 cm, TBJ >3500 gr dan ekstraksi forsep.

episiotomi sebaiknya dihindari jika memungkinkan, tetapi jika digunakan,harus tahu tehnik
episiotomi yang paling baik untuk digunakan (mediolateral ataumedialis). sebuah dukungan
kehamilan yang diberikan dalam jangka waktu yang lama kepada seorang wanita oleh petugas
kesehatan dapat mengurangi penggunaanepisiotomie tetapi tidak beralih untuk memperbaiki
perineum.

46
b. Hands-On atau Hands-poised

Metode hands-on pertama kali diperkenalkan oleh Ritgen pada tahun 1855  biasanya
menekan kepala bayi pada saat Crowning, dan menahan dengan tangan lainnyadi perineum dengan tujuan
untuk melindungi dari laserasi.sedangkan metode-hands Poissed, kepala janin dan perineum tidak
disentuh atau ditahan pada saat persalinan. Dua metode tersebut ada hubungan dengan insidens
pada robekan vagina dan perineum, tetapi dengan metode hands-on dihubungkan dengan
tingginya insidens episiotomi. kebijakan penggunaan “hands poised” juga didukung oleh kuasi
randomized study, dilaporkan sedikit robekan derajat tiga dibandingkan dengan hands-on.
Metode hands-on  yaitu tangan kiri diletakkan di kepala bayi dan tangan kanan di letakkandi
perineum.sedangkan hand-poised adalah dimana bidan membimbing pasien dalam persalinan
tanpa menyentuh perineum, bersiap untuk memberikan tekanan ringan pada kepala bayi
mencegah kepala tidak terlalu cepat ekspulsi.

Menurut Myrfieid et al, (1997) dalam penelitiannya mendapatkan bukti untuk


menggambarkan dengan mengkombinasikan prinsip-prinsip matematika sederhana antara
anatomi dan fisiologi, menunjukkan bahwa dengan menerapkan tekanan konstan fleksi kepala,
fisiologi yang mendasari kelahiran ekstensi dikompromikan. Kepercayaan yang mendasari
praktek ini adalah bahwa diameter yang lebih kecil untuk hasil yang akan dicapai, sehingga
berpotensi mengurangi trauma perineum. Myrfield dan rekannya menjelaskan bahwa turunnya
kepala terjadi sebagai kurva perubahan adanya gaya gravitasi, mengoptimalkan diameter
menyebabkan meluasnya jalan lahir pada turunnya kepala.

Albers et al.(2005), perempuan berisiko rendah dikonfirmasi hasil hoop trial ,meskipun hal
itu menunjukkan bahwa posisi melahirkan dan melahirkan kepalaantara kontraksi dengan hands-
On  dan kelompok hands-Poised adalah pelindung bagi perineum. Akhirnya, de souza dan reisco
(2006) melakukan uji coba mereka di Brazil dan hasilnya konsisten dengan penelitian-penelitian
sebelumnya. Dari semua penelitian ini, tampak bahwa teknik untuk membantu kelahiran tidak
berdampak signifikan pada hasil perineum, tetapi mereka mungkin ingin mempertimbangkan
dimensi psikososial praktik mereka serta berdampak pada pemberdayaan perempuan.
47
Berdasarkan penelitan (mayerhofer,2002), didapatkan bahwa wanita yang bersalin dengan
hands-On mengalami robekan derajat tiga lebih banyak dibandingkan dengan hands-poised tidak
ada perbedaan pada hasil luaran janin.hands-Poised  mengurangi episiotomi dibandingkan hands-
on tidak ada perbedaan antara metode tersebut dari risiko trauma perineum yang membutuhkan
jahitan atau robekan derajat3 dan 4. Tidak ada perbedaanyang signifikan antara trauma perineum
derajat 1 dan 2. Hands-on dilaporkan mengalami nyeri perineum pada 10 hari postpartum
dibandingkan dengan hands-poised.

