Anda di halaman 1dari 26

REFERAT DESEMBER 2022

PENUAAN KULIT

Disusun Oleh :

NAMA : Nilovar Amir Adnan

NIM : N 111 22 015

PEMBIMBING KLINIK :

dr. Halida Nuraini , Sp. KK., M. Kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Nilovar Amir Adnan

No. Stambuk : N 111 22 015

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Profesi Dokter

Universitas : Tadulako

Judul Referat : Penuaan Dini

Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD UNDATA Palu

Program Studi Profesi Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Pembimbing Dokter Muda

dr. Halida Nuraini , Sp. KK., M. Kes Nilovar Amir Adnan

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan............................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................2

A. Definisi............................................................................................................2

B. Faktor Penyebab Penuaan............................................................................2

C. Teori Penuaan Kulit......................................................................................6

D. Patofisiologi....................................................................................................7

E. Manifestasi Klinis..........................................................................................9

F. Klasifikasi Photoaging................................................................................12

G. Perawatan Kulit...........................................................................................13

H. Pencegahan...................................................................................................19

I. Edukasi.........................................................................................................20

BAB III.......................................................................................................................21

PENUTUP..................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit adalah organ terluar pada manusia, oleh karena itu perubahan pada
kulit sangat dengan mudah untuk diamati. Masalah penuaan kulit meningkat
seiring dengan meningkatnya populasi geriatri di dunia[1]. Penuaan kulit
merupakan proses biologis kompleks yang mengenai berbagai lapisan kulit [2],
sehingga mempengaruhi fungsi dan kapasitas kulit secara progresif[1] yang
tidak dapat dihindari[3].
Secara umum, penuaan kulit diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu
intrinsik dan ekstrinsik. Penuaan intrinsik terjadi seiring dengan
bertambahnya usia individu dan ditandai dengan kerutan halus serta
epidermis yang menipis. Sebaliknya, penuaan ekstrinsik ditandai dengan
kerutan yang dalam, kelemahan kulit, serta hiperpigmentasi, dan terutama
disebabkan oleh paparan sinar matahari[4]. Gaya hidup sangat mempengaruhi
penampilan dan fungsi kulit, dan ada bukti signifikan bahwa faktor
lingkungan utama yang mempengaruhi biologi kulit adalah paparan sinar
matahari kronis (radiasi ultra violet [UVR]). Ada juga semakin banyak bukti
bahwa merokok, status hormonal, dan pencemaran lingkungan berkontribusi
pada penampilan kulit yang menua[4].
Berbagai macam cara telah tersedia untuk pencegahan dan penanganan
penuaan kulit, mulai dari penggunaan bahan photoprotector, obat-obat topikal
yang mengandung asam retinoid atau hidrokuinon, hingga terapi yang lebih
agresif seperti chemical peeling, mikrodermabrasi, penyuntikan botox, injeksi
filler, hingga terapi laser[3].

B. Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui apa saja jenis perawatan
kulit yang dapat digunakan untuk mengatasi penuaan pada kulit.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Penuaan kulit merupakan proses biologis kompleks yang mengenai
berbagai lapisan kulit[2] sehingga mempengaruhi fungsi dan kapasitas kulit
secara progresif[1] yang tidak dapat dihindari[3]. Perubahan yang terjadi pada
kulit dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor intrinsik maupun
ekstrinsik. Berbagai tanda penuaan yang paling terlihat meliputi keriput, kulit
kendur, bintik-bintik penuaan dan kekeringan serta hilangnya lemak yang
membuat kulit kehilangan kehalusan alaminya[5].

B. Faktor Penyebab Penuaan


Secara umum, proses penuaan kulit dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
penuaan dasar dan penuaan dini. Pentingnya penuaan atau waktu dikaitkan
dengan penuaan dengan kombinasi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Matahari
terbit, bersama dengan ultraviolet (UV) merupakan faktor terpenting yang
bertanggung jawab atas penuaan kulit yang cepat yang biasa disebut dengan
coverage[6]

Gambar 2.1 Mekanisme Penuaan Pada Kulit[6]

1. Faktor Intrinsik
Merupakan mekanisme penuaan endogen akibat perubahan
hormonal, faktor genetik dan mekanisme seluler, serta beberapa
mekanisme lainnya.
 Mekanisme radikal bebas: Radikal bebas yang berlebihan dalam tubuh
yang bersifat racun dan menyebabkan penuaan. Dalam proses penuaan

