Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL INDUSTRI PENGOLAHAN KECAP ANEKA GUNA

DI KOTA LANGSA

Ir. Muhammad Jamil1/Januari Frizki Bella2


1Dosen Tetap Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
2Mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis
Universitas Samudra, Langsa-Aceh

Abstrak
Adapun tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha industri pengolahan
kecap Aneka Guna apabila dilihat dari segi kelayakan finansial. Penelitian ini menggunakan metode studi
kasus. Lokasi penelitian yaitu di Kota Langsa dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan daerah
yang terdapat industri pengolahan kecap asin dan mudah di jangkau oleh penulis. Waktu penelitian
dilaksanakan pada Bulan Juni - Oktober 2014.
Tenaga kerja yang digunakan berjumlah 27 orang, 20 tenaga kerja pria dan 7 orang tenaga kerja
wanita. Jumlah penggunaan tenaga kerja selama 5 tahun sebesar 3759 HKP. Total biaya produksi yang
dikeluarkan oleh pengusaha dalam usaha pembuatan kecap didaerah penelitian selama 5 tahun adalah Rp.
2.076.988.000,-. Pendapatan kotor yang diperoleh pengusaha sebesar Rp. 8.199.690.000,- dan pendapan
bersih yang diperoleh sebesar Rp. 6.122.702.000,-
Kota Langsa hanya memiliki 1 pengusaha pengolahan kecap asin dan dijadikan sebagai pengusaha
sampel yaitu usaha industri pengolahan kecap asin Aneka Guna. Hasil perhitungan di peroleh Net Present
Value (NPV) sebesar Rp. 263.281.290 (lebih besar dari nol), sedangkan Internal Rate of Return (IRR) sebesar
84% lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku (D.F. = 18%), sedangkan Net B/C Ratio sebesar 3,27 (lebih
dari pada 1) dan Pay Back Priod (PBP) 1 Tahun 6 Bulan (lebih kecil dari umur ekonomis).

Kata Kunci: Industri, Kecap, kelayakan, Pendapatan, Usaha

Pendahuluan utama pembuatan kecap, tahu, tempe, dan lain-


Sektor pertanian dan industri merupakan sektor lain. Sedangkan dalam sumber daya manusia,
yang terkait satu sama lain, dimana pertanian mereka mampu memanfaatkan sumber daya
sebagai penyedia bahan baku, sedangkan alam yang ada di Indonesia, seperti halnya
industri mengolah hasil pertanian untuk dalam pengolahan kecap.
memperoleh nilai tambah. Selain dapat Kecap adalah bumbu dapur atau
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat penyedap makanan yang berupa cairan
sekitar perusahaan, juga dapat menciptakan berwarna hitam yang rasanya manis atau asin.
nilai tambah bagi produk pertanian khususnya Bahan dasar pembuatan kecap umumnya
pangan. adalah kedelai atau kedelai hitam. Namun ada
Indonesia saat ini adalah negara yang pula kecap yang terbuat dari bahan dasar air
dikategorikan sebagai negara yang berkembang. kelapa yang umumnya berasa asin, kecap
Semakin banyak teknologi canggih yang merupakan hasil fermentasi bahan nabati atau
digunakan dan banyak industri yang didirikan, hewani berprotein tinggi di dalam larutan garam,
perubahan teknologi dan perkembangan dunia kecap berwarna coklat tua, berbau khas rasa
industri yang cukup pesat mengakibatkan asin atau manis dan dapat mempersedap rasa
persaingan diberbagai jenis industri yang masakan. Di Indonesia kecap sangat disukai
semakin ketat. Dengan melihat situasi sehingga kebutuhannya semangkin meningkat
persaingan sekarang ini, terobosan baru dalam dari tahun ke tahun.
dunia usaha memang dirasa perlu menyajikan Kedelai memiliki kandungan gizi yang
apa yang diinginkan dalam kebutuhan cukup tinggi, terutama protein dan karbohidrat,
konsumen. asam amino yang terdapat pada kedelai adalah
Indonesia sebagai salah satu negara leusin dan lisin. Keduanya merupakan asam
berkembang dalam melaksanakan amino yang sangat diperlukan oleh enzim
pembangunan tidaklah lepas dari masalah yang pemecah kedelai untuk menghasilkan kecap
sering dihadapi oleh negara yang sedang dengan cita rasa yang enak, lezat, dan khas.
berkembang lainnya. Masalah yang dihadapi Jenis kedelai yang digunakan dalam pembuatan
negara sedang berkembang saat ini adalah kecap adalah kedelai hitam dan kedelai kuning.
masalah bagaimana meningkatkan Perbedaan tersebut hanya terletak pada ukuran
kesejahteraan masyarakat dengan biji dan warna kulit.
memanfaatkan sumber daya alam dan sumber Kedelai hitam berukuran lebih kecil
daya manusia yang tersedia. dibanding kedelai kuning, tetapi tidak ada
Sumber daya alam yang ada di perbedaan komposisi gizi diantara keduanya.
Indonesia sangat beraneka ragam seperti halnya Perbedaan jenis kedelai tersebut tidak
kedelai, dimana kedelai ini mempunyai peluang berpengaruh terhadap efektivitas fermentasi.
yang sangat besar, yang digunakan untuk bahan Kepopuleran kacang kedelai didasarkan pada

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol.2 No. 1 Januari – Juni 2015

21
nilai gizinya yang tinggi. Mutu protein kedelai lain yang sebagian besar bahan bakunya diimpor
termasuk paling unggul dibandingkan dengan dari luar negri. Sebagai negara agraris tentunya
jenis tanaman lain, bahkan hampir mendekati Indonesia memiliki potensi besar dalam
protein hewani. pengembangan agroindustri. Hal itu karena
Kedelai memiliki kandungan gizi yang selain dapat meningkatkan kontribusi sektor
cukup tinggi dapat dilihat pada tabel I-1 dibawah pertanian di tengah krisis juga karena
ini : sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia sangat
Tabel I-1 : Komposisi Zat Gizi Kecap Kedelai mendukung pengembangan agroindustri
dalam 100 gram tersebut (Soekartawi, 2005 : 54).

