Penapisan Fitokimia
Penapisan Fitokimia
PENAPISAN FITOKIMIAWI
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan cara penapisan fitokimia
2. Menganalisis golongan kimia tumbuhan
OH O
A B
OH
Flavon
(Herbert, 1995)
II.5.1. Senyawa-senyawa flavonoid
Senyawa-senyawa polifenol yang empunyai 15 atom kabon, terdiri dari 2 cincin
benzen yang dihubungkan menjadi 1 rantai oleh rantai linier yang tediri dari 3 atom
karbon.
3'
2' 4'
3
2 5'
4 C
6'
5 C
C
6
Kerangka ini dapat ditulis sebagai cincin C6-C3-C6, jadi senyawa flavonoid adalah
senyawa 1,3 diarilpropana, senyawa isoflavonoid adalah senyawa 1,2 biarilpropana,
sedang senyawa neoflavonoid adalah 1,1 diarilpropana.
(Manitto, 1981)
II.5.2. Flavon
Flavon adalah bentuk yang mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi yang paling
rendah dan dianggap sebagai struktur induk dalam nomenklatur kelompok senyawa-
senyawa ini.
3'
2' OH
4'
8 B
O 5' OH O
7 OH
2 6' A B
A C
6 3
5 4
OH
Flavon Luteolin
(Manitto, 1981)
II.5.3. Sifat kelarutan Flavonoid
Sifat fisika dan kimia senyawa flavonoid antara lain adalah larut dalam air sedangkan
dalam bentuk glikosida yang termetilasi larut dalam eter. Sebagai glikosida ataupun
aglikan senyawa flavonoid tidak dapat lsrut dalam petroleum eter. Dari tumbuhan
gllikosida dapat ditarik dengan pelarut organik yang bersifat polar, misal : metanol dan
etanol.
(Rahway, 1960)
II.5.4. Identifikasi Flavonoid
Identifikasi dapat dilakukan dengan reaksi sianidin-wistater dimana freaksi ini
terutama akan diberikan oleh senyawa flavon, merah sampai merah tua oleh flavanol
atau flavonon dan warna hijau sampai biru diberikan oleh aglikon dan glikosida.
Uji warna flavanon dan dihidroflavonol : uji shinoda (Mg/HCl). Larutkan sedikit
hablur flavonoid dalam ½ tetes EtOH, tambahkan serbuk Mg dan 1 tetes HCl 5M.
Flavonon menjadi warna merah lembayung.
(Markham, 1988)
II.6. Saponin
Merupakan golongan senyawa glikosida. Sifat khas dari saporin adalah bahwa apabila
dikocok maka saponin menimbulkan busa. Saponin dapat menimbulkan terjadinya
hemolisis terhadap butir darah merah binatang berdarah dingin. Saponin pada umumnya
berasa pahit, larut dalam pelarut organik seperti kloroform karena senyawa ini merupakan
senyawa glikosida maka hidrolisisnya menghasilkan aglikon dan bagian senyaa gula.
(Rahway, 1960)
II.7. Tanin
II.7.1. Pengertian Tanin
Tanin adalah satu kelas substansi polisiklik yang terutama banyak teradapat dalam
daun teh, bayam yang dapat diekstrak dengan air dan larutan alkalin. Warnanya
kuning cokelat. Secara tradisional digunakan dalam menyamak kulit. Tingginya zat-
zat tersebut menghambat penyerapan Fe.
Struktur :
OH
OH COO
OH Tanin
Kepala
Ekor
(Herbert, 1995)
2.9.2. Pengertian Terpen
Terpena mempunyai defini awal sebagai hasil alam lain dengan rasio karbon hidrogen
5-8. Kemudian diketahui terpen ini tersusun dari senyawa-senyawa yang mengandung
suatu gabungan kepala danekor dari satuan isopren. Untuk menekankan hubungan ini
terpen disebut isoprenoid. Terpen dapat mengandung lebih dari satu satuan isoprena.
