Anda di halaman 1dari 2

1.

Komplikasi ketuban pecah dini


a. Komplikasi pada janin/neonatal
Komplikasi yang sering terjadi pada janin karena KPD adalah sindrom distres pernapasan dan
prematuritas. Sindrom distres penapasan terjadi karena pada ibu dengan KPD mengalami
oligohidramnion. Komplikasi yang sering terjadi pada janin terutama sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distres pernapasan. Selain sindrom distres pernapasan komplikasi pada
janin juga dapat terjadi prolap tali pusat dan kecacatan terutama pada KPD preterm.
Kematian neonatal setelah mengalami KPD aterm dikaitkan dengan infeksi yang terjadi,
sedangkan kematian pada KPD preterm banyak disebabkan oleh sindrom gangguan pernapasan.
KPD berkepanjangan meningkatkan risiko infeksi pada neonatal sekitar 1,3% dan sepsis sebesar
8,7%. Infeksi dapat bermanifestasi sebagai septikemia, meningitis, pneumonia, sepsis dan
konjungtivitis. Insiden keseluruhan dari kematian perinatal dilaporkan dalam literatur berkisar
dari 2,6 hingga 11%.
Ketika KPD dikelola secara konservatif, sebagian besar pasien mengalami oligohidramnion
derajat ringan hingga berat seiring dengan kebocoran cairan ketuban yang terus menerus.
Sedikitnya cairan ketuban akan membuat rahim memberikan tekanan terus-menerus kepada janin
sehingga tumbuh kembang janin menjadi abnormal seperti terjadinya kelainan bentuk tulang.
b. Komplikasi pada ibu/maternal
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu karena KPD yang pertama adalah infeksi sampai dengan
sepsis. Membran janin berfungsi sebagai penghalang untuk menghalangi merambatnya infeksi.
Setelah ketuban pecah, baik ibu dan janin beresiko infeksi. Hal ini terjadi karena setelah ketuban
pecah maka akan ada jalan masuk mikroorganisme dari luar uterus apalagi jika sering dilakukan
pemeriksaan dalam. Bukti keseluruhan korioamnionitis berkisar dari 4,2% hingga 10,5%.
Diagnosis korioamnionitis secara klinis ditandai dengan adanya demam 38 ° C dan minimal 2
dari kondisi berikut: takikardia pada ibu, takikardia pada janin, nyeri tekan uterus, cairan ketuban
berbau busuk, atau darah ibu mengalami leukositosis. Rongga ketuban umumnya steril. Invasi
mikroba dari rongga ketuban mengacu pada hasil kultur mikroorganime cairan ketuban yang
positif, terlepas dari ada atau tidaknya tanda atau gejala klinis infeksi.
Komplikasi yang kedua adalah peritonitis khususnya jika dilakukan pembedahan, dan
komplikasi yang ketiga adalah ruptur uteri karena air ketuban habis, sehingga tidak ada
pelindung antara janin dan uterus jika ada kontraksi sehingga uterus mudah mengalami
kerusakan.
Pasien dengan KPD memiliki kejadian solusio plasenta sekitar 6%. Solusio plasenta biasanya
terjadi pada kondisi oligohidroamnion lama dan berat. Data sebuah analisis retrospektif yang
didapatkan dari semua pasien dengan KPD berkepanjangan menunjukkan risiko terjadinya
solusio plasenta selama kehamilan sebesar 4%. Alasan tingginya insiden solusio plasenta pada
pasien dengan KPD adalah penurunan progresif luas permukaan intrauterin yang menyebabkan
terlepasnya plasenta.
Prolaps tali pusat yang dikaitkan dengan keadaan malpresentasi serta terjadinya partus kering
juga merupakan komplikasi maternal yang dapat terjadi pada KPD.
2. Prognosis ketuban pecah dini
Prognosis dari KPD adalah tergantung dari cara penatalaksanan, komplikasi yang ditimbulkan
oleh KPD dan umur dari kehamilan ibu. Pendapat lain tentang prognosis KPD adalah menurut
output sembuh total atau infeksi, sepsis sampai dengan meninggal.
Prognosis yang pertama di tentukan oleh faktor penatalaksanaan yang diberikan kepada ibu
dengan KPD. Faktor kedua yang mempengaruhi prognosis dari KPD adalah tergantung dari
komplikaasi- komplikasi yang timbul selama terjadinya KPD baik komplikasi pada janin
maupun komplikasi pada ibu. Selain dari penatalaksanaan dan komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dengan KPD, faktor lain yang menentukan prognosis KPD adalah umur dari kehamilan.
Semakin muda umur kehamilan maka prognosis KPD terutama pada janin akan semakin buruk.
Prognosis pada janin yaitu kelahiran prematur. Kelahiran prematur berhubungan dengan resiko
kecacatan dan kematian janin.
Hipolpasia paru adalah salah satu komplikasi yang mencapai angka 100% jika bayi lahir pada
usia kehamilan 23 minggu.
3. Morbiditas dan Mortalitas ketuban pecah dini
Persalinan prematur karena ketuban pecah dini dapat meningkatkan 4 kali lipat kematian bayi
dan 3 kali peningkatan angka kesakitan bayi, yaitu sindrom gangguan pernapasan (RDS). RDS
terjadi 10 % sampai 40% pada ibu dengan KPD dan 40-70 % dapat menimbulkan kematian pada
bayi. KPD yang dapat menyebabkan infeksi intra anmion sebanyak 15-30% dan 3-20% dapat
menimbulkan kematian bayi.
Infeksi dan prolap tali pusat memberikan kontribusi sebanyak 1- 2% pada kematian janin
intrauterine (bayi lahir mati) setelah KPD. Komplikasi infeksi ketuban yang terjadi pada ibu
dengan KPD adalah 13- 60 %.
Infeksi ketuban lebih banyak terjadi pada wanita dengan KPD yang masa latennya panjang,
Oligohidramnion, dan pemeriksaan vagina yang berulang dan KPD pada usia kehamilan dini.
Selain itu, karena lebih banyak terjadi kelainan letak pada KPD dengan kehamilan kurang bulan.

Anda mungkin juga menyukai