PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bidan diakui sebagai tenaga profesional di dalam bidang kesehatan yang
bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memfasilitasi dan memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya
pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses
bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-
daruratan.
Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health provider) harus dapat
melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang baik. Dalam
hal ini bidan berperan sebagai seorang manajer, yaitu mengelola segala sesuatu tentang
kliennya sehingga tercapai tujuan yang di harapkan. Dalam mempelajari manajemen
kebidanan di perlukan pemahaman mengenai dasar – dasar manajemen sehingga konsep
dasar manajemen merupakan bagian penting sebelum mempelajari lebih lanjut tentang
manajemen kebidanan.
1
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat
harus memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah untuk
pembangunan dalam negeri, salah satunya dalam aspek kesehatan. Untuk
menyelenggarakan praktik, bidan harus mempunyai izin praktik sesuai dengan peraturan
yang sudah ditetapkan dalam Permenkes 1464.
Sebelum bidan melaksanakan praktik, terlebih dahulu harus melalui proses
legislasi yaitu proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat hukum
yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi(pengaturan kompetensi),
registrasi(pengaturan kewenangan), dan lisensi(pengaturan penyelenggaraan
kewenangan ). Rencana yang sedang dijalankan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
sekarang adalah dengan mengadakan uji kompetensi terhadap para bidan, minimal
sekarang para bidan yang membuka praktik atau memberikan pelayanan kebidanan harus
memiliki ijasah setara D3. Jika tidak lulus dalam uji kompetensi, maka bidan tersebut
tidak bisa menjalankan profesinya. Karena syarat untuk berprofesi adalah memiliki surat
izin yang dikeluarkan setelah lulus uji kompetensi. Hal ini bertujuan untuk memberikan
perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan yang telah diberikan.
Pentingnya seorang bidan memiliki kemampuan dalam manajemen kebidanan
akan membantu hal-hal yang terkait dengan standar pelayanan kebidanan sehingga
nantinya akan memberikan keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk
pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Oleh karena itu, makalah ini akan
membahas tentang aplikasi manajemen dan organisasi pelayanan kebidanan pada ibu
bersalin.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui konsep organisasi dan manajemen kebidanan
b. Untuk mengetahui pengertian pelayanan kebidanan
c. Untuk mengetahui manajemen pelayanan kebidanan
d. Untuk mengetahui aplikasi manajemen dan organisasi pelayanan kebidanan pada ibu
nifas
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui
mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama
James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan
manusia untuk mencapai tujuan bersama
Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem
aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi,
4
yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama
atau sekelompok tujuan.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan
visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut
terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui
keberadaannya oleh masyarakat di sekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti;
pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga
menekan angka pengangguran
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus
menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya,
organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada
saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.
Sebuah organisasi mempunyai tujuan seiring berjalannya waktu. Organisasi juga mengalami
perubahan sehingga mempengaruhi system, tujuan, visi, dan misi organisasi. Klinik bersalin atau
tempat praktik bidan yang dipimpin dengan kegiatan memberi pelayanan kebidanan yang
dilandasi oleh etik dan moral, keahlian, kewenangan, dan peningkatan mutu yang terus menerus.
Bidan juga akan terlibat dan berhubunagn dengan organisasi kemasyarakatan maupun
organisasi profesi. Dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya bidan juga dapat
merancang, membuat, mendirikan, serta mengelola organisasi sehingga pengetahuan bidan
tentang organisasi dipandang perlu agar menjadi pengelola dan perancang organisasi yang baik.
Organisasi dapat diartikan dua macam yaitu dalam arti statis, organisasi disebut sebagai
wadah atau tempat berlangsungnya kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu
dan dalam arti dinamis organisasi adalah suatu system atau kegiatan kelompok orang untuk
mencapai tujaun tertentu.
Winardi mengatakan organisasi adalah “ wadah “ yang menyimpan dan menciptakan faedah.
Karakteristik organisasi adalah organisasi bertindak sebagai wadah penyimpanan konsep, teknik,
dan sumber atau data yang telah membuktikan produktivitasnya dimasa lampau.
5
Merupakan individu membentuk suatu golongan untuk mencapai sesuatu secara bersama-
sama. Untuk mencapai perlu manajemen (input ,proses, output) untuk bisa bekerja atau berjalan
perlu aturan atau tata kerja, hubungan satu sama lain secara kordinasi satu bagian dengan bagian
yang lain. Dalam organisasi perlu kepemimpinan. Proses kerjasama dalam suatu organisasi
dinamakan administrasi, orang yang memimpin proses tersebut adalah administrator.
2. Macam Organisasi
Organisasi dapat dibagi dalam :
1) Organisasi profesi yaitu badan yang akan menerima masukan dari pelanggan tentang
output
2) Organisasi beretika yaitu menetukan standar sejauh mana tingkah laku dan pengambilan
keputusan yang dianggap baik atau buruk
3) Manfaat Organisasi memberi faedah dan manfaat ( Utilities ) kepada anggotanya.
6
4. Organisasi sebagai Sebuah Sistem
Organisasi merupakan sebuah system, tempat terjadinya kerjasama sekelompok orang,
penetapan tanggung jawab secara jelas, otoritas yang sesuai dengan tanggung jawab, kesatuan
penugasan (Unity of assignment), rentang pengawasan, dan komunikasi. Pembagian kerja dan
spesialisasi. Spesialisasi dipandang dari dua sudut pandang :
a. Dengan jalan membagi suatu pekerjaan dalam bagian yang kecil
b. Dengan memusatkan usaha individual pada aktifitas yang memenfaatkan bakatnya
semaksimal mungkin.
Penetapan tanggung jawabnya jelas. Setiap orang harus mengerti dengan baik tugasnya
dan untuk apa ia bertanggung jawab, kepada siapa ia bertanggung jawab untuk melakukan tugas-
tugasnya. Otoritas sesuai dengan tanggung jawab. Penetapan tanggung jawab harus diikuti
dengan otoritas yang cukup untuk melaksanakannya. Otoritas untuk membuat keputusan harus
diberikan hingga bidang tempat masalah timbul dan kapan keputusan akan diterapkan.
Kesatuan Penugasan. Fungsi-fungsi yang serupa sebaiknya berhubungan erat didalam
struktur yang ada, fungsi yang berhubungan dengan masing-masing posisi harus konsisten dan
harus ada syarat-syarat yang cukup sama dengan keterampilan. Rentang pengawasan. Seorang
manajer diharapkan dapat mengawasi sejumlah bawahan ( dalam jumlah yang layak ). Hal yang
mempengaruhi rentang pengawasan adalah perbedaan individual pada penyedia (supervisor ),
ukuran dan pentingnya unit-unit bawahan, sifat aktifitas, mudah atau tidaknya komunikasi, usia
organisasi yang bersangkutan, dan periode waktu.
Bidan sebagai manager dalam sebuah organisasi sebaiknya memahami bahwa tidak
selamanya pekerjaan pelayanan kebidanan yang diberikan dalam orgainisasinya hanya
membutuhkan tenaga bidan, namun sangat penting apabila bidan menyadari bahwa ia juga
membutuhkan orang-orang yang ahli dalam bidang manajemen dan administrasi. Bidan harus
benar-benar membedakan tugas administrasi dan tugas pelayanan kebidanan. Administrasi yang
dimaksud dalam hal ini adalah yang terlibata dalam unsure manajemen, sementara bidan sendiri
dalam melaksanakan fungsinya sebagai pemberi pelayanan tetap melakukan pencatatan dan
pelaporan atau pendokumentasian segala tindakan yang diberikan dalam asuhan kebidanan
kepada klien sebagai bentuk pertanggung jawaban secara hukum.