2
intrinsik, radikal bebas ini dibentuk oleh metabolisme sel oksidatif.
Radikal bebas yang dihasilkan dalam proses tersebut, dihilangkan
dengan mekanisme anti-oksidatif, namun seiring bertambahnya usia,
terjadi penurunan mekanisme anti-oksidatif dan akhirnya radikal
bebas berlebihan dalam tubuh yang berujung pada penuaan sel[5].
 Mekanisme hormonal: Penurunan beberapa hormon dalam tubuh kita
seperti estrogen, testosteron, dehydroepiandrosterone dan ester sulfat
serta melatonin, insulin, kortisol, tiroksin, dan hormon pertumbuhan
dapat memperburuk beberapa fungsi kulit. Pada wanita
pascamenopause, terjadi penurunan estrogenyang menghasilkan
beberapa tanda penuaan seperti kekeringan kulit, keriput, hilangnya
elastisitas, kerusakan kolagen dan atrofi epidermal[5].
 Kerusakan DNA mitokondria: Mitokondria mengonsumsi oksigen dan
menghasilkan energi, akibatnya, ada produksi terus menerus dari
spesies oksigen reaktif. Spesies oksigen reaktif ini menyebabkan stres
oksidatif setelah kehabisan mekanisme pertahanan seluler dan
menyebabkan mutasi DNA mitokondria lebih lanjut. DNA
mitokondria ini menyebabkan tingkat mutasi yang tinggi karena
mekanisme pengenalan dan perbaikan yang tidak efisien. DNA
mitokondria yang rusak ini menghasilkan lebih sedikit energi yang
mempengaruhi pasokan energi ke sel yang pada akhirnya
menyebabkan disfungsi seluler. san utama penuaan. dan juga
mencegah kerusakan DNA. Karena pemendekan telomer, konfigurasi
t-loop terganggu yang memulai respons kerusakan DNA, apoptosis,
penuaan atau penghentian siklus sel. Oleh karena itu pemendekan
telomere bertanggung jawab atas penuaan intrinsik dan photoaging[5].
2. Faktor Ekstrinsik
Proses yang terjadi pada penuaan kulit intrinsik merupakan
kombinasi dari tiga proses, antara lain penurunan kemampuan proliferasi
dari sel-sel kulit, penurunan sintesis matriks ekstraseluler kulit, serta

3
peningkatan aktivitas enzim yang mendegradasi kolagen di lapisan
dermis[3].
 Merokok: Merokok merusak kolagen dan serat elastis pada dermis
yang membuat kulit lebih kendur, mengeras dan kurang elastis.
Nikotin, karbon monoksida, dan zat beracun lainnya yang dihasilkan
selama merokok mengakibatkan efek vasokonstriktor dan hipoksia
pada kulit. Ini berkontribusi pada penuaan kulit dini[5].
 Radiasi ultraviolet (UV): Sekitar 80% penuaan wajah disebabkan oleh
paparan sinar matahari. Radiasi berkontribusi terhadap hilangnya
elastisitas kulit, kekasaran dan kekeringan kulit, pigmentasi tidak
teratur dan kerutan dalam. Radiasi ultraviolet matahari (UV) adalah
salah satu yang paling signifikan agen perusak DNA lingkungan yang
terpapar pada manusia selalu. Sinar matahari, khususnya UVB dan
UVA, memicu berbagai jenis dari kerusakan DNA. Kerusakan DNA
mungkin memiliki beberapa konsekuensi yang merusak, seperti
kematian sel, mutagenesis, photoaging, dan kanker. Foton UVA dan
UVB tidak hanya dapat langsung diserap oleh DNA menciptakan
kerusakan langsung, tetapi juga oleh kromofor lain yang mengarah ke
pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS), yang mungkin secara
tidak langsung menyebabkan kerusakan DNA[4].
 Gaya hidup: Kurang olahraga, konsumsi alkohol, pola makan tidak
sehat, polusi, stres berkontribusi pada penuaan. Faktor gaya hidup
tertentu menyebabkan peningkatan atau penurunan laju pemendekan
telomer[5].
Selain faktor intrinsik, penuaan kulit juga banyak dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain yang bersifat eksogen (dari luar). Beberapa faktor ekstrinsik
bekerja bersama-sama dengan faktor intrinsik sehingga menyebabkan
penuaan kulit terjadi lebih dini atau prematur. Faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi antara lain, ekspresi wajah yang berulang, pengaruh suhu
panas, posisi tidur, gaya gravitasi, gaya hidup misal merokok, polusi, serta
paparan sinar matahari terutama sinar UV. Sebagai contoh, gaya gravitasi

4
menyebabkan ujung cuping hidung menjadi turun, cuping telinga memanjang,
kelopak mata turun, bibir atas menjadi hilang, serta bibir bawah semakin
tampak nyata. Selain itu, efek utama dari paparan radiasi sinar UV baik akut
maupun kronis, yaitu kerusakan DNA, inflamasi atau peradangan serta
imunosupresi[3].
Untuk memahami pencegahan kerusakan kulit akibat pajanan sinar
ultraviolet (UV), perlu diketahui mekanisme yang mendasarinya. Radiasi
sinar ultraviolet terdiri atas tiga tipe yaitu[1]:
1) Ultraviolet C (100-290 nm) yang sebagian besar dihambat oleh
lapisan ozon, sehingga efek di kulit cukup kecil
2) Ultraviolet B (290-320 nm) yang dapat menembus sampai lapisan
epidermis dan bertanggung jawab atas terjadinya eritema akibat
terbakar sinar matahari dan mutasi di keratinosit.
3) Ultraviolet A (320-400 nm), merupakan tipe yang menembus lebih
dalam lagi sampai ke dermis dan menyebabkan penuaan kulit serta
pigmentasi yang berkepanjangan[1].
Mekanisme molekular yang mendasari penuaan kulit adalah radiasi sinar
UV. Pada saat pajanan, sinar UV berinteraksi dengan kromofor yang sesuai;
dapat berupa agen eksogen atau endogen seperti porfirin, flavin, basa DNA,
asam amino, dan turunannya seperti asam urokanat. Hasil interaksi berupa
kerusakan kromofor secara langsung atau sebagai photosensitizer
pembentukan ROS. Peningkatan konsentrasi ROS akan menginisiasi jalur
sinyal transduksi melalui aktivasi reseptor permukaan sel termasuk reseptor
untuk faktor pertumbuhan epidermal (EGF), interleukin-1 (IL-1), insulin,
faktor pertumbuhan keratinosit (KGF), dan faktor tumor nekrosis-α (TNF-α).
Aktivasi reseptor permukaan sel dapat menstimulasi kinase intraselular (p38,
c-jun) yang meningkatkan regulasi serta aktivasi faktor transkripsi nuklir dan
AP-1. Aktivasi AP-1 menghambat efek transformasi faktor pertumbuhan-β
(TGF-β) yang menghasilkan gen kolagen[1].

