Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN SPT MASA PAJAK

PENGHASILAN (PPh) PASAL 23 PADA PT. SAMARINDA


CENTRAL PLAZA

Nanang Sulaeman
Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945
samarinda Email : vhyki.kre@gmail.com

ABSTRACT

Penelitian ini dilatar belakangi apakah Penerapan Pajak Penghasilan (SPT) Masa
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 Pada PT. Samarinda Central Plaza (SCP) telah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Undang – Undang Perpajakan Nomor 36 tahun 2008. Dalam hal
ini penulis akan membahas permasalahan dan tujuan penelitian, berdasarkan uraian yang
dikemukakan dalam latar belakang diatas maka yang jadi permasalahan dan tujuan yaitu
mengetahui bagaimana Penerapan Pajak Penghasilan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 23 pada PT. Samarinda Central Plaza (SCP) telah sesuai dengan ketentuan Undang –
Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 yang berlaku.
Undang – Undang Pajak Pengasilan ini dilandasi falsafah Pancasila dan Undang –
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang di dalamnya tertuang ketentuan
yang menjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai
kewajiban kenegaraan dan merupakan sarana peran serta rakyat dalam pembiayaan negara
dan pebangunan nasional.
Menghitung PPh Pasal 23 Atas Imbalan Sehubungan dengan Jasa Teknik, Jasa
Manajemen, Jasa Konstruksi, Jasa Konsultan, dan Jasa lain. Atas penghasilan berupa
sehubungan dengan Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa Konstruksi, Jasa Konsultan, dan jasa
lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan 21 dikenakan pemotongan PPh Pasal
23 dua persen (2%) dari jumlah bruto atau Dasar Pengenaan Pajak (DPP) tidak termasuk
Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dan apabila ada mempunyai NPWP dikenakan dua persen
(2%) dan / atau tidak memiliki NPWP maka PPh Pasal 23 yang dipotong Empat Persen (4%).
Hasil yang didapat oleh penulis pada PT. Samarinda Central Plaza (SCP) telah sesuai denagn
Penerapan Pajak penghasilan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dengan
Ketentuan Peraturan Undang – Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008.

PENDAHULUAN
Negara Indonesaia adalah Negara pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan
Kesatuan Republik Indonesia yang yang sederhana menjadi ciri dan corak
berdasarkan Pancasila dan Undang- dalam perubahan undang-undang ini
Undang Dasar 1945 yang menjunjung dengan tetap menganut sistem self
tinggi kewajiban dan hak setiap warga assessment. Perubahan tersebut khususnya
negaranya. Oleh karena itu pajak berkaitan dengan peningkatan
merupakan salah satu perwujudan keseimbangan hak dan kewajiban bagi
kewajiban kenegaraan bagi para warga masyarakat Wajib Pajak sehingga
negaranya yang merupakan sarana serta masyarakat Wajib Pajak dapat
dalam pembiayaan negara dalam melaksanakan hak dan kewajiban
pembangunan nasional. perpajakan dengan lebih baik.
Sistem, mekanisme, dan tata cara Pengenaan PPh di Indonesia baik
terhadap masyarakat Indonesia itu sendiri Berdasarkan uraian di atas, maka
maupun terhadap masyarakat luar negeri penulis mencoba mengamati dan
memiliki dasar hukum yang kuat, ini tidak menguraikan tentang Penerapan dan
terlepas dari sendi kenegaraan kita yang perhitungan penyetoran dan pelaporan atas
diatur dalam pasal 23 ayat 2 UUD 1945 pajak penghasilan (PPh) Pasal 23 dan telah
yang menyatakan “segala pajak untuk terjadi kurang bayar pajak PPh pasal 23
keperluan negara berdasarkan Undang- pada bulan April 2014 dengan Dasar
undang”. Pengenaan Pajak (DPP) Rp.11.727.272
PT. Samarinda Central Plaza (SCP) dan Nilai Objek Pajak PPh Rp.234.544
yang beralamatkan di Jl. Pulau Iran No. 1 terdapat penggunaan atas jasa PT.