7
5. Struktur Organisasi
1. Struktur Linier
Adalah struktur paling awal yang diciptakan oleh Henry Fayol mengingat setiap
organisasi selalu berkaitan dengan wewenang dan tanggung jawab yang semuanya di arahkan
untuk mencapai tujuan dan sesuai denfan kebutuhannya. Ciri-cirinya :Mempunyai wewenang
dan tanggung jawab secara langsung secara vertical yang dikaitkan
2. Struktur Linie dan Staf
Ada staf ahli yang bertindak sebagai penasehat sesuai dengan bidangnya, memberikan
pelayanan, dan bantuan terhadap pimpinan. Ciri struktur Linie ini adalah mempunyai beberapa
tenaga staf penasehat ahli sesuai dengan bidang yang dibutuhkan.
3. Struktur Fungsional
Struktur ini menunjukkan bahwa masing-masing kepala unit dapat memberi komando
kepada unit lain sesuai dengan bidang dan fungsinya. Disamping itu tiap unit bertugas sebagai
penasehat dan pemberi bantuan, baik kepada pucuk pimpinan maupun kepada unit lain sesuai
dengan bidang dan tugas masing-masing.
Perubahan, tantangan, dan peluang sedang dihadapi oleh sistem pelayanan kesehatan
diIndonesia. Pada era global seperti saat ini, perubahan dalam sistem dan tatanan pelayanan
kesehatan telah mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) kesehatan.
8
Salah satu dampak dari perkembangan iptek kesehatan adalah menjadi tingginya biaya pelayanan
dan pemeliharaaan kesehatan.
Tingginya biaya kesehatan ini berdampak negatif terhadap ketersediaan sarana dan
fasilitas kesehatan yang memadai untuk golongan masyarakat menengah kebawah,
meningkatnya pembayaran premi asuransi kesehatan dan menurunnya cakupan fasilitas dalam
asuransi kesehatan, serta terjadinya perubahan perilaku para pelaku yang terlibat dalam
pelayanan kesehatan.
Salah satu pelaku yang terlibat dalam sistem pelayanan kesehatan adalah tim kesehatan
termasuk bidan. Bidan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan harus senantiasa memberikan
pelayanannya secara kontinyu dan konsisten selama 24 jam. Mereka menghadapi berbagai
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien atau keluarganya. Mereka sendiri mengalami
berbagai respon fisik dan psikologis yang tidak dapat diabaikan karena akan mempengaruhi
kinerjanya sehari-hari. Untuk itu, mereka memerlukan pemimpin yang melalui proses
kepemimpinannya mampu mengendalikan, memotivasi, bertindak sebagai layaknya pemimpin
yang diharapkan, dan menggali potensi yang dimiliki stafnya untuk dibantu dikembangkan.
Bertolak dari pernyataan di atas, ternyata dalam rangka peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada masyarakat khususnya
pada proses persalinan. Keberadaan bidan sangat mempengaruhi di dalam menentukan tingkat
keberhasilan pelayanan kesehatan masyarakat.
Kebidanan pada saat ini tengah mengalami beberapa perubahan mendasar baik sebagai
sebuah profesi maupun sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat dimana tuntutan
masyarakat pada bidan agar berkontribusi secara berkualitas semakin tinggi. Sebagai sebuah
profesi, bidan dihadapkan pada situasi dimana karakteristik profesi harus dimiliki dan dijalankan
sesuai kaidahnya. Sebaliknya, sebagai pemberi pelayanan, bidan juga dituntut untuk lebih
meningkatkan kontribusinya dalam pelayanan kepada masyarakat yang semakin terdidik, dan
mengalami masalah kesehatan yang bervariasi serta respon terhadap masalah kesehatan tersebut
menjadi semakin bervariasi pula.
9
Oleh karena itu, pada saat ini diperlukan kepemimpinan yang mampu mengarahkan
profesi bidan dalam menyesuaikan dirinya ditengah-tengah perubahan dan pembaharuan sistem
pelayanan kesehatan. Kepemimpinan ini seyogyanya yang fleksible, accessible, dan dirasakan
kehadirannya, serta bersifat kontemporer.
Hal ini karena mereka lebih memahami paradigma lama dimana setiap pemimpin yang
sedang menjalankan fungsi kepemimpinannya harus ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi
dari yang lain dan mereka merasa memiliki hak untuk dilayani (deserve to be served).
Motivational leadership seyogyanya dimiliki oleh setiap pemimpin dalam kebidanan. Situasi saat
ini dimana banyak terjadi perubahan dan juga tantangan telah memberikan kecenderungan pada
para bidan untuk lebih mudah merasa lelah dan cepat give up sehingga ketika dihadapkan pada
suatu masalah akan cepat merasa putus asa.
Untuk itulah diperlukan sosok pemimpin yang mampu secara konsisten memberikan
motivasi kepada orang lain dan memiliki kualitas kunci (Rocchiccioli & Tilbury, 1998) meliputi
kemampuan akan pengetahuan dan ketrampilan (memimpin dan teknis), mengkomunikasikan ide
secara efektif, percaya diri, komitmen tinggi, pemahaman tentang kebutuhan orang lain,
memiliki dan mengatur energi, serta kemampuan mengambil tindakan yang dirasakan perlu
untuk memenuhi kepentingan orang banyak.
10
pemimpin melakukan upaya peningkatan, memperkenalkan kepada pasar siapa diri dan
organisasinya serta menilai berbagai asupan dan umpan balik dari lingkungan sebagai hal yang
penting dalam mengambil keputusan.
Oleh karena itu, pemimpin seperti ini perlu untuk mengenali lebih mendalam masyarakat
dimana ia memimpin baik didalam maupun diluar. Ia juga selayaknya mengenali keinginan
lingkungan tentang keluaran yang dihasilkan organisasi melalui kepemimpinannya. Seorang
pemimpin kebidanan tidak akan berhasil melakukan fungsinya apabila tidak memiliki
kemampuan mengatur waktu, mengendalikan stress baik yang dialaminya maupun orang lain
(bawahan), dan juga mengatasi konflik yang terjadi baik internal maupun eksternal, baik
individual, maupun kelompok (managing time, stress, and conflict).
Kepemimpinan dalam kebidanan memerlukan seseorang yang memiliki kriteria ini. Hal
ini karena dalam kegiatan keseharian, seorang pemimpin sangat memperhitungkan waktu bukan
hanya untuk mengatur kegiatan rutin saja, melainkan juga memperhitungkannya ketika
pengambilan keputusan penting untuk organisasi dan masa depannya.
B. PENGERTIAN MANAJEMEN
1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi
usaha- usaha dari anggota organisasi dan dari sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan dan suatu proses yang melibatkan hubungan interpersonal dan
teknologi, yang akan digunakan untuk mencapai seluruh atau setidaknya sebagian tujuan
organisasi dengan menggunakan tenaga manusia yang ada serta sumber daya lain dan tekhnologi
yang tersedia. Ilmu-ilmu manajemen dapat dipelajari dalam pendidikan formal, sebagai suatu
dasar penting.
Manajemen dapat dikatakan sebagai suatu rentetan langkah yang terpadu yang
mengembangkan suatu organisasi sebagai suatu sistem yang bersifat sosial, ekonomis, dan
teknis. Sosial berarti menunjukan peran penting manusia dalam menggerakan seluruh sistem
organisasi, ekonomi berarti kegiatan dalam sistem organisasi yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hakiki manusia, sedangkan teknis berarti dalam kegiatan ini digunakan alat dan cara
tertentu secara sistematis.
