Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL


21 PEGAWAI TETAP PADA KOPERASI TAHUN 2019

Disusun oleh :

FAHRIZAL RIFA’I

NIM 3.41.17.4.08

AK – 3E

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG


2019

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Tugas Akhir : Perhitungan Pajak Penghasilan


(PPh) Pasal 21 Pegawai Tetap pada Koperasi Tahun
2019
2. Pelaksana :
a. Nama : Fahrizal Rifa’i
b. NIM : 3.41.17.4.08
c. Program Studi : D3 Akuntansi
d. Jurusan : Akuntansi
3. Pembimbing :
a. Pembimbing 1 :
b. Pembimbing 2 :
Semarang, 10 Maret 2019

Fahrizal Rifa’i

NIM 3.41.17.4.08

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II

NIP NIP

Mengetahui

Ketua Program Studi,


Marliyati, SE., M.Si., Akt

NIP 197603192001122001

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21

PEGAWAI TETAP PADA KOPERASI TAHUN 2019

1. Latar Belakang

Pajak adalah sumber utama pembiayaan negara, sehingga sebagian besar sumber
pembiayaan negara berasal dari sektor pajak. Penerimaan dari sektor pajak sangat
mendukung terlaksananya pembangunan di berbagai sektor sebagai wujud pelayanan
pemerintah kepada masyarakat. Pajak penghasilan merupakan salah satu jenis
pelayanan pajak yang dipungut oleh pemerintah berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008.
Pajak penghasilan memiliki potensi besar bagi pemerintah dalam sektor perpajakan,
pajak penghasilan meliputi pajak penghasilan umum, PPh 21, PPh 22, PPh 23, PPh
24, PPh 25, PPh 26, dan PPh 29. Dari semua penghasilan, PPh Pasal 21 dari tahun ke
tahun selalu menjadi salah satu prioritas Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mengumpulkan penerimaan negara.
PPh Pasal 21 merupakan salah satu PPh yang dikenakan pada wajib pajak, yang
pengenaanya dilakukan dengan cara memotong penghasilan yang diterima oleh wajib
pajak tersebut dengan jumlah tertentu berdasarkan tarif PPh yang berlaku.
Pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dilakukan oleh pihak yang melakukan
pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, pension dan pembayaran lain,
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan. Dalam konteks pembayaran
tersebut bersumber dari APBN maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), maka kewajiban untuk memotong PPh Pasal 21 menjadi tanggung jawab
dari bendahara pemerintah. Bendahara pemerintah menjadi pengurus dalam
menghimpun penerimaan pajak, khususnya PPh Pasal 21.
Secara umum, berdasarkan subjeknya, ruang lingkup PPh Pasal 21 yang menjadi
tanggung jawab bendahara pemerintah dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu :
(i) PPh Pasal 21 yang dipotong atas pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain, kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), anggota
Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Polri), dan pensiunannya. (ii) PPh Pasal 21 yang dipotong atas pembayaran gaji,
upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain, kepada selain pejabat negara,
PNS, anggota TNI, anggota Polri dan pensiunannya, atau dengan kata lain PPh Pasal
21 yang dipotong atas pembayaran kepada pegawai tidak tetap atau tenaga kerja
lepas, orang pribadi yang berstatus bukan pegawai, dan peserta kegiatan.
Bendahara pemerintah, sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab melakukan
pengelolaan dana APBN/APBD sekaligus sebagai pihak yang diwajibkan untuk
memotong PPh Pasal 21, diharuskan memiliki pemahaman dan kemampuan terhadap
aspek-aspek perpajakan khususnya PPh Pasal 21 yang dipotong atas pembayaran
kepada pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, orang pribadi yang berstatus
bukan pegawai, dan peserta kegiatan. Pemahaman tersebut meliputi kewajiban secara
umum, yaitu kewajiban untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dengan
identitas bendahara yang menjalankan kewajiban pemotongan PPh Pasal 21, serta
kewajiban khusus terkait dengan pemotongan PPh Pasal 21, yaitu menghitung,
menyetor atau membayar, dan melaporkan sehubungan dengan pemotongan PPh
Pasal 21.
Dengan adanya perubahan peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor : PER-
32/PJ/2015 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan
Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Pengahasilan Pasal 26
Sehubungan dengan adanya Pekerjaan Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi menjadi
Peraturan Direktur Jenderal Pajak : PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata
Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau
Pajak penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan Jasa dan Kegiatan Orang
Pribadi dan melalui Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
101/PMK.010/2016, pemerintah telah melakukan penyesuaian Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP). Ini merupakan perubahan ketiga sejak berlakunya perubahan
keempat UU PPh tahun 2008. Tahun 2012 dilakukan penyesuaian dari Rp 15.840.000
menjadi Rp 24.300.000 lalu tahun 2015 disesuaikan menjadi Rp 36.000.000 dan
tahun 2016 ini disesuaikan lagi menjadi Rp 54.000.000.
Pajak penghasilan Pasal 21 yang terutang harus disetorkan ke kas negara dan
penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 harus menggunakan dokumen yang
diperlukan untuk diserahkan ke kantor pajak. Dalam penyetoran Pajak Penghasilan
Pasal 21 atas gaji pegawai tetap terdapat mekanisme yang harus dipatuhi. Perlu
adanya pembahasan yang menunjukan mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
pegawai tetap yang selama ini terjadi apakah telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan republikj Indonesia Nomor 101/PMK.010/2016, sehingga perlu adanya
penelitian mengenai kesesuaian penghitungan pemotongan, penyetoran, dan
pelaporan pajak penghasilan.