Lantai 5 Kel. Pelabuhan Kec. Samarinda Samarinda Central Plaza (SCP).
Kota, PT. Samarinda Central Plaza (SCP)
merupakan salah satu mall perbenlanjaan Berdasarkan uraian yang dikemukakan
dan hiburan keluarga yang menyediakan dalam latar belakang diatas, maka yang
lantai dasar ada Giant Supermarket, Mc. jadi permasalahan yaitu : “Apakah
Donalds, Pizza Hut, Julia Jewellery dan Penerapan Pajak Penghasilan (SPT) Masa
yang lainnya. Di lantai 2 ada toko buku Pajak Penghasil (PPh) Pasal 23 pada PT.
Karisma Book Store, Pan & Plip, Bakso Samarinda Central Plaza (SCP) telah
Lapangan Tembak, Cabe Merah, Toko sesuai dengan ketentuan Peraturan
Adidas, Samsat dan yang lainnya. Lantai 3 Undang-undang Perpajakan Nomor 36
Distro-distro baju, lantatai 4 ada Food Tahun 2008.”
City, Amazon dan Tempat penjualan
Henphon. Lantai 5 ada XXI, Plaza 21, dan A. Tujuan Penelitian
Happy Pappy tempat kerokean dan PT.
Samarinda Central Plaza (SCP) juga Mengetahui Bagaimna Penerapan Pajak
menyewakan tenan-tenan, counter-counter Penghasilan (SPT) Masa Pajak Penghasil
kecil dan pamaeran untuk berjulan, (PPh) Pasal 23 pada PT. Samarinda
sehingga PT. Samarinda Central Plaza Central Plaza (SCP) telah sesuai dengan
(SCP) memerlukan perawatan dan atas ketentuan Peraturan Undang-undang
beberapa jasa-jasa yang diperlukan yaitu Perpajakan Nomor 36 tahun 2008 yang
jasa Cleaning Service, jasa Keamana, jasa berlaku.
Konsultan, Parkir dan jasa-jasa lainya, dan
menggunakan salah satu jasa PPh Pasal 23 B. Manfaat dari penelitian:
yang harus dibayarkan dan atau disetorkan
1. Mengaplikasikan teori-teori yang telah
setiap bulannya. Dimana PT. Samarinda
penulis dapatkan semasa mengikutikuti
Central Plaza mempunyai kewajiban
pendidikan dibangku kuliah.
perpajakan yang harus disetorkan dan
dilaporkan kepada negara melalui 2. Sebagai tolak ukur pengembangan
bendarawan setiap bulan yaitu setiap kemampuan yang penulis miliki
tanggal 10 bulan takwin berikutnya dan khususnya mengenai pajak penghasilan
selambat-lambatnya 20 hari setelah masa yang berasal dari modal, penyerahan
pajak berakhir, apabila terjadi jasa yang diterapkan pada kantor PT.
keterlambatan dalam penyetoran dan/atau Samarinda Centre Plaza.
melaporkan maka sesuai dengan ketentuan
pembayaran dan akan terkena sanksi
administrasi berupa menyetor bunga
sebesar 2% sebulan, dan apabila terlambat
menyetor dan denda sebesar Rp. 500.000,-
apabila lambat melapor. DASAR TEORI
A. Perpajakan 1. Pengertian Perpajakan
Sistem perpajakan menurut Mardiasmo merupakan sarana peran serta rakyat dalam
(2011 :21) mendefinisikan sistem pembiayaan negara dan pembangunan
perpajakan sebagai berikut : nasiaonal.”
