Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan
melindungi kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan
dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera
yang membahayakan dirinya sendiri. Cedera sering dialami oleh seorang atlet,
seperti cedera goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh.
Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan yang profesional dengan
segera. Banyak sekali permasalahan yang dialami oleh atlet olahraga, tidak
terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini bermula dari adanya suatu kekuatan
abnormal dalam level yang rendah atau ringan, namun berlangsung secara
berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Jenis cedera ini terkadang
memberikan respon yang baik bagi pengobatan sendiri.
Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga
yang salah. Aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat,
kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan
olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para
pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin
meningkatkan tahap latihan. Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada
atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan
karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau
terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan
memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita
memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk
memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar
tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan
secara profesional (memeriksakan diri ke dokter).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud cedera dan cedera olahraga ?
2. Apa macam-macam cedera olahraga ?
3. Bagaimana klasifikasi cedera olahraga ?
4. Apa penyebab cedera olahraga ?
5. Bagaimana penanganan cedera olaharaga ?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian cedera dan cedera olahraga.
2. Mengetahui macam-macam cedera olahraga.
3. Mengetahui klasifikasi cedera olahraga.
4. Mengetahui penyebab cedera olahraga.
5. Mengetahui penanganan cedera olaharaga.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Cedera dan Cedera Olahraga
1. Cedera
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja
pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui
kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa
berlangsung dengan cepat atau jangka lama. Dapat dipertegas bahwa
hasil suatu tenaga atau kekuatan yang berlebihan dilimpahkan pada
tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh atau bagian tubuh tersebut
tidak dapat menahan dan tidak dapat menyesuaikan diri.

2. Cedera Olahraga
Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk
dikembangkan dan ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi atau
kompetisi, tetapi olahraga juga untuk kebugaran jasmani secara
umum. Kebugaran jasmani tidak hanya punya keuntungan secara
pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan bagi masyarakat dan
negara. Oleh karena itu kegiatan olahraga sekarang ini semakin
mendapat perhatian yang luas. Bersamaan dengan meningkatnya
aktivitas keolahragaan tersebut, korban cedera olahraga juga ikut
bertambah. Sangat disayangkan jika hanya karena cedera olahraga
tersebut para pelaku olahraga sulit meningkatkan atau
mempertahankan prestasi.
Cedera olahraga adalah cedera pada sistem intergument, otot
dan rangka yang disebabkan oleh kegiatan olahraga. Cedera olahraga
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kesalahan metode latihan,
kelainan struktural maupun kelemahan fisiologis fungsi jaringan
penyokong dan otot (Bahr et al. 2003).

Cedera olahraga (sport injuries) ialah segala macam cedera


yang timbul, baik pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga
(pertandingan) ataupun sesudah pertandingan. Berdasarkan
macamnya cedera, maka cedera olahraga dapat dibagi atas sebab-
sebabnya cedera: External violence (sebab-sebab yang berasal dari
luar) dan Internal violence (sebab-sebab yang berasal dari dalam)
(Rusli,2011).
Cedera yang timbul/terjadi karena pengaruh atau sebab yang
berasal dari luar, misalnya: karena body contact sports: tinju, karate,
pencak silat, Karena alat-alat olahraga: stick hockey, bola, raket.
Karena keadaan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya cedera,
misalnya: keadaan lapangan yang tidak memenuhi persyaratan. Balap
mobil, motor, lapangan bola yang berlubang. Sedangkan cedera yang
disebab dari dalam terjadi karena koordinasi otot-otot dan sendi yang
kurang sempurna, sehingga menimbulkan gerakan-gerakan yang
salah, sehingga menimbulkan cedera. Ukuran tungkai/kaki yang tidak
sama panjangnya; kekuatan otot-otot yang bersifat antagonistis tidak
seimbang dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi juga karena kurangnya
pemanasan, kurang konsentrasi ataupun si atlit dalam keadaan fisik
dan mental yang lemah.

Secara umum patofisiologi terjadinya cedera berawal dari


ketika sel mengalami kerusakan, sel akan mengeluarkan mediator
kimia yang merangsang terjadinya peradangan. Mediator tadi antara
lain berupa histamin, bradikinin, prostaglandin dan leukotrien. Mediator
kimiawi tersebut dapat menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah
serta penarikan populasi sel sel kekebalan pada lokasi cedera. Secara
fisiologis respon tubuh tersebut dikenal sebagai proses peradangan.
Proses peradangan ini kemudian berangsur-angsur akan menurun
sejalan dengan terjadinya regenerasi proses kerusakan sel atau
jaringan tersebut(Van Mechelen et al. 1992). Selain berdasarkan tanda
dan gejala peradangan, diagnosis ditegakkan berdasarkan keterangan
dari penderita mengenai aktivitas yang dilakukannya dan hasil
pemeriksaaan penunjang.

Tanda akut cedera olahraga yang umumnya terjadi adalah


tanda respon peradanagan tubuh berupa tumor ( pembengkakaan),
kalor (peningkatan suhu), rubor (warna merah), dolor (nyeri) dan
functio leissa (penurunan fungsi). Nyeri pertama kali muncul jika serat-
serat otot atau tendon yang jumlahnya terbatas mulai mengalami
robekan.Selain nyeri muncul tanda radang seperti bengkak,
kemerahan, panas dan penurunan fungsi. Pada proses lanjut tanda-
tanda peradangan tersebut akan berangsur angsur menghilang.
Apabila tanda peradangan awal cukup hebat, biasanya rasa nyeri
masih dirasakan samapai beberapa hari setelah onset cedera.
Kelemahan fungsi berupa penurunan kekuatan dan keterbatasan
jangakauan gerak juga sering dijumpai (Stevenson et al. 2000).

2.2. Macam – macam Cedera Olahraga


Didalam menangani cedera olahraga (sport injury) agar terjadi
pemulihan seorang atlet untuk kembali melaksanakan kegiatan dan kalau
perlu ke prestasi puncak sebelum cedera. Kita ketahui penyembuhan
penyakit atau cedera memerlukan waktu penyembuhan yang secara
alamiah tidak akan sama untuk semua alat (organ) atau sistem jaringan
ditubuh, selain itu penyembuhan juga tergantung dari derajat kerusakan
yang diderita, cepat lambat serta ketepatan penanggulangan secara dini.
Dengan demikian peran seseorang yang berkecimpung dalam
kedokteran olahraga perlu bekal pengetahuan mengenai penyembuhan
luka serta cara memberikan terapi agar tidak menimbulkan kerusakan yang
lebih parah, sehingga penyembuhan serta pemulihan fungsi, alat dan
sistem anggota yang cedera dapat dicapai dalam waktu singkat untuk
mencapai prestasi kembali, maka latihan untuk pemulihan dan peningkatan
prestasi sangat diperlukan untuk mempertahankan kondisi jaringan yang
cedera agar tidak terjadi penecilan otot (atropi).
Agar selalu tepat dalam menangani kasus cedera maka sangat
diperlukan adanya pengetahuan tentang macam-macam cedera. Cedera
olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :
a. Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti : lecet,
lepuh, memar, leban otot, luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi
sendi, patah tulang, trauma kepala-leher-tulang belakang, trauma
tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada perut, cedera
anggota gerak atas dan bawah.
b. Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes),
yang lebih spesifik yang berhubungan dengan jenis olahraganya,
seperti : tenis elbow, golfer’s elbow swimer’s shoulder, jumper’s knee,
stress fracture pada tungkai dan kaki.

2.3. Klasifikasi Cedera Olahraga


Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Cedera tingkat 1 (cedera ringan)
Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun
dapat mengganggu penampilan atlit. Misalnya: lecet, memar, sprain
yang ringan.

b. Cedera tingkat 2 (cedera sedang)


Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh pada
performance atlit. Keluhan bias berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi
(tanda-tanda inplamasi) misalnya: lebar otot, straing otot, tendon-tendon,
robeknya ligament (sprain grade II).

c. Cedera tingkat 3 (cedera berat)


Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif, istirahat total
dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau
hamper lengkap ligament (sprain grade III) dan IV atau sprain fracture)
atau fracture tulang.

d. Strain dan Sprain


Strain dan sprain adalah kondisi yang sering ditemukan pada cedera
olahraga.
1. Strain
Strain adalah menyangkut cedera otot atau tendon. Straing dapat
dibagi atas 3 tingkat, yaitu :
a) Tingkat 1 (ringan)
Strain tingkat ini tidak ada robekan hanya terdapat kondisi
inflamasi ringan, meskipun tidak ada penurunan kekuatan otot,
tetapi pada kondisi tertentu cukup mengganggu atlit. Misalnya
strain dari otot hamstring (otot paha belakang) akan
mempengaruhi atlit pelari jarak pendek (sprinter), atau pada
baseball pitcher yang cukup terganggu dengan strain otot-otot
lengan atas meskipun hanya ringan, tetapi dapat menurunkan
endurance (daya tahannya).

b) Tingkat 2 (sedang)
Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan pada otot
atau tendon, sehingga dapat mengurangi kekuatan atlit.

c) Tingkat 3 (berat)
Straing pada tingkat 3 ini sudah terjadi rupture yang lebih hebat
sampai komplit, pada tingkat 3 diperlukan tindakan bedah
(repair) sampai fisioterapi dan rehabilitasi.

