Penuaan merupakan suatu proses kompleks yang ditandai dengan
menurunnya fungsi dan kemampuan seluruh organ tubuh, termasuk kulit untuk memperbaiki sel-sel yang rusak. Proses penuaan yang terjadi pada kulit dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan. Gambaran kulit yang mengalami penuaan dan dampak yang timbul akibat proses penuaan kulit tersebut telah diketahui sejak berabad-abad lalu, namun patogenesis serta mediator yang berperan dalam proses tersebut baru diteliti secara sistematis sejak 50 tahun terakhir. Pada beberapa tahun terakhir ini, penelitian-penelitian mengenai penuaan kulit sangat berkembang dan difokuskan pada proses imunologi, biokimia, serta molekular dasar yang terjadi pada proses penuaan kulit tersebut. Penelitian yang lebih kompleks tersebut didukung dengan perkembangan ilmu gerontologi. Pemahaman mengenai patogenesis penuaan kulit yang kompleks sangat diperlukan agar para klinisi dapat memberikan penjelasan yang tepat mengenai mitos-mitos penuaan kulit yang sebagian dipercayai sebagai fakta pada masyarakat luas. Selain itu, pemahaman yang tepat mengenai patogenesis penuaan kulit dapat membantu para klinisi memberikan terapi yang sesuai dan rasional. PENUAAN KULIT INTRINSIK Penuaan kulit intrinsik terjadi pada seluruh lapisan kulit sehingga lebih menunjukkan terjadinya perubahan fungsi daripada perubahan morfologi secara nyata. Penuaan kulit intrinsik disebabkan kerusakan oksidatif, penuaan sel, perubahan asam amino, dan proses glikosilasi nonenzimatik protein. Gambaran klinis penuaan kulit intrinsik meliputi kulit tampak pucat dan kering, keriput halus, kulit kendur dan beberapa neoplasma jinak. Gambaran patologi ditandai dengan flattening dermal epidermal junction, penurunan selularitas, penipisan lapisan epidermis, berkurangnya pembuluh vaskular dan limfatik, penurunan densitas melanosit dan sel Langerhans, berkurangnya matriks ekstraselular dan collagen metalloproteinases, berkurangnya sinyal transduksi yang memengaruhi fosforilasi protein, penurunan aktivitas growth factor associated mitogen-activated protein kinases dan peningkatan aktivitas stress associated kinases (p38 dan c-jun-amino-terminal kinase) PENUAAN KULIT EKSTRINSIK Penuaan kulit ekstrinsik atau dikenal pula dengan photoaging merupakan kerusakan kulit yang terjadi akibat paparan kronik sinar ultraviolet yang menyebabkan kerusakan secara intrinsik. Gambaran patologi gambaran klinis photoaging meliputi kulit kering disertai pigmen, keriput yang dalam dan halus, atrofi kulit, teleangiektasis multipel, dan beberapa lesi premalignan seperti keratosis aktinik. Gambaran patologi penuaan kulit ekstrinsik ditandai dengan dermal elastosis, deposisi abnormal amorphous elastic material pada papilari dermis, peningkatan sel inflamasi pada dermis, perubahan degeneratif kolagen dan elastic fibers. Perubahan pada lapisan epidermis meliputi perubahan ketebalan lapisan serta tingkat pematangan sel yang tidak teratur, cytologic atypia, dan melanosit tampak tersebar pada lapisan basal. PATOGENESIS PENUAAN KULIT Paparan terhadap sinar ultraviolet meningkatkan ekspresi matriks metaloproteinase (MMP) pada keratinosit (KC) di lapisan luar kulit, dan fibroblas pada jaringan konektif. MMP tersebut selanjutnya menyebabkan degradasi kolagen pada matriks ekstraselular lapisan dermis. Tissue inhibitor matrix metalloproteinases-1 (TIMP-1) berperan dalam menghambat MMP sehingga tidak terjadi proses kerusakan yang lebih luas. Setelah