3. perawatan kala III

Selama kala III persalianan,kontraksi otot rahim harus memadai untuk memperlambat
kehilangan darah ibu setelah plasenta terpisah dari dinding rahim.kala III persalinan yang
berkepanjangan, yang didiagnosis setelah 30 menit jika pengiriman plasenta spontan tidak
terjadi, mungkin membutuhkan intervensi lebih lanju. Perdarahan postpartum didefinikan
sebagai kehilangan darah berlebih dari utertus lebih dari (lebih dari 500 mL) selama dan setelah
pengeluaran janin. Penyebab perdarahan postpartum termasuk atonia uteri, ditahan jaringan,
trauma pada saluran genital, dan coagulopathies.

manajemen aktif kala III persalinan meliputi pemberian oxitocin setelah pengeluaran bahu
anterior, penjepitan tali pusat di awal, dan peregangan tali pusat terkendali. manajemen ini
menurunkan ibu dari kehilangan darah, risiko perdarahan postpartum, kala III yang panjang, dan
kebutuhan untuk transfusi darah.meskipun peningkatan mual dan muntah pada ibu, manajemen
aktif kala ketiga ini sangat encouraged.tali pusat yang terlibat dalam penjepitandan pemotongan
setelah melahirkan dan kemudian segera Unclamping sisi ibu (yang memungkinkan darah
mengalir dengan bebas), mengurangi kalaIII yang panjang dalam persalinan.

4. Perawatan kala IV

pelayanan kesehatan harus memberikan nasihat menyusui dan dukungansesuai dengan


“sepuluh langkah sukses menyusui” sebagaimana ditentukandalam Baby Friendly Healt
Initiative (BFHI)(UNICEF,2009).

a. Informasi dan edukasi

48
perempuan harus diberikan pendidikan yang berkaitan dengan periode postnatal
secara tepat dan konsisten tertulis dan informasi lisan. hal inimemungkinkan
perempuan untuk membuat keputusan mengenai perawatan diri sendiri dan perawatan
bayi mereka, selain itu dapat meningkatkan rasa percaya diri perempuan dan
kepuasan dengan perawatan yang disediakan(Newborn & Bhavnani,2010)
informasi yang diberikan sedapat mungkin sudah dimulai ketika periode antenatal,
dengan komunikasi yang dapat dipahami wanita, diberi kesempatan untuk berdiskusi
dan bertanya tentang informasi yang diberikandengan bidan. !nformasi berikut harus
disediakan dan didiskusikan dengan wanita untuk mendukung pengambilan
keputusan. informasi berikut harus disediakan dan didiskusikan dengan wanita untuk
mendukung pengambilan keputusan tentang pemberian perawatan seusai persalinan
dan seterusnya:
 pengalaman kelahiran
 penyesuaian psikologis dan sosial untuk orang tua (misalnya, harapan,suasana
hati,perawatan diri,keselamatan anak,hubungan dengan pasangan,kontrasepsi)
 perawatan bayi (misalnya, makan, mandi, penanganan dan tidur/menetap bayi)
 penyesuaian fisik ibu (misalnya, kelelahan, tidur, menyusui, payudaradan tubuh)
 perubahan kesehatan seksual, penyesuaian keluarga (misalnya, perawatan
bayi,penerimaan saudara kandung dari bayi) lingkungan keluarga
( misalnya,perumahan,pekerjaan, keamanan) dukungan sosial dan jaringan lokal.

b. Perencanaan
periode saat persalinan dan setelah persalinan hingga seterusnya harus dilakukan
dalam kemitraan dengan perempuan sedini mungkin. Perencanaan dimulai pada
perode antenatal care dapat menguntungkan perempuan dan memimpin ketingkat
yang lebih tinggi akan kepuaan dengan perawatan yang diberikan (Tiga Pedoman
Pusat Konsensus Antenatal Care, 2001). Sebuah catatan tertulis dari perencanaan
harus disimpan oleh kedua wanita (Rekam Bersalin Victoria) dan pelayanan
kesehatan (catatan pasien). Pemberian ASI yang berhasil merupakan yang
menyediakan standar akreditasi global untuk layanan kesehatan yang menyediakan
perawatan ibu hamil dan bayi baru lahir (WHO, UNICEF, 2009) strategi menyusui
49
nasional Australia 2010-2015 mangakui pentingnya biologi,kesehatan,sosial,budaya
lingkungan dan ekonimi dalam menyusui da memberikan strategi untuk
mempromosikan ASI dan makanan pendamping untuk usia 12 bulan dan seterusnya
(Commonwealth Australia,2009).
H. DOKUMENTASI DALAM KEBIDANAN