2. Sprain
Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligament. Sprain dapat
dibagi 4 tingkat, yaitu :
a) Tingkat 1 (ringan)
Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat ligament
yang terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada
gangguan fungsi.

b) Tingkat 2 (sedang)
Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih luas, tetapi
50% masih baik. Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi, tindakan
proteksi harus dilakukan untuk memungkinkan terjadinya
kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu untuk benar-
benar aman dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali
terjadi pada atlit memaksakan diri sebelum selesainya waktu
pemulihan belum berakhir dan akibatnya akan timbul cedera baru
lagi.

c) Tingkat 3 (berat)
Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau lepasnya
ligament dari tempat lekatnya dan fungsinya terganggu secara
total. Maka sangat penting untuk segera menempatkan kedua
ujung robekan secara berdekatan.

d) Tingkat 4 (Sprain fraktur)


Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi akibat ligamennya robek dimana
tempat lekatnya pada tulang dengan diikuti lepasnya sebagian
tulang tersebut.

2.4. Penyebab Cedera Olahraga


Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab
cedara olahraga.
1. Faktor olahragawan/olagragawati
a. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi
kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40
tahun raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas
tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-
kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun.
b. Faktor pribadi
Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih
mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan
olahragawan yang sudah berpengalaman.
c. Pengalaman
Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena
cedera dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang sudah
berpengalaman.
d. Tingkat latihan
Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar
latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun
sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan
cedera karena “over use”.
e. Teknik
Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari
cedera. Dalam melakukan teknik yang salah maka akan
menyebabkan cedera.
f. Kemampuan awal (warming up)
Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan
pemanasan, sehingga terhindar dari cedera yang tidak di inginkan.
Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan lain-
lain.
g. Recovery period
Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk
sistem musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu
untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu
menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya
cedera bisa dihindari.
h. Kondisi tubuh yang “fit”
Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan
untuk berolahrag, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi
sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.
i. Keseimbangan Nutrisi
Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin
yang cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat.
j. Hal-hal yang umum
Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman
beralkohol, rokok dan yang lain.

2. Peralatan dan Fasilitas


Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan
kurang baik akan mudah terjadinya cedera.
Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang
bersifat body contack, serta jenis olahraga yang khusus.
3. Faktor karakter dari pada olahraga tersebut
Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal
olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan
sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya.

2.5. Contoh Cedera

1. Cedera Hamstring

Cedera hamstring adalah cedera yang menimpa tiga


kelompok otot yang ada di paha bagian belakang. Otot ini tidak terlalu
banyak digunakan saat seseorang berdiri atau berjalan.
Hamstring akan sangat aktif saat melakukan aktivitas yang menuntut
seseorang membengkokkan tungkai kaki, seperti berlari, melompat,
dan memanjat. Melakukan aktivitas tersebut akan memperbesar risiko
terkena cedera hamstring. Untuk meminimalisir risiko cedera
hamstring, peregangan otot dan latihan penguatan otot harus
dilakukan secara rutin.

Gejala Cedera Hamstring

Gejala adalah sesuatu yang dirasakan dan diceritakan oleh


penderita. Jika otot hamstring mengalami cedera, biasanya penderita
akan merasakan beberapa hal berikut:

 Rasa nyeri yang hebat serta sensasi robek atau terputus pada
bagian belakang paha.

 Pembengkakan.

 Memar pada lokasi cedera.

 Otot melemah bahkan tidak bisa memberi beban pada kaki yang
cedera.

Penyebab dan Faktor Risiko Cedera Hamstring

Cedera hamstring dapat terjadi jika otot-otot pada bagian


belakang paha tertarik melebihi kemampuannya. Hal ini bisa terjadi
ketika seseorang melakukan gerakan mendadak seperti lari cepat,
melompat, atau menerjang secara tiba-tiba.
Namun, cedera hamstring dapat juga terjadi ketika seseorang
melakukan gerakan pelan tapi menarik otot belakang paha secara
berlebihan. Jika seseorang pernah menderita cedera hamstring, maka ia
punya risiko lebih besar untuk terkena cedera yang sama.

Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang berisiko


terkena cedera hamstring adalah:
 Kelenturan otot yang buruk. Hal ini bisa menyebabkan otot tidak
mampu menahan beban aktivitas tertentu yang memerlukan
kelenturan otot.

 Perkembangan otot tidak seimbang. Beberapa ahli menyatakan


bahwa jika otot-otot paha bagian depan berkembang menjadi lebih
kuat, maka otot-otot paha bagian belakang (hamstring) lebih rentan
mengalami cedera.

 Olahraga. Lari cepat jarak pendek atau berdansa menuntut otot


hamstring meregang lebih banyak. Ini akan membuat risiko terkena
cedera hamstring lebih besar.

 Riwayat cedera hamstring. Jika seseorang pernah terkena cedera


hamstring, maka ia memiliki risiko lebih besar untuk terkena lagi.

Cedera hamstring bisa dibedakan menjadi tiga yaitu:

 Tingkat 1: Otot-otot hamstring hanya tertarik ringan atau


menegang. Kaki yang cedera masih dapat menanggung beban.
Biasanya, masa penyembuhan hanya beberapa hari.

 Tingkat 2: Robeknya sebagian otot-otot hamstring.Terasa lebih


nyeri, tampak bengkak, memar, dan kaki yang cedera lebih lemah
saat menahan beban. Masa penyembuhan bisa beberapa minggu
hingga beberapa bulan.

 Tingkat 3: Seluruh otot-otot hamstring robek. Sangat nyeri,


bengkak, memar, terasa sensasi robekan saat cedera, dan kaki
tidak dapat digunakan sama sekali untuk berjalan. Masa
penyembuhan bisa beberapa minggu hingga beberapa bulan.

Pengobatan Cedera Hamstring

Penderita cedera hamstring diharuskan untuk tidak melakukan aktivitas


berat hingga otot pulih kembali. Selain itu, ada beberapa cara yang bisa
dtempuh untuk menangani cedera hamstring yaitu:
 Konsumsi obat-obatan, untuk mengurangi nyeri dan
pembengkakan. Misalnya ibuprofen atau acetaminophen.

 Kompres dengan es batu, lakukan beberapa kali dalam sehari


untuk mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan.

 Gunakan tongkat penyangga, agar kaki yang cedera tidak


menopang bobot tubuh seluruhnya.

 Balut dan angkatlah kaki yang cedera, untuk meminimalisir


pembengkakan.

 Pembedahan untuk melekatkan kembali otot-otot hamstring tertarik


sepenuhnya dari tulang panggul atau tulang kering. Pembedahan
juga bisa menangani otot yang robek cukup parah.

 Terapi fisik, dengan melakukan latihan yang didesain untuk


meningkatkan fleksibilitas serta menguatkan otot-otot hamstring.

2. Cedera Punggung Bawah

Punggung bawah (daerah lumbar) memberikan kekuatan


pada torso, pinggul dan paha. Juga berperan sekali bagi saraf-saraf
tulang belakang dan tulang punggung dan juga pada tulang-tulang
yang berada disepanjang tulang-tulang ini. Gerakan-gerakan menekuk
memutar, maupun penyerapan goncangan yang dialami oleh atlet
pada bagian punggung bawah secara berlebihan tidak hanya akan
menyebabkan cedera punggung, tetapi juga pada bagian saraf-saraf
punggung tanpa rasa sakit.

Cedera punggung adalah penyakit yang paling umum terjadi


pada punggung, otot, atau sendi di mana pinggang mengalami
penarikan. Berbagai otot dan ligamen menyokong tulang di bagian
punggung. Ketika otot dan ligamen ini meregang dengan kuat
mengakibatkan otot melemah dan tulang belakang menjadi tidak stabil,
menyebabkan sakit punggung. Dalam dunia olahraga cedera ini paling
sering dialami pada cabang senam, ballet dan bola basket, karena
cabang olahraga ini banyak memberikan tekanan pada punggung.

Gejala yang muncul pada cedera tulang punggung biasanya


menyebabkan nyeri tiba-tiba pada punggung bawah selama
mengayun, mendorong atau menarik.
Pada awalnya nyeri tidak terlalu berat sehingga penderita masih bisa
melanjutkan latihannya. Otot dan tendon yang robek selanjutnya akan
mengalami perdarahan dan membengkak, dan 2-3 jam kemudian
terjadi kejang yang menyebabkan nyeri hebat. Setiap pergerakan
punggung akan memperburuk rasa nyeri.

Faktor-faktor lain yang meningkatkan risiko mengalami


cedera punggung bawah yaitu:

 Kelelahan: lelah menyebabkan otot tidak mendukung sendi


dengan baik.

 Pemanasan yang tidak benar: pemanasan sebelum latihan yang


dilakukan secara tidak benar, mengakibatkan otot tidak melebar
leluasa, membatasi jangkauan gerak sendi, dan menyebabkan
rentan cedera.

 Lengkung tulang punggung bagian bawah yang terlalu berlebihan

 Tulang pinggul yang miring ke depan

 Otot punggung yang lemah atau kaku

 Otot perut dan otot paha yang lemah

 Urat lutut yang kaku.

3. Cedera Pinggul

a. Pointer Pinggul
Hip pointer merupakan memar yang terasa sakit disebabkan oleh
benturan pada bagian luar daerah batas pelvis, khususnya pada
daerah garis ikat pinggang. Pada bagian ini struktur tulang panggul
(pelvis) paling menonjol (prominent). Karena memar ini
memperlihatkan pendarahan di bawah kulit, maka cedera ini sangat
sakit dan mempengaruhi aktivitas lari ataupun jalan. Cedera ini banyak
terjadi pada olahraga yang banyak terjadi persinggungan/benturan
tubuh, seperti sepak bola.