C. Teori Penuaan Kulit

5
Terdapat berbagai teori mekanisme penuaan kulit, yaitu penuaan seluler,
pemendekan telomer, stres oksidatif dan genetik. Stres oksidatif adalah
mekanisme yang diduga kuat sebagai penyebab utama penuaan kulit :
 Penuaan Seluler
Teori penuaan seluler menggambarkan hilangnya potensi
proliferasi setelah pembelahan sel secara terbatas. Tiap sel memiliki
“jam biologis” yang akan memberi sinyal pada akhir replikasi.
Konsekuensinya, sel tidak dapat distimulasi untuk memasuki fase S1
oleh mitogen dan berhenti pada fase G1 karena represi pada gen
pengatur pertumbuhan. Pada kultur sel kulit pasien yang mengalami
penuaan dini menunjukkan penurunan kemampuan proliferasi
sehingga terdapat penumpukan sel yang menua. Hal ini mendukung
teori penuaan seluler
 Pemendekan Telomer
Telomer adalah struktur nukleoprotein tanpa kode di ujung
kromosom yang berfungsi sebagai penutup untuk menjaga stabilitas
kromosom dengan melindungi kromosom dari degradasi,
rekombinasi, dan fusi. Pemendekan telomer berperan pada penuaan
sel dan merupakan komponen pada jam mitosis (mitotic clocks).
Mekanisme jam (clock mechanism) terjadi karena ketidakmampuan
DNA polimerase menyelesaikan replikasi di ujung kromosom linier.
Hal tersebut menyebabkan hilangnya sebagian dari ulangan telomer di
kromosom (TTAGGG). Telomer memendek secara bertahap pada
pembelahan sel saat penuaan sehingga kromosom tidak stabil yang
menyebabkan penuaan seluler dan berkurangnya jumlah sel yang
membelah. Selain itu, kapasitas proliferasi sel punca epidermal di
telomer yang pendek akan terhambat. Pajanan sinar ultraviolet
menimbulkan ROS berlebihan sehingga telomer memendek yang
mengakibatkan penuaan dan kematian sel. Pemendekan telomer
progresif disebabkan oleh proliferasi seluler. Kapasitas sel selama

6
penuaan dikendalikan oleh telomer dan pemendekan telomer di setiap
pembelahan sel berbanding terbalik dengan usia fisiologis individu[1].
 Stres Oksidatif
Stres oksidatif adalah ketidakseimbangan antara ROS yang
terbentuk dengan mekanisme pertahanan antioksidan. ROS
merupakan senyawa oksigen reaktif dan produk sekunder
metabolisme aerobik. Ketidakseimbangan ROS disebabkan oleh
produksi ROS yang meningkat dan berkurangnya produksi
antioksidan atau keduanya. Stres oksidatif menimbulkan kerusakan
oksidatif di berbagai komponen seluler, mengganggu proses
komunikasi antar sel, merangsang apoptosis, dan terlibat pada
berbagai penyakit yang berhubungan dengan penuaan[1].
 Genetik
Mutasi gen tunggal berkontribusi terhadap inisiasi penuaan dan
menginduksi penuaan dini, namun tidak ada gen spesifik yang dapat
merusak dan berhubungan dengan penuaan. Penuaan biasanya
disebabkan oleh kegagalan pemeliharaan dan mekanisme perbaikan[1].

D. Patofisiologi
Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa penuaan intrinsik dan
ekstrinsik memiliki etiologi dan akibat yang berbeda, akan tetapi keduanya
menimbulkan kerusakan yang sama terhadap jaringan ikat pada lapisan
dermis berupa reaksi biokimiawi pada struktur dan organisasi matriks
ekstraseluler yang terutama disusun oleh serabut kolagen dan elastin. Kolagen
merupakan bagian terbesar dari lapisan dermis, berkontribusi sekitar 70% dari
massa kering kulit, sehingga kerusakannya merupakan penyebab utama
manifestasi penuaan kulit berupa kerutan (wrinkle), hilangnya elastisitas, dan
kekenduran (sagging). Dua regulator utama pada proses pembentukan
kolagen oleh sel fibroblas adalah transforming growth factor (TGF-β) dan
activator protein (AP-1). TGF-β merupakan sitokin yang merangsang

7
produksi kolagen, sedangkan AP-1 merupakan faktor transkripsi yang
menghambat produksi kolagen serta merangsang pemecahan kolagen[3].

Gambar 2.2 Skema degradasi kolagen pada proses penuaan kulit akibat ketidakseimbangan
Activator Protein (AP-1) dan TGF-β [3]
Penuaan intrinsik berperan dalam penurunan TGF-β dan akumulasi ROS.
Penuaan ekstrinsik yang terutama disebabkan oleh radiasi sinar UV
(photoaging) juga akan menyebabkan peningkatan produksi ROS pada
lapisan dermis. ROS tersebut akan memicu serangkaian reaksi molekuler
berantai sehingga meningkatkan pembentukan AP-1 yang akan menstimulasi
proses transkripsi enzim MMP yang berperan dalam proses degradasi
kolagen. ROS bersama dengan AP-1 juga memiliki peranan dalam
menghambat sintesis kolagen dengan cara menghambat reseptor tipe 2 dari
TGF-β. Serangkaian proses tersebut pada intinya akan menyebabkan
peningkatan pemecahan kolagen serta penurunan produksi kolagen yang
merupakan dasar patofisiologi dari penuaan kulit[3].