11
Gaya manajemen yang banyak dianut adalah Total Quality Management (TQM). TQM
adalah sistem manajemen yang dimulai dinegara jepang oleh seorang sarjana Amerika
Dr.Deming ditahun 1950 yang diikuti oleh Juran pada tahun 1954. Teknik ini kemudian
dimodifikasi diberbagai tempat oleh para ahli dan digunakan secara cermat sehingga berhasil
dinegara jepang, dan baru belakangan juga diterapkan di Amerika Serikat.
TQM adalah sistem manajemen yang mengelola perusahaan dan kegiatannya dengan
mengikutsertakan seluruh jajaran karyawan untuk berperan serta dalam mengembangkan dan
meningkatkan mutu disegala bidang demi kepuasan custumer.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan,
keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien.
2. Macam-macam Manajemen
Manajemen mengandung tiga pengertian yaitu: pertama, manajemen sebagai proses,
kedua manajemen sebagai kolektivitas, ketiga manajemen sebagai suatu seni (art) dan suatu
ilmu.Hal-hal yang bersifat khusus yang menjadi kajian keilmuan manajemen antara lain adalah:
perencanaan, organisasi, penyusunan, pengarahan, pengawasan, dan manajemen sumberdaya
manusia. Macam-macam manajemen :
a. Manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para
ahli. Menurut Haiman, manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu dengan
melalui kegiatan orang lain dan mengawasi uasaha-usaha individu untuk mencapai
tujuan utama bersama. Selanjutnya menurut GR. Terry mengatakan bahwa
manajeman adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan
mempergunakan kegiatan orang lain. dari dua defenisi tersebut dapat disimplkan
bahwa ada tiga pokok penting dalam defisi tersebut yaitu, pertama adanya tujuan
yang ingin dicapai, kedua tujuan yang dicapai dengan mempergunakan kegiatan
orang lain, dan ketiga kegiatan orang lain itu harus dibimbing dan diawasi.
b. Manajeman sebagai kolektivitas, orang-orang yang melakukan aktivitas
manajeman. Jadi setiap orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu
12
badan tertentu disebut manajeman. Dalam arti tunggal disebut manejer. Manejer
adalah pejabat yan bertanggung jawab atas terselenggaranya aktivitas-aktivtas
manajemen agar tujuan unit pimpinannya tercapai dengan menggunakan bantuan
orang lain.
c. Manajemen sebagai suatu seni dan ilmu, manajemen sebagai seni berfungsi untuk
mencapai tujuan yang nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan
manajeman sebagi ilmu berfungsi menerangkan fenomena-fenomena, kejadian-
kejadian, kedaan-keadaan. Jadi memberikan penjelasan-penjelasan.
3. Unsur manajemen
1. SDM
2. Uang
3. Tata cara, prosedur
4. Alat-alat, mesin
5. Market (pasar, pelanggan, pembeli, pasien)
6. Material bahan dasar
7. Informasi
4. Prinsip manajemen dalam pelayanan kebidanan
1. Kepatuhan terhadap hokum
2. Etika dan kode etik profesi
3. Profesionalisme dan keahlian
4. Orientasi pelayanan
5. Kesinambungan usaha
6. Sinergi dan kerjasama
7. Pengembangan bertahap
8. Bisnis adalah bisnis
Pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi dimulai dengan standar etika manajerial yang
tinggi pula, manajemen mutu meliputi kegiatan :
13
1. Sistem untuk memberlakukan standar profesional, baik dari sudut tingkah laku,
organisasi serta penilaian kegiatan sehari-hari.
2. Sistem pengamatan agar pelayanan selalu diberikan sesuai standar dan deteksi bila
terdapat penyimpangan
3. Sistem untuk senantiasa menunjang berlakunya standar profesional
Kegiatan manajemen meliputi : planning, organizing, staffing, directing, dan controlling
(pengawasan).
b. Menurut Depkes RI, 2005 Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan
masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
c. Menurut Helen Varney 1997 Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Sesuai dengan perkembangan pelayanan kebidanan, maka bidan diharapkan lebih kritis
dalam melaksanakan proses manajemen kebidanan untuk mengambil keputusan. Menurut Helen
Varney, ia mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5 langkah menjadi 7 langkah
yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan evaluasi. Bidan mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam asuhan yang mandiri, kolaborasi, dan melakukan rujukanyang tepat.
Oleh karena itu, bidan dituntut untuk mampu mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi
kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan dan perinatal dan merujuk
kasus. Praktek kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari focus terhadap ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta anak balita bergeser kepada upaya mengantisipasi
tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan
reproduksi sejak konsepsi, persalinan, pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan post
menopause, sehingga hal ini merupakan suatu tantangan bagi bidan.
15
Asuhan yang diberiakan oleh bidan harus dicatat secara benar, singkat, jelas, logis dan
sistematis sesuai dengan metode pendokumentasian. Dokumentasi sangat penting artinya baik
bagi pemberi asuhan maupun penerima pelayanan asuhan kebidanan, dan dapat digunakan
sebagai data otentik bahwa asuhan telah dilaksanakan. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang
professional memberikan asuhan kepada klien memiliki kewajiban memberikan asuhan untuk
menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan. Asuhan yang dimaksud adalah asuhan
kebidanan. Secara definitive, asuhan kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan
oleh bidan kepada individu ibu atau anak. Asuhan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan yang diarahkan untuk mewujudakan kesehatan kelaurga dalam rangka tercapainya
keluarga kecil bahagia sejahtera. Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode dan
pendekatan yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk
mendalami permasalahan yang dialami oleh klien, dan kemudian merumuskan permasalahan
tersebut serta akhirnya mengambil langkah pemecahannya. Manajemen kebidanan membantu
proses berfikir bidan dalam melaksanakan asuhan dan pelayanan kebidanan. Dalam
melaksanakan tugasnya pada pelayanan kebidanan, seorang bidan melakukan pendekatan dengan
metode pemecahan masalah yang dikenal dengan manajemen kebidanan.
b) Perumusan (diagnosis) masalah utama, masalah yang mungkin akan timbul (potensial) serta
penentuan perlunya konsultasi, kolaborasi, dan rujuakan.
e) Evaluasi hasil tindakan. Hasil evaluasi ini digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan
tindakan kebidanan yang telah dilakukan dan sebagai bahan tindak lanjut.
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American
College Of Midwife (ACM) :
17
1) Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan
dengan melakukan pengajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien,termasuk
mengupulkan riwayat kesehatan dan pemeriksa fisik.
4) Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan
bertanggungjawab terhadap kesehatannya.
8) Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu,dalam situasi darurat dan bila ada
penyimpangan dari keadaan normal.
9) Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi
rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi
yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah
dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
19
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.
Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Pada langkah ketiga ini bidan
dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah
potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat
antisipasi yang rasional atau logis. Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang
diidentifikasi sudah tepat.
21
Langkah 7 : Mengevaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa
sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses
manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen tidak efektif
serta melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas
proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena
proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir
tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi
dalam tulisan saja.