1.POR (Problem Oriented Record)

Model pendokumentasian ini menitikberatkan pada pendekatan terhadap masalah pasien,


jadi dokumentasi yang disusun adalah berdasarkan data masalah dari pasien. Model ini berusaha
mengintegrasikan data yang dikumpulkan oleh semua tenaga kesehatan yang memberikan
asuhan atau terlibat dalam pelayanan kesehatan klien.

Pendekatan orientasi masalah pertama kali dikenalkan oleh Dr. Lawrence Weed tahun
1960 dari Amerika Serikat yang kemudian disesuaikan pemakaiannya oleh perawat/bidan.
Dalam format aslinya pendekatan orientasi masalah ini dibuat untuk memudahkan
pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang terintegritas dengan sistem ini dan semua
tim petugas kesehatan mencatat observasinya dari suatu daftar masalah. Sisitem ini dianggap
paling ilmiah dan banyak digunakan diberbagai Negara.

Beberapa istilah yang berhubungan dengan sistem pencatatan ini yaitu :


POR : Problem Oriented Record
POMR : Problem Oriented Medical Record
PONR : Problem Oriented Nursing Record

Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen, yaitu:

1 Data Dasar

Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali masuk
Rumah Sakit. Data dasar mencakup pengkajian kebidanan, riwayat penyakit/kesehatan,
pemeriksaan fisik, pengkajian ahli gizi dan hasil laboratorium. Data dasar yang telah terkumpul
selanjutnya digunakan sebagai sarana mengidentifikasi masalah klien

2 Daftar Masalah

Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar.
Selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah. Daftar
masalah ditulis pertama kali oleh tenaga yang pertama bertemu dengan klien atau orang yang
diberi tanggung jawab. Daftar masalah ini dapat mencakup masalah fisiologis, psikologis, sosio

50
kultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan. Daftar ini berada pada bagian
depan status klien dan tiap masalah diberi tanggal, nomor, dirumuskan dan dicantumkan nama
orang yang menemukan masalah tersebut.

3 Daftar Awal Rencana Asuhan

Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah. Dokter menulis
instruksinya, sedang bidan menulis instruksi kebidanan atau rencana asuhan kebidanan

4 Catatan Perkembangan (Progress Notes)

Progress Notes berisikan perkembangan/kemajuan dari tiap – tiap masalah yang telah
dilakukan tindakan dan disusun oleh semua anggota yang terlibat dengan menambahkan catatan
perkembangan pada lembar yang sama.

Beberapa acuan progress note dapat digunakan antara lain:

SOAP (Subyektif data, Obyektif data, Analisis/Assesment dan Plan)

SOAPIER (SOAP ditambah Intervensi, Evaluasi dan Revisi)

PIE (Problem – Intervensi – Evaluasi)

Setelah 20 tahun sistem ini dikembangkan langsung menjadi sistem SOAP Nakes

S Subjektif : data dari pasien (riwayat, biodata)

O Objektif : hasil pemeriksaan fisik

A Analisis/Assesment/Diagnosa

P Planning : pelaksanaan intervensi, evaluasi, implementasi

Adapun yang menggunakan sistem SOAP PIE

S : Subjetif

O : Objektif R : Reassasment/Reevaluasi

A : Analisa D : Dokumentasi ¦ kesimpulan

P : Perencanaan

51
I : Implementasi

E : Evaluasi

Keuntungan:

a) Terstruktur karena informasi konsisten


b) Mencakup semua proses perawatan
c) Merupakan catatan terintegrasi dengan medik
d) Mudah dipakai untuk mengendalikan mutu

