Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi atau Pilihan Kata


Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan selaras
untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu.
Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang
maupun dalam dunia tutur setiap hari. Ada beberapa pengertian diksi di antaranya adalah
membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap
apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi
yang efektif, melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal, membentuk gaya
ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan
pendengar atau pembaca.
Diksi, dalam arti pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh
penulis atau pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan
kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga
kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan
intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Harimurti (1984) dalam
kamus linguistic,  menyatakan bahwa diksi adalah pilhan kata dan kejelasan lafal untuk
memperoleh efek tertentu dalam berbicara di dalam karang mengarang1.
Dalam KBBI diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng tepat dan selaras dalam
penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti
yang diharapkan2. Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal karang-
mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.
B. Diksi atau Pilihan Kata Dalam Puisi
Kata-kata yang telah dipergunakan oleh penyair didalam puisi, oleh
Slametmuljana (1956:4) disebut sebagai kata berjiwa yang berbeda dengan kata dalam
kamus yang masih menunggu pengolahan. Kata-kata dalam puisi merupakan kata-kata
pilihan penyair yang dihadirkan setelah melalui pertimbangan:

1
Harimurti Kridalaksana,Kamus Lingustik (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,1982)
2
https://kbbi.kemdikbud.go.id/
1.      Dapat mewakili perasaan penyair;
2.      Dapat mewakili sikap penyair terhadap sesuatu;
3.      Dapat menimbulkan efek estetis yang dalam;
4.      Dapat mendorong timbulnya perasan tertentu setiap orang yang membaca maupun
yang mendengarkan.

Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Diksi juga
berarti kemampuan memilih kata dengan cermat sehingga dapat membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna gagasan yang ingin disampaikan, kemampuan untuk menemukan bentuk
yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa. Puisi dibutuhkan kemampuan untuk memilih kata-kata
yang tepat sehingga dapat mewakili dan menggambarkan hal-hal yang dikehendakinya.
Menyusun kata-kata dengan cara sedemikian rupa sehingga artinya menimbulkan imajinasi
estetik. Diksi merupakan suatu proses, maka hasil yang diharapkan ialah nilai kepuitisan3.
Diksi puisi memang bukan pekejaan yang mudah, dan bahkan kadang-kadang terkesan
bahwa membuat puisi tidak bisa sekali jadi, tetapi melalui proses yang lama.
Contoh puisi karangan Chairil Anwar
Kerikil Tajam
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan ditingkap merapuh
dipikul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi memang dulu ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tembah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirya kita menyerah

3
Pradopo, Rachmad Djoko. Puisi (Pusat Penerbitan Universitas Terbuka: 2001)
Dalam versi lain bait terakhir tersebut diubah sebagai berikut,
Hidup hanya menunda kekalahan
tembah jauh dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirya kita menyerah
Menurut analisis Pradopo (1987:56), kata “terasing” mengandung makna
“terpencil”, menunjukkan rasa keterasingan, sedangkan kata “jauh” menunjukkan jarak
atau kesenjangan4.
C. Fungsi Diksi atau Pemiliha Kata Dalam Puisi
Adapun untuk fungsi diksi atau pemilihan kata dalam puisi yaitu :
1. Membuat orang yang membaca ataupun mendengar puisi menjadi lebih faham
mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
2. Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal “tertulis ataupun
terucap”.
3. Membentuk ekspresi ataupun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan
pendengar ataupun pembacanya.
4. Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan
pendengar atau pun pembacanya.
5. Melambangkan gagasan yang diekspresikan.
6. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
7. Menciptakan suasana yang tepat.
8. Mencegah salah pemahaman5.
D. Makna Konotatif dan Makna Denotatif
1. Makna denotatif
Makna denotatif adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah
langsung menunjukkan pada acuan atau makna dasarnya. Sering juga makna denotatif
disebut makna referensial6.
Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah,
dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Makna denotatif

4
Pradopo, Rachmad Djoko. Puisi (Pusat Penerbitan Universitas Terbuka: 2001),hal.56
5
https://www.dosenpendidikan.co.id/diksi/ diambil pada tanggal 20 Maret 2020 pukul 20.00.
6
Yendra,Menggenal Ilmu Bahasa,(Seleman:CV Budi Utama ,2018),hal. 202.
disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual,
makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional (keraf,2002:2080).
Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena makna itu
mengacu pada referensi, konsep atau ide tertentu dari suatu referensi. Disebut makna
kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan dan
menyangkut rasio manusia.
2. Makna konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari
sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna
konseptual. Makna konotatif atau sering disebut juga makna kiasan, makna
konotasional7. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada
pembicaraaan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa,
lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan puisi sangat mementingan nilai-
nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan
kata-kata konotatif agar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah.
Contohnya kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif), tetapi
kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa
apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotaif.
E. Faktor Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Pemilihan Kata Pada Puisi
1. Makna Kias
Makna kias adalah makna yang mengandung pengandaian atau pengibaratan.
Makna kias memiliki arti tidak sebenarnya, konotatif. Makna kiasan banyak
digunakan dalam karya sastra puisi8. Berikut ini mengutip puisi ali hasjmy,salah
seorang penyair angkatan pujangga baru berjudul menyesal :