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis photoaging dapat berupa kulit yang kering, pigmentasi
kulit yang ireguler (bervariasi dari bertambah gelap atau menjadi lebih cerah),
kulit menjadi berwarna pucat kekuningan, keriput yang dalam dan kasar,

8
atrofi kulit, kulit kendur, telangiektasis, solar elastosis, purpura aktinik,
bahkan hingga pembentukan lesi prakanker[7].
Perubahan klinis kulit akibat photoaging biasanya khas, meskipun terdapat
variasi antar individual. Perbedaan ini dipengaruhi beberapa faktor seperti
tipe kulit, etnis, perbedaan paparan sinar matahari, cara berpakaian, penataan
rambut, kapasitas perbaikan kerusakan, dan kecenderungan genetik lainnya[7].

Gambar 2.3 Penuaan Kulit Antara Dua Wanita Kembar Identik :


(A) Penuaan Kulit Intrinsik Yang Diperberat Photoaging, (B) Penuaan Kulit Intrinsik

Gambar 2.3 menunjukkan gambar dua wanita kembar identik, yang satu
mengalami penuaan kulit intrinsik karena tidak terpapar radiasi sinar UV,
sedangkan yang lainnya terpapar sinar UV (photoaging). Wanita yang
terpapar sinar UV menunjukkan gambaran keriput yang lebih dalam dan
penuaan kulit terlihat lebih nyata daripada saudara kembarnya. Setiap ras juga
memberikan gambaran photoaging yang berbeda[3].

Gambar 2.4 Gambaran Klinis Photoaging Pada


Wanita Kaukasia (Kiri) Dan Wanita Asia (Kanan).

9
Gambar 3 secara lebih jelas menunjukkan perbedaan gambaran photoaging
pada wanita Kaukasia dan wanita Asia. Pada wanita Kaukasia, gambaran
photoaging tampak sebagai kerutan-kerutan (wrinkle) yang nyata dan dalam
serta adanya dispigmentasi pada kulit. Pada wanita Asia, gambaran
photoaging terutama berupa perubahan pigmentasi kulit disertai kerutan yang
tampak di daerah bawah mata namun tidak terlalu nyata bila dibandingkan
dengan kerutan pada wanita Kaukasia[3].
Selain pada wajah, manifestasi penuaan kulit juga terjadi pada seluruh
kulit pada area lain. Beberapa manifestasi klinis yang sering mengganggu
pada penuaan kulit adalah pruritus senilis, actinic keratosis, seborrheic
keratosis, dan lentigo solaris[3].
 Pruritus Senilis
Pruritus senilis atau keluhan rasa gatal pada usia lanjut terutama
disebabkan oleh sindroma kulit kering atau yang sering disebut
dengan xerosis cutis. terjadi akibat pengaruh penuaan kulit yang
menyebabkan penurunan kemampuan mempertahankan kelembaban
kulit, peningkatan transepidermal water loss (TEWL), penurunan
produksi keringat dan sebum, serta penurunan faktorfaktor yang
mempertahankan kelembaban kulit[3].
 Actinic Keratosis
Actinic keratosis merupakan proliferasi keratinosit yang bersifat
neoplastik dan terbatas di lapisan epidermis, bersifat kronis, terutama
dijumpai pada individu dengan warna kulit cerah, dan berpotensi
berkembang menjadi squamous cell carcinoma in situ (Bowen’s
disease) serta squamous cell carcinoma (SCC)[3].

10
Gambar 2.5 Lesi Actinic Keratosis Pada Hidung Dan Lengan[3].

 Seborrheic Keratosis
Seborrheic keratosis merupakan salah satu tumor jinak kulit
tersering dengan angka kejadian sekitar 20% dari seluruh populasi
orang dewasa dan pada umumnya terjadi pada usia lanjut. Lesi sering
bersifat multipel dan bervariasi dalam hal ukuran, gambaran klinis
serta warna lesi. Lesi dapat ditemukan pada seluruh area kulit baik
yang terlindung dari sinar matahari maupun yang terpapar sinar
matahari, namun lesi akan lebih besar dan datar pada area yang
terpapar sinar matahari. Pada umumnya ditemukan pada area dada,
punggung, kepala, leher serta seluruh area tubuh lain kecuali telapak
tangan dan telapak kaki. Gambaran klinis sangat bervariasi, mulai dari
makula, papula atau plak yang berbatas tegas dengan permukaan yang
kasar (keratotik) dengan warna lesi yang bervariasi mulai dari putih
cerah hingga coklat kehitaman dan berukuran 0,5 – 1,5 cm[3].

Gambar 2.6 Gambaran Berbagai Lesi Seborrheic Keratosis [3].


 Lentigo Solaris.
Lentigo solaris sering disebut juga sebagai lentigo senilis
merupakan komponen dari penuaan kulit akibat radiasi sinar UV

11
(photoaging skin) yang menyebabkan mutasi sehingga terjadi
peningkatan produksi melanin oleh melanosit dan retensi pigmen
secara abnormal oleh keratinosit. Kelainan ini ditandai dengan makula
hiperpigmentasi yang umumnya terdapat pada wajah (area dahi dan
pipi), kulit kepala (terutama pada pasien botak), lengan dan punggung
tangan serta biasanya ditemukan pada usia di atas 50 tahun. Lesi
makula mempunyai warna yang bervariasi kuning, coklat cerah
hingga kehitaman[3].