No Zat Gizi Kecap Satuan Jumlah Dalam pengolahan kecap ini dapat
Kedelai dikembangkan oleh industri, dimana industri
1. Energi kalori 86 kecap ini tidak saja ditujukan kepada industri
2. Air gram 57,4 yang besar saja, tetapi ditujukan pula kepada
3. Lemak gram 0,6 industri sedang dan industri kecil, sebab pada
4. Karbohidrat gram 15,1 kenyataannya industri sedang dan industri kecil
5. Serat gram 0,6 adalah industri yang masih sangat diperlukan
6. Abu gram 21,4 untuk dapat memberikan kesempatan kerja dan
7. Kalsium gram 85 sekaligus pemerataan pendapatan ditingkat
8. Protein gram 5,5 masyarakat.
9. Besi miligram 4,4 Industri kecil sangat penting, karena industri
10. Vitamin B1 miligram 0,04 kecil dapat memberikan manfaat sosial yang
11. Vitamin B2 miligram 0,17 berarti bagi perekonomian, terutama
Sumber : Rukmana (2003:19) perekonomian Indonesia. Manfaat pertama :
Pada tabel I-1 diatas dapat dilihat Industri kecil dapat menciptakan peluang
bahwa kecap banyak memiliki kandungan nilai berusaha yang luas dengan pembiayaan yang
gizi yang sangat beragam, dimana kandungan relatif murah. Kedua : Industri kecil turut
gizi yang paling banyak yaitu energi 86 kalori mengambil peranan dalam peningkatan dan
sedangkan kandungan gizi yang paling sedikit mobilisasi tabungan domestik. Ketiga : Industri
yaitu vitamin B1 0,04 mg. Mengingat pentingnya kecil mempunyai kedudukan komplementer
peranan kedelai maka jumlah dan mutu terhadap industri besar dan sedang, karena
produksinya harus benar-benar baik, bersih dari industri kecil menghasilkan produk yang relatif
kotoran dari benda-benda yang membahayakan murah dan sederhana, yang biasanya tidak
kesehatan manusia. Menurut Adisarwanto dihasilkan oleh industri besar dan sedang
(2002 : 13) "Pada awalnya, kedelai dikenal (Soekartawi, 2005 : 69).
dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine
sojo max. namun pada tahun 1948 telah Industri kecil merupakan jalan keluar
disepakati bahwa nama botani yang dapat dari banyaknya tenaga kerja, sementara luasnya
diterima dalam istilah ilmiah yaitu Glycine max lapangan pekerjaan yang terbatas. Industri
(L.) Merrill". kecil dipedesaan yang berbasis pertanian
samapai saat ini, di Indonesia kedelai mempunyai peranan penting dalam
bisa dikatakan masih menjadi salah satu meningkatkan perekonomian. Sebagian besar
komoditas pangan yang sangat penting. Hal ini permasalahan yang dihadapi industri-industri
antara lain di karenakan permintaan kedelai kecil yaitu rendahnya produktifitas dan
yang begitu besar untuk memenuhi pangan kurangnya pengusaha teknologi, permodalan
masyarakat dan dari tingginya gejolak yang dan manajemen.
timbul akibat kenaikan harga kedelai yang cukup Industri kecap yang berada di Kota
tinggi beberapa waktu yang lalu. Langsa khususnya mempunyai peranan yang
Agroindustri meliputi industri hulu dan tidak kalah penting dengan industri-industri
hilir. industri hulu terdiri atas industri lainnya. Yang mana dengan pengembangan
pembenihan, peralatan dan mesin, sedangkan selanjutnya bisa memberikan tambahan
hilir meliputi industri pengolah dan jasa. Oleh pendapatan khususnya di Kota Langsa. Jika
karena itu keterkaitan sektor industri usaha ini dikembangkan dengan baik pasti akan
pengolahan kecap sangat erat hubungannya menguntungkan, karena konsumen kecap di
dengan sektor agroindustri. Kota Langsa sangat luas mencakup strata
Dengan mengembangkan agroindustri secara sosial.
tidak langsung telah membantu meningkatkan Usaha industri pengolahan Kecap
perekonomian para petani sebagai penyedia Aneka Guna di Kota Langsa menghasilkan tiga
bahan baku untuk industri. Bangsa Indonesia jenis kecap yaitu kecap " Cap Burung Merah,
adalah bangsa agraris karena sebagian besar kecap "Cap Singa” dan kecap " Cap Ayam" ini
penduduknya berprofesi sebagai petani, untuk tidak hanya dikonsumsi oleh kelas bawah dan
itu industri yang paling potensial dikembangkan menengah saja, tetapi juga kelas atas kecap ini
adalah industri yang berbahan baku produk dikenal masyarakat karena disamping harganya
pertanian karena mencakup hidup banyak yang murah juga banyak digemari masyarakat
masyarakat Indonesia itu sendiri bukan industri dan kecap ini sendiri bisa memberikan nilai gizi

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol.2 No. 1 Januari – Juni 2015