Molekulnya dapat berupa rantai terbukaatau siklik. Mengandung ikatan rangkap,
gugus hidroksil, gugus karbonil atau gugus yang lain.
CH2 OH
atau
OH
(Fessenden, 1999)
2.9.3. Steroid / Triterpenoid
Kolesteerol merupakan steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai
dalam hampir semua jaringan hewan. Kolesterol merupakan zat antara yang
diperlukan dalam biosintesis hormon steroid.
H CH 3
OH
H
Kolesterol
(5-kolesten-3 β-ol)
(Fessenden, 1999)
2.9.4. Identifikasi steroid dan triteparnoid
Suatu zat yang mengandung steroid akan meberikan hasil positif berupa larutan
berwarna hijau bila ditambah dengan CH3COOH dan akan berwarna merah saat
penambahan asam sulfat pekat.
(Linder, 1985)
II.10. Uji Identifikasi Saponin
Salah satu cara untuk mengidentifikasi saponin adalah dengan mengocoknya kuat-kuat.
Bila mengandung saponin maka akan menimbulkan gelembung atau busa.
(Linder, 1985)
II.11. Uji Identifikasi Kuinon
Suatu zat yang mengandung kuinon akan memberikan hasil positif berupa larutan
berwarna kuning bila ditambah dengan NaOH.
(Linder, 1985)
II.12. Kencur
Kencur merupakan bahan organik, biasa digunakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat
indonesia sebagai pelengkap bumbu dapur. Biasanya tumbuh di ketinggian 25 m. biasa
dimanfaatkan untuk melancarkan peredaran darah.
(Surasa, 1993)
II.13. Jurnal :
Pengasingan dan pemurnian flavonoid glycosides dari Trollius ledebouri
menggunakan chromatography counter-current kecepatan tinggi yang terus meningkat
berdasarkan laju alir
(Daintith,1994)
II.14.6.Pereaksi dragendorff
Dibuat dengan 2,54 g iodium dan 2 g KI dilarutkan dalam 10 ml H 2O dan diencerkan
sampai 100 ml lalu ditimbang.
(Rahway, 1960)
II.14.7.Pereaksi Mayer
Mengandung 1,3 g K2(HgI4), dibuat dengan melarutkan KI dalam larutan raksa (III)
klorida dalam 100 ml air, dengan basa nitrogen membentuk endapan putih sampai
kuning.
(Rahway, 1960)
II.14.8.Mg
BA = 24,32 g/mol, valensi=2, logam putih silver, oksidasi berjalan lambat diudara, td
= 1100C, tl = 6150C, densitas = 1,738 g/mol
(Rahway, 1960)
II.14.9.H2SO4
Berbentuk kental dan tidak berwarna, merupakan asam kuat,asam organik, Bersifat
sebagai oksidator.
(Daintith, 1994)
II.14.10. Asam asetat anhidrat
Zat cair tanpa warna dan berbau sngit, asam organik lemah, disebut juga asam cuka,
membeku pada 290 K, BM = 60 g/mol, digunakan untuk membuat selulosa asetat.
(Daintith, 1994)
II.14.11. Amiloalkohol
- Berbentuk cairan, jernih, dan tidak mudah menguap, larut dalam air,
- Bersifat tidak korosif.
(Daintith, 1994)
II.14.12. FeCl3
- BM = 162,2 g/mol, higroskopis, berbentuk heksadentat,
- Larut dalam air, alkohol dan eter.
(Daintith, 1994)
II.14.13. Larutan gelatin
Larutan tidak berwarna, transparan, bersifat rapuh, larut dalam air panas, gliserol dan
asam asetat, tidak larut dalam pelarut organik.
(Rahway, 1960)
II.14.14. Natrium asetat
BM = 13,09 g/mol, larutan tidak berwarna, kristal transparan, butiran putih, densitas =
1,45 g/ml, titil leleh 580C.