Gambar 2.7 Lentigo Solaris Pada Tangan [3].

F. Klasifikasi Photoaging
Klasifikasi photoaging pertama kali dilakukan oleh Glogau pada tahun
1996. Berdasarkan klasifikasi dari Glogau, terdapat 4 tipe photoaging mulai
dari tipe I hingga tipe IV[7].
1. Glogau tipe I (mild) yakni photoaging fase awal dimana biasanya terjadi
pada usia 20 hingga 30 tahun dan tidak ditemukan adanya keriput
(wrinkle).
2. Pada Glogau tipe II (moderate) sudah mulai ditemukan adanya tanda-
tanda photoaging yakni keriput pada gerakan ekspresi wajah. Biasanya
Glogau tipe II ini ditemukan pada usia 30 hingga 40 tahun.
3. Glogau tipe III (advanced) menunjukkan adanya photoaging lebih lanjut,
biasanya ditemukan pada usia 50 tahun, ditandai dengan adanya keriput
pada saat istirahat (resting wrinkle).

12
4. Gambaran photoaging yang berat digolongkan pada Glogau tipe IV
(severe) yang biasanya ditemukan pada usia 60 tahun dan ditandai dengan
banyaknya kerutan

G. Perawatan Kulit
1. Topikal
 Tabir Surya
Tabir surya merupakan salah satu bentuk pencegahan primer untuk
melindungi individu yang sehat dari masalah kulit. Perlindungan dari
sinar UV merupakan intervensi terpenting untuk menghindari
dan/atau mengurangi kerusakan akibat sinar UV dan kanker kulit.
Kebutuhan akan perlindungan sinar matahari tergantung pada tipe
kulit dan wilayah geografis. Perlindungan matahari yang terlalu
berlebihan dapat menyebabkan kekurangan vitamin D[8].
Radiasi UV yang menyinari bumi diserap oleh lapisan ozon.
Akibatnya, UVA dan UVB mencapai permukaan bumi. UVA
berkontribusi terhadap penuaan kulit dini dan kanker kulit, sedangkan
UVB menyebabkan kulit terbakar. Sinar UVA meningkatkan ekspresi
matriks metaloproteinase yang mendegradasi elastin dan kolagen.
Kegagalan untuk melindungi dari efek berbahaya dari radiasi UVA
dapat menyebabkan hilangnya elastisitas dan menyebabkan kerutan
pada kulit[5].
Antioksidan ini, seperti vitamin C, vitamin E, dan pycnogenol,
telah terbukti memiliki efek sinergis saat digabungkan untuk tabir
surya. Sebagian besar antioksidan eksogen (seperti vitamin E) dan
antioksidan endogen (enzim seperti superoksida dismutase, katalase,)
digunakan untuk formulasi perawatan kulit tetapi ini mungkin
menunjukkan sifat fisiokimia yang tidak menguntungkan seperti
lipofilisitas yang berlebihan, ketidakstabilan kimia dan penetrasi yang
buruk di kulit[9].
 Asam Retinoit

13
Retinoid topikal masih dianggap sebagai Gold Standard untuk
produk anti-aging topikal yang efektif secara klinis. Retinoid adalah
golongan senyawa yang terdiri dari vitamin A, turunannya, dan
molekul sintetik yang bekerja melalui jalur yang sama. Selain all-
trans retinoic acid (RA), bentuk bioaktif utama, istilah "retinoid"
mencakup retinadehida, retinol, dan berbagai ester retinil. Mereka
bertindak melalui reseptor asam retinoat (RAR) dan reseptor retinoid
X (RXR), meningkatkan jumlah prokolagen tipe I dan menurunkan
jumlah MMP. RA meningkatkan jumlah kolagen tipe I, III, dan VII
di dermis, dan dapat mengatur ulang kolagen dermal menjadi bundel
anyaman baru. Selain itu, RA merangsang normalisasi jaringan
elastis dan deposisi GAG di dermis. Dalam uji klinis, retinoid topikal
secara klinis efektif untuk pengobatan penuaan kulit, termasuk
kerutan dan kekasaran. Retinol yang dimetabolisme menjadi
retinaldehida dan asam retinoat, diketahui kurang mengiritasi
dibandingkan asam retinoat dan banyak digunakan sebagai bahan
kosmetik antipenuaan[10].
Retinoid secara kimiawi mirip dengan vitamin A, dan tretinoin
adalah retinoid pertama yang disetujui untuk penggunaan klinis.
Aplikasi topikal tretinoin menghambat AP-1, sehingga menekan
ekspresi MMP dan mencegah degradasi kolagen. Selain itu, retinoid
dapat menyebabkan peningkatan ketebalan epidermis dan fibrin
sehingga bermanfaat untuk mencegah penuaan. Retinoid mengatur
apoptosis, diferensiasi dan proliferasi sel. Sifat anti-wrinkle retinoid
meningkatkan proliferasi keratinosit, memperkuat fungsi pelindung
epidermis, menahan kehilangan air transepidermal, melindungi
kolagen terhadap degradasi dan menghambat aktivitas
metalloproteinase[4].
o Generasi pertama – retinoid alami, senyawa monoaromatik
yang diperoleh dengan memodifikasi gugus polar pada ujung
dan rantai samping vitamin poliena yang tidak bekerja secara

