Anda di halaman 1dari 17

REFERAT November, 2016

PENGARUH SINAR MATAHARI


TERHADAP KESEHATAN KULIT

Disusun Oleh:

NUR SAFRIYANTI, S.Ked


N 111 16 037

PEMBIMBING KLINIK
dr. Hj. SENIWATY ISMAIL, SpKK., FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Nur Safriyanti

NIM : N 111 16 037

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Program Studi : Profesi Dokter

Judul Referat : Pengaruh Sinar Matahari Terhadap Kesehatan Kulit

Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Tadulako

Palu, November 2016

Pembimbing Klinik Mahasiswa

(dr. Hj. Seniwaty Ismail, Sp.KK., FINSDV) (Nur Safriyanti, S.Ked)

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3

A. Anatomi kulit...............................................................................................3
B. Fungsi Kulit.................................................................................................4
C. Pengaruh Sinar Matahari Terhadap Kulit.....................................................5
D. Penyakit Kulit Akibat Sinar Matahari..........................................................9

BAB III PENUTUP..........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara tropis dengan matahari bersinar cerah

sepanjang hari (sekitar 2000-2500 jam/tahun). Sinar matahari merupakan salah

satu unsur yang penting bagi kehidupan manusia. Hampir semua makhluk hidup

membutuhkan sinar matahari. Matahari adalah sumber energi elektromagnetik

yang terutama terdiri atas radiasi solar ultra violet, sinar tampak, dan spektrum

infra merah. Ditinjau dari sudut komponen, sinar matahari terdiri dari sinar

ultraviolet (panjang gelombang antara 100 nm 400nm), sinar inframerah

(panjang gelombang antara 770 nm 10.000 nm), dan sinar tampak (panjang
(1)
gelombang antara 400 nm 700nm).

Pada manusia, organ yang mengalami pengaruh sinar matahari terbesar

adalah kulit yang sekaligus beperan sebagai pelindung tubuh terhadap

pengaruh buruk pajanan sinar matahari. Sinar matahari dapat memberikan efek

yang menguntungkan dan merugikan bagi manusia. Manfaat sinar matahari bagi

kesehatan manusia antara lain membantu proses pembentukan vitamin D,

membantu proses pembentukan dan perbaikan tulang, serta dapat membunuh

bakteri, virus, dan jamur. (2)

Disamping berguna bagi kesehatan manusia, paparan sinar matahari dalam

intensitas tinggi dapat membahayakan kesehatan. Radiasi ultraviolet dari sinar

matahari dapat mengakibatkan perubahan struktur dan komposisi kulit, hilangnya

kelenturan kulit, penebalan kulit, kulit kemerahan, dan mempercepat proses

3
penuaan kulit. Radiasi ultraviolet juga diduga sebagai penyebab keganasan pada

kulit. (1)

Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu radiasi UV-A (320-400

nm), radiasi UV-B (290-320 nm), dan radiasi UV-C (100-280 nm). Radiasi sinar

UV memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan manusia, khususnya pada

kulit yaitu pembetukan vitamin D3 atau aplikasi dalam kombinasi dengan obat

dalam terapi penyakit kulit seperti psoriasis dan vitiligo, serta memiliki kapasitas

untuk menghasilkan spesies kimia reaktif, seperti radikal bebas yang dapat

menyebabkan terjadinya efek akut dan efek kronis yang merugikan bagi kulit.

Radiasi sinar UV yang paling banyak berpengaruh terhadap kesehatan kulit adalah

radiasi sinar UV-B, dimana radiasi sinar UV-B memiliki efek yang paling kuat
(1)
dalam menyebabkan terjadinya photodamage pada kulit salah satunya eritema.

Pada Referat ini akan dibahas mengenai penyakit kulit akibat pajanan sinar

matahari, namun terlebih dahulu akan disampaikan anatomi dan fungsi kulit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya

dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m 2 dengan berat

kira-kira 15% berat badan(1).


Kulit disusun oleh tiga lapisan: Epidermis, dermis, dan jaringan

subkutan. Epidermis adalah lapisan terluar yang langsung berhubungan

dengan lingkungan. Dibentuk oleh sel-sel yang tersusun beraturan disebut

keratinosit, yang berfungsi untuk mensintesis keratin, sebuah protein dengan

struktur panjang yang memberikan fungsi perlindungan. Epidermis dewasa

terdiri atas tiga lapisan sel basal; sel keratinosit, sel melanosit, and sel

langerheans (1).

