Muhammad Taslim PDF
Muhammad Taslim PDF
Muhammad Taslim PDF
SKRIPSI
OLEH
MUHAMMAD TASLIM
NIM: 11111161
ُ ْ َ ُ ْ
َ"" ُأنظ ْ َرما َقا َل ََولاتنظ ْرم ْنَ َقا َل
َ َ َ َ
vi
Persembahan
1. Orang tuaku tercinta bapak H. Ja’rofi dan ibu Muchlikah, yang senantiasa
4. Para pengasuh PP. Darul Falah (KH. Taufiqul Hakim) dan PP. Al-Hasan
6. Temen-temen PP. Darul Falah dan PP. Al-Hasan yang senantiasa memberi
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah
SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut
setiaNya.
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
4. Bapak Dr. H. Sa’adi., M.Ag., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
viii
7. Bapak dan ibu serta saudara-saudara di rumah yang telah mendoakan dan
8. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 10 Februari
2016
Penulis,
Muhammad Taslim
11111161
ix
ABSTRAK
x
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah ................................................................... 1
B. RumusanMasalah .......................................................................... 6
D. KegunaanPenelitian ....................................................................... 6
F. PenegasanIstilah ............................................................................. 10
xi
G. Sistematika Penulisan ................................................................... 15
BAB IV ANALISIS
Al-Mas’udi ..................................................................................... 81
xii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 82
B. Saran ............................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
3. Lembar Konsultasi
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia, dan alam semesta
(Daulay, 2012:3).
membentuk insan kamil yang mana untuk mencapai tujuan itu tak lepas dari
hubungan Allah, manusia, dan alam semesta, dan tujuan pendidikan Islam
Allah dan sebagai ‘abd Allah. Oleh karena itu Allah mengutus Rasulullah
untuk menjadikan gambaran seorang khalifah di muka bumi ini serta wajib
masyarakat dan umat Islam seluruhnya. Akhlaq adalah buahnya Islam yang
menjadikan kehidupan ini menjadi manis dan elok. Tanpa akhlaq, yang
1
merupakan kaidah-kaidah kejiwaan dan sosial bagi individu dan
yang terpenting dalam pendidikan Islam. Dalam ajaran Islam banyak sekali
akhlaq mulia karena pembentukan akhlaq mulia itu adalah misi Islam,
Islam sebagai disiplin ilmu adalah kitab suci al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
SAW serta pendapat para sahabat dan ulama atau ilmuwan muslim sebagai
dari hal-hal yang lain. Perhatian itu sampai sedemikian rupa, sehingga akhlaq
sebagai satu pokok tujuan risalah. Dalam hal ini beliau bersabda:
(www.maktabahsamilah.com).
2
Akhlaq merupakan sifat yang dekat dengan iman. Baik buruknya
akhlaq menjadi salah satu syarat sempurna atau tidaknya keimanan seseorang.
karena sudah sangat banyak hal-hal yang buruk yang dilakukan oleh orang-
orang dan bahkan tanpa kita semua sadari. Hal ini menjadikan keprihatinan
hingga menjadi dewasa kelak. Apabila tidak ada cara untuk membentengi diri
anak dari segala terjangan hal-hal yang buruk, maka anak akan dipastikan
terpengaruh perilaku yang buruk, dan bukan tidak mungkin anak menjadi
terbiasa untuk melakukan perbuatan yang buruk, tentu sebagai orang tua hal
dan tanggung jawab kepada manusia. Amanah dan tanggung jawab adalah hal
terbesar yang Allah berikan kepada manusia. Dalam hal ini, orang tua
benar terhadap anak. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah surat at-
Tahrim ayat 6:
َ)٦(َ.... ََََََ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka ....” (Qs. At-Tahrim).
3
Lingkungan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam
orang tua, bahkan sampai membunuh. Bila tidak dididik dari anak-anak maka
akan berdampak kelak di masa dewasa bahkan masa tuanya. Hal ini terlihat
dari banyaknya kasus akhlaq yang buruk dilakukan oleh orang dewasa atau
Dalam hal ini perlu benteng pembatas untuk membentuk akhlaq yang baik,
pentingnya pendidikan dalam membina akhlaq anak didik. Baik itu kepada
sebuah ilmu itu merasuk pada hati peserta didik dan dapat terlahir dalam
kehidupan sehari-hari.
dan kesediaan dari peserta didik itu sendiri untuk mencapai tujuan, maka
4
membutuhkan adanya sebuah akhlaq dan aturan yang bisa mengantarkan
kepada sebuah keberhasilan guru dan murid. Dengan kata lain, dengan
dini hingga masa yang akan datang dan untuk menumbuhkan akhlaq yang
sebuah karya yang berisi tentang akhlaq-akhlaq yang diberi nama Taisirul
Khalaq. Beliau lahir di Baghdad. Beliau merupakan seorang ulam besar dan
sekaligus seorang guru besar dari Al-Azhar. Kitab Taisirul Khalaq dapat
pasti akhlaq yang harus dilaksanakan dan akhlaq yang harus ditinggalkan.
Dalam kitab tersebut berisi tentang kumpulan beberapa akhlaq dan berisi
penutupan.