Dari latar belakang diatas, penyusunan tugas akhir ini mengambil judul
“PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PEGAWAI TETAP
PADA KOPERASI TAHUN 2019”.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh)


Pasal 21 Pegawai Tetap pada Koperasi ?
2. Bagaimana kesesuaian perhitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pegawai Tetap pada Koperasi dengan Undang-
undang Perpajakan No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata
Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan Jasa dan
Kegiatan Orang Pribadi ?
3. Tujuan dan Manfaat

3.1 Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada tujuan penulisan ini adalah :
a. Untuk mengetahui perhitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21
Pegawai Tetap.
b. Untuk mengetahui perhitungan penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 Pegawai Tetap pada Koperasi dengan Undang-undang Perpajakan
No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor : PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan Jasa dan Kegiatan Orang
Pribadi.

3.2 Manfaat

Manfaat penulisan ini adalah :

a. Bagi Penulis
Dapat memperoleh gambaran tentang sistematika perpajakan khsusnya Pajak
Penghasilan Pasal 21.
b. Bagi Politeknik Negeri Semarang
Dapat menambah referensi dan bahan bacaan pada perpustakaan Politeknik Negeri
Semarang dan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan Tugas Akhir
khususnya Pajak Penghasilan Pasal 21.
c. Bagi Koperasi
Sebagai bahan masukan tentang poerhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh 21
atas pegawainya, sekaligus sebagai alat ukur atas pelaksanaan perhitungan,
penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 yang selama ini mereka lakukan.
4. Tinjauan Pustaka

4.1 Pengertian Pajak

Terdapat beberapa pengertian pajak pada refrensi buku yang ada. Adapun pengertian
pajak adalah sebagai berikut :
a. Menurut Rochmat Soemitro dalam Resmi (2017:1), “Pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umu”.
b. Menurut Waluyo (2011:5), “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubungan dengan yang menyelenggarakan
pemerintahan”.
c. Menurut Feldmann dalam Resmi (2017:1) menyatakan bahwa, “Pajak adalah
prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada penguasa (menurut
norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi,
dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada
negara berdasarkan undang-undang dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dan digunakan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran rutin negara.

4.2 Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak menurut Resmi (2017:3), yaitu :


a) Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak sebagai sumber dana pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin
maupun pembangunan.
b) Fungsi Regularend (Pengatur)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.
Contoh :
1) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat terjadi
transaksi jual beli barang tergolong mewah.
2) Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan agar pihak yang memperoleh
penghasilan tinggi membayar pajak yang tinggi pula sehingga terjadi pemerataan
pendapatan.
3) Tarif ekspor sebesar 0% agar para pengusaha terdorong mengekspor hasil
produksinya.
4) Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industry semen,
kertas, baja, dan lainnya, agar terdapat penekanan produksi terhadap industry
karena dapat mengganggu lingkungan atau polusi (membahayakan kesehatan).
5) Pengenaan pajak 1% bersifat final untuk kegiatan usaha dan Batasan peredaran
usaha tertentu, untuk penyederhanaan perhitungan pajak,
6) Pemberlakuan tax holiday dimaksudkan untuk menarik investor asing agar
menambah modalnya di Indonesia.