paparan sinar ultraviolet akan terjadi proses perbaikan berupa pembentukan kolagen yang baru. Bila terjadi paparan secara kronik maka proses perbaikan menjadi tidak sempurna dan menyebabkan keriput. (Gambar 1) 1426 ! November 13, 1997 The New England Journal of Medicine Figure 5. Hypothetical Model of the Pathophysiology of Dermal Damage and Photoaging Induced by Ultraviolet Irradiation. Exposure to levels of ultraviolet (UV) light that cause no detectable sunburn induces the expression of matrix metalloproteinases (MMPs) in keratinocytes (KC) in the outer layers of skin, as well as fibroblasts (FB) in connective tissue; these metalloproteinases degrade collagen in the extracellular matrix of the dermis. The extent of matrix destruction is limited by the simultaneous induction of tissue inhibitor of matrix metalloproteinases-1 (TIMP-1), which partially inhibits the activity of matrix metalloproteinases. The breakdown of collagen is followed by synthesis and repair, which, as with all types of wound healing, is imperfect and leaves subtle, clinically undetectable deficits in the organization or composition of the extracellular matrix, or both. Matrix damage, followed by imperfect repair, occurs with each ensuing exposure to the sun, leading to the accumulation of altered matrix (solar scar) and, even tually, observable photoaging (wrinkles). The upper panels with the blue background depict the processes examined in our study, and the upper and lower panels with the yellow background depict hypothetical processes that are consistent with our results. TIMP-1 MMPs UV UV UV UV Degraded collagen Imperfect repair Cumulative solar scar Visible solar scar Wrinkles KC KC KC FB FB FB FB FB FB KC KC KC Collagen breakdown New collagen synthesis Collagen breakdown New collagen synthesis Photoaging Intermittent UV exposure Downloaded from www.nejm.org at UNIV WASHINGTON on July 26, 2003. Copyright (c) 1997 Massachusetts Medical Society. All rights reserved. Gambar 1. Patogenesis penuaan kulit akibat paparan sinar ultraviolet Dikutip dari: Fisher dkk. MITOS DAN FAKTA PADA PENUAAN KULIT Beberapa mitos mengenai penuaan kulit beredar luas di masyarakat dan sering dipercayai sebagai suatu fakta antara lain: 1. Mitos: Keriput hanya terjadi saat sudah tua Fakta: Proses penuaan dimulai pada usia 25-an, berupa menurunnya elastisitas kulit dan kolagen. Namun, gaya hidup yang sehat serta perawatan kulit yang rutin bisa menghambat tanda-tanda penuaan sehingga keriput akan muncul di usia yang lebih tua. 2. Mitos: Botox paling ampuh menghilangkan kerutan Fakta: Botox bukan merupakan satu-satunya metode yang paling ampuh menghilangkan keriput, terdapat beberapa prosedur tindakan lainnya seperti laser, chemical peeling, mikrodermabrasi. 3. Mitos: Kulit orang Asia lebih cepat berkeriput dibandingkan orang kulit putih Fakta: Tipe kulit yang lebih gelap seperti pada orang Asia memiliki melanosit yang lebih banyak sehingga proteksi terhadap sinar ultraviolet lebih tinggi. Meskipun paparan sinar matahari lebih tinggi di Asia, kelembaban udara jauh lebih tinggi di Asia sehingga menjaga kelembaban kulit orang Asia. 4. Mitos: Keriput tidak dipengaruhi hormon, namun kelembapan kulit Fakta: Keriput dipengaruhi oleh beberapa hormon pada tubuh, terutama kortisol yang biasa dihasilkan pada saat stres. Penurunan hormon estrogen juga berpengaruh terhadap timbulnya kerutan pada wajah wanita. Pada pria hormon testosteron juga ikut berperan dalam memicu keriput pada kulit, namun tidak sebesar pengaruh hormon estrogen pada wanita. 