Anda di halaman 1dari 2

Bab II Statuta Mahkamah Internasional

Jurisdiksi Mahkamah Internasional diatur oleh Bab II Statuta Mahkamah Internasional


dengan ruang lingkup masalah-masalah mengenai sengketa. Untuk mempelajari dan
membahas Jurisdiksi ini harus dibedakan antara Jurisdiksi rationae personae yaitu siapa-siapa
saja yang dapat mengajukan perkara ke Mahkamah dan Jurisdiksi rationae materiae yaitu
mengenai jenis sengketa-sengketa yang dapat diajukan.

a.             Pihak dalam Mahkamah Internasional

Hal-hal yang dapat dijadikan dasar hukum bagi Mahkamah Internasional untuk mengadili


perkara yang diajukan kepadanya yang menyangkut Jurisdiksi Ratione Personae yaitu pasal 34
ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional yang secara lengkap berbunyi:

Pasal 34 ayat (1)  :    “Hanya negaralah yang boleh menjadi pihak dalam perkara-perkara
di muka Mahkamah.”

Pasal 34 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, menjelaskan bahwa individu-individu dan
organisasi-organisasi internasional pun tidak dapat menjadi pihak dari suatu sengketa di muka
Mahkamah Internasional. Pada prinsipnya Mahkamah Internasional hanya terbuka bagi negara-
negara anggota dari Statuta. Negara-negara ini terutama semua anggota PBB yang secara
otomatis menjadi pihak pada Statuta yang merupakan annex dari Piagam.

1. P.S : Wewenang Mahkamah Internasional yang berisi “negara-negara yang boleh menjadi pihak
dalam perkara ditentukan oleh statuta” disebut...
a. Wewenang Wajib
b. Wewenang Ratione Personae
c. Wewenang Ratione Materiae
d. Wewenang Opsional
e. Wewenang Konvensional

b.             Ruang Lingkup Sengketa yang Diajukan ke Mahkamah Internasional

Hal-hal yang menjadi dasar hukum bagi ruang lingkup sengketa yang diajukan ke Mahkamah
Internasional yaitu pasal 36 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional yang secara lengkap
berbunyi:
Pasal 36 ayat (1) :    “Jurisdiksi Mahkamah meliputi semua perkara yang diajukan pihak-pihak
yang bersengketa kepadanya dan semua hal, terutama yang terdapat dalam Piagam PBB atau
dalam perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi yang berlaku.”

Pasal 36 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, menjelaskan mengenai sengketa apa saja yang
dapat diajukan oleh pihak-pihak yang bersengketa ke Mahkamah Internasional. Walaupun
demikian, Pasal 36 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional ini tidak membedakan antara
sengketa hukum dan politik yang boleh dibawa ke Mahkamah Internasional namun dalam
prakteknya MahkamahInternasional selalu menolak memeriksa perkara-perkara yang tidak
bersifat hukum.

2. P.S : Wewenang Mahkamah Internasional yang berisi “Mahkamah Internasional hanya akan
menerima perkara-perkara yang bersifat hukum” disebut...
a. Wewenang Wajib
b. Wewenang Ratione Personae
c. Wewenang Ratione Materiae
d. Wewenang Opsional
e. Wewenang Konvensional

Wewenang Mahkamah bersifat Fakultatif:

Artinya: bahwa bila terjadi suatu sengketa antara dua negara, intervensi mahkamah baru dapat
terjadi bila negara-negara yang bersengketa dengan persetujuan bersama membawa perkara itu
ke mahkamah. (Tanpa adanya persetujuan dari pihak-pihak yang bersengketa, wewenang
mahkamah tidak akan berlaku terhadap sengketa tersebut.)

3. P.S : Wewenang Mahkamah Internasional yang berisi “ Mahkamah atau pengadilan hanya akan
terjadi bila negara-negara sebelumnya setuju atau menerima wewenang Mahkamah” disebut...
a. Wewenang Wajib
b. Wewenang Ratione Personae
c. Wewenang Ratione Materiae
d. Wewenang Opsional
e. Wewenang Konvensional
OPSIONAL : TIDAK WAJIB / TIDAK MUTLAK

FAKULTATIF : TIDAK WAJIB

Anda mungkin juga menyukai