“Sistem Perpajakan yang lama ternyata
sudah tidak sesuai lagi dengan tingkat 2. Fungsi Pajak
kehidupan sosial ekonomi masyarakat
indonesia, baik dari segi Fungsi Pajak menurut Mardiasmo (2011 :
kegotongroyongan nasional maupun dari 01) “adalah pajak sebagai sumber dana
laju pembangunan nasional yang telah bagi pemerintah untuk membiayai
dicapai. Di samping itu, sistem pengeluran-pengeluran untuk mengatur
perpajakan yang lama tersebut belum atau melaksananakan kebijaksanaan
dapat menggerakkan peran dari semua pemerintah dalam bidang sosial dan
lapisan subjek pajak yang besar ekonomi.”
peranannya dalam menghasilkan a. Fungsi budgetair
penerimaan dalam negeri yang sangat b. Fungsi mengatur (regulerend).
diperlukan guna wujudkan kelangsungan Pengelompokan pajak menurut
dan peningkatan pembangunan nasional.” golongannya, menurut sifatnya dan
Pengertian pajak menurut menurut lembaga pemungutanya dapat
Rochmat Soemitro yang dikutif didefinisikan oleh Waluyo (2007: 12)
Mardiasmo (2011 yaitu:
:01) : 3. Pengelompokan Pajak
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (yang a. Menurut Golongannya
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat b. Menurut Sifatnya
jasa timbal (kontraprestasi) yang c. Menurut Lembaga Pemungutnya.
langsung dapat ditunjukkan dan yang 4. Tata Cara Pemungutan Pajak
digunakan untuk membayar pengekuran
umum.” Pemungutan pajak dilarang diborongkan.
Undang-Undang Republik Indonesia Setiap Wajib Pajak wajib membayar Pajak
Nomor 36 Tahun 2008 menjelaskan atas yang terutang berdasarkan surat ketetapan
Undang-undang Republik Indonesia pajak atau dibayarakan sendiri oleh Wajib
Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Pajak berdasarkan peraturan perundang-
Kempat atas Undang-Undang Nomor 7 undangan perpajakan. Tata cara
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. pemungutan pajak menurut Mardiasmo
Adalah “ Peraturan perundang-undangan (2011: 6-8) ada tiga cara adalah sebagi
perpajakan yang mengatur tentang Pajak berikut :
Penghasilan yang berlaku sejak 1 Januari a. Stelsel Pajak
1984 adalah Undang-Undang Nomor 7 1) Stelsel nyata (riel stelsel)
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan 2) Stelsel anggapan (fictieve stelsel)
sebagaimana telah beberapa kali diubah 3) Stelsel Campuran
terakhir dengan Undang-Undang Tahun b. Asas Pemungutan Pajak
2000 tentang Perubahan Ketiga Pajak 1) Asas Domisili (asa tempat tinggal)
Penghasilan. Undang-Undang Pajak 2) Asas Sumber
Penghasilan ini dilandasi falsafah 3) Asas Kebangsaan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar c. Sistem Pemungutan Pajak
Negara Republik Indonesia Tahun1945
1) Offcial Assessment System
yang di dalamnya tertuang ketentuan yang
2) Self Assessment System
menjunjung tinggi hak warga negara dan
3) With Holding System
menempatkan kewajiban perpajakan
sebagai kewajiban kenegaraan dan
5. Syarat Pemungutan Pajak a. Hukum pajak materiil, memuat norma-
Menurut Zain dan Kusnadi Asinta (1990 : norma yang menerangkan anatara lain
02) Agar pemungutan pajak tidak keadaan perbuatan, peristiwa hukum
menimbulkan hambatan atau perlawanan, yang dikenai pajak (objek pajak), siapa
maka pemungutan pajak harus memenuhi yang dikenakan pajak (subjek) berapa
syarat sebagai berikut: besar pajak yang dikenakan (tarif),
a. Pemungutan Pajak Harus Adil (Syarat segala sesuatu tentang timbul dan
Keadilan). hapusnya utang pajak, dan hubungan
b. Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan hukum anatara pemerintah dan Wajib
Undang-undang (Syarat Yuridis). Pajak. Contoh Undang-Undang Pajak
c. Tidak Mengganggu Penghasilan.
