Gizi Cedera Olahraga
Gizi Cedera Olahraga
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian cedera dan cedera olahraga.
2. Mengetahui macam-macam cedera olahraga.
3. Mengetahui klasifikasi cedera olahraga.
4. Mengetahui penyebab cedera olahraga.
5. Mengetahui penanganan cedera olaharaga.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Cedera dan Cedera Olahraga
1. Cedera
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja
pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui
kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa
berlangsung dengan cepat atau jangka lama. Dapat dipertegas bahwa
hasil suatu tenaga atau kekuatan yang berlebihan dilimpahkan pada
tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh atau bagian tubuh tersebut
tidak dapat menahan dan tidak dapat menyesuaikan diri.
2. Cedera Olahraga
Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk
dikembangkan dan ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi atau
kompetisi, tetapi olahraga juga untuk kebugaran jasmani secara
umum. Kebugaran jasmani tidak hanya punya keuntungan secara
pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan bagi masyarakat dan
negara. Oleh karena itu kegiatan olahraga sekarang ini semakin
mendapat perhatian yang luas. Bersamaan dengan meningkatnya
aktivitas keolahragaan tersebut, korban cedera olahraga juga ikut
bertambah. Sangat disayangkan jika hanya karena cedera olahraga
tersebut para pelaku olahraga sulit meningkatkan atau
mempertahankan prestasi.
Cedera olahraga adalah cedera pada sistem intergument, otot
dan rangka yang disebabkan oleh kegiatan olahraga. Cedera olahraga
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kesalahan metode latihan,
kelainan struktural maupun kelemahan fisiologis fungsi jaringan
penyokong dan otot (Bahr et al. 2003).
b) Tingkat 2 (sedang)
Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan pada otot
atau tendon, sehingga dapat mengurangi kekuatan atlit.
c) Tingkat 3 (berat)
Straing pada tingkat 3 ini sudah terjadi rupture yang lebih hebat
sampai komplit, pada tingkat 3 diperlukan tindakan bedah
(repair) sampai fisioterapi dan rehabilitasi.
2. Sprain
Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligament. Sprain dapat
dibagi 4 tingkat, yaitu :
a) Tingkat 1 (ringan)
Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat ligament
yang terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada
gangguan fungsi.
b) Tingkat 2 (sedang)
Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih luas, tetapi
50% masih baik. Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi, tindakan
proteksi harus dilakukan untuk memungkinkan terjadinya
kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu untuk benar-
benar aman dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali
terjadi pada atlit memaksakan diri sebelum selesainya waktu
pemulihan belum berakhir dan akibatnya akan timbul cedera baru
lagi.
c) Tingkat 3 (berat)
Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau lepasnya
ligament dari tempat lekatnya dan fungsinya terganggu secara
total. Maka sangat penting untuk segera menempatkan kedua
ujung robekan secara berdekatan.
1. Cedera Hamstring
Rasa nyeri yang hebat serta sensasi robek atau terputus pada
bagian belakang paha.
Pembengkakan.
Otot melemah bahkan tidak bisa memberi beban pada kaki yang
cedera.
3. Cedera Pinggul
a. Pointer Pinggul
Hip pointer merupakan memar yang terasa sakit disebabkan oleh
benturan pada bagian luar daerah batas pelvis, khususnya pada
daerah garis ikat pinggang. Pada bagian ini struktur tulang panggul
(pelvis) paling menonjol (prominent). Karena memar ini
memperlihatkan pendarahan di bawah kulit, maka cedera ini sangat
sakit dan mempengaruhi aktivitas lari ataupun jalan. Cedera ini banyak
terjadi pada olahraga yang banyak terjadi persinggungan/benturan
tubuh, seperti sepak bola.
