Tgs Jiwa KElompok 2
Tgs Jiwa KElompok 2
KELOMPOK 3
KELAS D
Page
1
LEMBAR PENGESAHAN
Menyatakan bahwa makalah yang kami buat ini adalah sah dan asli hasil diskusi yang di kerjakan sebaik-
baiknya. Dengan ini kami kelompok 3 2D S1 Ilmu Keperawatan menyerahkan makalah ini pada :
Hari/Tanggal :
Tempat :
Pukul :
Oleh :
Penyusun
(…..…………..…………….) (………..………………….)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kelompok panjatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena atas rahmatnya
kita diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Ibu... DENGAN MASALAH UTAMA LOSS AND GRIVING DI RUANG ...RSJ...dengan cukup baik.
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai pemenuhan nilai tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Pada kesempatan ini kelompok ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu kelompok dalam penyusunana makalah tersebut baik berupa pemahaman
maupun material berupa buku dan lainya. Tanpa kerja sama yang baik dari pihak-pihak tersebut maka
makalah ini tidaklah sempurnah. Tidak lupa kelompok ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
dalam penyusunan makalah ini ada kesalahan teknik dan sebagainya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................(1)
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………(2)
KATA PENGANTAR................................................................................(3)
DAFTAR ISI...............................................................................................(4)
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................(5)
1. Latar Belakang......................................................................................(5)
2. Rumusan Masalah.................................................................................(5)
3. Tujuan...................................................................................................(5)
BAB II PEMBAHASAN............................................................................(9)
1. Triger Case............................................................................................(9)
2. Asuhan Keperawatan............................................................................(9)
BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................(10)
1. Tringer Case........................................................................................(10)
2. Asuhan Keperawatan.........................................................................(11)
BAB IV PENUTUP…………… ………………………………………..(20)
1. Kesimpulan……………………………………………………………()
2. Saran…………………………………………………………………..()
DAFTAR PUSTAKA................................................................................(28)
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Lahir, kehilangan, kematian dan berduka merupakan suatu fase dalam perjalanan kehidupan
manusia yang harus dilalui, integral dengan kehidupan dan bersifat unik bagi setiap individu yang dapat
menjadi stressor yang membutuhkan dukungan dalam menghadapinya. Hidup merupakan suatu rangkaian
kehadiran dan kepergian, ada dan tiada akan selalu berlangsung bergantian.
Kehilangan dan kematian merupakn kata yang kurang `enak` untuk membicarakannya, karena lebih
banak melibatkan emosi yang bersangkutan. Menjelang ajal atau ajal itu sendiri mempunyai aspek yang
membangitkan rasa takut, kegelisahan, dan sesuatu yang tidak menentu. Tidak ada orang yang mempunyai
pengalaman dengan mati, membuat orang bertanya-tanya tentang kematian seperti : seperti apa rasanya
mati itu?, kalau ada kehidupan lain, bagaimana bentuk dan rasanya, bagaimana dengan orang-orang
tercinta yang kita tinggal, dan lain sebagainnya.
Selama dalam konteks pembicaraan, ada kecenderungan menghindari topik kehilangan dan kematian.
Pengetahuan bahwa mati pasti akan terjadi dan sudah ditetapkan pada waktu yang ditentukan, sehingga
kondisi ini menambah perasaan ketautan, cemas, bimbang dan ketidakpastian. Style of dying seseorang
menggambarkan sikap tentang kematian tergantung pada kepercayaan dan kekuatan emosionalny,
Sigmund Freud menyatakan bahwa dibawah sadar tidak mati. Secara nyata orang selalu ingat kematian,
karena di bawah sadar orang tidak memikirkan bahwa dirinya tidak bisa mati, Akan tetapi karena sering
mendengar tentang kematian, maka memaksa orang untuk memikirkan tentang kematian.
Berdasarkan pandangan tersebut, perlunya perawat mengetahui tentang konsep kehilangan dan
berduka, serta bagaimana menangani klien dengan mekanisme koping dalam menghadapi dan menerima
kehilangan yang berbeda-beda, dan mendampingi klien dalam memahami dan menerima kehilangan agar
kehidupan harus tetap berjalan.
B. KEHILANGAN (LOSS)
Adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak
kejadian tersebut. Segala kehilangan yang signifikan membutuhkan adaptasi melalui proses berduka. Tipe
kehilangan mempengaruhi tingkat distress seseorang.
Kehilangan, mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa dengan kekerasan atau traumatic,
diantisipasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total, bisa kembali atau tidak dapat kembali.
1. Sifat Kehilangan
- Aktual atau dirasakan mudah diidentifikasi seperti perceraian, perpisahan, dan kematian.
- Kurang nyata : seperti hilangnya kepercayaan diri.