Pagiku hilang sudah melayang,


Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi


Beta lengah di masa muda

7
Yendra,Menggenal Ilmu Bahasa,(Seleman:CV Budi Utama ,2018),hal. 202.
8
Herman J.Waluyo,Apresiasi Puisi,(Jakarta:PT Gramedia Pustaka,2003),hal. 3
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta

Dalam puisi tersebut makna kias mudah dipahami karena diberi penjelasan pada baris
berikutnya. Kata pagi diberi penjelasan muda. Kata petang diberi penjelasan Batang
usiaku sudah tinggi (tua).

2. Lambang
Dalam puisi,banyak digunakan lambang yaitu penggantian suatu hal dengan hal
atau benda lain. Jenis-jenis lambang yang ada dalam puisi meliputi lambang
benda,lambang warna,lambang bunyi dan lambang suasana9. Berikut ini kutipan
beberapa bait puisi Ws Rendra berjudul “Surat Kepada Bunda Tentang Calon
Menantunya” yang mengandung lambang benda :

Dan sepatu yang berat serta nakal


yang dulu biasa menempuh
jalan-jalan yang mengkhawatirkan
dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara,
kini telah aku lepaskan
dan berganti dengan sandal rumah
yang tenteram, jinak dan sederhana.
Mamma,
Burung dara jantan yang nakal
yang sejak dulu kau piara
kini terbang dan menemu jodohnya.
Ia telah meninggalkan kandang yang kau buatkan
dan tiada akan pulang
buat selama-lamanya.
Dalam bait tersebut dinyatakan bahwa jejaka yang belum berumah tangga
dilambangkan dengan Dan sepatu yang berat serta nakal,sedangkan setelah
menemukan jodohnya dilambangkan menjadi sandal rumah yang jinak dan
sederhana. Dalam puisi diatas diri penyair sebagai orang yang setia dilambangkan
dengan Burung dara jantan.

Lambang warna memberi makna tambahan pada warna untuk mengganti atau
menambahkan makna sesungguhnya (makna denotasi). Misalnya warna hitam
9
Herman J.Waluyo,Apresiasi Puisi,(Jakarta:PT Gramedia Pustaka,2003),hal. 4
melambangkan kesedihan,warna putih kesucian,warna kuning kesetiaan,warna biru
harapan dan sebagianya. Berikut ini kutipan dari “Baladah Sunilah” karya Ws
Rendra yang menggunakan lambang warna :

Tubuhnya lilin tersimpan di kerabda


Tapi halusnya putih pergi kembara
Datang yang berkabar bau kemboja
………………………………….
Bulan keramik putih tanpa daraah
Warna jingga adalah mata samijo
Menapat ia,menatap amat tajamnya
Padamkan jingga apimu. Padamkan!
Demi selaput sutraku putih:padamkan!

Kata halusya putih mengacu pada roh sumilah yang suci (karna ia telah mati).
Kata jingga dalam puisi ini menggambarkan kebencian. Dalam puisi ini diceritakan
samijo sangat benci pada sumilah yang telah dituduh meghianatinya.
Lambang bunyi artinya makna khusus yang diciptakan oleh bunyi-bunyi atau
perpaduan bunyi-bunyi tertentu,misalnya bunyi gamelan membawa kita kepada tanah
Jawa Tengah. Berikut ini kutipan puisi Ramadhan K.H. berjudul “Tanah Kelahiran”
yang kental dengan lambang bunyi :

Seruling di pasir ipis, merdu


Antara gundukan pohonan pina
Tembang menggema di dua kaki,
Burangrang – Tangkuban prahu
Jamrut di pucuk-pucuk,
Jamrut di air tipis menurun.

Kata Seruling melambangkan tanah pasundan yang terkenal dengan bunyi


seruling yang khas meliuk-liuk enak di dengar. Terlebih jika dikaitkan dengan
Gunung Burangrang (Legenda Lutumg Kasarung) dan Tngkuban perahu (Legenda
Sangkuriang) maka akan lebih meyakinkan pembaca bahwa puisi ini bernada
menetramkan.

Lambang suasana artinya peristiwa atau keadaan yang tidak digambarkan


secara langsung,tetapi diganti dengan keadaan lain. Berikut ini kutipan puisi Ws
Rendra berjudul “Surat Cinta” yang menunjukkan penggunaan lambang suasana :
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur mainan
anak-anak peri dunia yang gaib.
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah
Wahai, Dik Narti,
aku cinta kepadamu!
…………..
Ungkapan hujan gerimis di atas melambangkan suasana kesedihan penyair
karena cinta kepada gadis pujaannya tidak direstui oleh orang tua gadis itu.

3. Persamaan Bunyi dan Rima


Pemilihan kata dalam sebuah baris puisi maupun dari satu baris ke baris lain
mempertimbangkan kata-kata yang mempunyai persamaan bunyi yang harmonis 10.
Bunyi-bunyi yang berulang ini menciptakan keunikan tersendiri pada puisi.

Menurut KBBI Rima merupakan pengulangan bunyi yang berselang, baik di


dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan. Secara singkat,
rima ialah pengulangan bunyi dalam kata atau suku kata yang ada dalam puisi.

Dalam puisi lama dan puisi modern persamaan vocal pada akhir baris (rima
akhir) sangat dipentingkan keindahannya.

Berikut ini beberapa contoh puisi dengan rima akhir :


Doa

Kepada pemeluk teguh...


Tuhanku...
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu...
Biar susah sungguh...
Mengingat Kau penuh seluruh...
Cahya - Mu panas suci...
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi...
Tuhanku...
10
Herman J.Waluyo,Apresiasi Puisi,(Jakarta:PT Gramedia Pustaka,2003),hal. 7
Aku hilang bentuk,,remuk
Tuhanku...
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku...
Di pintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling...

13 November 1943
Pengarang : Chairil Anwar

Dalam pantun dan syair persamaan bunyi pada akhir baris lebih tanpak karena
menjadi syarat keindahan puisi lama yang bersajak a-a-a-a untuk syair dan a-b-a-b
untuk pantun.

Contoh Pantun :
Pergi ke pantai siang bolong
Pakai motor punya si Parman
Janganlah kau suka berbohong
Jika tidak ingin dijauhi teman

Ibu belanja pergi ke pasar


Beli apel yang warna merah
Mari kita giat belajar
Agar masa depan menjadi cerah

Contoh “Syair Burung Pungguk” :

Pungguk bangsawan hendak menitir


Tidak diberi kakanda satir
Adinda jangan tuan bersyair
Jikalau tuan guru dan petir

Inilah taman orang bahari


Pungguk, wahai jangan tuan kemari
Bukannya tidak kakanda beri
Dikalau tuan digoda peri

(Perintis Sastra,1951)
Dalam puisi Sutardji Calzoum Bachri berjudul “Sepisaupi” persamaan bunyi
dibuat dari awal hingga akhir.Puisi ini bersajak AAAA seperti berikut ini :

sepisau luka sepisau duri


sepikul dosa sepukau sepi
sepisau duka serisau diri
sepisau sepi sepisau nyanyi

sepisaupa sepisaupi
sepisapanya sepikau sepi
sepisaupa sepisaupoi
sepikul diri keranjang duri

sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
sampai pisauNya ke dalam nyanyi

Sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri, 1973

F. Pemilihan Kata-kata indah Pada Puisi


Setiap kata ternyata memiliki karakter atau sifat bawaan yang berbeda dengan
kata yang lain. Sifat atau karakter tersebut ternyata juga sangat berguna dalam
menimbulkan suasana dan bayangan yang ada dalam puisi. Salah satu karakter yang
menonjol yaitu keindahan yang ada dan melekat dengan sendirinya pada kata tersebut,
atau dengan kata lain sifat indah bawaan yang dimiliki kata tersebut.
Nilai keindahan bawaan suatu kata bisa terlihat dalam dua hal, yaitu keindahan
bunyinya dan keindahan maknanya.kedua nilai keindahan tersebut melekat erat pada kata
tersebut secara alami. Kata yang memiliki sifat keindahan bawaan disebut efoni.
1. Keindahan bunyi
Kata yang berbunyi indah sebetulnya ditentukan oleh, bentuk bunyi vokal dan
konsonannya, dan susunan bunyi vokal dan konsonannya.
a. Bentuk Bunyi Vokal
Bunyi vokal menurut Kridalaksana (1983:177) ialah bunyi bahasa yang
dihasilkan getaran pita suara, dan tanpa penyempitan dalam saluran suara pada
bagian tenggorokan yang berisi pita suara. Bentuk bunyi vokal yang membuat
indah ialah vokal ‘i’ yang terletak pada akhir suku kata atau bunyi yang
bersusunan e - i, menurut Pradopo (1987:33) mengandung rasa ringan, kecil,
tinggi, dan mudah diucapkan. Misalnya “gerimis”, “sepi”. Begitu juga dengan
kata yang bersusunan vokal a – i, misalnya “gadis”, “manis”.
b. Bentuk Konsonan
Bunyi konsonan adalah bunyi bahasa yang dilakukan dengan menghambat
aliran udara pada salah satu tempat pada saluran suara di atas celah di antara
kedua selaput suara (Kridalaksana, 1983:91).
2. Makna Indah
Makna indah adalah makna yang mempunyai tautan dengan nilai rasa. Misalnya,
kata “gadis” di samping memiliki bunyi yang indah juga memiliki konotasi yang
lebih indah dibandingkan dengan kata “perawan”. Jadi, makna yang indah itu tidak
bisa terlepas dari makna konotatif yang melekat pada kata tersebut.

Anda mungkin juga menyukai