Kekurangan:

1. Menekankan pada masalah dan ketidakstabian dapat menghasilkan suatu pendekatan secara
negatif terhadap pengobatan/tindakan.
2. Sistem ini setelah digunakan apabila dapftar tidak dimulai/tidak
berkesinambungan/diperbarui terus menerus belum disetujui/tidak ada batas waktu untuk
evaluasi dan strategi untuk follow up belum disepakati.
3. Perawatan mungkin tidak tercatat bila tidak ada flow sheet.
4. Bentuk SOAPIER mungkin mengulang pencatatan yang lain apabila perkembangan itu
lambat dan sering ada evaluasi

2.SOR (Source Oriented Record)

Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola
pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian tersendiri, dokter menggunakan
lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit,
perawat/bidan menggunakan catatan keperawatan.kebidanan, begitu pula disiplin lain
mempunyai catatan masing-masing.

Adalah suatu cara mendokumentasikan dalam bentuk narasi mengenai keadaan pasien secara
singkat dan jelas

Keuntungan:

1. Lebih mudah dilakukan

2. Waktu yang digunakan lebih singkat

Kekurangan:

1. Sulit menemukan spesifikasi masalah


52
2. Tidak tampak respon pasien/klien

3. Kadang-kadang tidak relevan/tepat

4. Kadang-kadangpun tidak si dengan kerangka

Komponen-komponen dalam SOR:

a. Adminission sheet/kartu masuk


b. nama no cm, jenis kelamin
c. umur, status, pekerjaan
d. Lembar instruksi dokter

Catat tentang perintah-perintah dokter, tanggal, waktu, terapi-terapi khusus dan tanda tangan

1. Kartu grafik/pencatatan
2. Pengamatan yang berulang dan pengukuran
3. Lembar riwayat medik
4. Semua pengamatan, observasi tentang kondisi pasien yang dibuat oleh dokter
5. Catatan perawatan
6. Narasi tentang perawatan
7. Catatan pengobatan
8. Semua pengobatan, tanggal, jam dan tanda tangan
9. Lembar khusus/lap lainnya
10. Catatan dari semua disiplin kesehatan, radiologi, konsultasi, lab, inform consent

3.CBE (Charting By Exeption)

CBE adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif hasil atau penemuan
yang menyimpang dari keadaan normal atau standar. Keuntungan CBE yaitu mengurangi
penggunaan waktu untuk mencatat sehingga lebih banyak waktu untuk asuhan langsung pada
klien, lebih menekankan pada data yang penting saja, mudah untuk mencari data yang penting,
pencatatan langsung ketika memberikan asuhan, pengkajian yang terstandar, meningkatkan
komunikasi antara tenaga kesehatan, lebih mudah melacak respons klien dan lebih murah.

Dimulai sejak tahun 1983 di St. Luke Medikal Center in Milkwankee

CBE mengintegrasikan 3 komponen penting, yaitu:

a) Lembar alur (flowsheet)


53
b) Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik
c) Formulir diletakkan di tempat tidur klien sehingga dapat segera digunakan untuk pencatatan
dan tidak perlu memindahlan data

Format CBE

1. Data dasar (riwayat dan px fisik)


2. Intervensi flow sheet
3. Grafik record
4. Catatan bimbingan pasien
5. Catatan pasien plg
6. Format catatan perawatan (menggunakan format SOAPIER)
7. Daftar diagnosa
8. Diagnosa dengan standar rencana tindakan perawatan dasar
9. Profil perawatan dasar dengan sistem kardeks

Pedoman Penulisan CBE

1) Data dasar dicatat untuk setiap klien dan disimpan sebagai catatan yang permanen
2) Daftar diagnosa keperawatan disusun dan ditulis pada waktu masuk rumah sakit dan
menyediakan daftar isi untuk semua diagnosa keperawatan
3) Ringkasan pulang ditulis untuk setiap diagnosa keperawatan pada saat klien pulang
4) SOAPIER digunakan sebagai catatan respon klien terhadap intervensi melalui tempat tinggal
klien
5) Data diagnosa keperawatan dan perencanaan dapat dikembangkan
6) Kartu KARDEKS dan rencana tindakan dikembangkan setiap klien