Perekonomian (Syarat Ekonomis). b. Hukum Pajak Formil, memuat bentuk /
d. Pemungutan Pajak Harus tata cara untuk mewujudkan hukum
Efisien (Syarat Finansial). materiil menjadi kenyataan (cara
e. Sistem Pemungutan Pajak melaksanakan hukum pajak materiil).
Harus Sederhana. 9. Timbul dan Hapusnya Utang Pajak
6. Teori-teori yang Mendukung Menurut Mardiasmo (2011: 08) ada dua
Pemungutan Pajak ajaran yang mengatur timbulnya utang
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan pajak adalah :
atau memberikan justifikasi pemberian hak a. Ajaran Formil.
kepada negara untuk memungut pajak. b. Ajaran Materiil.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH 10. Hambatan Pemungutan Pajak
yang dikutip oleh Mardiasmo (2011 :03)
teori-teori tersebut antara lain adalaha : a. Perlawanan Pasif
b. Perlawaanan Aktif
a. Teori Asuransi.
b. Teori Kepentingan. 11. Tarip Pajak
c. Teori Daya Pikul. Menurut Mardiasmo (2011 : 09) ada 4
d. Teori Bakti. macam tarif pajak yaitu:
e. Teori Asas Daya Beli a. Tarif Sebanding / Proporsional.
b. Tarif Tetap.
7. Kedudukan Hukum Pajak c. Tarif Progresif.
Menurut Rochmat Soemitro hukum pajak d. Tarif Degresif.
mempunyai kedudukan di antara hukum-
hukum lainnya seabagai berikut: A. Pajak Penghasilan Pasal 23
a. Hukum perdata, mengatur hubungan
antara satu individu dengan individu 1. Pengertian
lainnya. Pengertian penghasilan menurut Undang-
b. Hukum publik, mengatur hubungan Undang Republik Indonesia Nomor 36
anatara pemerintah dengan rakyatnya. Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
8. Hukum Pajak Material dan Hukum atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
Pajak Formil 1983 Tentang Pajak Penghasilan yaiutu :
“Dengan pesatnya perkembangan
Hukum Pajak mengatur hubungan antara sosial ekonomi sebagai hasil
pemerintah (fiscus) selaku pemungutan pembangunan nasional dan
pajak dengan rakyat sebagai wajib pajak. globalisasi serta reformasi di
Menurut H. Bohari (2007: 07), ada dua berbagai bidang dipandang perlu
macam hukum pajak yakni: untuk dilakukan perubahan
Undang-Undang tersebut guna
meningkatkan fungsi dan Pajak untuk memotong pajak PPh
peranannya dalam rangka Pasal 23, yang meliputi:
mendukung kebijakan
pembangunan nasional khususnya 6. Dasar Pemotongan
di bidang ekonomi.” Menurut Waluyo (2007 : 188-189)
menjelaskan ada dua dasar pemotongan
2. Pemotongan PPh Pasal 23
pajak penghasilan pasal 23, yaitu:
Pemotongan PPh pasal 23 menurut a. Dari jumlah bruto dari penghasilan.
Mardiasmo (2011 :236) adalah Wajib b. Dari perkiraan penghasilan netto.
Pajak dalam negeri atau Bentuk Usaha
Tetap yang menerima atau memperoleh 7. Tata Cara Pemotongan Pajak
penghasilan yang berasal dari modal, Penghasilan Pasal 23
penyerahan jasa, atau penyelenggaraan a. Pemotongan PPh Pasal 23 dilakukan
kegiatan selain yang telah dipotongan dengan meberikan bukti pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 yang telah diisi lengkap oleh KPKN
atau bendaharawan.