14
selektif – retinol (vitamin A) dan metabolitnya – retinal,
tretinoin, isotretinoin,
o Generasi kedua – retinoid monoaromatik, senyawa sintetik di
mana cincin sikloheksena digantikan oleh cincin benzena;
analog sintetik vitamin A (etretinan, asitretin)
o Generasi ketiga – retinoid poliaromatik terbentuk sebagai
hasil siklisasi rantai samping poliena dan ditandai dengan
aktivitas selektif terhadap reseptor (arotinoid, adapalene,
tazarotene) [11].
Vitamin A dan turunannya, terutama retinol, adalah zat yang paling
efektif memperlambat proses penuaan. Retinol yang larut dalam
lemak menembus stratum korneum dan sedikit menembus ke dalam
dermis. Ketika retinol mencapai keratinosit dan berikatan dengan
reseptor yang sesuai. Retinol merangsang aktivitas seluler keratinosit,
fibroblas, melanosit dan sel Langerhans. Retinol, dengan berinteraksi
dengan reseptor di dalam keratinosit, meningkatkan proliferasinya,
memperkuat fungsi perlindungan epidermis, mengurangi kehilangan
air transepidermal, melindungi kolagen dari degradasi dan
menghambat aktivitas metaloproteinase yang bertanggung jawab
untuk degradasi matriks ekstraseluler. Selain itu, meningkatkan
remodelling serat retikuler dan merangsang angiogenesis pada lapisan
papiler dermis. Sifat iritan vitamin A dan turunannya serta
ketidakstabilannya merupakan faktor yang membatasi aplikasinya
dalam produk kosmetik dan farmasi[11].
 Asam Alfa Hidroksi (AHA)
Hidroxy acid adalah exfoliant topikal yang telah digunakan selama
bertahun-tahun sebagai peremajaan kulit dengan efek seperti
menghaluskan kulit, mengurangi keriput, perubahan warna kulit lebih
cerah, mencegah kekeringan dan bintik-bintik kulit. Senyawa yang
paling terkenal dalam kelompok ini adalah Alpha-Hydroxy Acid
yang meliputi asam sitrat (dari buah jeruk), asam glikolat (dari tebu),

15
asam laktat (dari buah yang difermentasi), asam malat (dari buah) dan
asam tartarat (dari anggur). Beta-Hidroksi Acid mengacu pada bahan
asam salisilat. Asam alfahidroksi larut dalam air, sedangkan asam
Beta-hidroksi larut dalam lemak (minyak). Asam alfa-hidroksi yang
terbaik untuk kulit kering dan penuaan kulit. Asam beta-hidroksi
lebih baik digunakan pada kulit berminyak dan berjerawat[12].
Teori mengenai mekanisme kerja AHA adalah AHA
menghilangkan ion kalsium dari adhesi sel epidermis. Pelemahan
adhesi antar sel yang dihasilkan memiliki efek pengelupasan dengan
menyebabkan pelepasan sel kulit mati dan kering. Selain itu,
penurunan kadar kalsium mendukung pertumbuhan sel lebih lanjut
sambil memperlambat diferensiasi sel. Proses ini memungkinkan
untuk mengurangi munculnya garis-garis halus dan kerutan di kulit.
AHA mungkin juga memiliki peran dalam meningkatkan hidrasi kulit
dan meningkatkan kekenyalannya, dengan memengaruhi peningkatan
ekspresi gen kolagen dan asam hialuronat di dermis dan epidermis[12].
2. Sistemik
 Antioksidan
Antioksidan merupakan reduktor yang dapat meredakan penuaan
kulit dengan menetralkan reactive oxygen species (ROS) yang sudah
terbentuk. Hal ini dapat dicegah dengan antioksidan seperti vitamin C
dan vitamin E, atau enzim antioksidan, seperti superoksida dismutase,
katalase, glutation peroksidase, dan koenzim Q10. Beberapa tanaman
juga dapat digunakan sebagai sumber antioksidan alami, seperti teh
hijau dan lidah buaya. Selain itu, Nacetylcysteine, prekursor
antioksidan glutathione, dapat mengurangi risiko cidera vaskular dan
nonvascular, serta melawan penurunan regenerasi jaringan yang
berkaitan dengan usia, sehingga menunjukkan aplikasi antipenuaan
prospektifnya pada kulit, sumber antioksidan yang optimal sebaiknya
didapat dari makanan, bukan dari suplemen antioksidan dalam bentuk
pil atau tablet[13].

16
Penggunaan antioksidan secara teratur seperti vitamin A, C, E, dll.
dalam pola makan normal, dapat mengurangi risiko kerusakan kulit
akibat UV. Antioksidan mencegah stres oksidatif dan meningkatkan
perbaikan DNA. Mekanisme pertahanan oleh antioksidan seluler
membantu mencegah kerusakan yang disebabkan oleh komponen
pengoksidasi seperti radiasi UV. Antioksidan bereaksi dengan
superoksida dan menekan penyakit kulit yang disebabkan oleh
spesies oksigen reaktif. Berbagai jenis penangkal radikal bebas
adalah superoksida dismutase, koenzim Q10, vitamin E, vitamin C,
seng sulfat, teh hijau, asam ferulat, idebenon, polifenol, dan
karotenoid[5].
Antioksidan penangkal radikal bebas atau primer menghambat
oksidasi melalui reaksi pemutusan rantai. Penghambatan terjadi
dengan transfer proton ke spesies radikal bebas. Contoh antioksidan
primer molekul termasuk glutathione (GSH), alpha-tocopherol,
(vitamin E dan turunannya), dan asam askorbat (vitamin C). GSH dan
asam askorbat larut dalam air, sedangkan vitamin E dan ubiquinol
larut dalam lemak dan terikat membran. Karena kemampuan
antioksidannya berbeda-beda untuk berinteraksi satu sama lain
menciptakan "jaringan antioksidan" yang telah dijelaskan,
penggunaan gabungan dari lebih dari satu molekul telah disarankan.
Antioksidan sekunder sering digunakan dalam kombinasi dengan
antioksidan primer untuk menghasilkan stabilisasi sinergis efek.
Mereka melindungi antioksidan primer dari degradasi. Di kulit
manusia, asam lipoat (molekul organik yang mengandung sulfur)
berfungsi sebagai antioksidan sekunder. Asam lipoat larut dalam air
dan lipid dan bertindak sebagai kofaktor penting untuk beberapa
sistem enzim. Dia mampu meregenerasi (mengurangi) antioksidan
primer seperti vitamin C, glutathione, dan vitamin E. N-asetil sistein,
asam amino tiol derivatif, yang juga dapat meregenerasi GSH, adalah
contoh lain dari a antioksidan sekunder[8].

