STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI DAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
STRATEGI PELAKSANA
Harga Diri Rendah Pasien
SP I
1. Mengidenfikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai
kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan
yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
4. Melatih pasien sesuai kemampuan
yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar
terhadap keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
STRATEGI PELAKSANA 1 HDR
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian
Strategi Pelaksanaan 1
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
Orientasi
1. Salam Terapeutik : ”Selamat Pagi Kak.... Perkenalkan nama suster...., biasa
dipanggil...... Saya mahasiswi S1 Keperawatan UPNVJ. Hari ini saya dinas pagi dari
jam 07.00 sampai jam 14.00 WIB . Saya akan merawat kakak hari ini. Nama kakak
siapa? senangnya kakak dipanggil apa?
2. Evaluasi / validasi : ”Bagaimana keadaan kakak hari ini...? Apakah semalam
tidurnya nyenyak? Kegiatan apa saja yang sudah kakak lakukan?”
3. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau kita bincang-bincang sebentar tentang hal-
hal positif yang bisa kakak lakukan sehari-hari?”
Waktu : “Bagaimana kalau 10 menit saja?”
Tempat : “Kakak mau bincang-bincang dimana?, bagaimana kalau
disini saja?”
Tujuan : “Yang bertujuan untuk mengarahkan kakak pada kegiatan
positif yang kakak miliki dan memasukan kegiatan tersebut ke dalam jadwal
harian kakak”
1. “Baiklah kakak, apa yang menyebabkan kakak dari tadi kelihatan murung dan
menyendiri?”
2. “Kegiatan apa yang kakak lakukan sehari-hari?, dan kegiatan apa yang kakak sukai?”
3. “Bagaimana kalau sekarang kakak melakukan kegiatan yang kakak sukai?”
4. “Saya harap kakak dapat memasukan kegiatan ini ke dalam jadwal kegiatan harian
kakak?”
5. “Bagaimana dengan menggambar? Menyapu? Menulis”.
6. “ Kakak dari tiga kegiatan kemampuan ini ,yang mana yang masih dapat dikerjakan di
rumah sakit ?”
7. “Coba kita lihat ,yang pertama bisakah ,yang kedua………sampai 3 (misalnya ada 2
yang masih bisa dilakukan).Bagus sekali ada 2 kegiatan yang masih bisa kerjakan di
rumah sakit ini.”
8. “Sekarang ,coba kakak pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini”.
9. “Oh yang nomor satu ,Menggambar? Kalau begitu,bagaimana kalau sekarang kita
latihan Menggambar”.Mari kita mulai menggambar ya kakak”
10. “Coba kakak sebutkan alat-alat apa saja sih yang dibutuhkan untuk menggambar?”
11. “Nah kalau gitu kita mau menggambar, kaka mulai dengan mengambil kertas,pensil
lalu kakak mulai menggambar apa yang kakak mau gambar ya, bagus!”
12. “Kakak sudah bisa menggambar dengan baik sekali .Coba perhatikan bagus kan kak
gambarnya? Bagus”
13. “ Coba kakak lakukan ini besok dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau
kakak lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa melakukan ,dan
T ( tidak) melakukan .
Terminasi
Tempat :
“Tempat nya mau dimana kak? Kalau begitu kita akan latihan menyapu di
kamar Mbak lagi sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya…Assalamu’alaikum”
STRATEGI PELAKSANAAN 2 HDR :
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
C. Proses Pelaksanaan Tindakan.
Orientasi
1. Salam Terapeutik :
“Selamat Pagi Kak, masih ingat saya??? Baguss. Bagaimana perasaan
kakak pagi ini ? Wah tampak gembira.”
2. Evaluasi / validasi :
”Bagaimana keadaan kakak hari ini...? Bagaimana kak, sudah dicoba
merapikan tempat tidur sore kemarin tadi pagi ? Bagus” ( kalau sudah
dilakukan, kalau belum bantu lagi )
3. Kontrak.
i. Topik : “Sekarang kita akan latihan kemampuan
kedua, masih ingat apa kegiatan itu kak? Ya benar kita akan
latihan menyapu di ruangan ini”
ii. Waktu : “Bagaimana kalau 10 menit saja? Kita
persiapkan alatnya terlebih dahulu ya”
iii. Tempat : “Kakak mau bincang-bincang dimana?,
bagaimana kalau disini saja?”
iv. Tujuan : “Yang bertujuan untuk mengarahkan kakak
pada kegiatan positif yang kakak miliki dan memasukan
kegiatan tersebut ke dalam jadwal harian kakak”
Kerja
1) “Sebelumnya kira-kira apa alat-alat yang dibutuhkan dalam kegiatan
menyapu?”
2) “iya betul sekali, alat-alat yang kita butuhkan untuk menyapu yaitu
sapu dan pengki dan tong sampah untuk membuang sampahnya,”
3) “sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
4) “setelah semuanya perlengkapan tersedia, kakak ambil sapunya lalu di
coba deh membersihkan mulai dari kolong tempat tidur sampai keluar
ruangan”
5) “sekarang coba kakak yang melakukan”
6) “Bagus sekali, kakak dapat mempraktekkan menyapu dengan baik,
sekarang di cuci tangannya supaya tetap bersih”
7) “ bagus kakak, saya harap kakak dapat memasukan kegiatan ini
kedalam jadwal harian kakak”
Terminasi .
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
Evaluasi klien : “bagaimana perasaan Mbak setelah latihan menyapu” Coba
ulangi cara menyapu lantainya…baguss”
Evaluasi perawat : “ jadi, apa saja kemampuan yang kakak miliki, selain
menyapu? Ya, ternyata kakak banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan dirumah sakit ini. bagaimana kalau kegiatan menyapu ini
dimasukan menjadi kegiatan sehari – hari Mbak.”
2. Tindak lanjut klien
Kontrak topik yang akan datang
a. Topik : “ besok kita akan latihan untuk kemampuan ke tiga, setelah
mencuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu ? ya benar kita akan
latihan mencuci piring”
b. Waktu : “Besok kita akan melakukan kegiatan mencuci piring ya kak, mau
jam berapa? Bagaimana kalau pagi jam 08:00?.”
c. Tempat : “Tempat nya mau dimana kak? Baiklah nanti kita lakukan di
dapur ya kak. Kalau begitu saya permisi dulu yah kak.”
STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL
TINDAKAN KEPERAWATAN
SETIAP HARI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
a. Klien terlihat murung dan tidak berinisiatif berinteraksi
b. Klien terlihat suka menyendiri
c. Klien malas berinteraksi dengan orang lain
d. Klien terlihat kurang merawat diri.
e. Keluarga mengeluh klien jarang berbicara dengan orang lain, lebih senang
sendiri, dan suka melamun.
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
4. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian
menarik diri.
d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
e. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
5. Tindakan keperawatan :
i. Bina hubungan saling percaya dengan :
Beri salam setiap berinteraksi.
Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien.
Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi kllien.
Buat kontrak interaksi yang jelas.
Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien pa klien
dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
ii. Tanyakan pada klien tentang:
Orang yang tinggal serumah / teman sekamar klien.
Orang yang paling dekat dengan klien di rumah/ di ruang perawatan.
Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut
Orang yang tidak dekat dengan klien di rumah/di ruang perawatan
Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut
Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
iii. Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul
dengan orang lain.
iv. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
v. Tanyakan pada klien tentang :
Manfaat hubungan sosial.
Kerugian menarik diri.
vi. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri.
vii. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
viii. Observasi perilaku klien saat berhubungan sosial.
ix. Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan / berkomunikasi dengan :
Perawat lain
Klien lain
Kelompok.
x. Libatkan klien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi.
xi. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi.
xii. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat.
xiii. Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya melalui
aktivitas yang dilaksanakan.
xiv. Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial
dengan :
Orang lain
Kelompok
xv. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
xvi. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk
mengatasi prilaku menarik diri.
xvii. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku
menarik diri.
xviii. Jelaskan pada keluarga tentang :
Pengertian menarik diri
Tanda dan gejala menarik diri
Penyebab dan akibat menarik diri
Cara merawat klien menarik diri.
xix. Latih keluarga cara merawat klien menarik diri.
xx. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan.
xxi. Beri motivasi keluarga agar membantu klien untuk bersosialisasi.
xxii. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di rumah
sakit
STRATEGI PELAKSANA
SP I
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian
SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan
satu orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian
SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi Pelaksanaan Tindakan 1 Isolasi Sosial
1) Orientasi
i. Salam Terapeutik : Selamat pagi Kak…… perkenalkan nama
suster....biasa dipanggil…. Saya mahasiswi Keperawatan UPN Veteran Jakarta
yang akan dinas di ruangan ini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari
jam 07:00 sampai jam 14:00 siang. Saya akan merawat bapak selama di rumah
sakit ini. Nama kakak siapa? Senangnya kakak di panggil apa?
ii. Evaluasi / validasi : Bagaimana keadaan kakak hari ini...? Tampaknya
terlihat baik ...?
iii. Kontrak
Topik :
“Baiklah Kak, bagaimana kalau kita ngobrol santai tentang perasaan
kakak saat ini? Apakah bersedia?”
Waktu :
“Berapa lama Kakak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10
menit saja ?”
Tempat :
”Kakak mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di ruang
tamu
Tujuan : Agar kakak dengan saya dapat saling mengenal sekaligus
kakak dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
2) Kerja
“Sekarang coba kakak kasih tahu suster apa yang bapak rasakan selama kakak
di rawat disini?”
“Kok kakak sendirian saja, yang menyebabkan kakak tidak bergaul dengan
yang lain kenapa?”
“Apa yang menghambat kakak berbicara dan bergaul dengan orang lain?”
“Menurut kakak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman?
Wah benar,ada teman ngobrol. Apa lagi ?”
“Nah kalau kerugiannya tidak mempunyai teman apa ya Kak?”
“Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah Kakak
belajar bergaul dengan orang lain?”
“Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang
lain”.
“Begini loh kak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita sukai, asal kita, dan hobi. Contoh: Nama
saya kakak… , senang dipanggil.. Asal saya dari… hobi….”
“Selanjutnya kakak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya begini: Nama kakak siapa? Senang dipanggil apa? Asal darimana?
Hobinya apa?”
“Ayo kakak dicoba, misalnya saya suster belum kenal dengan kakak. Coba
kakak berkenalan dengan suster”
“Ya bagus sekali, coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah kakak berkenalan dengan orang tersebut, kakak bias melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan kakak bicarakan. Miasalnya
tentang hobi, cuaca atau lainnya”
3) Terminasi
a) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan :
i. Evaluasi klien (subjektif)
”Bagaimana perasaan kakak setelah kita latihan berkenalan”
ii. Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
”Iya tadi kakak juga sudah cukup bagus untuk latihan berkenalan
dengan suster”
b) Tindak Lanjut
”Selanjutnya kakak dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi
selama suster tidak ada. Sehingga kakak lebih siap untuk berkenalan
dengan orang lain.”
c) Kontrak topik yang akan datang
Topik :
“Kakak mau praktekkan ke orang lain?”
“Baik kak kalau begitu, bagaimana kalau besok kita berkenalan dengan
dengan teman-teman baru dan latihan berbicara dengan topik tertentu.
apakah kakak bersedia?”
Waktu : ”
”Baik kak, besok pagi jam 08.00 kita mulai latihannya ya kak, nanti
suster bawa teman suster. Bagaimana kak?”
Tempat :
”Kakak maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu?? Baiklah Kak besok saya akan kesini jam 08:00 sampai
jumpa besok kak. saya permisi.”
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan 2 Isolasi Sosial
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik :
”Selamat pagi Kak, Masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi / validasi :
“Bagaimana dengan perasaan kakak hari ini? Apakah masih ada
perasaan kesepian, bagaimana semangatnya untuk bercakap-cakap
dengan teman? Apakah bapak sudah mulai berkenalan dengan
orang lain? Bagaimana perasaan bapak setelah mulai berkenalan?
Bagaimana keadaan bapak hari ini...? Tampaknya terlihat
baik ...?”
c. Kontrak.
Topik :
”Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan
bagaimana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 1 orang lain
lagi? Apakah bapak bersedia?”
Waktu :
”Berapa lama kakak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau
10 menit saja ”
Tempat :
”Kakak mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di
ruang tamu”
Tujuan : ”Agar kakak semakin banyak teman”
2. Kerja
“Baiklah hari ini saya datang bersama satu orang teman perawat saya yang
juga dinas di ruanganan ini, bapak bisa memulai berkenalan.. apakah
kakak masih ingat bagaimana cara berkenalan?” (beri pujian jika pasien
masih ingat, jika pasien lupa, bantu pasien mengingat kembali cara
berkenalan).
“Nah silahkan kakak mulai” (fasilitasi perkenalan antara pasien dengan
perawat lain)
“Wah bagus sekali , selain nama,alamat, hobby apakah ada yang ingin
kakak ketahui tentang perawat…?” (bantu pasien mengembangkkan topik
pembicaraan)
“Wah bagus sekali, Nah kakak apa kegiatan yang biasa kakak lakukan
pada jam ini?”
“Bagaimana kalau kita menemani teman suster, yang sedang menyiapkan
makan siang di ruang makan sambil menolong teman suster kakak bisa
mengobrol dengan teman yang lain. Mari Kak..” (dampingi pasien ke
ruang makan)
“Apa yang ingin kakak bicarakan dengan suster. Oh tentang cara
menyusun piring diatas meja silahkan Kak”( jika pasien diam dapat
dibantu oleh perawat)
“Coba Kakak tanyakan bagaimana cara menyusun piring di atas meja
kepada teman kakak? apakah harus rapi atau tidak? Silahkan kak, apalagi
yang ingin Kakak bicarakan.. Silahkan”.
3. Terminasi
a) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan :
Evaluasi klien (subjektif)
”Bagaimana perasaan Kakak setelah kita berkenalan dengan
perawat”
Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
”Iya tadi Kakak juga sudah cukup bagus untuk berkenalan
dengan suster lain”
b) Tindak Lanjut
”Bagaimana kalau kakak coba berkenalan lagi dengan 2 orang atau
lebih? Nanti kakak catat dikegiatan harian
ya? “
c) Kontrak topik yang akan datang
Topik :
“Kakak mau praktekkan ke orang lain?”
“Baik kak kalau begitu, bagaimana kalau besok kita berkenalan dengan
dengan teman-teman baru lagi dan latihan berbicara dengan topik
tertentu. apakah kakak bersedia?”
Waktu : ”
”Baik kak, besok pagi jam 08.00 kita mulai latihannya ya kak, nanti
suster bawa tiga pasien ya. Bagaimana kak?”
Tempat :
”Kakak maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu?? Baiklah Kak besok saya akan kesini jam 08:00 sampai
jumpa besok Kak. saya permisi.”
C. Strategi Pelaksanaan Tindakan SP 3 Isolasi Sosial
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik :
Selamat pagi kak, masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi / Validasi :
“Bagaimana dengan perasaan kakak hari ini? Apakah masih ada perasaan
kesepian? Apakah kakak sudah bersemangat bercakap-cakap dengan otrang
lain?”
c. Kontrak
i. Topik :
”Bagus, bagaimana kalo sekarang kakak coba kenalan dengan 2
temannya kayak kemarin di depan suster?”
ii. Waktu :
”Bagaimana? apakah kakak mau? waktunya mau 10 menit atau 15
menit?”
iii. Tempat :
”Bagaimana kalau kita bicarakan masalah ini di luar ruangan (ruang
santai)?”
iv. Tujuan :
”Supaya kepercayaan diri kakak meningkat”
2. Kerja
“Baiklah kak, bagaimana jika kita sekarang ke taman belakang, disana ada 2
perawat dan 1 pasien sedang menyapu halaman”
“Bagaimana jika kita berangkat sekarang?”
“Apakah kakak sudah siap bergabung dengan banyak orang?”
“Nah kakak sesampainya disana kakak langsung bersalaman dan
memperkenalakan diri seperti yang sudah kita pelajari, kakak bersikap biasa saja
dan yakin bahwa orang-orang disana senang dengan kedatangan kakak”
“Nah kak, sekarang kita latihan menyapu dengan perawat dan pasien lain sambil
bercakap-cakap dengan teman saat melakukan kegiatan harian tersebut”
“Nah sekarang kkegiatan apa yang ingin kakak lakukan? Ooh merapikan kamar
baiklah dengan siapa kakak ingin didampingi? Dengan mbak….? Baiklah kak
(perawat mengajak pasien… untuk menemani kakak merapikan tempat tidur dan
menyapu halaman, kemudian memotivasi pasien dan teman sekamar bercakap-
cakap).
3. Terminasi
Evaluasi subjektif dan objektif :
“Bagaimana perasaan kakak setelah kita berkenalan dengan perawat dan pasien
lain di taman belakang? kalau setelah merapikan kamar bagaimana kakak? apa
pengalaman kakak yang menyenangkan berada dalam kelompok? Adakah
manfaatnya kita bergabung dengan orang banyak?”
Kontrak yang akan datang :
“Baiklah kakak selanjutnya kakak bisa menambah orang yang bapak kenal. Atau
kakak bisa ikut kegiatan menolong membersihkan kamar dan menyapu halaman
bersama teman-teman yang lain. Jadwal kakak bercakap-cakap setiap pagi saat
merapikan tempat tidur kita cantumkan dalam jadwal ya Kak.”
“Setiap jam berapa kakak akan berlatih?”
“Baiklah pada pagi jam 08:00 dan sore jam 16:00. Saya permisi ya, Kak”
STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI
TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
a. Klien memandang kedepan dan berbicara sendiri.
b. Klien terkadang mendengar suara alm. Adiknya pada malam hari ketika klien
hendak tidur,
c. Klien mengatakan suara adiknya berkata “Kak, main yuk”.
d. Klien menutup telinganya
e. Setiap suara itu datang klien menangis dan marah-marah.
f. Kantung mata pasien menghitam
2. Diagnosa Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
d. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4. Tindakan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik :
Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
Buat kontrak yang jelas
Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya
Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien.
Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
b. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
c. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasi pendengaran jika
menemukan klien yang sedang halusinasi :
Tanyakan apakah klien mendengar .
Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya.
Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut,
namun perawat sendiri tidak mengalaminya ( dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau menghakimi).
Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama.
Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d. Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien :
Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,
malam atau sering dan kadang – kadang )
Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan
halusinasi
e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri
kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
f. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan
tersebut.
g. Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati
halusinasinya.
h. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri dll).
i. Diskusikan cara yang digunakan klien.
Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian.
Jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara tersebut
j. Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya halusinasi :
Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata (“saya tidak mau
dengar/ lihat/ penghidu/ raba /kecap pada saat halusinasi terjadi)
Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk
menceritakan tentang halusinasinya.
Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari hari yang telah di
susun.
Meminta keluarga/teman/ perawat menyapa jika sedang berhalusinasi
k. Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya.
l. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih.
m. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih , jika berhasil beri pujian.
n. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi
persepsi.
o. Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan ( waktu, tempat dan topik ).
p. Diskusikan dengan keluarga ( pada saat pertemuan keluarga/ kunjungan
rumah) :
Pengertian halusinasi.
Tanda dan gejala halusinasi.
Proses terjadinya halusinasi.
Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
Obat- obatan halusinasi
Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah ( beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama, memantau
obat – obatan dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi ).
Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak tidak dapat diatasi di rumah.
q. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,
nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping penggunan obat.
r. Pantau klien saat penggunaan obat.
s. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.
t. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
u. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal – hal
yang tidak di inginkan .
STRATEGI PELAKSANAAN
Halusinasi Pasien
SP I
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian
SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
3. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah)
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
STRATEGI PELAKSANAAN 1 HALUSINASI PENDENGARAN
Strategi pelaksanaan bertujuan untuk membantu pasien mengenal halusinasi,
menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan menghardik halusinasi.
Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik:
“Selamat pagi kak.”
2. Perkenalan:
“Saya perawat yang akan merawat kakak. Saya suster (nama), senang
dipanggil suster (nama). Nama kakak siapa? Senang di panggil apa?” (Sambil
berjabat tangan).
3. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan kak (nama) hari ini?”
“Oh, jadi kak (nama) merasa mengantuk. Apa yang menyebabkan kakak
mengantuk?”
“Jadi, kakak mengantuk karena semalam tidak bisa tidur. Mengapa semalam kak
tidak bisa tidur?”
“Jadi, semalam kakak tidak bisa tidur karena mendengar suara-suara itu,
sedangkan teman-teman kakak tertidur dengan nyenyak.”
“Coba kakak ceritakan tentang suara-suara yang kakak dengar.”
“Jadi, kakak mendengar suara orang yang mengajak kakak bermain.” Kontrak
(Topik, Waktu, Tempat, Tujuan).
“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini kak
(nama) dengar, tetapi tidak tampak wujudnya? Tujuannya agar kakak mengetahui
suara-suara yang tak tampak wujudnya sehingga kakak dapat menghardik atau
mengusir suara itu.”
“Di mana kita duduk? Bagaimana jika kita berbicara di taman selama sepuluh
menit?”
Fase Kerja
“Kapan kak (nama) biasanya mendengar orang yang mengajak bermain itu ?”
“kakak sering mendengar suara itu malam hari sedangkan semua teman-teman kakak
sedang tidur dan tidak mendengar suara tersebut.”
“Selain itu, pada keadaan apa lagi terdengar suara tersebut?”
“Jadi kakak mendengar suara tersebut pada waktu sedang duduk sendiri dan
melamun.”
“Berapa kali sehari kak (nama) alami?”
“Jadi dalam sehari, kira-kira kak (nama) mendengar suara-suara tak berwujud …kali.”
“Bagus, kakak sudah mau menceritakan semua ini kepada saya.”
“Apa yang kakak rasakan jika suara-suara itu muncul?”
“Jadi, kakak merasa takut terhadap suara-suara yang mengajak kakak bermain. Apa
yang kakak lakukan saat suara-suara tersebut terdengar.?”
“Setelah kakak melakukan itu, bagaimana hasilnya?”
“Jadi, setelah kakak melakukan hal itu, suara-suara tersebut tidak hilang.”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah munculnya suara-suara itu?”
“Menurut kakak, ada berapa cara untuk mencegah suara-suara tanpa wujud itu
muncul?”
“Wah bagus sekali jawaban kakak.”
“Ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik atau mengusir suara tersebut. Kedua, minum obat dengan teratur. Ketiga,
dengan cara meminta perawat untuk bercakap-cakap dengan kakak. Keempat dengan
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Kakak ingin belajar cara mengontrol suara-suara tak berwujud yang mana terlebih
dahulu?”
“Bagus sekali kakak sudah mau belajar menghardik halusinasi.”
“Caranya adalah saat suara itu muncul, langsung kak (nama) bilang, pergi saya tidak
mau dengar, jangan ganggu saya. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak
terdengar lagi.”
“Sekarang saya akan mencontohkan cara menghardik suara yang tak tampak
wujudnya.”
“Pergi saya tidak mau dengar, jangan ganggu saya!”
“Coba kakak peragakan apa yang telah saya contohkan jika suara yang tidak tampak
wujudnya itu muncul.”
“Nah begitu… bagus! Coba lagi! Ya bagus kakak sudah bisa.”
“Nah agar kakak semakin mahir menghardik suara-suara yang menyuruh kakak naik
ke atap, maka kakak sebaiknya sering berlatih menghardik suara itu. Latihan
menghardik suara akan dimasukan dalam jadwal aktivitas kakak sehari-hari. kakak
ingin berlatih menghardik suara berapa kali sehari?”
“Wah bagus kakak sudah mau berlatih menghardik suara …kali sehari.”
“Mau latihan jam berapa saja kakak?”
“Latihan mengahardik ini akan dimasukan ke jadwal aktivitas kakak. Jika kakak
berlatih tanpa diingatkan oleh suster, kak (nama) dapat mengisi disebelah kolom
aktivitas ini dengan huruf M. jika kakak berlatih dengan diingatkan suster, maka
kakak mengisi dengan huruf B. Jika kakak tidak berlatih atau lupa, kakak mengisi
huruf T di kolom tanggal pelaksanaan”
Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif:
“Bagaimana perasaan kak (nama) setelah memperagakan latihan menghardik
tadi?”
“Bagus sekali jawaban kakak.”
2. Evaluasi Objektif:
“Coba kak (nama) peragakan lagi cara menghardik suara-suara seperti yang tadi
telah kita pelajari.”
“Wah bagus sekali, kak (nama) sudah bisa memperagakan cara menghardik
suara.”
3. Rencana Tindak Lanjut
“kak (nama) jangan lupa untuk berlatih menghardik sesuai dengan jadwal yang
tadi telah kita buat yah. Jika ada suara tak berwujud yang kak (nama) dengar,
kak (nama) dapat menerapkan cara menghardik suara-suara itu seperti yang tadi
telah kita pelajari.”
4. Kontrak yang Akan Datang. (Waktu, Tempat, Tujuan)
“Kak (nama), besok kita akan berbicara mengenai cara kedua mencegah suara-
suara yang tak berwujud yaitu dengan minum obat secara teratur. Bagaimana
kalau kita berbicara pada 15 menit sebelum makan siang di ruang makan?”
“Permisi kak (nama) …”
STRATEGI PELAKSANAAN 2 HALUSINASI PENDENGARAN
Strategi pelaksanaan II bertujuan untuk melatih pasien mengontrol halusinasi dengan
minum obat secara teratur.
Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat siang Kak (nama)”
2. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan Kak (nama) siang ini?”
“Selama kita tidak bertemu, bagaimana dengan suara yang mengajak Kak (nama)
main. Apakah Kak (nama) masih mendengar?”
“Berapa kali dalam sehari Kak (nama) mendengar suara tersebut?
“Saat Kak (nama)mendengar suara tersebut, apa yang Kak (nama) lakukan?”
“Wah bagus sekali jawaban Kak (nama).”
“Saat halusinasi tersebut muncul, Kak (nama) menghardik halusinasi seperti yang
telah diajarkan kemarin. Bagaimana hasilnya?”
“Bagaimana dengan jadwal kegiatannya?”
“Bagus sekali Kak (nama) telah berlatih mengontrol suara dengan menghardik
sesuai dengan aktivitas terjadwal yang telah kita buat. Coba Kak (nama)sebutkan
manfaat yang Kak (nama)rasakan saat berlatih menghardik sesuai jadwal.”
“Wah bagus sekali jawaban yang diberikan oleh Kak (nama).”
“Apakah pagi tadi sudah minum obat?”
“Jam berapa Kak (nama) minum obat pagi tadi?”
3. Kontrak (Waktu, Tempat, Tujuan, Topik)
“Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbicara tentang cara kedua
mengontrol halusinasi yaitu dengan minum obat. Tujuannya agar Kak (nama)
dapat mengetahui bahwa minum obat untuk mengontrol halusinasi tidak boleh
putus agar suara tak berwujud tidak terdengar lagi. Kita akan diskusi selama 15
menit di ruang makan sambil menunggu makan siang.”
Fase Kerja
“Coba Kak (nama) sebutkan perbedaan sebelum dan sesudah Kak (nama) minum
obat. Apakah suara-suara berkurang atau menghilang?”
“Minum obat sangat penting agar suara yang Kak (nama) dengar dan mengganggu
selama ini tidak muncul lagi.”
“Berapa macam obat yang Kak (nama) minum? (perawat menyiapkan obat pasien).
“Ini yang warna orange (chlorpromazine, CPZ) gunanya untuk menghilangkan suara-
suara dan yang merah jambu (haloperidol,HLP) berfungsi untuk menenangkan pikiran
dan menghilangkan suara. Obat yang warna putih (tpyhexilpendil,THP) gunanya agar
Kak (nama) merasa rilex dan tidak kaku. Semua obat ini diminum 3 kali sehari, tiap
pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam setelah makan. Jika Kak (nama) makan pagi jam 8
pagi, maka obat siang diminum jam 2 siang, dan obat untuk malam diminum jam 8
malam.”
“Kalau suara sudah hilang, obatnya tidak boleh dihentikan karena jika Kak (nama)
menghentikan minum obat, maka suara tak berwujud akan muncul lagi. Nanti
konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, Kak (nama) akan kembali
mendengar suara-suara yang tidak tampak wujudnya itu.”
“Kalau obat habis, Kak (nama) bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi.
Kak (nama) juga harus teliti saat minum obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar,
artinya Kak (nama) harus memastikan bahwa itu benar-benar obat punya Kak (nama).
Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat
diminum pada waktunya, dengan cara yang benar, yaitu diminum sesudah makan dan
tepat jamnya, juga harus memperhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan Kak
(nama) juga harus cukup minum air putih 10 gelas per hari.”
“Jika saat minum obat, Kak (nama) merasa lemah atau pusing, itu adalah salah satu
efek samping dari obat yang Kak (nama) minum. Kak (nama) dapat berkonsultasi ke
dokter untuk mengatasi efek samping tersebut dan istirahat dengan cukup.”
“Minum obat akan dimasukan ke dalam jadwal aktivitas Kak (nama) sebanyak 3 kali
dalam sehari yaitu jam 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam.”
“Jika Kak (nama) minta obat sendiri tanpa diingatkan oleh suster, Kak (nama) dapat
mengisi di sebelah kolom aktivitas ini dengan huruf M. jika Kak (nama) minum obat
saat diingatkan oleh suster, maka Kak (nama) mengisi dengan huruf B. Jika Kak
(nama) tidak minum obat atau lupa, Kak (nama) mengisi huruf T di kolom tanggal
pelaksanaan.”
Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Kak (nama) setalah kita bercakap-cakap tentang cara
kedua mengontrol halusinasi yaitu minum obat secara teratur?”
2. Evaluasi Objektif
“Coba Kak (nama) sebutkan apa saja yang harus diperhatikan sebelum minum
obat?”
“Wah bagus sekali jawaban Kak (nama).”
“Jadi yang harus diperhatikan sebelum minum obat adalah benar obat tersebut
milik kita, benar obatnya, benar waktunya, benar caranya yaitu diminum sesudah
makan, dan benar jumlah obatnya.”
3. Rencana Tindak Lanjut
“Kak (nama) jangan lupa untuk minum obat tepat waktu sesuai dengan jadwal
yang tadi telah kita buat yah Kak.”
“Kak (nama) juga dapat meminta obat sendiri ke perawat tanpa perlu diingatkan.”
4. Kontrak yang Akan Datang. (Waktu, Tempat, Tujuan)
“Besok pagi kita ketemu lagi untuk belajar cara mencegah suara tak berwujud
muncul yaitu dengan cara bercakap-cakap, jam 10 pagi di taman yah Kak (nama).
Selamat siang Kak (nama).”
STRATEGI PELAKSANAAN 3 HALUSINASI PENDENGARAN
Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, Kak (nama)”
2. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan Kak (nama) pagi ini?”
“Selama kita tidak bertemu, bagaimana dengan suara yang tak tampak wujudnya
yang mengajak bermain Kak (nama)? Apakah Kak (nama) masih mendengar?”
“Berapa kali dalam sehari Kak (nama) mendengar suara tersebut?
“Saat Kak (nama) mendengar suara tersebut, apa yang Kak (nama) lakukan?”
“Wah bagus sekali jawaban Kak (nama). Jadi Kak (nama) juga telah minum obat
dengan teratur untuk mengontrol halusinasinya. Bagaimana hasilnya?”
“Bagaimana dengan jadwal kegiatannya?”
“Bagus sekali Kak (nama) telah minum obat sesuai dengan jadwal yang telah kita
buat. Coba Kak (nama) sebutkan manfaat yang Kak (nama) rasakan saat minum
obat secara teratur.”
“Wah bagus sekali jawaban yang diberikan oleh Kak (nama).”
3. Kontrak (Waktu, Tempat, Tujuan, Topik)
“Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbicara tentang cara ketiga
mengontrol halusinasi yaitu bercakap-cakap dengan orang lain. Tujuannya
adalah agar perhatian Kak (nama) dapat teralihkan ketika mendengar suara.
Kita akan latihan selama 10 menit di taman.”
Fase Kerja
“Cara ketiga untuk mengontrol suara tak berwujud adalah dengan mengajak orang
lain untuk bercakap-cakap dengan Kak (nama). Jadi jika Kak (nama) mulai
mendengar suara-suara, langsung saja cari perawat untuk diajak bercakap-cakap atau
berbicara. Minta perawat untuk bercakap-cakap dengan Kak (nama) agar perhatian
Kak (nama) teralihkan dari suara tak berwujud itu.”
“Contohnya begini, “Suster, tolong, saya mulai dengar suara-suara, saya ingin
bercakap-cakap. Begitu Kak (nama).”
“Coba Kak (nama) lakukan seperti saya tadi lakukan.”
“Iya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya Kak (nama)!”
“Nah agar Kak (nama) semakin mahir mengontrol suara tak berwujud dengan
mengajak orang lain bercakap-cakap, maka latihan mengontrol halusinasi dengan
mengajak orang lain bercakap-cakap akan dimasukan dalam jadwal aktivitas Kak
(nama) sehari-hari. Kak (nama) ingin berlatih mengontrol suara dengan bercakap-
cakap dengan perawat berapa kali sehari?”
“Wah bagus Kak (nama) sudah mau berlatih bercakap-cakap dengan perawat …kali
sehari.”
“Kak (nama) mau berlatih bercakap-cakap dengan perawat jam berapa saja?”
“Jika Kak (nama) berlatih tanpa diingatkan oleh suster, Kak (nama) dapat mengisi di
sebelah kolom aktivitas ini dengan huruf M. jika Kak (nama) berlatih dengan
diingatkan suster, maka Kak (nama) mengisi dengan huruf B. Jika Kak (nama) tidak
berlatih atau lupa, Kak (nama) mengisi huruf T di kolom tanggal pelaksanaan.”
Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif.
“Bagaimana perasaan Kak (nama) setelah berlatih cara mengontrol suara-suara
tak berwujud dengan bercakap-cakap dengan orang lain?”
2. Evaluasi Objektif.
“Coba Kak (nama) peragakan bagaimana cara mengontrol suara-suara dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Bagus sekali Kak (nama) sudah dapat memperagakan cara mengontrol suara
dengan mengajak orang lain bercakap-cakap!”
3. Rencana Tindak Lanjut.
“Kak (nama) jangan lupa untuk berlatih bercakap-cakap dengan orang lain
untuk mengontrol suara yang tak tampak wujudnya sesuai dengan jadwal yang
tadi telah kita buat yah kak . Dan jika Kak (nama) mendengar suara yang tidak
tampak wujudnya, Kak (nama) dapat menerapkan cara ketiga yaitu dengan
mengalihkan perhatian dengan mengajak perawat bercakap-cakap dengan
Kak (nama).”
4. Kontrak yang Akan Datang. (Waktu, Tempat, Tujuan).
“Kak (nama), besok kita akan berbicara mengenai cara keempat untuk mengontrol
suara tak berwujud yaitu dengan melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.
Bapak/Ibu mau berbicara jam berapa dan di mana?”
“Baiklah, besok kita akan bertemu di taman jam 10 pagi untuk berlatih cara yang
keempat dengan melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Permisi Kak (nama)
…”
STRATEGI PELAKSANAAN 4 HALUSINASI PENDENGARAN
Strategi pelaksanaan IV bertujuan untuk melatih pasien mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivitas terjadwal. Melakukan aktivitas terjadwal ini bertujuan untuk mencegah
dan mengalihkan halusinasi. Jadi, dengan melakukan aktivitas terjadwal dalam satu hari,
diharapkan pasien selalu sibuk dengan aktivitasnya sehingga tidak memberikan kesempatan
untuk duduk terdiam yang merupakan situasi yang menunjang terjadinya halusinasi dan
ketika halusinasinya muncul, pasien dapat segera melakukan aktivitas terjadwal untuk
mengalihkan halusinasinya.
Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Kak (nama)”
2. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan Kak (nama) pagi ini?”
“Selama kita tidak bertemu, bagaimana dengan suara yang tak tampak wujudnya
yang mengajak Kak (nama) bermain? Apakah Kak (nama) masih mendengar?”
“Berapa kali dalam sehari Kak (nama) mendengar suara tersebut?
“Saat Kak (nama) mendengar suara tersebut, apa yang Kak (nama) lakukan?”
“Wah bagus sekali jawaban Kak (nama).”
“Jadi Kak (nama) telah bercakap-cakap dengan perawat saat suara-suara tersebut
terdengar. Bagaimana hasilnya?”
“Bagaimana dengan jadwal kegiatannya?”
“Bagus sekali Kak (nama) telah berlatih bercakap-cakap sesuai dengan jadwal
yang telah kita buat. Coba Kak (nama) sebutkan manfaat yang Kak (nama)
rasakan setelah berlatih bercakap-cakap sesuai dengan jadwal aktivitas.”
“Wah bagus sekali jawaban yang diberikan oleh Kak (nama).”
3. Kontrak (Waktu, Tempat, Tujuan, Topik)
“Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan belajar cara yang keempat untuk
mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Tujuannya adalah
untuk mencegah suara tak berwujud dengan mengalihkan perhatian Kak (nama)
dengan melakukan aktivitas terjadwal. Kita akan berbicara di taman ini selama
10 menit.”
Fase Kerja
“Apa saja yang biasa Kak (nama) lakukan?”
“Pagi-pagi apa kegiatannya?”
“Terus jam berikutnya apa?” (Terus dikaji hingga didapatkan kegiatannya sampai
malam).”
“Wah, bagus sekali Kak (nama) memiliki banyak kegiatan.”
“Cara keempat mengontrol halusinasi adalah dengan melakukan kegiatan atau
aktivitas terjadwal sehingga Kak (nama) tidak memiliki waktu luang yang
memungkinkan suara-suara tak berwujud itu muncul.”
“Hari ini kita akan berlatih dua kegiatan untuk mengontrol halusinasi atau suarasuara
yang tak berwujud itu. Apa kegiatan yang ingin Kak (nama) lakukan hari ini?”
“Wah bagus sekali Kak (nama) sudah mau berlatih kegiatan … dan … hari ini.”
“Baiklah, sekarang kita akan beratih dua kegiatan yang tadi Kak (nama) pilih untuk
mencegah suara-suara tak berwujud muncul.” (latihan kegiatan tersebut).
“Bagus sekali Kak (nama) dapat melakukannya.”
“Kegiatan ini dapat Kak (nama) lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul.
Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.”
“Nah agar Kak (nama) dapat mencegah suara-suara tak berwujud muncul dengan
melakukan aktivitas, maka latihan tersebut akan dimasukan dalam jadwal aktivitas
Kak (nama) sehari-hari. Kak (nama) ingin berlatih mencegah suarasuara tak berwujud
dengan aktivitas terjadwal berapa kali sehari?”
“Wah bagus Kak (nama) sudah mau berlatih mengontrol suara-suara dengan
melakukan aktivitas terjadwal …kali sehari.”
“Kak (nama )ingin melakukannya pada jam berapa saja? Baiklah Kak (nama) , saya
telah memasukan aktivitas terjadwal untuk mengontrol suara tak berwujud yang Kak
(nama) dengar pada jam …, …, dan …”
“Jika Kak (nama) berlatih tanpa diingatkan oleh suster, Kak (nama) dapat mengisi di
sebelah kolom aktivitas ini dengan huruf M. jika Kak (nama) berlatih dengan
diingatkan suster, maka Kak (nama) mengisi dengan huruf B. jika Kak (nama) tidak
berlatih atau lupa, Kak (nama) mengisi huruf T di kolom tanggal pelaksanaan.”
Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Kak (nama) setelah kita berlatih cara yang keempat
untuk mengontrol suara-suara tak berwujud dengan melakukan aktivitas
terjadwal?”
2. Evaluasi Objektif
“Coba Kak (nama) peragakan kembali cara mengontrol suara-suara dengan
melakukan aktivitas terjadwal.”
“Bagus sekali Kak (nama)!”
3. Rencana Tindak Lanjut
“Kak (nama) jangan lupa untuk berlatih mengontrol suara-suara dengan
melakukan kegiatan terjadwal sesuai dengan jadwal yang tadi telah kita buat,
dan Kak (nama) jangan lupa untuk menerapkan cara keempat mengontrol
halusinasi dengan aktivitas terjadwal untuk mencegah suara-suara tak berwujud
muncul.”
4. Kontrak yang Akan Datang. (Waktu, Tempat, Tujuan)
“Kak (nama), besok kita akan membicarakan manfaat dari 4 kegiatan yang telah
kita pelajari untuk mengontrol suara yang selama ini Kak (nama) dengar.
“Kita akan bertemu besok jam 10 di taman.” “Permisi Kak (nama).”
STRATEGI PELAKSANAAN
WAHAM
TINDAKAN KEPERAWATAN
SETIAP HARI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
a. Klien mengatakan dia seorang artis papan atas.
b. Klien mengatakan semua orang yang ada disekitarnya adalah fans dia.
c. Klien tidak mempertahankan kontak mata karena malu.
d. Klien banyak bicara.
e. Klien mendominasi pembicaraan.
f. Klien berdandan sangat menor.
g. Klien senyum-senyum sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan : Waham Kebesaran.
3. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam
pikiran klien.
c. Klien dapat mengidentifikasi stressor / pencetus wahamnya.
d. Klien dapat mengidentifikasi wahamnya.
e. Klien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari wahamnya.
f. Klien dapat melakukan teknik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran
yang terpusat pada wahamnya.
g. Klien mendapat dukungan keluarga.
h. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
4. Tindakan keperawatan :
i. Bina hubungan saling percaya dengan klien:
Beri salam.
Perkenalkan diri, tanyakan nama serta nama panggilan yang disukai.
Jelaskan tujuan interaksi.
Yakinkan klien dalam keadaan aman dan perawat siap menolong dan
mendampinginya.
Yakinkan bahwa kerahasiaan klien akan tetap terjaga.
Tunjukkan sikap terbuka dan jujur.
Perhatikan kebutuhan dasar dan beri bantuan untuk memenuhinya.
ii. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
Diskusikan dengan klien pengalaman yang dialami selama ini
termasuk hubungan dengan orang yang berarti, lingkungan kerja,
sekolah, dsb.
Dengarkan pernyataan klien dengan empati tanpa mendukung /
menentang pernyataan wahamnya.
Katakan perawat dapat memahami apa yang diceritakan klien.
iii. Bantu klien untuk mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi serta
kejadian yang menjadi factor pencetus wahamnya.
Diskusikan dengan klien tentang kejadian-kejadian traumatik yang
menimbulkan rasa takut, ansietas maupun perasaan tidak dihargai.
Diskusikan kebutuhan/harapan yang belum terpenuhi.
Diskusikan dengan klien cara-cara mengatasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan kejadian yang traumatis.
Diskusikan dengan klien apakah ada halusinasi yang meningkatkan
pikiran / perasaan yang terkait wahamnya.
Diskusikan dengan klien antara kejadian-kejadian tersebut dengan
wahamnya.
iv. Bantu klien mengidentifikasi keyakinannya yang salah tentang situasi yang
nyata (bila klien sudah siap).
Diskusikan dengan klien pengalaman wahamnya tanpa
berargumentasi.
Katakan kepada klien akan keraguan perawat terhadap pernyataan
klien.
Diskusikan dengan klien respon perasaan terhadap wahamnya.
Diskusikan frekuensi, intensitas dan durasi terjadinya waham.
Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang
dipersepsikan salah oleh klien.
v. Diskusikan dengan klien pengalaman-pengalaman yang tidak menguntungkan
sebagai akibat dari wahamnya seperti :
Hambatan dalam berinteraksi dengan keluarga.
Hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Perubahan dalam prestasi kerja / sekolah
vi. Ajak klien melihat bahwa waham tersebut adalah masalah yang membutuhkan
bantuan dari orang lain.
vii. Diskusikan dengan klien orang/tempat ia minta bantuan apabila wahamnya
timbul / sulit dikendalikan.
viii. Diskusikan hobi/aktivitas yang disukainya.
ix. Anjurkan klien memilih dan melakukan aktivitas yang membutuhkan
perhatian dan ketrampilan fisik
x. Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik yang membutuhkan perhatian sebagai
pengisi waktu luang.
xi. Libatkan klien dalam TAK orientasi realita
xii. Bicara dengan klien topik-topik yang nyata
xiii. Anjurkan klien untuk bertanggung jawab secara peronal dalam
mempertahankan/menungkatkan kesehatan dan pemulihannya.
xiv. Beri penghargaan bagi setiap upaya klien yang positif.
xv. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk
mengatasi waham.
xvi. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi waham.
xvii. Jelaskan pada keluarga tentang :
Pengertian waham.
Tanda dan gejala waham.
Penyebab dan akibat waham.
Cara merawat klien waham.
xviii. Latih keluarga cara merawat waham.
xix. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan.
xx. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di rumah
sakit.
xxi. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,
nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping penggunan obat.
xxii. Pantau klien saat penggunaan obat (Beri pujian jika klien menggunakan obat
dengan benar)
xxiii. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
Waham Pasien
SP I
1. Membantu orientasi realita
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara
teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
4. Masukkan ke dalam jadwal aktivitas
Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal
– hal yang tidak di inginkan.
Strategi Pelaksanaan
Strategi Pelaksanaan 1 Waham
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi, cara memenuhi kebutuhan dan mempraktekkan pemenuhan kebutuhan
yang tidak terpenuhi
A. Proses Pelaksanaan Tindakan.
Orientasi
1. Salam Terapeutik :
“Selamat Pagi Kak....Perkenalkan nama suster...., biasa dipanggil...... Saya mahasiswi
S1 Keperawatan UPNVJ. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07.00 sampai jam 14.00
WIB . Saya akan merawat kakak hari ini. Nama kakak siapa? senangnya kakak
dipanggil apa?.
1. Evaluasi / validasi :
“Bagaimana keadaan kakak hari ini...? Apakah semalam tidurnya nyenyak?”
2. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau kita bincang-bincang sebentar. Apa kakak
setuju?”
Waktu : “Bagaimana kalau 10 menit saja?”
Tempat : “Kakak mau bincang-bincang dimana?, bagaimana kalau
disini saja?”
Kerja
Terminasi
“Baik Kak hari ini kita sudah berbincang-bincang tentang apa yang akan Kakak lakukan
dalam satu hari. coba Kakak ceritakan lagi kita perlu mandi dan sholat berapa kali dalam
sehari.”
“Bagus sekali Kak, Kakak sudah menyebutkan dengan benar. Bagaimana kalau besok
kita berbincang-bincang lagi bu?”
“Kakak ingin kita berbincang-bincang dimana? dan berapa lama?”
“Baik Kak besok kita akan berbincang-bicang disini jam 10 pagi selama 15 menit
setelah Kakak minum obat. Besok kita akan berbincang mengenai obat obatan yang ibu
minum, bagaimana?”
“Baik Kakak kalu begitu kegiatan berbincang-bincang kita hari ini selesai, besok jangan
lupa jadwal kegiatan hariannya dibawa ya Kak. silakan melanjutkan kegiatannya lagi
Kak, selamat pagi.
Strategi Pelaksanaan 2 Waham
Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.
Proses Pelaksanaan Tindakan.
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Kakak.. masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan Kakak saat ini?”
“Bagaimana tidurnya semalam? Ada keluhan tidak?”
“Apakah Kakak sudah melakukan sholat dan mandi sesuai jadwal yang
kemarin sudah kita buat dalam buku kegiatan?”
“Bagus sekali Kakak.... Bisa saya lihat jadwal kegiatan harian nya Kakak...?”
“iya, bagus sekali Kakak... sudah melaksanakan kegiatan harian dengan baik.
Harus dipertahankan ya Kakak”
c. Kontrak
“Baik Kak, sesuai dengan janji kita kemarin kita akan berbincang-bincang di
sini selama 15 menit tentang obat yang Kakak... minum ya.”
2. Kerja
“Kakak... menurut Kakak, buat apa kita minum obat?”
“Kakak perlu minum obat agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang Kak.
Kakak masih ingat ini obat apa saja?”
“Kalau yang orange ini namanya dan kegunaannya apa Kakak?”
“Betul sekali Kak, nah kalau yang putih ini nama dan kegunaannya apa Kak?”
“Bagus sekali Kak..., Kakak masih mengingatnya dengan baik, nah kalau yang
merah muda ini namanya apa bu?”
“Betul sekali Kak, Kakak sudah menyebutkan nama dan manfaat minum obat
dengan baik. Menurut Kakak..., penting nggak kita minum obat?
“Betul sekali Kak, minum obat itu sangat penting untuk membuat pikiran Kakak
tenang, rileks dan teratur.”
“Apakah Kakak masih ingat obat ini diminum berapa kali dalam sehari?”
“Betul sekali Kak.... Kakak sangat hebat”
“Sebelum obatnya diminum, Kakak jangan lupa baca dulu nama obatnya untuk
memastikan obat yang Kakak minum semuanya benar sesuai yang sudah
dianjurkan.”
“Obat-obat ini diminum secara teratur ya Kak dan kemungkinan akan diminum
dalam waktu yang cukup lama. Coba Kakak rasakan perbedaan antara sebelum
dan sesudah minum obat. Adakah perbedaan yang Kakak rasakan?”
“Betul sekali Kak, jadi obatnya harus diminum secara teratur agar tubuh dan
pikiran Kakak selalu tenang, rileks dan teratur.”
Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Kakak setelah kita berbincang-bincang tentang obat yang
Kakak minum?”
b. Evaluasi Objektif
“Coba Kakak sebutkan kembali apa saja nama dan kegunaan obatnya Kakak?”
“Betul sekali Kak, jam berapa saja diminum Kak?
c. Rencana Tindak Lanjut
“Iya, bagus sekali Kak, mari meminum obat ini kita masukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian Kakak yaa.”
“Obatnya jangan lupa diminum ya Kak. Trus jadwal kegiatan yang kemarin kita
buat dilanjutkan ya Kak”
d. Kontrak yang akan datang
“Baik Kak karena waktu yang kita sepakati sudah habis, bagaimana kalau besok
kita bertemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan harian yang telah Kakak buat
dan laksanakan.”
“Bagaimana kalau seperti biasa di sini dan jam 10 pagi Kak?”
“Baik Kak, besok kita akan kembali ngobrol di tempat ini lagi jam 10 pagi ya
Kak.”
“Silakan lanjutkan kembali aktivitasnya. Selamat siang.”
Strategi Pelaksana 3 Waham
Melatih kemampuan yang dimiliki pasien
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Kak.. masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ validasi
”Bagaimana perasaan Kakak saat ini ?”
“Bagaimana tidurnya semalam? Ada keluhan tidak”?
“Apakah Kakak sudah meminum obat dengan teratur sesuai dengan jadwal
yang sudah kita buat dalam kegiatan kemarin? “
“Wahh bagus sekali bapak sudah meminum obat secara teratur. Harus
dipertahankan ya Kak”
c. Kontrak
“Baik Kak, sesuai janji kita kemarin kita akan berbincang-bincang disini
selama 15menit tentang kemampuan yang Kakak miliki ya.”
2. Fase Kerja
“Apakah Kakak sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran Kakak?”
“Apa saja hobi Kak? Saya catat ya Kak”
“Bagus sekali Kak, terus apalagi Kak?”
“Wah bagus sekali, rupanya Kakak selain banyak hobi juga pandai main piano
ya.”
“Bisa Kakak ceritakan kepada saya kapan pertama kali Kakak belajar main
piano?”
“Siapa yang dulu mengajarkannya kepada Kakak?’
“Bisa Kakak peragakan kepada saya bagaimana bermain piano yang baik itu.”
“Wah, bagus sekali Kak. Apa yang Kakak harapkan dari kemampuan bermain
piano ini?”
“Oleh karena itu, kemampuan Kakak dalam bermain piano harus dipertahankan
ya Kak”
3.Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Kakak setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan
kemampuan Kakak?”
b. Evaluasi Objektif
“Setelah ini coba Kakak lakukan latihan bermain piano sesuai dengan jadwal
yang telah kita buat ya?”
STRATEGI PELAKSANA
Risiko Pasien Keluarga
Perilaku SP I
Kekerasan 1. Mengidentifikasi penyebab PK SP I
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK 1. Mengidentifikasi kemampuan
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan keluarga dalam merawat
4. Mengidentifikasi akibat PK pasien
5. Menyebutkan cara mengontrol PK 2. Menjelaskan peran serta
6. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara keluarga dalam merawat
mengontrol fisik I : tarik napas dalam pasien
7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam 3. Menjelaskan cara merawat
kegiatan harian pasien dengan PK
SP II SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Melatih keluarga
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik mempraktekkan cara merawat
II pasien dengan PK
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal 2. Menjelaskan tentang obat
kegiatan harian untuk mengatasi PK
SP III SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Menjelaskan sumber rujukan
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara yang tersedia untuk mengatasi
spiritual PK
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal 2. Mendorong untuk
kegiatan harian memanfaatkan sumber rujukan
yang
SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum
obat
3. Menjelaskan kerugian jika tidak patuh obat
Menjelaskan 5 benar dalam pemberian obat
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan 1
Risiko Perilaku Kekerasan
Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subjektif) :” Bagaimana perasaan kakak setelah kita bercakap-
cakap tentang cara minum obat yang benar?”
Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement) :“Coba kakak sebutkan lagi
jenis obat yang kakak minum!” ‘Bagaimana cara minum obat yang benar?”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah
dilakukan) :“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?.
Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Semuanya kita
lakukan dengan baik dan teratur ya, kak”.
3. Kontrak topik yang akan datang
Topik : “Baik, besok kita akan bertemu kembali untuk berbincang-bincang
kembali ya kak.”
Waktu : ”Baik, jam 10 pagi saja ya, kak di ruangan ini saja ya”
Tempat : ”kakak mau kita mengobrol dimana? di ruangan ini saja ya” Saya
permisi dulu ya, kak. Selamat istirahat, kak. Sampai jumpa besok”
STRATEGI PELKSANAAN
RISIKO BUNUH DIRI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
a. Klien mengatakan lebih baik mati saja.
b. Klien mengatakan sudah bosan hidup
c. Klien mengatakan dirinya sudah tidak berharga
d. Klien mengatakan penyebab kematian adiknya karna dia
e. Ekspresi murung
f. Tak bergairah
g. Ada bekas percobaan bunuh diri
STRATEGI PELAKSANA
RESIKO BUNUH DIRI
Resiko Bunuh Diri Pasien
SP I
1. Mengidentifikasi benda-benda yang
dapat membahayakan pasien
2. Mengamankan benda-benda yang
dapat membahayakan pasien
3. Melakukan kontrak treatment
4. Mengajarkan cara mengendalikan
dorongan bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan
dorongan bunuh diri
SP II
1. Mengidentifikasi aspek positif klien
2. Mendorong pasien untuk berfikir
positif terhadap diri
3. Mendorong pasien untuk menghargai
diri sebagai individu yang berharga
SP III
1. Mengidentifikasi pola koping yang
biasa diterapkan pasien
2. Menilai pola koping yang biasa
dilakukan
3. Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
4. Mendorong pasien memilih pola
koping yang konstruktif
5. Menganjurkan pasien menerapkan
pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian
SP IV
1. Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien
2. Mengidentifikasi cara mencapai
rencana masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan pasien
melakukan kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang realistis
Strategi Pelaksanaan 1 Risiko Bunuh Diri
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
1. Orientasi
Salam Terapeutik : “Assalamualaikum selamat pagi, Kak. Saya suster Ayu yang
bertugas hari ini, kakak namanya siapa?”
2. Evaluasi / validasi :“Bagaimana perasaan dan kabar kakak hari ini? Bagaimana
tidur b kakak semalam?”
3. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau kita bincang-bincang sebentar tentang apa
yang Kakak rasakan selama ini ?”
Waktu : “Bagaimana kalau 10 menit saja?”
Tempat : “Kakak mau bincang-bincang dimana? Bagaimana kalau
disini saja?”
Tujuan : “Yang bertujuan untuk melindungi Kakak dari percobaan
bunuh diri kakak.”
5 Fase terminasi
Evaluasi Subjektif : “Bagaimana perasaan kakak setelah apa yang kita
bicarakan tadi?, saya senang jika bapak melakukan kegiatan-kegiatan yang
tadi kita bicarakan”.
Evaluasi objektif : “Coba kakak sebutkan kembali apa yang sudah kita
bicarakan tadi! Pintar sekali kakak ini….”.
Rencana tindak lanjut
“Kakak, selama kitak tidak bertemu, bapak bisa melakukan kegiatan-
kegiatan tadi. Kemudian bapak masukan kedalam jadwal kegiatan harian
kakak ya”.
Kontrak yang akan dating
“Baiklah sekarang Kakak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi
Kak?,bagaimana kalau besok?, baiklah besok kita akan membahas tentang
membuat rencana untuk masa depan.”
“Bagaimana kalau di taman lagi pak?, baik besok kita dari jam 9 pagi.
Apakah Kakak setuju?, baiklah Kak selamat beristirahat”.
STRATEGI PELAKSANAAN 4
RISIKO BUNUH DIRI
E. Proses Keperawatan
1. Orientasi
Salam Terapeutik : “Assalamualaikum Kak, masih ingat dengan saya kan? saya
perawat yang berbincang – bincang dengan Kakak kemarin.”
3. Kontrak.
Topik : “Kakak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?,
kita akan berbincang-bincang tentang membuat rencana untuk masa
depan., Apa Kakak mau?”
Waktu : “Bagaimana kalau 10 menit saja?”
Tempat : “Kakak mau bincang-bincang dimana? Bagaimana
kalau disini saja?”
Tujuan : “Tujuan pembicaraan kita adalah supaya kakak dapat
merencanakan masa depan yang jauh lebih baik dari sebelumnya dan
kakak dapat mencapai masa depan yang nyata”
4. Fase Kerja
“Kakak, apa keinginan kakak dari dulu sampai sekarang?, apalagi kak?,
apakah masih ada?. Sampai saat ini sudah ada keinginan kaka yang sudah
tercapai?, wah hebat…..yang belum tercapainya kak?.
“Harapan kakak sangat bagus sekali, kakak bisa berusaha semampu kakak
dengan cara yang sabar, lebih giat, ikhtiar dan berdoa. Kegagalan bukan
akhir dari sebuah harapan kak, namun cobaan yang nantinya akan
membawa kakak ke arah yang kakak harapkan selama ini. Jadi, selalu
berusaha menjadi yang terbaik ya kak, kejar cita-cita kakak sampai dapat
dan ingat, kejar harapan itu sesuai kemampuan kakak”.
5. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan kakak setelah apa yang kita bicarakan tadi?, saya
senang jika kaka melakukan apa yang sudah tadi kita bicarakan”.
b. Evaluasi objektif
“Coba kakak sebutkan kembali apa yang seharusnya kita lakukan
ketika kita menginginkan sesuatu! Pintar sekali kakak ini….”.
c. Rencana tindak lanjut
“Kakak, selama kita tidak bertemu, kakak bisa melakukan hal seperti
tadi untuk mencapai keinginan kakak yang nyata, kakak mesti lebih
sabar, lebih giat, ikhtiar dan berdoa. Jangan sampai menyerah ya kak.
Sukses buat kakak…., kalau begitu saya pamit ya kak, Permisi”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
SETIAP HARI I
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien : Badan Bau, tampak kotor, tampak rambut
berminyak
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui pentingnya kebersihan diri
2. Untuk mengetahui cara menjaga kebersihan diri
3. Untuk menerapkan cara menjaga kebersihan diri
4. Tindakan keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi kebutuhan kebersihan diri
3. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
4. Jelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan
5. Masukkan dalam jadwal kegiatan
STRATEGI PELAKSANA
Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
”kakak , bagaimana perasaannya setelah tadi kita diskusi?”
”Wah bagus ya kak, kaka sudah paham dan mengerti”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah
dilakukan)
”Nah, tadi kan kaka sudah benar terus nih jawabannya, jadi Mba jangan lupa
ya untuk dilatih terus mandinya setiap hari. 2 kali dalam sehari ya Mba”
Waktu :
“Untuk waktunya Mba maunya kapan, jam berapa?”
“Baik kalau begitu besok ketemu lagi jam 8 pagi ya Mba”
Tempat :
“Karena kita besok melatih cara makan yang baik maka tempatnya di
ruang makan ya Mba”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SETIAP HARI II DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien : Klien tampak lessu
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan khusus :
a. Menjelaskan pentingnya makan bagi tubuh.
b. Menjelaskan pentingnya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
c. Menjelaskan tata cara makan yang baik.
d. Menjelaskan cara merapikan alat makan setelah digunakan.
4. Tindakan keperawatan :
a. Menjelaskan kepadaa klien tentang pentingnya makanan yang sehat bagi
kesehatan
b. Menjelaskan dan mempraktikan cara cuci tangan yang baik dan benar
c. Menjelaskan dan mengedukasikan tata cara makan yang baik dan benar
d. Menjelaskan dan mengedukasikan bagaimana cara merapikan alat makan
setelah digunakan
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
Orientasi
1. Salam Terapeutik : “Selamat pagi Kak , bagaimana PR yg kemarin sudah
dilakukan atau belum?”
2. Evaluasi / validasi : “Kalo sudah dilakukan, gimana perasaan kaka setelah
melakukannya?”
3. Kontrak
“Nah, sesuai dengan kontrak dan jadwal yang kemarin kita buat, hari ini kita akan
mendiskusikan pentingnya makanan bagi tubuh kita dan kita belajar bagaimana cara
makan yang baik ya. Untuk waktunya seperti kemarin 15 menit. Tujuannya supaya
Kaka bisa tau pentingnya makan dan cara makan yang baik. Supaya ngobrolnya enak
kaka mau dimana tempatnya? Disini aja apa kaka lebih nyaman dimana?”
Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Kakak, sekarang bagaimana perasaan mba setelah kitaa berdiskusi tadi?”
“Wah bagus ya kak, sekarang kakak sudah paham dan mengerti.”
Evaluasi klien (subjektif)
“ Sekarang bagaimana perasaan kaka setelah kita belajar cuci tangan dan
belajar cara makan yang baik?”
“Enak kan kak? Jadi terlihat rapih dan tangan juga tidak lengket.”
Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
“Nah coba sekarang kita ulangi ya, tadi makanan yang baik buat keehata itu
yang mengandung apa ya kak, terus cara makan yang baik seperti apa?”
“Wah, betul sekali kak, nah coba kaka praktikin langkah cuci tangan tadi
bagaimana ya?”
“Yap, betul sekali Kak.”
b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan)
“Nah kan tadi kaka sudah tahu dan bisa jawab pertanyaan saya, dan juga sudah
bisa cuci tangan yang benar. Jadi, kaka jangan lupa kalau sebelum makan dan
setelah makan cuci tanggan ya, dan makan sambil duduk, juga jangan berceceran.”
c. Kontrak topik yang akan datang
“Demikian ya kak, diskusi kita hari ini, tentang pentingnya makan, cuci
tangan dan cara makan yang baik.”
Topik :
“Besok kita ketemu lagi buat diskusi tentang cara eliminasi atau cara BAB
dan BAK yang baik.”
Waktu :
“Untuk waktunya kaka maunya kapan, jam berapa?”
“Baik kalau begitu besok ketemu lagi jam 8 pagi ya.”
Tempat
“Tempatnya besok kaka mau dimana nih?”
“Ya sudah,besok dikamar kaka aja kalo begitu.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SETIAP HARI III
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien : Klien tampak kurang
bersemangat
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan khusus :
1. Menjelaskan pentingnya bereliminasi bagi tubuh
2. Menjelaskan tata cara bereliminasi dengan baik dan bersih
3. Menjelaskan pentingnya mencuci tangan sesudah bereliminasi
4. Tindakan keperawatan :
Menjelaskan kepadaa klien tentang pentingnya bereliminasi yang sehat dan bersih
bagi kesehatan
Menjelaskan dan mengedukasikan tata cara bereliminasi yang baik dan bersih
Menjelaskan dan mempraktikan cara cuci tangan yang baik dan benar
Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Kakak, sekarang bagaimana perasaan kaka setelah kitaa berdiskusi tadi?”
“Wah bagus ya kak, sekarang kaka sudah paham dan mengerti.”
I. Evaluasi klien (subjektif) :
“Sekarang bagaimana perasaan kaka setelah kita belajar tata cara BAB dan
BAK serta cuci tangan yang baik setelah BAB dan BAK?”
“Jadi terasa lebih bersih kan kak?”
II. Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement) :
“Nah coba sekarang kita ulangi ya, tadi bagaimana cara BAB dan BAK yang
baik buat kesehatan itu?”
“Wah, betul sekali kak. Oke sekarang coba kaka praktikkan langkah cuci
tangan tadi bagaimana ya?”
“Ya, betul sekali kak.”
b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah
dilakukan)
“Nah kan tadi kaka sudah tahu dan bisa jawab pertanyaan saya. Kaka juga
lancar dalam menjelaskan tata cara BAB dan BAK tang baik serta juga sudah bisa
mempraktikkan cuci tangan yang benar. Jadi, kak jangan lupa untuk BAB atau BAK
dengan bersih ya dan juga jangan lupa lagi untuk mencuci tangan sehabis BAB dan
BAK supaya kaka tetap bersih dan sehat”
c. Kontrak topik yang akan datang
”Demikian kak diskusi kita tentang pentingnya Perawatan Diri kakak”
”Untuk besok kita diskusi lagi ya kak”
Topik :
“Besok kita ketemu lagi buat diskusi tentang cara berdandan yang benar
dan bisa membuat kakak tambah cantik.”
Waktu :
”untuk waktunya bagaimana kak? Mau pagi, siang, atau bagaimana?”
”baiklah kalau begitu, besok jam 8 pagi kita ketemu lagi ya kak”
Tempat :
”Nah sekarang untuk tempatnya kira-kira mau dimana nih kak? Kalau di
sini lagi saja bagaimana?”
”oke baiklah kak. Sampai jumpa besok jam 8 pagi di kamar kakak lagi ya,
selamat istirahat.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SETIAP HARI IV
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien : Wajah klien tampak kusam
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan khusus :
1) Menjelaskan pentingnya berdandan atau merawat diri untuk tubuh dan estetika
2) Menjelaskan tata cara berdandan atau merawat diri dengan baik
4. Tindakan keperawatan :
1) Menjelaskan kepadaa klien tentang pentingnya berdandan atau merawat diri
untuk tubuh dan estetika
2) Menjelaskan dan mempraktikkan tata cara berdandan atau merawat diri dengan
baik
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
Orientasi
a.Salam Terapeutik : “Selamat pagi Kak, bagaimana PR yg kemarin sudah
dilakukan atau belum?”
b. Evaluasi / validasi : “Kalo sudah dilakukan, gimana perasaan kakak setelah
melakukannya?”
c.Kontrak
“Nah, sesuai dengan kontrak dan jadwal yang kemarin kita buat, hari ini kita akan
mendiskusikan pentingnya cara berdandan bagi tubuh kita dan kita belajar bagaimana
cara berdandan yang baik ya. Untuk waktunya seperti kemarin 15 menit. Tujuannya
supaya Mba bisa tau pentingnya berdandan yang baik. Supaya ngobrolnya enak kakak
mau dimana tempatnya? Disini aja apa kaka lebih nyaman dimana?”
Terminasi
4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Kakak, sekarang bagaimana perasaan kaka setelah kitaa berdiskusi tadi?”
“Wah bagus ya kak, sekarang kaka sudah paham dan mengerti.”