(Dainttith, 1994)
Residu 10 ml Filtrat
Corong pisah
10 ml Filtrat Residu
Corong pisah
Filtrat Residu
Penambahan NaOH 1M
Hasil
III.3.5. Uji tanin
10 g serbuk
Gelas bekker
Filtrat Residu
5 ml Filtrat Residu
V. HIPOTESA
Pada percobaan penapisan fitokimiawi bertujuan untuk menentukan cara penapisan
fitokimiawi dan menganalisis golongan kimia tumbuhan. Prinsip yang digunakan adalah
analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji-uji spesifik dengan cara menambahkan reagen
yang memberikan reaksi positif terhadap golongan kimi dari tanaman kencur Metode yang
digunakan adalah dengan cara penambahan reagen yang memberikan reaksi positif terhadap
golongan kimia dari tanaman kencur. jika mengandung alkaloid jika ditambah pereaksi
dragendorff menghasilkan warna merah bata dan dengan pereaksi mayer menghasilkan
endapan putih. Mengandung saponin akan menghasilkan gelembung atau buih yang stabil.
Jika mengandung flavonoid akan mengandung 2 lapisan larutan jenuh. Jika mengandung tanin
menghasilkan warna larutan hijau pupus. Jika mengandung tanin kateloat enghasilkan larutan
merah bata dan endapan putih, dan bila mengandung tanin galat menghasilkan larutan hitam
dan endapan putih. Jika mengandung kuinon menghasilkan larutan biru saat penambahan
CH3COOH anhidrat dan larutan merah saat penambahan H2SO4 pekat.
(Fessenden, 1999)
Kloroform berfungsi untuk melarutkan ikatan glikosida yang terputus akibat
penambahan ammonia. Prinsip yang mendasari adalah “like dissolve like”. Karena sifat
kloroform yang semipolar, selain bisa melarutkan senyawa polar kloroform juga bisa
melarutkan senyawa non polar seperti glikosida.
Penyaringan digunakan untuk memisahkan filtrat yang mengandung alkaloid dari
residunya. Filtrat yang diperoleh kemudian ditambah dengan HCl yang bertujuan unttuk
membentuk garam ammonium R3NH+Cl-.
Reaksi yang terjadi :
R3N + HCl R3NH+Cl-
Alkaloid garam amonia
(Fessenden, 1999)
Penambaahan HCl dilakukan dengan proses ekstraksi agar alkaloid dapat
terdistribusi secara optimal dalam larutan HCl yang bersifat polar. Ekstraksi dilakukan
sebanyak 2 kali agar alkaloid terdistribusi sepenuhnya pada HCl. Pada proses ekstraksi
diperoleh 2 lapisan, lapisan atas merupakan lapisan HCl dengan senyawa organik bersifat
polar (alkaloid) dan lapisan bawah merupakan kloroform. Lapisan kloroform berada
dibawah karena memiliki berat jenis (yaitu 1,484 g/mL) lebih besar dari pada HCl (yaitu
1,268 gmL)
(Markham, 1988)
Filtrat (lapisan HCl) diambil untuk diuji kandungan alkaloidnya, karena
diperkirakan golongan alkaloid banyak terdapat didalam lapisan HCl. Filtrat tersebut
dibagi menjadi 2 bagian untuk diuji kandungan alkaloidnya. Filtrat pertama ditambahkan
pereaksi Dragendroff yang mengandung ion Bi3+ dan HI, dimana uji positif jika terbentuk
endapan merah bata.
Reaksinya :
R3N + Bi3+ + H+ + 4I- R3N.HBiI4
Alkaloid endapan merah bata
(Harbone, 1977)
Filtrat kedua ditambahkan dengan pereaksi mayer yang mengandung Hg2+ dan KI. Uji
positif jika terbentuk putih.