17
 Terapi Sulih Hormon (HRT)
Hormone replacement therapy (HRT) selain digunakan dalam
pengobatan gejala menopause, dapat pula digunakan untuk
memperlambat proses penuaan kulit. HRT meningkatkan ketebalan
kulit, kandungan kolagen, elastisitas, dan meningkatkan hidrasi kulit.
Namun, terapi HRT pada beberapa penelitian meningkatkan risiko
kanker payudara[13].
3. Lain-Lain
 Laser
Konsep dasar peremajaan kulit dengan laser fraksional adalah
proses penyembuhan luka yang diinduksi laser. Peningkatan mediator
inflamasi setelah luka laser menginduksi ekspresi MMP yang
menurunkan ECM abnormal dan merangsang produksi ECM baru.
Secara konvensional, laser resurfacing metode ablatif tetap menjadi
gold standard untuk perawatan kulit yang rusak akibat sinar matahari.
Namun, karena kekhawatiran mengenai down-time dan potensi
komplikasi yang signifikan, seperti jaringan parut dan dispigmentasi,
pendekatan alternatif yang kurang invasif telah dikembangkan[10].
 Injeksi toksin botunilum
Toksin botulinum (Botox) adalah bahan perawatan kulit yang
terbuat dari racun yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium
botulinum. Dalam jumlah banyak, toksin ini bisa menyebabkan
botulisme, penyakit yang menyerang saraf[14].
Botox terdiri dari 7 jenis neurotoksin; namun, hanya racun A dan B
yang digunakan secara klinis. Botox A digunakan untuk beberapa
gangguan di bidang kedokteran, khususnya di bidang dermatologi.
Pada tahun 2002, direkomendasikan untuk digunakan sebagai
perawatan kosmetik untuk garis kerutan glabellar[14].
Setelah injeksi, toksin berdifusi ke dalam jaringan sampai
berikatan secara selektif dan reversibel di terminal presinaptik
sambungan neuromuskuler dan kemudian menempel pada membran

18
protein spesifik yang bertanggung jawab untuk ekskresi asetilkolin.
Racun tersebut segera menghambat pelepasan asetilkolin di
sambungan neuromuskuler yang menyebabkan relaksasi otot lokal
yang reversibel, sehingga mengurangi kerutan/garis wajah, yang
sebagian disebabkan oleh kontraksi otot wajah yang konstan[14].

H. Pencegahan
Pencegahan yang dapat diberikan kepada pasien dapat meliputi[10] :
1. Menjaga kesehatan tubuh dan jiwa dengan gaya hidup sehat
a) Berolahraga teratur: minimal 30 menit setiap hari atau hampir setiap
hari
b) Makan-makanan sehat dan cukup: rendah kalori, banyak sayur dan
buah, cukup protein
c) Hindari dan atasi stress
d) Hindari bahan yang bersifat racun, seperti merokok dan alkohol
berlebihan, pestisida, bahan pengawet yang dilarang
e) Ada keseimbangan antara kesibukan dan relaksasi
2. Menghindari paparan sinar matahari berlebih
3. Lakukan pekerjaan sebagai sebuah kesenangan
4. Hiduplah dalam lingkungan sosial yang sesuai hati nurani
5. Upayakan selalu berpikir positif dan optimis
6. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala yang diperlukan dan
sesuai dengan kondisi masing-masing
7. Melakukan perawatan kulit dengan menggunakan bahan photoprotector,
obat-obat topikal yang mengandung asam retinoid atau hidrokuinon,
Jangan gunakan obat atau ramuan yang tidak punya dasar ilmiah yang
jelas dan tanpa petunjuk tenaga ahli [3]
8. Menjalani terapi yang lebih agresif seperti chemical peeling,
mikrodermabrasi, penyuntikan botox, injeksi filler, hingga terapi laser

I. Edukasi

19
Edukasi yang dapat diberikan kepada pasien dapat meliputi[2]. :
1. Lakukan perawatan kulit yang benar: jaga kebersihan kulit
2. Menggunakan sunblock/tabir surya
3. Kurangi paparan terhadap UV dan polusi
4. Tidak merokok (aktif dan pasif)
5. Tidur yang cukup
6. Hindari stress dan refreshing
7. Mengurangi makanan cepat saji dan mengandung pengawet
8. Banyak makan buah dan sayur
9. Olahraga yang cukup