Tujuan SOP :
- Agar petugas menjaga konsistensi pada tingkat kinerja tertentu
- Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi
- Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas terkait
- Melindungi organisasi dan staf dari malpraktik atau kesalahan administrasi
- Menghindari kegagalan, kesalahan, keraguan dan inefisiensi
Fungsi SOP :
Memperlancar tugas petugas/tim
Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan
Mengetahui dengan mudah hambatan-hamabatan
Mengarahkan petugas untuk disiplin
Sebagai pedoman
22
WHO : Sasarannya harus jelas, siapa yang akan mengerjakan, beberapa yang ingin
dicapai.
WHEN : Kejelasan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.
HOW : Prosedur kerjanya ( SOP ) jelas, sesuai dengan SPK ( Standar Pelayanan
Kebidanan ).
WHY : Mengapa kegiatan itu harus dikerjakan, dengan penjelasan yang jelas.
WHERE : Kapan dan dimana kegiatan akan dilakukan tertera jelas.
Jika perlu ditambah dengan : WHICH : Siapa yang terkait dengan kegiatan tersebut
( lintas sektor walaupun lintas program yang terkait ).
b. ( PENGORGANISASIAN )
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan menggolong-golongkan, dan
mengatur berbagai kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang dan pendelegasian
wewenang dalam rangka pencapaian tujuan layanan kebidanan.
Inti dari pengorganisasian adalah merupakan alat untuk memadukan atau sinkronisasi
semua kegiatan yang berasfek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai
tujuan pelayanan kebidanan yang telah di tetapkan.
Contoh : P2 (Pelaksanaan )
- Puskesmas
23
- Puskesmas Pembantu
- Polindes dan Pembantu
- Balai Desa
d. EFFECT
Perubahan pengetahuan, sikap, dan prilaku masyarakat yang diukur dengan peran serta
masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kebidanan yang ada di sekitarnya ( Posyandu, BPS,
Puskesmas dsb ) yang tersedia.
e. OUT – COME ( IMPACT )
Di pergunakan untuk menilai perubahan atau dampak ( impact ) suatu program,
perkembangan jangka panjang termasuk perubahan status kesehatan masyarakat.
26
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibi dalam nifas dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
dengan klien dan keluarga.
e. Memberikan auhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi yang mengalami
komplikasi serta kegawatdarutan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga.
3. Layanan rujukan, merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan
menyerahkan tanggung jawab kepada dokter, ahli dan atau tenaga kesehatan
profesional lainnya. Untuk mengatasi masalah kesehatan klien diluar kewenangan
bidan dalam rangka menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya. Tugas rujukan
antara lain :
a) Menerapkan manajemen kebidana pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien dan keluarga.
b) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan
resiko tinggi dan kegawatdaruratan.
c) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan
dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
d) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa
nifas dengan penulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan
keluarga.
e) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada bayi baru lahir
dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
f) Memberikan asuhan kebidanan memalui konsultasi dan rujukan pada anak balita dengan
kelainan tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
27
C. PERMENKES RI NO 1464/MENKES/PER/X/2010TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN
BAB 1
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Bidan adalah seorang perempuan yg lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai
denganperaturan perundang-undangan.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yg digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif, yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
3. Surat Tanda Registrasi, selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah kepada tenaga kesehatanyang diregistrasi setelah memiliki sertifikat kompetensi
4. Surat Izin Kerja Bidan, selanjutnya disingkat SIKB adalah bukti tertulis yang diberikan kepada
Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
5. Surat Izin Praktik Bidan, selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan
kepadaBidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk mejalankan praktik bidan mandiri
6. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagaipetunjuk dalam menjalankan profesi yang
meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan standar operasional prosedur.
BAB 11
PERIZINAN
Pasal 2
1) Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Bidan yg menjalankan praktik mandiri harus berpendidikan minimal Diploma III (D III) Kebidanan.
Pasal 3
1. Setiap bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki SIKB.
3. SIKB atau SIPB sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2) berlaku untuk 1 (satu) tempat.
28
Pasal 4
1) Untuk memperoleh SIKB dan SIPB sebagaimanadimaksud pada pasal 3, Bidan harus mengajukan
permohonan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dengan melampirkan :
c. Surat pernyataan memiliki tempat kerja di fasilitas pelayanan Kesehatan atau tempat
praktik
3) Apabila belum terbentuk Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia(MTKI), Majelis Tenaga Kesehatan
Provinsi (MTKP) dan/atauproses STR belum dapat dilaksanakan, Surat Izin Bidan ditetapkanberlaku
sebagai STR.
4) Contoh surat permohonan memperoleh SIKB/SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Formulir I terlampir
Pasal 5
2. Dalam hal SIKB/SIPB dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota maka persyaratan
sebagaimanadimaksud padapasal 4 ayat (1) huruf e tidak diperlukan.
3. Permohonan SIB/SIPB yang disetujui atau ditolak harus disampaikan oleh pemerintah
daerahkabupaten /kota atau dinas kesehatan kabupaten/kota kpeada pemohon dalam waktu selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal permohonan diterima.
Pasal 6
Bidan hanya dapat menjalankan praktik dan/atau kerja paling banyak di 1 (satu) tempat kerja dan 1
(satu) tempat praktik.
29
Pasal 7
1) SIKB/SIPB berlaku selama STR masih berlaku dan dapat diperbaharui kembali jika habis masa
berlakunya.
b. Fotokopi STR
e. rekomendasi darikepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat yang ditunjuk sesuai
ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf e
Pasal 8
BAB III
PENYELENGGARAAN PRAKTIK
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan Pelayanan yang meliputi :
30
Pasal 10
1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra
hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berwenang untuk :
a) Episiotomi
Pasal 11
1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksd dalam pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru
lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah
2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang untuk :
g. Pemantauan tubuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c berwenang untuk
Pasal 13
1. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12, bidan yang menjalankan
program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi :
a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kotrasepsi dalam rahim, dan alat kontrasepsi
bawah kulit
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah, dan anak sekolah
32
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikanpenyuluhan
2. Pelayanan alat kontasepsi bawah kulit, asuhan antenatalterintegrasi,penanganan bayi dan anak balita
sakit, dan pelaksanaan deteksi dini,merujuk dan memberikan peyuluhan terhadap Infeksi Menular
Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah dilatih untuk itu.
Pasal 14
1) Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.
2) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud padaayat (1) adalah kecamatan atau
kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
3) Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terdapat dokter, kewenangan bidan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku.
Pasal 15
1. Bidan praktek mandiri yang ditugaskan sebagai pelaksana program pemerintah berhak atas pelatihan
dan pembinaan dari pemeritah daerah provinsi/kabupaten/kota.
Pasal 16
1) Pada daerah yang belum memiliki dokter, pemerintah dan pemerintah daerah harus menempatkan
bidan dengan pendidikan minimal Diploma III Kebidanan.
2) Apabila tidak terdapat tenaga bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah dan
pemerintah daerah dapat menempatkan bidan yang telah mengikuti pelatihan.
Pasal 17
c. memiliki sarana, peralatan dan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Pasal 18
c. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapatditangani dengan tepat waktu
g. Mematuhi standar
3) Bidan dlm menjalankan praktik kebidanan hrs membantu program pemerintah dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 19
1. Memperoleh perlindungan hukum dalam pelaksanaan praktik/kerja sepanjang sesuai dengan standar
2. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau keluarganya
34
4. Menerima imbalan jasa profesi.
BAB IV
Pasal 20
1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dg pelayanan yg
diberikan.
2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke Puskesmas wilayah tempat praktik.
3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk bidan yang bekerja di
fasilitas pelayan kesehatan.