Ini disebabkan adanya benturan pada bagian luar pinggul itu


sendiri, yang lebih dikenal dengan Greater Trochanter. Kejang otot
atau robek otot dapat menyertai benturan-benturan dan secara
bertahap mengakibatkan cedera. Keadaan cedera ini segera diikuti
dengan adanya memar, kulit yang terasa hangat, adanya
pembengkakan dan terasa perih. Kondisi tersebut akan memperkuat
diagnosa yang ada.Pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk
membantu korban adalah dengan mengurangi nyeri, bengkak, dan
potensi untuk cedera lebih lanjut. Gunakan prinsip RICE (Rest, Ice,
Compression, Elevation, dan Stabilization).Perawatan:Rest: Dalam hal
ini bagian yang cedera tidak boleh dipakai/ digerakan, rest ini
tujuannya sama dengan fungsiolesi, supaya perdarahan lekas berhenti
dan mengurangi pembengkakan

Ice bermanfaat untuk menghentikan perdarahan (menyempit,


vasokontriksi sehingga memperlambat aliran darah) dengan demikian
ice mempunyai tujuan:Mengurangi perdarahan, menghentikan
perdarahan. Mengurangi pembengkakan. Mengurangi rasa sakit.
Pendinginan yang kita terapkan ini, pengaruhnya kurang terhadap
bagian yang dalam letaknya. Karena jaringan-jaringan ikat serta kulit
kita berfungsi sebagai isolator. Disamping itu pembuluh darah di kulit
akan menyerap dingin sebelum dingin tadi sampai ke bagian dalam
tubuh kita. Maka dari itu pengobatan cedera dari bagian-bagian yang
letaknya dalam, biasanya dikerjakan dengan kombinasi balut tekan
dan pendinginan.
Compression(balut tekan), Tujuannya:Untuk mengurangi
pembengkakan sebagai akibat perdarahan yang dihentikan oleh ikatan
tadi.Untuk mengurangi pergerakan. Balut tekan adalah suatu ikatan
yang terbuat dari bahanyang elastis. Bahan perbannya disebut elastis
perban/ elastis bandage/ tensiokrep atau benda-benda lain yang
sejenis.Elevation: Mengangkat bagian yang cedera lebih tinggi dari
letak jantung. Tujuannya adalah supaya perdarahan berhenti dan
pembengkakan dapat segera berkurang. Karena aliran darah arteri
menjadi lambat (melawan gaya tarik bumi) sehingga perdarahan
mudah berhenti. Sedangkan aliran vena menjadi lancar, sehingga
pembengkakan berkurang. Dengan demikian hasil-hasil jaringan yang
rusak akan lancardibuang oleh aliran darah balik dan pembuluh limfe.
(Hardianto Wibowo, 1995: 16-18).

b. Bursitis Pinggul (Hip bursitis)

Anatomi Pinggul/Pantat

Ada tiga otot yang besar di pantat yaitu: otot gluteus maksimus,
gluteus medius, dan gluteus minimus. Otot gluteus maksimus adalah
otot yang besar, tebal, di bagian belakang dari pinggul. Otot ini yang
digunakan untuk menegakkan badan dari keadaan jongkok dan juga
membantu kita agar badan tetap pada posisi yang tegak, bila kita
berdiri. Otot-otot lain pada pantat lebih kecil yaitu: otot gluteus medius
dan gluteus minimus. Otot ini sebenarnya letaknya lebih ke arah
samping dari pinggul dan membuat pantat nampak lebih bulat. Otot-
otot tersebut melekat pada bagian atas, luar tulang pinggul dan
terentang ke bawah (Sadoso Sumosardjuno, 1995: 273-274)

Sakit pinggul biasanya berasal dari trochanterik atau bursitis


pada pinggul. Pengenalan terhadap rasa sakit secara dini dan
perawatan secara tepat dapat mengurangi penderitaan yang dialami
dan mengurangi waktu untuk melakukan aktivitas olahraga yang
terbuang dengan sia-sia. Bursa merupakan sebuah kantung berisi
cairan yang terasa lembut, yang memungkinkan bagian-bagian tubuh
kita dapat berinteraksi satu sama lain dengan halus (seperti terlihat
balon kempis, dan terdiri dari sel-sel khusus yang menghasilkan cairan
synovial yang kaya akan protein. Cairan ini untuk meminyaki sendi dan
tendon. Pada saat bursa teriritasi atau mengalami peradangan, bursa
akan memproduksi cairan synovial tambahan dan meningkatkan
tekanan pada kantung bursa. Cairan yang jumlahnya lebih banyak
tersebut dan adanya tekanan yang bertambah pada kantung sebagai
akibat adanya pembengkakan dan menimbulkan terasa sangat sakit.
Keadaan seperti ini dinamakan bursitis.

Cara yang terbaik untuk mencegah bursitis adalah menghindari


gerakan tubuh yang terlalu menegang (karena dapat menimbulkan
bursitis). Penanganan awal sama seperti di atas yaitu menggunakan
prinsip RICE.

Lakukan latihan peregangan dan penguatan dengan tepat untuk


mencegah bursitis. Latihan peregangan tersebut untuk melepaskan
tekanan iliotibial bandpada daerah pinggul yang biasa menderita
bursitis. Melakukan latihan peregangan dan penguatan pada otot-otot
punggung bawah dan pantatakan menjaga pinggul dan tulang panggul
(pelvis) pada posisi yang tepat, dan mengurangi terjadinya gerakan
menekan yang tidak berguna pada sendi pinggul pada saat atlet silat
bertanding.Latihan-latihan berikut ini dapat melepaskan, meregangkan
danmenguatkan otot-otot di sekitar pinggul dan dapat mencegah serta
mengobati bursitis

4. Cedera tulang kering

Cedera tulang kering, atau sindrom stres tibia, adalah kondisi


nyeri di sepanjang bagian depan atau dalam kaki di bawah lutut. Otot,
sendi, dan jaringan tulang terlalu banyak bekerja karena peningkatan
aktivitas. Gejala ringan yang muncul seperti peradangan otot,
sedangkan pada kasus yang parah bisa disertai dengan sedikit
peregangan pada tulang kaki. Kondisi ini adalah salah satu cedera
yang paling umum terjadi pada saat berolahraga
Cedera tulang kering disebabkan oleh peradangan (iritasi
jaringan) pada otot, ligamen dan jaringan luar tulang. Penyebabnya
antara lain otot yang bergerak secara berlebihan, sendi Achilles
mengalami penegangan, otot pergelangan kaki melemah, kaki datar,
kaki bengkok, dan intensitas latihan yang meningkat. Berjalan
menuruni bukit atau di permukaan yang miring, melakukan olahraga
yang memiliki gerakan mulai dan berhenti secara tiba-tiba (basket,
tenis), latihan terlalu sering atau terlalu panjang dan sepatu yang tidak
sesuai dapat menyebabkan belat cedera tulang kering.

Pengobatan pada atlet cedera tulang kering ini adalah untuk


menngembalikan keadaan menjadi seperti semula dengan seaman
mungkin. Aktivitas yang dimulai terlalu cepat dapat menyebabkan
cedera yang lebih serius. Anda dapat menggunakan aturan RICE
(Rest, Ice, Compress, Elevation). Istirahat dan menghindari kegiatan
yang dapat menyebabkan kondisi ini penting dilakukan. Gunakan es
dan pijat selama 20 menit, tiga kali sehari selama 2 sampai 3 hari atau
sampai rasa sakit hilang. Latihan peregangan dapat memperkuat otot-
otot seperti mengangkat kaki. Gunakanlah bantal pada kaki. Anda juga
dapat diobati oleh fisioterapis.

Langkah-langkah lain untuk membantu pengobatan sakit pada


kaki yaitu meliputi: memilih sepatu ukuran yang sesuai dengan
lengkungan (orthotic), mengubah olahraga yang dilakukan (seperti
bersepeda atau berenang), aturlah intensitas latihan dan secara
bertahap lakukan peningkatan latihan.

Obat-obatan anti-radang (ibuprofen, asetaminofen, aspirin)


dapat mengurangi rasa sakit tapi menyebabkan masalah pada perut,
sehingga Anda harus mengonsumsinya segera setelah makan

Hindari kegiatan yang menyebabkan rasa sakit, bengkak atau


rasa tidak nyaman. Cobalah kegiatan berdampak rendah latihan,
seperti berenang atau bersepeda. Jika sakit tulang kering
menyebabkan Anda lemas, pertimbangkan untuk menggunakan
tongkat penyangga sampai Anda bisa berjalan tanpa rasa sakit.
Pengobatan yang dapat dilakukan adalah :

● Tempelkan kantung berisi es ke tulang kering yang terkena


selama 15-20 menit setiap kali, 4-8 kali sehari selama beberapa
hari. Untuk melindungi kulit, bungkus es dengan handuk tipis.

● Tinggikan tulang kering yang sakit di atas jantung, terutama di


malam hari.

● Cobalah pereda nyeri seperti ibuprofen, natrium naproxen atau


acetaminophen untuk mengurangi rasa sakit.

● Untuk pencegahan, selalu pakailah sepatu yang tepat. Kenakan


alas kaki yang sesuai dengan olahraga Anda. Jika Anda seorang
pelari, ganti sepatu setiap sekitar 560-800 kilometer.

● Perkuat otot betis dengan latihan berikut: cobalah berdiri


dengan jari-jari kaki. Lalu berdiri. Perlahan-lahan jinjit dengan
tumpuan pada jari kaki, kemudian turunkan tumit ke lantai. Ulangi
10 kali.

