Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Banyuwangi sebagai salah satu kabupaten di Jawa Timur mempunyai

potensi wisata yang perlu untuk dikembangkan, wilayah yang memiliki Cagar

Alam dan Taman Nasional, serta keindahan pantainya menjadikan Banyuwangi

sebagai objek wisata lokal maupun mancanegara. Potensi alam dan sumber daya

manusia mempunyai pengaruh besar dalam membangun perkembangan pariwisata

Banyuwangi. Dari perjalanan manusia sejak dulu telah banyak dilakukan oleh

para pedagang dari berbagai negara di dunia, yang bertujuan untuk memenuhi

keingintahuan mempelajari budaya bangsa-bangsa yang dikunjungi. Cukup

banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia selama perjalanannya telah

mengajarkan budayanya sendiri dan juga mempelajari budaya orang lain. Di

samping dorongan budaya dan agama, dorongan untuk memperluas hubungan

ekonomi dan kemajuan suatu bangsa juga telah mendorong orang untuk

melakukan perjalanan jauh dari tempat kediamannya di masa lalu.

Berdasarkan perspektif sejarah, bahwa sejarah merupakan gambaran masa

lalu tentang aktivitas manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial serta lingkup

yang meliputi urutan fakta dengan penafsiran dan penjelasan (interpretasi) yang

memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu.1 Sejarah nasional sebagai unit

sejarah mengandung pengertian bahwa di bawahnya terdapat sub-sub unit dan sub

1
Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, (Jakarta: Bhratara Karya, 1981),
p. 13.

1
2

unit itu adalah unit lokal atau daerah.2 Banyuwangi memiliki daerah-daerah

sebagai potensi wisata alam yang digemari oleh masyarakat dan perlu untuk

dikembangkan, sehingga ini menjadi penarik masyarakat lokal maupun

mancanegara untuk berkunjung ke Banyuwangi.

Dari dulu hingga saat ini, manusia selalu bergerak dan berpindah-pindah

dari suatu tempat ke tempat yang lain. Ciri itu selalu tampak pada pola kehidupan

manusia baik sebagai bangsa primitif maupun modern. Pada hakikatnya moralitas

manusia merupakan salah satu sifat utama kehidupan manusia itu sendiri yang

tidak pernah merasakan puas dan tidak hanya terpaku pada suatu tempat dalam

memenuhi kelangsungan hidupnya. Dengan meningkatnya peradaban manusia,

dorongan untuk melakukan perjalanan semakin kuat, kebutuhan yang harus

dipenuhi semakin kompleks, di mana pada saat ini kegiatan perjalanan khususnya

perjalanan wisata yang merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk dapat

dipenuhi, terutama bagi penduduk dari negara-negara yang telah maju dan

berkembang dalam kehidupannya.

Tema yang dipilih dalam karya ilmiah ini mengenai kepariwisataan dari

perkembangannya sampai dampaknya terhadap perubahan sosial masyarakat di

Banyuwangi. Dipilihnya daerah Banyuwangi sebagai ruang lingkup spacial dalam

karya ilmiah ini, mengingat keberadaan dan potensi alam, budaya dan

masyarakatnya yang memungkinkan untuk dijadikan daerah wisata. Banyuwangi

merupakan bagian dari provinsi Jawa Timur dan sangat dekat dengan Bali yang

sudah dikenal sebagai daerah tujuan wisata internasional. Posisi seperti ini

menyebabkan Banyuwangi dapat menarik wisatawan dalam jumlah banyak.

2
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah,
(Jakarta: PT Gramedia, 1993), p. 35.
3

Manfaat dan peranan pariwisata bagi suatu wilayah, negara bahkan dunia

telah banyak diakui, sehingga pariwisata telah menjadi salah satu sektor yang

mempunyai peranan cukup penting di samping sektor lainnya, seperti sektor

pertanian, pertambangan, industri, politik, dan sosial budaya. Di zaman modern

ini yang ditandai dengan meningkatnya pertambahan penduduk serta

perkembangan sosial ekonomi yang ditunjang dengan kemajuan teknologi,

sehingga mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Abraham

Maslow seorang termotivasi oleh hasrat untuk memenuhi kebutuhannya dengan

mengikuti suatu hierarki. Kebutuhan muncul secara terpisah dan kebutuhan yang

paling dasar dapat dipuaskan terlebih dahulu sebelum mencapai kebutuhan yang

selanjutnya. Sehingga dengan adanya motivasi atau dorongan orang untuk

melakukan perjalanan akan menimbulkan aktivitas permintaan yang berupa

produk jasa pariwisata yang disediakan oleh masyarakat, dan permintaan produk

jasa pariwisata tersebut akan dapat meningkat apabila terjadi peningkatan jumlah

orang yang melakukan perjalanan.

Pada zaman modern ini terdapat kecenderungan untuk melihat pariwisata

sebagai suatu aktivitas yang wajar dan akan diikuti, adanya pemenuhan

permintaan produk jasa pariwisata. Perjalanan tidak saja dilihat sebagai fenomena

untuk pemenuhan kebutuhan biasa, tetapi pariwisata juga sebagai fenomena

perjalanan yang sudah menjadi kebutuhan pokok manusia dalam kehidupannya.

Fenomena pariwisata, dalam arti sempit merupakan suatu kenikmatan perjalanan

dalam bentuk kunjungan sebagai salah satu tujuan, sedangkan dalam arti luas

adalah berbagai macam dorongan yang mempunyai pengaruh besar pada sendi-

sendi kehidupan orang dan masyarakat, antara lain bidang ekonomi, sosial
4

budaya, politik, dan lingkungan hidup.3 Besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh

adanya kegiatan pariwisata yang memiliki sifat positif perlu dikembangkan secara

berkesinambungan dan berkelanjutan, tetapi apabila berpengaruh pada hal-hal

yang bersifat negatif bagi masyarakat sedapat mungkin dihindari, dikurangi atau

bahkan dihilangkan sama sekali. Kedua pengaruh tersebut selalu ada dan dapat

dirasakan oleh masyarakat.

Istilah kepariwisataan berasal dari akar kata wisata, menurut UU RI

Nomor 9 Tahun 1990 wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari

kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk

menikmati objek dan daya tarik wisata. Istilah pariwisata diperkenalkan pertama

kali di Indonesia pada saat Musyawarah Nasional Yayasan Tourisme Indonesia

pada tahun 1961. Istilah pariwisata dipakai resmi menggantikan istilah tourisme.

Istilah pariwisata belum dipahami banyak orang namun oleh para ahli bahasa dan

pariwisata Indonesia bahwa kata pariwisata berasal dari dua suku kata yaitu pari

dan wisata. Pari berarti banyak atau berulangkali dan berkeliling sedangkan wisata

berarti perjalanan dengan tujuan rekreasi. Menurut Mc. Intosh pariwisata pada

dasarnya merupakan aktivitas yang berupa pelayanan atas produk yang dihasilkan

oleh industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi

wisatawan. Selain itu Hunziker dan Kraft memberikan pengerrtian pariwisata

yaitu keseluruhan dan gejala-gejala yang timbul dari adanya orang asing di mana

perjalanan tidak untuk bertempat tinggal menetap dan tidak ada hubungan dengan

kegiatan untuk mencari nafkah. Menurut UU Republik Indonesia Nomor 10

Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

3
A.J. Muljadi dan Andri Warman, Kepariwisataan dan Perjalanan, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2014), p. 7.
5

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah, dan pemerintah daerah. Jadi bisa disimpulkan bahwa pariwisata

adalah perjalanan dengan tujuan rekreasi yang dilakukan secara berulang kali dan

berkeliling.

Dari berbagai rujukan tentang pariwisata, pengertian wisatawan sebagai

subjek pelaku dari kegiatan wisata sebetulnya telah mendapatkan pembatasan dan

pengertian atau definisi yang cukup beragam, meskipun secara substansial pada

prinsipnya mempunyai arti yang relatif sama. Menurut UN. Convention Custom

Facilites For Touring (1954), istilah wisatawan diberikan pengertian sebagai

orang yang mengunjungi suatu Negara secara sah dan tidak untuk keperluan

berimigrasi dengan waktu tinggal setidak-tidaknya 24 jam dan selama-lamanya 6

bulan di tahun yang sama. Dalam pemahaman pengertian wisatawan ada kriteria

batasan seorang wisatawan ditentukan berdasarkan pada dimensi waktu lama

tinggal dan tujuan kunjungannya ke suatu destinasi.4 Motivasi dan tujuan

kunjungan wisatawan ke suatu destinasi wisata pada hakekatnya adalah untuk

memenuhi kebutuhan sekundernya dan kunjungan wisata ini dilakukan setelah

kebutuhan primernya seperti pemenuhan kebutuhan makan, sandang, dan

kesehatan terpenuhi.

Beberapa kebutuhan sekunder manusia yang dapat dipenuhi dengan jalan

melakukan perjalan wisata tadi diantaranya adalah untuk mengisi waktu liburan,

studi, keperluan sosial budaya dan keagamaan seperti ziarah, olahraga, bisnis,

urusan keluarga, maupun untuk berbagai tujuan yang bersifat khusus seperti

4
Bambang Sunaryo, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan
Aplikasi di Indonesia, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), p. 2.
6

menghadiri suatu pertemuan, rapat, konvensi, pameran, maupun untuk tujuan-

tujuan khusus yang lain yang biasanya berkaitan dengan hobi atau kegemaran

seseorang. Menurut World Tourism Organization (WTO), yang memberikan

pengertian wisatawan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang melakukan

perjalanan ke suatu atau beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya, untuk

periode kurang dari 12 bulan dan memiliki tujuan untuk melakukan berbagai

aktivitas/kegiatan wisata. Dari berbagai pengertian tentang wisatawan dapat

disimpulkan bahwa pengertian wisatawan adalah orang atau sekelompok orang

yang melakukan perjalanan untuk tujuan wisata, seperti untuk berekreasi,

berbisnis maupun untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus yang lain.

Banyuwangi mempunyai potensi pariwisata baik alam maupun sosial

budayanya, di Kabupaten Banyuwangi mempunyai dua Taman Nasional dan satu

cagar alam Kawah Ijen dan di perbatasan juga ada Taman Nasional. Jadi

Banyuwangi adalah salah satu kabupaten yang diapit oleh tiga Taman Nasional

yang di dalamnya memiliki hutan dan kebun hampir ada empat puluh perkebunan

baik Swasta maupun Negeri, juga pertanian sebagai potensi wisata. Pantainya

sepanjang 175,8 kilometer ada beberapa taman laut yang bagus untuk kegiatan

menyelam termasuk ombaknya bagus untuk berselancar dimana itu semua adalah

potensi wisata Banyuwangi yang menyangkut potensi alamnya. Potensi yang

menyangkut budaya, ada berbagai macam suku yang tinggal di Banyuwangi dan

punya budaya yang sangat menarik. Suku asli Banyuwangi yaitu suku Osing yang

mempunyai karakteristik daya tarik tersendiri. Hidup berdampingan dengan

budaya dari suku-suku lain yang tinggal di Banyuwangi, ada harmonisasi antara

mereka sehingga ini juga potensi pariwisata yang patut dijadikan modal untuk
7

membangun peningkatan kesejahteraan masyarakat Banyuwangi. Menyadari

potensi wisata di Banyuwangi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengambil

kebijakan strategis dengan membagi Banyuwangi ke dalam tiga daerah wisata,

yang disebut dengan segitiga berlian (three angel diamond) dimana pusat-pusat

wilayah wisata ada tiga. Pertama di Kawah Ijen dan sekitarnya, kedua Alas Purwo

dan sekitarnya, kemudian ketiga Sukamade dan sekitarnya. Segitiga berlian yang

ada di Banyuwangi sangat potensial untuk mempromosikan Banyuwangi sebagai

pusat-pusat penyebaran wisatawan sebagai daya tarik dari pariwisata Banyuwangi

yang prinsipnya adalah kepada wisata alam (ekowisata). Sesuai dengan tuntutan

zaman maka ekowisata ini adalah paling cocok, selain tidak merusak lingkungan

juga bisa memperdayakan masyarakat.

Sebagian besar masyarakat Banyuwangi adalah petani dan nelayan.

Dimana Banyuwangi menjadi salah satu lumbung pangan Nasional karena

memang tanahnya subur juga perikanannya yang ada disalah satu daerah di

Banyuwangi yaitu Muncar adalah salah satu yang terbesar di Indonesia. Sekarang

sudah mulai bergerak ke pariwisata, karena pariwisata mulai berkembang dan

beberapa pantai dipromosikan. Mulai bergeraknya pariwisata Banyuwangi

membuat masyarakat bisa mengais rejeki melalui kegiatan pariwisata. Masyarakat

bisa mengambil peluang dari kegiatan pariwisata, dalam bidang transportasi

contohnya menjadi agen perjalanan wisata/guide. Kemudian ada usaha-usaha lain

yang mendukung pariwisata, sebagian besar memang seperti itu tetapi mereka

yang masih petani masih melaut itu masih tetap bekerja sebagaimana biasanya.

Pemerintah berharap ada semacam dipadukan antara pertanian, maupun

kenelayanan mereka untuk jadi objek wisata juga dan jasa agen perjalanan wisata
8

ini merata diseluruh Kecamatan Banyuwangi. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

juga mengajarkan kursus bahasa Inggris untuk tukang becak, tukang ojek, supir,

bahkan penambang belerang. Mereka yang sudah mahir bahasa Inggris itu bukan

alih profesi tapi memprofesikan diri menjadi guide salah satunya seperti

penambang belerang, dan biasanya mereka hanya penambang belerang biasa

tetapi suatu saat dibutuhkan menjadi guide khusus untuk memandu ke blue fire

tempat wisata di Kawah Ijen. Tukang becak juga semacam itu untuk city tour

tidak perlu pakai guide lagi, dan tukang becaknya sendiri lah yang menjadi guide.

Beralihnya masyarakat yang tadinya agraris sekarang menuju bisnis pariwisata itu

semua merubah pola pikir mereka untuk bisa memanfaatkan pembangunan dan

perkembangan pariwisata di Banyuwangi.5

Salah satu prasarana dan sarana fisik yang sangat berpengaruh dalam

pariwisata dan perekonomian suatu daerah adalah tersedianya fasilitas

transportasi. Sarana transportasi harus menjadi perhatian pemerintah, jika tidak

maka kemajuan ekonomi daerah tersebut akan berjalan lebih lambat bila

dibandingkan dengan daerah lain yang sudah terpenuhi fasilitas transportasinya.

Pembangunan transportasi di Kabupaten Banyuwangi dapat dikategorikan relatif

maju sejak lima tahun terakhir ini. Meski tergolong kota berkembang, Kota

Banyuwangi memiliki fasilitas cukup memadai dalam bidang transportasi. Untuk

menuju Kota Banyuwangi dapat ditempuh melalui dua jalur besar, satu dari arah

Selatan yaitu Jember serta dari arah Utara yaitu Situbondo. Kedua jalur ini sama-

sama memiliki intensitas yang relatif sama padatnya. Guna menunjang arus lalu

5
Hasil wawancara dengan Dariharto (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.
Banyuwangi). Pada tanggal 17 Maret 2015 di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Banyuwangi, Jalan Ahmad Yani no. 78, Penganjuran-Banyuwangi.
9

lintas yang demikian itu, secara fisik harus didukung dengan adanya ruas jalan

yang memadai pula. Sejak tiga tahun terakhir ruas jalan dibangun oleh Negara,

pemerintah provinsi serta pemerintah kabupaten. Selain ruas jalan dengan kondisi

seluruhnya beraspal, jalur kereta api juga mempunya perananan penting dalam

keikutsertaan memajukan pembangunan disektor transportasi. Transportasi

sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa kontribusanya terhadap

pembangunan pariwisata mempunyai tingkat korelasi positif.

Perkembangan pembangunan pariwisata Kabupaten Banyuwangi bila

ditinjau berdasarkan jumlah objek wisata serta akomodasi dan penunjangnya,

dapat dikategorikan daerah tujuan wisata yang sedang berkembang. Adanya

potensi alam bisa membuat Kabupaten Banyuwangi sebagai tempat singgah bagi

para wisatawan yang akan berkunjung ke Bali atau dari Bali. Idealnya sekarang

ini sudah banyak pembenahan yang dilakukan terhadap objek-objek wisata,

bermunculan fasilitas akomodasi serta adanya event tertentu yang sudah teragenda

secara rutin yang berskala Internasional. Banyuwangi yang letaknya

berseberangan dengan Pulau Bali, bukan menjadi satu-satunya alasan yang paling

mendasar bagi berkembangnya kunjungan wisatawan asing, melainkan karena

budaya khas Banyuwangi yang beraneka ragam serta pesona alamnya yang

menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Banyuwangi.

Pendekatan yang digunakan untuk menghitung banyak wisatawan yang

berkunjung ke Kabupaten Banyuwangi, dengan menghitung jumlah tamu yang

menggunakan jasa akomodasi. Dipilihnya pendekatan ini karena pencatatan secara


10

khusus terhadap wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi masih belum ada,

bahkan pada tingkat provinsi juga masih menggunakan pendekatan yang sama.6

Berdasarkan urutan struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi tahun 2012,

sektor perdagangan hotel dan restoran menempati tempat kedua setelah pertanian.

Akomodasi ialah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau seabagian

dari bangunan yang disediakan secara khusus, dan setiap orang dapat menginap,

makan serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran.

Akomodasi dibedakan antara hotel dan akomodasi lainnya. Ciri khusus dari hotel

adalah mempunyai restoran yang berada dibawah manejemen hotel tersebut. Hotel

berbintang yaitu hotel yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan seperti

persyaratan fisik, bentuk pelayanan yang diberikan, kualifikasi tenaga kerja,

jumlah kamar dan lainnya. Hotel tidak berbintang yaitu hotel yang tidak

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Peran Pemerintah mendorong

masyarakat dalam bidang pariwisata tetapi tidak mungkin untuk membuka sarana

pariwisata seperti membuat hotel, karena hotel membutuhkan modal besar. Jadi

mereka didorong untuk mendirikan homestay atau penginapan. Seperti di sekitar

pantai Pulau Merah telah berdiri 21 homestay kemudian disekitar pantai Bedul

disana ada 13 homestay dan di Kemiren itu ada 70 homestay, banyak lagi di

tempat lain yang mendirikan homestay. Dengan modalnya pas-pasan mereka akan

memanfaatkan rumahnya sebagai homestay.

Kegiatan-kegiatan yang menyangkut perbaikan sosial-ekonomi, fisik,

mental, telah dilaksanakan oleh badan-badan sosial, organisasi sosial, pemerintah,

6
Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2013, (Banyuwangi: Badan Pusat
Statistik, 2013), p. 168.
11

swasta serta kelompok-kelompok masyarakat.7 Pemerintah juga membina

masyarakat dengan program Pemberdayaan Masyarakat sekitar objek wisata,

mereka diberi pengarahan untuk memanfaatkan Banyuwangi yang mempunyai

potensi pariwisata dan mereka ditempatkan mengambil posisi disana dalam

bentuk usaha. Contohnya seperti souvenir atau homestay, yang sesuai dengan

bidang mereka. Itu membuat masyarakat mulai sadar wisata dan bisa mencari

penghasilan disana, inilah dampak pariwisata terhadap masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang munculnya pariwisata di Banyuwangi?

2. Bagaimana perkembangan kepariwisataan di Banyuwangi selama 15

tahun?

3. Dampak apa yang ditimbulkan dari perkembangan pariwisata terhadap

masyarakat Banyuwangi?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai

yaitu :

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam

tentang pariwisata di Banyuwangi pada tahun 2000 sampai 2015, serta

dapat menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa tentang

Kepariwisataan.

7
M. Fadhil Nurdin, Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial, (Bandung: Penerbit
Angkasa, 1990), p. 8.
12

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk memahami latar belakang munculnya pariwisata di

Kabupaten Banyuwangi.

2. Untuk membahas peranan yang diberikan pariwisata terhadap

lingkungan disekitarnya.

3. Untuk menjelaskan perngaruh pariwisata yang terjadi pada

tahun 2000 sampai 2015 terhadap masyarakat di Banyuwangi.

4. Untuk menambah wawasan peneliti khususnya dalam

melakukan penelitian lebih lanjut.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Dapat mengetahui bagaimana perkembangan pariwisata di

Banyuwangi pada tahun 2000 sampai 2015.

b. Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai referensi

bagi pengembangan penelitian yang terkait dengan pariwisata

di Banyuwangi.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam hal-

hal yang berkaitan dengan pariwisata di Banyuwangi.

2. Mendapat pengalaman tentang cara melaksanakan suatu

penelitian, sehingga nantinya dapat melaksanakan penelitian

lebih baik.
13

b. Bagi masyarakat umum

1. Dapat memberikan dokumentasi atau rekaman tertulis

mengenai perkembangan pariwisata pada tahun 2000-2015.

2. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat umum bahwa

pariwisata di Banyuwangi memiliki sejarah yang cukup panjang

dengan berbagai perubahan pada setiap masanya.

1.5 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah suatu bentuk pengkajian pustaka-pustaka

terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian ini dan dipakai sebagai

bahan perbandingan bagi penelitian. Adapun pustaka yang dipergunakan

sebagai acuan dan bahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

I Gede Sandiartha (2000) Perkembangan Pariwisata di Buleleng

(1974 – 1997). Dalam penelitian ini yang menjadi pembahasannya adalah

masalah pariwisata, perkembangan dan dampaknya. Perubahan

masyarakat sebagai dampak dari pembangunan, bisa meningkatkan taraf

kehidupan walaupun disertai dengan munculnya masalah-masalah sosial.

Masalah-masalah sosial itu merupakan gambaran dari dinamika kehidupan

manusia dalam berbagai aktivitasnya. Perhatian, pembinaan, dan

pengembangan sehubungan dengan pelayanan jasa sosial yang ada

didalam skripsi ini adalah masalah perkembangan pariwisata serta

pengaruh pariwisata terhadap masyarakat.

Perkembangan yang dijelaskan dalam skripsi ini mengenai mulai

tumbuhnya jasa industri pariwisata, potensi objek wisata, dan industri

yang mendukung pariwisata. Di daerah yang terdapat lokasi pariwisata


14

akan sangat cepat berkembangan lahan pekerjaan, jasa disini sangat

dibutuhkan seperti pemandu wisata yang dicari wisatawan untuk dapat

mengarahkan para wisatawan. Potensi objek wisata serta industri yang

mendukung pariwisata ini sangat berpengaruh sebagai daya tarik

wisatawan. Skripsi ini menjadi bahan dalam penelitian yaitu tentang

masalah pariwisata yang berpengaruh terhadap masyarakat. Perbedaan

skripsi tersebut dengan penlitian ini yaitu lebih menekankan pariwisata

dalam pengolahan objek wisata melalui industri wisata, sedangkan dalam

penelitian ini sedikit membahasnya.

H. Kodhyat (1996) Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di

Indonesia.8 Dalam buku ini tidak hanya sekedar mencatat rangkaian

peristiwa sejarah dan perkembangan pariwisata secara kronologis. Akan

tetapi, juga membahas berbagai aspek lainnya dari pariwisata sehingga

akan dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang

perkembangan pariwisata itu sendiri. Juga dapat memberikan latar

belakang timbulnya pola dan kecenderungan-kecenderungan baru dalam

perkembangan pariwisata, karena pariwisata mempunyai dimensi yang

sangat luas. Buku ini menjadi bahan dalam penelitian yaitu tentang

pariwisata yang perlu dikaji terlebih dahulu agar penulis bisa memahami,

dan mempunyai persepsi yang sama dan lebih luas. Berbagai dampak

pariwisata terhadap masyarakat maupun lingkungan dibahas disini. Hal ini

dirasakan perlu karena pariwisata merupakan suatu media interaksi atau

8
H. Kodhyat, Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996)
15

suatu fenomena yang menimbulkan interaksi antara manusia dengan

manusia, antara berbagai kelompok masyarakat dengan latar belakang

budayanya, dan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Dampak-

dampak itulah yang kemudian menimbulkan pola dan kecenderungan-

kecenderungan baru dalam pengembangan dan perkembangan pariwisata.

Perbedaannya disini yaitu lebih menguraikan tentang pariwisata dalam

suatu fenomena-fenomena yang menyangkut semua kalangan masyarakat,

sedangakan dalam penelitian ini sedikit membahasnya.

Bambang Sunaryo (2013) Kebijakan Pembangunan Destinasi

Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.9 Dalam buku ini

membahas tentang pariwisata Indonesia yang membutuhkan sumber daya

manusia (SDM) untuk mengelola kepariwisataan sebagai industri strategis

di Indonesia kedepannya, dan membutuhkan banyak pelaku pembangunan

kepariwisataan yang mempunyai pemahaman dan keahlian yang baik

dalam merumuskan kebijakan, program dan strategi pembangunan

kepariwisataan yang cukup mumpuni di Indonesia. Sebagai salah satu

destinasi wisata utama di dunia yang kaya akan daya tarik wisata baik

berupa keindahan alam, kekayaan keanekaragaman budaya maupun

keunikan daya tarik wisata minat khusus yang dikagumi oleh para

wisatawan, sudah semestinya industri kepariwisataan di Indonesia kedepan

harus bisa tampil untuk menjadi sektor strategis. Buku ini menjadi bahan

dalam penelitian yaitu tentang kepariwisataan di Indonesia sebagai

destinasi pariwisata di Dunia. Perbedaannya buku tersebut dengan

9
Bambang Sunaryo, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia, (Yogyakarta: Gava Media, 2013)
16

penelitian ini adalah lebih menekankan sumber daya manusia yang

profesional untuk dapat mengelola kepariwisataan Indonesia dalam

keahlian pelayanan wisata yang prima paling tidak akan dapat tercukupi,

sedangkan dalam penelitian ini sedikit membahasnya.

1.6 Metodologi Yang Digunakan

Dari pendapat Kuntowijoyo, metodologi atau science of methods

adalah ilmu yang membicarakan jalan yang dapat ditempuh oleh penulis

sejarah untuk menemukan kejadian sejarah.10 Sejalan dengannya, Helius

Sjamsuddin berpendapat metodologi adalah ilmu tentang metode yang

berisikan prosedur-prosedur yang harus ditempuh dalam menjaring

informasi sejarah; pertanyaan-pertanyaan yang harus ditanyakan dan

kemungkinan jawaban yang akan diperoleh; tuntutan dalam mengenal

konsep-konsep termasuk teori-teori dari ilmu sosial yang relevan dengan

tema sejarah yang ditulis.11

Metodologi yang digunakan disini adalah metodologi sejarah

sosial. Sejarah sosial mempunyai bahan garapan yang sangat luas dan

beranekaragam. Kebanyakan sejarah sosial juga mempunyai hubungan

erat dengan sejarah ekonomi, sehingga menjadi semacam sejarah sosial-

ekonomi. Dalam tulisan Sartono yang merupakan sejarah sosial pertama

yang ditulis dalama historiografi Indonesia telah digunakan pendekatan-

pendekatan yang memanfaatkan teori dan konsep ilmu-ilmu sosial.

Dengan penggunaan ilmu-ilmu sosial, sejarawan mempunyai kemampuan

10
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Edisi Kedua, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2003), p.xix.
11
Ibid.,p. xix.
17

menerangkan yang lebih jelas, sekalipun harus terikat pada model

teoritisnya. Sejarah sosial dapat mengambil fakta sosial sebagai bahan

kajian, seperti kemiskinan, perbanditan, kekerassan, kriminalisasi dan juga

sebaliknya kelimpah-ruahan, kesalehan, kekesatriaan, pertumbuhan

penduduk, migrasi, dan urbanisasi dapat menjadi sebuah sejarah.

Tema penulisan mengenai Pariwisata di Kabupaten Banyuwangi

yang berhubungan dengan Institusi sosial juga menjadi bahan garapan bagi

sejarah sosial. Institusi sosial juga menarik karena dapat mengungkapkan

asal usul sejarah dari kelembagaan yang tentu mempunyai perspektif ke

depan yang penting. Transformasi masyarakat dengan adanya pembagian

kerja sosial yang semakin rumit dan diferensiasi sosial yang semakin

bercabang.12

Hubungan strategi penulisan sejarah sosial ini berusaha untuk

menjelaskan beberapa model yang dapat diapakai dalam

mengorganisasikan dan mensintesakan tulisan sejarah itu. Model sangat

penting dalam penulisan, baik ilmu-ilmu alam mapun ilmu-ilmu sosial.

Untuk sejarah, model akan memberikan inspirasi heuristik yang berguna

dalam pencarian dan pengumpulan bahan serta penyusunan dari

permasalahan yang akan digarap. Dalam sejarah sosial terdapat model

yang bersifat sinkronis dan diakronis. Dalam sebuah model yang sinkronis

masyarakat digambarkan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari struktur

dan bagiannya. Sebuah model sinkronis lebih mengutamakan lukisan yang

meluas dalam ruang dengan tidak memikirkan terlalu banyak mengenai

12
Ibid.,p. 41.
18

dimensi waktunya. Sebaliknya model yang diakronis lebih mengutamakan

memanjangkan lukisan yang berdimensi waktu, dengan sedikit saja luasan

ruangan. Model sinkronis kebanyakan digunakan oleh ilmu-ilmu sosial

seperti sosiologi, politik, ekonomi, antropologi, dan juga arkeologi,

sedangakan model diakronis digunakan oleh ilmu sejarah. Suatu model

yang umum bagi lukisan sinkronis biasanya dimulai dengan gambaran

tentang lingkungan material dan historis, kemudian sumber-sumber

produksi, konsekuensinya dalam struktur ekonomi seperti masalah

pembagian kerja, tukar-menukar barang, akumulasi, dan distribusi. Model

yang umum ini dapat dipakai dalam penulisan, tetapi sejarawan juga harus

memakai model-model dari ilmu sosial yang diakronis. Model diakronis

menawarkan bukan saja sebuah struktur dan fungsinya, melainkan suatu

gerak dalam waktu dari kejadian-kejadian yang kongkret harus menjadi

tujuan utama dari penulisan sejarah. Dengan kata lain bahwa model

diakronis adalah sebuah model dinamis. Dalam kedua-duanya sebenarnya

model sinkronis dan diakronis adalah suatu kelengkapan.

Dalam penulisan ini, penulis memakai Model Interval, model ini

merupakan kumpulan dari lukisan sinkronis yang diurutkan dalam

kronologis sehingga tampak perkembangaanya, sekalipun tidak tampak

benar hubungan sebab akibat.13 Model ini terpikirkan semisal ketika kita

mendapatkan keterangan dari suatu zaman pada periode tertentu,

kemudian secara kebetulan ada pula keterangan mengenai masyarakat itu

pada periode yang lain, tanpa adanya mata rantai yang menghubungkan

13
Ibid.,p. 52.
19

antara dua periode itu. Demikian seterusnya sehingga urutan lukisan

sinkronis itu dapat menunjukkan secara tak sempurna perkembangan

diakronisme. Prospek dari pendekatan ini dapat dilihat dari kemungkinan

tersedianya sumber sejarah, terutama kalau kita mengingat bahwa sensus

penduduk di Indonesia tidak secara teratur. Dari data-data sensus ini tentu

dapat dilihat perkembangan suatu unit geografis tertentu seperti sebuah

kota Banyuwangi.

1.7 Kerangka Teoritis

Suatu teori adalah kumpulan dari beberapa konsep yang membentuk

suatu pola realitas. Teori adalah suatu pernyataan yang menjelaskan secara

khusus suatu proses, peristiwa, atau fenomena yang didasarkan pada

observasi beberapa fakta, namun tanpa bukti absolut atau langsung.

Beberapa teori membentuk suatu kelompok pertanyaan yang berkaitan

satu sama lain sehingga memberi makna pada suatu rangkaian kejadian.

Teori dapat diuji, diubah, atau digunakan sebagai pemandu riset atau

sebagai dasar evaluasi. Teori diperoleh melalui dua metode pokok, yaitu

secara deduktif dan induktif. Cara deduktif dimulai dengan menguji suatu

gagasan umum, kemudian melakukan tindakan khusus untuk menarik

suatu kesimpulan khusus. Sedangkan dengan cara induktif prosesnya

berlangsung sebaliknya. 14 Teori yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

14
Dikutip dari website pengertianahli dengan alamat :
http://www.pengertianahli.com/2014/04/pengertian-teori-apa-itu-teori.html#_ (diunduh
pada tanggal 1 April 2015).
20

1. Teori Perubahan Sosial

Dalam menganalisa permasalahan mengenai perkembangan

pariwisata di Banyuwangi selama kurun waktu 2000-2015 serta

dampaknya terhadap perubahan sosial budaya dan ekonomi masyarakat

digunakan teori perubahan sosial. Kecenderungan terjadinya perubahan-

perubahan sosial merupakan gejala yang wajar yang timbul dari pergaulan

hidup manusia di dalam masyarakat. Perubahan-perubahan sosial akan

terus berlangsung sepanjang masih terjadi interaksi antar manusia dan

antar masyarakat. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam

unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti

perubahan dalam unsurunsur geografis, biologis, ekonomis, dan

kebudayaan.15 Perubahan-perubahan tersebut dilakukan untuk

menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis.16

Teori perubahan sosial merupakan hal-hal yang berubah dari suatu

waktu ke waktu yang lain, yang dibahas adalah dinamika sosial dari

struktur yang berubah dari waktu ke waktu. Dinamika sosial adalah daya

gerak dari sejarah tersebut, yang pada setiap tahapan evolusi manusia

mendorong kearah tercapainya keseimbangan baru yang tinggi dari suatu

masa ke masa berikutnya. Perubahan sosial ada pada dinamika struktural,

yaitu perubahan atau isu perubahan sosial yang meliputi bagaimana

kecepatnnya, arahnya, agennya, bentuknya serta hambatan-hambatannya.

Perubahan yang terjadi pada struktur sosial berarti menyangkut perubahan


15
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali, 1982), p.
307.
16
Dikutip dari wordpress Teori Perubahan Soial dengan alamat :
https://insancita.wordpress.com/2014/05/12/teori-teori-perubahan-sosial-1/ (diunduh pada
tanggal 1 April 2015).
21

yang mendasar pada jaringan-jaringan hubungan antar sesama individu

sebagai warga masyarakat. Karena itu struktur sosial merupakan alat yang

mengatur keseimbangan perubahan yang dilakukan warga masyarakat

melalui penempatan budaya.17 Dalam kurun waktu 15 tahun telah terjadi

perubahan-perubahan contohnya terjadi perubahan budaya petani ke

budaya pariwisata terutama di objek-objek pariwisata yang berkembang.

Perkembangan hotel dan sarana penunjang wisata lainnya dari tahun ke

tahun rata-rata mengalami peningkatan, yang telah merubah tingkat

perekonomian masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan

pariwisata. Perubahan sosial ekonomi juga mengacu pada perubahan di

bidang ekonomi. Dalam perubahan sosial dan ekonomi ini juga akan

memunculkan ide-ide baru tersebut baik secara cepat atau melalui proses

yang panjang.

2. Teori Pariwisata

Teori ini menekankan kepada pariwisata yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan

sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati

oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini

telah menjadi bagian dari hak azasi manusia. Hal ini terjadi tidak hanya di

negara maju tetapi mulai dirasakan pula di negara berkembang.18

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap

pembangunannya, berusaha membangun pariwisata sebagai salah satu cara


17
Dikutip dari blogspot Teori Perubahan Soial dengan alamat:
http://sopyanasauri.blogspot.com/2012/11/teori Perubahan Sosial-menurut-emile.html.
(diunduh pada tanggal 1 April 2015).
18
Nyoman S. Pendit. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana, (Jakarta:
Pradnya Paramita, 1994), p. 15.
22

untuk mencapai neraca perdagangan luar negeri yang berimbang. Melalui

pariwisata diharapkan pemasukan devisa dapat bertambah. Sebagai mana

diketahui bahwa sektor pariwisata di Indonesia masih menduduki

perananyang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional

sekaligus merupakan salah satu faktor yang sangat strategis untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat dan devisa negara. Pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan ilmu-ilmu sosial secara multidimensional

(multidimentional approach).19

Sebagai suatu aktivitas yang begitu besar pengaruhnya terhadap

kehidupan manusia, pariwisata telah banyak menarik minat akademisi dari

berbagai ilmu untuk mengkajinya. Para pakar mengusulkan agar kajian

tentang pariwisata dikembangkan sebagai suatu disiplin tersendiri, yang

disebut Tourismology. Hal ini didasarkan atas alasan bahwa pariwisata

sebagai suatu fenomena yang kompleks tidak dapat difahami secara

komprehensif dengan menggunakan berbagai perspektif disiplin keilmuan

yang ada sekarang. Pengembangan Tourismology akan memberikan

peluang yang lebih baik untuk mengkaji berbagai masalah kepariwisataan

sebagai suatu fenomena yang luas. Menggunakan pendekatan

epistemologi, ontologi, dan aksiologi, sesungguhnya pariwisata sama

seperti cabang-cabang ilmu yang lain, sehingga dapat disebut sebagai

suatu ilmu tersendiri. Atas pengkajian terhadap berbagai aspek

kepariwisataan itu sendiri, kemudian berkembang dari berbagai disiplin

ilmu lain cabang yang menekuni pariwisata seperti Geografi Pariwisata,

19
Sartono Kartodirdjo, op.cit., pp. 1-4.
23

Psikologi Pariwisata, Ekonomi Pariwisata, Sosiologi Pariwisata,

Antroplogi Pariwisata, dan seterusnya. Penerapan teori pariwisata ini

berguna untuk mengungkapkan permasalahan mengenai kondisi-kondisi

apa saja yang mendukung perkembangan pariwisata di Banyuwangi.

1.8 Kerangka Konsep

Beberapa konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Pariwisata

Pengertian pariwisata secara umum merupakan suatu perjalanan

yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu yang diselenggarakan

dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan meninggalkan tempat

semula dan dengan suatu perencanaan untuk menikmati kegiatan

pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka

ragam. Menurut Badrudin mendefinisikan pariwisata sebagai perjalanan

dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan

maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

atau kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial,budaya,

alam dan ilmu. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka penulis

dapat memberikan pengertian pariwisata adalah suatu perjalanan yang

dilakukan untuk sementara waktu dari satu tempat ke tempat lain yang

mempunyai obyek dan daya tarik wisata untuk dapat dinikmati sebagai

suatu rekreasi atau hiburan yang mendapatkan kepuasan lahir dan batin.

Sedangkan yang disebut wisatawan adalah orang yang mengadakan


24

perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap ditempat yang

didatanginya, atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang

didatanginya.

2. Pengembangan

Pengembangan adalah suatu strategi yang dipergunakan untuk

memajukan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu

objek dan daya tarik wisata sehingga dapat dikunjungi wisatawan serta

mampu memberikan manfaat bagi masyarakat disekitar objek dan daya

tarik wisata maupun pemerintah. Perwilahan di dunia pariwisata adalah

pembagian wilayah pariwisata yang memiliki potensi, wilayah perluasan

tersebut merupakan tempat/daerah yang karena atraksinya, situasinya

dalam hubungan lalu lintas dan fasilitas kepariwisataannya menyebabkan

tempat atau daerah tersebut menjadi obyek kebutuhan wisatawan.20

Disamping itu pengembangan pariwisata bertujuan untuk memberikan

keuntungan bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah. Itulah alasan

dengan adanya pembangunan pariwisata diharapkan mampu meningkatkan

taraf hidup masyarakat melalui keuntungan secara ekonomi yang dibawa

ke kawasan tersebut. Dengan kata lain pengembangan pariwisata melalui

penyediaan fasilitas infrastruktur, wisatawan dan penduduk setempat akan

saling diuntungkan. Pengembangan tersebut hendaknya sangat

memperhatikan berbagai aspek, seperti aspek budaya, sejarah dan ekonomi

daerah tujuan wisata.Karena perlu wujud konkret sebagai bukti dari

partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata, karena tindakan

20
Nyoman S. Pendit, op.cit., p. 71.
25

adalah proses mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana yang paling

tepat.21

3. Daya Tarik Wisata

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun

2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki

keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan

alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau

kunjungan wisatawan. Ada lima unsur penting dalam suatu objek wisata

yaitu (1) Hal-hal yang menarik perhatian para wisatawan atau Attraction

(2) Fasilitas-fasilitas yang diperlukan atau Facilities (3) Infrastruktur dari

objek wisata atau Infrastructure (4) Jasa-jasa pengangkutan atau

Transportation (5) Keramahtamahan, kesediaan untuk menerima tamu

atau Hospitality.

4. Alternatif Wisata

Pengertian alternatif wisata merupakan kecendrungan baru dari

bentuk pariwisata yang dikembangkan selama ini, yang memperhatikan

kualitas pengalaman yang diperoleh wisatawan, kualitas lingkungan,dan

kualitas sosial budaya masyarakat setempat serta kualitas lingkungan, dan

kualitas pengalaman yang dikembangkan selama ini, yang

memperhatikankualitas sosial budaya masyarakat setempat serta kualitas

hidup masyarakat lokal. Pariwisata alternatif merupakan suatu kegiatan

kepariwisataan yang tidak merusak lingkungan, berpihakpada ekologi dan

menghindari dari dampak negatif dari pembangunan pariwisataberskala

21
Margareth M. Poloma. Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992),
p. 421.
26

besar yang dijalankan pada suatu area yang tidak terlalu cepat

pembangunannya.

Berdasarkan pnegertian diatas maka pariwisata alternatif yaitu

suatu objek wisata pilihan lain yang akan dikunjungi wisatawan yang

cenderung melihat pada kualitas lingkungan dan menjaga objek wisata

dengan menghindari dampak negatif dari suatu obyek.

5. Wisata Alam (Ekowisata)

Pengertian tentang wisata alam mengalami perkembangan dari

waktu ke waktu. Namun pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah

suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area

yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan

keutuhan budaya masyarakat setempat. Berdasarkan pengertian diatas

penulis menyimpulkan bahwa Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah

perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau

terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi

dan menikmati pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta

bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada baik dari masa

lampau maupun masa kini.

6. Minat Khusus

Wisata minat khusus petualangan dapat didefinisikan sebagai

bentuk perjalan wisata yang dilakukan di suatu lokasi yang memiliki

atribut fisik yang menekankan unsur tantangan, rekreatif, dan pencapaian

keinginan seorang wisatawan melalui keterlibatan/ interaksi dengan unsur

alam.
27

Wisatawan yang terlibat dalam wisata minat khusus dapat di bagi

menjadi 2 antara lain:

1) Kelompok Ringan (soft Adventure): Kelompok yang melihat

keterlibatan dirinya lebih merupakan keinginan untuk mencoba

aktifitas baru, sehingga tingkat tantangan yang dijalani

cenderung pada tingkat ringan sampai rata-rata.

2) Kelompok Berat (Hard Adventure): Kelompok yang

memandang keikutsertaannya dalam kegiatan wisata minat

khusus petualangan lebih merupakan sebagai tujuan atau

motivasi utama, sehingga cenderung terlibat lebih aktif dan

serius pada kegiatan yang diikuti. Kelompok ini cenderung

mencari produk yang menawarkan tantangan di atas rata-rata.

Berdasarkan pengertian diatas maka pengertian wisata minat

khusus adalah suatu ketertarikan seseorang yang berkaitan dengan hobi

dimana wisatwan akan datang obyek wisata yang memiliki atribut fisik.

1.9 Metode Penelitian dan Sumber

Salah satu masalah yang penting dalam sebuah penulisan karya

ilmiah adalah teori dan metode penulisan karya ilmiah tersebut. Dalam

penulisan sejarah diperlukan suatu alat penelitian yang akan memberikan

bantuan dalam pengumpulan sumber, menilai secara kritis serta

menyajikan hasilnya. Alat yang digunakan oleh sejarawan itu disebut

metode sejarah. Metode sejarah disebutkan sebagai suatu alat yang


28

dimiliki oleh disiplin ilmu sejarah untuk menyusun kisah sejarah. 22 Pada

dasarnya prinsip kerja dari metode sejarah dimulai dengan pengumpulan

sumber-sumber (heuristik) dan memahami isi sumber, melakukan kritik

terhadap sumber-sumber baik yang dilakukan secara ekstern maupun

intern, kemudian memisah-misahkan bagian yang autentik dan tidak

autentik sehingga akan didapatkan fakta sejarah yang kredibel dan dapat

dipertanggungjawabkan. Fakta dianalisa dan disintesakan sehingga

terangkai suatu rentetan fakta sejarah sebagai sebuah penulisan sejarah

yang utuh.23

Proses metode sejarah meliputi empat tahap, yang pertama

heuristik merupakan kegiatan menghimpun jejak-jejak dimasa lampau.

Kegiatan pengumpulan data (heuristik) meliputi kegiatan mencari, dan

menghimpun sumber-sumber sejarah termasuk bahan-bahan tertulis,

tercetak serta sumber lisan yang relevan dengan masalah yang diteliti.

Sumber heuristik terbagi menjadi dua yaitu: pertama, sumber primer yakni

suatu kesaksian dari saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan

panca indera lain atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakan.

Teknik pengumpulan data yang terpenting dalam penelitian ini melalui

sumber lisan (wawancara). Penulis melakukan wawancara dengan

beberapa informan yang mengetahui perkembangan pariwisata di

Banyuwangi. Kedua, sumber sekunder yakni suatu kesaksian dari siapapun

22
Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer, Suatu
Pengalaman, (Jakarta: Yayasan Idayu, 1978), pp. 6-10.
23
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Pengantar Metode Sejarah, terj. Nugroho
Noto Susanto (Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1975), p. 18.
29

yang bukan dari saksi pandang mata, yaitu saksi dari orang yang tidak

hadir pada peristiwa yang dikisahkan.24

Sumber sekunder yang digunakan oleh peneliti adalah : 1. Studi

pustaka : buku-buku yang relevan dan skripsi, 2. Sumber tertulis atau

dokumen: tulisan catatan harian, jurnal dan hasil liputan Koran. Dalam

pengumpulan data, peneliti banyak menggunakan studi pustaka dan

sumber tertulis (dokumen). Selain itu sumber tertulis lainnya didapatkan

dari Perpustakaan Daerah, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Budaya

Universitas Udayana, Perpustakaan Jurusan Ilmu Sejarah Unud, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Badan Pusat Statistik

Banyuwangi, dan kantor Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Banyuwangi.

Sumber-sumber tersebut diantaranya adalah buku, koran dan majalah yang

semuanya berkaitan dengan penulisan karya ilmiah ini. Selain itu, sumber-

sumber tertulis juga diperoleh dari website (internet) yang di-download

berupa berita online dan tulisan-tulisan lainnya yang terkait pada

permasalahan dalam penulisan karya tulis ini.

Kedua, kritik sumber adalah menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah

itu sejati, baik bentuk maupun isi.Kritik ini bertujuan untuk menilai

sumber-sumber yang dibutuhkan dalam penelitian, sehingga sumber-

sumber yang digunakan benar-benar dapat dipercaya. Kritik sumber ada

dua, yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern (kritik luar), yaitu

dengan melakukan kegiatan penelitian terhadap sumber-sumber informan

yang telah dikumpulkan apakah sumber-sumber informasi tersebut benar-

24
Ibid., p.35.
30

benar autentik dan asli sebagai sumber sejarah. Dalam penelitian ini

penulis membandingkan dengan sumber buku yang lain (membandingkan

sumbernya). Ini dilakukan sebagai data penguat dan koreksi. Sedangkan

Kritik intern (kritik dalam), yaitu suatu proses yang dilakukan untuk

membuktikan dapat dipercaya tidaknya (kredibilitas) dan kesahihan

(validitas) dari isi informasi yang telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini,

informasi yang terkumpul dari sekian informasi melalui wawancara,

terencana maupun tidak terencana diteliti atau diuji dengan membanding-

bandingkan informasi antara satu dengan yang lain, sehingga dapat ditarik

kesimpulan untuk mendapatkan informasi yang valid.

Ketiga, interpretasi (Mentafsirkan Data). “Interpretasi sebagai

tindakan menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya mengenai bahan-

bahan yang autentik”25 Interpretasi adalah menetapkan makna dan

menghubungkan data-data yang didapatkan dari sumber yang ada maka

dalam penelitian ini penulis menghubungkan secara kronologis semua

informasi yang ditafsirkan sehingga menjadi rangkaian cerita yang logis.

Keempat, yaitu penulisan sejarah (Historiografi). Historiografi atau

merekonstruksi Sejarah merupakan penyusunan kesaksian yang dapat

dipercaya menjadi kisah atau penyajian yang berarti.26 Tahap ini

merupakan tahap terakhir dari kerja metode penelitian sejarah yaitu

penyajian dalam bentuk penulisan sejarah yang berdasarkan fakta-fakta

yang terpisah-pisah antara satu dengan yang lain. Artinya proses heuristik,

25
Ibid., p.16.
26
Ibid., p.18.
31

kritik, dan interpretasi tidak lengkap tanpa dibuat kesimpulan dalam

bentuk cerita yang disajikan.

Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Banyuwangi. Tidak

secara keseluruhan, tetapi di beberapa tempat yang dirasa sesuai dengan

tema, yakni seperti di Kawah Ijen, Pulau Merah, Teluk Hijau dan di

Baluran. Alasan pemilihan tempat ini karena di tempat tersebut merupakan

daerah pertumbuhan pariwisata. Sehingga penulis tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut dalam perkembangan pariwisata di tempat

tersebut.

1.10 Sistematika Penulisan

Penulisan dari hasil penelitian ini akan disajikan dalam lima bab,

yakni sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi sejarah

yang digunakan, kerangka teori dan konsep, metode penelitian dan

sumber, lokasi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II. Berisi gambaran umum daerah Banyuwangi dan latar belakang

munculnya pariwisata di Banyuwnagi. Gambaran umum ini dilihat dari

segi geografis dan demografis Banyuwangi. Geografis ini berisi tentang

keadaan alam, batas-batas daerah dan iklim di Banyuwangi. Demografi

berisi tentang keadaan masyarakat Banyuwangi yang dapat terbagi dari

jumlah penduduknya, etnisnya, budayanya, mata pencahariannya, dan

kondisi sosial ekonominya.


32

Bab III berisi tentang kepariwisataan di Banyuwangi serta ppotensi objek

wisata di Banyuwangi.

Bab IV berisi tentang peran masyarakat dan pemerintah terhadap

pengembangan pariwisata serta pengaruh perkembang pariwisata terhadap

masyarakat Banyuwangi.

Bab V Simpulan, berisi tentang simpulan yang dapat diambil dari

penjelasan perkembangan pariwisata di Banyuwangi yang dijelaskan

dalam Bab I sampai bab IV.

Anda mungkin juga menyukai