BAB V
Pasal 21
2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimanadimaksud pd ayat (1) diarahkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi masyarakat terhadap segalakemungkinan yang dapat
menimbulkan bahaya bagi kesehatan
3. Kepala Dinas Kesehatan Kab/kota hraus melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
praktik bidan.
4. Dalam melaksanakan tugas sebaggimanadimaksud padaayat (1), Kepala Dinas Kab/Kota hraus
membuat pemetaan tenaga bidan praktik mandiri dan bidan di desa serta menetapkan dokter
Puskesmas terdekat untuk pelaksanaan tugas supervisi terhadap bidan di wilayah tersebut.
Pasal 22
Pimpinan fasilitas kesehatan wajib melaporkan bidan yang bekerja dan yang berhenti bekerja di
fasilitas pelayanan kesehatannya padatiap triwulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota
dengantembusan kepada organisasi profesi
35
Pasal 23
1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, Menteri, pemerintah
daerah provinsi, pemerintah daerah kab/kota dapat memberikan tindakan administratif kepada bidan
yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik dalam Peraturan ini.
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
BAB VI
KETNTUAN PERALIHAN
Pasal 25
2. Bidan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus memperbaharui SIPB apabila Surat Izin Bidan yang
bersangkutantelah habis jangka waktunya berdasarkan Peraturan ini.
Pasal 26
Apabila Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) dan Majelis Kesehatan Provinsi (MTKP) belum
dibentuk dan/atau belum dapat melaksanakan tugasnya maka registrasi bidan dilaksanakan sesuai
denganketentuan Kepmenkes No 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan.
Pasal 27
Bidan yang telah melaksanakan kerja di fasilitas pelayanan kesehatan sebelum ditetapkan Peraturan ini
harus memiliki SIKB berdasarkanPeraturan ini paling selambat-lambatnya 1 (satu) tahunsejak peraturan
ini ditetapkan.
36
Pasal 28
Bidan yang berpendidikan di bawah Diploma III (D III) Kebidanan yang menjalankan praktik mandiri hrs
menyesuaikan denganketentuan Peraturan ini selambat-lambatnya 5 (lima) tahunsejak Peraturan ini
ditetapkan
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Pasal 30
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
37
b. memberikan tindakan kepada pasien. selain prinsip keadilan(justice), bidan juga
menghargai kemandirian pasien dalam membuat keputusan terhadap tindakan yang akan
diberikan kepadanya (otonomy),apakah pasien setuju atau tidak keputusan ada di tangan
pasien, tentunya setelah mendapat penjalasan (informed consent dan informet choice)
terlebih dahulu.
c. Memberikan penjelasan dengan benar (veracity). Dalam setiap hasil pemeriksaan dan
tindakan lanjut yang harus diambil oleh bidan sehubungandengan hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan, sebelumnya bidan harusmemberikan penjelasan dengan benar kepada
pasien.
d. Menghargai kehidupan (avoiding killing)
e. Menjaga kerahasiaan (videlity). Seluruh hasil pemeriksaan yang dilakukankepada pasien
dan ditemukan oleh bidan adalah suatu kerahasiaan yang tidak boleh diinformasikan
kepada orang lain,kecuali dalam hal kepentingan persidangan.
f. Bidan dalam menjalankan tugasnya wajib mengutamanakan kepentingan pasien.
Pada setiap pelayanan atau asuhan, harus selalu memperhatikan pencatatan atau dokumentasi.
manfaat dokumentasi sebagai berikut:
Dokumentasi dapat berupa SOAP atau menggunakan manajemen asuhan kenidanan yang lain.
Namun dalam persalinan, dokumentasi yang digunakan adalah partograf. Hal-hal yang perlu
diingat oleh seorang bidan mengenao dokumentasi adalah:
38
b. Jika tidak dicatat, dapat dianggap bahwa asuhan tersebut tidak dilakukan.
c. Pastikan setiap pertograf telah diisi dengan lengkap,benar dan tepat waktu, serta
sebelum persalinan dan sesudah persalinan berlangsung.
Ada 5 langkah pengelolaan perubahan psikologi wanita pada saat persalinan dimulai dari:
Langkah pertama dan langkah kedua biasa dikenal dengan perencanaan (planning).
Langkah ketiga disebut juga dengan pengorganisasian (organizing). Langkah keempat
disebut dengan pelaksanaan (actuating) sedangkan langkah kelima disebut dengan controling
and evaluation
Dalam identifikasi masalah perubahan psikologi pada wanita pada saat persalinan, langkah
yang perlu diperhatikan adalah mempelajari data berupa angkaatau keterangan keterangan yang
berhubungan dengan identifikasi masalah psikologi wanita pada saat persalianan, kemudian
dilakukan validasi terhadap data yang tersedia, maksudnya menilai kembali data, selanjutnya
mempelajari berasaran dan sebaran masalah, dibandingkan dengan ambang batas atau traget
kemudian rumuskanmasalah. setelah masalah teridentifikasi, kemudian dilanjutkan dengan
penentuan prioritas masalah dengan langkah langkah :
a. mentukan prioritaas masalah (I), kelayakan tekhnologi (T), sumber daya yangtersedia
(R). untuk mempermudah digunakan rumus P=IxR
b. Nilainya dapat dibuat dengan beberapa kategori misalnya untuk I dipakai 3 kategori
yaitu nilai 1 dengan kategori kurang penting, nilai 2 dengan kategori penting dan
kategori 3 dinyatakan sangat penting.
39
c. Untuk nilai T dipakai juga dengan tiga katgori yaitu mulai 1 adalah mudah, nilai 2 adalah
sulit dan nilai 3 adalah sangat sulit, dan untuk nilai R dapat di pakai “ya” dengan nilai
2dan “tidak” dengan nilai 1.
langkah ini didasarkan pada analisa masalah. Langkah ketiga pengelolaan teknik relaksasi ini
dimulai dengan menentukan tujuan. Tujuan yaitu upaya penetapan kegiatan yang dapat
mempercepat penanggulangan mengatasi perubahan psikologis pada ibu. Tujuan strategi
dankebijakan yang telah dibuat kemudiandilanjutkan dengan penentuan penentuan kegiatan yang
akan dilakukan berdasarkan prioritas masalah.
Setelah cara teknik relaksasi diajarkan kepada ibu, kemudian dilakukan langkah-langkah yang
terencana untuk setiap kegiatan.Diantara kegiatan yang akan dilakukan adalah:
a. Advokasi
Adalah proses mempengaruhi perilaku, opini adalah proses mempengaruhi perilaku,opini
dari seseorang melalui penyampaian informasi, dalam advokasi yang perlu diperhatikan
adalah penyajian besar dan luas masalah, siapa, dimana, konsekuensi bagaimana
menangulangi, sarana yang diperlukan dan biaya yang diperlukan
40
b. Sosialisasi
yaitu memasyarakatkan suatu informasi atau kegiatan dengan tujuan guna memperoleh
pemahaman yang baik sehingga dapat berperan aktif dalam menunjang pelaksanaan
kegiatan
c. Capacity building
yaitu untuk mempersiapkan pelaksanaan, perlu peningkatan kemampuan petugas melalui
menghadirkan pendamping, mengajarkan teknik relaksasi
kegiatan pemantauan yang baik selalu dimulai sejak langkah awal perencanaan dibuat
sampai dengan suatu kegiatan telah selesai dilaksanakan, sedangkan evaluasi hanya melihat
bagian bagian tertentu dari kegiatan yang dilaksanakan. pemantauan adalah pengawasan secara
periodik terhadap pelaksanaan kegiatan perbaikan gizi dalam menentukan besarnya input yang
diberikan, proses yang berjalan maupun output yang dicapai. tujuan untuk menindak lanjuti
kegiatan selama pelaksanaan dilaksanakan untuk menjamin bahwa proses pelaksanaansesuai
dengan action plan dan jadwal.