5. Cedera pergelangan kaki atau engkel

Terkilir atau keseleo merupakan cedera pada ankle atau


pergelangan kaki yang paling sering terjadi sehari-hari. Cedera ini
khususnya paling sering dialami oleh semua aktivitas olahraga dan
segala jenis dance (dansa). Bahasa medisnya disebut juga dengan
ankle sprain dan strain.Sprain adalah cedera akibat teregangnya
ligamen (jaringan penghubung antar tulang) sehingga menimbulkan
robekan. Strain adalah cedera akibat teregangnya otot dan tendon
gejalanya adalah nyeri, bengkak, kulit tampak kemerahan, dan
tentunya akan mengganggu fungsi bagian yang terkena. Ankle atau
pergelangan kaki ini memliki peranan penting dalam proses berjalan
atau lokomotor sehingga cedera pada area ini akan sangat
membatasi mobilitas. Pada olahragawan dan dancer cedera ini
menghambat program latihan selama beberapa minggu hingga
beberapa bulan. Cedera ankle biasa terkena pada sisi luar kaki
(lateral) dibanding sisi dalam (medial), karena ligamen pada sisi luar
lebih lemah dibanding medial.

Pencegahan cedera ankle dapat dengan melakukan warming


up yg benar, latihan memperkuat otot kaki bagian bawah, latihan
keseimbangan dengan woble board untuk yang mengalami cedera
berulang. Untuk menanggulangi cidera sendi engkel adalah :

yang pertama harus dilakukan adalah istrahat. Menghentikan


sendi engkel atau kaki secara keseluruhan dari segala kegiatan
seperti berjalan apalaagi berlari. Karena aktifitas yang dilakukan pada
sendi engkel yang cidera dapat memicu terjadinya komplikasi lebih
lanjut. Seperti semakin banyaknya pembulu darah yang pecah dan
menambah robekan-robekan pada ligamen di dalam sendi engkel itu
sendiri

Yang kedua adalah memberikan kompres dingin. Dapat


menggunakan es ataupun bahan lain yang bersifat dingin. Saat
cedera baru berlangsung (24 jam setelah cedera), akan terjadi
robekan pembuluh darah yang berakibat keluarnya isi pembuluh
darah tersebut ke jaringan sekitarnya sehingga mengakibatkan
pembengkakan dan pembuluh darah disekitar tempat cedera juga
akan melebar (dilatasi) sebagai respon peradangan. Oleh karena
itu harus diberikan kompres dingin. Karena dengan memberikan
kompres dingin akan menyempitkan pembuluh darah yg melebar
sehingga mengurangi pembengkakan. Kompres dingin bisa
dilakukan satu sampai dua kali sehari. Dan jangan lebih dari 20
menit karena akan mengganggu sirkulasi darah.

Yang ketiga adalah memberikan penekanan. Dapat


dilakukan dengan kain ataupun perban. Dengan cara di balut dan
sedikit ditekan. Tapi jangan terlalu kuat karna dapat
menghentikan sirkulasi darah. Tujuan dari penekanan ini adalah
untuk mengurangi bengkak dan menghentikan pembengkakan.
Yang keempat meletakkan sendi angkel lebih tinggi
daripada jantung. Dapat dilakukan dengan cara berbaring dan
meletakkan kaki di atas bantal yang ditumpuk. Tujuan dati
tindakan ini adalah untuk memperlancar peredaran darah dari
sendi engkel menuju jantung, Karena sendi engkel cidera maka di
butuhkan tindakan khusus untuk membantu kembalinya darah
dari sendi engkel menuju jantung.

Keempat cara-cara tersebut merupakan standar


penanggulangan cidera sendi engkel di seluruh dunia (gold
standard). Keempat cara ini disebut juga prinsip RICE, yaitu rest,
ice, compression, dan elevation.

Seminggu setelah cidera terjadi lakukan kompres air


hangat. Tapi setelah tanda-tanda pembengkakan benar-benar
berhenti. Kompres hangat dapat dilakukan dengan cara
merendam kain ke dalam air hangat lalu menekan-nekannya ke
daerah sendi engkel. Dapat dilakukan satu sampai dua kali
sehari. Tujuannya adalah untuk memperlancar peredaran darah
di daerah sendi engkel dan kembali memecah darah-darah yang
menggumpal akibat cidera yang terjadi.

NB : Jangan melakukan pijat atau urut tradisional. Secara medis


ini sangat tidak dapat dibenarkan. Cidera sendi engkel adalah
suatu cedera yang melibatkan proses peradangan. Yang disertai
robekan pembuluh darah dan lebih berat lagi dapat disertai fraktur
atau robekan ligamen yang lebih besar. Memijat atau mengurut
bagian yg cedera akan memperparah. Karena merusak pembuluh
darah robek yang harusnya secara normal akan menutup sendiri
secara alami.

6. Cedera dada

Cedera dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang


dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan,
pneumothoraks, hematothoraks, hematopneumothoraks. Cedera
pada dada umumnya terjadi karena tumbukan dengan benda
tumpul atau tertusuk. Di dalam toraks terdapat dua organ yang
sangat vital bagi kehidupan manusia, yaitu paru-paru dan jantung.
Paru-paru sebagai alat pernapasan dan jantung sebagai alat
pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada dada,
kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan
kerusakan. Apapun jenis cedera dada yang terjadi, pada dasarnya
semua akan mengarah ke gangguan sistem pernafasan yang dapat
berakibat Fatal.Penyulit lain pada cedera dada adalah perdarahan.
Perdarahan dalam rongga dada dapat menampung darah dalam
jumlah yang cukup besar. Darah ini berasal dari robekan alat-alat
tubuh dalam rongga dada, akibatnya dapat menekan paru-paru.
Penyulit lain adalah udara bebas dapat masuk dalam rongga paru-
paru sehingga paru-paru tidak dapat mengembang.

Cedera pada dada sering menyebabkan gangguan ancaman


kehidupan. Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi
kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru
untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama
berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam
dan tusukan terhadap organ. Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis
sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipoksia jaringan merupakan
akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen kejaringan oleh
karena hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary ventilation,
contohnya kontusio, hematoma, kolaps alveolus dan perubahan
dalam tekanan intra tthorax, contohnya tension pneumothorax,
pneumothorax terbuka. Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh
tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intra thorax
atau penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan
oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok )

Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu


atau lebih mekanisme patologi berikut :
1. Hipoksemia akibat gangguan jalan napas, cidera pada
parenkim paru, sangkar iga, dan otot pernapasan, kolaps paru,
dan pneumotoraks.
2. Hipovolemia akibat kehilangan cairan aktif dari pembuluh besar,
ruptur jantung atau hemotoraks.
3. Gagal jantung akibat temponade jantung, kontusio jantung,
atau tekanan intratoraks yang meningkat.
4. Mekanisme ini sering kali mengakibatkan kerusakan ventilasi
dan perfusi yang mengarah pada gagal nafas akut, syok
hipovolemia, dan kematian.

7. Cedera perut

Cidera otot perut adalah kondisi yang tidak nyaman


pada bagian perut dan dapat mengenai satu/lebih dari
otot perut. Cidera otot ini umumnya terjadi karena otot perut
terulur terlalu jauh atau melebihi normalnya. Kebanyakan
cidera otot ini terjadi pada serabut otot perut dan
mengakibatkan area perut terasa sangat nyeri. Umumnya,
cidera yang terjadi hanya berupa sayatan kecil pada serabut
otot, tetapi bila hal ini dibiarkan begitu saja maka hasilnya dari
beberapa cidera menyebabkan otot rupture/robek.

Otot Pada Dinding Perut Terdiri Dari Beberapa Otot


Diantaranya adalah :

1. Rectus Abdominis: Otot ini berada di depan dan sering


disebut sebagai “six pack” jika terus dilatih.
2. Internal and External Oblique: otot ini berada di samping
tubuh dan berfungsi untuk gerakaan side rotasion.

Gejala dari cidera perut yaitu, Cidera otot perut


sering menyebabkan nyeri yang tiba – tiba pada area
otot yang mengalami cidera. Dan nyeri akan terprovokasi
ketika melakukan gerakan fleksi/menekuk punggung
kedepan. Gejala umum yang paling sering adalah
ketegangan otot. Kadang-kadang juga terjadi
pembengkakan sebagai akibat dari cidera otot yang
parah.

 Bagian – bagian perut yang rentan cidera akibat


pukulan
a. Pecahnya limpa
Limpa terletak di bagian kiri atas perut, dan pecah
adalah penyebab paling umum kematian di antara atlet
dengan cedera perut. Cedera mungkin akibat dari
pukulan langsung ke perut yang biasanya pada atlet tinju,
meskipun jarang, dalam kasus-kasus tulang rusuk retak.
Penting untuk diingat bahwa limpa pecah dapat hasil dari
setiap pukulan keras ke sisi kiri.
Pengobatan dilakukan dengan melihat jalannya
peristiwa atau kejadian dan hasil pemeriksaan dokter
serta investigasi akan menentukan parah atau tidaknya
cedera tersebut. CT scan atau peritoneal lavage
mendalam sangat membantu dalam mengkonfirmasikan
diagnosis.
Kecuali dalam kasus yang parah, upaya yang
dilakukan untuk melindungi limpa karena pentingnya
dalam respon kekebalan. Pecahnya hati yang terletak di
bagian kanan atas dari perut di bawah tulang rusuk,
jaringan ini merupakan jaringan yang lemah dan mudah
pecah.
Cedera ini jarang terjadi dalam olahraga, meski
demikian jika terjadi dapat menyebabkan shock dengan
tanda gejala seperti mual, muntah, sakit kepala ringan,
pingsan, dan mengantuk, dengan sakit parah dan distensi
perut. Dengan gejala-gejala tersebut atlet harus segera
dibawa ke rumah sakit.
Pecah hati mayor juga dapat mengakibatkan
empedu bocor ke rongga perut. Hal ini merupakan
masalah pendarahan, karena bahan kimia atau bakteri
peritonitis dapat terjadi, yang dapat merusak semua
organ dalam rongga perut. Hal ini dapat diatasi dengan
cara melakukan pembedahan dan perbaikan kebocoran
empedu walaupun hasilnya tidak dapat maksimal.

b. Ginjal luka
Cedera ginjal dalam olahraga jarang terjadi. Ginjal
terletak di atas korset panggul, satu pada setiap sisi
tulang belakang. Sebagai hasil dari dampak kekerasan
terhadap sisi ginjal dapat mengakibatkan hal yang fatal
misalnya ginjal akan luka atau bahkan pecah yang di
tandai dengan munculnya darah dalam urin. Perdarahan
berhenti secara spontan dan tidak menyebabkan
masalah lebih lanjut, tetapi jika gangguan ginjal parah,
dan berdarah terus, operasi mungkin diperlukan untuk
mengatasinya.