22
yang penting. Untuk melihat perkembangan pendapatan dan kelayakan menjadi sangat
produksi kecap " Cap Burung Merah", "Cap penting. Hal ini dilakukan karena dapat
Singa” dan "Cap Ayam" yang di produksi oleh memberikan informasi tambahan sebagai bahan
Aneka Guna selama lima tahun terakhir di Kota penunjang dalam pengambilan keputusan
Langsa dapat dilihat pada tabel I-2 berikut: melanjutkan usaha dan dapat meningkatkan
nilai tambah para pengolah serta tenaga kerja.
Tabel I-2: Perkembangan Hasil Produksi Agroindustri merupakan suatu bentuk
Kecap dari 2009-2013 keterpaduan antara sektor industri dan
Tahun Kecap Kecap Kecap Jumlah pertanian yang diharapkan tidak saja
Burung Singa Ayam (Botol) menciptakan kondisi yang saling mendukung
Merah (Botol) (Botol) industri maju dengan pertanian tangguh, tetapi
(Botol) juga memberikan efek ganda tinggi melalui
2009 70.680 81.120 41.232 193.032 penciptaan lapangan kerja baru, perbaikan
2010 77.676 85.884 53.112 216.672 distribusi pendapatan, nilai tambah serta
2011 76.032 86.268 53.892 216.192 pembangunan pertanian yang sangat luas.
2012 94.200 103.632 68.400 266.232 Menurut simposium hukum
2013 95.940 115.080 70.560 281.580 perindustrian, yang dimaksud dengan industri
Jumlah 414.52 471.984 287.19 1.173.70 adalah rangkaian kegiatan usaha ekonomi yang
8 6 8 meliputi pengolahan dan pengerjaan atau
Rata- 82.905 94.396.8 57.439 234.741, pembuatan, perubahan dan perbaikan bahan
Rata ,6 ,2 6 baku menjadi barang sehingga pada akhirnya
akan lebih berguna dan bermanfaat bagi seluruh
Sumber: Aneka Guna, 2014
masyarakat (Simanjuntak, 1998 : 47).
Berdasarkan tabel I-2 diatas dapat
Agroindustri sebagai suatu usaha untuk
dilihat perkembangan hasil produksi kecap yang
menciptakan nilai tambah bagi komoditi
diproduksi oleh Aneka Guna selama lima tahun
pertanian antara lain melalui produk olahan
terakhir, terlihat bahwa ada kenaikan dan ada
setengah jadi maupun barang jadi yang bahan
penurunan volume produksi, hal tersebut
bakunya berasal dari hasil pertanian. Usaha-
disebabkan oleh permintaan pasar yang tidak
usaha pengembangan pertanian yang mengarah
stabil. Dimana jumlah hasil produksi yang paling
pada kegiatan agroindustri yaitu pengolahan
banyak pada tahun 2013 yaitu 281.580 botol,
hasil pertanian menjadi bahan makanan, salah
sedangkan jumlah hasil produksi yang paling
satu produk pertanian yang dapat diolah yaitu
sedikit pada tahun 2009 yaitu 193.032 botol.
kedelai yang dapat diolah menjadi kecap.
Pengusaha pengolahan kecap pada
Kecap adalah cairan kental yang
proses produksinya mengharapkan dapat
mengandung protein, diperoleh dari perebusan
memberikan manfaat dari usaha yang
kedelai yang telah difermentasikan dan
dijalankannya, oleh karena itu dibutuhkan
ditambah gula, garam serta rempah-rempah.
analisis kelayakan usaha. Analisis kelayakan
Salah satu kriteria untuk menentukan mutu
usaha digunakan untuk mengetahui sejauh
kecap adalah pada kadar proteinnya.
mana usaha tersebut dapat memberikan
Berdasarkan rasa dan kekentalannya, kecap
manfaat, nilai output, besarnya imbalan untuk
dibagi menjadi dua macam, yaitu kecap asin
faktor produksi yaitu tenaga kerja, input lain dan
agak encer dan kecap manis yang lebih kental.
tingkat keuntungan usaha.
Proses pembuatan kecap asin dan manis hampir
Ibrahim (2003 : 4) mengatakan, studi kelayakan
sama. Perbedaannya adalah pada akhir proses,
bisnis merupakan gambaran tentang kegiatan
yaitu terdapat penambahan gula dan bumbu-
yang akan dilaksanakan dan disusun secara
bumbu (rempah-repah) pada pembuatan kecap
terperinci dan teratur serta kemungkinan-
manis, sedangkan pada kecap asin tidak ada
kemungkinan untuk mendapatkan manfaat di
penambahan gula (Hidayat, 2006 : 76).
samping dapat dipertanggung jawabkan baik
Penelitian ini diarahkan untuk
dari segi teknis maupun operasional yang
mengetahui kelayakan finansial, sehingga dapat
bertujuan untuk mengetahui apakah mamfaat
dinilai layak atau tidaknya usaha tersebut untuk
investasi tersebut lebih besar dibandingkan
dilaksanakan. Dalam penelitian ini, untuk
dengan biayanya.
mengetahui apakah usaha tersebut layak atau
Dalam mengkaji sebuah proyek sumber-
tidak untuk diteruskan hanya ditentukan pada
sumber yang di pergunakan dapat berbentuk
aspek finansial. Untuk menentukannya pertama
barang modal, bahan setengah jadi, bahan
dianalisis Cash flow (arus kas) sebagai landasan
mentah, tenaga kerja dan waktu. Sumber-
untuk melakukan pengukuran dengan beberapa
sumber tersebut, sebagian atau seluruhnya
kriteria kelayakan investasi, yaitu meliputi: NPV,
dianggap sebagai barang atau jasa konsumsi
IRR dan Net B/C Ratio. Untuk mengetahui waktu
yang dikorbankan dari penggunaan masa
pengembalian investasi dianalisis dengan
sekarang untuk memperoleh manfaat yang lebih
Payback Period.
besar di masa yang akan datang.
Net Present value (NPV) merupakan
Menganalisis sebuah industri dengan
salah satu pengkriteriaan usaha dari segi
mengetahui keadaan umum seperti aspek
perbandingan kas dalam suatu usaha. Untuk
produksi, bahan baku dan bahan pembantu,
menghitung Net Present Value (NPV) dalam
proses produksi, sumberdaya manusia, serta
AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol.2 No. 1 Januari – Juni 2015