42
F. Wewenang Bidan
Kewenangan bidan dalam permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 yang mengatur
tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang
untuk memberikan pelayanan yang meliputi:
a) Pelayanan kesehatan ibu
b) Pelayanan kesehatan anak
c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
KEWENANGAN BIDAN KOMUNITAS
a) Memberikan pelayanan kebutuhan sebagai tenaga terlatih
b) Meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat
c) Meningkatkan upaya penerimaan gerakan KB
d) Memberikan pendidikan dukun beranak
e) Meningkatkan sstem rujukan
f) Sebagai pelayanan asuhan / pelayanan KB
g) Sebagai pengelola pelayanan KIA / KB
h) Sebagai pendidik klien, keluarga, masyarakat dan calon nakes
i) Sebagai pelaksana penelitian dalam pelayanan
FUNGSI UTAMA BIDAN BAGI MASYARAKAT
a) Mengupayakan kesehatan ibu dan bayinya
b) Bidan mempunyai power untuk mempengaruhi dan memberikan asuhan kebidanan
FUNGSI UTAMA PROFESI KEBIDANAN
Untuk mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya
RUANG LINGKUP ASUHAN YANG DIBERIKAN
1. Pengetahuan umum, ketrampilan dan perilaku yang berhubungan dengan
ilmu-ilmu sosial. Kesehatan masyarakat dan etik
2. Prakonsepsi, KB dan menyusui
3. Asuhan konseling selama kehamilan
4. Asuhan pada ibu nifas dan menyusui
5. Asuhan pada BBL
6. Asuhan pada persalinan dan kelahiran
7. Asuhan pada bayi dan balita
43
8. Kebidanan komunitas
9. Asuhan pada ibu/wanita
G. Aplikasi manajemen dan organisasi pelayanan kebidanan pada ibu bersalin
1. pemantauan KALA I
Selama persalinan dan melahirkan, kecemasan, ketakutan, stres dan rasa sakit adalah
rantai yang berkesinambungan dan ibu lebih cemas membutuhkan lebih banyak obat penenang
pada berbagai tahap kerja. Kecemasan sering terlibat dalam rasa sakit, terutama nyeri kronis,
karena sifat progresif dan bertahap. ketika rasa sakit menjadi tak terkendali, keterampilan koping
manusia menurun dan kecemasan maningkat.kecemasan menyebabkan merasakan rasa sakit dan
lingkaran setan dimulai. peningkatan kecemasan dan rasa sakit meningkatkan katekolamin rilis
dan stimulasi alpha reseptor oleh sistem saraf simpatik yang pada gilirannya menyebabkan
vasokontriksi,tonus otot meningkat dan aliran darah uterus, peningkatan tekanan darah,
hilangnya kontraksi rahim, penurunan memperlambat pengembangan, dan peningkatan
metabolisme dan konsumsi oksigen pada ibu. Olehkarena itu, teknik untuk mengurangi
kecemasan akan menurunkan kedua kecemasandan rasa sakit. pelatihan khusus dalam
manajemen kecemasan tenaga kerja sangat penting bagi para profesional bersalin, khususnya
bidan. Agen anti ansietas memiliki beberapa efek samping termasuk anestesi dan otot relaksasi,
sakit kepala. Jenis pengobatan alternatif yang menggunakan minyak esensial dan harumdengan
merangsang sistem penciuman untuk mendorong relaksasi dan mengurangi kecemasan.
Aromaterapi mengurangi rasa sakit dan menginduksi relaksasi denganmeningkatkan
neurotransmitter dan mengurangi epinefrin dan norepinefrin dalam darah. Ester dalam esensi
berminyak mencegah kejang otot, kecemasan dan depresi. metode yang berbeda dari aromaterapi
tenaga kerja seperti inhalasi, mandi, baskom,dan pijat bisa membantu. minyak atsiri dapat
diserap melalui sistem pernapasan,menyebabkan stimulasi otak dan mengurangi kecemasan.
Selain penggunaan aroma therapi,terapi panas lokal umumnya aman dan diaanggap
sebaga bentuk efektif pengobatan komplementer. Sebagai perawatan eksperimental, baskom
diterapkan oleh bidan dijepang selama tahap pertama pesalianan. Salah satu herbal esensial yang
digunakan dalam aromaterapi adalah mawar. rose aroma efektif pada sistem saraf pusat. Dua
bahan, sytrinol dan 2-feniletil alkohol, dalam mawar dikenal sebagai agen anti ansietas.
44
Kecemasan ibu yang parah dan takut sakit saat melahirkan menyebabkan kram. Kontraksi
otot intens memyebabkan hipoksia otot-otot rahim dan mengganggu kontraksi uterus dan benar-
benar dapat menggangu proses persalinan. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa
kecemasan dalam fase yang berbeda.skor kecemasan setelah intervensi berbeda secara signifikan
antara tiga kelompok pada awal fase aktif.
Angka kesakitan pada saat postpartum dihubungkan dengan adanya trauma pada genital.
masalah jangka pendek (segera setelah persalinan) menyebabkan banyak kehilangan darah,
membutuhkan penjahitan dan nyeri. laserasi genitalselama persalinan membuat otot dasar
panggul menjadi lemah.termasuk adanya masalah pada BAB,BAK dan fungsi seksual setelah
persalinan. d i t e m u k a n p e n c e g a h a n terhadap trauma yang menguntungkan. ini juga
mengurangi penggunaan obat selama perawatan perineum postpartum, penjahitan,
pengobatandan kunjungan ke fasilitas kesehatan.
Bidan menggunakan variasi tehnik tangan pada persalinan kala dua, dimana praktiknya di
dalam dan di luar rumah sakit, dan percaya cara ini dapat mengurangi trauma alat genital selama
persalinan pervaginam. pilihan dalam manuver tangan adalah keputusan klinik pada setiap
persalinan, dan dari data pasien, anjuran klinik,dan kebijakan institusional. perawatan perineum
salah-satunya adalah pencegahan robekan pada daerah perineum dan infeksi. perawatan
perineum sangat penting untuk membuat pasien nyaman.sekitar 85% wanita yang melahirkan
pervaginam mengalami trauma perineum. trauma perineum mengakibatkan masalah fisik
dan psikologis dalam jangka waktu yang lama.
a. Episiotomi
Melahirkan normal adlah seorang tanpa induksi,tanpa penggunaan instrumen, tidak melalui
operasi cesar dan tanpa anastesi umum,tulang belakang atau anestesi epidural sebelum atau
selama persalinan, dikecualikan adalah setiapprosedur lain tidak berhubungan dengan sebuah
persalinan tanpa bantuan ke"ualimemperbaiki robekan.
episiotomi sebaiknya dihindari jika memungkinkan, tetapi jika digunakan,harus tahu tehnik
episiotomi yang paling baik untuk digunakan (mediolateral ataumedialis). sebuah dukungan
kehamilan yang diberikan dalam jangka waktu yang lama kepada seorang wanita oleh petugas
kesehatan dapat mengurangi penggunaanepisiotomie tetapi tidak beralih untuk memperbaiki
perineum.