2. Macam-macam kehilangan
- Kehilangan Maturasi : Kehilangan yang diakibatkan oleh transisi kehidupan normal untuk
pertama kalinya.
- Kehilangan Situsional : Kehilangan yang terjadi secara tiba-tiba. Misal kematian mendadak.
3. Kategori Kehilangan
a. Kehilangan seseorang yang di cintai
Kehilangan orang yang bermakna atau yang sangat berarti mebuat stress dan mengganggu individu.
Contoh kehilangan karena perceraian, pengasingan, kematian dan penyebab lain dari penolakan secara
emosional atau berpisah karena jarak. Kehilangan ini membawa dampak yang besar karena keintiman,
intensitas, dan ketergantungan dari ikatan/jalinan yang ada.
b. Kehilangan benda esternal
Seperti kehilangan uang, perhiasan, barang yang sudah rusak, tanah, pekerjaan, dan lain-lain.
c. Kehilangan lingkungan yang telah di kenal
Kehilangan diartikan dengan perpisah dari lingkungan yang sangat dikenal, termasuk dari
kehidupan latar belakang keluarga dalam satu periode, seperti pindah tempat tinggal yang akan memiliki
tetangga baru dan penyesuaian baru. Juga bisa kehilangan karena terpisah dari keadaan yang begitu dikenal,
seperti proses maturasi dan karena sakit atau perlukaan.
d. Kehilangan aspek diri (Lossofself)
Anggapan perasaan terhadap kehilangan diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam
kehidupan, dan dampaknya. Seperti bagian tubuh, fungsi tubuh, fisiologi, dan psikologis (daya ingat, daya
tilik, kemampuan intelektual).
e. Kehilangan kehidupan
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran, dan respon pada kegiatan atau
orang di sekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Tidak anya tentang kematian itu sendiri,
tetapi juga rasa nyeri dan hilangnya control. Setiap orang mempunyai respo yang berbeda tentang kematian,
orang yang hidup sendiri dan menderita penyakit terminal menganggap kematian sebagai suatu pembebasan
dari penderitaan dan jalan memasuki kehidupan lain dan menemui orang yang di surga.
Kehilangan kekuatan pada penyakit kronis meliputi kesehatan, rasa kontrol diri, Privacy,
Kesopanan (modesty), bentuk tubuh, hubungan timbal balik, peran yang di bangun didalam dan diluar
rumah, status social, percaya diri, kepemilikan, keamanan keuangan, sarana untuk berprodusi dan
pemenuhan diri, gaya hidup, rencana dan fantasi masa depan, uang, kegiatan sehari-hari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan
- Karakteristik personal (usia dan jenis kelamin, pendidikan dan status sosial ekonomi.)
- Sistem kehilangan
- Sifat kehilangan
- Kebudayaan dan keyakinan spiritual
- Nilai dari keadaan yang hilang
- Kecepatan proses kehilangan
- Kemampuan koping individu
Type Kehilangan
- Actual loss (fisik)
- Percoived loss (psikologi)
- Anticipatory loss
Kehilangan merupakan tema dominan yang dicirikan dengan berbagai aspek kehidupan bagi lansia.
Kehilangan dapat dialami melalui berbagai tahap kehidupan, tetapi efek komulatifnya dirasakan secara akut
oleh lansia. Beberapa lansia menghadapi kehilangan tersebut secara lebih baik dibandingkan orang lain.
Sedangkan bagi yang lainnya, setiap kehilangan menandakan kematian kecil, membawanya lebih dekat pada
kematiannya sendiri. Kehilangan biologis, psikologis, pribadi, sosial, identita, fungsional, dan filosofi dapat
menimbulkan kehampaan pada kehidupan seseoranng.
Perawat tidak selalu menyadari signifikansi dari kehilangan yang terjadi pada lansia. Berduka
sering mengikuti kehilangan. Mampu berdiskusi dengan pasien lansia dan pengasuhnya tentang signifikansi
kehilangan yang akan terjadi, baik kehilangan sesuatu peristiwa atau seseorang atau bahkan judul atau ide
sekalipun merupakan hal yang penting bagi perawat. Penerimaan terhadap kehilangan yang tidak
terhindarkan dan berhubungan dengan kematian dapat menyebabkan penerimaan terhadap proses akhir
kehidupan.
C. BERDUKA (GRIEVING)
Adalah reaksi emosi terhadap kehilangann, biasanya akibat perpisahaan. Dimanifestasikan dalam
perilaku, perasaan, dan pemikiran. Grieving juga merupakan proses mengalami reaksi psikologis, fisik
dan sosial terhadap kehilangan yang dipersepsikan. Respon yang ada dalam grieving yaitu keputusasaan,
kesepian, ketidakberdayaan, kesedihan, ketidakberdayaan, kesedihan, rasa bersalah dan marah. Grieving
juga mencakup pikiran, perasaan dan perilaku.