23
menjalankan sebuah gagasan usaha diperlukan menentukan rencana investasi melalui
data tentang perkiraan biaya investasi, biaya perhitungan biaya dan mamfaat yang
operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan diharapkan, dengan membandingkan antara
benefit dari proyek yang direncanakan. Menurut pengeluaran dan pendapatan, seperti
Kasmir (2003 : 157) “Net Present Value (NPV) ketersedian dana, biaya modal, kemampuan
atau nilai bersih sekarang merupakan proyek untuk membayar kembali dana tersebut
perbandingan antara PV kas bersih dengan PV dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai
Investasi selama umur investasi. Selisih antara apakah proyek akan dapat berkembang terus
nilai kedua PV tersebutlah yang kita kenal (Umar, 2003 : 178).
dengan Net Present Value (NPV)”. Setelah mendapatkan hasil tentang studi
Ukuran kedua dari perhitungan kelayakan pada Industri pengolahan kecap
investasi adalah (IRR) Internal Rate of Return. tersebut, maka dapat disimpulkan apakah
Tujuan untuk menghitung IRR adalah untuk usaha tersebut layak atau tidak. Apabila usaha
mengukur atau membandingkan sejauh mana dikatakan layak maka usaha dapat terus
kemampuan suatu usaha tersebut untuk dapat dilaksanakan atau dilanjutkan, sedangkan
memberikan keuntungan dibandingkan dengan apabila usaha tersebut tidak layak maka
berinvestasi di Bank. Menurut Umar (2003 : perusahaan harus mengadakan perbaikan
198), “Internal Rate Of Return (IRR) merupakan manajemen dalam perusahaan dan efisiensi
metode yang digunakan untuk mencari tingkat terhadap biaya yang dikeluarkan.
bunga yang menyamakan nilai sekarang dari Dalam industri kecil, perlu adanya penanganan
arus kas yang diharapkan di masa yang akan mengenai biaya dan pendapatan, dimana biaya
datang atau penerimaan kas, dengan ini digunakan untuk mengetahui jumlah
mengeluarkan investasi awal”. pengeluaran yang dilakakukan oleh industri
Selanjutnya metode ketiga yang di kecap sedangkan pendapatan digunakan untuk
gunakan untuk penghitungan investasi adalah mengetahui jumlah penerimaan yang diterima
Net B/C Ratio yang dilakukan untuk melihat oleh industri kecap. Selain dari biaya dan
berapa mamfaat yang di terima oleh sebuah pendapatan, studi kelayakan juga diperlukan
usaha untuk setiap satu rupiah pengeluaran oleh sebuah industri, untuk digunakan sebagai
untuk usaha tersebut. Menurut Ibrahim (2003 : tolak ukur oleh pengusaha industri, apakah
151), “Net Benefit Cos Ratio merupakan layak diteruskan atau tidak layak diteruskan,
perbandingan antara net benefit yang telah di sehingga apabila industri tersebut mengalami
discount positif (+) dengan net benefit yang telah kerugian maka industri tersebut tidak layak
di discount negatif (-)”. diteruskan, dan sebaliknya apabila industri
Sedangkan untuk melihat waktu tersebut mengalami keuntungan maka industri
pengembalian investasi dari usaha tersebut di tersebut layak diteruskan atau memproduksi
gunakan alat analisis yang bernama Pay Back secara terus-menerus. Dengan melihat uraian
Periods (PBP). Kasmir (2003 : 163) diatas, maka penulis tertarik untuk
menyebutkan “Pay back period (periode mengangkat masalah tersebut dalam sebuah
pengembalian) merupakan jangka waktu yang karya tulis dengan judul “Analisis Kelayakan
dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi Finansial Industri Pengolahan Kecap Aneka
melalui penerimaan-penerimaan yang diperoleh Guna di Kota Langsa”.
dari proyek/usaha yang dijalankan”.
Dalam mengkaji kelayakan sebuah B. Identifikasi Masalah
proyek ada beberapa aspek yang harus diteliti Berdasarkan judul dan latar belakang
dalam merencanakan, memulai atau yang telah diuraikan diatas maka dapat
menjalankan sebuah proyek, diantaranya adalah diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
aspek hukum, tehnik, ekonomis, pasar, "Apakah usaha industri pengolahan kecap Aneka
manajemen, sosial dan finansial. Namun dalam Guna di Kota Langsa layak dikembangkan bila
penelitian ini hanya dari segi aspek finansial saja dilihat dari segi aspek finansial".
yang diteliti yaitu biaya dan manfaat bagi Berdasarkan rumusan masalah diatas
pengusaha itu sendiri dalam menjalankan maka dapat ditulis tujuan penelitian sebagai
usahanya. Karena apabila aspek finansialnya berikut : "untuk mengetahui kelayakan usaha
tidak layak maka aspek lain juga bisa dikatakan industri pengolahan kecap Aneka Guna apabila
tidak layak. Purba (1997 : 2), “mengatakan dilihat dari segi kelayakan finansial".
aspek yang perlu sekali dipelajari dalam
penelitian dan penilaian suatu proyek adalah C. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis.
aspek manfaat (benefit) dan biaya (Cost) di Penelitian ini menggunakan metode
samping aspek teknis dan keuangan”. Dengan studi kasus (Case Study). Menurut Nazir (2005 :
mengetahui hasil penghitungan dari aspek 56), ”Studi kasus adalah penelitian yang
finansial suatu proyek maka dapat digunakan pada suatu objek tertentu dengan
menghasilkan dua macam kesimpulan, yaitu sangat terperinci”. Lokasi penelitian ditentukan
mengenai layak atau tidaknya usaha tersebut dengan cara sengaja (purposive) yang didasari
didirikan. oleh pertimbangan bahwa Kecamatan Kota
Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu Langsa merupakan salah satu lokasi yang ada
studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk perusahaan industri kecap.

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol.2 No. 1 Januari – Juni 2015