Anatomi Pinggul/Pantat
Ada tiga otot yang besar di pantat yaitu: otot gluteus maksimus,
gluteus medius, dan gluteus minimus. Otot gluteus maksimus adalah
otot yang besar, tebal, di bagian belakang dari pinggul. Otot ini yang
digunakan untuk menegakkan badan dari keadaan jongkok dan juga
membantu kita agar badan tetap pada posisi yang tegak, bila kita
berdiri. Otot-otot lain pada pantat lebih kecil yaitu: otot gluteus medius
dan gluteus minimus. Otot ini sebenarnya letaknya lebih ke arah
samping dari pinggul dan membuat pantat nampak lebih bulat. Otot-
otot tersebut melekat pada bagian atas, luar tulang pinggul dan
terentang ke bawah (Sadoso Sumosardjuno, 1995: 273-274)
6. Cedera dada
7. Cedera perut
b. Ginjal luka
Cedera ginjal dalam olahraga jarang terjadi. Ginjal
terletak di atas korset panggul, satu pada setiap sisi
tulang belakang. Sebagai hasil dari dampak kekerasan
terhadap sisi ginjal dapat mengakibatkan hal yang fatal
misalnya ginjal akan luka atau bahkan pecah yang di
tandai dengan munculnya darah dalam urin. Perdarahan
berhenti secara spontan dan tidak menyebabkan
masalah lebih lanjut, tetapi jika gangguan ginjal parah,
dan berdarah terus, operasi mungkin diperlukan untuk
mengatasinya.
1. Pengaturan gizi
Sangatlah penting untuk mengkunsumsi makanan yang cukup
dan seimbang setiap hari untuk menjaga agar tubuh tetap sehat.
Asupan nutrisi yang seimbang dan tepat merupakan kunci kesuksesan
performa atlet. Kombinasi kalori yang tepat antara asupan karbohidrat,
protein, dan lemak akan menghasilkan energi yang menunjang
performa maksimal seorang atlet
Seorang atlet,baik itu professional atau non pofesional akan
membutuhkan asupan gizi yang baik dan teratur untuk dapat mengatur
kondisi fisik tubuhnya dan pengeluaran kalorinya. Penambahan beban
kerja selalu diikuti upaya penambahan energi dan zat-zat gizi lainnya
yang diperoleh dari makanan. Kalori yang dibutuhkan semakin besar
sesuai tingkat energi yang dikeluarkan selama melakukan aktivitas.
Jumlah kalori yang dibutuhkan tergantung dari berat ringannya
aktivitas yang diikuti. Keadaan gizi untuk orang biasa yang tidak
melakukan aktivitas berat cukup dengan 2500 kalori, sedangkan bagi
atlit yang melakukan aktivitas fisik yang yang berat memerlukan kira-
kira 4000 kalori. Sumber kalori yang kita gunakan tersebut berasal dari
karbohidrat . Lemak secara teotitis bisa menghasilkan kalori yang
paling banyak. Tetapi memilih memakan lemak yang banyak untuk
memperoleh kalori adalah keputusan yang kurang tepat karena lemak
paling sulit dicerna.
Pengetahuan gizi khususnya tentang pengaturan makanan
untuk atlet sangat bermanfaat, karena memberikan beberapa
keuntungan atlet tersebut, antara lain :
1) Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dapat mencapai
atau mempertahankan kondisi tubuh yang telah diperoleh dalam
latihan;
2) Memberikan makanan yang dapat menyediakan energi yang
diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga;
3) Menentukan bentuk makanan dan frekwensi makan yang tepat
pada waktu latihan intensif sebelum, selama dan sesudah
pertandingan;
4) Menggunakan prinsip gizi dalam menurunkan dan menaikkan
berat badan sesuai yang diinginkan;
5) Menggunakan prinsip gizi untuk mengembangkan atau membuat
rencana diet individu sesuai dengan aturan tubuh, keadaan
fisiologi dan metabolismenya serta mempertimbangkan selera
serta kebiasaan dan daya cerna atlet
• Besi
Sumber makanan yang kaya akan zat besi adalah daging rendah
lemak, tiram, kuning telur, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-
kacangan, buah yang dikeringkan, dan gandum. Hindari
konsumsi kopi, susu, atau teh bersamaan pada saat
mengkonsumsi makanan tinggi zat besi karena kalsium
menghambat penyerapan zat besi. Konsumsi vitamin C
bersamaan dengan makanan tinggi zat besi karena vitamin C
membantu penyerapan dalam tubuh.