2.6. Usaha Pencegahan Cedera Olahraga

Setiap atlet atau siapapun yang melakukan aktifitas olahraga pasti


mendekatkan diri dengan resiko cidera. Memang sering terjadi cidera
tersebut tidak terlalu membahayakan. Namun demikian ada beberapa
faktor yang perlu menjadi perhatian yang menjadi prinsip dari pencegahan
cidera pada olahraga. Bila prinsip ini dilaksanakan maka tubuh akan siap
melakukan aktifitas olahraga dengan aman. Dalam hal ini akan dijelaskan
beberapa cara usaha-usaha untuk pencegahan cedera olahraga yang
antara lain :

1. Pengaturan gizi
Sangatlah penting untuk mengkunsumsi makanan yang cukup
dan seimbang setiap hari untuk menjaga agar tubuh tetap sehat.
Asupan nutrisi yang seimbang dan tepat merupakan kunci kesuksesan
performa atlet. Kombinasi kalori yang tepat antara asupan karbohidrat,
protein, dan lemak akan menghasilkan energi yang menunjang
performa maksimal seorang atlet
Seorang atlet,baik itu professional atau non pofesional akan
membutuhkan asupan gizi yang baik dan teratur untuk dapat mengatur
kondisi fisik tubuhnya dan pengeluaran kalorinya. Penambahan beban
kerja selalu diikuti upaya penambahan energi dan zat-zat gizi lainnya
yang diperoleh dari makanan. Kalori yang dibutuhkan semakin besar
sesuai tingkat energi yang dikeluarkan selama melakukan aktivitas.
Jumlah kalori yang dibutuhkan tergantung dari berat ringannya
aktivitas yang diikuti. Keadaan gizi untuk orang biasa yang tidak
melakukan aktivitas berat cukup dengan 2500 kalori, sedangkan bagi
atlit yang melakukan aktivitas fisik yang yang berat memerlukan kira-
kira 4000 kalori. Sumber kalori yang kita gunakan tersebut berasal dari
karbohidrat . Lemak secara teotitis bisa menghasilkan kalori yang
paling banyak. Tetapi memilih memakan lemak yang banyak untuk
memperoleh kalori adalah keputusan yang kurang tepat karena lemak
paling sulit dicerna.
Pengetahuan gizi khususnya tentang pengaturan makanan
untuk atlet sangat bermanfaat, karena memberikan beberapa
keuntungan atlet tersebut, antara lain :
1) Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dapat mencapai
atau mempertahankan kondisi tubuh yang telah diperoleh dalam
latihan;
2) Memberikan makanan yang dapat menyediakan energi yang
diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga;
3) Menentukan bentuk makanan dan frekwensi makan yang tepat
pada waktu latihan intensif sebelum, selama dan sesudah
pertandingan;
4) Menggunakan prinsip gizi dalam menurunkan dan menaikkan
berat badan sesuai yang diinginkan;
5) Menggunakan prinsip gizi untuk mengembangkan atau membuat
rencana diet individu sesuai dengan aturan tubuh, keadaan
fisiologi dan metabolismenya serta mempertimbangkan selera
serta kebiasaan dan daya cerna atlet

Makanan yang baik bagi para olahragawan adalah makanan


yang seimbang. Maksudnya, makanan yang dalam penyusunannya
tidak hanya disesuaikan dengan kebutuhan energi dalam bentuk kalori
saja, tetapi harus diperhatikan pula komposisi makannanya.
Kecukupan nutrisi optimal pada olahragawan adalah karbohidrat
sebesar 60-70% dari total energi, protein 12-15%, sisanya didapatkan
dari lemak. Vitamin dan mineral mempunyai peran dalam
meningkatkan kemampuan fisik atlet terutama pada saat latihan dan
pertandingan.
Pengaturan gizi sebagai upaya pencegahan cedera juga
berkenaan dengan frekuensi dan waktu makan. Makan dalam jumlah
tertentu dengan frekuensi tiga kali sehari, jauh lebih aman daripada
makan dengan jumlah yang sama namun dengan frekuensi dua kali
atau sekali dalam sehari. Jika seorang olahragawan memiliki
kebiasaan makan sekaligus dalm sehari dengan jumlah yang sangat
banyak, maka kan terjadi beban pada sistem pencernannya.
Seseorang yang akan melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak
tenaga, harus menghindari makanan yang menyebabkan kejang-
kejang pada perut, makanan yang keluarnya dari lambung sangat
pelan dan makanan yang menyebabkan diare.
Nutrisi yang tidak tepat akan menyebabkan cedera dan
mengambat proses pemulihan pada atlet setelah melakukan aktivitas
latihan atau pertandingan. Asupan glycogen (e.g. karbohidarat seperti
roti, pasta etc.) yang kurang pada saat latihan dapat menyebabkan
kekurangan glycogen kronis, jika hal ini terjadi selama beberapa
periode dapat menimbulkan cedera pada jaringan tubuh. Hasil
penelitian menunjukkan, tubuh sangat tergantung pada lemak dan
protein, dimana lemak dan protein merupakan cadangan energi
alternatif yang dapat meningkatkan protein dalam otot. Atlet wanita
yang melakukan latihan secara rutin tetapi mempunyai lemak tubuh
yang rendah cenderung mengalami periode menstruasi yang berubah-
ubah dan hal ini terlihat pada kelompok wanita yang mudah mengalami
gangguan stres. Hal serupa terjadi pada orang yang mengalami
gangguan makan seperti anoreksia, bulimia, mereka juga rentan
terhadapa cedera tulang.
Sumber Energi Atlet
Salah satu tujuan utama diet adalah penyediaan energi
makanan memadai. Bagi olahragawan, sebagaian besar akan
menghabiskan sejumlah energi untuk latihan dan pertandingan. Untuk
mencapai prestasi yang optimal olahragawan harus mendapatkan diet
khusus. Olahragawan secara umum membutuhkan jumlah makanan
lebih banyak untuk menjaga keseimbangan kalori. Namun
penambahan tersebut juga harus diperhatikan isinya dan jenisnya
yang bervariatif. Sumber energi makanan yang dibutuhkan
penambahan antara lain :
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber utama energi untuk
memenuhi kebutuhan gizi bagi atlet. Jenis makanan sumber
karbohidrat antara lain: biji-bijian (beras, ketan, jagung), umbi-umbian
(ubi, singkong) dan tepungtepungan (roti, mie, pasta, makaroni,bihun).
Zat makanan yang menghasilkan energi masuk ke dalam tubuh
olahragawan tersebut dalam bentuk makanan. Makanan yang masuk
ke dalam sistem pencernaan akan dihancurkan oleh enzim menjadi
unit kimia kecil dan diserap kedalam aliran darah. Setelah masuk ke
aliran darah, zat makanan berenergi dikirim ke hati untuk proses
penyimpanan atau proses kimia atau memungkinkan dibawa masuk ke
sel tubuh untuk digunakan dalam metabolisme. Simpanan zat
makanan ini penting bagi olahragawan. Glikogen adalah bentuk
simpanan karbohidrat yang dapat dipakai sebagai bahan bakar
metabolisme anaerobik maupun aerobik. Kapasitas simpanan glikogen
otot sangat terbatas sehingga memungkinkan simpanan glikogen habis
dari otot-otot aktif. Prosedur penambahan glikogen ini berdasarkan dua
macam fenomena : (1) habisnya glikogen otot menyebabkan kelelahan
dalam latihan dengan jangka waktu yang lama, (2) tingkat glikogen otot
dapat diubah dengan penggunaan diet olahragawan dan pola latihan.
Pembebanan glikogen dalam makanan.
Kecukupan Glikogen Untuk Olahraga Daya Tahan.
Penyimpanan glikogen otot secara normal bertahan 24 jam saat
istirahat dan masukan karbohidrat (7-10 g/kg body mass (BM) per
hari). Penyimpanan glikogen otot ini dibutuhkan kurang lebih untuk
durasi 60 – 90 menit, artinya CHO loading ini untuk mencapai
kompensasi glikogen yang menurun. Jumlah glikogen otot saat otot
berkontraksi sekitar 100 – 120 mmol/kg wet weight (ww).
Lemak
Trigliserid adalah lemak yang dapat disimpan dalam sel,
seluruhnya disimpan dalam otot. Jumlahnya cukup banyak untuk
menghasilkan energi saat pertandingan jangka panjang. Fungsi pokok
lemak tubuh adalah menyediakan energi bagi kerja sel termasuk kerja
kontraktil serabut otot. Oleh karenanya lemak tersebut merupakan
sumber energi utama untuk olahraga.
Tapi para atlet tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak
berlebihan. Karena energi lemak tidak dapat langsung dimanfaatkan
untuk latihan maupun bertanding. Lemak terdapat dalam makanan
asal hewan sebagai lemak hewani dan asal tumbuhan sebagai lemak
nabati. Lemak hewani contohnya adalah: keju, mentega, lemak daging
(sapi/kambing). Contoh lemak nabati adalah: minyak sawit, minyak
kelapa, margarine, minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak
jagung.
Protein
Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang tidak
berperan sebagai sumber energi tetapi berfungsi untuk mengganti
jaringan dan sel tubuh yang rusak. Protein bagi atlet yang masih
remaja sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentuk tubuh
guna mencapai tinggi badan yang optimal. Atlet sangat dianjurkan
untuk mengkonsumsi sumber protein yang berasal dari hewani dan
nabati. Protein asal hewani seperti daging (dianjurkan daging yang
tidak berlemak), ayam, ikan, telur dan susu. Sumber protein nabati
yang dianjurkan adalah tahu, tempe, dan kacang-kacangan (kacang
tanah, kedelai dan kacang hijau). Protein yang berlebihan juga akan
menyebabkan hilangnya selera makan, diare dan kekurangan cairan
(Smith, 1976). Protein digunakan pada pertumbuhan, memperbaiki
jaringan dan mengumpulkan produk sel seperti enzim dan hormon.
Protein ini diperlukan untuk kesatuan susunan jaringan termasuk otot.
Protein juga dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme
energi. Walaupun lemak merupakan sumber energi yang paling tinggi.
Komponen protein haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut : (1)
harus diperoleh dari sumber makanan asli (daging, ikan, kacang-
kacangan), (2) masukan protein harus membentuk sekitar 10 hingga
15% dari keseluruhan kalori. Nilai energi makanan dinyatakan dalam
kilokalori (kkal). Ada tiga bahan pokok yang menyebabkan jumlah
kalori yang diterima tiap orang. Bahan tersebut adalah karbohidrat,
lemak dan protein. Karbohidrat dan protein menghasilkan kira-kira 4
kkal energi/gr, sedangkan lemak menghasilkan kira-kira 9 kkal/gr.

