Anda di halaman 1dari 6

Reaksi Pembelahan Inti (Nuclear Fission)

A. Definisi reaksi pembelahan inti

Dalam ilmu fisika dan kimia nuklir, yang disebut fisi nuklir adalah reaksi fisi yang
terjadi saat nukleus atom terbagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih
ringan. Reaksi ini menghasilkan neutron bebas dalam bentuk sinar beta dan gamma dan
melepaskan energi yang lebih besar. Reaksi ini dipicu oleh neutron walaupun terkadang
fisi juga dianggap sebagai salah satu bentuk peluruhan radioaktif spontan terutama
dalam jumlah isotop yang besar.

Reaksi fisi (reaksi pembelahan) merupakan suatu reaksi yang terjadi pada inti berat
dan akan mengalami peluruhan atau pemecahan menjadi bagian inti ringan secara
berantai. Pada rekasi ini inti atom akan menangkap neutron dan menghasilkan keadaan
inti dalam kondisi sangat labil. Dalam waktu yang singkat inti akan membelah menjadi
belahan inti utama disertai dengan adanya kemunculan neutron baru. Karena berat inti
kurang stabil dibandingkan dengan produknya, proses ini akan banyak melepaskan
energi (Rohanda, 2015).

Ukuran dari kedua pecahan reaksi tidak tetap, maka kemungkinan terbesar pecahan
akan memiliki nomor massa sekitar 90 dan 140. Sebagian besar energi yang dibebaskan
dalam fisi akan berubah menjadi energi kinetik dari kedua pecahan dengan nomor
massa yang berbeda sekitar 80 persen. Sedangkan untuk 20 persen sisanya akan
dimunculkan dalam bentuk peluruhan (beta dan gamma) serta energi kinetik sejumlah
235
neutron yang terpancar dalam fisi. Sebagai contoh pada peluruhan uranium U yang
92

sering terjadi adalah :

235
U + n  93 141
92 97 Rb + 55Cs + 2n

235
U + n  236 94
92 92 U  38 Sr + 140
54 Xe + 2n

235
U + n  236 94 139
92 92 U  36 Kr + 56 Ba + 3n

[ CITATION Djo09 \l 1057 ].


Pada reaksi dengan penembakan neutron termal pada inti uranium (inti fisi) akan
menghasilkan inti baru disertai melepasnya dua neutron. Jika neutron sudah diperlambat
dalam moderator dapat menyebabkan reaksi berikutnya terjadi. Sehingga akan
terjadinya reaksi berantai. Berikut adalah skema terjadinya proses reaksi berantai.

Energi yang akan dilepaskan dapat mencapai jumlah kira-kira 3x10-11 Joule/satu inti
235
U. Fisi nuklir dapat diaplikasikan pada reaktor nuklir dan bom atom.

B. Aplikasi reaksi pembelahan inti


a) Bom atom

Reaksi fisi inti dapat diterapkan pada proses pengembangan bom atom. Satu bom
atom yang berukuran kecil sama dengan 20.000 ton TNT. Tujuan diterapkannya reaksi
fisi inti adalah untuk mengetahui nilai massa kritis dari bom atom tersebut. Massa kritis
pada suatu bom atom dapat dibentuk menggunakan bahan peledak konvensional seperti
TNT untuk memaksa bagian yang terbelah dapat bergabung kembali menjadi satu.
TNT adalah bahan pertama yang harus diledakkan. Tujuannya agar ledakan tersebut
dapat mendorong bagian yang sudah terbelah dapat bergabung kembali menjadi jumlah
yang lebih besar dibandingkan dengan massa kritis bom atom. Salah satu bahan yang
sudah terfisikan adalah Uranium-235 yang merupakan peledak yang digunakan di kota
Hiroshima, Jepang.

b) Reaktor nuklir

Reaktor nuklir merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
reaksi berantai fisi nuklir terkendali untuk menghasilkan energi nuklir, radioisotop atau
nuklida baru. Pada reaktor nuklir, reaksi fisi digunakan sebagai pusat pembangkit
tenaga listrik karena dapat dikendalikan. Apabila reaksi fisi tidak dapat dikendalikan
kemungkinan akan mengalami ledakan energi seperti bom atom. Reaktor nuklir
merupakan suatu pembangkit tenaga listrik yang memakai kalor hasil dari reaksi rantai
terbatas. Ada 3 jenis reaktor nuklir yang dapat diketahui:

1. Reaktor air ringan, menggunakan air murni yang bertindak sebagai moderator
atau zat yang dapat mengurangi energi kinetik neutron.
2. Reaktor air berat, menggunakan D2O sebagai moderatornya.
3. Reaktor pembiak, menggunakan bahan bakar uranium. Reaktor ini
menghasilkan bahan terfisikan lebih banyak daripada yang digunakan.