24
Objek pada penelitian ini hanya memproduksi kecap yang dihitung dalam
dibatasi pada industri pengolahan kecap Aneka satuan botol per tahun.
Guna di Kota Langsa. Ruang lingkup penelitian b. Biaya Investasi
ini meliputi kapasitas produksi, biaya investasi, Biaya investasi dalam penelitian ini terdiri
biaya operasional dan pemeliharaan, produksi, dari bangunan gedung, mesin pengupas,
penggunaan tenaga kerja, pendapatan kotor dan mesin oven, bak pencucian, tempat
pendapatan bersih. Waktu penelitian perebusan, mobil, timbangan, dan alat
dilaksanakan pada Bulan Juni - Oktober 2014. perlengkapan lainnya yang dihitung dalam
1. Pengumpulan Data satuan rupiah per tahun.
Pengumpulan data responden diperoleh c. Penggunaan Tenaga Kerja
dari pengusaha pengolahan kecap Aneka Guna. Penggunaan tenaga kerja dalam industri
Data yang digunakan adalah data primer dan pengolahan kecap Aneka Guna ini dihitung
data sekunder. Data primer yaitu data yang dengan satuan HKP/tahun. Jumlah
diperoleh dari suatu daerah yang akan dilakukan penggunaan tenaga kerja dihitung dalam hari
penelitian yaitu pada industri pengolahan kecap kerja pria (HKP), dengan formula menurut
Aneka Guna di Kota Langsa, sedangkan data (Mubyarto, 1981 : 210) sebagai berikut :
sekunder adalah sumber dari instansi-instansi
txhxj
terkait yang berhubungan dengan penelitian.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan
L xHKP
cara :
w
Dimana:
- Observasi yaitu dengan pengamatan
L = Indeks Tenaga Kerja (HKP)
langsung terhadap objek yang akan diteliti
t = Jumlah Tenaga Kerja
dalam penelitian ini adalah industri
(Orang)
pengolahan kecap Aneka Guna di Kota
h = Jumlah Hari Kerja (Hari)
Langsa.
j = Jumlah Jam Kerja (Jam)
- Wawancara yaitu tanya jawab langsung
w = Rata-rata Jam Kerja per hari
dengan pengusaha industri pengolahan
per orang (Jam)
kecap Aneka Guna di Kota Langsa.
d. Biaya Operasional dan Pemeliharaan
- Quisioner yaitu dengan menggunakan
Biaya operasional dan pemeliharaan dalam
daftar pertanyaan yang sudah
penelitian ini meliputi biaya: pembelian
dipersiapkan.
bahan baku, tenaga kerja, penyusutan, biaya
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan
lainnya, sewa tempat, pemasaran dan pajak
cara :
PBB yang dihitung dalam satuan rupiah per
- Proses membaca
tahun.
- Mempelajari dan mengambil keterangan
e. Produksi
yang diperlukan dari buku.
Produksi adalah produk yang dihasilkan dari
- Bahan-bahan kuliah serta sumber-sumber proses pengolahan kecap yang dihitung
data yang lainnya yang berhubungan
dengan satuan botol pertahun.
dengan masalah yang akan diteliti.
f. Pendapatan Kotor
- Bahan kepustakaan yaitu dengan Pendapatan kotor adalah pendapatan yang
mengumpulkan data berupa teori-teori diperoleh dari hasil penjualan kecap yang
yang diperoleh dari literatur-literatur yang dihitung dalam satuan rupiah per botol per
berhubungan dengan permasalahan yang tahun.
ada dalam penulisan skripsi ini. g. Pendapatan Bersih
Pendapatan bersih adalah pendapatan kotor
2. Variabel dan Data yang Diteliti dikurangi dengan biaya produksi yang telah
Sesuai dengan latar belakang, dikeluarkan yang dihitung dalam satuan
kerangka pemikiran dan hipotesis yang telah rupiah per tahun.
diformulasikan maka dibutuhkan variabel
sebagai berikut:
a. Kapasitas Produksi (Botol/Thn) D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis
b. Biaya Investasi (Rp/Thn) a. Analisis Data
c. Penggunaan Tenaga Kerja dihitung dalam Data primer yang diperoleh diolah
Hari Kerja Pria (HKP/Thn) dengan mentabulasikan dan kemudian
d. Biaya Operasional dan Pemeliharaan dipindahkan dalam bentuk tabelaris sesuai
(Rp/Thn) dengan kebutuhan analisis.
e. Produksi (Botol /Thn) b. Pengujian Hipotesis
f. Pendapatan Kotor (Rp/Botol/Thn) Sesuai dengan hipotesis yang telah
g. Pendapatan Bersih (Rp/Thn) dirumuskan, maka hipotesis diuji dengan
3. Konsep Operasional Variabel menggunakan analisis kelayakan yaitu: NPV,
Dari batasan variabel yang diteliti maka IRR, Net B/C dan Pay Back Period sebagai
diopersikan sebagai berikut : berikut :
a. Kapasitas Produksi
1) “NPV (Net Present Value) adalah kriteria
Kapasitas produksi yang dimaksud adalah
investasi yang digunakan dalam
kemampuan usaha tersebut untuk
AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol.2 No. 1 Januari – Juni 2015

25
mengukur apakah suatu proyek feasibel dengan net benefit yang telah di discout
atau tidak” (Ibrahim, 2003 : 143). negatif (-)” (Ibrahim, 2003 : 151).
n n
NPV   NBi 1  i   N Bi  
n

i 1 i 1
Dimana : Net B/C  n
NB = Net Benefit =
Benevit - Cost  N Bi  
i = Discount factor i 1
n = Tahun (waktu) Dimana :
Kriteria Penerimaan/Penolakan NB = Net Benefit = Benefit
Hipotesis : – Cost
Jika NPV > 0 maka industri B = Benefit yang telah
pengolahan kecap Aneka di-discount
Guna layak untuk i = Discount factor
dilanjutkan. n = Tahun (waktu)
Jika NPV ≤ 0 maka industri
pengolahan kecap Aneka
Guna tidak layak untuk Kriteria Penerimaan/Penolakan
dilanjutkan. Hipotesis :
Jika NPV = 0 maka industri Jika Net B/C > 1 maka industri
pengolahan kecap Aneka pengolahan kecap
Guna berada dalam Aneka Guna layak
keadaan break even untuk dilanjutkan.
point. Jika Net B/C ≤ 1 maka industri
2) “IRR (Internal Rate of Return) ialah pengolahan kecap
untuk mengetahui sebagai alat ukur Aneka Guna tidak
kemampuan proyek dalam layak untuk
mengembalikan bunga pinjaman dari dilanjutkan.
lembaga internal keuangan yang Jika Net B/C = 1 maka industri
membiayai proyek tersebut” (Pasaribu, pengolahan kecap
2012 : 57). Aneka Guna berada
dalam keadaan break
.i  i 
NPV1
IRR  i1 even point.
NPV1  NPV2  2 1 4) “Pay Back Period (PBP), yaitu jangka
Dimana : waktu tertentu yang menunjukan
i1 = adalah tingkat discount terjadinya arus penerimaan (cash in
rate yang menghasilkan flows) secara komulatif sama dengan
NPV1. jumlah investasi dalam bentuk present
i2 = adalah tingkat discount value” (Ibrahim, 2003 : 156).
n n
rate yang menghasilkan
NPV2.  I i   NB icp 1
Kriteria Penerimaan/Penolakan
Hipotesis :
PBP  TP 1  i 1 i 1

Jika IRR > tingkat bunga yang


Bp
berlaku maka industri
pengolahan kecap Dimana :
Aneka Guna layak untuk PBP = Pay Back Period
dikembangkan. Tp-1 = Tahun sebelum
Jika IRR ≤ tingkat bunga yang terdapat PBP
berlaku maka industri = Jumlah investasi yang telah
pengolahan kecap di-discount
Aneka Guna tidak layak
untuk dikembangkan. NB icp 1 = Jumlah net benefit yang
Jika IRR = tingkat bunga yang telah di-discount sebelum
berlaku maka industri Pay Back Period
pengolahan kecap NB p = Jumlah net benefit pada
Aneka Guna pulang Pay Back Period
pokok. Kriteria Penerimaan/Penolakan
Hipotesis :
3) “Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), Jika PBP ≤ umur ekonomis maka
merupakan perbandingan antara net industri pengolahan
benefit yang telah di discount positif (+) kecap Aneka Guna
dikatakan layak.
AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol.2 No. 1 Januari – Juni 2015