.• Air
Vitamin A
Vitamin B6
Vitamin B6 penting sekali untuik protein yang tepat dan
metabolisme dari sel darah merah – keduanya penting untuk
penyembuhan otot. Vitamin B6 secara umum ditemukan di
makanan yang menguatkan, garbanzo beans, kentang (dengan
kulit), seafood, dan alpukat
Vitamin C
Vitamin C memainkan peran penting dalam formasi
collagen yang diperlukan untuk kekuatan dan fleksibilitas dan juga
membantu memperbaiki urat dalam daging (tendons), ikatan sendi
tulang (ligaments), dan menguatkan tulang. Vitamin C dapat
ditemukan di makanan makanan seperti buah citrus, kubis, tomat,
brokoli, dan strawberry.
Vitamin E
Dari penelitian yang dilakukan terhadap binatang
menunjukkan bahwa potensi untuk Vitamin E (atau alpha-
tocopherol) untuk mengurangi jumlah kerusakan akibat dari
tekanan oksidatif yang terjadi pada saat melakukan latihan
olahraga. Sesudah melakukan diet dengan dosis vitamin E yang
tinggi selama tiga minggu, tikus-tikus berlari diatas sebuah
treadmill selama 60 menit Semoga bermanfaat (sumber : nsca’s
performance training journal volume 7 issue 1Cedera olahraga
adalah cedera pada sistem intergument, otot dan rangka yang
disebabkan oleh kegiatan olahraga. Cedera olahraga disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain kesalahan metode latihan,
kelainan struktural maupun kelemahan fisiologis fungsi jaringan
penyokong dan otot (Bahr et al. 2003).
a. Protect (Proteksi)
Proteksi bertujuan untuk mencegah cedera bertambah parah
dengan mengurangi pergerakan bagian otot yang cedera. Proteksi dapat
menggunakan air splint dan ankle brace.
b. Rest (Istirahat)
Istirahatkan bagian tubuh yang cedera selama 2-3 hari untuk
mencegah cedera bertambah parah dan memberikan waktu jaringan
untuk sembuh.
d. Compression (Kompresi)
Kompresi bertujuan untuk mencegah pergerakan otot dan juga
dapat mengurangi pembengkakkan.2 Kompresi dilakukan dengan
menggunakan elastic bandage atau ankle taping. Dalam melakukan
kompresi, harus diperhatikan jangan sampai kompresi terlalu ketat.
e. Elevation (Elevasi)
Elevasi dilakukan dengan menopang bagian yang cedera dengan
suatu benda agar daerah yang cedera lebih tinggi dari permukaan
jantung. Elevasi bertujuan untuk mengurangi tekanan dan aliran darah ke
daerah cedera serta mengurangi pembengkakkan.
f. Support
1. Antioksidan
Antioksidan sederhana yang dapat dibeli secara bebas adalah vitamin C
dan vitamin E. Sampai saat ini sudah banyak penelitian yang mendukung
penggunaan vitamin C dalam mencegah nyeri pasca olahraga. Vitamin C
dosisnya bervariasi, namun dapat dijadikan patokan vitamin C 1000-
3000mg. Sementara vitamin E walaupun tidak terbukti secara klinis dapat
mengurangi nyeri pasca olahraga namun terdapat bukti bahwa vitamin ini
memiliki efek protektif terhadap otot di tingkat seluler. Sama seperti
vitamin C, vitamin E juga memiliki dosis yang bervariasi dari 400-1200 IU.
Selain vitamin C dan E, suplementasi omega 3 dengan dosis 3 gram per
hari juga terdapat bukti dapat mengurangi kejadian nyeri pasca olahraga.
2. Protein
Suplemen protein dapat brupa bubuk yang dicampur ke susu atau air,
dapat juga berupa protein batangan. Sebagian besar berupa protein susu.
Suplemen protein diklaim dapat menstimulasi sistem imun dan mencegah
menurunnya sistem imun akibat latihan berat. Namun demikian perlu
diingat bahwa konsumsi protein berlebihan akan memperberat fungsi
ginjal karena produk akhir protein adalah amonia yang harus dibuang
melalui ginjal.