5
B. Rumusan Masalah
Taisirul Khalaq?
C. Tujuan Penelitian
Taisirul Khalaq.
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat teoritis
6
c. Memberi sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan bagi Fakultas
IAIN Salatiga.
2. Manfaat Praktis
penulis sendiri.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Sumber Data
a. Data Primer diambil dari buku utamanya yaitu kitab Taisirul Khalaq
penelitian.
7
dan karya ilmiah yang mendukung penelitian skripsi ini. Dengan
a. Metode deskriptif
b. Metode filosofis
8
orang-orang yunani kuno, filsafat secara harfiah berarti “cinta kepada
c. Metode kontekstual
isi yang ada di dalam kitab Taisirul Khalaq dengan situasi dunia nyata
dan mendorong penulis untuk membuat hubungan antara isi yang ada
kekinian.
d. Metode kritik
9
F. Penegasan Istilah
berikut:
1. Konsep
2. Pendidikan
10
a. Tujuan
b. Pendidik
hanya guru, orang tua, dan ustadz. Tapi di sini semua orang yang
c. Anak didik
baik dari segi fisik maupun dari segi mental psikologi (Jumali,
2004:35).
d. Lembaga
2005:582).
11
e. Kurikulum
f. Metode
dan lain-lain.
g. Evaluasi
tidak.
12
3. Akhlaq
dari bahasa arab Al-Akhlaaq. Ia merupakan bentuk jamak dari kata Al-
Khuluq yang berarti budi pekerti, tabiat atau watak (Halim, 2000:8).
a. Etika
kalau ia mau menjadi baik (Suseno, 1987:17). Etika bisa disebut juga
kata lain etika bisa disebut juga sebuah ilmu bukan sebuah ajaran.
b. Moral
13
buku petunjuk bagaimana kita harus memperlakukan sepeda motor
c. Karakter
seseorang dalam buku atau film; (5) orang yang luar biasa; (6)
tampilan; (7) huruf atau simbol; (8) unit data komputer (Permana,
d. Kepribadian
nilai.
laku.
4. Pendidikan Akhlaq
bahwa dalam kehidupan manusia menghadapi hal baik dan hal buruk,
14
peperangan. Untuk menghadapi hal-hal serbakontra tersebut, Islam telah
Kitab ini ditulis oleh seorang ulama’ yang bernama Hafidz Hasan al-
yang berisi sebanyak 55 halaman dan berisi sebanyak 33 tema ini sangat
ringkas dan mudah dipelajari. Kitab ini sangat cocok untuk dijadikan
G. Sistematika Penulisan
secara garis besar. Skripsi ini terdiri dari enam bab yang masing-masing
15
Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
sistematika penulisan.
Taisirul Kholaq.
Bab III Pada bab ini membahas tentang pengertian konsep pendidikan
yang ada dalam kitab Taisirul Khalaq yang dikaitkan dengan konteks
kekinian.
daftar pustaka.
16
BAB II
Nama sebenarnya Hafidz Hasan al-Mas’udi ialah Abu al-Hasan Ali bin
Husayn bin Ali al-Mas’udi atau Abu Hassan Ali bin al-Hasyn bin Abdullah
ini sama dengan pernyataan dalam al-Dhahabi dan surat tulisan al-Mushabi
yang luas di darat dan di laut yang mencakup negeri India hingga lautan
Atlantik, dari laut Merah hingga laut Caspia. Bahkan ada kemungkinan dia
dilahirkan di Bagdad, Irak, pada akhir abad XIX. Nama lengkapnya adalah
Abu al-Hasan Ali bin Husein Ibnu Ali al-Mas’udi. Setelah menyelesaikan
17
istiadat masyarakat suatu tempat. Hal inilah yang mendorongnya untuk
mengembara dari satu negeri ke negeri lain, mulai dari Caspia, Tiberias,
akhir abad ke sembilan. Dia adalah keturunan Abdullah ibn Mas’udi, sahabat
sepuluh tahun terakhir hidupnya di Syria dan Mesir, yang akhirnya meninggal
di Kairo pada tahun 957 M. Mas’udi juga penulis dan penjelajah dunia Timur.
Dia masih muda ketika berkelana melintasi Persia dan tinggal di Istakhar
selama kurang lebih setahun pada 915 M. Dari Bagdad ia pergi ke India (916
dalam model tulisan sejarah sekaligus model tulisan geografi. Dalam bidang
sejarah, dia mengubah tulisan kronologis per tahun yang dilakukan oleh
pendahulunya, al-Thabari. Dia tidak menuliskan sejarah dari tahun per tahun,
tetapi dalam model tulisan satu kisah bersambung, yang memiliki kelebihan
dari segi sastranya. Dia tidak memerlukan rangkaian mata rantai sumber
18
sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Kalau sebelumnya al-Thabari mencurahkan
perhatian kepada sejarah bangsa Arab dan bangsa Persia kuno, al-Mas’udi
tandingannya pada abad kesepuluh Miladi. Karena, dia beralih dari tradisi
penulisan geografi yang hanya diigunakan untuk kepentingan aturan pos dan
bangsa Yunani, yang memasukkan peta laut, sungai, bangsa Arab, Kurdi,
Turki, dan Bulgaria, serta perpindahan India dan Negro, serta pengaruh iklim
terhadap akhlak dan adat istiadat suatu bangsa. Bahkan, dia juga menulis dan
maju, beberapa abad sebelum pemikiran seperti ini muncul dan berkembang
zamannya. Khususnya buku yang dia tulis, yang berjudul al-Tanbih wa al-
Isyraf. Adapun buku Muruj al-Dzahab, merupakan buku yang memuat bentuk
kehidupan sosial dan budayanya, pada zaman kekhalifahan Islam yang sangat
Tidak banyak para pendahulu yang mengulas sejarah Hafidz Hasan al-
Mas’udi, para ahli waris juga sangat sulit untuk dilacak karena keberadaan
19
dimana beliau berkiprah. Namun, sekilas gambaran itu penyusun kira sudah
mewakili.