20
BAB III

PENUTUP

Penuaan merupakan suatu proses alami yang akan terjadi pada kulit seiring
bertambahnya usia. Penuaan umumnya terjadi pada usia lanjut. Perubahan pada
kulit dapat terjadi akibat berbagai factor intrinsik radikal bebas, perubahan
hormonal, dan kerusakan DNA) dan ekstrinsik (merokok, paparan sinar UV, dan
gaya hidup kurang baik). Faktor-faktor tersebut menyebabkan perubahan pada
struktur dan morfologi kulit. Penipisan lapisan dermis dan berkurangnya
komponen kolagen dalam kulit menyebabkan peruban tampilan kulit usia lanjut
seperti keriput, kulit kendur, kulit tampak tipis, bintik-bintik penuaan, dan kulit
tampak kering.
Penggunaan produk perawatan kulit dengan kandungan khusus merupakan
salah satu cara untuk mengatasi dan menunda penuaan pada kulit usia lanjut.
Berbagai bahan dalam produk perawatan seperti antioksidan, retinoid, dan
Hidroxy acid, serta penggunaan tabir surya dapat membantu mengatasi masalah
penuaan kulit. Tindakan perawatan kulit seperti laser, dan injeksi botox juga dapat
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang relative lebih cepat.
Selain penggunaan produk dan tindakan perawatan, kita juga dapat
mencegah terjadinya penuaan kulit dengan melakukan berbagai hal secara
konsisten dan teratur. Menggunakan tabir surya untuk menghindari paparan
langsung sinar UV yang berbahaya bagi kulit merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan sejak muda untuk menghindari penuaan dini pada kulit. Pola
hidup sehat, menghindari stress, dan rutin melakukan perawatan wajah untuk
memperkuat skin barrier juga dapat dilakukan untuk mencegah penuaan pada
kulit.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Yusharyahya NS. Mekanisme Penuaan Kulit sebagai Dasar Pencegahan dan


Pengobatan Kulit Menua. eJKI. Diakses tanggal 07/12/2022; 2020:9(12):
From : https://ejki.fk.ui.ac.id/index.php/journal/article/download/49/25
2. Widaty S. dkk. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin di Indonesia. Jakarta Pusat: PP PERDOSKI; 2017. Diakses tanggal
07/12/2022. From :
https://perdoski.id/uploads/original/2017/10/PPKPERDOSKI2017.pdf
3. Ahmad Z, Damayanti. Penuaan Kulit : Patofisiologi dan Manifestasi Klinis.
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Diakses tanggal 07/12/2022;
2018:30(03): From : https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/3629
4. Prakoeswa SRF, Sari AW. Penuaan Kulit dan Terapi yang Aman Bagi
Geriatri : Artikel Review. JSK. Diakses tanggal 07/12/2022; 2022:4(5): From :
https://jsk.farmasi.unmul.ac.id/
5. Shanbhagh S, Nayak A, Naryan R, Nayak UY. Anti-aging and Sunscreens :
Paradigm shift in Cosmetics. Adv Pharm Bull. Diakses Tanggal 07/12/2022;
2019:9(3): From : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6773941/
6. Irianti TT, Pramono S, Sugiyanto. Penuaan dan Pencegahannya Proses Faali,
Biokimiawi dan Molekuler. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press; 2022.
Diakses tanggal 07/12/2022. From : Penuaan Dan Pencegahannya: Proses
Faali Biokimiawi dan Molekuler - Tanti Tatang Irianti , Suwijiyo Pramono,
Sugiyanto - Google Buku
7. Brahmanti H, Puspitasari DG. Peran Elastin Dalam Proses Photoaging Kulit :
Tinjauan Literatur. JDVA. Diakses Tanggal 10/12/2022; 2022:3(1): From :
https://jdva.ub.ac.id/index.php/jdva/article/view/27/27
8. McDaniel D, Farris P, Valacchi G. Atmospheric skin aging – Contribution and
inhibitors. J Cosmet Dermato. Diakses 08/12/2022: 2018:17:
From :https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29575554/
9. Hameed A, Fatima GR, Malik K, Muqadas A, Rahman MF. Scope of
Nanotechnology in cosmetic: Dermatology and skin are products. J Med

22
Chem Sci. Diakses tanggal 08/12/2022; 2019:(2): From :
http://www.jmchemsci.com/article_68859_eea7053f5914c4e3f29aee91c77fdb
c6.pdf
10. Shin JW, et all. Molecular mechanisms of Dermal Aging and Antiaging
Aproaches. Int J Mol Sci. Diakses tanggal 08/12/2022; 2019:20(2126): From :
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31036793/
11. Zasada M, Budzisz E. Retinoids: active molecules molecules influencing skin
structuresformation in cosmetic and dermatological treatments. Advances in
Dermatology and Allergology. Diakses tanggal 08/12/2022; 2019:34(4): From
: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6791161/
12. Sunder S. Relevant Topical Skin Care Products for Prevention and Treatment
of Aging Skin. Facial Plast Surg Clin N Am. Diakses tanggal 08/12/2022;
2019:27: From : https://doi.org/10.1016/j.fsc.2019.04.007
13. Zhang S, Duan E. Fighting Againts SkinAging : The Way from Bench to
Bedside. Cell Transplantation. Diakses tanggal 08/12/2022: 2018:27(5):
From : https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29692196/
14. Satriyasa BK. Botulinum toxin (Botox) A for Reducing the Appearance of
Facial Wrinkles: a literature review of Clinical use and Pharmacological
aspect. Clinical Cosmetic and Investigation Dermatology. Diakses tanggal
08/12/2022: 2019:12: From ;
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6489637/

23

Anda mungkin juga menyukai