Keuntungan:

a. Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi


b. Data yang tidak normal nampak jelas
c. Data yang tidak normal secara mudah ditandai dan dipahami
d. Data normal atau respon yang diharapkan tidak menganggu informasi lain
e. Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak perlu dituliskan
f. Pencatatan dan duplikasi dapat dikurangi
g. Data klien dapat dicatat pada format klien secepatnya
h. Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur klien
i. Jumlah halaman lebuh sedikit digunakan dalam dokumentasi
j. Rencana tindakan keperawatan disimpan sebagai catatan yang permanen
54
Kerugian:

a) Pencatatan secara narasi sangat singkat. Sangat tergantung pada “checklist”


b) Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak ada
c) Pencatatan rutin sering diabaikan
d) Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya didokumentasikan
e) Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain
f) Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu berhubungan dengan adanya suatu kejadian

4. KARDEKS

Merupakan pendokumentasian tradisional dipergunakan diberbagai sumber mengenai


informasi pasien yang disusun dalam suatu buku. Sistem ini terdiri dari serangkaian kartu yang
disimpan pada indeks file yang dapat dengan mudah dipindahkan yang berisikan informasi yang
diperlukan untuk asuhan setiap hari.

Informasi yang terdapat dalam kardeks meliputi:

Data demografi dasar, diagnosis medik utama, instruksi dokter terakhir yang harus
dilaksanakan perawat, rencana asuhan kebidanan tertulis (digunakan jika rencana formal tidak
ditemukan dalam catatan klien), instruksi kebidanan, jadwal pemeriksaan dan prosedur tindakan,
tindak pencegahan yang dilakukan dalam asuhan kebidanan serta faktor yang berhubungan
dengan kegiatan hidup sehari-hari.

Karena sering ditulis dengan pensil kecuali jika kardeks digunakan sebagai bagian
permanen dari catatan klien. Potter dan Perry (1989) menekankan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penulisan rencana asuhan pada kardeks, yaitu:

Rencana asuhan ditulis ketika bidan:

1. Membahas tentang masalah kebutuhan klien


2. b.Melakukan rode setelah identifikasi atau peninjauan masalah klien
3. Setelah diskusi dengan anggota tim kesehatan lain yang bertanggung jawab terhadap klien
4. Setelah berinteraksi dengan klien dan keluarganya

Dalam kardeks harus ditulis tentang data pengkajian kebidanan yang berhubungan
diagnostik, instruksi (observasi yang harus dilakukan, prosedur terkait dengan pemulihan,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, cara khusus yang digunakan untuk
mengimplementasikan tindakan kebidanan, melibatkan keluarga dan perencanaan pulang serta
hasil yang diharapkan.

55
Keuntungan:

Keuntungan menggunakan sistem kardeks karena memungkinkan mengkomunikasikan


informasi yang berguna kepada sesama anggota tim kebidanan tentang kebutuhan unik klien
terkait, diit, cara melakukan tindakan penanggulangan, cara meningkatkan peran serta klien atau
waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan keperwatan tertentu.

Kekurangan:

Kelemahan dari sistem kardeks, yaitu informasi dalam kardeks hanya terbatas untuk tim
kebidanan saja(diisi tidak lengkap), tidak cukup tempat untuk menulis rencana kebidanan bagi
klien dengan banyak masalah dan tidak up to date.

Informasi yang terdapat dalam kardeks:

a. Data pasien
b. Diagnosa kebidanan
c. Pengobatan sekarang/yang sedang dilakukan

5.KOMPUTERISASI

Sistem dokumentasi dengan menggunakan komputer sudah makin luas digunakan di


Rumah sakit dan instruksi pelayanan kesehatan terutama di negara yang telah berkembang.
Perawat/bidan adalah pemakai utama sistem yang mengintegrasikan semua sumber informasi ini,
serta memungkinkan semua tenaga kesehatan untuk dapat menggunakan informasi tersebut.