C. Permasalahan yang terjadi pada reaksi pembelahan inti

Senyawa radionuklida banyak dibutuhkan dalam bidang kesehatan karena


banyak tenaga medis yang memerlukannya untuk digunakan pada alat-alat medis.
Salah satunya dapat digunakan dalam proses terapi untuk pencegahan penyempitan
kembali pembuluh darah di jantung. Namun, biasanya terapi tersebut masih
memiliki kemungkinan adanya penyempitan kembali karena pertumbuhan sel secara
tidak normal di daerah terapi. Penyempitan tersebut dapat diatasi dengan adanya
pelebaran pembuluh darah dan dapat menggunakan penanaman endovascular stent
pada daerah penyempitan. Karena berdasarkan banyak data riset, hasil dari
penanaman endovascular ampuh dan efektif dan lebih maksimal daripada proses
terapi biasa. Metode endovascular stent dapat dilakukan dengan menggunakan
aktivasi komersial dengan neutron yakni unsur penyusun stent akan teraktivasi oleh
paparan neutron yang dapat membentuk radioisotop didalamnya (Awaludin, 2004).

99m
Salah satu senyawa yang dibutuhkan adalah Teknesium atau Tc yang
merupakan hasil peluruhan dari senyawa 99Mo. Senyawa 99Mo merupakan hasil fisi
dari senyawa Uranium-235 yang sangat dibutuhkan di bidang kedokteran bagian
nuklir. Hal ini menjadi masalah yang sekarang tengah dihadapi oleh tenaga medis.
Adanya pembatasan penggunaan Uranium yang bertindak sebagai target
penggunaan senyawa radionuklida lainnya menjadi hambatan sehinga menyebabkan
banyak rumah sakit di Indonesia kesulitan mendapat pasokan senyawa Uranium.
Akibatnya, beberapa rumah sakit kewalahan dan kebingungan mencari cara agar
senyawa Uranium dan hasil peluruhannya dapat kembali digunakan pada peralatan
medis.
Seiring berjalannya waktu, di zaman tekhnologi yang serba canggih telah
memberikan berbagai macam metode alternatif untuk mendapatkan senyawa hasil
99
peluruhan uranium. Radionuklida Mo dapat dihasilkan dengan menggunakan
reaktor penelitian dan pemercepat partikel. Jika menggunakan reaktor, senyawa ini
dapat dihasilkan melalui reaksi fisi atau pembelahan inti dan reaksi nonfisi atau
tanpa adanya proses pembelahan inti. Sedangkan jika menggunakan pemercepat
partikel dilakukan tanpa menggunakan senyawa yang menghasilkan reaksi fisi dan
non fisi (Saptiama et al., 2016).
Daftar pustaka

Awaludin, R. (2004). Kajian Pembuatan Endovascular Stent Radioaktif dengan Aktivasi


Neutron. Jurnal Radioisotop Dan Radiofarmaka, 7, 25–34.

Rohanda, A. (2015). Analisis Perubahan Massa Bahan Fisil dan Nonfisil dalam Teras
PWR 1000 MWe Dengan Origen-ARP 5.1. Jurnal Teknologi Reaktor Nuklir Tri
Dasa Mega, 17(1), 13. https://doi.org/10.17146/tdm.2015.17.1.2234

Saptiama, I., Sarmini, E., Herlina, Sriyono, Abidin, & Kadarisman. (2016). Aktivasi
Neutron dari Molibdinum Alam untuk Memperoleh Teknesium-99m ( 99m-Tc ).
Urania, 22(No.2), 121–132.

Djojosubroto, H. (2009). Kamus Kimia Inti dan Radiokimia. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah mempermudah
dalam proses pembuatan makalah sehingga dapat terselesaikan pada waktu yang
telah ditentukan.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Kimia
Inti, Ibu Sari, S.Pd, M. Pd, yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah
ini. Serta kepada kerabat yang telah memberi semangat serta dukungan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah.

Meskipun makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna,
kami berharap pembaca dapat memahami makna yang kami sampaikan didalamnya.
Oleh karena itu, kami juga berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran
pada makalah yang telah kami tulis.

Bandung, 23 Maret 2020

Penulis

Anda mungkin juga menyukai