khalaq, dalam ilmu hadis beliau berhasil menulis sebuah kitab yang berjudul
terdiri dari tiga puluh jilid. Buku ini berisi tentang uraian sejarah dunia. Karya
lainnya adalah kitab al-Ausat, yang berisi kronologi sejarah umum. Pada
tahun 947, kedua karya tersebut digabungkan menjadi satu dalam sebuah
Mines of Precious Stones (Padang Rumput Emas dan Tambang Batu Mulia).
Pada tahun 956, karya ini direvisi kembali dan diberikan sejumlah tambahan
20
Buku jilid pertama sempat diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh A.
Zaman) yang lebih dikenal dengan sebutan “Annals” (Catatan Tarikh), dalam
tahun 956 M sebagaian lagi masih disimpan. Karyanya yang lebih awal
Ishraf (buku Indikasi dan Revisi). Dalam buku ini ia membuat ikhtiar,
Leiden pada tahun 1894 SM dengan penyunting M.J Goeje (Jamil, 1994:419).
Indication and Revision), yaitu sebuah buku yang berisi ringkasan koreksi
terhadap tulisannya yang lain. Buku ini juga memaparkan garis besar
evolusinya. Di kemudian hari, buku ini dietit oleh M.J. de Geoje, sebelum
tahun 1896.
21
dalam penulisan sejarah. Ia membuat revolusi dalam penulisan sejarah dengan
yang saya lakukan. Sebuah perbandingan dari karya sejarah saya dengan
pernyataan saya”. Pandangan Mas’udi sangat luas dan dialah salah seorang
yang pertama kali menggunakan anekdot dalam sejarah. Dia telah melakukan
dalam usahanya mencari data dari tangan pertama. Ini yang memungkinkan
Karya lainnya yang patut dicatat adalah Al Tanbih wal ishraf, yang
norma teori penulisan sejarah masa kini. Sebuah laporan tentang karya-karya
Mas’udi bisa ditemukan dalam Memoirs de Sacy dan prakata Goeje pada edisi
pertama Kitab al-Tanbih wal Ishraf. Juga dalm The Tales of Caliph
22
(Dongeng-dongeng Khalifah) tulisan C.Field, 1909, didasarkan pada karya-
Allah bisa dilaksanakan dengan cara bertaqwa kepada Allah, dalam arti
a. Merasa bahwa diri kita itu hina atau lemah dan mengakui bahwa
c. Bersyukur kepada Allah dan menerima atas apa saja yang telah Allah
23
2. Adab Guru dan Murid
orang yang bisa mengerti akan keadaan murid, guru harus mempuyai sifat
terpuji yang mana akan berpengaruh kepada murid serta guru juga
menjadi dalang bagi murid yang mana keberhasilan murid itu ada pada
Adab yang harus dimiliki oleh murid antara lain (Hafidz, tt:5-6):
b. Adab kepada guru sebagai murid yang mempunyai adab yang baik
harus mempercayai bahwa guru itu lebih utama dari pada kedua orang
memuji guru lain di depan gurunya, dan mentaati apa yang sudah
24
3. Akhlaq kepada diri sendiri dan orang lain.
Orang tua merupakan salah satu sebab seorang anak itu ada di muka
bumi ini yang mana perjuangan dari orang tua itu tidak habis dihitung
anak dan melahirkannya, dan bapak lah yang bertanggung jawab atas
kepada kedua orang tua dan membuat bangga kepada mereka (Hafidz,
tt:6).
b. Hubungan saudara
c. Hubungan tetangga
25
d. Adab pergaulan
memaafkan jika punya kesalahan kepada teman. Ada tiga hal yang
e. Ramah tamah
kata ulfah. Kata ulfah disini berarti ramah terhadap semua orang
bukan hanya kepada keluarga dan saudara kita saja. Di antara dasar
f. Persaudaraan
26
lain, saling memaafkan kesalahan satu sama lain, saling mencegah
4. Adab Sehari-hari
dan harus dengan cara yang baik untuk mendapatkan hal yang baik juga.
b. Adab makan
c. Adab minum
d. Adab tidur
f. Kebersihan
27
5. Akhlaq Mahmudah (terpuji) dan Madzmumah (tercela)
lain; jujur, amanah, murah hati, dermawan, rendah hati, adil, dan lain-
28
BAB III
LANDASAN TEORI
dengan educare, artinya membawa keluar (suatu yang ada di dalam). Bahasa
(Muhadjir, 1993:15)
potensi bawaan, baik jasmani dan rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
suatu kelompok manusia dapat hidup dan berkembang sejalan dengan aspirasi
hidup mereka.
demikian, ini bukan berarti bahwa definisi pendidikan tidak jelas. Definisi
29
pendidikan yang beragama dan berbeda-beda tersebut justru menjadi
sangat berharga.
orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu
kedewasaan.