Salah satu kunci daam mencegah terjadinya cedera adalah


menjaga tingkat hidrasi dengan baik. Tubuh yang mengalami dehidrasi
rentan terhadap stres dan keungkinan cedera cukup besar karena
tubuh tidakmampu menampilkan performa maksimal ketika dehidrasi
terjadi. Bagaimanapun air merupakan hal yang sangat dibutuhkan
dengan segera untuk mengatasi cedera walaupun terasa tawar.

Air juga mengandung elektrolit dan energi yang sangat sedikit


dan tidak mencukupi kebutuhan untuk mengoptimalkan performa.
Namun demikian atlet banyak memilih air sebagai penghilang dahaga
dibanding dengan minuman elektrolit.Teh, kopi dan minuman yang
mengandung alkohol dihindari karena jenis ini merangsang atlet untuk
buang air kecil lebih sering yang bisa menyebabkan dehidrasi.
Sebaiknya atlet minum secara teratur setiap (10–15 menit selama
latihan) dibanding dengan menunggu rasa haus datang. Ketika rasa
haus telah datang maka pada saat itu juga atlet telah mengalami
dehidrasi.

Beberapa anjuran untuk mencegah dehidrasi:

a. Minum cairan sedikit-sedikit namun sering, dibandingkan dengan


sekali minum banyak namun jarang.
b. Minum cairan/minuman yang dingin untuk menurunkan suhu
tubuh dan mengurangi keringat.
c. Menimbang badan sebelum dan sesudah latihan, setiap
penurunan berat badan 100 gram harus diganti 100 ml cairan.
Berat badan anda harus sama sebelum dan setelah latihan.
d. Perhatikan warna dari air seni anda. Warna air seni harus
mendekati bening dan volumenya banyak. Air seni yang keruh dan
sedikit mengindikasikan jika anda mengalami dehidrasi.

Nutrisi yang tepat merupakan dasar utama bagi penampilan


primaseorang atlet pada saat bertanding. Selain itu nutrisi ini
dibutuhkan pula padakerja biologik tubuh, untuk penyediaan energi
tubuh pada saat seorang atletmelakukan berbagai aktivitas fisik,
misalnya pada saat latihan (training),bertanding dan saat pemulihan,
baik setelah latihanmaupun setelah bertanding.Nutrisi juga dibutuhkan
untuk memperbaiki atau mengganti sel tubuh yang rusak.Banyak
pelatih atau atlet yang menganggap bahwa asupan nutrisi pada
atletsama saja dengan yang bukan atlet. Kenyataannya tidak
demikian, asupannutrisi pada atlet disiapkan berdasarkan
pengetahuan tentang dominasi energiyang akan digunakan, peran
sumber nutrisi tertentu pada proses penyediaanenergi. Dalam hal ini
termasuk pula tentang pemberian suplemen dan usahakhusus berupa
modifikasi yang dilakukan terhadap asupan nutrisi pada waktutertentu,
dalam upaya meningkatkan kinerja atlet dan mencegah terjadinya
cedera pada atlet.
Pada atlet yang terkena cidera pada bagian luar tubuh atau fisik
diberikan penanganan seperti bisanya, tambahan asupan zat gizi atau
sumber makanan yang diperlukan agar cidera cepat teratasi, kecuali
jika pada atlet yang terkena cidera pada organ dalam seperti cidera
pada saluran pencernaan akibat pukulan atau lainnya sehingga atlet
tersebut memerlukan penanganan khusus.
Hingga saat ini disadari peran penting sejumlah kecil
vitamindan mineral bagi efektivitas metabolisme penyediaan energi
tubuh.Sebenarnya bila konsumsi makanan cukup dan bervariasi
(sesuaidengan yang dianjurkan), tambahan vitamin dan mineral
tidakdiperlukan. Bagaimana dengan atlet? Terdapat kecenderungan
paraatlet akan merasa sehat dan mantap bila mengkonsumsi
berbagaimacam vitamin, mineral atau suplemen lainnya. Namun
asupanvitamin dan mineral berlebihan dapat menyebabkan
berbagaigangguan seperti vitamin larut dalam lemak yang berlebihan
dapatmenyebabkan gangguan pada pembentukan tulang. Secara
umumfungsi vitamin ini adalah sebagai regulator pada proses
metabolismepembentukan energi, pada sintesis jaringan dan aktivitas
biologiklainnya. Vitamin larut dalam air berperan sebagai bagian
koenzimpada reaksi pembentukan energi yang terjadi di dalam sel.
Padakenyataannya vitamin dapat digunakan berulang pada
reaksimetabolisme energi, sehingga bagi mereka yang aktif atau atlet
tidakdiperlukan vitamin lebih banyak dari pada mereka yang kurang
aktif,selama asupan makanannya seimbang. Sebanyak kurang lebih
4%massa tubuh terdiri dari mineral, yang terdapat di dalam
enzim,hormon dan vitamin. Mineral dalam bentuk lebih kompleks
dapatditemukan di berbagai jaringan seperti kalsiumfosfat di dalam
tulangatau dalam bentuk kalsium bebas di dalam cairan intraseluler.
Dikenal2 jenis mineral yaitu yang dibutuhkan dalam jumlah
sedikit(<100mg>minor) dan mineral utama (major). Mineral turut
menjadi bagian dari senyawa kimia yang terlibatpada proses
metabolismepembentukan energi. Terdapat 3 peranutama mineral di
dalam tubuh:

a) Merupakan bagian dari struktur tulang dan gigi

b) Berperan secara fungsional untuk mempertahankan irama jantung


normal, kontraksi otot, konduksi saraf dan keseimbangan asam
basa tubuh.

c) Berperan sebagai regulator pada metabolisme seluler dan sebagai


bagian dari enzim dan hormon yang mengendalikan berbagai
aktivitas seluler.
• Kalsium

Mineral ini dibutuhkan untuk kontraksi otot, transmisiimpuls,


mengaktifkan enzim, pembekuan darah danpergerakan cairan
melewati membran plasma. Lebih dari 99%kalsium tubuh total
terdapat di dalam tulang. Bila kadarkalsium darah rendah akibat
asupan kurang, tubuh akanmengambil kalsium dari tulang
terutama bila keadaandemikian berkepanjangan. Pelari jarak jauh
seperti pelari 10km dan maraton sering mengalami osteoporosis
akibat latihanberat yang berkepanjangan, terutama bila asupan
makanantidak seimbang yang dapat menyebabkan persentase
lemaktubuh menjadi sangat rendah dan stres berat akibat
latihanakan menghambat produksi estrogen. Untuk
masyarakatumum, terutama pada lansia, olahraga dengan
intensitassedang akan merupakan pemicu untuk mempertahankan
danmeningkatkan massa tulang.

Kalsium dibutuhkan atlet untuk kontraksi otot, transmisi implus,


mengaktifkan enzim, pembekuan darah dan pergerakan cairana
mlewati implus. Lebih dari 99% kalsium tubuh total terdapat di
tulang sehingga apabila kadar kalsium darah akibat asupan
kurang, tubuh akan mengambil kalsium dari tulang. Bila asupan
makanan tidak seimbang yang dapat meyebabkan presentase
lemak tubuh menjadi sangat rendah dan stres berat akibat latihan
akan menghambat produksi estrogen. Bahan makanan yang
banyak mengandung kalsium ada pada ikan sarden, ikan salmon,
brokoli, bayam, tahu, biji wijen, almond, susu kedele, yoghurt,
keju, buah – buahan, lobak, oatmeals. Ada baiknya konsumsi
kalsium dibarengi dengan konsumsi makanan bervitamin D,
sehingga kandungan kalsium dalam tubuh bisa terserap secara
optimal.