3. β-Hydroxy-β-Methylbutyrate (β-HMB)
HMB merupakan asam amino leusin yang sedang populer. Asam amino
ini bekerja dalam proses pembentukan sel. Sehingga diharapkan risiko
kerusakan sel-sel otot dapat diminimalisasi terutama saat melakukan
jenis latihan baru atau yang sangat intensif. Dosis yang diteliti adalah 1.5-
3 gram per hari.
4. Creatine
Walau sudah banyak dikonsumsi oleh para atlet namun penggunaan
creatine dalam pencegahan atau pemulihan otot pasca cedera masih
belum jelas. Sebuah studi yang meneliti konsumsi 5 gram creatine per
hari untuk para atlet bola di Amerika tidak menemukan hasil yang
bermakna.
5. Penggunaan Zat Ergogenik
Penggunaan sistem rating dapat digunakan untuk menilai zat ergogenik.
Warna merah berarti berhenti, artinya jangan dikonsumsi. Warna kuning
berarti hati-hati. Warna hijau berarti boleh dikonsumsi. Zat ergogenik
dalam klasifikasi merah berarti harus dihindari karena tidak ada bukti
ilmiah mempunyai efek ergogenik atau berbahaya bagi kesehatan, atau
termasuk dalam daftar larangan IOC. Zat ergogenik dalam klasifikasi
kuning berarti harus digunakan secara hati-hati karena masih dibutuhkan
bukti penelitian terkait dengan manfaat dan keamanannya. Zat ergogenik
dalam klasifikasi hijau boleh digunakan oleh atlet karena manfaatnya
terbukti secara ilmiah selama dikonsumsi sesuai dosis yang ditentukan
dan dalam periode waktu tertentu. Meskipun diklasifikasi hijau bukan
berarti zat ergogenik ini boleh untuk setiap atlet. Zat ergogenik klasifikasi
hijau dapat meningkatkan performans atlet untuk jenis olahraga tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dari pembahasan di atas diharapkan para atlit khususnya atlet sepak bola
tidak hanya mengerti tentang bagaimana cara malakukan garakan olahraga saja,
tetapi juga harus mengetahui usaha-usaha dalam mencegah terjadinya cedera
yang dapat merugikan atlet itu sendiri. Dengan mengerti tentang cara-cara
mencegah cedera maka diharapkan atlet dapat mengantisipasi kejadian-kejadian
yang mungkin bisa menimbulkan cedera. Selain itu diharapkan pula seorang
pelatih atau guru pendidikan jasmani juga bisa memberikan arahan-arahan
tentang usaha-usaha yang memperkecil terjadinya bahaya cedera bagi atlet
yang dilatih ataupun anak didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Soetopo, Sayati. 1994. Pencegahan Cedera dan P3K. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka.
Samiadi, Lika Aprilia. 2016. Apa itu Cedera Punggung Bawah?. (online)
https://hellosehat.com/benh/cedera-punggung-bawah/, diakses 30 Maret
2016.
Abidin, Zainal, dkk. Pemahaman Dasar Sport Science & Penerapan IPTEK
Olahraga. KONI (online)
Rusli. 2011. Pencegahan Cedera Olahraga bagi Atlet Melalui Nutrisi. FIK
Iniversitas Negeri Makassar. (online)
Anoniumous. Modul Penanganan Cedera Olahra. Tim Bantuan Medis BEM IKM
FKUI
http://fisioterapior.wordpress.com/prinsip-pencegahan-cidera-olahraga/
http://priyosport07.wordpress.com/2010/06/02/usaha-pencegahan-cedera-
olahraga/
http://arifin16.multiply.com/journal/item/1/Makalah_Cedera_Olahraga
http://berthae.wordpress.com/2010/06/02/cara-cara-pencegahan-cedera-
olahraga/
http://badrockboys.blogspot.com/2009/09/prinsip-pencegahan-cidera-
olahraga.html
http://www.kompasiana.com/hapy.ardia/nutrisi-untuk-pulihkan-cidera-
otot_54f7fe74a33311b8048b464b
(http://imankoekoeh.blogspot.co.id/2012/11/makalah-pp-dan-ppco.html)