Gambar 2.1.
Lapisan Kulit(3)
Dermis merupakan lapisan tengah. Lapisan dermis berada diatas

panniculus atau subkutis, yang sebagian besar terdiri dari lobus-lobus dari

liposit atau sel-sel lemak(3).


Secara garis besar lapisan dermis dibagi menjadi dua bagian yakni:
a. Pars papillare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung

serabut saraf dan pembuluh darah.


b. Pars retikuler, yaitu bagian dibawahnya yang menonjol ke arah subkutan,

bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya kolagen,

elastin, dan retikulin4


Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis terdiri atsa jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Lapisan sel-sel lemak disebut

pannikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Dilapisan ini

terdapat ujung ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening4.
B. Fungsi Kulit
Dari struktur kulit yang demikian rumit, jelas bahwa

mempertahankan seluruh bagian tubuh bukanlah satu-satunya fungsi kulit.

Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup, dan menjamin

kelangsungan hidup. Kulit pun menyokong penampilan dan keperibadain

seseorang. Fungsi utama kulit ialah proteksi, absorpsi, eksresi, persepsi,

pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan

vitamin D, dan keratinisasi (2).


Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan

kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kelenjar-kelenjar kulit

mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam

tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang diproduksi

melindungi kulit karena lapisan sebum ini selain meminyaki kulit juga

menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering(1).
Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap

gangguan fisik, mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan

kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya


asam dan alkali kuat, gangguan yang bersifat panas. Lapisan keasaman kulit

ini mungkin terbentuk dari hasil eksresi keringat dan sebum yang merupakan

perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur. Proses

keratinisasi juga berperanan sebagai sawar mekanis karena sel-sel mati

melepaskan diri secara teratur. Melanosit turut berperanan dalam melindugi

kulit terhadap pajanan matahari dengan mengadakan tanning(1).


C. Pengaruh Sinar Matahari Terhadap Kulit
Paparan sinar matahari dapat memberikan efek menguntungkan

maupun merugikan bagi manusia yang tergantung pada panjang gelombang

sinar matahari, frekuensi paparan sinar matahari, intensitas sinar matahari

yang dipaparkan, dan sensitivitas masing-masing individu. Radiasi sinar

matahari terdiri dari berbagai macam panjang gelombang mulai dari sinar

inframerah, sinar tampak, dan sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet terbagi

dalam tiga jenis, yaitu UV A (320-400 nm), UV B (290-320 nm), dan UV C

(100-280 nm) (1).

Beberapa efek merugikan yang ditimbulkan sinar UV antara lain :


1. Tanning
Pigmentasi terjadi karena adanya paparan sinar ultraviolet pada

panjang gelombang tertentu. Radiasi terebut akan mengaktifkan sel

melanosit dan meningkatkan kandungan melanin pada sel-sel di membran

basal, sehingga menyebabkan pigmentasi. Mekanismenya dibedakan

menjadi tiga, yaitu :


a. Immediate tanning
Mekanisme immediate tanning diawali oleh radiasi sinar UV

dengan energi yang tidak dapat menyebabkan eritema dan melanosis,

yaitu pada 320-400 nm (UV A). Dalam waktu yang singkat, radiasi
tersebut menyebabkan kulit menjadi gelap dan pucat. Pigmentasi

maksimum muncul 1 jam setelah terpapar sinar dan akan kembali

normal 2-3 jam kemudian (1).


b. Delayed tanning
Proses pigmentasi tipe delayed tanning disebabkan oleh

radiasi sinar ultraviolet pada rentang panjang gelombang 290-320 nm

(UV B) atau dikenal dengan erythemogenic radiation. Radiasi

tersebut menyebabkan granul melanin yang terletak di lapisan basal

pada jaringan epidermis teroksidasi dan mulai bermigrasi menuju

permukaan kulit. Akibatnya, warna kulit menjadi lebih gelap 1 jam

kemudian dan mencapai pigmentasi maksimum 10 jam setelah

terpapar sinar UV. Keadaan kulit akan kembali normal 4-8 hari

kemudian(1).
c. True tanning (melanogenesis)

Warna kulit tergantung pada 3 (tiga) komponen menurut

derajat yang bervariasi. Jaringan memiliki warna inheren kekuningan

akibat kandungan karoten. Adanya Hb beroksigen dalam dasar kapiler

dari dermis memberinya warna kemerahan. Dan warna kecoklatan

sampai kehitaman adalah akibat jumlah pigmen melanin yang

bervariasi(4).