Keuntungan:

1. Lebih mudah dibaca


2. Kemungkinan salah/kelupaan lebih sedikit dengan kata lain ketepatan pencatatan lebih
tinggi karena secara otomatis komputer memanggil semua data yang ada bila ada hal yang
tidak sesuai dengan yang terprogram
3. Hemat waktu dan biaya (bila sistem itu sudah berjalan)

56
4. Pelayanan pasien bisa lebih cepat karena banyak pesanan dapat disampaikan lewat komputer
dan komunikasi antar unit bisa dipantau lewat sarana komputer
5. Meningkatkan komunikasi antar tim petugas kesehatan
6. Lebih memudahkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan peningkatan mutu

Kekurangan:

1) Kurang terjaminnya kerahasian pasien


2) Tidak semua institusi dan petugas siap untuk komputerisasi dan perlu latihan khusus untuk
sistem komputerisasi
3) Modal awal sangat tinggi dan menuntut keahlian khusus untuk menciptakan programnya dan
perangkat komputer yang dibutuhkan
4) Ketergantungan kepada alat/teknolohi tinggi
5) Ada perbandingan khusus untuk keperluan alat/unit komputer dan jumlah pasien (10-15
bed/terminal komputer)

6. Manajemen Varney
Pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan dikenal dengan manajemen Varney, yang
menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan
oleh bidan dan perawat pada awal tahun1970’n proses ini memperkenalkan sebuah metode
pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan
menguntungkan, baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan.
Proses manajemen menurut Varney ada 7 langkah yang berurutan, yang setiap
langkahnya disempurnakan secara periodik, proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan
diakhiri dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang
dapat di aplikasikan dalam situasi apapun.
Langkah manajemen Varney :
1.      Pengumpulan data dasar
2.      Interpretasi data dasar
3.      Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
4.      Identifikasi perlunya penanganan segera
5.      Perencanaan asuhan komprehensif
6.      Pelaksanaan rencana
7.      Evaluasi

57
58
BAB III
KESIMPULAN

Organisasi merupakan sebuah system, tempat terjadinya kerja sama kelompok orang, penetapan

taanggung jawab, kesatuan penugasan (unity of assigment) , rentang pengawasan dan komunikasi

Menurut Stoner yang dikutip oleh Wijayanti (2008) manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan

sumber daya manusia lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,temuan, keterampilan dalamrangkaian

tahapan logisuntuk pengambilankeputusan yang berfokus pada klien (Julianan,2008).

Proses manajemen asuhan ini merupakan suatu continiu, perlu mengulang kembali dari awal

setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses

manajemen tidak efektif seta melakukan penyesuaian pada rencana asuahan tersebut.

Pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan yang dikenal dengan manajemen . Aplikasi

manajemen kebidanan pada ibu bersalin dapat dilaksanakan pada pemantauan kala I,II,III, dan IV

59
DAFTAR PUSTAKA

1. Buchbinder,Sharon B.(2004). Manajemen pelayanan kesehatan. EGC.Jakarta

2. Dale A. Patterson, Spontaneus Vaginal Delivery. August 1, 2008. Volume 78, Number 3.

American Family Phisician.

3. Evidence Based Guidelines for Midwifery-Led Care inLabour Care of the Perineum the

Royal College of Midwifes 2012.

4. Juliana, E. (2012). Manajemen Pelayanan Kebidanan. EGC.Jakarta

5. Munijaya, A.A.Gde.(2014). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. EGC. Jakarta

6. Varney, H.2002. Varney`s Midwifery. Jones and Bulet Publishers.Sudbury, USA:

Massachussetts

7. Wylien, Linda. (2010). Manajemen Kebidanan, gangguan Medis kehaliam dan

Persalianan. EGC. Jakarta

60

Anda mungkin juga menyukai