46
b. Hands-On atau Hands-poised
Metode hands-on pertama kali diperkenalkan oleh Ritgen pada tahun 1855 biasanya
menekan kepala bayi pada saat Crowning, dan menahan dengan tangan lainnyadi perineum dengan tujuan
untuk melindungi dari laserasi.sedangkan metode-hands Poissed, kepala janin dan perineum tidak
disentuh atau ditahan pada saat persalinan. Dua metode tersebut ada hubungan dengan insidens
pada robekan vagina dan perineum, tetapi dengan metode hands-on dihubungkan dengan
tingginya insidens episiotomi. kebijakan penggunaan “hands poised” juga didukung oleh kuasi
randomized study, dilaporkan sedikit robekan derajat tiga dibandingkan dengan hands-on.
Metode hands-on yaitu tangan kiri diletakkan di kepala bayi dan tangan kanan di letakkandi
perineum.sedangkan hand-poised adalah dimana bidan membimbing pasien dalam persalinan
tanpa menyentuh perineum, bersiap untuk memberikan tekanan ringan pada kepala bayi
mencegah kepala tidak terlalu cepat ekspulsi.
Albers et al.(2005), perempuan berisiko rendah dikonfirmasi hasil hoop trial ,meskipun hal
itu menunjukkan bahwa posisi melahirkan dan melahirkan kepalaantara kontraksi dengan hands-
On dan kelompok hands-Poised adalah pelindung bagi perineum. Akhirnya, de souza dan reisco
(2006) melakukan uji coba mereka di Brazil dan hasilnya konsisten dengan penelitian-penelitian
sebelumnya. Dari semua penelitian ini, tampak bahwa teknik untuk membantu kelahiran tidak
berdampak signifikan pada hasil perineum, tetapi mereka mungkin ingin mempertimbangkan
dimensi psikososial praktik mereka serta berdampak pada pemberdayaan perempuan.
47
Berdasarkan penelitan (mayerhofer,2002), didapatkan bahwa wanita yang bersalin dengan
hands-On mengalami robekan derajat tiga lebih banyak dibandingkan dengan hands-poised tidak
ada perbedaan pada hasil luaran janin.hands-Poised mengurangi episiotomi dibandingkan hands-
on tidak ada perbedaan antara metode tersebut dari risiko trauma perineum yang membutuhkan
jahitan atau robekan derajat3 dan 4. Tidak ada perbedaanyang signifikan antara trauma perineum
derajat 1 dan 2. Hands-on dilaporkan mengalami nyeri perineum pada 10 hari postpartum
dibandingkan dengan hands-poised.
Selama kala III persalianan,kontraksi otot rahim harus memadai untuk memperlambat
kehilangan darah ibu setelah plasenta terpisah dari dinding rahim.kala III persalinan yang
berkepanjangan, yang didiagnosis setelah 30 menit jika pengiriman plasenta spontan tidak
terjadi, mungkin membutuhkan intervensi lebih lanju. Perdarahan postpartum didefinikan
sebagai kehilangan darah berlebih dari utertus lebih dari (lebih dari 500 mL) selama dan setelah
pengeluaran janin. Penyebab perdarahan postpartum termasuk atonia uteri, ditahan jaringan,
trauma pada saluran genital, dan coagulopathies.
manajemen aktif kala III persalinan meliputi pemberian oxitocin setelah pengeluaran bahu
anterior, penjepitan tali pusat di awal, dan peregangan tali pusat terkendali. manajemen ini
menurunkan ibu dari kehilangan darah, risiko perdarahan postpartum, kala III yang panjang, dan
kebutuhan untuk transfusi darah.meskipun peningkatan mual dan muntah pada ibu, manajemen
aktif kala ketiga ini sangat encouraged.tali pusat yang terlibat dalam penjepitandan pemotongan
setelah melahirkan dan kemudian segera Unclamping sisi ibu (yang memungkinkan darah
mengalir dengan bebas), mengurangi kalaIII yang panjang dalam persalinan.
4. Perawatan kala IV
48
perempuan harus diberikan pendidikan yang berkaitan dengan periode postnatal
secara tepat dan konsisten tertulis dan informasi lisan. hal inimemungkinkan
perempuan untuk membuat keputusan mengenai perawatan diri sendiri dan perawatan
bayi mereka, selain itu dapat meningkatkan rasa percaya diri perempuan dan
kepuasan dengan perawatan yang disediakan(Newborn & Bhavnani,2010)
informasi yang diberikan sedapat mungkin sudah dimulai ketika periode antenatal,
dengan komunikasi yang dapat dipahami wanita, diberi kesempatan untuk berdiskusi
dan bertanya tentang informasi yang diberikandengan bidan. !nformasi berikut harus
disediakan dan didiskusikan dengan wanita untuk mendukung pengambilan
keputusan. informasi berikut harus disediakan dan didiskusikan dengan wanita untuk
mendukung pengambilan keputusan tentang pemberian perawatan seusai persalinan
dan seterusnya:
pengalaman kelahiran
penyesuaian psikologis dan sosial untuk orang tua (misalnya, harapan,suasana
hati,perawatan diri,keselamatan anak,hubungan dengan pasangan,kontrasepsi)
perawatan bayi (misalnya, makan, mandi, penanganan dan tidur/menetap bayi)
penyesuaian fisik ibu (misalnya, kelelahan, tidur, menyusui, payudaradan tubuh)
perubahan kesehatan seksual, penyesuaian keluarga (misalnya, perawatan
bayi,penerimaan saudara kandung dari bayi) lingkungan keluarga
( misalnya,perumahan,pekerjaan, keamanan) dukungan sosial dan jaringan lokal.
b. Perencanaan
periode saat persalinan dan setelah persalinan hingga seterusnya harus dilakukan
dalam kemitraan dengan perempuan sedini mungkin. Perencanaan dimulai pada
perode antenatal care dapat menguntungkan perempuan dan memimpin ketingkat
yang lebih tinggi akan kepuaan dengan perawatan yang diberikan (Tiga Pedoman
Pusat Konsensus Antenatal Care, 2001). Sebuah catatan tertulis dari perencanaan
harus disimpan oleh kedua wanita (Rekam Bersalin Victoria) dan pelayanan
kesehatan (catatan pasien). Pemberian ASI yang berhasil merupakan yang
menyediakan standar akreditasi global untuk layanan kesehatan yang menyediakan
perawatan ibu hamil dan bayi baru lahir (WHO, UNICEF, 2009) strategi menyusui
49
nasional Australia 2010-2015 mangakui pentingnya biologi,kesehatan,sosial,budaya
lingkungan dan ekonimi dalam menyusui da memberikan strategi untuk
mempromosikan ASI dan makanan pendamping untuk usia 12 bulan dan seterusnya
(Commonwealth Australia,2009).
H. DOKUMENTASI DALAM KEBIDANAN
Pendekatan orientasi masalah pertama kali dikenalkan oleh Dr. Lawrence Weed tahun
1960 dari Amerika Serikat yang kemudian disesuaikan pemakaiannya oleh perawat/bidan.
Dalam format aslinya pendekatan orientasi masalah ini dibuat untuk memudahkan
pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang terintegritas dengan sistem ini dan semua
tim petugas kesehatan mencatat observasinya dari suatu daftar masalah. Sisitem ini dianggap
paling ilmiah dan banyak digunakan diberbagai Negara.
1 Data Dasar
Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali masuk
Rumah Sakit. Data dasar mencakup pengkajian kebidanan, riwayat penyakit/kesehatan,
pemeriksaan fisik, pengkajian ahli gizi dan hasil laboratorium. Data dasar yang telah terkumpul
selanjutnya digunakan sebagai sarana mengidentifikasi masalah klien
2 Daftar Masalah
Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar.
Selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah. Daftar
masalah ditulis pertama kali oleh tenaga yang pertama bertemu dengan klien atau orang yang
diberi tanggung jawab. Daftar masalah ini dapat mencakup masalah fisiologis, psikologis, sosio
50
kultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan. Daftar ini berada pada bagian
depan status klien dan tiap masalah diberi tanggal, nomor, dirumuskan dan dicantumkan nama
orang yang menemukan masalah tersebut.
Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah. Dokter menulis
instruksinya, sedang bidan menulis instruksi kebidanan atau rencana asuhan kebidanan
Progress Notes berisikan perkembangan/kemajuan dari tiap – tiap masalah yang telah
dilakukan tindakan dan disusun oleh semua anggota yang terlibat dengan menambahkan catatan
perkembangan pada lembar yang sama.
Setelah 20 tahun sistem ini dikembangkan langsung menjadi sistem SOAP Nakes
A Analisis/Assesment/Diagnosa
S : Subjetif
O : Objektif R : Reassasment/Reevaluasi
P : Perencanaan
51
I : Implementasi
E : Evaluasi
Keuntungan:
Kekurangan:
1. Menekankan pada masalah dan ketidakstabian dapat menghasilkan suatu pendekatan secara
negatif terhadap pengobatan/tindakan.
2. Sistem ini setelah digunakan apabila dapftar tidak dimulai/tidak
berkesinambungan/diperbarui terus menerus belum disetujui/tidak ada batas waktu untuk
evaluasi dan strategi untuk follow up belum disepakati.
3. Perawatan mungkin tidak tercatat bila tidak ada flow sheet.
4. Bentuk SOAPIER mungkin mengulang pencatatan yang lain apabila perkembangan itu
lambat dan sering ada evaluasi
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola
pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian tersendiri, dokter menggunakan
lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit,
perawat/bidan menggunakan catatan keperawatan.kebidanan, begitu pula disiplin lain
mempunyai catatan masing-masing.
Adalah suatu cara mendokumentasikan dalam bentuk narasi mengenai keadaan pasien secara
singkat dan jelas
Keuntungan:
Kekurangan:
Catat tentang perintah-perintah dokter, tanggal, waktu, terapi-terapi khusus dan tanda tangan
1. Kartu grafik/pencatatan
2. Pengamatan yang berulang dan pengukuran
3. Lembar riwayat medik
4. Semua pengamatan, observasi tentang kondisi pasien yang dibuat oleh dokter
5. Catatan perawatan
6. Narasi tentang perawatan
7. Catatan pengobatan
8. Semua pengobatan, tanggal, jam dan tanda tangan
9. Lembar khusus/lap lainnya
10. Catatan dari semua disiplin kesehatan, radiologi, konsultasi, lab, inform consent
CBE adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif hasil atau penemuan
yang menyimpang dari keadaan normal atau standar. Keuntungan CBE yaitu mengurangi
penggunaan waktu untuk mencatat sehingga lebih banyak waktu untuk asuhan langsung pada
klien, lebih menekankan pada data yang penting saja, mudah untuk mencari data yang penting,
pencatatan langsung ketika memberikan asuhan, pengkajian yang terstandar, meningkatkan
komunikasi antara tenaga kesehatan, lebih mudah melacak respons klien dan lebih murah.
Format CBE
1) Data dasar dicatat untuk setiap klien dan disimpan sebagai catatan yang permanen
2) Daftar diagnosa keperawatan disusun dan ditulis pada waktu masuk rumah sakit dan
menyediakan daftar isi untuk semua diagnosa keperawatan
3) Ringkasan pulang ditulis untuk setiap diagnosa keperawatan pada saat klien pulang
4) SOAPIER digunakan sebagai catatan respon klien terhadap intervensi melalui tempat tinggal
klien
5) Data diagnosa keperawatan dan perencanaan dapat dikembangkan
6) Kartu KARDEKS dan rencana tindakan dikembangkan setiap klien
Keuntungan:
4. KARDEKS
Data demografi dasar, diagnosis medik utama, instruksi dokter terakhir yang harus
dilaksanakan perawat, rencana asuhan kebidanan tertulis (digunakan jika rencana formal tidak
ditemukan dalam catatan klien), instruksi kebidanan, jadwal pemeriksaan dan prosedur tindakan,
tindak pencegahan yang dilakukan dalam asuhan kebidanan serta faktor yang berhubungan
dengan kegiatan hidup sehari-hari.
Karena sering ditulis dengan pensil kecuali jika kardeks digunakan sebagai bagian
permanen dari catatan klien. Potter dan Perry (1989) menekankan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penulisan rencana asuhan pada kardeks, yaitu:
Dalam kardeks harus ditulis tentang data pengkajian kebidanan yang berhubungan
diagnostik, instruksi (observasi yang harus dilakukan, prosedur terkait dengan pemulihan,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, cara khusus yang digunakan untuk
mengimplementasikan tindakan kebidanan, melibatkan keluarga dan perencanaan pulang serta
hasil yang diharapkan.
55
Keuntungan:
Kekurangan:
Kelemahan dari sistem kardeks, yaitu informasi dalam kardeks hanya terbatas untuk tim
kebidanan saja(diisi tidak lengkap), tidak cukup tempat untuk menulis rencana kebidanan bagi
klien dengan banyak masalah dan tidak up to date.
a. Data pasien
b. Diagnosa kebidanan
c. Pengobatan sekarang/yang sedang dilakukan
5.KOMPUTERISASI
Keuntungan:
56
4. Pelayanan pasien bisa lebih cepat karena banyak pesanan dapat disampaikan lewat komputer
dan komunikasi antar unit bisa dipantau lewat sarana komputer
5. Meningkatkan komunikasi antar tim petugas kesehatan
6. Lebih memudahkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan peningkatan mutu
Kekurangan:
6. Manajemen Varney
Pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan dikenal dengan manajemen Varney, yang
menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan
oleh bidan dan perawat pada awal tahun1970’n proses ini memperkenalkan sebuah metode
pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan
menguntungkan, baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan.
Proses manajemen menurut Varney ada 7 langkah yang berurutan, yang setiap
langkahnya disempurnakan secara periodik, proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan
diakhiri dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang
dapat di aplikasikan dalam situasi apapun.
Langkah manajemen Varney :
1. Pengumpulan data dasar
2. Interpretasi data dasar
3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
4. Identifikasi perlunya penanganan segera
5. Perencanaan asuhan komprehensif
6. Pelaksanaan rencana
7. Evaluasi
57
58
BAB III
KESIMPULAN
Organisasi merupakan sebuah system, tempat terjadinya kerja sama kelompok orang, penetapan
taanggung jawab, kesatuan penugasan (unity of assigment) , rentang pengawasan dan komunikasi
Menurut Stoner yang dikutip oleh Wijayanti (2008) manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya manusia lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
Proses manajemen asuhan ini merupakan suatu continiu, perlu mengulang kembali dari awal
setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses
manajemen tidak efektif seta melakukan penyesuaian pada rencana asuahan tersebut.
Pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan yang dikenal dengan manajemen . Aplikasi
manajemen kebidanan pada ibu bersalin dapat dilaksanakan pada pemantauan kala I,II,III, dan IV
59
DAFTAR PUSTAKA
2. Dale A. Patterson, Spontaneus Vaginal Delivery. August 1, 2008. Volume 78, Number 3.
3. Evidence Based Guidelines for Midwifery-Led Care inLabour Care of the Perineum the
Massachussetts
60