Melanosit merupakan sel khusus yang terdapat pada

epidermis. Dijumpai di bawah atau di antara sel-sel stratum basalis

dan folikel rambut. Melanin dibentuk oleh melanosit dengan ensim

tirosinase yang berperan penting dalam proses pembentukannya (4).


Melanin disintesis oleh melanosit, yaitu sel yang berasal dari

krista neuralis. Meskipun sel-sel ini terletak di stratum basale, sel ini

mempunyai juluran panjang yang terbentang ke dalam stratum

spinosum. Dalam melanosom yang berbentuk lonjong, tirosinase

mengubah tirosin menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin, seterusnya

diubah menjadi dopaquinon dan akhirnya menjadi melanin(4).

Melanosom berjalan menuju ujung juluran melanosit, yang

akan dibungkus dan endositosis oleh keratinosit dari stratum

spinosum. Melanosom bebas pindah ke inti keratinosit dan

membentuk payung pelindung, melindungi inti (dan kromosonnya)

terhadap radiasi ultraviolet dari matahari(4).

Gambar 2.2
Diagram Melanosit, ilustrasi gambaran utama melanogenesis. Tirosinase di sintesis
dalam retikulum endoplasma yang kasar dan diakumulasikan dalam vesikel
kompleks Golgi. Vesikel yang bebas sekarang dinamakan melanosom. Sintesis
melanin dimulai pada melanosom tahap II, di mana melanin diakumulasikan dan
membentuk melanosom tahap III. Terakhirstruktur ini hilang dengan aktivitas
tirosinase dan membentuk granul melanin. Granul melanin bermigrasi ke arah
juluran melanosit dan masuk ke dalam keratinosit.6
Faktor-faktor penting dalam interaksi antara keratinosit dan melanosit

yang menyebabkan pigmentasi pada kulit:

1. Kecepatan pembentukan granul melanin dalam melanosit

2. Perpindahan granul ke dalam keratinosit, dan

3. Penempatan terakhirnya dalam keratinosit (4).

Melanogenesis disebabkan oleh sinar UV B. Sinar UV B akan

mengaktifkan enzim tirosinase dan menginisiasi pembentukan

melanin. Pigmentasi muncul dua hari setelah terpapar sinar ultraviolet

dan mencapai pigmentasi maksimum tiga hari kemudian (4).

2. Eritema
Eritema adalah reaksi respon vascular terhadap radiasi UV yang

seirngkali bifasik. Paparan sinar ultraviolet pada panjang gelombang 290-

320 nm memicu reaksi inflamasi dan menyebabkan warna kulit menjadi

merah atau eritema. Eritema muncul 2-3 jam setelah terpapar sinar

matahari dan mencapai intensitas maksimum 10-12 jam kemudian dan

tetap merah 24 jam kemudian. Tahapan eritema dibagi dalam tiga fase,

yaitu memerahnya kulit, pengerutan kulit, dan pelepasan sel epidermis (1).
3. Kanker kulit
Secara alami, radiasi ultraviolet merupakan mutagen lingkungan

yang berperan dalam peningkatan penyakit kulit yang diakibatkan oleh

lingkungan, salah satunya adalah kanker(5). Radiasi ultraviolet diketahui

sebagai salah satu karsinogen, dapat memberikan banyak efek pada kulit.
(6)
. Radiasi sinar UV-B pada tingkat seluler (membran, protein, DNA)

secara terus-menerus dapat merusak DNA dan berkembang menjadi

kanker kulit. Jenis kanker kulit dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu Basal
Cell Carcinoma (BCC), Squamos Cell Carcinoma (SCC), dan Cutaneous

Malignant Melanoma (CMM)(5).


D. Penyakit Kulit Akibat Sinar Matahari
1. Kulit Terbakar (Sunburn)
Sunburn disebut juga sebagai eritema ultraviolet. UVR (Ultraviolet

Radiation) dengan panjang gelombang medium yang berlangsung dalam

waktu lama menyebabkan terjadinya eritema dan bila berat dapat timbul

lepuhan. Dosis yang diperlukan tergantung pada jenis kulit dan intensitas

UVR, sinar matahari pada tengah hari adalah yang paling kuat (6).
Pengobatan untuk menghilangkan kulit yang gosong adalah sulit,

tetapi mungkin losion kalamin atau steroid topikal dapat membantu

mengurangi keluhan. Pencegahan jauh lebih baik daripada mengobati.


