Anda di halaman 1dari 3

Nama : Azharul Muhsinin Mata Kuliah : Logika A

NIM : 1805030129 Dosen : Ali Usman, S.Fil.I., M.Ag


Program Studi : Ilmu Alquran dan Tafsir Tugas : Feedback makalah

Di tengah merebaknya wabah virus corona, muncul pernyataan: “Jangan takut virus corona, tapi
takutlah kepada Allah”. Apa makna pernyataan ini berdasarkan teori-teori kebenaran dalam
logika?

TAKUT

COVID-19 ALLAH SWT

EMPIRIS JANGAN TAKUT

ILMIAH RASIONAL
PROPOSISI, INTUITIF-RELIGIUS, KORESPONDENSI
STRUKTURAL PARADIGMATIK TIDAK KOHEREN

ONTOLOGIS - EPISTEMOLOGIS

Keterangan :

- Garis kotak Semakin meluas maknanya semakin kompleks


- Garis biru adalah pernyataan yang sebenarnya
- Garis orange adalah pernyataan kebalikan

Pernyataan ini memiliki banyak makna yang terkandung, akan tetapi kebenarannya dapat
dihasilkan dari lawan bicaranya. Pernyataan ini sangatlah relative tergantung dari mana orang
tersebu mencerna kalimatnya. Secara garis besar kalimat tersebut merujuk kepada kebenaran
yang bersifat religius.
Kita bisa melihat bahwa NCOV-19 merupakan kebenaran ilmiah, akan tetapi karena
NCOV-19 merupakan makhluk maka ada sesuatu yang menjadi pencipta. Dalam hal ini
dikaitkan dengan Tuhan yang telah menciptakan makhluk, Maka hal ini termasuk ke dalam
kebenaran yang bersifat epistemologis.

Keterkaitan antara makhluk dengan pencipta memiliki hubungan ontologis. Berdasarkan


penalaran manusia, seseorang akan lebih takut kepada sesuatu yang lebih besar yakni Tuhan.
Dalam hal ini termasuk ke dalam kebenaran korespondensi dan bisa bersifat pragmatik
(tergantung pelaku).

Aura religius dari pernyataan tersebut sangat kental dengan sisi teologis, pernyataan
tersebut hanya bisa diyakini oleh pemeluk agama. Sesuai dengan teori kebenaran proposisi, maka
hanya pemeluk agamalah yang dapat membenarkan kalimat tersebut.

Proposisi yang dinyatakan ketika menyebut kata “Allah”, sesuatu yang dapat dicerna dari
kata tersebut adalah kata yang diyakini oleh pemuka agama yang memiliki nama Tuhan yang
disebut sebagai Allah. Ada beberapa agama yang menyebutkan seperti Islam dan Kristen.

Hemat saya, pernyataan tersebut adalah kebenaran yang berasal dari sudut pandang
teologis yang sangat kental dengan ajaran agamanya. Kebenaran tersebut dapat dinilai sebagai
kebenaran structural paradigmatik. Hanya orang yang memiliki epistemology religiuslah yang
dapat mengatakannya, atas dasar kegelisahan terhadap wabah penyakit yang dapat menimbulkan
kekhawatiran akan jauhnya keimanan seseorang terhadap Tuhannya, tidak mengherankan jika
pemuka agama mengatakan hal demikian.

Kebenaran dari pernyataan tersebut dapat dibenarkan oleh orang yang memiliki
pandangan dan keyakinan yang sama. Dalam konteks ini, secara pragmatis bahwa pemuka
agama Islam lah yang seharusnya meyakini dan percaya terhadap Allah, dengan dibarengi ilmu
pengetahuan yang berkembang pada saat ini untuk protektifitas diri dari virus. Karena dengan
ajaran Islam yang mengharuskan menjaga diri dari penyakit dengan menggunakan akalnya, maka
keselamatan bisa terjamin, di sisi lain mendapatkan nilai plus atas dasar keimanannya.

Dari pernyataan : “Jangan takut virus corona, tapi takutlah kepada Allah” ini dapat
disimpulkan bahwa benar ketika takut kepada Allah, dengan pendekatan keyakinan dan ajaran
Islam dapat menimbulkan banyak manfaat, sebagaimana berikut:
1. Meningkatnya keimanan
2. Meningkatnya ketekunan dalam beribadah
3. Bergunanya ilmu pengetahuan untuk melindungi diri dari wabah virus corona

Dengan kata lain, ketika benar-benar dilaksanakan secara pragmatis, maka tidak akan
menimbulkan ketegangan pikiran (stress) dengan imun akan semakin meningkat, begitupun
iman.

Anda mungkin juga menyukai