5. Mitos: Senam muka dan tertawa cegah keriput Fakta: Tertawa yang terlalu ekspresif dapat menyebabkan otot wajah bergerak berlebihan. Jika diiringi dengan penipisan kulit, dapat menyebabkan bekas lekukan yang disebut dengan keriput mekanis yang sering terjadi di dahi dan mata.6. Mitos: Krim mata dapat menghilangkan kantong mata Fakta: Kantong mata yang sudah terbentuk terjadi akibat berkurangnya elastisitas pada kulit dan timbunan lemak, sehingga tidak dapat dihilangkan dengan krim mata. 7. Mitos: Krim yang memiliki kandungan menyerupai botox dan filler dapat mengurangi kerutan. Fakta: Aplikasi topikal tidak dapat menggantikan fungsi botox dan filler DAFTAR PUSTAKA 1. Yaar M, Gilchrest BA. Aging of skin. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz LI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York: Mc Graw-Hill; 2012. hlm. 963-71. 2. Yaar M, Eller MS, Gilchrest BA. Fifty years of skin aging. JID symposium proceedings. 2002;7: 51-8. 3. Yaar M, Gilchrest BA. Skin aging: postulated mechanism and consequent changes in structure and function. Clin Geriatr Med. 2001;17:617-30. 4. Varani J, Warner RL, Gharace-Kermani M. Vitamin A antagonizes decreased cell growth and elevated collagen degrading matrix metalloproteinases and stimulate collagen accumulation in naturally aged human skin. J Invest Chun 5. Chung JH, Kang S, Varani J, Lin J, Fisher GJ, Voorhees JJ. Decreased extracellular signal-regulated kinase and increase stress-activated MAP kinase activities in aged human skin in vivo. J Invest Dermatol. 2000;115:177-82. 6. Fisher GJ, Wang Z, Datta SC, Varani J, Kang S, Voorhees J. Pathophysiology of premature skin aging induced by ultraviolet light. N Engl J Med. 1997;337:1419-28. 7. 20 beauty myths busted what really works for clear, younger looking skin. diunduh dari: http;//www.CosmeticsCops.com 8. Kolagen kenyalkan wajah. diunduh dari: http://www. Kecantikan.web.id PENATALAKSANAAN INVASIF VS NON-INVASIF PADA PEREMAJAAN KULIT Dr. Savitri Restu Wardhani, dr., SpKK Departemen/SMF IK Kulit dan Kelamin FK Universitas Kristen Maranatha/Rumah Sakit Immanuel Bandung Abstrak Peremajaan kulit adalah upaya mencegah atau menghambat proses penuaan kulit. Proses peremajaan kulit merupakan gabungan antara seni dan ilmu pengetahuan dengan tujuan mengembalikan kondisi kulit dan fungsinya seperti semula. Proses ini dapat dilakukan pada semua orang, baik yang mengalami intrinsic skin aging maupun extrinsic skin aging. Peremajaan kulit dapat dilakukan dengan metode non-invasif dan invasif. Metode peremajaan kulit non-invasif merupakan tindakan dengan risiko minimal, namun hasil yang didapat kurang signifikan, sedangkan metode peremajaan invasif merupakan teknik dengan hasil yang lebih signifikan dengan risiko yang lebih besar. Pemilihan teknik peremajaan kulit bergantung pada masing-masing kondisi kulit. Kata kunci: peremajaan kulit, tindakan non-invasif dan tindakan invasifPENDAHULUAN Penuaan atau proses menua merupakan suatu akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan patologis di dalam sel dan jaringan yang terjadi seiring dengan waktu. 1 Penuaan adalah proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsinya, sehingga tubuh tidak dapat memperbaiki kerusakan tersebut. Proses penuaan merupakan proses fisiologis yang akan terjadi pada semua makhluk hidup yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit. 1,2 Terjadinya proses penuan tidak sama pada setiap orang. Pada orang tertentu proses penuaan terjadi sesuai dengan usianya sedangkan pada orang lain lebih cepat, yang disebut dengan penuaan dini (premature aging). Hal ini tergantung dari berbagai faktor yang memengaruhi termasuk kebiasaan hidup sehat seseorang. Proses penuaan dapat dihambat dengan cara menghindari faktor-faktor yang dapat mempercepat proses penuaan, selain itu dapat juga melakukan tindakan rejuvenation yang termasuk di dalamnya adalah prevention, restoration, dan preservation. 2,3,4,5,6 PROSES PENUAAN PADA KULIT Faktor-faktor yang berperan pada proses penuaan kulit dibedakan menjadi faktor intrinsik dan atau faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan proses penuaan fisiologik yang berlangsung secara ilmiah, disebabkan oleh berbagai faktor di dalam tubuh sendiri. Fenomena ini tidak dapat dihindari dan mengakibatkan perubahan yang menyeluruh sesuai dengan pertambahan usia. Yang termasuk ke dalam faktor intrinsik diantaranya adalah genetik, ras, dan hormonal. Faktor ekstrinsik terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh. Perubahan terutama terjadi pada daerah yang terpajan seperti kulit wajah. Yang termasuk faktor ekstrinsik diantaranya adalah sinar matahari, kelembaban udara, radikal bebas, cara perawatan kulit yang salah, keadaan gizi buruk, stres psikologis, penyakit menahun, dan kehilangan struktur penunjang kulit yang berlebihan seperti penurunan berat badan yang terlalu cepat. 6,7PERUBAHAN YANG TERJADI PADA PROSES PENUAAN Perubahan morfologis pada kulit menua biasanya menggambarkan kombinasi dari gambaran klinis penuaan intrinsik dan ekstrinsik. 6,7 Tabel 1. Perubahan Morfologis pada Penuaan Intrinsik dan Ekstrinsik Penuaan Instrinsik Penuaan Ekstrinsik • Kulit tipis dan halus • Kulit kering • Kerut halus, garis ekspresi lebih dalam • Kulit kendur • Dapat timbul tumor jinak • Kulit menebal dan kasar • Kulit kering • Kerut lebih dalam dan nyata • Bercak pigmentasi tidak terarur • Telangiektasi • Dapat timbul tumor jinak, prekanker, ataupun kanker Perubahan histopatologis yang terjadi pada kulit menua, terjadi pada lapisan epidermis, dermis dan jaringan lain, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2. Perubahan yang Terjadi pada Lapisan Kulit dan Jaringan Lain 6,7 Epidermis Dermis Jaringan Lain - Perataan dermoepidermal junction - Perubahan ketebalan bentuk dan ukuran sel yang bervariasi - Terdapat atipic nuclear - Melanosit berkurang - Sel langerhans berkurang - Atrofi (berkurangnya volume dermis) - Fibroblast berkurang - Sel mast berkurang - Sel darah berkurang - Pemendekan loop kapiler pembuluh saraf abnormal - Depigmentasi rambut - Rambut rontok - Konversi dari rambut terminal - Nail plates abnormal - Kelenjar berkurang PEREMAJAAN KULIT (SKIN REJUVENATION) Upaya mencegah atau menghambat proses menua dan kerusakan kulit merupakan aplikasi dari anti aging medicine dan sering dikenal sebagai istilah peremajaan kulit. Peremajaan kulit adalah gabungan ilmu dan seni, dengan tujuan menjadikan kulit sealamiah mungkin, sehat dan tampak muda. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka diperlukan juga ilmu pengetahuan diantaranya mengetahui anatomi dan fisiologi kulit. Jadi peremajaan kulit haruslah merupakan upaya terpadu. 7,10 Rejuvenation dibagi dalam tiga fase, yaitu fase prevention, restoration, dan preservation. Fase prevention merupakan fase memperlambat dan mencegah onset penuaan, tindakan yang dilakukan berupa menghindari sinar matahari, pemakaian sunblock, dan mengusahakan hidup sehat dengan gizi yang baik, tidak merokok dan olahraga teratur. Fase restoration meliputi berbagai macam prosedur untuk menghilangkan atau mengurangi penuaan kulit (kerutan, kulit kasar, pigmentasi dan lain lain), ada lima prosedur yang termasuk di dalam fase ini, yang pertama skin revival techniques yang terdiri dari pemakaian krim-krim rejuvenation, intense pulsed light dan prosedur laser, tindakan kedua adalah skin resurfacing procedure meliputi tindakan microdermabrasi, chemical peeling, electrosurgery dan laser resurfacing. Selanjutnya disebut skin remodeling procedures, yang termasuk di dalam kelompok ini adalah tindakan injeksi botulinum toxin A, injeksi filler, fractional photothermolysis, dll. Sedangkan tindakan skin redraping procedures meliputi prosedur skin tightening dengan tindakan bedah. 5 Strategi peremajan kulit dapat pula dikelompokkan dalam pendekatan berikut: Tabel 3. Skin antiaging approaches 3 Cosmetological care Daily skin care Correct sun protection Aesthetic non-invasive procedures Topical medicine agents or topical agents Antioxidants Cell regulators Invasive procedures Chemical peelings Visible light devices Intense pulsed light (IPL) Ablative and nonablative laser photo–rejuvenation Radiofrequency (RF) Injectable skin biostimulation and rejuvenation Prevention of dynamic wrinkles Correction of static, anatomical wrinkles Restoration (redistribution) of fat and volume loss, skin augmentation and contouring Systemic agents Hormone replacement therapy AntioxidantsAvoiding of exogenous factors of aging, correction of life style and habits Smoking Pollution Solar UV irradiation Stress Preventive medicine Nutrition, diet restriction and alimentary supplementation Physical activity Control of general health PROGRAM PEREMAJAAN KULIT Program peremajaan kulit terdiri dari tiga fase, fase-fase tersebut adalah fase prevention, fase restoration, dan fase preservation. 5 Fase Prevention Srategi pada fase prevention atau fase pencegahan adalah melakukan gaya hidup yang sehat. Gaya hidup tersebut meliputi makanan sehat, olahraga teratur, menghindari stres, tidak merokok, konsumsi vitamin, dan menghindari sinar matahari yang berlebihan serta menggunakan sunscreen. 5 Sunscreen harus digunakan secara konsisten setiap hari. Penggunaan sunscreen ini dapat dimulai sejak dini. Sunscreen dibagi menjadi chemical absorbers sunscreen dan physical blockers sunscreen. 5 Fase Restoration Tujuan dari strategi fase restoration atau fase perbaikan untuk menghilangkan atau mengurangi penuaan kulit. Secara umum fase restoration terbagi menjadi beberapa prosedur, yakni : 1. Skin revival techniques - Cream Terdapat dua macam komponen yang dapat digunakan: a. Antioksidan Yang termasuk dalam antoksidan adalah Vitamin C, Vitamin E, Vitamin B3, Ubiquinone/Idebenone, dan Squalen. b. Cell Regulators Mempunyai efek langsung terhadap metabolisme kolagen dan produksi serat elastin. Yang termasuk di dalamnya adalah retinols, peptides, dan growth factor. - IPL IPL adalah sinar yang terihat dan bekerja seperti laser tetapi tidak koheren dan tidak monokromatik. Indikasi awalnya adalah untuk vena tungkai- tungkai bawah, lalu bertambah ke telangiektasis, lentiges, poikiloderma, nevus falmmeus, keratosis pilaris, hair removal, dan photorejuvenation. - Prosedur Laser Terdapat beberapa macam tipe laser yang mempunyaI fungsi yang spesifik untuk setiap jenisnya. Berikut beberapa jenis laser yang dihubungkan dengan penuaan kulit yaitu: a. Ablative Laser Carbondioxide dan erbium-YAG termasuk dalam ablative laser, berfungsi untuk menghilangkan tumor kulit yang tidak diinginkan. b. Pigment Laser Termasuk di dalamnya adalah Q-switched Nd:YAG laser, target dari laser ini adalah pigmen pada kulit seperti freckles, lentigenes, dll. c. Vascular Laser Flashlamp pulsed dye laser merupakan vascular laser. Sinar dari laser ini diabsorpsi oleh sel darah merah sehingga menghasilkan panas yang dapat melekatkan pembuluh darah. Laser ini digunakan unuk mengobati pembuluh darah yang berdilatasi (telangiectases). 2. Skin resurfacing procedures Prosedur skin resurfacing bertujuan untuk memperbaiki permukaan (tekstur) kulit menghilangkan tumor jinak kulit yang tidak diinginkan. 5 - Microdermabration Microdermabration adalah prosedur skin resurfacing yang superficial berfungsi untuk mengelupas kulit dengan tujuan menghaluskan dan membuat kulit menjadi cerah. Pengelupasan pada microdermabration terjadi pada lapisan epidermis hingga dermis bagian atas dan membutuhkan waktu beberapa minggu hingga mendapatkan penyembuhan total. Sedangkan dermabration merupakan prosedur peremajaan kulit yang dilakukan dengan mengikis lapis demi lapis lapisan kulit dimulai dari lapisan teratas kulit sampai pada lapisan kulit terdalam sehingga merupakan prosedur yang lebih invasif dan membutuhkan downtime yang panjang dengan risiko yang signifikan. 6,7- Chemical Peeling Pengelupasan kulit atau regenerasi kulit dengan bahan kimia, dikenal juga dengan chemical resurfacing, chemexfoliation atau chemosurgery, yaitu penggunaan satu atau lebih bahan-bahan kimia pada kulit yang berfungsi sebagai pengikis epidermis dan atau dermis. Teknik aplikasi ini dengan cara membuat luka terkontrol dengan tujuan terbentuknya regenerasi atau reepitelialisasi jaringan epidermis dan dermis yang baru. 8,10 Chemical peeling terbagi atas tiga yaitu: a. Chemical peel superficial Hanya mengikis bagian epidermis kulit b. Medium-depth chemical peel Merusak kulit hingga dengan dermis bagian atas c. Depth chemical peel Merusak hingga bagian bawah dermis. - Electrocautery Electrocautery ditemukan pada akhir abad ke-19. Electrocautery berfungsi untuk menghilangkan tumor jinak kulit seperti actinic atau seborrhoeic keratoses, skin tags, hyperplasia sebaceous, dll. 3. Skin remodeling procedures Prosedur remodeling bertujuan untuk mengurangi kerutan dan garis garis kulit. 5 - Botox Toxin botulinum merupakan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, yang dapat menyebabkan paralisis otot dengan merusak transmisi sinyal antara neuromuscular junction (NMJ). Toksin botulinum dihasilkan oleh Clostridium botulinum, yang menghasilkan 7 macam neurotoksin, yaitu tipe A, B, C1, D, E, F dan G, yang memiliki antigen yang berbeda, tetapi memiliki struktur subunit yang homolog. Injeksi botox diindikasikan pemakaiannya pada strabismus, blepharophasme, migraine, cervical cerebral palsy, akhlasia, dystonia otot dan berbagai kelainan pergerakan otot lain. Pada bidang estetik indikasinya adalah pada kerut glabela, kerut daerah lateral mata (crow’s feet), garis kerut horizontal dahi dan lipatan nasolabial. Hiperhidrosis axillar yang menyebabkan bau badan atau hiperhidrosis palmar yang menyebabkan terganggunya kegiatan dapatditanggulangi dengan injeksi botox, juga dapat digunakan untuk peremajaan kulit leher dan