Perlindungan terhadap sinar matahari hendaknya menyertakan

penghindaran terhadap sinar matahari, pemakaian topi dan pakaian, kaca

mata dan tabir surya. Semua permukaan kulit yang terpapar hendaknya

dilindungi. Tabir surya mempunyai kisaran potensi yang tingkatannya

ditunjukkan oleh nomor Sun Protection Faktor (SPF). Nomor ini

menunjukkan berapa kira-kira penggandaan waktu yang diperlukan untuk

menimbulkan kemerahan di kulit yang diberikan zat tersebut, bila waktu

paparan untuk menimbulkan kemerahan normal di kulit 10 menit, tabir

surya dengan SPF 6 akan memperpanjang waktu ini menjadi sekitar 1

jam(2).
2. Melasma
Melasma adalah hipermelanosis yang didapat, umumnya simetris,

berupa macula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat

tua, mengenai area yang terpajan sinar ultraviolet dengan tempat

predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung dan dagu. Selain
ultraviolet, faktor lain yang dapat menjadi etiologinya adalah hormone,

obat, genetic, kosmetik dan idiopatik(7).


Klasifikasi melisma berdasarkan gambaran klinis yakni bentuk

sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial, bawah

hidung serta dagu. Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral

serta bentuk mandibular meliputi daerah mandibul(8).


Gambaran klinis makula berwarna coklat muda atau coklat tua

berbatas tegas dengan tepi yang tidak teratur. Predileksi macula sesuai

tipe melasma (pola malar/mandibular/sentrofasial). Macula berwarna

keabu-abuan atau kebiruan pada tipe dermal(1).


Tatalaksana dengan melakukan perlindungan terhadap sina

rmatahari, menghindari atau menggunakan tabir surya. Menghilangkan

faktor penyebab melisma, menghentikan pemakaian KB, kosmetik, obat.

Dapat menggunakan oba topikal seperti krim hidrokuinon, asam retinoat

0,1% yang digunakan pada malam hari dan menggunakan tabir surya

pada siang hari. Pengobatan sistemik menggunakan asam askorbat,

glutation sebagai antioksiadan. (1)

Gambar 2.3
Melasma. Makula kining kecoklatan
dengan batas ireguler pada kepala(7)

3. Erupsi Polimorfik akibat Sinar Matahari (Polymorphic Light

Eruption)
Kelainan yang umum terjadi ini diagnosisnya sering dikelirukan

dengan biang keringat atau Prickly heat. Perempuan lebih sering terkena

daripada laki-laki, dan biasanya kelainan ini dimulai timbul pada waktu

remaja atau pada usia dewasa dini(7).


Gambaran klinik: erupsi timbul pada permukaan kulit yang

terpapar sinar matahari, dimana yang paling sering adalah wajah, lengan,

tungkai, dan daerah bentuk V pada leher. Lesi pada masing-masing

orang bentuknya bermacam-macam, mulai dari papula sampai plak.

Kadang-kadang juga terbentuk lepuhan. Reaksi mungkin timbul bila sinar

matahari sangat kuat(2).


Pengobatan: dapat diberikan PUVA sebelum musing datang

(preseasonal) mungkin bermanfaat. Obat-obat anti malaria mungkin

mempunyai beberapa keuntungan, sedangkan tabir surya dan pakaian

akan membantu mencegah terjadinya erupsi pada beberapa orang(2).

Gambar 2.4.
Erupsi Polimorfik akibat Sinar Matahari.
Lesi popular pada bagian yang terkena sinar matahari (7).

4. Prurigo Aktinik
Prurigo aktinik merupakan kelainan pada anak-anak yang jarang

terjadi, dimana daerah-daerah eksematosa pada wajah dan punggung

tangan timbul pada setiap musim panas, dan menghilang pada musim

dingin. Penyebabnya belum diketahui, sedangkan pengobatan yang

diberikan biasanya tidak efektif(9).


Gambar 2.5.
Prurigo Aktinik: Pengembangan dari area
Paparan sinar matahari yang mempengaruhi bibir(7).