Reaksinya :
R3N + Hg2+ + 2K+ + 4I- R3N.K2H3I4
Alkaloid endapan putih
(Harbone, 1977)
Berdasarkan hasil percobaan, filtrat I dan II tidak mengalami perubahan dan
warna larutan tetap bening keruh. Hal ini menunjukan bahwa senyawa alkaloid tidak
terkandung dalam kencur. Dengan kata lain uji ini menghasilkan uji negatif pada kencur.
6.2. Uji Saponin
Uji saponin bertujuan untuk mengetahui adanya saponin yang terkandung pada
simplisia kencur. Saponin merupakan suatu glikosida dengan gugus hidroksil pada
molekulnya dengan rumus C32H18O7. Saponin mempunyai sifat seperti sabun, dimana
ketika dilarutkan dalam air akan terbentuk busa atau buih. Metode pengujian saponin
dilakukan dengan mendidihkan kencur yang telah dihaluskan ke dalam air. Tujuan
pendidihan ini adalah untuk memperbesar kelarutan saponin dalam air.
Penyaringan dilakukan dalam keadaan panas, hal ini dilakukan agar kandungan
saponin tidak berkurang bila suhu menurun. Penyaringan ini bertujuan untuk
memisahkan saponin dari simplisia dan senyawa lain yang terkandung didalamnya seperti
alkaloid, steroid, flavonoid. Filtrat yang dihasilkan kemudian dikocok secara vertikal
hingga terbentuk busa. Hal ini disebabkan saponin merupakan senyawa yang bersifat
seperti sabun, dimana memiliki gugus hidrofil dan hidrofob yang dapat bertindak sebagai
permukaan aktif dalam pembentukan busa.
Uji positif untuk saponin adalah dengan terbentuknya busa yang stabil. Saponin
dapat larut dalam air karena adanya gugus hidrofil (OH) yang dapat membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul air.
H H
O
H O HC Gugus saponin
Gugus saponin OH
H
O H
H
(Fessenden, 1999)
Penambahan HCl dilakukan untuk menguji kestabilan busa. Penambahan HCl dilakukan
dalam jumlah yang sedikit karena apabila ditambahkan dalam jumlah yang banyak dapat
menurunkan permukaan aktif sabun.
Dalam percobaan ini memberikan hasil yang negatif karena tidak terbentuknya
busa atau buih pada larutan tersebut. Larutan tersebut hanya menghasilkan larutan keruh.
Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur tidak mengandung saponin, hal ini mungkin
disebabkan karena masih terkandung zat pengotor/air pada lapisan kencur.
O + MgCl + O M gCl OH
amilalkohol
f lavon
(Markham, 1988)
Reaksi yang terjadi merupakan pembentukan ikatan baru dimana adanya MgCl+ mampu
melarutkan flavon sehingga flavonoid dapat dipisahkan dari golongan kimia lain.
Penambahan amilalkohol berfungsi untuk melarutkan flvonoid. Hal ini disebabkan
flavonoid merupakan senyawa polar sehingga amilalkohol yang juga bersifat polar
mampu memisahkan flavonoid dari senyawa-senyawa yang bersifat non polar, misalnya
kuinon.
Larutan dikocok dengan tujuan untuk memperbesar distribusi flavonoid ke dalam
amilalkohol. Uji positif untuk flavonoid adalah terbentuknya larutan berwarna merah
lembayung.
Setelah dikocok, terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas berwarna keruh dan lapisan
bawah bening. Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur tidak mengandung flavonoid,
hal ini mungkin disebabkan karena masih terkandung zat pengotor/air pada lapisan
kencur.
+ Fe3+ + H+
N N
Kompleks warna (cokelat kehitaman)
(Markham, 1988)
Dari percobaan menunjukan hasil negatif karena larutan tetap berwarna kuning. Hal ini
menunjukan bahwa didalam kencur tidak mengandung tanin, hal ini mungkin disebabkan
karena masih terkandung zat pengotor/air pada lapisan kencur.