• Natrium, Kalium dan Klor

Peran mineral ini adalah untuk mempertahankanpertukaran zat


gizi dan produk sisa metabolisme antara seldengan cairan ekstra
sel. Natrium dan klor merupakan mineralutama di dalam plasma
darah sedangkan kalium adalahmineral utama di dalam sel.Fungsi
lainnya adalahmemantapkan pergerakan listrik melewati membran
sel.Perbedaan listrik antara bagian dalam dengan luar
seldiperlukan antara lain untuk transmisi impuls saraf dansebagai
pemicu kontraksi otot.

• Besi

Telah jelas pada mereka yang tidak cukupmengkonsumsi besi


dalam asupan makanannya akanmengalami kekurangan
hemoglobin dan hal ini dapatmenimbulkan keluhan kurang nafsu
makan, kemampuan fisikmenurun bahkan untuk latihan ringan
lama sekalipun. Bila halini terjadi, pemberian suplemen dapat
mengatasi berbagaikeluhan tersebut. Kekurangan besi dan feritin
seringditemukan pada atlet wanita.Absorpsi besi dapat
ditingkatkanbila mengkonsumsinya bersama dengan daging
ataumakanan yang kaya vitamin C. Namun perlu
diwaspadai,kelebihan besi akan memberi dampak yang
negatif.Kekurangan besi pada atlet dapat disebabkan oleh
ekspansivolumeplasma yang besar akibat latihan berat,
kehilanganmelalui keringat dan destruksi sel darah merah pada
olahragaberat.• Radikal bebas dan antioksidan Minimal terdapat 2
hal yang menyebabkan radikalbebas dapat diproduksi oleh tubuh
pada saat berolahraga,yaitu: 1. sebagai akibat kebocoran elektron
dalam mitokondria dan 2. selama terjadinya iskemia akibat
olahraga berat. Kerusakan akibat radikal bebas terjadi terdapat
gangguan keseimbangan antara radikal bebas yang terbentuk
dengan antioksidan yang ada. Radikal bebas dapat merusak
setiap komponen sel terutama membran bilayer asam lemak.
Kerusakan akibat olahraga berat tergantung pada intensitas dan
tingkat latihan yang dilakukan. Latihan berat pada orang yang
tidak terlatih akan memproduksiradikal bebas lebih banyak, dan
lebih sering ditemukan di otot dari pada di dalam darah. Zat Besi-
heme merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin,
umumnya terdapat dalam bahan pangan hewani dan mempunyai
ketersediaan biologis (bioavailability) yang baik karena mudah
diserap dua kali lipat dibandingkan besi non-heme.

Sumber makanan yang kaya akan zat besi adalah daging rendah
lemak, tiram, kuning telur, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-
kacangan, buah yang dikeringkan, dan gandum. Hindari
konsumsi kopi, susu, atau teh bersamaan pada saat
mengkonsumsi makanan tinggi zat besi karena kalsium
menghambat penyerapan zat besi. Konsumsi vitamin C
bersamaan dengan makanan tinggi zat besi karena vitamin C
membantu penyerapan dalam tubuh.

Zat besi merupakan mineral esensial bagi pembentukan


hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen dari paru-
paru ke seluruh jaringan tubuh, elektron ke dalam sel, dan
membentuk enzim zat gizi besi yang dibutuhkan untuk produksi
energi seluler, sistem kekebalan tubuh, dan fungsi otak. Zat besi
dalam makanan terdapat dalam dua bentuk yaitu heme dan non-
heme. Bentuk ini berpengaruh terhadap penyerapannya dalam
tubuh. Namun demikian ketersediaan biologis besi dalam bahan
pangan nabati tidak sebaik bahan pangan hewani, terutama pada
bahan pangan nabati yang mengandung asam oksalat tinggi
seperti bayam dan asam fitat yang tinggi seperti serealia dan
kedelai. Tanin, senyawa polifenol yang terdapat dalam teh, kopi
dan beberapa jenis sayur dan buah juga dapat menghambat
absorpsi zat besi dalam tubuh. Kalsium dosis tinggi juga dapat
menghambat absorpsi zat besi.

.• Air

Fungsi air bagi tubuh sangat jelas dan penting,sehingga bila


terjadi kekurangan cairan pada tubuh seseorangterutama bagi
atlet maka akan mengganggu penampilan atlettersebut. Air
diperoleh dari cairan, makanan dan prosesmetabolisme tubuh.
Dalam sehari seseorang biasanya minumair sebanyak 1200 ml
dan akan meningkat saat seseorangmelakukan aktivitas fisik dan
akan lebih meningkat lagi bilaolahraga dilakukan di lingkungan
yang panas. Suhu tubuhdapat meningkat di atas batas normal.
Hal ini dapat terjadipada atlet yang berolahraga dalam waktu lama
pada suhupanas. Setiap perubahan berat badan sebelum dan
sesudahberolahraga merupakan petunjuk adanya kehilangan
cairantubuh selamaberolahraga. Pada keadaan-keadaan seperti
inisangat diperlukan penggantian cairan tubuh. Pemberiancairan
untuk mengganti cairan tubuh yang hilang selamaberolahraga
perlu memperhatikan hal berikut:1. Pengosongan lambung air
dengan suhu dingin (5oC) akan lebih cepat meninggalkan
lambung2. Volume cairan minum sedikit-sedikit lebih baik untuk
menghindari perasaan penuh di lambung 3. Larutan kental
pengosongan lambung akan lebih lambat bila cairan yang
diminum mengandung elektrolit atau glukosa.

 Vitamin A

Untuk membuat cedera otot sembuh secara utuh,


memasukkan vitamin A kedalam diet adalah penting. Fungsi-fungsi
dari vitamin A termasuk pertumbuhan sel, perkembangan,
perbaikan tulang, dan fungsi kekebalan tubuh. Sumber dari
makanan yang banyak mengandung vitamin A termasuk kentang
manis, wortel, mangga, bayam, dan cabai merah (red bell
peppers).

 Vitamin B6
Vitamin B6 penting sekali untuik protein yang tepat dan
metabolisme dari sel darah merah – keduanya penting untuk
penyembuhan otot. Vitamin B6 secara umum ditemukan di
makanan yang menguatkan, garbanzo beans, kentang (dengan
kulit), seafood, dan alpukat

 Vitamin C
Vitamin C memainkan peran penting dalam formasi
collagen yang diperlukan untuk kekuatan dan fleksibilitas dan juga
membantu memperbaiki urat dalam daging (tendons), ikatan sendi
tulang (ligaments), dan menguatkan tulang. Vitamin C dapat
ditemukan di makanan makanan seperti buah citrus, kubis, tomat,
brokoli, dan strawberry.
 Vitamin E
Dari penelitian yang dilakukan terhadap binatang
menunjukkan bahwa potensi untuk Vitamin E (atau alpha-
tocopherol) untuk mengurangi jumlah kerusakan akibat dari
tekanan oksidatif yang terjadi pada saat melakukan latihan
olahraga. Sesudah melakukan diet dengan dosis vitamin E yang
tinggi selama tiga minggu, tikus-tikus berlari diatas sebuah
treadmill selama 60 menit Semoga bermanfaat (sumber : nsca’s
performance training journal volume 7 issue 1Cedera olahraga
adalah cedera pada sistem intergument, otot dan rangka yang
disebabkan oleh kegiatan olahraga. Cedera olahraga disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain kesalahan metode latihan,
kelainan struktural maupun kelemahan fisiologis fungsi jaringan
penyokong dan otot (Bahr et al. 2003).

2.5. Penanganan Cedera Olahraga

PRICES (Protection, Rest, Ice, Compression, Elevation, Support)


merupakan salah satu cara menangani cedera olahraga pada jaringan lunak.
Metode ini biasanya dilakukan pada kasus sprain dan strain.5 PRICES tidak
boleh dilakukan pada kram otot, patah tulang terbuka, luka terbuka pada kulit,
dan korban yang alergi dingin. Berikut adalah rangkaian PRICES:

a. Protect (Proteksi)
Proteksi bertujuan untuk mencegah cedera bertambah parah
dengan mengurangi pergerakan bagian otot yang cedera. Proteksi dapat
menggunakan air splint dan ankle brace.
b. Rest (Istirahat)
Istirahatkan bagian tubuh yang cedera selama 2-3 hari untuk
mencegah cedera bertambah parah dan memberikan waktu jaringan
untuk sembuh.

c. Ice (Pemberian Es)


Pemberian kompres es bertujuan untuk mengurangi peradangan.
Kompres es akan menyebabkan menyempitnya pembuluh darah pada
daerah yang dikompres sehingga mengurangi aliran darah ke tempat
tersebut dan meredakan peradangan. Berikut adalah cara penggunaan
kompres es:
 Es ditempatkan dalam kantong dan dibungkus sebelum dipakai.
Tidak boleh ada kontak langsung antara es dan kulit
 Kompres es pada daerah luka selama 20 menit setiap 2 jam, selama
1-2 hari
 Kompres es dihentikan ketika peradangan berkurang. Ciri-ciri adanya
peradangan: kemerahan, bengkak, panas, rasa nyeri, dan tidak bisa
digerakkan.

d. Compression (Kompresi)
Kompresi bertujuan untuk mencegah pergerakan otot dan juga
dapat mengurangi pembengkakkan.2 Kompresi dilakukan dengan
menggunakan elastic bandage atau ankle taping. Dalam melakukan
kompresi, harus diperhatikan jangan sampai kompresi terlalu ketat.