Breavement adalah respon subjektif (dalam masa berduka) yang dilalui selama reaksi berduka.
Biasanya berefek terhadap kesehatan. Sedangkan meurning (berkabung) adalah periode penerimaan
terhadap kehilangan dan berduka yang terjadi selama individu dalam masa kehilangan. Sering
dipengaruhi oleh kebudayaan dan kebiasaan.
1. Reaksi Berduka
a. Menolak dan isolasi
- Tidak percaya terhadap hal tersebut
- Tidak siap menghadapi masalah
- Memperhatikan kegembiraan yang dibuat-buat (menolak berkepanjangan)
b. Marah (anger)
- Marah terhadap orang lain untuk hal-hal sepele : iritabel/sensitif.
c. Bargaining/tawar menawar
- Mulai tawar menawar terhadap loss.
- Mengekspresikan rasa bersalah, takut, putisment, terhadap rasa berdosa, baik nyata maupun
imajinasi.
d. Depresi
- Rasa berduka terhadap apa yang terjadi
- Kadang bicara bebas atai menarik diri
e. Acceptance/penerimaan
- Penurunan interest lingkungan sekitar
- Berkeinginan untuk membuat rencana-rencana.
2. Konsep Teori Berduka
a. Teori Engel (1964)
- Syok dan tidak percaya
- Mengembangkan kesadaran
- Mengenali dan restitusi
b. Teori Kubler – Ross (1969)
- Denial (Mengingkari)
- Anger (marah)
- Bergaining (tawar menawar)
- Depression (Depresi)
- Acceptance (Penerimaan)
c. Teori Rando (1991)
- Penghindaran
- Konfrontasi
- Akomodas
Meskipun tidak ada dua orang yang bereaksisam terhadap kematian dan ajal,namun
responfisologis danp sikologis terhadap kematian, yangdikenal sebagai berduka, telah digambarkan dalam
tahapan-tahapan oleh orang-orang terkebal seperti engel,linderman,parkes,bolbey,dankubler-ross.
Berduka merupakan respon yang normal dan universal terhadap kehilangan yang dialami
melalui perasaan,perilaku dan penderitaan emosional, berduka adalah proses pergeseran melewati nyeri
akibat kehilang.kehilangan kesehatan,temen,
kerabat,pekerjaandankeamananfinansialmerupakansebagiandarikehilangankumulatif yang
menyebabkanberdukapadalansia.periodeberdukaadalahwaktupenyembuhan,adaptasidanpertumbuhan .
Meskipun banyak orang yang setujuh terhadap kesamaan proses berduka,namun ada juga yang
menyetujui bahwa setiap orang melewati proses berduka secara berbeda, namun,mengambarkan serangkaian
fase yang mencirikan reaksi berduka merupakan hal yang mungkin untuk dilakukan.fase-fase ini mencakupi
syok awal dan rasa tidak percyaan,yang menyebabkan kesadaraan dan kemudian protes yang akhirnya
menyebabkan reorganisasi dan resitusi.
Asuhan keperawatan untuk pasien dan pemberian perawatan yang berduka memerlukan rasa
saling memberi yang sensitif, peduli dan empati.berbagi pendapat perasan dan ketenangan merupakan
intervensi keperawatan yang tepat. Bimbingan keperawatan adatif dapat membantu mempersiapkan orang
yang menjelang ajal untuk menghadapi nyeri dan persaan alamiah mereka yang berhubungan dengan proses
berduka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
-Berdukadisfungsional
-Berduka yang diantisipasi
-Impair adjustment(penyesuaiandiriterganggu)
Di sebuah desa di kota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah, sang suami
bernama Arza berusia 34 Tahun dan sang istri bernama Ningrum berusia 31 Tahun. Mereka satu
sama lain sangat mencintai, apabila Arza sakit sang istripun ikut merasakan sakit, begitu pula
sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru saja di ketahui positif hamil. Arsa dan Ningrumpun sangat
senang dan berusaha semaksimal mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu. Pada
suatu hari Arsa mengalami kecelakaan yang mengakibatkan Arza meninggal. Ibu Ningrum
mengatakan hal ini membuat Ningrum sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan
keluar kamar dia mengurung diri dan memandang foto Arza, dia menjadi jarang bicara dan terkadang
sering teriak memanggil nama Arza. Dia sering berkata bahwa tidak percaya Arza telah pergi selain
itu dia sering terbangun dan menangis keras memanggil Arza. Saat pengkajian Ningrum tampak
lemas, wajak tampak kusut. Klien tampak putus asa dan sedih, klien susah berkonsentrasi ketika
perawat bertanya. Tampak kantung mata, Tanda-tanda Vital N=75x/m, S=37℃, TD=120/80 mmHg
dan RR=24x/m.