(intelek), dan tubuh anak. Dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan
30
Menurut Driyarkara, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia
kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu
pertumbuhannya.
3. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu
31
Kata akhlaq berasal dari bahasa arab ٌ ا َ ْخالقbentuk jamak dari ٌ ُخلُقyang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (IAIN Walisongo,
2004:109).
perilaku yang konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa, daripadanya tumbuh
juga bahwa pendidikan akhlak merupakan usaha yang secara sadar untuk
Dalam ilmu usul fiqh yang menjadi rujukan pencarian hukum maka
dikenal prinsip Maqasid Al Syari’ah yang tidak lain merupakan salah satu
prinsip fiqh yang mangkaitkan dengan akhlak. Segala sesuatu menjadi benar
Hifdu an-Nafs (Menjaga Jiwa), Hifdu al-Aql (Menjaga Akal), Hifdu al-Mal
(Menjaga Harta).
32
Akhmad Azhar Basyir (1987:6 dalam Mujiono dkk, 2002:94)
sosial, khalifah di muka bumi serta sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.
rumusan Akhmad Basyir tentang ruang lingkup akhlak maka terlihat ada salah
satu aspek yang tertinggal yaitu aspek menjaga terhadap harta. Akhlaq
33
pandai, dan hatinya berkembang dengan sempurna. Tujuan pendidikan
(Tafsir, 1990:16).
mencapai manusia seutuhnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Zahra Idris
manusia dewasa.
tidak dapat lepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam yaitu untuk
Nya dan dapat mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat
(Azra, 2000:8).
34
ََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
ََََََََ
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (QS. Al-
Ahzaab:21)
adalah terciptanya manusia yang beriman perilaku lahir dan batin yang
berprilaku sesuai dengan panutan umat manusia atau suri tauladan demi
2. Kurikulum
35
Pendapat ini sesuai benar dengan rencana pelajaran yang kita
Agama.
dengan segaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka
dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak
1983:59).
sebagai jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru dengan peserta
nilai-nilai lainnya.
36
satu sama lainnya. Gunawan (2014:48-57) komponen-komponen tersebut
antara lain:
a. Tujuan kurikulum
karena tujuan akan menentukan arah dan target apa yang hendak
dicapai. Tujuan juga menjadi gambaran tentang hasil akhir dari suatu
kegiatan.
b. Materi
37
Pemilihan dan penentuan materi disesuaikan dengan tujuan yang telah
c. Metode
cepat dan tepat”. Secara etimologi, kata “metode” berasal dari kata
meta dan hodos, yang sering diartikan dengan “melalui” dan “jalan”
khusus, yakni cara yang tepat dan cepat dalam mengerjakan sesuatu.
Ungkapan cara yang paling tepat dan cepat ini membedakan dengan
istilah way (bahasa inggris) yang berarti cara juga (Tafsir, 1996:8).
d. Evaluasi
38
untuk menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia
dilakukan.
3. Lembaga
4. Pendidik
Dari segi bahasa, seperti yang dikutip Abudin Nata dari W.J.S.
mendidik, maka arti luas dapat dikatakan bahwa pendidik adalah semua
orang atau siapa saja yang berusaha dan memberikan pengaruh terhadap
39
pembinaan orang lain (peserta didik) agar tumbuh dan berkembang
yang lebih tinggi. Status pendidik dalam model ini bisa diemban oleh
dilakukan oleh orang dengan orang lain dan dapat memberikan pengaruh
sekolah, maka yang dinamakan pendidik bisa dilakukan oleh siapa saja,
kapan saja, dan di mana saja, seperti orang tua menjadi pendidik anak-
40
dipersempit maknanya. Yakni, pendidik adalah orang-orang yang sengaja
“Ustadz”.
41
c. Sebagai mudarris, artinya orang yang memiliki tingkat kecerdasan
pendidikan.
5. Peserta didik
sasaran, maka mereka harus berperan sebagai subyek yang aktif dalam
42
didik merupakan salah satu dimensi yang perlu diketahui dan dipahami
utuh terhadap peserta didik, sulit rasanya bagi pendidik untuk dapat
diinginkan.
digunakan oleh para tokoh pendidikan dalam islam, antara lain ditemukan
(pendidik).
