Disusun oleh :
FAHRIZAL RIFA’I
NIM 3.41.17.4.08
AK – 3E
JURUSAN AKUNTANSI
HALAMAN PENGESAHAN
Fahrizal Rifa’i
NIM 3.41.17.4.08
Menyetujui :
Pembimbing I, Pembimbing II
NIP NIP
Mengetahui
NIP 197603192001122001
1. Latar Belakang
Pajak adalah sumber utama pembiayaan negara, sehingga sebagian besar sumber
pembiayaan negara berasal dari sektor pajak. Penerimaan dari sektor pajak sangat
mendukung terlaksananya pembangunan di berbagai sektor sebagai wujud pelayanan
pemerintah kepada masyarakat. Pajak penghasilan merupakan salah satu jenis
pelayanan pajak yang dipungut oleh pemerintah berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008.
Pajak penghasilan memiliki potensi besar bagi pemerintah dalam sektor perpajakan,
pajak penghasilan meliputi pajak penghasilan umum, PPh 21, PPh 22, PPh 23, PPh
24, PPh 25, PPh 26, dan PPh 29. Dari semua penghasilan, PPh Pasal 21 dari tahun ke
tahun selalu menjadi salah satu prioritas Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mengumpulkan penerimaan negara.
PPh Pasal 21 merupakan salah satu PPh yang dikenakan pada wajib pajak, yang
pengenaanya dilakukan dengan cara memotong penghasilan yang diterima oleh wajib
pajak tersebut dengan jumlah tertentu berdasarkan tarif PPh yang berlaku.
Pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dilakukan oleh pihak yang melakukan
pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, pension dan pembayaran lain,
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan. Dalam konteks pembayaran
tersebut bersumber dari APBN maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), maka kewajiban untuk memotong PPh Pasal 21 menjadi tanggung jawab
dari bendahara pemerintah. Bendahara pemerintah menjadi pengurus dalam
menghimpun penerimaan pajak, khususnya PPh Pasal 21.
Secara umum, berdasarkan subjeknya, ruang lingkup PPh Pasal 21 yang menjadi
tanggung jawab bendahara pemerintah dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu :
(i) PPh Pasal 21 yang dipotong atas pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain, kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), anggota
Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Polri), dan pensiunannya. (ii) PPh Pasal 21 yang dipotong atas pembayaran gaji,
upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain, kepada selain pejabat negara,
PNS, anggota TNI, anggota Polri dan pensiunannya, atau dengan kata lain PPh Pasal
21 yang dipotong atas pembayaran kepada pegawai tidak tetap atau tenaga kerja
lepas, orang pribadi yang berstatus bukan pegawai, dan peserta kegiatan.
Bendahara pemerintah, sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab melakukan
pengelolaan dana APBN/APBD sekaligus sebagai pihak yang diwajibkan untuk
memotong PPh Pasal 21, diharuskan memiliki pemahaman dan kemampuan terhadap
aspek-aspek perpajakan khususnya PPh Pasal 21 yang dipotong atas pembayaran
kepada pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, orang pribadi yang berstatus
bukan pegawai, dan peserta kegiatan. Pemahaman tersebut meliputi kewajiban secara
umum, yaitu kewajiban untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dengan
identitas bendahara yang menjalankan kewajiban pemotongan PPh Pasal 21, serta
kewajiban khusus terkait dengan pemotongan PPh Pasal 21, yaitu menghitung,
menyetor atau membayar, dan melaporkan sehubungan dengan pemotongan PPh
Pasal 21.
Dengan adanya perubahan peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor : PER-
32/PJ/2015 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan
Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Pengahasilan Pasal 26
Sehubungan dengan adanya Pekerjaan Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi menjadi
Peraturan Direktur Jenderal Pajak : PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata
Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau
Pajak penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan Jasa dan Kegiatan Orang
Pribadi dan melalui Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
101/PMK.010/2016, pemerintah telah melakukan penyesuaian Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP). Ini merupakan perubahan ketiga sejak berlakunya perubahan
keempat UU PPh tahun 2008. Tahun 2012 dilakukan penyesuaian dari Rp 15.840.000
menjadi Rp 24.300.000 lalu tahun 2015 disesuaikan menjadi Rp 36.000.000 dan
tahun 2016 ini disesuaikan lagi menjadi Rp 54.000.000.
Pajak penghasilan Pasal 21 yang terutang harus disetorkan ke kas negara dan
penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 harus menggunakan dokumen yang
diperlukan untuk diserahkan ke kantor pajak. Dalam penyetoran Pajak Penghasilan
Pasal 21 atas gaji pegawai tetap terdapat mekanisme yang harus dipatuhi. Perlu
adanya pembahasan yang menunjukan mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
pegawai tetap yang selama ini terjadi apakah telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan republikj Indonesia Nomor 101/PMK.010/2016, sehingga perlu adanya
penelitian mengenai kesesuaian penghitungan pemotongan, penyetoran, dan
pelaporan pajak penghasilan.
Dari latar belakang diatas, penyusunan tugas akhir ini mengambil judul
“PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PEGAWAI TETAP
PADA KOPERASI TAHUN 2019”.
2. Rumusan Masalah
3.1 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada tujuan penulisan ini adalah :
a. Untuk mengetahui perhitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21
Pegawai Tetap.
b. Untuk mengetahui perhitungan penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 Pegawai Tetap pada Koperasi dengan Undang-undang Perpajakan
No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor : PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan Jasa dan Kegiatan Orang
Pribadi.
3.2 Manfaat
a. Bagi Penulis
Dapat memperoleh gambaran tentang sistematika perpajakan khsusnya Pajak
Penghasilan Pasal 21.
b. Bagi Politeknik Negeri Semarang
Dapat menambah referensi dan bahan bacaan pada perpustakaan Politeknik Negeri
Semarang dan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan Tugas Akhir
khususnya Pajak Penghasilan Pasal 21.
c. Bagi Koperasi
Sebagai bahan masukan tentang poerhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh 21
atas pegawainya, sekaligus sebagai alat ukur atas pelaksanaan perhitungan,
penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 yang selama ini mereka lakukan.
4. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa pengertian pajak pada refrensi buku yang ada. Adapun pengertian
pajak adalah sebagai berikut :
a. Menurut Rochmat Soemitro dalam Resmi (2017:1), “Pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umu”.
b. Menurut Waluyo (2011:5), “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubungan dengan yang menyelenggarakan
pemerintahan”.
c. Menurut Feldmann dalam Resmi (2017:1) menyatakan bahwa, “Pajak adalah
prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada penguasa (menurut
norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi,
dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada
negara berdasarkan undang-undang dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dan digunakan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran rutin negara.
Menurut Mardiasmo (2011:3), untuk menyatakan keadilan kepada hak negara untuk
memungut pajak, muncul beberapa teori dasar yaitu :
1) Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya.
2) Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan masing-
masing orang.
3) Teori Gaya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar
sesuai dengan daya pikul masing-masing.
4) Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan
negaranya.
5) Teori Asas Daya Pikul\
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya pemungutan
pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah
tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkan kembali ke masayarakat
dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Mardiasmo (2011:9) mengungkapkan bahwa ada 4 macam tarif pajak yaitu :
1) Tarif Sebanding/Proporsional
Tarif dengan prosentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya
nilai yang dikenai pajak.
2) Traif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak terutang.
3) Tarif Progresif
Prosentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar. Tarif progresif dibedakan menjadi :
a) Tarif Progresif Progresif
Dalam hal ini kenaikan prosentase pajaknya semakin besar.
b) Tarif Progresif Tetap
Kenaikan prosentase pajaknya tetap.
c) Tarif Progresif Degresif
Kenaikan prosentase pajaknya semakin kecil
d) Tarif Degresif
Prosentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.
4.7 Pajak Penghasilan
Menurut Resmi (2017:70), pengertian pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang
dikenakan terhadap subjek atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
satu tahun pajak.
Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh dalam tahun pahjak. Yang menjadi subjek pajak penghasilan menurut
undang-undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (1) adalah sebagai berikut :
1. Orang Pribadi
2. Warisan yang belum terbagi suatu kesatuan, menggantikan yang berhak.
3. Badan, teridiri dari PT, CV, perseroan, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi yang sejenis,
Lembaga dan bentuk lainnya.
4. Bentuk usaha tetap (BUT).
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah penghasilan yang menjadi batasan
tidak kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan
neto wajib pajak orang pribadi jumlahnya dibawah PTKP tidak akan terkena Pajak
Penghasilan (PPh).
Jumlah PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah sebagai berikut :
1. Rp 54.000.000,- (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang
pribadi
2. Rp 4.500.000,- (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak
yang kawin.
3. Rp 54.000.000,- (lima puluh empat juta rupiah) tambahan untuk seorang isteri
yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.
4. Rp 4.500.000,- (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak
angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk
setiap keluarga.
Menurut Resmi (2017:178) subjek pajak PPh 21 adalah penerima penghasilan yang
dipotong PPh pasal 21, terdiri dari :
1. Pejabat negara
2. Pegawai negeri sipil
3. Pegawai tetap
4. Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri
5. Pegawai lepas
6. Penerima pensiun
7. Penerima honorarium
8. Penerima upah
Sesuai pasal 17 Undang -undang No. 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan adalah
:
1. Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak (PKP)
a. Wajib pajak orang pribadi dalam negeri
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000 5%
Diatas Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000 15%
Diatas Rp 250.000.000 s/d Rp 500.000.000 25%
Diatas Rp 500.000.000 30%
Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan (Resmi, 2017:31).
Surat Setoran Pajak (SSP) terdiri dari :
a. Lembar ke-1 : untuk arsip wajib pajak.
b. Lembar ke-2: untuk kantor pelayanan pajak (KPP), melalui kantor
perbendaharaan dan kas negara (KPKN).
c. Lembar ke-3 : untuk dilaporkan oleh wajib pajak ke KPP.
d. Lembar ke-4 : untuk arsip penerimaan pembayaran.
e. Lembar ke-5 : untuk arsip wajib pungut atau pihak lain sesuai dengan
ketentuan perpajak yang berlaku.
Batas waktu pembayaran dan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 yaitu paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Menurut Mardiasmo (2011:36), kepada wajib pajak yang tidak disampaikan dalam
jangka waktu yang telah ditentukan sehubungan dengan SPT dikenai sanksi
administrasi sebesar :
a. Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah) untuk surat pemberitahuan masa pajak.
Pertambahan nilai Rp 100.000 (serratus ribu rupiah) untuk surat pemberitahuan
lainnya.
b. Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) untuk surat pemberitahuan tahunan pajak
penghasilan wajib pajak badan.
c. Rp 100.000 (serratus ribu rupiah) untuk surat pemberitahuan tahunan pajak
penghasilan wajib pajak orang pribadi.
5. Metode Penelitian
1. Data Kuantitatif
Menurut Widoyoko (2012:21), data kuantitatif merupakan data yang berwujud
angka-angka sebagai hasil observasi atau pengukuran. Data kuantitatif yang
digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini yaitu daftar gaji/penghasilan
pegawai tetap, SPT Masa, dan SPT Tahunan tahun 2018 lembar 1721-A2 serta
SSP selama tahun 2018.
2. Data Kualitatif
Menurut Widoyoko (2012:18), data kualitatif merupakan data yang
menunjukkan kualitas atau mutu sesuatu yang ada, baik keadaan, proses,
peristiwa/kejadian dan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau
berupa kata-kata. Data kualitatif dalam penyusunan Tugas Akhir ini berupa
sejarah instansi, visi, misi, struktur organisasi, dan pegawai.
1. Data Primer
Menurut Widoyoko (2012:22), data primer merupakan data yang diperoleh dari
sumber pertama, atau dengan kata lain data yang pengumpulannya dilakukan
sendiri oleh peneliti secara langsung seperti hasil wawancara dan hasil pengisian
angket (kuesioner). Data primer yang akan digunakan dalam penelitian ini
diperoleh langsung dari Koperasi melalui wawancara terhadap bagian
kepegawaian mengenai pegawai yang mengalami mutasi.
2. Data Sekunder
Menurut Widoyoko (2012:23), data sekunder merupakan data yang diperoleh
dari sumber kedua. Data sekunder dalam penulisan Tugas Akhir ini berupa hasil
studi pustaka melalui buku – buku yang berisi teori-teori yang berkaitan dengan
penulisan tugas akhir ini dan juga dokumen-dokumen dari instansi yang
kaitannya dengan penulisan tugas akhir. Data tersebut berupa daftar
gaji/penghasilan pegawai tetap, SPT Masa, SPT Tahunan, dan SSP.
Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah:
a. Wawancara
Menurut Widiyoko (2012:40), wawancara merupakan suatu proses tanya jawab
atau dialog secara lisan antara pewawancara (interviewer) dengan responden
atau orang yang diinterviu (interviewee) dengan tujuan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
Pengumpulan data secara wawancara yang akan digunakan untuk menyusun
Tugas Akhir ini yaitu wawancara dengan bagian kepegawaian untuk
memperoleh data mengenai pegawai yang mengalami mutasi, gambaran umum
instansi, serta data yang dibutuhkan yang berkaitan dengan pajak penghasilan
pasal 21.
b. Studi Dokumentasi
Menurut Nazir (2014:111), studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data
dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan – catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah
yang dipecahkan. Studi dokumentasi yang dilakukan pada penyusunan Tugas
Akhir ini yaitu dengan membaca buku dengan memperoleh kesimpulan-
kesimpulan tersebut, kemudian merumuskan suatu pendapat baru yang lebih
menekankan pengutipan untuk memperkuat uraian. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan cara mencarai tambahan informasi dari buku-buku dan
literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan pajak penghasilan pasal 21,
SPT, dan SSP.
1. Metode Deskriptif
Menurut Alek dan Achmad (2011 :184), metode deskripsi merupakan penulisan
yang menggambarkan suatu bentuk objek pengamatan. Melalui metode ini
dapat diuraikan mengenai gambaran umum instansi serta kebijakan perhitungan
pajak penghasilan pasal 21.
2. Metode Eksposisi
Alek dan Achmad (2011: 183) menyatakan bahwa metode eksposisi adalah
penulisan yang bertujuan memberikan informasi, keterangan atau pemahaman.
Metode ini digunakan untuk menyajikan analisi, perhitungan, penyetoran dan
pelaporan pajak penghasilan pasal 21 pada Koperasi.
6. Sistematika Penulisan
Bab I : PENDAHULUAN
Bab V : PENUTUP
7. Jadwal Kegiatan
Dalam penyusunan tugas akhir ini, terdapat serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai berikut:
Pengajuan dan
1
Konsultasi Judul
Penyusunan Proposal
2
TA
Konsultasi Proposal
3
TA
Penyusunan Bab 1,
4
Bab 2, dan Bab 3
5 Konsultasi Bab 1
6 Konsultasi Bab 2
7 Konsultasi Bab 3
5 Penyusunan Bab 4
6 Konsultasi Bab 4
Penyusunan dan
7
Konsultasi Bab 5
DAFTAR PUSTAKA
Alfabeta