B. Proses Keperawatan
Ruang rawat : X
Tangal di rawat/MRS: XX
PENGKAJIAN
I. Identitas klien
Nama : Ny. N (Laki-laki/Perempuan)
Umur : 31 Tahun
Nomor CM : xxxxxxxx
II. Alasan masuk
Ibu Klien mengatakan klien Terpukul dan terus menangis.
III. Faktor predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya: Berhasil Kurang berhasil Tidak berhasil
3. Trauma
Jenis trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik
- - -
Tahun
Aniaya seksual
- - -
Tahun
Penolakan
- - -
Tahun
Kekerasan dalam
- - -
RT Tahun
Tindakan kriminal
- - -
Tahun
Lain-lain 34
Arza Suaminya Ningrum Ibu Ningrum
Kehilangan Tahun
Jelaskan No 1,2,3:.......................................................................................
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ? Klien baru saja di tinggal Suaminya
meninggal dunia.
1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai
cara berpakaian tidak seperti biasa Lain-lain, jelaskan ............
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkohorensi Apatis Lambat Membisu
Tidak Mampu memulai pembicaraan Lain-lain, Jelaskan: Sesekali klien bernada
kasar.
Jelaskan : Klien terus menangis
3. Aktifitas motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi TIK
Grimas Tremor Kompulsif Lain-lain,
Jelaskan............................................
6. Persepsi sensorik
Apakah ada gangguan: Ada Tidak ada
Halusinasi : Pendengaran Penglihatan Perabaan Pengecapan
Penghidu
Ilusi : Ada Tidak ada Lain-lain, Jelaskan:-
7. Proses pikir
a. Proses pikir (arus dan bentuk pikir):
Sirkumtasial Tangensial Blocking Kehilangan asosiasi Flight of
Idea
Pengulangan pembicaraan/perseverasi Lain-lain, Jelaskan.................................
b. Isi pikir : Obsesi Hipokondria Depersonalisasi Pikiran magis
Ide Terkait
Waham: Agama Somatik Kebesaran Curiga Nihilistik Sisip
Pikir
Siar Pikir Kontrol Pikir Lain-lain, Jelaskan: klien mengatakan
kehilangan asosiaso, flight of idea dan depersonalisasi.
8. Tingkat kesadaran:
Bingung Sedasi Stupor Lain-lain, Jelaskan:
9. Memori:
Gangguan Daya Ingat Jangka Panjang Gangguan Daya Ingat Jangka Pendek
Ganguan Daya Ingat Jangka Menengah Koafabulasi
Lain-lain, Jelaskan:-
Jelaskan: Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri di dalam kamar dan jarang bicara.
X. Analisa data
No Data Masalah
Subjektif: Dukacita terganggu
Ibu klien mengstakan klien sedih setelah
1 kepergian suanyinya.
Objektif:
Klien tampak sedih
Subjetif: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
Ibu klien mengatakan klien tidam mau kebutuhan tubuh.
makan
2
Objektif:
1. Klien tampak lemas
2. BB =50, IMT= 18
Subjektif: Gangguan identitas diri
Ibu klien mengatakan klien merasa
menjadi orang tua dan menanggung dua
3
peran.
Objektif:
Wajah klien terlihat bingung.
Subjektif: Isolasi sosial
Ibu klien mengatakan klien mengurung diri
dalam kamar.
4
Objektif:
Klien terlihat tidak ingin mendekat dengan
siapapun.
Subjektif: Gangguan komunikasi Verbal
Ibu klien mengatakan klien jarang
berbicara dengan orang lain.
5
Objektif:
Klien terlihat apatis
Klien terlihat sesekali bernada kasar
Hari/Tgl Paraf
Tindakan
Jam Dx Kep Tujuan Evaluasi Keperawatan dan
Keperawatan
Nama
Senin, Dukacita terganggu 1. Mengidentifikasi 1. S: Klien
30/03/2020 berhubungan respon emosional merespon saat
08.00 WIB dengan kematian terhadap kondisi menggungkit
orang terdekat saat ini. tentang
2. Mendengarkan suaminya
masalah, perasaan O: klien tampak
dan pertanyaan sedih
keluarga. 2. S: Klien Masih
3. Menginformasikan belum berbicara
kemajuan klien O: klien tampak
secara berkala. diam.
4. Mengajarkan 3. S: klien Masih
ketrampilan merasakan
koping dan dukacita.
penyelesaian 4. S: Klien
masalah baru. mengatakan
belum bisa
menyelesaikan
masalahnya.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA