Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Penuaan merupakan suatu proses kompleks yang ditandai dengan


menurunnya fungsi dan kemampuan seluruh organ tubuh, termasuk kulit
untuk memperbaiki sel-sel yang rusak. Proses penuaan yang terjadi pada kulit
dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan. Gambaran kulit yang mengalami
penuaan dan dampak yang timbul akibat proses penuaan kulit tersebut telah
diketahui sejak berabad-abad lalu, namun patogenesis serta mediator yang
berperan dalam proses tersebut baru diteliti secara sistematis sejak 50 tahun
terakhir. Pada beberapa tahun terakhir ini, penelitian-penelitian mengenai
penuaan kulit sangat berkembang dan difokuskan pada proses imunologi,
biokimia, serta molekular dasar yang terjadi pada proses penuaan kulit
tersebut. Penelitian yang lebih kompleks tersebut didukung dengan
perkembangan ilmu gerontologi.
Pemahaman mengenai patogenesis penuaan kulit yang kompleks sangat
diperlukan agar para klinisi dapat memberikan penjelasan yang tepat
mengenai mitos-mitos penuaan kulit yang sebagian dipercayai sebagai fakta
pada masyarakat luas. Selain itu, pemahaman yang tepat mengenai
patogenesis penuaan kulit dapat membantu para klinisi memberikan terapi
yang sesuai dan rasional.
PENUAAN KULIT INTRINSIK
Penuaan kulit intrinsik terjadi pada seluruh lapisan kulit sehingga lebih
menunjukkan terjadinya perubahan fungsi daripada perubahan morfologi
secara nyata. Penuaan kulit intrinsik disebabkan kerusakan oksidatif, penuaan
sel, perubahan asam amino, dan proses glikosilasi nonenzimatik protein.
Gambaran klinis penuaan kulit intrinsik meliputi kulit tampak pucat dan kering,
keriput halus, kulit kendur dan beberapa neoplasma jinak. Gambaran patologi
ditandai dengan flattening dermal epidermal junction, penurunan selularitas,
penipisan lapisan epidermis, berkurangnya pembuluh vaskular dan limfatik,
penurunan densitas melanosit dan sel Langerhans, berkurangnya matriks
ekstraselular dan collagen metalloproteinases, berkurangnya sinyal transduksi
yang memengaruhi fosforilasi protein, penurunan aktivitas growth factor
associated mitogen-activated protein kinases dan peningkatan aktivitas stress
associated kinases (p38 dan c-jun-amino-terminal kinase)
PENUAAN KULIT EKSTRINSIK
Penuaan kulit ekstrinsik atau dikenal pula dengan photoaging merupakan
kerusakan kulit yang terjadi akibat paparan kronik sinar ultraviolet yang
menyebabkan kerusakan secara intrinsik. Gambaran patologi gambaran klinis
photoaging meliputi kulit kering disertai pigmen, keriput yang dalam dan
halus, atrofi kulit, teleangiektasis multipel, dan beberapa lesi premalignan
seperti keratosis aktinik. Gambaran patologi penuaan kulit ekstrinsik ditandai
dengan dermal elastosis, deposisi abnormal amorphous elastic material pada
papilari dermis, peningkatan sel inflamasi pada dermis, perubahan degeneratif
kolagen dan elastic fibers. Perubahan pada lapisan epidermis meliputi
perubahan ketebalan lapisan serta tingkat pematangan sel yang tidak teratur,
cytologic atypia, dan melanosit tampak tersebar pada lapisan basal.
PATOGENESIS PENUAAN KULIT
Paparan terhadap sinar ultraviolet meningkatkan ekspresi matriks
metaloproteinase (MMP) pada keratinosit (KC) di lapisan luar kulit, dan
fibroblas pada jaringan konektif. MMP tersebut selanjutnya menyebabkan
degradasi kolagen pada matriks ekstraselular lapisan dermis. Tissue inhibitor
matrix metalloproteinases-1 (TIMP-1) berperan dalam menghambat MMP
sehingga tidak terjadi proses kerusakan yang lebih luas. Setelah paparan sinar
ultraviolet akan terjadi proses perbaikan berupa pembentukan kolagen yang
baru. Bila terjadi paparan secara kronik maka proses perbaikan menjadi tidak
sempurna dan menyebabkan keriput. (Gambar 1)
1426 ! November 13, 1997
The New England Journal of Medicine
Figure 5. Hypothetical Model of the Pathophysiology of Dermal Damage and
Photoaging Induced by Ultraviolet Irradiation.
Exposure to levels of ultraviolet (UV) light that cause no detectable sunburn induces
the expression of matrix metalloproteinases
(MMPs) in keratinocytes (KC) in the outer layers of skin, as well as fibroblasts (FB)
in connective tissue; these metalloproteinases
degrade collagen in the extracellular matrix of the dermis. The extent of matrix
destruction is limited by the simultaneous induction
of tissue inhibitor of matrix metalloproteinases-1 (TIMP-1), which partially inhibits
the activity of matrix metalloproteinases. The
breakdown of collagen is followed by synthesis and repair, which, as with all types of
wound healing, is imperfect and leaves subtle,
clinically undetectable deficits in the organization or composition of the extracellular
matrix, or both. Matrix damage, followed by
imperfect repair, occurs with each ensuing exposure to the sun, leading to the
accumulation of altered matrix (solar scar) and, even
tually, observable photoaging (wrinkles). The upper panels with the blue background
depict the processes examined in our study,
and the upper and lower panels with the yellow background depict hypothetical
processes that are consistent with our results.
TIMP-1
MMPs
UV UV
UV UV
Degraded
collagen
Imperfect
repair
Cumulative
solar scar
Visible
solar scar
Wrinkles
KC KC KC
FB FB FB
FB FB FB
KC KC KC
Collagen
breakdown
New collagen
synthesis
Collagen
breakdown
New collagen
synthesis
Photoaging
Intermittent UV exposure
Downloaded from www.nejm.org at UNIV WASHINGTON on July 26, 2003.
Copyright (c) 1997 Massachusetts Medical Society. All rights reserved.
Gambar 1. Patogenesis penuaan kulit akibat paparan sinar ultraviolet
Dikutip dari: Fisher dkk.
MITOS DAN FAKTA PADA PENUAAN KULIT
Beberapa mitos mengenai penuaan kulit beredar luas di masyarakat dan
sering dipercayai sebagai suatu fakta antara lain:
1. Mitos: Keriput hanya terjadi saat sudah tua
Fakta: Proses penuaan dimulai pada usia 25-an, berupa menurunnya
elastisitas kulit dan kolagen. Namun, gaya hidup yang sehat serta
perawatan kulit yang rutin bisa menghambat tanda-tanda penuaan
sehingga keriput akan muncul di usia yang lebih tua.
2. Mitos: Botox paling ampuh menghilangkan kerutan
Fakta: Botox bukan merupakan satu-satunya metode yang paling ampuh
menghilangkan keriput, terdapat beberapa prosedur tindakan lainnya
seperti laser, chemical peeling, mikrodermabrasi.
3. Mitos: Kulit orang Asia lebih cepat berkeriput dibandingkan orang kulit
putih
Fakta: Tipe kulit yang lebih gelap seperti pada orang Asia memiliki
melanosit yang lebih banyak sehingga proteksi terhadap sinar ultraviolet
lebih tinggi. Meskipun paparan sinar matahari lebih tinggi di Asia,
kelembaban udara jauh lebih tinggi di Asia sehingga menjaga kelembaban
kulit orang Asia.
4. Mitos: Keriput tidak dipengaruhi hormon, namun kelembapan kulit
Fakta: Keriput dipengaruhi oleh beberapa hormon pada tubuh, terutama
kortisol yang biasa dihasilkan pada saat stres. Penurunan hormon estrogen
juga berpengaruh terhadap timbulnya kerutan pada wajah wanita. Pada
pria hormon testosteron juga ikut berperan dalam memicu keriput pada
kulit, namun tidak sebesar pengaruh hormon estrogen pada wanita.
5. Mitos: Senam muka dan tertawa cegah keriput
Fakta: Tertawa yang terlalu ekspresif dapat menyebabkan otot wajah
bergerak berlebihan. Jika diiringi dengan penipisan kulit, dapat
menyebabkan bekas lekukan yang disebut dengan keriput mekanis yang
sering terjadi di dahi dan mata.6. Mitos: Krim mata dapat menghilangkan kantong
mata
Fakta: Kantong mata yang sudah terbentuk terjadi akibat berkurangnya
elastisitas pada kulit dan timbunan lemak, sehingga tidak dapat
dihilangkan dengan krim mata.
7. Mitos: Krim yang memiliki kandungan menyerupai botox dan filler dapat
mengurangi kerutan.
Fakta: Aplikasi topikal tidak dapat menggantikan fungsi botox dan filler
DAFTAR PUSTAKA
1. Yaar M, Gilchrest BA. Aging of skin. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz LI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting. Fitzpatrick’s dermatology in
general medicine. Edisi ke-8. New York: Mc Graw-Hill; 2012. hlm. 963-71.
2. Yaar M, Eller MS, Gilchrest BA. Fifty years of skin aging. JID symposium
proceedings. 2002;7: 51-8.
3. Yaar M, Gilchrest BA. Skin aging: postulated mechanism and consequent
changes in structure and function. Clin Geriatr Med. 2001;17:617-30.
4. Varani J, Warner RL, Gharace-Kermani M. Vitamin A antagonizes
decreased cell growth and elevated collagen degrading matrix
metalloproteinases and stimulate collagen accumulation in naturally aged
human skin. J Invest Chun
5. Chung JH, Kang S, Varani J, Lin J, Fisher GJ, Voorhees JJ. Decreased
extracellular signal-regulated kinase and increase stress-activated MAP
kinase activities in aged human skin in vivo. J Invest Dermatol.
2000;115:177-82.
6. Fisher GJ, Wang Z, Datta SC, Varani J, Kang S, Voorhees J. Pathophysiology
of premature skin aging induced by ultraviolet light. N Engl J Med.
1997;337:1419-28.
7. 20 beauty myths busted what really works for clear, younger looking skin.
diunduh dari: http;//www.CosmeticsCops.com
8. Kolagen kenyalkan wajah. diunduh dari: http://www. Kecantikan.web.id
PENATALAKSANAAN INVASIF VS NON-INVASIF
PADA PEREMAJAAN KULIT
Dr. Savitri Restu Wardhani, dr., SpKK
Departemen/SMF IK Kulit dan Kelamin
FK Universitas Kristen Maranatha/Rumah Sakit Immanuel Bandung
Abstrak
Peremajaan kulit adalah upaya mencegah atau menghambat proses
penuaan kulit. Proses peremajaan kulit merupakan gabungan antara seni dan
ilmu pengetahuan dengan tujuan mengembalikan kondisi kulit dan fungsinya
seperti semula. Proses ini dapat dilakukan pada semua orang, baik yang
mengalami intrinsic skin aging maupun extrinsic skin aging. Peremajaan kulit
dapat dilakukan dengan metode non-invasif dan invasif. Metode peremajaan
kulit non-invasif merupakan tindakan dengan risiko minimal, namun hasil yang
didapat kurang signifikan, sedangkan metode peremajaan invasif merupakan
teknik dengan hasil yang lebih signifikan dengan risiko yang lebih besar.
Pemilihan teknik peremajaan kulit bergantung pada masing-masing kondisi
kulit.
Kata kunci: peremajaan kulit, tindakan non-invasif dan tindakan
invasifPENDAHULUAN
Penuaan atau proses menua merupakan suatu akumulasi secara progresif
dari berbagai perubahan patologis di dalam sel dan jaringan yang terjadi
seiring dengan waktu.
1
Penuaan adalah proses menghilangnya kemampuan
jaringan secara perlahan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan
struktur serta fungsinya, sehingga tubuh tidak dapat memperbaiki kerusakan
tersebut. Proses penuaan merupakan proses fisiologis yang akan terjadi pada
semua makhluk hidup yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit.
1,2
Terjadinya proses penuan tidak sama pada setiap orang. Pada orang tertentu
proses penuaan terjadi sesuai dengan usianya sedangkan pada orang lain lebih
cepat, yang disebut dengan penuaan dini (premature aging). Hal ini
tergantung dari berbagai faktor yang memengaruhi termasuk kebiasaan hidup
sehat seseorang. Proses penuaan dapat dihambat dengan cara menghindari
faktor-faktor yang dapat mempercepat proses penuaan, selain itu dapat juga
melakukan tindakan rejuvenation yang termasuk di dalamnya adalah
prevention, restoration, dan preservation.
2,3,4,5,6
PROSES PENUAAN PADA KULIT
Faktor-faktor yang berperan pada proses penuaan kulit dibedakan menjadi
faktor intrinsik dan atau faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan proses
penuaan fisiologik yang berlangsung secara ilmiah, disebabkan oleh berbagai
faktor di dalam tubuh sendiri. Fenomena ini tidak dapat dihindari dan
mengakibatkan perubahan yang menyeluruh sesuai dengan pertambahan
usia. Yang termasuk ke dalam faktor intrinsik diantaranya adalah genetik, ras,
dan hormonal. Faktor ekstrinsik terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh.
Perubahan terutama terjadi pada daerah yang terpajan seperti kulit wajah.
Yang termasuk faktor ekstrinsik diantaranya adalah sinar matahari,
kelembaban udara, radikal bebas, cara perawatan kulit yang salah, keadaan
gizi buruk, stres psikologis, penyakit menahun, dan kehilangan struktur
penunjang kulit yang berlebihan seperti penurunan berat badan yang terlalu
cepat.
6,7PERUBAHAN YANG TERJADI PADA PROSES PENUAAN
Perubahan morfologis pada kulit menua biasanya menggambarkan
kombinasi dari gambaran klinis penuaan intrinsik dan ekstrinsik.
6,7
Tabel 1. Perubahan Morfologis pada Penuaan Intrinsik dan Ekstrinsik
Penuaan Instrinsik Penuaan Ekstrinsik
• Kulit tipis dan halus
• Kulit kering
• Kerut halus, garis
ekspresi lebih dalam
• Kulit kendur
• Dapat timbul tumor
jinak
• Kulit menebal dan kasar
• Kulit kering
• Kerut lebih dalam dan nyata
• Bercak pigmentasi tidak terarur
• Telangiektasi
• Dapat timbul tumor jinak,
prekanker, ataupun kanker
Perubahan histopatologis yang terjadi pada kulit menua, terjadi pada
lapisan epidermis, dermis dan jaringan lain, dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 2. Perubahan yang Terjadi pada Lapisan Kulit dan Jaringan Lain
6,7
Epidermis Dermis Jaringan Lain
- Perataan
dermoepidermal
junction
- Perubahan ketebalan
bentuk dan ukuran sel
yang bervariasi
- Terdapat atipic nuclear
- Melanosit berkurang
- Sel langerhans
berkurang
- Atrofi (berkurangnya
volume dermis)
- Fibroblast berkurang
- Sel mast berkurang
- Sel darah berkurang
- Pemendekan loop
kapiler pembuluh saraf
abnormal
- Depigmentasi
rambut
- Rambut rontok
- Konversi dari
rambut
terminal
- Nail plates
abnormal
- Kelenjar
berkurang
PEREMAJAAN KULIT (SKIN REJUVENATION)
Upaya mencegah atau menghambat proses menua dan kerusakan kulit
merupakan aplikasi dari anti aging medicine dan sering dikenal sebagai istilah
peremajaan kulit.
Peremajaan kulit adalah gabungan ilmu dan seni, dengan tujuan
menjadikan kulit sealamiah mungkin, sehat dan tampak muda. Untuk
mendapatkan hasil yang optimal, maka diperlukan juga ilmu pengetahuan diantaranya
mengetahui anatomi dan fisiologi kulit. Jadi peremajaan kulit
haruslah merupakan upaya terpadu.
7,10
Rejuvenation dibagi dalam tiga fase, yaitu fase prevention, restoration, dan
preservation. Fase prevention merupakan fase memperlambat dan mencegah
onset penuaan, tindakan yang dilakukan berupa menghindari sinar matahari,
pemakaian sunblock, dan mengusahakan hidup sehat dengan gizi yang baik,
tidak merokok dan olahraga teratur. Fase restoration meliputi berbagai
macam prosedur untuk menghilangkan atau mengurangi penuaan kulit
(kerutan, kulit kasar, pigmentasi dan lain lain), ada lima prosedur yang
termasuk di dalam fase ini, yang pertama skin revival techniques yang terdiri
dari pemakaian krim-krim rejuvenation, intense pulsed light dan prosedur
laser, tindakan kedua adalah skin resurfacing procedure meliputi tindakan
microdermabrasi, chemical peeling, electrosurgery dan laser resurfacing.
Selanjutnya disebut skin remodeling procedures, yang termasuk di dalam
kelompok ini adalah tindakan injeksi botulinum toxin A, injeksi filler, fractional
photothermolysis, dll. Sedangkan tindakan skin redraping procedures meliputi
prosedur skin tightening dengan tindakan bedah.
5
Strategi peremajan kulit dapat pula dikelompokkan dalam pendekatan berikut:
Tabel 3. Skin antiaging approaches
3
Cosmetological care Daily skin care
Correct sun protection
Aesthetic non-invasive procedures
Topical medicine agents
or topical agents
Antioxidants
Cell regulators
Invasive procedures Chemical peelings
Visible light devices
Intense pulsed light (IPL)
Ablative and nonablative laser photo–rejuvenation
Radiofrequency (RF)
Injectable skin biostimulation and rejuvenation
Prevention of dynamic wrinkles
Correction of static, anatomical wrinkles
Restoration (redistribution) of fat and volume loss, skin
augmentation and contouring
Systemic agents Hormone replacement therapy
AntioxidantsAvoiding of exogenous
factors of aging,
correction of life style
and habits
Smoking
Pollution
Solar UV irradiation
Stress
Preventive medicine Nutrition, diet restriction and alimentary supplementation
Physical activity
Control of general health
PROGRAM PEREMAJAAN KULIT
Program peremajaan kulit terdiri dari tiga fase, fase-fase tersebut adalah
fase prevention, fase restoration, dan fase preservation.
5
Fase Prevention
Srategi pada fase prevention atau fase pencegahan adalah melakukan gaya
hidup yang sehat. Gaya hidup tersebut meliputi makanan sehat, olahraga
teratur, menghindari stres, tidak merokok, konsumsi vitamin, dan menghindari
sinar matahari yang berlebihan serta menggunakan sunscreen.
5
Sunscreen harus digunakan secara konsisten setiap hari. Penggunaan
sunscreen ini dapat dimulai sejak dini. Sunscreen dibagi menjadi chemical
absorbers sunscreen dan physical blockers sunscreen.
5
Fase Restoration
Tujuan dari strategi fase restoration atau fase perbaikan untuk
menghilangkan atau mengurangi penuaan kulit. Secara umum fase restoration
terbagi menjadi beberapa prosedur, yakni :
1. Skin revival techniques
- Cream
Terdapat dua macam komponen yang dapat digunakan:
a. Antioksidan
Yang termasuk dalam antoksidan adalah Vitamin C, Vitamin E,
Vitamin B3, Ubiquinone/Idebenone, dan Squalen.
b. Cell Regulators
Mempunyai efek langsung terhadap metabolisme kolagen dan
produksi serat elastin. Yang termasuk di dalamnya adalah
retinols, peptides, dan growth factor.
- IPL
IPL adalah sinar yang terihat dan bekerja seperti laser tetapi tidak
koheren dan tidak monokromatik. Indikasi awalnya adalah untuk vena tungkai-
tungkai bawah, lalu bertambah ke telangiektasis, lentiges,
poikiloderma, nevus falmmeus, keratosis pilaris, hair removal, dan
photorejuvenation.
- Prosedur Laser
Terdapat beberapa macam tipe laser yang mempunyaI fungsi yang
spesifik untuk setiap jenisnya. Berikut beberapa jenis laser yang
dihubungkan dengan penuaan kulit yaitu:
a. Ablative Laser
Carbondioxide dan erbium-YAG termasuk dalam ablative laser,
berfungsi untuk menghilangkan tumor kulit yang tidak
diinginkan.
b. Pigment Laser
Termasuk di dalamnya adalah Q-switched Nd:YAG laser, target
dari laser ini adalah pigmen pada kulit seperti freckles,
lentigenes, dll.
c. Vascular Laser
Flashlamp pulsed dye laser merupakan vascular laser. Sinar dari
laser ini diabsorpsi oleh sel darah merah sehingga menghasilkan
panas yang dapat melekatkan pembuluh darah. Laser ini
digunakan unuk mengobati pembuluh darah yang berdilatasi
(telangiectases).
2. Skin resurfacing procedures
Prosedur skin resurfacing bertujuan untuk memperbaiki permukaan
(tekstur) kulit menghilangkan tumor jinak kulit yang tidak diinginkan.
5
- Microdermabration
Microdermabration adalah prosedur skin resurfacing yang superficial
berfungsi untuk mengelupas kulit dengan tujuan menghaluskan dan
membuat kulit menjadi cerah. Pengelupasan pada microdermabration
terjadi pada lapisan epidermis hingga dermis bagian atas dan
membutuhkan waktu beberapa minggu hingga mendapatkan
penyembuhan total. Sedangkan dermabration merupakan prosedur
peremajaan kulit yang dilakukan dengan mengikis lapis demi lapis
lapisan kulit dimulai dari lapisan teratas kulit sampai pada lapisan
kulit terdalam sehingga merupakan prosedur yang lebih invasif dan
membutuhkan downtime yang panjang dengan risiko yang
signifikan.
6,7- Chemical Peeling
Pengelupasan kulit atau regenerasi kulit dengan bahan kimia, dikenal
juga dengan chemical resurfacing, chemexfoliation atau
chemosurgery, yaitu penggunaan satu atau lebih bahan-bahan
kimia pada kulit yang berfungsi sebagai pengikis epidermis dan atau
dermis. Teknik aplikasi ini dengan cara membuat luka terkontrol
dengan tujuan terbentuknya regenerasi atau reepitelialisasi jaringan
epidermis dan dermis yang baru.
8,10
Chemical peeling terbagi atas tiga yaitu:
a. Chemical peel superficial
Hanya mengikis bagian epidermis kulit
b. Medium-depth chemical peel
Merusak kulit hingga dengan dermis bagian atas
c. Depth chemical peel
Merusak hingga bagian bawah dermis.
- Electrocautery
Electrocautery ditemukan pada akhir abad ke-19. Electrocautery
berfungsi untuk menghilangkan tumor jinak kulit seperti actinic atau
seborrhoeic keratoses, skin tags, hyperplasia sebaceous, dll.
3. Skin remodeling procedures
Prosedur remodeling bertujuan untuk mengurangi kerutan dan garis
garis kulit.
5
- Botox
Toxin botulinum merupakan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium
botulinum, yang dapat menyebabkan paralisis otot dengan merusak
transmisi sinyal antara neuromuscular junction (NMJ). Toksin
botulinum dihasilkan oleh Clostridium botulinum, yang menghasilkan
7 macam neurotoksin, yaitu tipe A, B, C1, D, E, F dan G, yang memiliki
antigen yang berbeda, tetapi memiliki struktur subunit yang homolog.
Injeksi botox diindikasikan pemakaiannya pada strabismus,
blepharophasme, migraine, cervical cerebral palsy, akhlasia, dystonia
otot dan berbagai kelainan pergerakan otot lain. Pada bidang estetik
indikasinya adalah pada kerut glabela, kerut daerah lateral mata
(crow’s feet), garis kerut horizontal dahi dan lipatan nasolabial.
Hiperhidrosis axillar yang menyebabkan bau badan atau hiperhidrosis
palmar yang menyebabkan terganggunya kegiatan dapatditanggulangi dengan injeksi
botox, juga dapat digunakan untuk
peremajaan kulit leher dan dada bagian atas. BTX-A merupakan toxin
paling poten dan pertama digunakan di USA dan UK.
6,7,10
- Filler
Augmentasi jaringan lunak adalah cara memperbaiki defek kulit
dengan menyuntikkan bahan pengisi (filler) di bawah permukaan
kulit, tepatnya di dermis. Indikasi umum dari augmentasi atau filler
adalah kerut baik superfisial maupun dalam, parut hipotrofik, lipatan
nasolabial, garis kerut glabela, lipatan dahi horizontal, garis vertikal
perioral, garis periorbital (crow’s feet), menyumpal bentuk bibir agar
terlihat berisi dan berbagai defek kulit lainnya. Implan kolagen
sebaiknya tidak dilakukan pada penderita dengan riwayat penyakit
autoimun, alergi atau hipersensitif terhadap zat yang terkandung di
dalam filler, apalagi pada pasien dengan over estimate terhadap
tindakan impan ini. Efek samping yang terjadi adalah edema lokal
yang bersifat sementara, infeksi intradermal, trombosis pembuluh
darah, rasa nyeri yang tidak cepat hilang akibat saraf sensoris terjepit
oleh filler.
6,7
- Non-ablative Skin Rejuvenation
Merupakan laser dengan fungsi mengurangi kerutan dan
memperbaiki tekstur kulit. Jenis-jenis laser yang termasuk di dalam
kelompok laser ini adalah 1450nm diode laser, 1320nm dan 1064nm
Nd:YAG laser, dan 1540nm Erbium Glass laser.
6,9
- Thread Lift
Thread lift merupakan prosedur untuk menaikkan beberapa bagian
wajah dengan menggunakan benang khusus tanpa melakukan insisi
bedah seperti facelift cara klasik. Terdapat bermacam-macam benang
yang dapat digunakan. Proses tanam benang ini bertujuan
memperbaiki kulit agar lebih kencang. Anastesi lokal diperlukan
dalam prosedur ini. Proses pemulihan cepat dengan efek samping
minimal. Hasil bertahan lama kurang lebih selama 3 tahun.
8,10
- Radiofrequency
Cara kerja radiofrekuensi adalah dengan menghasilkan gelombang
radiofrekuensi untuk memanaskan kolagen dalam dermis
menyebabkan kolagen berkontraksi (mengerut) dan mengencang seketika serta
merangsang pertumbuhan kolagen baru dalam dermis.
Keuntungan prosedur ini adalah downtime yang relatif singkat dan
efek samping yang minimal. Efek samping yang terjadi adalah eritem
ringan dan hiperprigmentasi sementara.
2,3
- Fractional photothermolysis
Resurfacing secara fraksional merupakan variasi baru dalam teori
fototermolisis selektif dengan memakai microscopic treatment zones
(MTZ) dalam mengatur luas, kedalaman, dan densitas sinar laser pada
jaringan. Microscopic treatment zones yang disebabkan oleh
pemanasan termal dan kerusakan jaringan berbentuk kolumnar pada
epidermis dan dermis sehingga ada bagian kulit yang tidak terkena
radiasi sinar laser, hal ini memungkinkan terjadinya penyembuhan
secara cepat. Teknik fraksional akan menghantarkan energi tinggi
secara mikroskopik fraksional pada target penetrasi di dermis.
Teknologi fraksional sangat baik untuk terapi karena efek samping
yang ditimbulkan minimal.
9
- Mesotherapy
Merupakan prosedur dengan menyuntikkan substansi farmakologi
seperti nutrisi, hormon, vitamin, enzim, dan bahan-bahan lainya ke
dalam intradermal. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk
mempertahankan dan memperbaiki tekstur, kekencangan dan
kelembaban kulit.
13
- Platelet Rich Plasma
Platelet Rich Plasma (PRP) berasal dari fresh whole blood, yang
mengandung konsentrasi tinggi berbagai GF platelets, termasuk
platelet-derived growth factor (PDGF), transforming growth factor
(TGF), vascular endothelial growth factor (VEGF), dan insulin-like
growth factor (IGF) yang disekresikan dari α-butiran trombosit
terkonsentrasi diaktifkan oleh faktor agregasi. PRP dapat menginduksi
sintesis kolagen dan komponen matriks lainnya komponen dengan
merangsang aktivasi fibroblast.
3
4. Skin redraping procedures.
Prosedur skin redraping bertujuan untuk mengencangkan kembali
kulit yang kendor atau sagging dengan cara tindakan bedah seperti
facelift.
5Fase Preservation
Strategi preservation meliputi tindakan maintenance untuk menjaga hasil
atau memperpanjang hasil peremajaan kulit yang sudah didapat dari
prosedur-prosedur yang telah dilakukan.
5
PEMILIHAN PENATALAKSANAAN PEREMAJAAN KULIT
Penatalaksanaan problem penuaan kulit sangat individual, tergantung dari
kondisi kulit seseorang. Sebagai contoh terdapat dua wanita dengan usia sama
yaitu 40 tahun. Kasus A hanya mengalami intrinsic skin aging dan kasus B
mengalami extrinsic skin aging. Pemilihan prosedur pada kasus A meliputi
strategi prevention dan restoration berupa skin revival techniques dan skin
resurfacing procedures saja sedangkan pada kasus B dilakukan juga strategi
prevention dan restoration yang meliputi skin revival techniques, skin
resurfacing procedures, bahkan juga diperlukan skin remodeling procedures.
RINGKASAN
Proses penuaan kulit adalah proses yang dinamik, dan melibatkan banyak
faktor yang dapat berupa dengan penuaan intrinsik dan ekstrinsik.
Penatalaksanaan peremajaan kulit merupakan gabungan antara seni dan ilmu
pengetahuan yang dapat dilakukan dengan tindakan invasif dan non-invasif
ataupun gabungan keduanya. Pemilihan tindakan ini sangat individual
tergantung dari keadaan kondisi kulit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham W. Aging and Photoaging. In : Baron R, Maibach. HI Editor.
Textbook
of Cosmetic Dermatology. Ed 2. London : Martin Dunitz Ltd 1998 : 455-67
2. Giacomoni PU. Clinique Laboratories. Advancement in skin aging : the future
cosmeceuticals. Clinics in Dermatology (2008) 26, 364-366.
3. Wollina U, Payne CR Aging-well the role of minimally invasive aesthetic
dermatological procedures in women over 65. Journal of Cosmetic Dermatology
2010, 9, 50-58
4. Gancevicience R, Liakou AI, Theodoridis A, Makrantonaki E, Zouboulis CC. Skin
anti-aging strategies. Dermato-Endokrinology, July-December 2012, 4:3, 308-319
5. Chee Leok G, Sze Hon C. Skin Rejuvenation: What Works, What’s Hype.
Singapore :
SNP Reference, c2006. p. cm.
6. Soepardiman L. Etiopatogenesis Kulit Menua. Dalam : Wasitaatmadja SM,
Menaldi
SL, editor. Peremajaan Kulit, Jakarta : Balai Penerbit FK-UI 2003: 1-9
7. Wasitaatmadja SM. Kulit Menua. Dalam : Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Jakarta
:
UI Press. 1997 : 196-201
8. Baumann L, Saghari S. Chemical Peels. In : Cosmetic Dermatology. Ed 2. Florida :
McGraw Hill. 2009 : 148-1629. Silvia MR, Celem LR, Silvia SR, Costa APF. Anti-
aging cosmetics : Facts and
controversies. Clinic in Dermatology (2013) 31, 750-758.
10. Baumann L. Cosmetic Dermatology. In : Goldsmith La, Katz SI, Gilchrest BA,
Paller
AS, Leffel DJ, Wolf, K eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8
th
ed.
Vol 2. New York : McGraw Hill. 2012 : 3018-3057
11. Rona C, Berardesca E. Aging Skin and food suplemen : the myth and the truth.
Clinic in Dermatology. 2008 26, 641-47
12. Dayan SH, Basichis BA, Facial Derma Fillers : Selection of Appropriate Product
and
Techniques. 2008. 335-347
13. Savoia A, Landi S, Baldi A. A new minimally invasive mesotherapy technique for
facial rejuvenation. Dermatol Ther (Heidelb)(2013) 3 : 83-93

Anda mungkin juga menyukai