26
Jika PBP > umur ekonomis maka apalagi untuk menerima berbagai informasi yang
industri pengolahan menyangkut usaha pembuatan kecap.
kecap Aneka Guna
dikatakan tidak layak. 2. Karakteristik Usaha Pengolahan Kecap
Jika PBP = umur ekonomis maka Yang dimaksud dengan karakteristik
industri pengolahan usaha dalam penelitian ini adalah nama
kecap Aneka Guna perusahaan, status usaha, alasan memilih
dikatakan pulang usaha tersebut, sumber modal dan pengadaan
pokok. bahan baku. Karakteristik usaha akan
mempengaruhi hasil olahan yang diperoleh
E. Hasil Penelitian pengusaha dari usaha pembuatan kecap, hasil
1. Karakteristik Pengusaha yang didapat adalah kecap asin.
Pengertian karakteristik pengusaha Perusahaan Aneka Guna merupakan
dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, salah satu industri menengah yang mengelola
pengalaman dalam berusaha sebagai bahan baku kedelai menjadi kecap, perusahaan
pengusaha pembuatan kecap dan besarnya ini merupakan usaha yang berbentuk
tanggungan keluarga. Karakteristik akan perseorangan, dimana perusahaan masih
mempengaruhi tingkat keterampilan pengusaha dipegang langsung oleh pimpinan. Sejak mula
dalam mengelola usaha pembuatan kecap, berdirinya tahun 1950 industri pengolahan
misalnya semakin tinggi tingkat pendidikan yang kecap Aneka Guna yang lokasinya terletak di
diperoleh pengusaha maka akan semakin Jalan Iskandar Muda No.87 Kota Langsa,
terampil dalam mengelola usahanya sehingga dikelola oleh seorang pimpinan yang bernama
berpengaruh terhadap kualitas dan pendapatan ciakun, setelah dua puluh tahum ciakun
usaha pembuatan kecap yang diperoleh. mengelola perusahan ini lalu diteruskan oleh
Disamping faktor pendidikan cucunya yang bernama Karifuddin Ciaw,
pengalaman dalam berusaha juga merupakan Karifddin Ciaw memegang pimpinan perusahaan
faktor penting dalam usaha meningkatkan ini dari tahun 1970 hingga sekarang.
pendapatan (keuntungan) pengusaha, Untuk lebih jelasnya karakteristik usaha
sedangkan umur pengusaha akan berpengaruh pembuatan kecap didaerah penelitian terlihat
terhadap kemampuan dalam mengambil pada tabel IV-2 berikut ini.
keputusan bisnis. Sedangkan besarnya Tabel IV-2 : Karakteristik Usaha Pembuatan
tanggungan keluarga akan berpengaruh Kecap di Daerah Penelitian,
terhadap beban bagi pengusaha dalam 2014.
membiayai kebutuhan keluarga (rumah tangga).
Mengenai karakteristik pengusaha didaerah Alasa Sumb Pengad
penelitian dapat dilihat pada tabel IV-1 berikut N Nama Stats n er aan
ini: o Usaha Usaha Utam Moda Bahan
Tabel IV-1: Karakteristik Pengusaha Pembuatan a l Baku
Kecap didaerah Penelitian, 1. Aneka Utama Waris Priba Petani
2014. Guna an di
Um Jmlh
Nama Pendi Pengal Sumber : Data Primer 2014 ( Diolah)
N ur Tanggunga
Pengusa dikan aman Dari tabel IV-2 diatas dapat dilihat bahwa
o (Th n
ha (Thn) (Thn) status usaha adalah usaha utama dalam
n) (Orang)
1 Karifudin 60 12 40 5 pembuatan kecap. Hal ini tentunya sangat
Ciaw mempengaruhi dalam memperoleh hasil olahan
jika kualitas dan pendapatan usaha pembuatan
kecap menurun maka pendapatan pada usaha
Sumber : Data Primer 2014 ( Diolah ) pembuatan kecap menurun begitu juga
Dari tabel IV-1 diatas dapat dilihat sebaliknya jika kualitas dan pendapatan usaha
bahwa umur pengusaha pembuatan kecap pembuatan kecap menaik maka pendapatan
didaerah penelitian adalah 60 tahun, dengan pada usaha pembuatan kecap menaik.
tingkat pendidikan 12 tahun, ini berarti tingkat
pendidikan pengusaha pembuatan kecap di 3. Penggunaan Tenaga Kerja
daerah penelitian hanya tamat Sekolah Tenaga kerja merupakan salah satu
Menengah Atas (SMA). Sedangkan pengalaman faktor yang sangat penting dalam kegiatan
dibidang usaha pembuatan kecap 40 tahun, operasional usaha pembuatan kecap didaerah
dengan jumlah tanggungan keluarga 5 orang. penelitian. Penggunaan tenaga kerja yang
Dari data karakteristik pengusaha di daerah efesien dan efektif dapat mempengaruhi
penelitin dapat disimpulkan bahwa tingkat umur terhadap pengeluaran biaya produksi dalam
pengusaha tidak lagi tergolong produktif dalam menjalankan usaha pembuatan kecap. Tenaga
melaksanakan berbagai aktifitas bisnis (usaha) kerja yang digunakan pada usaha pembuatan
dibidang pembuatan kecap, tingkat pendidikan kecap meliputi: kegiatan pengangkutan,
pengusaha yang tamatan SMA tentunya tidak pencucian, perebusan, penyaringan,
sulit untuk mengikuti berbagai perubahan, pengemasan dan pemasaran. Dalam
menghitung besarnya penggunaan tenaga kerja
AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol.2 No. 1 Januari – Juni 2015