43
pendidikan dari seorang mu’addib, sehingga terbangun dalam dirinya
6. Metode
a. Metode Ceramah
Yaitu penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap anak
didik di kelas. Dengan kata lain dapat pula dikatakan bahwa metode
siswanya.
b. Metode Keteladanan
Melalui metode ini orang tua atau pendidik dapat memberi contoh
44
sebagainya. Maka anak atau peserta didik dapat melihat, menyaksikan
َََََََََََََ
ََََََََ
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah (QS. Al-Ahzab:21).
c. Metode Pembiasaan
atau positif ini dapat dilakukan dengan dua cara, antara lain ditempuh
watak anak atau peserta didik dan juga akan terus berpengaruh pada
anak terkadang sukar dan memakan waktu lama. Akan tetapi segala
sesuatu yang telah menjadi kebiasaan akan sukar pula diubah. Maka
dari itu, lebih baik menjaga anak-anak atau peserta didik supaya
45
d. Metode Nasihat
Metode inilah yang sering digunakan oleh orang tua atau pendidik
َ ََََََ
َََََ
Artinya: kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran (QS. Al-Ashr:3).
diharapkan melalui metode ini adalah agar anak atau peserta didik
yang disampaikan.
baik dan hadiah yang diberikan tidak harus berupa materi. Sedangkan
46
memberikan arahan dalam memberi hukuman terhadap anak atau
2) Jangan sampai menyakiti perasaan dan harga diri anak atau orang
yang dihikum.
7. Media
pendidikan di sekolah. Dan karena itu menjadi suatu bidang yang harus
lebih luas dan mempunyai fungsi yang lebih luas pula serta memiliki
1977:11).
47
Media dalam pendidikan juga berarti alat untuk membantu
berasal dari kata “raga”, artinya suatu benda yang dapat diraba,
b. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan
didengar.
rangka pendidikan.
g. Karena itu, sebagai tindakan operasional, maka dalam buku ini kita
48
8. Evaluasi
a. Pengertian Evaluasi
program pengajaran.
tetapi bila tidak disertai dengan materi pelajaran yang sesuai, metode
49
b. Fungsi dan Tujuan
1) Evaluasi Formatif
satuan pelajaran.
2) Evaluasi Sumatif
murid.
50
4) Evaluasi Diagnostik
1. Faktor Internal
dari diri sendiri yaitu fitrah yang suci yang merupakan bakat bawaan sejak
ََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
ََََََََََََََ َ
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui (Qs. Ar-Rumm:30)
51
Dengan demikian setiap anak yang lahir ke dunia ini telah memiliki
b. Adat Istiadat
c. Kepercayaan
d. Keinginan-keinginan
e. Hawa nafsu
f. Hati nutrani
2. Faktor eksternal
a. Pengaruh keluarga
Setelah manusia lahir, maka akan terlihat jelas fungsi keluarga dalam
Orang tua (keluarga) merupakan pusat kegiatan rohani bagi anak yang
pertama, baik itu tentang sikap, cara berbuat, cara berfikir itu akan
52
b. Pengaruh sekolah
c. Pengaruh masyarakat
agama.
maka akan menarik anak-anak untuk berakhlak jahat. Oleh karena itu
53
Dengan demikian akhlak mulia membutuhkan pendidikan, baik dari
perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah atau jelek,
buruknya.
54
a. Sabar
ََََ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan
negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung
(QS. Ali ‘Imran: 200).
b. Malu
ََََََََََََ
َََََََََََ َََ
Artinya: Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak
bersembunyi dari Allah, Padahal Allah beserta mereka, ketika pada
suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak
redlai. dan adalah Allah Maha meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang
mereka kerjakan (QS. An-Nisa’: 108).
c. Kejujuran
ََََََََََََ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah,
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (QS. At-
Taubah: 119).
َََََََ
Artinya: Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan
apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan
kata-kata (yang mengandung) keselamatan (QS. Al-Furqan: 63).
55
e. Keberanian
ََ َ َ َ َ َ َ َ َ
ََََََ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi
pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama)
Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung (QS. Al-Anfal: 45).
ََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
ََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
ََََََََََ َََ
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya (QS. Ali ‘Imran: 159).
g. Kasih Sayang
َََََََََََََ
Artinya: Dan Dia (tidak pula) Termasuk orang-orang yang beriman
dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk
berkasih sayang (QS. Al-Balad: 17).
ََََََََََََ
Artinya: Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang (QS.At-Taghaabun: 14).
56
i. Menghidupkan Makna Persaudaraan Seiman
َََََ
Artinya: orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (QS. Al-
Hujuraat: 10).
j. Amanah
َََََََََََََ
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya (QS. An-Nisa’: 58).
k. Berbuat Adil
ََََََََََ
Artinya: Dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang Berlaku adil (QS. Al-Hujuraat: 9).
terpaksa yang keluar dari diri seseorang disebut dengan akhlaq tercela
57
Diantara contoh-contoh akhlaq tercela dalam Al-Qur’an dan harus
a. Dholim
ََََََََََ
Artinya: Dan barang siapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya
Kami rasakan kepadanya azab yang besar (QS. Al-Furqan: 19).
b. Iri Dengki
َََََََ ََََََََ
Artinya: Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad)
lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya (QS. An-Nisa’:
54).
c. Menipu
ََََََ َََََ
Artinya: Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang
yang merencanakannya sendiri (QS. Faathir: 43).
d. Riya’
ََََ َ َ َ َ َ َََ َ َ
ََََََ
Artinya: 4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, 5.
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, 6. orang-orang yang
berbuat riya (QS. Al-Ma’un: 4-6).
e. Ujub
َََََََََََََ َ
Artinya: Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu
menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang
58
banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun (QS. At-
Taubah: 25).
ََ َ َ َ ََ َ َََ َ َ
َََََََََََََ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang
laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang
ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang
direndahkan itu lebih baik (QS. Al-Hujurat: 11).
ََََََ َََََ
Artinya: Dan janganlah suka mencela dirimu (QS. Al-Hujurat: 11).
ََََََََ
Artinya: Dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung
ejekan (QS. Al-Hujurat: 11).
ََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
ََََ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-
sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa (QS.
Al-Hujurat: 12).
j. Ghibah
ََََََ َََََ
59
Artinya: Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain (QS. Al-Hujurat: 12).
60
BAB IV
ANALISIS
kholaq dijelaskan bahwa kitab ini berisi tentang akhlaq kepada Allah yang
mana dilaksanakan dengan cara bertaqwa kepada Allah. Taqwa di dalam kitab
keadaan sepi atau ramai. Materi taqwa dalam kitab ini relatif sederhana
karena kitab ini diperuntukan bagi orang pemula dalam mempelajari agama
dan kitab ini mudah dipelajari oleh anak-anak atau tingkat pemula karena dari
antara lain; merasa hina dan lemah di hadapan Allah, menjauhi segala
tersebut disampaikan dengan bahasa yang jelas sehingga dapat dipahami oleh
punishment taqwa kepada Allah dalam kitab tersebut yaitu orang yang
Kebahagiaan di duni berupa kedudukan yang tinggi dan dicintai oleh sesama
61
manusia. Adapun kebahagiaan di akhirat berupa selamat dari api neraka dan
َََََََََ
Artinya: Dan barang siapa berbuat kebaikan sebiji dzirroh saja maka
dia akan mendapatinya (pahala) (QS. Al-Zalzalah).
terlepas dari iman dan taqwa. Dengan iman dan taqwa kita dapat mencegah
dan menyelamatkan diri dari hal-hal yang menyesatkan. Dengan iman dan
taqwa tujuan dari pendidikan itu sendiri sangatlah serupa dengan tujuan iman
penanaman sopan santun, mudaris yang fokus pada intlektual, mursyid yang
62
Dalam kitab ini disebutkan syarat-syarat sebagai mu’alim antara lain;
sopan santun, sabar, pengasih, penyayang, lemah lembut, dan menjadi teladan
mempunyai arti orang yang sedang belajar dan mempelajari ilmu dari seorang
mu’alim. Ada beberapa istilah lain yang digunakan menyebut kata murid
antara lain; mutarabby yang artinya peserta didik yang sedang dijadikan
sasaran untuk dididk dalam arti diciptakan, muta’addib yang artinya orang
yang sedang belajar meniru, mencontoh sikap, dan perilaku yang sopan dan
santun melalui kegiatan pendidikan, daaris yang artinya orang yang sedang
yang artinya orang yang sedang mendalami ilmu agama dari seorang mursyid
Dalam kitab tersebut ada tiga adab seorang muta’alim yaitu adab
terhadap diri sendiri, adab kepada guru, dan adab kepada sesama teman. Adab
kepada diri sendiri diwujudkan dengan cara tawadu’, tidak sombong, dan
dengan cara mempercayai bahwa guru itu lebih utama dari pada kedua orang
tua, sopan terhadap guru baik di depan maupun di belakang guru, dan
mentaati apa yang sudah dipelajari oleh guru. Adab kepada sesama teman
63
Hafidz Hasan al-Mas’udi dalam kitabnya mendahulukan adab seorang
mu’alim dari pada adap seorang muta’alim. Karena menurut Hafid Hasan al-
muta’alim menjadi lebih baik dan bisa mengambarkan sebagai gambaran yang
pendidikan diawali dari seorang mu’alim. Seperti apa yang ada dalam kitab
Taisirul Kholaq bahwa guru harus mempunyai sifat-sifat terpuji, sebab sifat
murid akan meniru sifat-sifat guru. Guru yang mempunyai sifat sempurna
orang tua wajib menanggung atas semua yang dilakukan oleh anak.
bahwa keutamaan seorang ibu itu tiga kali dari pada seorang bapak.
64
orang tuannya lain; sopan di depan kedua orang tuanya, tidak menyakiti
kedua orang tuanya, tidak berkata kasar, selalu mendoakan kepada kedua
orang tuanya semoga diberi rahmad dan ampunan, dan selalu berbuat
dari neraka seperti sebab adanya anak disebabkan oleh orang tua.
Dengan kesadaran yang tinggi antara orang tua dan anak maka
2. Hubungan saudara
Dalam bab ini yang dimaksud saudara menurut Hafidz Hasan al-
Mas’udi yaitu orang yang masih dalam satu keturunan. Karena menurut
3. Hubungan tetangga
65
4. Adab pergaulan
menghargai pendapat orang lain, rendah hati dan tidak sombong, lebih
baik berdiam jika teman bergurau, meminta maaf dan memaafkan jika
5. Ramah tamah
hanya kepada keluarga dan saudara kita saja. Di antara dasar yang
6. Persaudaraan
antara keduanya, saling mengajak kepada kebaikan, dan yang tidak kalah
66
Hafidz Hasan al-Mas’udi menjelaskan hubungan persaudaraan
begitu detail ini disebabkan karena belia terkenal akan jiwa sosialnya
yang tinggi.
D. Adab Sehari-Hari
dengan tangan, jika tidak mampu maka dengan ucapan kita, jika masih
tidak mampu maka gunakan hati kita yaitu dengan berdoa supaya hal
majelis atau sekolah jika sekiranya sudah tidak ada suatu kepentingan
majelis tersebut karena barang kali dimata Allah orang yang kita
ajaran agama islam adalah agama yang keselamatan hal ini tercantum
67
2. Adab makan
tersendiri untuk mengatur secara jelas dalam tatacara makan, hal ini akan
dalam Islam yang pertama adalah mencuci tangan hingga bersih sampai
tidak ada bekas kotoran yang tersisa lagi, lalu membaca basmalah,
3. Adab minum
dengan diteguk sedikit demi sedikit, karena jika sekali teguk akan
68
4. Adab tidur
menjelang dan bangun tidur. Hal ini sesuai dengan yang diajarkan oleh
hal ini dilakukan ketika hendak melakukan apa saja dan mengucap syukur
Masjid adalah rumah Allah, siapa yang hatinya cinta dan rajin ke
dihari kiamat. Oleh sebab itulah seseorang yang berada di dalam masjid
sudah sepantasnya berlaku sopan, tenang, tidak ramai atau gaduh, saat
membaca salam setiap kali masuk ke dalam masjid meskipun tidak ada
69
taqarrub, selanjutnya hendaknya menahan diri dari segala nafsu dan
keinginan buruk.
6. Kebersihan
Dari hal diatas sudah sewajarnya seorang muslim terbiasa hidup bersih
rapi.
Jika kita melihat Rosul, beliau adalah orang yang selalu menjaga
sebagian dari iman” (Hafidz, tt:15) yang artinya jika seseorang yang
Orang yang berperilaku bersih tentunya lebih enak dan nyaman untuk
dipandang, jika sekarang ini kita melihat masih banyak orang Islam
a. Jujur
Kejujuran adalah suatu hal yang sangat mahal dan sulit namun
70
ditanamkan semenjak dini, jujur berarti mengatakan sesuai dengan
manusia, Karena itulah akal yang sehat akan berfikir sehat, dan
b. Amanah
sempurna.
Salah satu hal terpenting yang harus dijaga oleh seorang yang
mempunyai sifat amanah adalah menjaga dirinya dari hal yang dapat
71
mengancam sifat amanahnya, dia akan tumbuh sebagai pribadi
hidupnya.
c. Murah hati
Murah hati adalah sifat yang harus dimiliki muslim, yaitu bersedia
Beberapa hal yang harus kita sadari jika ingin memiliki sifat pemurah
antara lain; Kita harus sadar bahwa tidak semua orang mempunyai
Oleh sebab itulah sewajarnya tentu kita merasa sedikit kesal jika
d. Dermawan
72
akan mendidik seseorang menjadikan dirinya ramah serta peduli
dengan sekitarnya.
di hadapannya.
e. Rendah hati
73
sangat susah untuk menemukan orang-orang yang rendah hati,
kepada orang yang lebih tua, padahal Nabi Muhammad saja sangat
pendidik dan peserta didik ditanamkan sifat rendah hati supaya dalam
f. Adil
dengan aturan agama Islam. Adil terbagi ke dalam dua hal pertama
adil untuk diri sendiri, kedua adil kepada orang lain. Adil pada diri
dikatakan tidak adil, karena tubuh butuh istirahat, atau jika seseorang
Adil kepada orang lain bisa diartikan dalam segala bentuk perbuatan
memerintahkan kita berlaku adil karena selain Allah Maha Adil Dia
74
Sikap adil ini harus dimiliki oleh seorang pendidik yang mana
a. Dusta
Dusta adalah suatu hal yang sangat buruk dan tidak baik. Sifat dusta
Dalam zaman sekarang banyak yang tidak sadar bahwa sering sekali
kebutuhan lainnya.
b. Dendam
selalu menuntut balas, dan tidak mudah memaafkan orang lain serta
75
Faktor yang menjadikan seorang menjadi pendendam adalah karena
didalam hatinya selalu dihiasi rasa iri dan dengki, serta senang jika
orang lain mendapat suatu musibah. Dia merasa tidak nyaman jika
Sifat hasud hanya dapat dilawan dengan berpegang teguh pada ajaran
adalah terima dengan semua hal yang kita punya, sehingga tidak akan
merasa iri dan hasud dengan kelebihan yang ada pada orang lain lagi.
Dalam masalah ilmu kita boleh berhasud dengan orang lain yang
lebih pandai di atas kita karena dengan hasud tersebut kita akan
76
d. Menggunjing
Ghibah tidak akan memberi jalan keluar dari suatu masalah atau
para pendidik akan akibat yang timbul dari perbuatan itu sendiri.
e. Adu domba
77
akan bahaya adu domba yang dapat menjadi permusuhan dan dendam
antar sesama.
f. Sombong
orang lain tidak ada yang melebihinya. Banyak dampak negatif yang
kebenaran.
Manusia harus sadar bahwa kita diciptakan dari setetes air hina,
Hal yang bisa kita lakukan untuk terhindar dari sifat sombong yaitu
g. Dholim
Dzolim mempunyai arti keluar dari batas, karena itulah segala macam
menjadi dua yaitu dzolim terhadap diri sendiri dan dzolim terhadap
kemampuan kita tetapi kita paksa maka yang demikian itu disebut
78
dholim terhadap diri sendiri. Dan jika kita melanggar hak-hak orang
Kitab Taisirul Kholaq kitab yang lama dan terasa baru dalam dunia
pendidikan. Kitab ini ditulis oleh seorang ulama’ besar yaitu Hafidz Hasan al-
Mas’udi yang dapat dijadikan pedoman dalam berperilaku bagi manusia untuk
kitab ini menekankan pada pendidikan akhlaq yang mesti dipatuhi dalam
kondisinya.
sebagai pemimpin yang benar, yang tidak memiliki moral yang tinggi,
anak yang menentang atau membangkang terhadap kedua orang tuanya, guru
79
yang bertindak kriminal terhadap muridnya, dan masih banyak lagi tanda-
dan batin manusia menuju arah tertentu yang dikehendaki. Dengan akhlaq
yang baik, maka seseorang akan menjadi lebih bertaqwa kepada Allah SWT,
dan kebaikannya akan terlihat dalam setiap tindakannya. Oleh sebab itu, kitab
yang baik untuk menghadapi tantangan zaman. Dalam kitab ini, dijelaskan
diri sendiri dan orang lain, berakhlaq kepada orang tua, barakhlaq dalam
atau kekiniaan. Dan sebaiknya akhlaq ditanamkan dari masa dini agar kelak di
selanjutnya.
80
G. Kritik Terhadap Kitab Taisirul Kholaq Karya Hafidz Hasan Al-Mas’udi
pembahasan yang belum rumit dan masih mudah untuk dimengerti oleh
2. Dari segi kata dan kandungan maknanya bagus digunakan dalam tingkat
kitab tersebut.
4. Kurangnya penjelasan secara rinci tentang akhlaq atau perilaku yang harus
semangat bagi para pembaca untuk lebih mempelajari maksud dan tujuan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi di masa sekarang.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan pengkajian yang telah penulis lakukan,
kepada Allah, dalam arti taqwa itu sendiri yaitu melaksanakan semua
buruk.
yang mana akan berpengaruh kepada murid serta murid harus taat
82
c. Akhlaq kepada diri sendiri dan orang lain
d. Adab sehari-hari
dan harus dengan cara yang baik untuk mendapatkan hal yang baik
ilmu, adab makan, adab minum, adab di dalam masjid, dan adab tidur.
83
2. Relevansi konsep pendidikan akhlaq dalam kitab Taisirul Khalaq dengan
konteks kekinian.
Hubungan akhlaq dengan pendidikan sangat erat yaitu dilihat dari tujuan
yang baik, maka seseorang akan menjadi lebih bertaqwa kepada Allah
sebab itu, kitab Taisirul Kholaq sangat relevan untuk dijadikan pedoman
kitab ini, dijelaskan bagaimana cara berakhlaq terhadap Allah dan Rasul-
Nya, berakhlaq terhadap diri sendiri dan orang lain, berakhlaq kepada
kekiniaan. Dan sebaiknya akhlaq ditanamkan dari masa dini agar kelak di
berikut; Dalam ajaran-ajaran kitab Taisirul Kholaq ini sangat bagus untuk
Kholaq membahas bidang yang awal dalam pendidikan akhlaq serta kata-
84
kata yang digunakan oleh pengarang juga mudah dipahami dan
Kholaq di sini yaitu kurangnya pembahasan secara rinci dan tidak adanya
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis uraikan di atas, maka
semuanya harus dalam suasana yang kondusif dan memiliki visi dan misi
serta komitmen yang sama dalam mewujudkan anak didik yang berakhlaq
baik.
85
5. antar sesama merupakan faktor yang bisa mempengaruhi terhadap akhlaq,
maka dari itu pilihlah pergaulan yang sebaik-baiknya agar menjadi baik
pula.
ditemukan formula yang ampuh dan sesuai dengan kondisi dan dinamika
86
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin, Husayn. 2003. Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Dinarni, Dian. 2013. Studi Komparasi Kitab Taisir al-Khallaq Karya Hafidz
Hasan al-Mas’udi dan Wasaya al-Aba’li al-Abna’ Karya Muhammad
Syakir al-Iskandar(Studi Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak). Skripsi
Thesis. Yogjakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Jumali, surtikanti, taurat Aly, & sundar. 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta:
Muhammadiyah University press.
Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press.
Muhadjir, Noeng. 1993. Ilmu pendidikan dan perubahan sosial (suatu teori
pendidikan). Yogjakarta: Rake Sarakin.
Mujiono, Imam. 2002. Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Yogjakarta: UII Press
Indonesia.
Siroj, Zaenuri dan A. Adib Al Arif. 2009. Hebatnya Akhlak di Atas Ilmu dan
Tahta.Surabaya: Bintang Books.
Zuhairini dkk. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usana Offset
Printing.
A. Identitas Diri
4. Agama : Islam
A. Pendidikan
Penulis,
Muhammad Taslim