5. Eksema fotosintesis dan dermatitis aktinik kronis


Pada beberapa orang timbul eksema pada tempat-tempat yang

terpapar sinar matahari. Pada yang lainnya, eksema yang sudah ada bisa

menjadi lebih hebat akibat terpapar sinar matahari. Salah satu

penyebabnya adalah dermatitis karena kontak dengan zat kimia yang

terhirup, seperti minyak wangi atau ekstrak tumbuhan (misalnya, bunga

krisan). Gambaran yang ada bisa mirip dengan yang terjadi akibat obat-

obat tertentu. Kelainan yang terjadi cenderung menjadi lebih hebat

sehingga terjadi penebalan kulit yang permanen dan meradang. Keadaan

ini disebut dengan istilah dermatitis aktinik kronis(2).


Pengobatan: terhadap kelainan ini sangat sulit memberikan hasil.

Tabir surya penghalang yang mengandung titanium mungkin ada

gunanya, sedangkan azatioprin telah terbukti bermanfaat(2).

Gambar 2.6

Eritema minimal yang muncul pada pengujian 2 panjang gelombang


pada pasien kronik aktinik dermatitis(8).

6. Fitofotodermatitis
Pada setiap musim panas, kita dapat menemukan pasien-pasien dengan

ruam akibat adanya kontak dengan tumbuh-tumbuhan yang terjadi pada


hari-hari yang terik. Biasanya terjadi dermatitisyang bergaris-garis dalam

susunan yang linier dan gangguan pigmentasi residual sering terjadi.

Salahs satu penyebab utamanya adalah tumbuhan giant hogweed, tetapi

ada beberapa penyebab lain(2).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sinar matahari memiliki efek yang menguntungkan dan merugikan

terhadap kesehatan kulit


2. Radiasi ultraviolet dari sinar matahari dapat mengakibatkan perubahan

struktur dan komposisi kulit, hilangnya kelenturan kulit, penebalan kulit,

kulit kemerahan, dan mempercepat proses penuaan kulit.


3. Penyakit kulit yang dapat terjadi akibat paparan sinar matahari antara lain

kulit terbakar (Sunburn), Erupsi Polimorfik akibat Sinar Matahari

(Polymorphic Light Eruption, prurigo aktinik, Eksema fotosintesis dan

dermatitis aktinik kronis, fitofotodermatitis dan lain sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, A editor. 2015.Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 7th ed rev.


Jakarta: FKUI.
2. Brown, R.G., Burns, T. 2010. Lecture Notes on Dermatologi Edisi
Kedelapan. Penerbit Erlangga: Jakarta.
3. Eroschenko, V. 2012. Atlas Histologi diFiore: Dengan Korelasi
Fungsional, Ed. 11. EGC; Jakarta.
4. Fitrie, AA. 2010. Histologi Dari Melanosit. Fakultas Kedokteran
Bagian Histologi. E-USU Repository. Universitas Sumatera Utara.
5. Ortiz, A.A,. Yan, B,. DOrazio, J, A,. 2015. Ultraviolet Radiation,
Aging and the Skin: Prevention of Damage by Topical cAMP
Manipulation. NIH Public Access. 19(5): 6202-6219. Doi:
10.3390/molecules 19056202.
6. United States Environmental Protection Agency. 2012. The Burning
Facts. EPA 430-F-06-013 September 2012.
7. Goldsmith, et all. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology Seventh Edition. 2013.Penerbit: Mc Graw Hill. 2253p.
8. Lim, H. W., Honigsmann, H., Hawk, J. L. M. 2012. Photodermatology.
Informa Healthcare USA, Inc. 270 Madison Aveneu New York.
9. Gronniger, E., Weber, B., et al. 2011. Aging and Chronic Sun Exposure
Cause Distinct Epigenetic Changes in Human Skin. Plos Genetics. Vol.
6, Issu 5, e1000971, May 2011. From: www.plogsgenetics.org.
10. Lehman, P,. Schwarz, T. 2011. Photodermatoses: Diagnosis and
Treatment. Deutsches Arzteblatt International 2011; 108(9): 135-41
11. Allevanto, MAJ. 2012. Lentigo Solar, Una Discromia Cotidiana y
Desafiante. Educacion Continua. Act Terap Dermatol 2012;28: 234.

Anda mungkin juga menyukai