27
yang diserap untuk setiap fase kegiatan, Tabel IV-4 : Rata- rata Biaya Produksi Selama
selanjutnya dikonversikan kedalam Hari Kerja Umur Ekonomis Pada Usaha
Pria (HKP) dengan berdasarkan upah yang Pembuatan Kecap di Daerah
diberikan pada saat penelitian, dimana satu HKP Penelitian, 2014.
diartikan seorang tenaga kerja yang bekerja rata-
rata 6 jam perhari dengan upah yang dibayarkan No Tahun Biaya Produksi ( Rp)
sebesar Rp. 50.000,- per hari kerja. 1. 2009 371.742.600
Untuk lebih jelasnya penggunaan 2. 2010 398.107.600
tenaga kerja selama umur ekonomis pada usaha 3. 2011 419.637.600
penggilingan kopi didaerah penelitian dapat 4. 2012 432.652.600
dilihat pada Tabel IV-3 berikut: 5. 2013 454.847.600
Tabel IV-3 : Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Jumlah 2.076.988.000
Per Tahun Selama Lima Tahun Rata-rata 415.397.600
Usaha Pembuatan Kecap Aneka Sumber : Data Primer diolah, 2014
Guna didaerah Penelitian, 2013. Dari tabel IV-4 diatas dapat dilihat
bahwa biaya produksi yang dikeluarkan oleh
Penggunaan Tenaga Jumlah Aneka Guna pada tahun 2009 sebesar RP.
No Tahun kerja (HKP)/Thn (HKP) 371.742.600,- tahun 2010 sebesar RP.
DK LK 398.107.600,- tahun 2011 sebesar RP.
1. 2009 246 470 716 419.637.600,- tahun 2012 sebesar RP.
2. 2010 267 483 750 432.652.600,- dan tahun 2013 sebesar RP.
3. 2011 267 513 780 454.847.600,- dengan jumlah keseluruhan dari
4. 2012 225 463 688 ke lima tahun terakir selama umur ekonomis
5. 2013 300 525 825 adalah sebesar Rp. 2.076.988.000,- dan rata-
Jumlah 1.305 2.454 3.759 rata Rp. 415.397.600,-.
Rata-Rata 261 490,8 751,8
Sumber : Data Primer diolah, 2014 5.
Pendapatan
Dari tabel IV-3 diatas dapat dilihat Pendapatan dalam penelitian adalah
bahwa jumlah penggunaan tanaga kerja selama pendapatan kotor dan pendapatan bersih, yang
umur ekonomis pada usaha pengolahan kecap dimaksud dengan pendapatan kotor adalah hasil
didaerah penelitian yaitu 3.759 HKP, dimana penjualan kecap yang belum dikurangi dengan
tahun ke 2009 jumlah penggunaan tenaga kerja biaya operasional dan pemeliharaan.
sebanyak 716 HKP, tahun ke 2010 jumlah 750 Menurut Soekartawi
HKP, tahun ke 2011 jumlah 780 HKP, tahun ke (1995:88),"Pendapatan merupakan
2012 jumlah 688 HKP, tahun ke 2013 jumlah selisih antara biaya yang dikeluarkan
825 HKP, dengan rata-rata penggunaan tenaga dan penerimaan yang diperoleh, bentuk
kerja selama lima tahun pada usaha pengolahan kewajiban.dan jumlah pendapatan ini
kecap secara menyeluruh adalah 751,8 HKP. mempunyai fungsi yang sama yaitu
memenuhi keperluan sehari-hari dan
4. Biaya Produksi memberikan kepuasan agar dapat
Menurut Soekartawi (1995 : 63),” Biaya melanjutkan kegiatan. Pendapatan ini
produksi adalah semua pengeluaran yang harus akan digunakan juga untuk mencapai
dikeluarkan produsen untuk memperoleh faktor- keinginan-keinginan dan memenuhi
faktor produksi dan faktor-faktor penunjang kewajiban.
lainnya yang dapat di dayagunakan agar Sedangkan pendapatn bersih yaitu
produksi tertentu yang telah direncanakan dapat jumlah pendapatan kotor setelah dikurangi
terwujud dengan baik", untuk lebih jelasnya dengan biaya-biaya selama produksi
tentang rata-rata biaya produksi selama umur berlangsung. Untuk lebih jelasnya tentang rata-
ekonomis perusahaan pada usaha pembuatan rata pendapatan kotor dan pendapatan bersih
kecap didaerah penelitian dapat dilihat pada pada usaha pembuatan kecap didaerah
tabel IV-4 berikut ini : penelitian dapat dilihat pada tabel IV-5 berikut
ini:
Tabel IV-5: Rata-rata Pendapatan Kotor dan Pendapatan Bersih Pada Usaha Pembuatan Kecap di Daerah
Penelitian, 2014.
Pendapatan Kotor Pendapatan Bersih
No Tahun
(Rp) (Rp)
1. 2009 1.360.056.000 988.313.400
2. 2010 1.514.712.000 1.116.604.400
3. 2011 1.508.538.000 1.088.900.400
4. 2012 1.855.224.000 1.422.571.400
5. 2013 1.961.160.000 1.506.312.400
Jumlah 8.199.690.000 6.122.702.000
Rata-rata 1.639.938.000 1.224.540.400
Sumber : Data Primer diolah, 2014

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol.2 No. 1 Januari – Juni 2015

28
Dari tabel IV-5 diatas dapat dilihat bahwa
jumlah pendapatan kotor pengolahan kecap Aneka 6. Analisis Kelayakan Finansial
Guna selama lima tahun terakir didaerah penelitian Kelayakan usaha pembuatan kecap
selama umur ekonomis adalah sebesar Rp. dalam penelitian ini dianalisis dengan
8.199.690.000,- dengan rata-rata pendapatan menggunakan alat analisis Net Present Value
kotornya sebesar Rp. 1.639.938.000,- dan jumlah (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit
pendapatan bersihnya dari lima tahun terakir pada Cost Ratio (Net B/C) dan Pay Back Period (PBP)
usaha pengolahan kecap Aneka Guna didaerah didaerah penelitian. Untuk lebih jelasnya mengenai
penelitian selama umur ekonomis adalah sebesar indikator penilaian kelayakan pada usaha
Rp. 6.122.702.000,- dengan rata-rata pendapatan pembuatan kecap didaerah penelitian dapat dilihat
bersihnya adalah sebesar Rp. 1.224.540.400,-. pada tabel IV-6 berikut ini:
Tabel IV-6 : Indikator Penilaian Kelayakan Usaha Pengolahan Kecap Aneka Guna di Daerah Penelitian, 2014.