Sebelum dan setelah pembalutan, periksa PMS pada korban,


apakah pada ujung tubuh korban yang cedera masih teraba nadi (P,
Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik), dan masih dapat
merasakan sentuhan (S, Sensorik) atau tidak. Bandingkan pemeriksaan
sebelum dan setelah pembalutan. Apabila kondisinya semakin
memburuk, maka balutan dilonggarkan. Selain itu, setelah pembalutan
perlu juga untuk ditanyakan kepada korban apakah balutan terlalu
kencang atau tidak.

e. Elevation (Elevasi)
Elevasi dilakukan dengan menopang bagian yang cedera dengan
suatu benda agar daerah yang cedera lebih tinggi dari permukaan
jantung. Elevasi bertujuan untuk mengurangi tekanan dan aliran darah ke
daerah cedera serta mengurangi pembengkakkan.
f. Support

Untuk memberikan support dapat digunakan kinesio tape dan


straps. Support bertujuan untuk mencegah pergerakan otot yang
berlebihan dan pencegahan cedera berulang

2.6 Suplemen untuk Atlet

Kerusakan otot akan menyebabkan munculnya sel-sel radang dimana


terjadi proses fagositosis (sel radang membersihkan sel rusak). Proses ini akan
menghasilkan adanya sampah oksidatif dalam tubuh (reactive oxygen species –
ROS). Adanya ROS ini akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut dari sel otot
yang sudah rusak. Bagaimana hubungan antara ROS, kerusakan otot dan nyeri
masih belum dapat dipahami sepenuhnya. Setidaknya dari pendapat ini dapat
dipahami peran antioksidan dalam negurangi produksi ROS.

1. Antioksidan
Antioksidan sederhana yang dapat dibeli secara bebas adalah vitamin C
dan vitamin E. Sampai saat ini sudah banyak penelitian yang mendukung
penggunaan vitamin C dalam mencegah nyeri pasca olahraga. Vitamin C
dosisnya bervariasi, namun dapat dijadikan patokan vitamin C 1000-
3000mg. Sementara vitamin E walaupun tidak terbukti secara klinis dapat
mengurangi nyeri pasca olahraga namun terdapat bukti bahwa vitamin ini
memiliki efek protektif terhadap otot di tingkat seluler. Sama seperti
vitamin C, vitamin E juga memiliki dosis yang bervariasi dari 400-1200 IU.
Selain vitamin C dan E, suplementasi omega 3 dengan dosis 3 gram per
hari juga terdapat bukti dapat mengurangi kejadian nyeri pasca olahraga.

2. Protein
Suplemen protein dapat brupa bubuk yang dicampur ke susu atau air,
dapat juga berupa protein batangan. Sebagian besar berupa protein susu.
Suplemen protein diklaim dapat menstimulasi sistem imun dan mencegah
menurunnya sistem imun akibat latihan berat. Namun demikian perlu
diingat bahwa konsumsi protein berlebihan akan memperberat fungsi
ginjal karena produk akhir protein adalah amonia yang harus dibuang
melalui ginjal.

3. β-Hydroxy-β-Methylbutyrate (β-HMB)
HMB merupakan asam amino leusin yang sedang populer. Asam amino
ini bekerja dalam proses pembentukan sel. Sehingga diharapkan risiko
kerusakan sel-sel otot dapat diminimalisasi terutama saat melakukan
jenis latihan baru atau yang sangat intensif. Dosis yang diteliti adalah 1.5-
3 gram per hari.

4. Creatine
Walau sudah banyak dikonsumsi oleh para atlet namun penggunaan
creatine dalam pencegahan atau pemulihan otot pasca cedera masih
belum jelas. Sebuah studi yang meneliti konsumsi 5 gram creatine per
hari untuk para atlet bola di Amerika tidak menemukan hasil yang
bermakna.
5. Penggunaan Zat Ergogenik
Penggunaan sistem rating dapat digunakan untuk menilai zat ergogenik.
Warna merah berarti berhenti, artinya jangan dikonsumsi. Warna kuning
berarti hati-hati. Warna hijau berarti boleh dikonsumsi. Zat ergogenik
dalam klasifikasi merah berarti harus dihindari karena tidak ada bukti
ilmiah mempunyai efek ergogenik atau berbahaya bagi kesehatan, atau
termasuk dalam daftar larangan IOC. Zat ergogenik dalam klasifikasi
kuning berarti harus digunakan secara hati-hati karena masih dibutuhkan
bukti penelitian terkait dengan manfaat dan keamanannya. Zat ergogenik
dalam klasifikasi hijau boleh digunakan oleh atlet karena manfaatnya
terbukti secara ilmiah selama dikonsumsi sesuai dosis yang ditentukan
dan dalam periode waktu tertentu. Meskipun diklasifikasi hijau bukan
berarti zat ergogenik ini boleh untuk setiap atlet. Zat ergogenik klasifikasi
hijau dapat meningkatkan performans atlet untuk jenis olahraga tertentu.

Beberapa contoh zat ergogenik klasifikasi merah yaitu androstendedione,


DHEA, 19-norandrostendedione, 19-norandrostendediol, ephedra. Contoh
zat ergogenik klasifikasi kuning yaitu ginseng, ginkgo biloba, coenzyme
Q10, cytochrome c, carnitine, chromium, echinacea, glucosamine,
glutamine, HMB, colostrum, kafein. Zat ergogenik klasifikasi hijau yaitu
penggantian air dan karbohidrat, creatin, antioksidan, suplemen besi,
suplemen kalsium, suplemen multivitamin dan mineral.

Sebagai respon terhadap penggunaan zat-zat ergogenik di kalangan


atlet, dikeluarkan kebijakan yang mengatur penggunaannya dan program
tes doping untuk memonitor. Jadi sangatlah penting untuk para praktisi
mengetahui zat-zat ergogenik sehingga dapat menerapkannya dengan
bijaksana dan dapat memberikan saran yang tepat bagi atlet.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Cedera akibat


berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet sepak bola.
Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu
permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai
pertandingan yang harus diikuti. Kalau pemula, biasanya kesalahan terbanyak
karena tidak cukup efektifnya pemanasan atau gerakan peregangan yang
dilakukan sebelum memulai olahraga. Akibatnya, otot tidak siap untuk melakukan
aktifitas. Berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga
yang benar, malah mendatangkan cedera dan membahayakan diri sendiri.

B. Saran

Dari pembahasan di atas diharapkan para atlit khususnya atlet sepak bola
tidak hanya mengerti tentang bagaimana cara malakukan garakan olahraga saja,
tetapi juga harus mengetahui usaha-usaha dalam mencegah terjadinya cedera
yang dapat merugikan atlet itu sendiri. Dengan mengerti tentang cara-cara
mencegah cedera maka diharapkan atlet dapat mengantisipasi kejadian-kejadian
yang mungkin bisa menimbulkan cedera. Selain itu diharapkan pula seorang
pelatih atau guru pendidikan jasmani juga bisa memberikan arahan-arahan
tentang usaha-usaha yang memperkecil terjadinya bahaya cedera bagi atlet
yang dilatih ataupun anak didiknya.

DAFTAR PUSTAKA
Soetopo, Sayati. 1994. Pencegahan Cedera dan P3K. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka.

Fahrizal. 2011. Cedera Olahraga pada Cabang Olahraga Pencaksilat. ILARA, 1


(11), p: 57-60.

Ardia, Hapy. 2015. Nutrisi untuk Pulihkan Cedera Otot. (online)


http://www.kompasiana.com/hapy.ardia/nutrisi-untuk-pulihkan-cidera-
otot_54f7fe74a33311b8048b464b, diakses tanggal 30 Maret 2016.

Samiadi, Lika Aprilia. 2016. Apa itu Cedera Punggung Bawah?. (online)
https://hellosehat.com/benh/cedera-punggung-bawah/, diakses 30 Maret
2016.

Intan, Novita. 2004. Diagnosis dan Manajemen Cedera Olahraga. FIK


Yogyakarta. (online)

Abidin, Zainal, dkk. Pemahaman Dasar Sport Science & Penerapan IPTEK
Olahraga. KONI (online)

Rusli. 2011. Pencegahan Cedera Olahraga bagi Atlet Melalui Nutrisi. FIK
Iniversitas Negeri Makassar. (online)

Anoniumous. Modul Penanganan Cedera Olahra. Tim Bantuan Medis BEM IKM
FKUI

http://fisioterapior.wordpress.com/prinsip-pencegahan-cidera-olahraga/
http://priyosport07.wordpress.com/2010/06/02/usaha-pencegahan-cedera-
olahraga/
http://arifin16.multiply.com/journal/item/1/Makalah_Cedera_Olahraga
http://berthae.wordpress.com/2010/06/02/cara-cara-pencegahan-cedera-
olahraga/
http://badrockboys.blogspot.com/2009/09/prinsip-pencegahan-cidera-
olahraga.html

http://www.kompasiana.com/hapy.ardia/nutrisi-untuk-pulihkan-cidera-
otot_54f7fe74a33311b8048b464b
(http://imankoekoeh.blogspot.co.id/2012/11/makalah-pp-dan-ppco.html)

Anda mungkin juga menyukai