Filtrat kedua ditambahkan dengan gelatin dan pereaksi steasny, untuk mengujji
keberadaan tanin katekat.Tanin katekat merupakan kelompok tanin yang tidak dapat
terhidrolisis dan merupakan polimer kondensasi katekin. Uji positif adalah terbentuk
endapan putih.
Pada perobaan ini, setelah larutan ekstrak ditambahkan gelatin tidak terjadi
perubahan apa-apa, yaitu larutan tetap berwarna kuning. Penambahan gelatin berfungsi
untuk menunjukan adanya keberadaan tanin tertentu yaitu tanin katekat. Kemudian
ditambahkan pereaksi steasny. Pereaksi steasny akan menunjukan keberadaan tanin
katekat tanpa tanin dibentuk terlebih dahulu menjadi senyawa kompleks dengan Fe 3+
tetapi dalam percobaan ini menunjukan uji negatif karena larutan tetap berwarna kuning.
Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur tidak mengandung tanin katekat, hal ini
mungkin disebabkan karena masih terkandung zat pengotor/air pada lapisan kencur.
Filtrat ketiga, ditambahkan dengan Na-asetat dari FeCl3 untuk mengetahui
keberadaan tanin galat pada simplisia kencur. Tanin galat merupakan kelompok tanin
yang dapat terhidrolisis menghasilkan asam galat. Uji positif adalah terbentuk warna
hitam pada larutan tersebut.
Penambahan Na-asetat bertujuan untuk mengikat molekul air sehingga larutan menjadi
lebih jenuh dan dilanjutkan dengan penambahan FeCl3 untuk membentuk kompleks
dengan atom pusat Fe3+ dari FeCl3 dan ligan tanin. Hasil percobaan ini menunjukan uji
negatif karena larutan tetap berwarna kuning. Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur
tidak mengandung tanin galat, hal ini mungkin disebabkan karena masih terkandung zat
pengotor/air pada lapisan kencur.
+ NaOH + H 2O
(Fessenden, 1999)
Uji positif terhadap keberadaan kuinon yaitu jika larutan memberikan warna merah. Pada
percobaan ini terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas bening dan lapisan bawah berwarna
kuning keruh. Hal ini menunjukan bahwa pada percobaan ini menghasilkan uji negatif,
karena tidak menghasilkan larutan berwarna merah. Hal ini menunjukan bahwa didalam
kencur tidak mengandung senyawa kuinon, hal ini mungkin disebabkan karena masih
terkandung zat pengotor/air pada lapisan kencur.
(Fessenden, 1999)
Penambahan H2SO4 pekat bertujuan untuk mendekstruksi kompleks asetil steroid. H2SO4
pekat lebih bersifat reaktif jika bereaksi dengan steroid dibandingkan dengan asam asetat
anhidrat. Hal ini dikarenakan kemampuan H2SO4 yang lebih mudah masuk mengatasi
efek sterik yang besar dari molekul steroid sehingga senyawa kompleks yang dihasilkan
lebih stabil dari kompleks asetil steroid.
Uji positif terhadap steroid adalah jika terbentuk larutan berwarna biru.
Sedangkan uji positif terhadap triterpenoid adalah jika terbentuk kristal/endapan
berwarna merah kecoklatan.
Pada percobaan ini menghasilkan kristal/endapan berwarna merah kecoklatan.
Hal ini menunjukan bahwa kencur mengandung triterpenoid.
VII. KESIMPULAN
1. Penentuan kandungan senyawa kimia dalam tumbuhan dilakukan dengan penapisan
kimia dalam suatu simplisia.
2. Analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji spesifik terhadap alkaloid, saponin,
flavonoid, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid.
3. Pada simplisia kencur mengandung senyawa kimia golongan triterpenoid yaitu ditandai
dengan terbentuknya endapan merah kecoklatan.
4. Alkaloid, tanin, flavonoid, saponin dan kuinon tidak ditemukan dalam kencur
(memberikan hasil yang negatif).
ABSTRAK