No Indikator Batas Nilai Nilai Kriteria


Penilaian
1 NPV 0 263.281.290 Layak
2 IRR 18% 84% Layak
3 Net B/C 1 3,27 Layak
4 PBP 5 Thn 1 Tahun 6 Bulan Layak

Sumber : Data Primer diolah, 2014


Catatan : Tingkat suku bunga yang berlaku saat penelitian ini dilakukan didaerah penelitian adalah sebesar
18 %.

Dari tabel IV-6 diatas dapat dilihat bahwa didaerah penelitian selama 5 tahun adalah Rp.
berdasarkan pada hasil perhitungan investasi, 2.076.988.000,-
dimana NPV = 263.281.290,- (lebih besar dari e. Pendapatan kotor yang diperoleh pengusaha
nol), artinya usaha pengolahan kecap layak untuk sebesar Rp. 8.199.690.000,- dan pendapan
dilanjutkan. Rata-rata IRR = 84 % lebih besar dari bersih yang diperoleh sebesar Rp.
tingkat bunga yang berlaku (D.F. = 18%), artinya 6.122.702.000,-
tingkat bunga lebih besar dari tingkat bunga yang f. Dari hasil perhitungan Investasi diperoleh NPV =
berlaku saat ini yaitu sebesar 18% sehingga usaha Rp. 263.281.290-,(lebih besar dari nol), IRR =
pengolahan kecap layak untuk di kembangkan. 84 % lebih besar dari tingkat bunga yang
Rata-rata Net B/C Ratio = 3,27 (lebih besar dari berlaku ( D.F. 18%), Net B/C Ratio = 3,27 (lebih
pada 1) maka usaha pembuatan kecap didaerah besar dari pada 1) maka usaha pengolahan
penelitian layak untuk dikerjakan bila ditinjau dari kecap didaerah penelitian layak untuk
segi aspek finansial, dilihat dari kemampuan dikerjakan, dilihat dari kemampuan
pengembalian modal (PBP), usaha ini relatif cepat pengembalian modal (PBP), usaha ini relatif
dapat megembalikan modal, tepatnya rata-rata 1 cepat dapat mengembalikan modal, tepatnya
tahun 6 bulan (lebih kecil dari umur ekonomis), rata-rata 1 tahun 6 bulan (lebih kecil dari umur
maka usaha pengolahan kecap dikatakan layak. ekonomis = 5 tahun).

F. KESIMPULAN DAN SARAN 2. Saran


a. Diharapkan kepada pengusaha pembuatan
1. Kesimpulan kecap agar tetap menjaga kebersihan dan mutu
a. Karakteristik pengusaha pembuatan kecap produk yang dihasilkannya, sehingga produk
didaerah penelitian yaitu, pengusaha berumur yang digunakan oleh konsumen merupakan
60 tahun, dengan pendidikan 12 tahun, produk yang sehat dan tidak berbahaya.
pengalaman dalam usaha Pembuatan Kecap Dengan menjaga mutu produk, maka hasil
40 tahun dan jumlah tanggungan keluarga 5 produksi dapat tetap bersaing dengan produk-
orang. produk yang dihasilkan pengusaha kecap
b. Karakteristik usaha pembuatan kecap didaerah lainnya.
penelitian yaitu, status usaha adalah usaha b. Laba yang diperoleh oleh pengusaha pembuatan
utama, alasan utama pengusaha memilih kecap harus menjadi motivasi untuk
usaha tersebut karena usaha warisan, sumber mengembangkan usahanya, sehingga
modal yang digunakan merupakan modal keuntungan yang yang didapat juga semakin
pribadi dan pengadaan bahan baku dari petani. meningkat.
c. Tenaga kerja yang digunakan berjumlah 27 c. Diharapkan kepada pengelola kecap asin
orang, 20 tenaga kerja pria dan 7 orang tenaga Aneka Guna untuk mengembangkan dan
kerja wanita. Jumlah penggunaan tenaga kerja memperluasan usaha pabrik kecap asin di
selama 5 tahun sebesar 3759 HKP. dalam daerah maupun diluar daerah
d. Total biaya produksi yang dikeluarkan oleh mengingat industri pengolahan kecap hanya
pengusaha dalam usaha pembuatan kecap satu-satunya di Kota Langsa sementara minat
konsumen semangkin meningkat/bertambah.
AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol.2 No. 1 Januari – Juni 2015

29
DAFTAR PUSTAKA Nazir, M, 2005. Metode Penelitian, Ghalia
Adisarwanto, 2002, Budi Daya Kedelai Tropika. Indonesia, Jakarta.
Penebar Swadaya. Jakarta. Pasaribu, A. M. 2012. Perencanaan dan Evaluasi
Badan Pusat Statistik, 2013. Kota Langsa dalam Proyek Agribisnis- Konsep dan Aplikasi.
Angka, BPS Kota Langsa Lily Publisher, Yogyakarta.
Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Purba. R, 1997. Analisis Biaya dan Manfaat.
Langsa, 2013. Laporan Tahunan Dinas Rineka Cipta, Jakarta.
Kelautan, Perikanan dan pertanian Kota Rukmana. 2003, Komposisi Zat Gizi Kecap Kedelai,
Langsa, Dinas Kelautan, Perikanan dan Gramedia Pustaka Utama
Pertanian Kota Langsa, Kota Langsa. Simanjuntak. P. J. 1998, Pengantar Ekonomi
Hidayat. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi, Sumber Daya Manusia. Rajawali Press,
Yogyakarta. Jakarta:
Ibrahim, M.Y, 2003. Analisis Kelayakan Bisnis. Soekartawi. 2005. Pengantar Agroindustri.
Rineka Cipta, Jakarta. Rajawali Press, Jakarta.
Kasmir. 2003, Studi Kelayakan Bisnis. Rineka _________. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas
Cipta, Jakarta. Indonesia, Pers, Jakarta
Mubyarto dan Suratno, 1981. Metodelogi Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis, Gramedia
Penelitian Ekonomi, Yayasan Agronomika, Pustaka Utama
Yogyakarta.

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol.2 No. 1 Januari – Juni 2015

30

Anda mungkin juga menyukai