dada bagian atas. BTX-A merupakan toxin paling poten dan pertama digunakan di USA dan UK. 6,7,10 - Filler Augmentasi jaringan lunak adalah cara memperbaiki defek kulit dengan menyuntikkan bahan pengisi (filler) di bawah permukaan kulit, tepatnya di dermis. Indikasi umum dari augmentasi atau filler adalah kerut baik superfisial maupun dalam, parut hipotrofik, lipatan nasolabial, garis kerut glabela, lipatan dahi horizontal, garis vertikal perioral, garis periorbital (crow’s feet), menyumpal bentuk bibir agar terlihat berisi dan berbagai defek kulit lainnya. Implan kolagen sebaiknya tidak dilakukan pada penderita dengan riwayat penyakit autoimun, alergi atau hipersensitif terhadap zat yang terkandung di dalam filler, apalagi pada pasien dengan over estimate terhadap tindakan impan ini. Efek samping yang terjadi adalah edema lokal yang bersifat sementara, infeksi intradermal, trombosis pembuluh darah, rasa nyeri yang tidak cepat hilang akibat saraf sensoris terjepit oleh filler. 6,7 - Non-ablative Skin Rejuvenation Merupakan laser dengan fungsi mengurangi kerutan dan memperbaiki tekstur kulit. Jenis-jenis laser yang termasuk di dalam kelompok laser ini adalah 1450nm diode laser, 1320nm dan 1064nm Nd:YAG laser, dan 1540nm Erbium Glass laser. 6,9 - Thread Lift Thread lift merupakan prosedur untuk menaikkan beberapa bagian wajah dengan menggunakan benang khusus tanpa melakukan insisi bedah seperti facelift cara klasik. Terdapat bermacam-macam benang yang dapat digunakan. Proses tanam benang ini bertujuan memperbaiki kulit agar lebih kencang. Anastesi lokal diperlukan dalam prosedur ini. Proses pemulihan cepat dengan efek samping minimal. Hasil bertahan lama kurang lebih selama 3 tahun. 8,10 - Radiofrequency Cara kerja radiofrekuensi adalah dengan menghasilkan gelombang radiofrekuensi untuk memanaskan kolagen dalam dermis menyebabkan kolagen berkontraksi (mengerut) dan mengencang seketika serta merangsang pertumbuhan kolagen baru dalam dermis. Keuntungan prosedur ini adalah downtime yang relatif singkat dan efek samping yang minimal. Efek samping yang terjadi adalah eritem ringan dan hiperprigmentasi sementara. 2,3 - Fractional photothermolysis Resurfacing secara fraksional merupakan variasi baru dalam teori fototermolisis selektif dengan memakai microscopic treatment zones (MTZ) dalam mengatur luas, kedalaman, dan densitas sinar laser pada jaringan. Microscopic treatment zones yang disebabkan oleh pemanasan termal dan kerusakan jaringan berbentuk kolumnar pada epidermis dan dermis sehingga ada bagian kulit yang tidak terkena radiasi sinar laser, hal ini memungkinkan terjadinya penyembuhan secara cepat. Teknik fraksional akan menghantarkan energi tinggi secara mikroskopik fraksional pada target penetrasi di dermis. Teknologi fraksional sangat baik untuk terapi karena efek samping yang ditimbulkan minimal. 9 - Mesotherapy Merupakan prosedur dengan menyuntikkan substansi farmakologi seperti nutrisi, hormon, vitamin, enzim, dan bahan-bahan lainya ke dalam intradermal. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mempertahankan dan memperbaiki tekstur, kekencangan dan kelembaban kulit. 13 - Platelet Rich Plasma Platelet Rich Plasma (PRP) berasal dari fresh whole blood, yang mengandung konsentrasi tinggi berbagai GF platelets, termasuk platelet-derived growth factor (PDGF), transforming growth factor (TGF), vascular endothelial growth factor (VEGF), dan insulin-like growth factor (IGF) yang disekresikan dari α-butiran trombosit terkonsentrasi diaktifkan oleh faktor agregasi. PRP dapat menginduksi sintesis kolagen dan komponen matriks lainnya komponen dengan merangsang aktivasi fibroblast. 