Anda di halaman 1dari 52

Taksonomi tumbuhan

 Awal diadakannya sistematik tumbuhan adalah oleh


adanya usaha untuk mengenal tumbuhan yang
berguna dan yang berbahaya
 Usaha mengenal tersebut diikuti dengan usaha
untuk memberi nama pada tumbuhan tersebut.
 Dalam pengklasifikasian dan pemberian nama,
diterapkan sistem tertentu, sehingga lahir istilah
sistematika.
Dalam taksonomi tumbuhan, yang diperhatikan
adalah alat perkembangbiakannya, yaitu organ
yang tidak mudah berubah oleh perubahan
lingkungan.
Istilah taksonomi berasal dari kata
taxon dan nomos.
Taxon : kelompok yang terbentuk dari organisme
yang hidup (jamak: taxa)
Nomos : hukum yang membicarakan.

Kuliah biologi_Y.Th.Maria Astuti


Taksonomi tumbuhan adalah:

Cabang biologi yang bertugas membuat


identifikasi makhluk hidup (baik yang ada
maupun yang pernah ada), dan
menempatkan nama ke dalam sistem
klasifikasi, sehingga diperoleh suatu
rangkuman / gambaran singkat tentang
seluruh organisme yang ada di bumi.

Kuliah biologi_Y.Th.Maria Astuti


Dalam taksonomi tumbuhan, yang diperhatikan adalah
alat perkembangbiakannya, yaitu organ yang tidak
mudah berubah oleh perubahan lingkungan.

Istilah taksonomi berasal dari kata taxon dan


nomos.
Taxon : kelompok yang terbentuk dari organisme yang
hidup (jamak: taxa)
Nomos : hukum yang membicarakan.
Sistematik Tumbuhan adalah:

Kajian ilmiah dan deskripsi dari berbagai


macam variasi yang terdapat dalam
organisme serta hubungan di antara
mereka.

Kuliah biologi_Y.Th.Maria Astuti


Istilah-istilah dalam
Taksonomi Tumbuhan:

Identifikasi:
Pengenalan terhadap karakter
tertentu dari bunga, buah, daun,
batang, akar, dan menerapkan
karakter-karakter tersebut pada
suatu tumbuhan
Kuliah biologi_Y.Th.Maria Astuti
Taksonomi tumbuhan adalah:
Cabang biologi yang bertugas membuat
identifikasi makhluk hidup (baik yang ada
maupun yang pernah ada), dan
menempatkan nama ke dalam sistem
klasifikasi, sehingga diperoleh suatu
rangkuman / gambaran singkat tentang
seluruh organisme yang ada di bumi.
Sistematik Tumbuhan adalah:
Kajian ilmiah dan deskripsi dari berbagai macam
variasi yang terdapat dalam organisme serta hubungan
di antara mereka.
Klasifikasi tumbuhan

 Klasifikasi tumbuhan menempatkan tumbuhan


yang mempunyai kesamaan sifat dalam kelompok-
kelompok, kemudian kelompok-kelompok ini
diatur dalam suatu sistem:
Jenis/spesies semacam ditempatkan dalam satu
genus
Genus semacam ditempatkan dalam satu famili
Famili semacam ditempatkan dalam satu ordo
 Dan seterusnya,
Sehingga didapatkan :

•Takson yang sedikit persamaan, jumlah anggotanya


lebih besar
•Takson yang banyak persamaan, jumlah anggotanya
makin sedikit.
Hal ini kemudian dijadikan sederet takson, dari yang besar
sampai kecil, masing-masing diberi batasan dan tingkatan
tertentu, yaitu:
•Regnum/ Kingdom: Plantae
•Divisio : Spermatophyta
•Subdivisio : Angiospermae
•Kelas : Dicotyledoneae
•Ordo (bangsa) : Solanales
•Famili (suku) : Solanaceae
•Genus (marga) : Solanum
•Spesies (jenis) : Solanum tuberosum
•Solanum lycopersicum
•Solanum aquleatisimum
•Solanum melongena
Istilah-istilah dalam Taksonomi
Tumbuhan:

Identifikasi:
Pengenalan terhadap karakter tertentu dari
bunga, buah, daun, batang, akar, dan
menerapkan karakter-karakter tersebut pada
suatu tumbuhan
Nomenklatur (tatanama):
Penerapan nama pada taksa.
Untuk tumbuhan sesuai dengan ICBN
(International Code of Botanical
Nomenclature)
dengan menyajikan cara-cara untuk pemilihan
nama yang betul dan memformulasikannya

Kuliah biologi_Y.Th.Maria Astuti


Nomenklatur
Dalam nomenklatur, dipergunakan nama
tumbuhan yang disebut nama ilmiah.
Aturan nama ilmiah tersebut antara lain:

•Binomial (menurut Linnaeus): Bahwa nama


spesies terdiri dari dua kata
•Ejaan yang dilatinkan (Latinned spelling):
nama tersebut diperlakukan sebagai bahasa
latin.

Kuliah biologi_Y.Th.Maria Astuti


Komposisi nama ilmiah untuk spesies:
•Nama genus dan epiteton spesifikum membentuk
binomial, disebut spesies. Jadi nama spesies terdiri dari
dua kata, disebut binomial.
•Ejaan yang dilatinkan (Latinned spelling): nama tersebut
diperlakukan sebagai bahasa latin.
•Nama orang yang mencandra nama tersebut.
•Tidak boleh disertai lambang.

Kuliah biologi_Y.Th.Maria Astuti


Komposisi nama ilmiah untuk spesies:
Takson di bawah tingkat jenis, terdiri dari:
Nama jenis itu sendiri
•Istilah taksa di bawah tingkat jenis yang dimaksud
•Petunjuk takson di bawah tingkat jenis
1.Epiteton spesifikum berasal dari nama biasa, lokasi, sifat,
nama orang.
2.Nama spesies untuk tumbuhan tidak boleh merupakan
tautonim (nama yang terdiri dari dua kata yang persis
sama); untuk hewan boleh tautonim, misalnya: Rattus
rattus, Gallus gallus.
3.Nama baru harus ada deskripsi.

Kuliah biologi_Y.Th.Maria Astuti


Contoh
Lattined spelling:
Huruf ‘c’ + a, u, o = ka, ku, ko
Huruf ‘c’ + i atau e = si, se atau ci, ce
 Cocos nucifera
 Capsicum frutescent

Elaeis guineensis = kata I = genus; kata II=


epiteton spesifikum
‘ae’ = e
 Palmae; Dicotyledoneae

Kuliah biologi_Y.Th.Maria Leguminosae; Gramineae
Astuti
Nomenklatur (tatanama):
Penerapan nama pada taksa.
Untuk tumbuhan sesuai dengan ICBN (International Code of
Botanical Nomenclature)
dengan menyajikan cara-cara untuk pemilihan nama yang
betul dan memformulasikannya
Nomenklatur
Dalam nomenklatur, dipergunakan nama tumbuhan
yang disebut nama ilmiah.
Aturan nama ilmiah tersebut antara lain:

•Binomial (menurut Linnaeus): Bahwa nama spesies terdiri


dari dua kata
•Ejaan yang dilatinkan (Latinned spelling): nama tersebut
diperlakukan sebagai bahasa latin.
Komposisi nama ilmiah untuk spesies:
-Binomial terdiri dari nama genus dan epiteton spesifikum
•Nama genus dan epiteton spesifikum membentuk binomial, disebut
spesies. Jadi nama spesies terdiri dari dua kata, disebut binomial.
•Ejaan yang dilatinkan (Latinned spelling): nama tersebut diperlakukan
sebagai bahasa latin.
•Nama orang yang mencandra nama tersebut.
•Tidak boleh disertai lambang.
•Takson di bawah tingkat jenis, terdiri dari:

Nama jenis itu sendiri


•Istilah taksa di bawah tingkat jenis yang dimaksud
•Petunjuk takson di bawah tingkat jenis
1.Epiteton spesifikum berasal dari nama biasa, lokasi, sifat, nama orang.
2.Nama spesies untuk tumbuhan tidak boleh merupakan tautonim (nama
yang terdiri dari dua kata yang persis sama); untuk hewan boleh
tautonim, misalnya: Rattus rattus, Gallus gallus.
3.Nama baru harus ada deskripsi.
Familia/Suku:
Terdiri dari satu kata jamak; kata sifat yang
diperlakukan sebagai kata benda, yang dibentuk
dari salah satu genus yang dibawahi, dan dipilih
sebagai tipe tatanama genus, dengan akhiran
aceae, dengan beberapa perkecualian
Genus/ Marga:
Terdiri dari satu kata benda yang dapat
diambil dari kata apa saja. Huruf pertama
ditulis dengan huruf besar, misalnya:
Citrus. Nama genus dipakai sebagai tipe
tatanama spesies.
Hibrid:
Hibrid dua spesies dalam satu genus yang dekat
kekerabatannya diberi nama dengan aturan sama
dengan non hibrid dengan tanda “x”, misalnya:
Hibiscus x archeri Watts persilangan Hibiscus rosa-
sinensis dengan Hibiscus shizopetalis.
Kultivar (cultivated variety):
Ditulis dengan huruf besar dengan
singkatan c.v., misalnya: Camelia japonica
c.v. Purple down. Kultivar dalam bahasa
daerah dengan tanda “……..”

Glycine max c.v. Kerinci


Glycine max c.v. Merbabu
International Nomenclature for Cultivated
Plants:
•Nama kultivar harus dalam bahasa modern, bukan bahasa
latin
•Dua atau lebih kultivar dari genus sama, tidak boleh dengan
nama sama
•Nama botani dari spesies kultivar tersebut tergolong, tetap
dituliskan
•Diberi deskripsi dalam berbagai bahasa
•Nama-nama kultivar diregistrasi untuk mencegah
penyalahgunaan/salah nama
•Jika nama botani berubah, nama kultivar tidak berubah
Contoh

 Lattined spelling:
 Huruf ‘c’ + a, u, o = ka, ku, ko
 Huruf ‘c’ + i atau e = si, se atau ci, ce
 Cocos nucifera
 Capsicum frutescent
 Elaeis guineensis = kata I = genus; kata II= epiteton
spesifikum
 ‘ae’ = e
 Palmae; Dicotyledoneae
 Leguminosae; Gramineae
DOMAIN EUKARYA
KINGDOM PLANTAE

 Merupakan organisme multiseluler, sel-selnya


eukariotik.
 Mempunyai klorofil dalam plastida yang disebut
kloroplas
 Berkembang biak: vegetatif dan generatif
 Sumber energi dari bahan anorganik yang diubah
menjadi senyawa organic dalam proses fotosintesis;
organisme seperti ini disebut autotrof: mampu
membuat makannya sendiri.
 Dikelompokkan menjadi 3 divisi/ divisio: Bryophyta,
Pteridophyta, Spermatophyta.
. Divisio Bryophyta

 Merupakan berbagai tumbuhan lumut, dibedakan menjadi Lumut


hati (Hepaticae) dan Lumut sejati (Musci)
 Mempunyai bagian yang menyerupai akar, disebut rizoid, yang
berguna untuk melekatkan diri dan mengisap air dan mineral
 Tidak mempunyai akar, batang, dan daun sejati
 Hidup di semua tempat yang lembab
 Berkembangbiak dengan spora yang akan menjadi sel telur an
sperma, serta terjadi pembuahan. Reproduksi dengan cara ini
disebut cara generatif.
2. Divisio Pteridophyta

 Merupakan berbagai tumbuhan paku


 Mempunyai rizoid; belum mempunyai akar, batang dan daun
sejati
 Berkembangbiak dengan spora, terjadi pembuahan, sehingga
disebut reproduksi generatif.
3.Divisio Spermatophyta

 Disebut juga tumbuhan biji atau tumbuhan bunga (Anthophyta),


reproduksi generatif.
 Mempunyai akar, batang dan daun sejati
 Dibedakan menjadi 2 subdivisio yaitu:

 Tumbuhan biji terbuka (tidak mempunyai


perhiasan bunga),
 disebut Gymnospermae (misalnya Pinus,
Cemara, Mlinjo)
 Tumbuhan biji tertutup (mempunyai perhiasan
bunga),
 disebut Angiospermae.
 Subdivisio Angiospermae dikelompokkan menjadi 2
Kelas
 Monocotyledoneae (Tumbuhan biji berkeping
tunggal)
 Dicotyledoneae (tumbuhan biji berkeping dua)
 Contoh klasifikasi:
 Regnum/Kingdom: Plantae
 Divisio : Spermatophyta
 Subdivisio : Angiospermae
 Kelas : Dicotyledoneae
 Ordo (bangsa) : Solanales
 Famili (suku) : Solanaceae
 Genus (marga): Solanum
 Spesies (jenis): Solanum tuberosum (kentang)
 Varietas/ kultivar
Dunia Tumbuhan (Plant Kingdom)

Divisio Bryophyta Divisio Pteridophyta Divisio Spermatophyta


(Lumut) (Paku2-an) (Tumbuhan biji)

Tubuh: Peralihan dari talus ke Kormus Kormus = tubuh tumbuhan


kormus sejati

Jumlah sel penyusun: Multiseluler Multiseluler Multiseluler

Perkembangbiakan: seksual Aseksual dan seksual Aseksual dan seksual

Alat perkembangbiakan: Bagian tubuh dan spora Bagian tubuh dan spora Bagian tubuh dan spora

Pergiliran keturunan: Ada: generasi gametofit & Ada: generasi gametofit & Ada: generasi gametofit &
sporofit sporofit sporofit

Perbandingan ukuran: Gametofit (G) > Sporofit (S) Gametofit (G) < Sporofit (S) Gametofit (G) < Sporofit (S)

Hubungan G dan S: S menumpang G S menumpang G, G tumbuh pada S

Akar: Rhizoid Akar Akar

Batang Talus mirip batang Ada Ada

Daun Semacam daun Ada Ada

Bunga Belum ada Kumpulan sporofil Ada strobilus atau bunga

Biji Belum ada Belum ada Ada


 DIVISIO SPERMATOPHYTA
 Spermatophyta dibagi dalam 2 subdivisio:
 Gymnospermae
 Angiospermae
 Subdivisio Gymnospermae:
 Oleh Strassburger dibagi dalam 7 kelas:
 Yang sudah menjadi fosil:
 Pteridophyta
 Cordaitinae
 Bennetitinae
 Yang masih hidup:
 Cycadinae
 Gynkyoinae
 Coniferinae
 Gnetinae
 Sedangkan Engler membagi Gymnospermae yang
masih hidup menjadi 4 ordo:
 Cycadales
 Gynkyoales
 Coniferae
 Gnetales
 Subdivisio Angiospermae
 Dibagi dalam 2 kelas, yaitu:
 Dicotyledoneae
 Monocotyledoneae
 Kelas Dicotyledoneae
 (Tumbuh-tumbuhan berbiji belah)
 Tumbuh-tumbuhan yang tergolong kelas ini meliputi
rumput-rumputan, semak, perdu, pohon, yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
 Mempunyai lembaga/kotiledo dengan 2 daun
lembaga.
 Akar lembaga tumbuh terus membentuk sistem akar
tunggang.
 Batang biasanya bercabang-cabang.
Kelas Dicotyledoneae

 Daun tunggal atau majemuk, sering dg daun penumpu,


jarang mempunyai pelepah. Helaian daun bertulang
menyirip/menjari. Berkarang/tersebar, berseling
 Pada cabang ke samping sering terdapat 2 daun
pertama/ prophylla, yang letaknya tegak lurus bidang
median di kanan kiri dari cabang tesebut.
 Bunga bersifat dimer/ tetramer/ pentamer
 Akar dan batang mempunyai kambium, sehingga
mempunyai pertumbuhan menebal sekunder.
 Berkas pengangkut batang tersusun dalam lingkaran,
xylem di sebelah dalam, phloem sebelah luar dan
diantaranya ada kambium.
Kelas Monocotyledonaea
Ciri-ciri kelas Monocotyledoneae:

 Mengenai keping/ daun lembaga/ kotiledo:


 Kotiledo sebenarnya adalah daun pertama setelah
biji berkecambah atau setelah sel telur dibuahi
menjadi zigot, kemudian terus tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman. Kotiledo tidak hanya
dipunyai oleh tanaman berkeping satu dan dua,
tetapi paku-pakuan yang baru keluar dari zigot juga
mempunyai kotiledo. Tanaman Monocotyledoneae
mempunyai satu kotiledo, sedangkan
Dicotyledoneae mempunyai dua kotiledo.
Perkecualian Annonaceae adalah Dicotyledoneae
yang mempunyai satu kotiledo.
 Fungsi kotiledo:
 Fungsi kotiledo pada tanaman Monocotyledoneae
dan Dicotyledoneae tidak sama. Pada
Monocotyledoneae sudah ada pembagian pekerjaan
yang lebih lanjut. Jadi Monocotyledoneae dianggap
sudah lebih develop dibanding Dicotyledoneae.
Fungsi kotiledo pada
Monocotyledoneae:

 Kotiledo sudah tidak lagi sebagai tempat cadangan


makanan. Endosperm terletak pada bagian lain dari
biji.
 Kotiledo bertugas untuk menghasilkan enzim yang
dilepaskan ke arah endosperm. enzim tersebut
berguna untuk menguraikan pati menjadi gula
sederhana dan protein menjadi asam amino untuk
dimanfaatkan oleh kecambah.
 Menyerap gula dan zat lain dari endosperm untuk
dibagikan ke bagian lain, ke tunas dan akar.
 Keping Monocotyledoneae tidak berwarna hijau
sehingga tidak berfotosintesis.
 Fungsi kotiledo pada Dicotyledoneae:
 Keping menyimpan dan merupakan cadangan makanan

 Pada keping dibuat pula enzim yang mengubah pati


menjadi gula; protein menjadi asam amino, yang lebih
sederhana dan lebih mudah diserap untuk dipergunakan
sebagai bahan pertumbuhan kecambah.
 Pada Annonaceae, keping berwarna hijau, lebih tipis,
bentuk seperti daun biasa dan mempunyai kemampuan
fotosintesis.
 Akar
 Ada perbedaan antara perakaran Monocotyledoneae
dan Dicotyledoneae
 Akar lembaga pada Dicotyledoneae tumbuh menjadi akar
tunggang dan membentuk sistem akar tunggang,
sedangkan akar lembaga Monocotyledoneae mati, disusul
pembentukan sejumlah akar yang sama besar
membentuk sistem akar serabut.
 Dicotyledoneae mempunyai radix primaria dan lateralia,
sedangkan Monocotyledoneae mempunyai akar
adventitia.
 Dicotyledoneae mempunyai sistem perakaran yang lebih
kokoh dengan batang yang kuat dan bercabang,
sedangkan Monocotyledoneae mempunyai batang yang
tidak bercabang.
 Akar Dicotyledoneae mempunyai kambium sehingga ada
pertumbuhan menebal sekunder, sehingga pada waktu
akar muda berkas pengangkutnya bertipe radial, tetapi
lenyap setelah dewasa, sedangkan Monocotyledoneae
akar tidak mempunyai kambium sehingga berkas
pengangkut akar Monocotyledoneae tetap bertipe radial.
 Batang
 Pada umumnya batang Dicotyledoneae brcabang,
sedangkan batang Monocotyledoneae tidak
bercabang.
 Batang Dicotyledoneae mempunyai kambium
sehingga ada pertumbuhan meneal sekunder,
sedangkan batang Monocotyledoneae tidak
mempunyai kambium sehingga tidak mempunyai
pertumbuhan menebal sekunder.
 Berkas pengangkut Dicotyledoneae tipe kolateral
terbuka dan tidak tersebar, sedankan berkas
pengangkutan Monocotyledoneae tipe kolateral
tertutup dan tersebar.
 Batang Dicotyledoneae dari pangkal sampai jung
seperti kerucut panjang dan bercabang-cabang,
sedangkan batang Monocotyledoneae dari pangkal
sampai ke ujung hampir sama besar, tidak
bercabang.
 Daun
 Daun pada Dicotyledoneae berupa daun tunggal atau
daun majemuk yang sering disertai daun penumpu,
jarang yang mempunyai pelepah. Fotosintesis
umumnya mengikuti sistem C3. Daun
Monocotyledoneae berupa daun tunggal, umumnya
berpelepah. fotosintesis mengikuti sistem C3, C4
serta CAM.
 Bunga
 Bagian-bagian bunga Dicotyledoneae berbilangan 2
(dimer), 4 (tetramer) atau 5 (pentamer), sedangkan
Monocotyledoneae berbilangan 3 (trimer).

Anda mungkin juga menyukai