4.3 Teori-teori yang Mendukung Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:3), untuk menyatakan keadilan kepada hak negara untuk
memungut pajak, muncul beberapa teori dasar yaitu :
1) Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya.
2) Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan masing-
masing orang.
3) Teori Gaya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar
sesuai dengan daya pikul masing-masing.
4) Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan
negaranya.
5) Teori Asas Daya Pikul\
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya pemungutan
pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah
tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkan kembali ke masayarakat
dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat.

4.4 Pengelompokan Pajak

Menurut Waluyo (2011:5-6), pajak dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu :


a) Menurut Golongannya
Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain.
b) Menurut Sifatnya
Pajak subjektif, pajak yang berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri wajib pajak.
c) Menurut Lembaga Pemungutannya
Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara.
Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah dareha dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara.

4.5 Tata Cara Pemungutan Pajak


Tata cara pemungutan pajak terdiri dari stelsel pajak, asas pemungutan pajak dan
sistem pemungutan pajak (Mardiasmo, 2011:6-8).
a) Stelsel Pajak
Terdapat tiga stelsel pajak yaitu :
1) Stelsel Nyata (Riil Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak (penghasilan yang nyata),
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni
setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
2) Stelsel Anggapan (Fictive Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-
undang.
3) Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel anggapan dan nyata.
b) Asas Pemungutan Pajak
Terdapat asas pemungutan pajak, yaitu :
1) Asas Domisili
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan wajib pajak yang bertempat
tinggal diwilayahnya, baik penghasilan dari dalam maupun luar negeri.
2) Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di
wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
3) Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
c) Sistem Pemungutan Pajak
1) Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah
untuk menentukan besar pajak yang terutang oleh wajib pajak.
2) Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib
pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
3) With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus, dan bukan wajib pajak) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak.

4.6 Tarif Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:9) mengungkapkan bahwa ada 4 macam tarif pajak yaitu :
1) Tarif Sebanding/Proporsional
Tarif dengan prosentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya
nilai yang dikenai pajak.
2) Traif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak terutang.
3) Tarif Progresif
Prosentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar. Tarif progresif dibedakan menjadi :
a) Tarif Progresif Progresif
Dalam hal ini kenaikan prosentase pajaknya semakin besar.
b) Tarif Progresif Tetap
Kenaikan prosentase pajaknya tetap.
c) Tarif Progresif Degresif
Kenaikan prosentase pajaknya semakin kecil
d) Tarif Degresif
Prosentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.
4.7 Pajak Penghasilan

4.7.1 Pengertian Pajak Penghasilan

Menurut Resmi (2017:70), pengertian pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang
dikenakan terhadap subjek atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
satu tahun pajak.

4.7.2 Subjek Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh dalam tahun pahjak. Yang menjadi subjek pajak penghasilan menurut
undang-undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (1) adalah sebagai berikut :
1. Orang Pribadi
2. Warisan yang belum terbagi suatu kesatuan, menggantikan yang berhak.
3. Badan, teridiri dari PT, CV, perseroan, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi yang sejenis,
Lembaga dan bentuk lainnya.
4. Bentuk usaha tetap (BUT).

4.7.3 Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang


diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupubn dari
luar Indonesia dan digunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan. Yang
termasuk objek pajak menurut Pasal 4 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2008 adalah :
1. Penggantian atau imbalan yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh temasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pension atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam undang – undang tersebut diatas.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan dan penghargaan.
3. Laba usaha.
4. Keuntungan karena penjualan.
5. Menerima kebali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
6. Bunga termsuk pension, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
hutang.
7. Didiven.
8. Royalti.
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
11. Keuntungan karena pembebasan hutang.
12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
13. Selisih lebih karena penilaian aktiva.
14. Premi asuransi.
15. Iuran yang diterima atau diperoleh.
16. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak.

4.7.4 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah penghasilan yang menjadi batasan
tidak kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan
neto wajib pajak orang pribadi jumlahnya dibawah PTKP tidak akan terkena Pajak
Penghasilan (PPh).
Jumlah PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah sebagai berikut :
1. Rp 54.000.000,- (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang
pribadi
2. Rp 4.500.000,- (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak
yang kawin.
3. Rp 54.000.000,- (lima puluh empat juta rupiah) tambahan untuk seorang isteri
yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.
4. Rp 4.500.000,- (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak
angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk
setiap keluarga.

4.8 Pajak Penghasilan Pasal 21

4.8.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21

Menurut Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016, “Pajak penghasilan pasal


21 adalah pajak atas pengahsilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek
pajak dalam negeri”.

4.8.2 Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21

Menurut Resmi (2017:178) subjek pajak PPh 21 adalah penerima penghasilan yang
dipotong PPh pasal 21, terdiri dari :
1. Pejabat negara
2. Pegawai negeri sipil
3. Pegawai tetap
4. Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri
5. Pegawai lepas
6. Penerima pensiun
7. Penerima honorarium
8. Penerima upah

4.8.3 Objek Pajak Penghasilan Pasal 21

Menurut Resmi (2017:181) penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah :


1. Penghasilan yang diterima pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat
teratur maupub tidak teratur.
2. Penghasilan yang diterima penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun
atau penghasilan sejenisnya.
3. Penghasilan pegawai tidak tetap berupa upah harian, upah mingguan, upah
satuan, upah borongan yang dibayarkan secara bulanan.
4. Imbalan kepada bukan pegawai berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan.
5. Imbalan kepada peserta kegiatan berupa uang saku, uang representasi, uang
rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan anma dan dalam bentuk
apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.
6. Penerima dalam bentuk natura dan atau kenikmatan lainnya dengan nama dalam
bentuk apapun yang diberikan oleh :
7. Bukan wajib pajak.
8. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final.
9. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma perhitungan
khusus (deemed profit).

4.8.4 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21

Sesuai pasal 17 Undang -undang No. 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan adalah
:
1. Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak (PKP)
a. Wajib pajak orang pribadi dalam negeri
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000 5%
Diatas Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000 15%
Diatas Rp 250.000.000 s/d Rp 500.000.000 25%
Diatas Rp 500.000.000 30%

4.8.5 Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 21

Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan (Resmi, 2017:31).
Surat Setoran Pajak (SSP) terdiri dari :
a. Lembar ke-1 : untuk arsip wajib pajak.
b. Lembar ke-2: untuk kantor pelayanan pajak (KPP), melalui kantor
perbendaharaan dan kas negara (KPKN).
c. Lembar ke-3 : untuk dilaporkan oleh wajib pajak ke KPP.
d. Lembar ke-4 : untuk arsip penerimaan pembayaran.
e. Lembar ke-5 : untuk arsip wajib pungut atau pihak lain sesuai dengan
ketentuan perpajak yang berlaku.
Batas waktu pembayaran dan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 yaitu paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

4.8.6 Pelaporan Pajak Penghasilan

4.8.6.1 Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)

Wajib pajak mempunyai kewajiban melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak


yang terutang menurut ketentuan peraturan undang – undnag yang berlaku.
Pelaporan Pajak Pengahasilan Pasal 21 dilakukan oleh wajib pajak menggunakan
SPT (Surat Pemberitahuan Pajak).
Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana bagi wajib pajak untuk melaporkan
hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan (Resmi, 2017:38).

4.8.6.2 Jenis Surat Pemberitahuan (SPT)


Menurut Resmin(2017:39-40) secara garis besar SPT dibedakan menajdi dua yaitu :
a. Surat pemberitahuan masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak.
b. Surat pemberitahuan tahunan adalah surat pemberithuan untuk suatu tahun pajak.

4.8.6.3 Batas waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

Batas waktu penyampaian SPT menurut Mardiasmo (2011:35) :


a. Untuk SPT Masa, paling lambat 20 hari steelah akhir masa pajak.
b. SPT Tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi paling lama 3 bulan
setelah akhir tahun pajak.
c. Untuk SPT Tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan, paling lama 4 bulan
setelah akhir tahun pajak.