3 4. Skin redraping procedures. Prosedur skin redraping bertujuan untuk mengencangkan kembali kulit yang kendor atau sagging dengan cara tindakan bedah seperti facelift. 5Fase Preservation Strategi preservation meliputi tindakan maintenance untuk menjaga hasil atau memperpanjang hasil peremajaan kulit yang sudah didapat dari prosedur-prosedur yang telah dilakukan. 5 PEMILIHAN PENATALAKSANAAN PEREMAJAAN KULIT Penatalaksanaan problem penuaan kulit sangat individual, tergantung dari kondisi kulit seseorang. Sebagai contoh terdapat dua wanita dengan usia sama yaitu 40 tahun. Kasus A hanya mengalami intrinsic skin aging dan kasus B mengalami extrinsic skin aging. Pemilihan prosedur pada kasus A meliputi strategi prevention dan restoration berupa skin revival techniques dan skin resurfacing procedures saja sedangkan pada kasus B dilakukan juga strategi prevention dan restoration yang meliputi skin revival techniques, skin resurfacing procedures, bahkan juga diperlukan skin remodeling procedures. RINGKASAN Proses penuaan kulit adalah proses yang dinamik, dan melibatkan banyak faktor yang dapat berupa dengan penuaan intrinsik dan ekstrinsik. Penatalaksanaan peremajaan kulit merupakan gabungan antara seni dan ilmu pengetahuan yang dapat dilakukan dengan tindakan invasif dan non-invasif ataupun gabungan keduanya. Pemilihan tindakan ini sangat individual tergantung dari keadaan kondisi kulit. DAFTAR PUSTAKA 1. Cunningham W. Aging and Photoaging. In : Baron R, Maibach. HI Editor. Textbook of Cosmetic Dermatology. Ed 2. London : Martin Dunitz Ltd 1998 : 455-67 2. Giacomoni PU. Clinique Laboratories. Advancement in skin aging : the future cosmeceuticals. Clinics in Dermatology (2008) 26, 364-366. 3. Wollina U, Payne CR Aging-well the role of minimally invasive aesthetic dermatological procedures in women over 65. Journal of Cosmetic Dermatology 2010, 9, 50-58 4. Gancevicience R, Liakou AI, Theodoridis A, Makrantonaki E, Zouboulis CC. Skin anti-aging strategies. Dermato-Endokrinology, July-December 2012, 4:3, 308-319 5. Chee Leok G, Sze Hon C. Skin Rejuvenation: What Works, What’s Hype. Singapore : SNP Reference, c2006. p. cm. 6. Soepardiman L. Etiopatogenesis Kulit Menua. Dalam : Wasitaatmadja SM, Menaldi SL, editor. Peremajaan Kulit, Jakarta : Balai Penerbit FK-UI 2003: 1-9 7. Wasitaatmadja SM. Kulit Menua. Dalam : Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Jakarta : UI Press. 1997 : 196-201 8. Baumann L, Saghari S. Chemical Peels. In : Cosmetic Dermatology. Ed 2. Florida : McGraw Hill. 2009 : 148-1629. Silvia MR, Celem LR, Silvia SR, Costa APF. Anti- aging cosmetics : Facts and controversies. Clinic in Dermatology (2013) 31, 750-758. 10. Baumann L. Cosmetic Dermatology. In : Goldsmith La, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolf, K eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8 th ed. Vol 2. New York : McGraw Hill. 2012 : 3018-3057 11. Rona C, Berardesca E. Aging Skin and food suplemen : the myth and the truth. Clinic in Dermatology. 2008 26, 641-47 12. Dayan SH, Basichis BA, Facial Derma Fillers : Selection of Appropriate Product and Techniques. 2008. 335-347 13. Savoia A, Landi S, Baldi A. A new minimally invasive mesotherapy technique for facial rejuvenation. Dermatol Ther (Heidelb)(2013) 3 : 83-93