3. Objek Pemotongan PPh Pasal 23
b. Pemotongan PPh Pasal 23 dilakukan
Objek Pajak adalah Penghasilan, yaitu pada saat pembyaran penghasilan oleh
setiap tambahan kemampuan ekonomis KPKN atau bendaharawan.
yang diterima atau diperoleh Wajb Pajak, c. Lembar ke-1 bukti pemotongan
baik yang berasal dari Indonesia maupun dierahkan kepada rekan sebagai bukti
dari luar Indonsia, yang dapat dipakai pemotongan.
untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, 8. Tata Cara Pelaporan Pajak
denagan nama dan dalam bentuk apa pun. Penghasilan Pasal 23
a. Lembar ke-2 bukti-bukti pemotongan
4. Pengecualian Objek Pemotongan
PPh Pasal 23 yang dibuat dalam satu
PPh Pasal 23
bulan takwin dicatat pada formulir
Menurut Mardiasmo (2011: 236) daftar pemotongan pajak (rangkap dua)
Penghasilan yang tidak dikenakan oelh bendaharawan.
pemotongan PPh pasal 23 adalah: b. Bendaharawan mengisi dengan lengkap
a. Penghasilan yang dibayarkan atau dan benar formulir SPT masa PPh
terutang kepada bank. Pasal 23 rangkap dua dan dilampiriri
b. Sewa yang dibayarkan atau terutang dengan:
sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi. 9. Tata Cara Penyetoran Pajak
Penghasilan Pasal 23
5. Pemotong PPh Pasal 23
a. PPh Pasal 23 yang tercantum dalam
Menurut Waluyo (2007 : 187) pemotong bukti pemotongan selama satu bulan
PPh pasal 23 adalah pihak-pihak yang takwin dijumlahkan.
mebayarkan penghasilan, yang terdiri atas: b. Jumlah PPh Pasal 23 yang telah
a. Badan pemerintah. dipotong selama satu bulan takwin
b. Subjek Pajak badan dalam negeri. disetor ke bank perpepsi atau kantor
c. Penyelenggara kegiatan. pos dan giro katwin berikutnya setelah
d. Bentuk usaha tetap. bulan saat terutangnya pajak oleh
e. Perwakilan perusahaan luar negeri bendaharawan. Apabila tanggal 10
lainnya. jatuh pada hari libur maka
f. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak penyetorannya dilakukan pada hari
dalam negeri yang telah mendapat kerja berikutnya.
penunjukkan dari Direktur Jendral
10. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23
Besarnya PPh pasal 23 yang dipotong 23 pada PT Samarinda Central Plaza
adalah: (SCP) telah sesuai dengan ketentuan
1. Sebesar 15% dari jumlah bruto. Peratuaran Undang-Undang Perpajak
2. Sebesar 2% dari jumlah bruto tidak Nomor 36 Tahun 2008.”
termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
D. Definisi Konsepsional
11. Cara Menghitung PPh Pasal 23
Definisi dari pajak menurut Rochmat
Soemitro dalam Mardiasmo (2011:01).
a. Cara Menghitung PPh Pasal 23 atas “Pajak adalah uraian rakyat
Dividen, Atas Penghasilan berupa kepada kas negara berdasarkan
dividen akan dikenakan pemotongan undang-undang (yang dapat
PPh pasal 23 sebesar 15% dari jumlah dipaksakan) dengan tiada
bruto mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langasung
PPh pasal 23 = 15% x Bruto dapat ditunjkkan dan yang
b. Cara Menghitung PPh Pasal 23 atas digunkan untuk memnbayar
Bunga, Termasuk Premiun, Diskonto, pengeluaran umum”.
dan Imbalan Karena Jaminan Pengertian pajak penghasilan yang
Pengembalian Utang. Atas Penghasilan dikemukakan oleh Mardiasmo (2011:235).
berupa bunga dikanakan pemotongan Dalam pasal 23 UU PPh mengatur
PPh pasal 23 sebesar 15% dari jumlah pemotongan pajak atas penghasilan yang
bruto. diterima atau diperoleh wajib pajak dalam
PPh pasal 23 = 15% x Bruto negari dan bentuk usaha tetap yang berasal
dari modal, penyerahan jasa, atau
c. Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas peneyelenggaraan kegiatan selain yang
Imbalan Sehubungan Dengan Jasa telah dipotong pajak penghasilan pasal 21,
Teknik, Jasa Manajemen, Jasa yang dibayarkan, disediakan
Konstruksi, Jasa Konsultan, Dan Jasa untuk dibayarkan, atau telah
Lain. Atas penghasilan berupa imbalan jatuh tempo pembayaran oleh
sehubungan dengan jasa teknik, jasa badan pemerintah, subjek pajak badan
manajemen, jasa konstruksi, jasa dalam negeri, penyelenggara kegiatan,
konsultan, dan jasa lain selain jasa bentuk usahs tetap, atau
yang telah dipotong Pajak Penghasilan perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
Pasal 21 dikenakan pemotongan PPh
pasal 23 2% dari jumlah bruto tidak METODOLOGI PENELITIAN
termasuk Pajak Pertambahan Nilai. A. Definisi Operasional
Dan apabila ada NPWP dikenakan 2%
dan / atau belum memiliki NPWP, Adapun dalam penulisan laporan ini akan
maka PPh pasal 23 yang dipotong 4%. diberikan laporan suatu rumusan dan
batasan untuk merangkap konsep yang
Ada NPWP PPh pasal 23 = 2% x Bruto dipergunakan dalam penulisan skripsi ini
Tdk ada NPWP PPh pasal 23 = 4% x yaitu :
1. PT. Samarinda Central Plaza
Bruto
merupakan tempat yang dipilih sebagai
C. Hipotesis objek untuk mengadakan penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang tentang Perhitungan Pajak Penghasilan
masalah serta perumusan masalah yang (PPh) Pasal 23.
telah dikemukakan pada bab terdahulu, 2. Prosedur adalah suatu kegiatan yang
“bahwa Penerapan Pajak Penghasilan biasanya melibatkan beberapa orang
(SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal dalam suatu depertemen atau lebih,
dibuat untuk menjamin penanganan
secara seragam transaksi perusahaan skripsi ini adalah sebagai berikut:
yang terjadi secara berulang-ulang.
3. Pemungutan adalah kegiatan Ada NPWP PPh pasal 23 = 2% x Bruto
pengenaan pajak yang melekat pada
Tdk ada NPWP PPh pasal 23 = 4% x Bruto
suatu barang kena pajak dengan
peraturan yang berlaku. Tabel 5.1 Perhitungan PPH Pasal 23 Atas
Jasa Periode Februari s/d April 2014
4. Pehitungan adalah tentang kesesuaian No. Bulan / Jumlah Atas PPh Pasal Keterangan
dengan tarif pajak yang ditetapkan Tahun Jasa PPh 23 23 (Rp)
DPP (Rp)
untuk menghitung besarnya pajak yang 1 Februari
1,423,942.163 28,478,845
terutang oleh PT. Samarinda Central 2014
2 Maret
Plaza. 2014 784,796,833 15,707,937
5. PPh Pasal 23 adalah pajak yang 2 April
1.310.068.464 26.201.369
2014
dikenakan atas jasa asorsing yang Jumlah 3,518.807.460 70.388.151
dilakukan oleh PT. Samarinada Central Sumber: PT. Samarinda Central Plaza Selama tiga (3)
Plaza. bulan Februari, Maret dan April 2014.
6. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang B. Pembahasan
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada
Setelah penulis menganalisa data-data
mendapat jasa timbal (kontraprestasi)
yang diperoleh dari PT. Samarinda Central
yang langsung dapat ditunjukkan dan
Plaza (SCP), telah terjadi kurang bayar /
yang digunakan untuk membayar
setor pajak PPh pasal 23 atas jasa dibulan
pengeluran umum.
April 2014 yang belum dibayarkan oleh
HASIL PENELITIAN pihak PT. Samarinda Central Plaza (SCP)
dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
A. PENYAJIAN DATA sejumlah Rp.11.727.272 dan PPh pasal 23
Tabel 4.1 Perhitungan PPh Pasal 23 Atas yang dibayarkan adalah PT. Samarinda
Jasa Periode Februari s/d April 2014 Central plaza Rp.243.544 baru dibayarkan
No. Bulan / Jumlah Atas PPh Pasal Keterangan
Tahun Jasa PPh 23 23 (Rp) / disetorkan dibulan Mei 2015 dengan
DPP (Rp)
1 Februari
rincian data sebagai berikut:
1,423,942.163 28,478,845
2014
2 Maret
784,796,833 15,707,937
DPP : Rp.5.863.636 x 2%
2014
2 April
PPh : Rp.117.272
1.298.341.192 25.966.825
2014 DPP : Rp.5.863.636 x 2%
Jumlah 3.507.080.188 70.153.607
Sumber dari data perpajakan PT. Samarinda Central Plaza
PPh : Rp.11.272
Total DPP : Rp.11.727.272
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Total PPh 23 : Rp.234.544
A. Analisis Data PT. Samarinda Central Plaza (SCP)
merupakan Perusahaan Kena Pajak (PKP)
Telah disebutkan bahwa tujuan yang berhak melakukan pemotongan PPh
penulisan skripsi ini adalah mengetahui Pasal 23 meliputi penghasilan yang
bagaimana Penerapan dan perhitungan diterima atau berasal Atas Jasa pada saat
Pajaka Penghasilan PPh Pasal 23 pada PT. penghasilan yang diterima oleh Wajib
Samarinda Central Plaza (SCP), maka Pajak berdasarkan Undang-Undang
perhitungan PPh pasal 23 harus sesuai Perpajakan yang berlaku di Indonesia.
dengan Undang-Undang Perpajakan Mengenai perhitungan Pajak penghasilan
Nomor 36 Tahun 2008. Dari hasil PPh Pasal 23 Atas Jasa yang dikenakan
penelitian di atas maka data perhitungan Atas Jasa kepada perusahaan yang
PPh Pasal 23 pada PT. Samarinda Central melakukan Jasa oleh PT. Samarinda
Plaza (SCP) dengan berdasarkan alat Central Plaza (SCP) dengan menggunakan
analisis yang digunakan dalam penulis tarif 2% yang mempunyai Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) dan 4% yang tidak karna kurang teliti pihak PT.
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Samarinda Central Plaza (SCP).
(NPWP) dikali bruto atau / dan Dasar 3. pelaporannya karna kurang teliti pihak
Pengenaan Pajak (DPP) dan belum PT. Samarinda Central Plaza (SCP).
termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 4. PT. Samarinda Central Plaza (SCP)
yang menunjukan bahwa perhitungan telah melakukan sistem pemotongan
pemotongan Pajak Penghasilan PPh Pasal PPh Pasal 23 Atas Jasa dengan baik
23 yang dilakukan oleh PT. Samarinda pada masing-masing bagiannya dalam
Central Plaza (SCP) telah sesuai dengan pemotongan PPh Pasal 23 Atas Jasa.
ketentuan Perpajakan Undang-Undang 5. PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT.
Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pasal 23. Samarinda Central Plaza (SCP) PPh
Hasil perhitungan pemotongan Pajak Pasal 23 disetor paling lama tanggal 10
Penghasilan PPh Pasal 23 yang dilakukan (sepuluh) bulan berikutnya setalah
oleh penulis, sama dengan Masa Pajak berakhir.
hasil perhitungan Dasar Pengenaan
Pajak (DPP) yang dibuat oleh perusahaan B. Saran
yaitu sebesar Rp.1.423.942.163,- Adapun saran-saran yang penulis dapat
dan PPh-nya Rp.28.478.845 berikan dalam penulisan skripsi ini adalah
untuk bulan Februari 2014, sedangkan sebagai berikut :
bulan Maret 2014 Dasar 1. Sebaiknya perhitungan PPh Pasal 23
Pengenaan Pajak (DPP) Rp.784.796.833,- Atas Jasa yang telah dilakukan oleh
dan PPh-nya Rp.15.707.937,- dan untuk PT. Samarinda Central Plaza terus
bulan April 2014 Dasar Pengenaan Pajak dipertahankan dan terus ditingkatkan
(DPP) Rp.1.310.068.464,- dan PPh-nya lebih baik lagi.
Rp.26.201.369. 2. Kepatuhan dan kesesuaiaan PT.
Dari hasil penelitian tersebut ternyata PT. Samarinda Central Plaza (SCP) dalam
Samarinda Central Plaza telah menerapkan melaksanakan kewajiban Perpajakan
sistem dan perhitungan pemotongan PPh sebaiknya dipertahankan, sehingga
Pasal 23 Atas Jasa penghasilan yang dapat menjadi contoh yang baik bagi
diterima atau berasal dari Atas Jasa PPh Wajib Pajak yang lain khusus nya
Pasal 23 telah sesuai dengan Undang- Badan Usaha, sehingga akan
Undang Perpajakan yang berlaku. memberikan dampak yang positif bagi
pembangunan negara kita.
KESIMPULAN DAN SARAN
3. Hendaknya dalam hubungan kerja
A. Kesimpulan sama terjalin selama ini agar lebih
Adapun kesimpulan-kesimpulan baik, ditingkatkan dan dipertahaankan.
skripsi ini yang berjudul Penerapan Pajak
Penghasilan SPT Masa Pajak Penghasilan
PPh Pasal 23 pada PT. Samarinda Central REFERENSI
Plaza (SCP) yaitu sebegai berikut : Anonim, Peraturan Menteri Keuangan,
1. Perhitungan pemotongan PPh Pasal 23 Nomor : 250/PMK.03/2008,
telah diretapkan oleh pihak PT. Jakarta, 2008.
Samarinda Central Plaza (SCP) telah , 2007 Perubahan Undang-
sesuai dengan Undang-Undang Nomor Undang Perpajakan No. 28 tahun
36 Tahun 2008. 2007 Nuansa aulia, Bandung.
2. Secara keselurahan kinerja PT. , Peraturan Menteri Keuangan,
Samarinda Central Plaza (SCP) cukup Nomor : SE-13/A/2002,
baik walaupun dalam melaporkan Jakarta, 2002.
pajak PPh pasal 23 ada kekurangan , Perubahan Undang-Undang
dan pembentulan dalam pelaporannya Perpajakan,CV. Eko Jaya,
Jakarta, Tahun 2000. Nasioanal, PT. Citra Aditya Bakti,
Baridwan, Zaki, 1992, Accounting system, bandung.
Procedere dan Methode, Edisis,
Tiga, Bagian Penerbitan, Sekolah
Tinggi Yayasan Keluarga
Pahlawan Nasiaonal, Yogyakarta.
Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Edisi
Revis, Andi, Yogyakarta.
Mulyono, Djoko, Akuntasi Pajak, Andi
Yogyakarta.
Munawir, 1998, Perpajakan, Edisi Revisi,
Liberty, Yogyakarta.
Muqodim, Perpajakan, Buku Dua, Edisi
ke 2 (Revisi), VII Press,
Yogyakarta, 2001.
Regar, H. Moenaf, 1995 Pajak
Penghasilan 1994, Erlangga,
Jakarta.
R. Mansyuri, 1996 Panduan Konsep
Utama Pajak Penghasilan
Indonesia, Cetakan kedua, PT.
Bima Rena Prawira, Jakarta.
Waluyo, 2007, Perpajakan Indonesia,
Cetakan Keempat, Selemba Empat,
Jakarta.
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, Perpajakan
Indonesia, Buku Satu, Edisi 7,
Salemba Empat, Jakarta, 2009
Zain dan Kusnadi Asinta, 1990,
Pembaharuan Perpajakan

Anda mungkin juga menyukai