Anda di halaman 1dari 18

Makalah Interaksi Obat dan Makanan

"Pengaruh Interaksi Obat terhadap Kebutuhan Gizi"

DOSEN PEMBIMBING:
Sajiman, SKM., M.Gizi

Oleh :

Ni Wayan Leni Laolia Rianti P07131215110


Sekar Oktaviana Prabaningrum P07131215120
Zainab P07131215125

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATANKEMENKESBANJARMASIN
PROGRAM DIPLOMA IV GIZI
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini,
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarbaru, Maret 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I ISI......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3. Tujuan........................................................................................................ 2

BAB III ISI...................................................................................................... 3


2.1. Interaksi Obat dan Kebutuhan Gizi...........................................................
3
2.2. Interaksi Obat dan Makanan......................................................................
4
a. Fase Farmasetis...................................................................................
4
b. Fase farmakokinetik...........................................................................
5
c. Fase farmakodinamik.........................................................................
10
2.3. Interaksi Obat dengan Makanan yang dapat Menurunkan Nafsu Makan,
Perubahan Pengecapan dan Gangguan Gastrointestinal............................
11
a. Obat dan penurunan nafsu makan......................................................
11
b. Obat dan perubahan pengecapan/ penciuman....................................
11
c. Obat dan gangguan gastrointestinal....................................................
12

BAB III PENUTUP......................................................................................... 13

iii
3.1. Kesimpulan................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebugaran manusia tidak lepas dari kesehatan. Kesehatan dibutuhkan
untuk melakukan aktifitas. Namun, tidak semua manusia memiliki tubuh
yang prima. Tubuh yang prima akan diperoleh bila tubuh manusia
mendapatkan gizi yang cukup. Gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses
digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Macam-macam gizi yang dibutuhkan tubuh ialah karbohidrat sebagai
sumber energi. Lemak sebagai cadangan makanan, protein sebagai zat
pengatur sel-sel tubuh, mineral sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh
juga vitamin yang terdiri dari vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, Vitamin D,
Vitamin E, dan Vitamin K.
Melihat fungsi dan macam-macam zat gizi diatas tentu kita tahu
bahwa kebutuhan tubuh akan berbagai zat gizi sangatlah penting, karena zat
gizi adalah zat yang membentuk tubuh sehat. apabila manusia menginginkan
tubuh yang sehat tentu mereka harus mengkonmsumsi makanan dengan
benar, karena kebutuhan gizi dalam tubuh harus cukup tidak boleh kurang
maupun lebih. Kekurangan dan kelebihan zat gizi akan menyebabkan
penyakit.
Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang
mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan
produktif. Untuk mendapatkan kecukupan gizi yang dibutuhkan tubuh, setiap
orang perlu mengkonsumsi beranekaragam makanan. Makan makanan yang
beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka
ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan
tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya.

1
Hubungan dan interaksi antara makanan, nutrien yang terkandung
dalam makanan dan obat saling mendukung dalam pelayanan kesehatan dan
dunia medis. Makanan dan nutrien spesifik dalam makanan, jika dicerna
bersama dengan beberapa obat, pasti dapat mempengaruhi seluruh
ketersediaan hayati, farmakokinetik, farmakodinamik dan efek terapi dalam
pengobatan. Makanan dapat mempengaruhi absorbsi obat sebagai hasil dari
pengubahan dalam saluran gastrointestinal atau interaksi fisika atau kimia
antara partikel komponen makanan dan molekul obat. Pengaruh tergantung
pada tipe dan tingkat interaksi sehingga absorbsi obat dapat berkurang,
tertunda, tidak terpengaruh atau meningkat oleh makanan yang masuk.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang diatas maka makalah ini akan
menitikberatkan pada:
1. Apa itu interaksi obat dan kebutuhan gizi?
2. Bagaimana interaksi obat dan makanan berdasarkan fase farmasetis,fase
farmakokinetik, dan fase farmakodinamik?
3. Bagaimana interaksi obat dan kebutuhan gizi?

1.3. Tujuan
Adapun yang mendasari atau tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian interaksi obat dan makanan.
2. Untuk mengetahui interaksi obat dan makanan yang terjadi berdasar pada
fase farmasetis, fase farmakokinetik, dan fase farmakodinamik.
3. Untuk mengetahui interaksi obat dan kebutuhan gizi.

2
BAB II
ISI

2.1. Interaksi Obat dan Kebutuhan Gizi


Kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi minimal yang diperlukan
seseorang untuk hidup sehat. Banyaknya energi dan zat gizi minimal yang
dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan hidupnya serta melakukan
berbagai kegiatan selama 24 jam untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Secara garis besar yang dimaksud dengan kebutuhan gizi adalah
jumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang untuk hidup sehat.
Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi
aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas,
atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya yang
terpikir oleh kita adalah antara satu obat dengan obat lain. Tetapi, interaksi
bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan herbal, obat
dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus.
Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain
perubahan dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti absorpsi, distribusi,
metabolisme, dan eksresi (ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat
merupakan hasil dari sifat- sifat farmakodinamik obat tersebut, missal,
pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan agonis untuk resptor yang
sama.
Interaksi antara obat dengan kebutuhan gizi dapat berdampak pada
berbagai macam hal. Misalnya penggunaan obat tertentu, maka akan
mengurangi nutrisi dalam tubuh sehingga regulasi tubuh akan menurun, atau
dengan mengkonsumsi nutrisi tertentu akan meningkatkan efek suatu obat
lain sehingga dapat timbul efek yang berbahaya (Sinergisme).
Pemberian obat-obatan merupakan bagian dari terapi medis terhadap
pasien. Ketika dikonsumsi, obat dapat mempengaruhi status gizi seseorang
dengan mempengaruhi makanan yang masuk (drug-food interaction). Hal
sebaliknya juga dapat terjadi, makanan yang masuk juga dapat mempengaruhi
kerja beberapa obat-obatan (food-drug interaction).

3
2.2. Interaksi Obat dan Makanan
a. Fase Farmasetis
Sekitar 80% obat diberikan melaui mulut; oleh karena itu,
farmasetik (disolusi) adalah fase pertama dari kerja obat. Dalam saluran
gastrointestinal, obat-obat perlu dilarutkan agar dapat diabsorsi. Obat
dalam bentuk padat (tablet atau pil) harus didisintegrasi menjadi partikel-
partikel kecil supaya dapat larut ke dalam cairan, dan proses ini dikenal
sebagai disolusi.
Tidak 100% dari sebuah tablet merupakan obat. Ada bahan
pengisi dan pelembam yang dicampurkan dalam pembuatan obat
sehingga obat dapat mempunyai ukuran tertentu dan mempercepat
disolusi obat tersebut. Beberapa tambahan dalam obat sperti ion kalium
(K) dan natrium (Na) dalam kalium penisilin dan natrium penisilin,
meningkatkan penyerapan dari obat tersebut. Penisilin sangat buruk
diabsorbsi dalam saluran gastrointestinal, karena adanya asam lambung.
Dengan penambahan kalium atau natrium ke dalam penisilin, maka obat
lebih banyak diabsorbsi.
Disintegrasi adalah pemecahan tablet atau pil menjadi partikel-
partikel yang lebih kecil, dan disolusi adalah melarutnya partikel-partikel
yang lebih kecil itu dalam cairan gastrointestinal untuk diabsorbsi. Rate
limiting adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah obat untuk
berdisintegrasi dan sampai menjadi siap untuk diabsorbsi oleh tubuh.
Obat-obat dalam bentuk cair lebih cepat siap diserap oleh saluran
gastrointestinal daripada obat dalam bentuk padat. Pada umumnya, obat-
obat berdisintegrasi lebih cepat dan diabsorpsi lebih cepat dalam cairan
asam yang mempunyai pH 1 atau 2 daripada cairan basa. Orang muda
dan tua mempunyai keasaman lambung yang lebih rendah sehingga pada
umumnya absorpsi obat lebih lambat untuk obat-obat yang diabsorpsi
terutama melalui lambung.
Obat-obat dengan enteric-coated,EC (selaput enterik) tidak dapat
disintegrasi oleh asam lambung, sehingga disintegrasinya baru terjadi
jika berada dalam suasana basa di dalam usus halus. Tablet anti coated

4
dapat bertahan di dalam lambung untuk jangka waktu lama; sehingga,
oleh karenanya obat-obat demikian kurang efektif atau efek mulanya
menjadi lambat.
Makanan dalam saluran gastrointestinal dapat menggaggu
pengenceran dan absorpsi obat-obat tertentu. Beberapa obat mengiritasi
mukosa lambung, sehingga cairan atau makanan diperluan untuk
mengencerkan konsentrasi obat.
b. Fase farmakokinetik
Fase farmakokinetik adalah absorbsi, transport, distribusi,
metabolisme dan ekskresi obat. Interaksi obat dan makanan paling
signifikan terlibat dalam proses absorbsi. Obat-obatan yang dikenal luas
dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi adalah obat-obatan yang memiliki
efek merusak terhadap mukosa usus. Antineoplastik, antiretroviral,
NSAID dan sejumlah antibiotik diketahui memiliki efek tersebut.
Mekanisme penghambatan absorbsi tersebut meliputi: pengikatan
antara obat dan zat gizi (drug-nutrient binding) contohnya Fe, Mg, Zn,
dapat berikatan dengan beberapa jenis antibiotik;  mengubah keasaman
lambung seperti pada antacid dan antiulcer sehingga dapat mengganggu
penyerapan B12, folat dan besi; serta dengan cara penghambatan
langsung pada metabolisme atau perpindahan saat masuk ke dinding usus
(Lulukria, 2010).
Interaksi dalam proses absorpsi dapat terjadi dengan berbagai cara
misalnya,
1) Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal oleh karena obat-
obat seperti morfin atau senyawa-senyawa antikolinergik dapat
mengubah absorpsi obat-obat lain.
2) Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obat tertentu oleh senyawa
logam sehingga absorpsi akan dikurangi, oleh karena terbentuk
senyawa kompleks yang tidak diabsorpsi. Misalnya kelasi antara
tetrasiklin dengan senyawa-senyawa logam /berat akan menurunkan
absorpsi tetrasiklin.

5
3) Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat tertentu,
misalnya: umumnya antibiotika akan menurun absorpsinya bila
diberikan bersama dengan makanan (Grahame, 1985)
Usus halus, organ penyerapan primer, berperan penting dalam
absorbsi obat. Fungsi usus halus seperti motilitas atau afinitas obat untuk
menahan sistem karier usus halus, dapat mempengaruhi kecepatan dan
tingkat absorbsi obat. Makanan dan nutrien dalam makanan
dapat meningkatkan atau menurunkan absorbsi obat dan mengubah
ketersediaan hayati obat. Kecepatan pengosongan lambung secara
signifikan mempengaruhi komposisi makanan yang dicerna. Kecepatan
pengosongan lambung ini dapat mengubah ketersediaan hayati obat.
Makanan yang mengandung serat dan lemak tinggi diketahui secara
normal menunda waktu pengosongan lambung. Beberapa obat seperti
nitrofurantoin dan hidralazin lebih baik diserap saat pengosongan
lambung tertunda karena tekanan pH rendah di lambung. Obat lain
seperti L-dopa, Penicillin G dan digoxin, mengalami degradasi dan
menjadi inaktif saat tertekan oleh pH rendah di lambung dalam waktu
lama. Obat dieliminasi dari tubuh tanpa diubah atau sebagai metabolit
primer oleh ginjal, paru-paru, atau saluran gastrointestinal melalui
empedu. Ekskresi obat juga dapat dipengaruhi oleh diet nutrien seperti
protein dan serat, atau nutrien yang mempengaruhi pH urin. Beberapa
contoh obat ditabel ini menyebabkan malabsorpsi nutrisi di saluran
pencernaan bawah:
Malabsorpsi nutrisi di saluran pencernaan bawah oleh
pengaruh obat-obatan
Obat-obatan Efek yang disebut Mekanisme malabsorpsi
Aluminium Penghambatan asupan Perubahan fisik dan sifat
hidroksida makanan fosfat, kimia dari obat dan
mengakibatkan osteomalacia, fungsi saluran
demensia dan anoreksia. pencernaan.
Penghambatan penyerapan Pembentukan kompleks
vitamin A, kelenjar. larut dengan antasida besi
Biguanidы (agen Malabsorpsi glukosa, a- Peningkatan efek

6
hipoglikemik oral ксилозы, vitamin B12, asam jaringan insulin,
sintetik) amino dan lemak perubahan tingkat
fosforilasi oksidatif di
mitokondria
Kalsium karbonat Penyakit celiac
Kontrasepsi Pelanggaran penyerapan dan
asimilasi asam folat
Mannitol Malabsorpsi glukosa; Penyakit
celiac
Neomycin sulfat Mengurangi asupan karoten, Efek toksik langsung
lemak, asam amino, kelenjar, pada mukosa usus dengan
vitamin B12, α-glukosa dan munculnya penebalan
xilosa, kolesterol, Vitamin K, clavate dari villi, infiltrasi
monosaxaridov limfositik dan
plasmocytic, peregangan
mikrovili. Gugus amino
dari neomycin dapat
mengikat dan
mengendapkan anion dari
asam lemak dan empedu
PAS Penyakit celiac (11-17 g / Memiliki kesamaan
hari.), hypocholesterolemia, struktural antara PAS dan
malabsorpsi vitamin B12, asam asam folat menyebabkan
folat, a-ксилозы, kelenjar mekanisme
penghambatan kompetitif
penetrasi vitamin
B12 melalui epitel usus ke
dalam darah
Antikonvulsan, Malabsorpsi dan pemanfaatan
barbiturat, asam folat, vitamin B12, a-
neuroleptik ксилозы
Glikosida jantung Penyerapan penurunan Pelanggaran transportasi
glukosa melalui dinding usus
Obat pencahar Mengurangi asupan semua Peningkatan motorik dan
nutrisi, steatorrhea moderat fungsi sekresi dari usus,

7
(Fat Loss 9-15 g/ hari.), pencernaan yang tidak
Hilangnya ion kalsium, sempurna,mempercepat
Kalium, penghambatan timbulnya gerakan usus
penyerapan glukosa
Sulfonamid Mengurangi sintesis asam Penindasan flora usus
folat dan vitamin K saprophytic
Triamterene Malabsorpsi folat
Kloramfenikol Pengurangan sintesis protein
dan transportasi asam amino
yang penghambatan
Cholestyramine Malabsorpsi vitamin B12, a- Pendidikan kompleks
ксилозы, karotin, elektrolit, nonabsorbable dengan
kelenjar, gula, Vitamin K, asam empedu, yang
pendarahan, osteomalacia diperlukan untuk
metabolisme banyak
nutrisi
Xolinomimetiki Diare Hyperperistalsis, toning
tubuh dan memperkuat
sekresi usus pada saluran
pencernaan
Sitostatika Malabsorpsi vitamin B12, a- Pengembangan edema
(antagonis asam ксилозы, karotin; Penyakit dan infiltrasi sel bulat
folat) celiac vili, penghambatan faktor
intrinsik
(gastromukoproteina)

Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika


sampai di usus dan hati. Akibatnya beberapa obat dapat menghambat
aktifitas enzim yang dibutuhkan untuk memetabolisme zat gizi. Sebagai
contohnya penggunaan metotrexate pada pengobatan kanker
menggunakan enzim yang sama yang dipakai untuk mengaktifkan folat.
Sehingga efek samping dari penggunaan obat ini adalah defisiensi asam
folat (Lulukria, 2010)
Interaksi dalam proses metabolisme dapat terjadi dengan dua
kemungkinan, yakni

8
1) Pemacuan enzim (enzyme induction) suatu obat (presipitan) dapat
memacu metabolisme obat lain (obat obyek) sehingga mempercepat
eliminasi obat tersebut. Obat-obat yang dapat memacu enzim
metabolism obat disebut sebagai enzyme inducer. Dikenal beberapa
obat yang mempunyai sifat pemacu enzim ini yakni Rifampisin;
Antiepileptika: fenitoin, karbamasepin, fenobarbital.
2) Penghambatan enzim, Obat-obat yang punya kemampuan untuk
menghambat enzim yang memetabolisir obat lain dikenal sebagai
penghambat enzim (enzyme inhibitor). Akibat dari penghambatan
metabolisme obat ini adalah meningkatnya kadar obat dalam darah
dengans egala konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses
eliminasi obat. Obat-obat yang dikenal dapat menghambat aktifitas
enzim metabolisme obat antara lain kloramfenikol, isoniazid,
simetidin, propanolol, eritromisin, fenilbutason, alopurinol,dan lain-
lain. (Grahame, 1985)

Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat


gizi dengan mengganggu reabsorbsi pada ginjal dan menyebabkan diare
atau muntah. Sehingga jika dirangkum, efek samping pemberian obat-
obatan yang berhubungan dengan gangguan GI (gastrointestinal) dapat
berupa terjadinya mual, muntah, perubahan pada pengecapan, turunnya
nafsu makan, mulut kering atau inflamasi/ luka pada mulut dan saluran
pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi dan diare. Efek
samping seperti di atas dapat memperburuk konsumsi makanan si pasien.
Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu dampak
signifikan yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi (Bruyne, 2008).
c. Fase farmakodinamik
Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan
biokimia selular dan mekanisme kerja obat. Respons obat dapat
menyebabkan efek fisiologi primer atau sekunder atau kedua-duanya.
Efek primer adalah efek yang diinginkan, dan efek sekunder bisa
diinginkan atau tidak diinginkan.

9
Salah satu contoh dari obat dengan efek primer dan sekunder
adalah difenhidramin (benadryl) suatu antihistamin. Efek primer dari
difenhidramin adalah untuk mengatasi gejala-gejala alergi, dan efek
sekundernya adalah penekanan susunan saraf pusat yang menyebabkan
rasa kantuk. Efek sekunder ini tidak diinginkan jika sedang mengendarai
mobil, tetapi pada saat tidur, dapat menjadi diinginkan karena
menimbulkan sedasi ringan.
Penelanan tablet dengan air yang cukup atau cairan lain penting
untuk beberapa obat karena jika ditelan tablet tersebut cenderung
merusak saluran esophagus. Petunjuk pada pasien untuk mencegah iritasi
dan atau ulcer pada oesophagus, tablet atau kapsul obat harus ditelan
dengan segelas air oleh pasien dengan posisi berdiri, misalnya untuk obat
seperti analgesik (contohnya aspirin), NSAID (contohnya
Phenylbutazone, oxyphenbutazone, indometacin), kloralhidrat,
emepromium bromida, kalium klorida, tetracyclin
(terutama Doxycyclin).
Obat diminum dengan atau tanpa makanan. Interaksi obat-
makanan dalam saluran gastrointestinal dapat bermacam-macam dan
banyak alasan mengapa makanan dapat berpengaruh pada efek
obat. Contohnya obat mungkin terikat pada komponen makanan;
makanan akan mempengaruhi waktu transit obat pada usus; obat dapat
mengubah first-pass metabolism obat dalam usus dan dalam hati; dan
makanan dapat meningkatkan aliran empedu yang mampu meningkatkan
absorbsi beberapa obat yang larut lemak.
Petunjuk pada pasien untuk mencegah interaksi tersebut adalah
dengan meminum obat dengan segelas air pada saat perut kosong,
misalnya seperti pada obat- obat sefalosporin (kecuali sefradin),
dipyridamol, erythromycin, Isoniazid (INH), lincomycin, penicillamin,
pentaerithritel tetranitrat, rifampicin, penisilin oral dan tetracyclin.
Absorbsi semua penisilin oral optimal jika diminum pada saat perut
kosong dengan segelas air.Pivampicillin harus diminum bersama
makanan karena dapat mengiritasi lambung atau perut. Tetracyclin

10
kadang kala menyebabkan mual dan muntah jika diminum pada saat
perut kosong. Meskipun makanan mengurangi absorbsi tetracyclin tetapi
tidak terjadi pada doxycyclin danminocyclin.Adanya makanan juga dapat
meningkatkan perubahan bentuk profil serum obat tanpa mengubah
ketersediaan hayati obat. Hal ini terlihat pada studi sefradin, makanan
tidak memiliki efek signifikan terhadap ekskresi urin antibiotik
tetapi pada nilai t-max. Beberapa obat yang diminum bersama susu atau
makanan berlemak antara lain alafosfalin, griseofulvin dan vitamin D.
Sedangkan obat yang tidak boleh diminum bersama susu antara lain
bisacodyl (dulcolax), garam besi, tetracyclin (kecuali doxycyclin dan
minocyclin).

2.3. Interaksi Obat dengan Makanan yang Dapat Menurunkan Nafsu


Makan, Perubahan Pengecapan dan Gangguan Gastrointestinal
a. Obat dan Penurunan Nafsu Makan
Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat
mempengaruhi nafsu makan. Kebanyakan stimulan CNS dapat
mengakibatkan anorexia. Efek samping obat yang berdampak pada
gangguan CNS dapat mempengaruhi kemampuan dan keinginan untuk
makan. Obat-obatan penekan nafsu makan dapat menyebabkan terjadinya
penurunan berat badan yang tidak diinginkan dan ketidakseimbangan
nutrisi.
b. Obat dan Perubahan Pengecapan/ Penciuman
Banyak obat yang dapat menyebabkan perubahan terhadap
kemampuan merasakan/ dysgeusia, menurunkan ketajaman rasa/
hypodysgeusia atau membaui. Gejala-gejala tersebut dapat
mempengaruhi intake makanan. Obat-obatan yang umum digunakan dan
diketahui menyebabkan hypodysgeusia seperti: obat antihipertensi
(captopril), antriretroviral ampenavir, antineoplastik cisplastin, dan
antikonvulsan phenytoin. (Mahan, 2002).
c. Obat dan Gangguan Gastrointestinal

11
Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan
hal ini dapat berdampak pada terjadinya konstipasi atau diare. Obat-
obatan narkosis seperti kodein dan morfin dapat menurunkan
produktivitas tonus otot halus dari dinding usus. Hal ini berdampak pada
penurunan peristaltik yang menyebabkan terjadinya konstipasi
(Lulukria,2010).

BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

12
1. Interaksi antara obat dengan kebutuhan gizi dapat berdampak pada
berbagai macam hal. Misalnya penggunaan obat tertentu, maka akan
mengurangi nutrisi dalam tubuh sehingga regulasi tubuh akan menurun,
atau dengan mengkonsumsi nutrisi tertentu akan meningkatkan efek
suatu obat lain sehingga dapat timbul efek yang berbahaya (Sinergisme).
Ketika dikonsumsi, obat dapat mempengaruhi status gizi seseorang
dengan mempengaruhi makanan yang masuk (drug-food interaction).
Hal sebaliknya juga dapat terjadi, makanan yang masuk juga dapat
mempengaruhi kerja beberapa obat-obatan (food-drug interaction)
2. Interaksi antara obat dan makanan terjadi dalam tiga fase yaitu fase
farmasetis, fase farmakokinetik, fase farmakodinamik. Dengan
mekanisme obat yang telah diminum akan hancur dan obat terdisolusi
(merupakan fase farmasetis), kemudian obat tersebut di absorpsi,
transport, distribusi, metabolism dan ekresi oleh tubuh (merupakan fase
farmakokinetik), setelah melewati fase farmakokinetik maka obat
tersebut dapat direspon secara fisiologis dan psikologis (merupakan fase
farmakodinamik)
3. Interaksi obat dengan makanan yang dapat menurunkan nafsu makan,
perubahan pengecapan dan gangguan gastrointestinal. Obat dan
penurunan nafsu makan: kebanyakan stimulan CNS dapat mengakibatkan
anorexia. Obat dan perubahan pengecapan/ penciuman: Obat-obatan
yang umum digunakan dan diketahui menyebabkan hypodysgeusia
seperti: obat antihipertensi (captopril), antriretroviral ampenavir,
antineoplastik cisplastin, dan antikonvulsan phenytoin. Obat dan
gangguan gastrointestinal: obat-obatan narkosis seperti kodein dan
morfin dapat menurunkan produktivitas tonus otot halus dari dinding
usus.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.drugs.com/drug_information.html

http://interaksiobatdanmakanan/adropofinkcanmakeamillionpeoplethink.htm

http://hendrahadi.wordpress.com

13
http://www.untukku.com/artikel-untukku/interaksi-obat-apa-yang-patut-anda-
ketahui-untukku.html

http://www.scribd.com/doc/30293958/25305010-MAKALAH-FARMASETIKA-
II
De Bruyne Lk et all, 2008. Nutrition & Diet Theraphy

Center for Drug Evaluation and Research (CDER). In Vivo Drug


Metabolism/Drug Interaction Studies – Study Design, Data Analysis, and
Recommendations for Dosing and Labeling. 1999

Larry K. Fry and Lewis D. Stegink Formation of Maillard Reaction Products in


Parenteral Alimentation Solutions J. Nutr. 1982 112: 1631-1637

Stadler RH, Blank I, Varga N, Robert F, Hau J, Guy PA, Robert MC, Riediker S.
Acrylamide from Maillard reaction products. Nature. 2002 Oct
3;419(6906):449-50.

14

Anda mungkin juga menyukai