4.8.6.4 Sanksi Keterlambatan atau Tidak Menyampaikan SPT

Menurut Mardiasmo (2011:36), kepada wajib pajak yang tidak disampaikan dalam
jangka waktu yang telah ditentukan sehubungan dengan SPT dikenai sanksi
administrasi sebesar :
a. Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah) untuk surat pemberitahuan masa pajak.
Pertambahan nilai Rp 100.000 (serratus ribu rupiah) untuk surat pemberitahuan
lainnya.
b. Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) untuk surat pemberitahuan tahunan pajak
penghasilan wajib pajak badan.
c. Rp 100.000 (serratus ribu rupiah) untuk surat pemberitahuan tahunan pajak
penghasilan wajib pajak orang pribadi.

5. Metode Penelitian

5.1 Klasifikasi Data


5.1.1 Data Menurut Sifatnya

1. Data Kuantitatif
Menurut Widoyoko (2012:21), data kuantitatif merupakan data yang berwujud
angka-angka sebagai hasil observasi atau pengukuran. Data kuantitatif yang
digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini yaitu daftar gaji/penghasilan
pegawai tetap, SPT Masa, dan SPT Tahunan tahun 2018 lembar 1721-A2 serta
SSP selama tahun 2018.
2. Data Kualitatif
Menurut Widoyoko (2012:18), data kualitatif merupakan data yang
menunjukkan kualitas atau mutu sesuatu yang ada, baik keadaan, proses,
peristiwa/kejadian dan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau
berupa kata-kata. Data kualitatif dalam penyusunan Tugas Akhir ini berupa
sejarah instansi, visi, misi, struktur organisasi, dan pegawai.

5.1.2 Data Menurut Sumbernya

1. Data Primer
Menurut Widoyoko (2012:22), data primer merupakan data yang diperoleh dari
sumber pertama, atau dengan kata lain data yang pengumpulannya dilakukan
sendiri oleh peneliti secara langsung seperti hasil wawancara dan hasil pengisian
angket (kuesioner). Data primer yang akan digunakan dalam penelitian ini
diperoleh langsung dari Koperasi melalui wawancara terhadap bagian
kepegawaian mengenai pegawai yang mengalami mutasi.
2. Data Sekunder
Menurut Widoyoko (2012:23), data sekunder merupakan data yang diperoleh
dari sumber kedua. Data sekunder dalam penulisan Tugas Akhir ini berupa hasil
studi pustaka melalui buku – buku yang berisi teori-teori yang berkaitan dengan
penulisan tugas akhir ini dan juga dokumen-dokumen dari instansi yang
kaitannya dengan penulisan tugas akhir. Data tersebut berupa daftar
gaji/penghasilan pegawai tetap, SPT Masa, SPT Tahunan, dan SSP.

5.2 Metode Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah:

a. Wawancara
Menurut Widiyoko (2012:40), wawancara merupakan suatu proses tanya jawab
atau dialog secara lisan antara pewawancara (interviewer) dengan responden
atau orang yang diinterviu (interviewee) dengan tujuan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
Pengumpulan data secara wawancara yang akan digunakan untuk menyusun
Tugas Akhir ini yaitu wawancara dengan bagian kepegawaian untuk
memperoleh data mengenai pegawai yang mengalami mutasi, gambaran umum
instansi, serta data yang dibutuhkan yang berkaitan dengan pajak penghasilan
pasal 21.
b. Studi Dokumentasi
Menurut Nazir (2014:111), studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data
dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan – catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah
yang dipecahkan. Studi dokumentasi yang dilakukan pada penyusunan Tugas
Akhir ini yaitu dengan membaca buku dengan memperoleh kesimpulan-
kesimpulan tersebut, kemudian merumuskan suatu pendapat baru yang lebih
menekankan pengutipan untuk memperkuat uraian. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan cara mencarai tambahan informasi dari buku-buku dan
literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan pajak penghasilan pasal 21,
SPT, dan SSP.

5.3 Metode Pengolahan Data


Metode pengolahan data dalam Tugas Akhir ini dilakukan dengan cara:

1. Mengumpulkan dan mengolah data serta informasi berupa data penghasilan


karyawan, daftar susunan keluarga karyawan, informasi kebijakan perusahaan
tentang pemberian gaji, dan THR (Tunjangan Hari Raya)
2. Menganalisa data yang telah terkumpul dengan cara membandingkan status
karyawan dalam perusahaan tersebut menurut kebijakan perusahaan dengan
ketentuan pajak.
3. Menentukan PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) berdasarkan daftar susunan
keluarga karyawan.
4. Menghitung PPh pasal 21 bulanan untuk pegawai tetap yang terutang dengan
cara, gaji bersih dikurangi dengan biaya jabatan dan PTKP kemudian dikalikan
tarif PPh Pasal 21. Serta dilakukan perhitungan dengan menjumlah gaji bersih
dengan THR (Tunjangan Hari Raya)
5. Menghitung kembali PPh Pasal 21 pegawai tetap yang terutang dengan cara
menjumlah gaji bersih selama setahun dengan THR, dikurangi dengan PTKP
kemudian dikalikan dengan tarif PPh Pasal 21.
6. Memberikan saran sekaligus memberikan pelatihan kepada staf administrasi
terkait mengenai bagaimana seharusnya perhitungan PPh Pasal 21 terhadap
pegawai tetap yang benar.

5.4 Metode Penulisan

1. Metode Deskriptif
Menurut Alek dan Achmad (2011 :184), metode deskripsi merupakan penulisan
yang menggambarkan suatu bentuk objek pengamatan. Melalui metode ini
dapat diuraikan mengenai gambaran umum instansi serta kebijakan perhitungan
pajak penghasilan pasal 21.

2. Metode Eksposisi
Alek dan Achmad (2011: 183) menyatakan bahwa metode eksposisi adalah
penulisan yang bertujuan memberikan informasi, keterangan atau pemahaman.
Metode ini digunakan untuk menyajikan analisi, perhitungan, penyetoran dan
pelaporan pajak penghasilan pasal 21 pada Koperasi.

6. Sistematika Penulisan

Bab I : PENDAHULUAN

Menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan,


manfaat, dan sistematika penulisan.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

Menguraikan secara teoritis tentang pengertian pajak, fungsi pajak,


pengelompokkan pajak, teori pemungutan pajak, tata cara
pemungutan pajak, tarif pajak, pengertian pajak penghasilan, subjek
pajak penghasilan, pengecualian subjek pajak penghasilan, objek
pajak penghasilan, pengecualian objek penghasilan, pengertian pajak
penghasilan pasal 21, subjek pajak penghasilan pasal 21,
pengecualian subjek pajak penghasilan pasal 21, objek pajak
penghasilan pasal 21, pengecualian objek pajak penghasilan pasal 21,
bukan pemotong pajak penghasilan pasal 21, biaya jabatan dan
pensiun, penghasilan tidak kena pajak, penghasilan kena pajak, tarif
dan perhitungaan pajak penghasilan pasal 21, pembayaran pajak
penghasilan pasal 21, pelaporan pajak penghasilan pasal 21.

Bab III : METODE PENELITIAN

Memaparkan tentang klasifikasi data, metode pengumpulan data,


metode pengolahan data, dan metode penulisan yang digunakan
dalam penulisan Tugas Akhir.

Bab IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Membahas tentang gambaran umum koperasi, sejarah singkat
berdirinya, struktur organisasi, uraian tugas, dan penjelasan
mengenai hasil analisis masalah serta pembahasan mengenai
perhitungan pajak penghasilan pasal 21 pada Koperasi.

Bab V : PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran mengenai masalah yang dibahas


dalam penulisan Tugas Akhir yang ditujukan kepada Koperasi.

7. Jadwal Kegiatan
Dalam penyusunan tugas akhir ini, terdapat serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai berikut:

Pelaksanaan (Minggu ke-)


Kegiatan yang
No Maret April Mei
direncanakan
2 3 4 1 2 3 4 1

Pengajuan dan
1
Konsultasi Judul
Penyusunan Proposal
2
TA
Konsultasi Proposal
3
TA
Penyusunan Bab 1,
4
Bab 2, dan Bab 3
5 Konsultasi Bab 1

6 Konsultasi Bab 2
7 Konsultasi Bab 3
5 Penyusunan Bab 4
6 Konsultasi Bab 4

Penyusunan dan
7
Konsultasi Bab 5

8 Draft Bab 1 s/d 5

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2016. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.

Resmi, Siti.2017.Perpajakan Teori dan Kasus .Jakarta: Salemba Empat.

Widoyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak


Penghasilan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 101/PMK.010/2016 tentang


Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis


Tata Cara Pemotongan, Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan Jasa dan
Kegiatan Orang Pribadi

Waluyo.2011.Perpajakan Indonesia.Jakarta: salemba Empat.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, R&D. Bandung: CV.

Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai