Anda di halaman 1dari 67

KEPERAWATAN JIWA II

STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI DAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Dosen Pengampu:

Ns. Duma L. Tobing, M. Kep., Sp. Kep. J

Disusun Oleh:

Niasa Lora R 1710711130

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN “VETERAN” JAKARTA
2019
STRATEGI PELAKSANAAN
HARGA DIRI RENDAH
TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
a. Klien mengatakan dia gagal dalam ujian
b. Klien mengatakan dia malu dengan teman-teman nya karena bodoh
c. Klien tidak mempertahankan kontak mata karena malu
d. Klien terlihat murung dan tidak berinisiatif berinteraksi
e. Klien selalu diejek teman-teman nya
f. Klien mengatakan dirinya bodoh dan tidak bisa apa-apa
g. Klien mengatakan orang tua nya selalu meminta dirinya harus bisa matematika
2. Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
d. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
4. Tindakan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan meng-gunakan prinsip komunikasi
terapeutik :
i. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
ii. Perkenalkan diri dengan sopan.
iii. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
iv. Jelaskan tujuan pertemuan.
v. Jujur dan menepati janji.Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa
adanya.
b. Diskusikan dengan klien tentang:
i. Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan.
ii. Kemampuan yang dimiliki klien.
c. Bersama klien buat daftar tentang:
i. Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
ii. Kemampuan yang dimiliki klien.
d. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negatif.
e. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.
f. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.
g. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan klien:
i. Kegiatan mandiri.
ii. Kegiatan dengan bantuan.
h. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
i. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.

STRATEGI PELAKSANA
Harga Diri Rendah Pasien
SP I
1. Mengidenfikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai
kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan
yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
4. Melatih pasien sesuai kemampuan
yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar
terhadap keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
STRATEGI PELAKSANA 1 HDR
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian

Strategi Pelaksanaan 1
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
Orientasi
1. Salam Terapeutik : ”Selamat Pagi Kak.... Perkenalkan nama suster...., biasa
dipanggil...... Saya mahasiswi S1 Keperawatan UPNVJ. Hari ini saya dinas pagi dari
jam 07.00 sampai jam 14.00 WIB . Saya akan merawat kakak hari ini. Nama kakak
siapa? senangnya kakak dipanggil apa?
2. Evaluasi / validasi : ”Bagaimana keadaan kakak hari ini...? Apakah semalam
tidurnya nyenyak? Kegiatan apa saja yang sudah kakak lakukan?”
3. Kontrak
 Topik : “Bagaimana kalau kita bincang-bincang sebentar tentang hal-
hal positif yang bisa kakak lakukan sehari-hari?”
 Waktu : “Bagaimana kalau 10 menit saja?”
 Tempat : “Kakak mau bincang-bincang dimana?, bagaimana kalau
disini saja?”
 Tujuan : “Yang bertujuan untuk mengarahkan kakak pada kegiatan
positif yang kakak miliki dan memasukan kegiatan tersebut  ke dalam jadwal
harian kakak”

Kerja (langkah-langkah dalam tindakan keperawatan)

1. “Baiklah kakak, apa yang menyebabkan kakak dari tadi kelihatan murung dan
menyendiri?”
2. “Kegiatan apa yang kakak lakukan sehari-hari?, dan kegiatan apa yang kakak sukai?”
3. “Bagaimana kalau sekarang kakak melakukan kegiatan yang kakak sukai?”
4. “Saya harap kakak dapat memasukan kegiatan ini ke dalam jadwal kegiatan harian
kakak?”
5. “Bagaimana dengan menggambar? Menyapu? Menulis”.
6. “ Kakak dari tiga kegiatan kemampuan ini ,yang mana yang masih dapat dikerjakan di
rumah sakit ?”
7. “Coba kita lihat ,yang pertama bisakah ,yang kedua………sampai 3 (misalnya ada 2
yang masih bisa dilakukan).Bagus sekali ada 2 kegiatan yang masih bisa kerjakan di
rumah sakit ini.”
8. “Sekarang ,coba kakak pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini”.
9. “Oh yang nomor satu ,Menggambar? Kalau begitu,bagaimana kalau sekarang kita
latihan Menggambar”.Mari kita mulai menggambar ya kakak”
10. “Coba kakak sebutkan alat-alat apa saja sih yang dibutuhkan untuk menggambar?”
11. “Nah kalau gitu kita mau menggambar, kaka mulai dengan mengambil kertas,pensil
lalu kakak mulai menggambar apa yang kakak mau gambar ya, bagus!”
12. “Kakak sudah bisa menggambar dengan baik sekali .Coba perhatikan bagus kan kak
gambarnya? Bagus”
13. “ Coba kakak lakukan ini besok dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau
kakak lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa melakukan ,dan
T ( tidak) melakukan .

Terminasi

A. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


a. Evaluasi klien (subjektif) : “Bagaimana perasaan kakak setelah kita
berbincang-bincang dan latihan menggambar? kakak ternyata banyak
memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.”
“Kakak, merasa senang tidak dengan latihan kita tadi?”
b. Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
“Coba ulangi bagaimana cara menggambar tadi, bagus sekali..”
B. Tindak lanjut klien
Kontrak topik yang akan datang :
 Topik :
“Baiklah kakak karena waktu berbincang kita sudah selesai saya rasa cukup
sampai disini. Bagaimana kalau nanti kita belajar menilai kemampuan yang
dimiliki kakak yang dapat digunakan untuk kegiatan selanjutnya?”
 Waktu :
“Bagaimana kalau nanti kita berbincang lagi? Besok pagi kita latihan lagi
kemampuan yang kedua. kakak masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu
dilakukan di rumah sakit selain menggambar? Ya bagus,menyapu …. Kalau
begitu kita akan latihan menyapu besok ya jam 08.00 pagi”

 Tempat :
“Tempat nya mau dimana kak? Kalau begitu kita akan latihan menyapu di
kamar Mbak lagi sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya…Assalamu’alaikum”
STRATEGI PELAKSANAAN 2 HDR :
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
C. Proses Pelaksanaan Tindakan.
Orientasi
1. Salam Terapeutik :
“Selamat Pagi Kak, masih ingat saya??? Baguss. Bagaimana perasaan
kakak pagi ini ? Wah tampak gembira.”
2. Evaluasi / validasi :
”Bagaimana keadaan kakak hari ini...? Bagaimana kak, sudah dicoba
merapikan tempat tidur sore kemarin tadi pagi ? Bagus” ( kalau sudah
dilakukan, kalau belum bantu lagi )
3. Kontrak.
i. Topik : “Sekarang kita akan latihan kemampuan
kedua, masih ingat apa kegiatan itu kak? Ya benar kita akan
latihan menyapu di ruangan ini”
ii. Waktu : “Bagaimana kalau 10 menit saja? Kita
persiapkan alatnya terlebih dahulu ya”
iii. Tempat : “Kakak mau bincang-bincang dimana?,
bagaimana kalau disini saja?”
iv. Tujuan : “Yang bertujuan untuk mengarahkan kakak
pada kegiatan positif yang kakak miliki dan memasukan
kegiatan tersebut  ke dalam jadwal harian kakak”

Kerja
1) “Sebelumnya kira-kira apa alat-alat yang dibutuhkan dalam kegiatan
menyapu?”
2) “iya betul sekali, alat-alat yang kita butuhkan untuk menyapu yaitu
sapu dan pengki dan tong sampah untuk membuang sampahnya,”
3) “sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
4) “setelah semuanya perlengkapan tersedia, kakak ambil sapunya lalu di
coba deh membersihkan mulai dari kolong tempat tidur sampai keluar
ruangan”
5) “sekarang coba kakak yang melakukan”
6) “Bagus sekali, kakak dapat mempraktekkan menyapu dengan baik,
sekarang di cuci tangannya supaya tetap bersih”
7) “ bagus kakak, saya harap kakak dapat memasukan kegiatan ini
kedalam jadwal harian kakak”

Terminasi .
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
 Evaluasi klien : “bagaimana perasaan Mbak setelah latihan menyapu” Coba
ulangi cara menyapu lantainya…baguss”
 Evaluasi perawat : “ jadi, apa saja kemampuan yang kakak miliki, selain
menyapu? Ya, ternyata kakak banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan dirumah sakit ini. bagaimana kalau kegiatan menyapu ini
dimasukan menjadi kegiatan sehari – hari Mbak.”
2. Tindak lanjut klien
Kontrak topik yang akan datang
a. Topik : “ besok kita akan latihan untuk kemampuan ke tiga, setelah
mencuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu ? ya benar kita akan
latihan mencuci piring”
b. Waktu : “Besok kita akan melakukan kegiatan mencuci piring ya kak, mau
jam berapa? Bagaimana kalau pagi jam 08:00?.”
c. Tempat : “Tempat nya mau dimana kak? Baiklah nanti kita lakukan di
dapur ya kak. Kalau begitu saya permisi dulu yah kak.”
STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL
TINDAKAN KEPERAWATAN
SETIAP HARI

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
a. Klien terlihat murung dan tidak berinisiatif berinteraksi
b. Klien terlihat suka menyendiri
c. Klien malas berinteraksi dengan orang lain
d. Klien terlihat kurang merawat diri.
e. Keluarga mengeluh klien jarang berbicara dengan orang lain, lebih senang
sendiri, dan suka melamun.
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
4. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian
menarik diri.
d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
e. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
5. Tindakan keperawatan :
i. Bina hubungan saling percaya dengan :
 Beri salam setiap berinteraksi.
 Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
 Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien.
 Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi kllien.
 Buat kontrak interaksi yang jelas.
 Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien pa klien
dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
ii. Tanyakan pada klien tentang:
 Orang yang tinggal serumah / teman sekamar klien.
 Orang yang paling dekat dengan klien di rumah/ di ruang perawatan.
 Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut
 Orang yang tidak dekat dengan klien di rumah/di ruang perawatan
 Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut
 Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
iii. Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul
dengan orang lain.
iv. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
v. Tanyakan pada klien tentang :
 Manfaat hubungan sosial.
 Kerugian menarik diri.
vi. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri.
vii. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
viii. Observasi perilaku klien saat berhubungan sosial.
ix. Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan / berkomunikasi dengan :
 Perawat lain
 Klien lain
 Kelompok.
x. Libatkan klien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi.
xi. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi.
xii. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat.
xiii. Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya melalui
aktivitas yang dilaksanakan.
xiv. Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial
dengan :
 Orang lain
 Kelompok
xv. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
xvi. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk
mengatasi prilaku menarik diri.
xvii. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku
menarik diri.
xviii. Jelaskan pada keluarga tentang :
 Pengertian menarik diri
 Tanda dan gejala menarik diri
 Penyebab dan akibat menarik diri
 Cara merawat klien menarik diri.
xix. Latih keluarga cara merawat klien menarik diri.
xx. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan.
xxi. Beri motivasi keluarga agar membantu klien untuk bersosialisasi.
xxii. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di rumah
sakit

STRATEGI PELAKSANA

Isolasi Sosial Pasien

SP I
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian

SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan
satu orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian

SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi Pelaksanaan Tindakan 1 Isolasi Sosial
1) Orientasi
i. Salam Terapeutik : Selamat pagi Kak…… perkenalkan nama
suster....biasa dipanggil…. Saya mahasiswi Keperawatan UPN Veteran Jakarta
yang akan dinas di ruangan ini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari
jam 07:00 sampai jam 14:00 siang. Saya akan merawat bapak selama di rumah
sakit ini. Nama kakak siapa? Senangnya kakak di panggil apa?
ii. Evaluasi / validasi : Bagaimana keadaan kakak hari ini...? Tampaknya
terlihat baik ...?
iii. Kontrak
 Topik :
“Baiklah Kak, bagaimana kalau kita ngobrol santai tentang perasaan
kakak saat ini? Apakah bersedia?”
 Waktu :
“Berapa lama Kakak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10
menit saja ?”
 Tempat :
”Kakak mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di ruang
tamu
 Tujuan : Agar kakak dengan saya dapat saling mengenal sekaligus
kakak dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
2) Kerja
“Sekarang coba kakak kasih tahu suster apa yang bapak rasakan selama kakak
di rawat disini?”
“Kok kakak sendirian saja, yang menyebabkan kakak tidak bergaul dengan
yang lain kenapa?”
“Apa yang menghambat kakak berbicara dan bergaul dengan orang lain?”
“Menurut kakak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman?
Wah benar,ada teman ngobrol. Apa lagi ?”
“Nah kalau kerugiannya tidak mempunyai teman apa ya Kak?”
“Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah Kakak
belajar bergaul dengan orang lain?”
“Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang
lain”.
“Begini loh kak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita sukai, asal kita, dan hobi. Contoh: Nama
saya kakak… , senang dipanggil.. Asal saya dari… hobi….”
“Selanjutnya kakak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya begini: Nama kakak siapa? Senang dipanggil apa? Asal darimana?
Hobinya apa?”
“Ayo kakak dicoba, misalnya saya suster belum kenal dengan kakak. Coba
kakak berkenalan dengan suster”
“Ya bagus sekali, coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah kakak berkenalan dengan orang tersebut, kakak bias melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan kakak bicarakan. Miasalnya
tentang hobi, cuaca atau lainnya”
3) Terminasi
a) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan :
i. Evaluasi klien (subjektif)
”Bagaimana perasaan kakak setelah kita latihan berkenalan”
ii. Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
”Iya tadi kakak juga sudah cukup bagus untuk latihan berkenalan
dengan suster”
b) Tindak Lanjut
”Selanjutnya kakak dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi
selama suster tidak ada. Sehingga kakak lebih siap untuk berkenalan
dengan orang lain.”
c) Kontrak topik yang akan datang
Topik :
“Kakak mau praktekkan ke orang lain?”
“Baik kak kalau begitu, bagaimana kalau besok kita berkenalan dengan
dengan teman-teman baru dan latihan berbicara dengan topik tertentu.
apakah kakak bersedia?”
Waktu : ”
”Baik kak, besok pagi jam 08.00 kita mulai latihannya ya kak, nanti
suster bawa teman suster. Bagaimana kak?”
Tempat :
”Kakak maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu?? Baiklah Kak besok saya akan kesini jam 08:00 sampai
jumpa besok kak. saya permisi.”
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan 2 Isolasi Sosial
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik :
”Selamat pagi Kak, Masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi / validasi :
“Bagaimana dengan perasaan kakak hari ini? Apakah masih ada
perasaan kesepian, bagaimana semangatnya untuk bercakap-cakap
dengan teman? Apakah bapak sudah mulai berkenalan dengan
orang lain? Bagaimana perasaan bapak setelah mulai berkenalan?
Bagaimana keadaan bapak hari ini...? Tampaknya terlihat
baik ...?”
c. Kontrak.
Topik :
”Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan
bagaimana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 1 orang lain
lagi? Apakah bapak bersedia?”
Waktu :
”Berapa lama kakak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau
10 menit saja ”
Tempat :
”Kakak mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di
ruang tamu”
Tujuan : ”Agar kakak semakin banyak teman”
2. Kerja
“Baiklah hari ini saya datang bersama satu orang teman perawat saya yang
juga dinas di ruanganan ini, bapak bisa memulai berkenalan.. apakah
kakak masih ingat bagaimana cara berkenalan?” (beri pujian jika pasien
masih ingat, jika pasien lupa, bantu pasien mengingat kembali cara
berkenalan).
“Nah silahkan kakak mulai” (fasilitasi perkenalan antara pasien dengan
perawat lain)
“Wah bagus sekali , selain nama,alamat, hobby apakah ada yang ingin
kakak ketahui tentang perawat…?” (bantu pasien mengembangkkan topik
pembicaraan)
“Wah bagus sekali, Nah kakak apa kegiatan yang biasa kakak lakukan
pada jam ini?”
“Bagaimana kalau kita menemani teman suster, yang sedang menyiapkan
makan siang di ruang makan sambil menolong teman suster kakak bisa
mengobrol dengan teman yang lain. Mari Kak..” (dampingi pasien ke
ruang makan)
“Apa yang ingin kakak bicarakan dengan suster. Oh tentang cara
menyusun piring diatas meja silahkan Kak”( jika pasien diam dapat
dibantu oleh perawat)
“Coba Kakak tanyakan bagaimana cara menyusun piring di atas meja
kepada teman kakak? apakah harus rapi atau tidak? Silahkan kak, apalagi
yang ingin Kakak bicarakan.. Silahkan”.

3. Terminasi
a) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan :
 Evaluasi klien (subjektif)
”Bagaimana perasaan Kakak setelah kita berkenalan dengan
perawat”
 Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
 ”Iya tadi Kakak juga sudah cukup bagus untuk berkenalan
dengan suster lain”
b) Tindak Lanjut
”Bagaimana kalau kakak coba berkenalan lagi dengan 2 orang atau
lebih? Nanti kakak catat dikegiatan harian
ya?  “                                                              
c) Kontrak topik yang akan datang
Topik :
“Kakak mau praktekkan ke orang lain?”
“Baik kak kalau begitu, bagaimana kalau besok kita berkenalan dengan
dengan teman-teman baru lagi dan latihan berbicara dengan topik
tertentu. apakah kakak bersedia?”
Waktu : ”
”Baik kak, besok pagi jam 08.00 kita mulai latihannya ya kak, nanti
suster bawa tiga pasien ya. Bagaimana kak?”
Tempat :
”Kakak maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu?? Baiklah Kak besok saya akan kesini jam 08:00 sampai
jumpa besok Kak. saya permisi.”
C. Strategi Pelaksanaan Tindakan SP 3 Isolasi Sosial
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik :
Selamat pagi kak, masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi / Validasi :
“Bagaimana dengan perasaan kakak hari ini? Apakah masih ada perasaan
kesepian? Apakah kakak sudah bersemangat bercakap-cakap dengan otrang
lain?”
c. Kontrak
i. Topik :
”Bagus, bagaimana kalo sekarang kakak coba kenalan dengan 2
temannya kayak kemarin di depan suster?”
ii. Waktu :
”Bagaimana? apakah kakak mau? waktunya mau 10 menit atau 15
menit?”
iii. Tempat :
”Bagaimana  kalau kita bicarakan masalah ini di luar ruangan (ruang
santai)?”
iv. Tujuan :
”Supaya kepercayaan diri kakak meningkat”
2. Kerja
“Baiklah kak, bagaimana jika kita sekarang ke taman belakang, disana ada 2
perawat dan 1 pasien sedang menyapu halaman”
“Bagaimana jika kita berangkat sekarang?”
“Apakah kakak sudah siap bergabung dengan banyak orang?”
“Nah kakak sesampainya disana kakak langsung bersalaman dan
memperkenalakan diri seperti yang sudah kita pelajari, kakak bersikap biasa saja
dan yakin bahwa orang-orang disana senang dengan kedatangan kakak”
“Nah kak, sekarang kita latihan menyapu dengan perawat dan pasien lain sambil
bercakap-cakap dengan teman saat melakukan kegiatan harian tersebut”
“Nah sekarang kkegiatan apa yang ingin kakak lakukan? Ooh merapikan kamar
baiklah dengan siapa kakak ingin didampingi? Dengan mbak….? Baiklah kak
(perawat mengajak pasien… untuk menemani kakak merapikan tempat tidur dan
menyapu halaman, kemudian memotivasi pasien dan teman sekamar bercakap-
cakap).

3. Terminasi
Evaluasi subjektif dan objektif :
“Bagaimana perasaan kakak setelah kita berkenalan dengan perawat dan pasien
lain di taman belakang? kalau setelah merapikan kamar bagaimana kakak? apa
pengalaman kakak yang menyenangkan berada dalam kelompok? Adakah
manfaatnya kita bergabung dengan orang banyak?”
Kontrak yang akan datang :
“Baiklah kakak selanjutnya kakak bisa menambah orang yang bapak kenal. Atau
kakak bisa ikut kegiatan menolong membersihkan kamar dan menyapu halaman
bersama teman-teman yang lain. Jadwal kakak bercakap-cakap setiap pagi saat
merapikan tempat tidur kita cantumkan dalam jadwal ya Kak.”
“Setiap jam berapa kakak akan berlatih?”
“Baiklah pada pagi jam 08:00 dan sore jam 16:00. Saya permisi ya, Kak”
STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI
TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
a. Klien memandang kedepan dan berbicara sendiri.
b. Klien terkadang mendengar suara alm. Adiknya pada malam hari ketika klien
hendak tidur,
c. Klien mengatakan suara adiknya berkata “Kak, main yuk”.
d. Klien menutup telinganya
e. Setiap suara itu datang klien menangis dan marah-marah.
f. Kantung mata pasien menghitam
2. Diagnosa Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
d. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4. Tindakan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik :
 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
 Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
 Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
 Buat kontrak yang jelas
 Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
 Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien.
 Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
b. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
c. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasi pendengaran jika
menemukan klien yang sedang halusinasi :
 Tanyakan apakah klien mendengar .
 Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya.
 Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut,
namun perawat sendiri tidak mengalaminya ( dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau menghakimi).
 Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama.
 Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d. Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien :
 Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,
malam atau sering dan kadang – kadang )
 Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan
halusinasi
e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri
kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
f. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan
tersebut.
g. Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati
halusinasinya.
h. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri dll).
i. Diskusikan cara yang digunakan klien.
 Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian.
 Jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara tersebut
j. Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya halusinasi :
 Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata (“saya tidak mau
dengar/ lihat/ penghidu/ raba /kecap pada saat halusinasi terjadi)
 Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk
menceritakan tentang halusinasinya.
 Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari hari yang telah di
susun.
 Meminta keluarga/teman/ perawat menyapa jika sedang berhalusinasi
k. Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya.
l. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih.
m. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih , jika berhasil beri pujian.
n. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi
persepsi.
o. Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan ( waktu, tempat dan topik ).
p. Diskusikan dengan keluarga ( pada saat pertemuan keluarga/ kunjungan
rumah) :
 Pengertian halusinasi.
 Tanda dan gejala halusinasi.
 Proses terjadinya halusinasi.
 Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
 Obat- obatan halusinasi
 Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah ( beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama, memantau
obat – obatan dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi ).
 Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak tidak dapat diatasi di rumah.
q. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,
nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping penggunan obat.
r. Pantau klien saat penggunaan obat.
s. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.
t. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
u. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal – hal
yang tidak di inginkan .

STRATEGI PELAKSANAAN
Halusinasi Pasien

SP I
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian

SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IV
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
3. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah)
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
STRATEGI PELAKSANAAN 1 HALUSINASI PENDENGARAN
Strategi pelaksanaan bertujuan untuk membantu pasien mengenal halusinasi,
menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan menghardik halusinasi.

Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik:
“Selamat pagi kak.”
2. Perkenalan:
“Saya perawat yang akan merawat kakak. Saya suster (nama), senang
dipanggil suster (nama). Nama kakak siapa? Senang di panggil apa?” (Sambil
berjabat tangan).
3. Evaluasi Validasi
 “Bagaimana perasaan kak (nama) hari ini?”
 “Oh, jadi kak (nama) merasa mengantuk. Apa yang menyebabkan kakak
mengantuk?”
 “Jadi, kakak mengantuk karena semalam tidak bisa tidur. Mengapa semalam kak
tidak bisa tidur?”
 “Jadi, semalam kakak tidak bisa tidur karena mendengar suara-suara itu,
sedangkan teman-teman kakak tertidur dengan nyenyak.”
 “Coba kakak ceritakan tentang suara-suara yang kakak dengar.”
 “Jadi, kakak mendengar suara orang yang mengajak kakak bermain.” Kontrak
(Topik, Waktu, Tempat, Tujuan).
 “Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini kak
(nama) dengar, tetapi tidak tampak wujudnya? Tujuannya agar kakak mengetahui
suara-suara yang tak tampak wujudnya sehingga kakak dapat menghardik atau
mengusir suara itu.”
 “Di mana kita duduk? Bagaimana jika kita berbicara di taman selama sepuluh
menit?”

Fase Kerja
 “Kapan kak (nama) biasanya mendengar orang yang mengajak bermain itu ?”
 “kakak sering mendengar suara itu malam hari sedangkan semua teman-teman kakak
sedang tidur dan tidak mendengar suara tersebut.”
 “Selain itu, pada keadaan apa lagi terdengar suara tersebut?”
 “Jadi kakak mendengar suara tersebut pada waktu sedang duduk sendiri dan
melamun.”
 “Berapa kali sehari kak (nama) alami?”
 “Jadi dalam sehari, kira-kira kak (nama) mendengar suara-suara tak berwujud …kali.”
 “Bagus, kakak sudah mau menceritakan semua ini kepada saya.”
 “Apa yang kakak rasakan jika suara-suara itu muncul?”
 “Jadi, kakak merasa takut terhadap suara-suara yang mengajak kakak bermain. Apa
yang kakak lakukan saat suara-suara tersebut terdengar.?”
 “Setelah kakak melakukan itu, bagaimana hasilnya?”
 “Jadi, setelah kakak melakukan hal itu, suara-suara tersebut tidak hilang.”
 “Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah munculnya suara-suara itu?”
 “Menurut kakak, ada berapa cara untuk mencegah suara-suara tanpa wujud itu
muncul?”
 “Wah bagus sekali jawaban kakak.”
 “Ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik atau mengusir suara tersebut. Kedua, minum obat dengan teratur. Ketiga,
dengan cara meminta perawat untuk bercakap-cakap dengan kakak. Keempat dengan
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
 “Kakak ingin belajar cara mengontrol suara-suara tak berwujud yang mana terlebih
dahulu?”
 “Bagus sekali kakak sudah mau belajar menghardik halusinasi.”
 “Caranya adalah saat suara itu muncul, langsung kak (nama) bilang, pergi saya tidak
mau dengar, jangan ganggu saya. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak
terdengar lagi.”
 “Sekarang saya akan mencontohkan cara menghardik suara yang tak tampak
wujudnya.”
 “Pergi saya tidak mau dengar, jangan ganggu saya!”
 “Coba kakak peragakan apa yang telah saya contohkan jika suara yang tidak tampak
wujudnya itu muncul.”
 “Nah begitu… bagus! Coba lagi! Ya bagus kakak sudah bisa.”
 “Nah agar kakak semakin mahir menghardik suara-suara yang menyuruh kakak naik
ke atap, maka kakak sebaiknya sering berlatih menghardik suara itu. Latihan
menghardik suara akan dimasukan dalam jadwal aktivitas kakak sehari-hari. kakak
ingin berlatih menghardik suara berapa kali sehari?”
 “Wah bagus kakak sudah mau berlatih menghardik suara …kali sehari.”
 “Mau latihan jam berapa saja kakak?”
 “Latihan mengahardik ini akan dimasukan ke jadwal aktivitas kakak. Jika kakak
berlatih tanpa diingatkan oleh suster, kak (nama) dapat mengisi disebelah kolom
aktivitas ini dengan huruf M. jika kakak berlatih dengan diingatkan suster, maka
kakak mengisi dengan huruf B. Jika kakak tidak berlatih atau lupa, kakak mengisi
huruf T di kolom tanggal pelaksanaan”

Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif:
 “Bagaimana perasaan kak (nama) setelah memperagakan latihan menghardik
tadi?”
 “Bagus sekali jawaban kakak.”
2. Evaluasi Objektif:
 “Coba kak (nama) peragakan lagi cara menghardik suara-suara seperti yang tadi
telah kita pelajari.”
 “Wah bagus sekali, kak (nama) sudah bisa memperagakan cara menghardik
suara.”
3. Rencana Tindak Lanjut
“kak (nama) jangan lupa untuk berlatih menghardik sesuai dengan jadwal yang
tadi telah kita buat yah. Jika ada suara tak berwujud yang kak (nama) dengar,
kak (nama) dapat menerapkan cara menghardik suara-suara itu seperti yang tadi
telah kita pelajari.”
4. Kontrak yang Akan Datang. (Waktu, Tempat, Tujuan)
 “Kak (nama), besok kita akan berbicara mengenai cara kedua mencegah suara-
suara yang tak berwujud yaitu dengan minum obat secara teratur. Bagaimana
kalau kita berbicara pada 15 menit sebelum makan siang di ruang makan?”
 “Permisi kak (nama) …”
STRATEGI PELAKSANAAN 2 HALUSINASI PENDENGARAN
Strategi pelaksanaan II bertujuan untuk melatih pasien mengontrol halusinasi dengan
minum obat secara teratur.

Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat siang Kak (nama)”
2. Evaluasi Validasi
 “Bagaimana perasaan Kak (nama) siang ini?”
 “Selama kita tidak bertemu, bagaimana dengan suara yang mengajak Kak (nama)
main. Apakah Kak (nama) masih mendengar?”
 “Berapa kali dalam sehari Kak (nama) mendengar suara tersebut?
 “Saat Kak (nama)mendengar suara tersebut, apa yang Kak (nama) lakukan?”
 “Wah bagus sekali jawaban Kak (nama).”
 “Saat halusinasi tersebut muncul, Kak (nama) menghardik halusinasi seperti yang
telah diajarkan kemarin. Bagaimana hasilnya?”
 “Bagaimana dengan jadwal kegiatannya?”
 “Bagus sekali Kak (nama) telah berlatih mengontrol suara dengan menghardik
sesuai dengan aktivitas terjadwal yang telah kita buat. Coba Kak (nama)sebutkan
manfaat yang Kak (nama)rasakan saat berlatih menghardik sesuai jadwal.”
 “Wah bagus sekali jawaban yang diberikan oleh Kak (nama).”
 “Apakah pagi tadi sudah minum obat?”
 “Jam berapa Kak (nama) minum obat pagi tadi?”
3. Kontrak (Waktu, Tempat, Tujuan, Topik)
“Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbicara tentang cara kedua
mengontrol halusinasi yaitu dengan minum obat. Tujuannya agar Kak (nama)
dapat mengetahui bahwa minum obat untuk mengontrol halusinasi tidak boleh
putus agar suara tak berwujud tidak terdengar lagi. Kita akan diskusi selama 15
menit di ruang makan sambil menunggu makan siang.”

Fase Kerja
 “Coba Kak (nama) sebutkan perbedaan sebelum dan sesudah Kak (nama) minum
obat. Apakah suara-suara berkurang atau menghilang?”
 “Minum obat sangat penting agar suara yang Kak (nama) dengar dan mengganggu
selama ini tidak muncul lagi.”
 “Berapa macam obat yang Kak (nama) minum? (perawat menyiapkan obat pasien).
 “Ini yang warna orange (chlorpromazine, CPZ) gunanya untuk menghilangkan suara-
suara dan yang merah jambu (haloperidol,HLP) berfungsi untuk menenangkan pikiran
dan menghilangkan suara. Obat yang warna putih (tpyhexilpendil,THP) gunanya agar
Kak (nama) merasa rilex dan tidak kaku. Semua obat ini diminum 3 kali sehari, tiap
pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam setelah makan. Jika Kak (nama) makan pagi jam 8
pagi, maka obat siang diminum jam 2 siang, dan obat untuk malam diminum jam 8
malam.”
 “Kalau suara sudah hilang, obatnya tidak boleh dihentikan karena jika Kak (nama)
menghentikan minum obat, maka suara tak berwujud akan muncul lagi. Nanti
konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, Kak (nama) akan kembali
mendengar suara-suara yang tidak tampak wujudnya itu.”
 “Kalau obat habis, Kak (nama) bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi.
Kak (nama) juga harus teliti saat minum obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar,
artinya Kak (nama) harus memastikan bahwa itu benar-benar obat punya Kak (nama).
Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat
diminum pada waktunya, dengan cara yang benar, yaitu diminum sesudah makan dan
tepat jamnya, juga harus memperhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan Kak
(nama) juga harus cukup minum air putih 10 gelas per hari.”
 “Jika saat minum obat, Kak (nama) merasa lemah atau pusing, itu adalah salah satu
efek samping dari obat yang Kak (nama) minum. Kak (nama) dapat berkonsultasi ke
dokter untuk mengatasi efek samping tersebut dan istirahat dengan cukup.”
 “Minum obat akan dimasukan ke dalam jadwal aktivitas Kak (nama) sebanyak 3 kali
dalam sehari yaitu jam 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam.”
 “Jika Kak (nama) minta obat sendiri tanpa diingatkan oleh suster, Kak (nama) dapat
mengisi di sebelah kolom aktivitas ini dengan huruf M. jika Kak (nama) minum obat
saat diingatkan oleh suster, maka Kak (nama) mengisi dengan huruf B. Jika Kak
(nama) tidak minum obat atau lupa, Kak (nama) mengisi huruf T di kolom tanggal
pelaksanaan.”

Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Kak (nama) setalah kita bercakap-cakap tentang cara
kedua mengontrol halusinasi yaitu minum obat secara teratur?”
2. Evaluasi Objektif
 “Coba Kak (nama) sebutkan apa saja yang harus diperhatikan sebelum minum
obat?”
 “Wah bagus sekali jawaban Kak (nama).”
 “Jadi yang harus diperhatikan sebelum minum obat adalah benar obat tersebut
milik kita, benar obatnya, benar waktunya, benar caranya yaitu diminum sesudah
makan, dan benar jumlah obatnya.”
3. Rencana Tindak Lanjut
 “Kak (nama) jangan lupa untuk minum obat tepat waktu sesuai dengan jadwal
yang tadi telah kita buat yah Kak.”
 “Kak (nama) juga dapat meminta obat sendiri ke perawat tanpa perlu diingatkan.”
4. Kontrak yang Akan Datang. (Waktu, Tempat, Tujuan)
“Besok pagi kita ketemu lagi untuk belajar cara mencegah suara tak berwujud
muncul yaitu dengan cara bercakap-cakap, jam 10 pagi di taman yah Kak (nama).
Selamat siang Kak (nama).”
STRATEGI PELAKSANAAN 3 HALUSINASI PENDENGARAN

Strategi pelaksanaan III bertujuan untuk melatih pasien mengontrol halusinasi


dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kegiatan bercakap-cakap ditujukan untuk
mengalihkan halusinasi. Jika halusinasi tersebut tiba-tiba muncul, pasien dapat
mengalihkannya dengan bercakap-cakap.

Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, Kak (nama)”
2. Evaluasi Validasi
 “Bagaimana perasaan Kak (nama) pagi ini?”
 “Selama kita tidak bertemu, bagaimana dengan suara yang tak tampak wujudnya
yang mengajak bermain Kak (nama)? Apakah Kak (nama) masih mendengar?”
 “Berapa kali dalam sehari Kak (nama) mendengar suara tersebut?
 “Saat Kak (nama) mendengar suara tersebut, apa yang Kak (nama) lakukan?”
 “Wah bagus sekali jawaban Kak (nama). Jadi Kak (nama) juga telah minum obat
dengan teratur untuk mengontrol halusinasinya. Bagaimana hasilnya?”
 “Bagaimana dengan jadwal kegiatannya?”
 “Bagus sekali Kak (nama) telah minum obat sesuai dengan jadwal yang telah kita
buat. Coba Kak (nama) sebutkan manfaat yang Kak (nama) rasakan saat minum
obat secara teratur.”
 “Wah bagus sekali jawaban yang diberikan oleh Kak (nama).”
3. Kontrak (Waktu, Tempat, Tujuan, Topik)
“Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbicara tentang cara ketiga
mengontrol halusinasi yaitu bercakap-cakap dengan orang lain. Tujuannya
adalah agar perhatian Kak (nama) dapat teralihkan ketika mendengar suara.
Kita akan latihan selama 10 menit di taman.”

Fase Kerja
 “Cara ketiga untuk mengontrol suara tak berwujud adalah dengan mengajak orang
lain untuk bercakap-cakap dengan Kak (nama). Jadi jika Kak (nama) mulai
mendengar suara-suara, langsung saja cari perawat untuk diajak bercakap-cakap atau
berbicara. Minta perawat untuk bercakap-cakap dengan Kak (nama) agar perhatian
Kak (nama) teralihkan dari suara tak berwujud itu.”
 “Contohnya begini, “Suster, tolong, saya mulai dengar suara-suara, saya ingin
bercakap-cakap. Begitu Kak (nama).”
 “Coba Kak (nama) lakukan seperti saya tadi lakukan.”
 “Iya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya Kak (nama)!”
 “Nah agar Kak (nama) semakin mahir mengontrol suara tak berwujud dengan
mengajak orang lain bercakap-cakap, maka latihan mengontrol halusinasi dengan
mengajak orang lain bercakap-cakap akan dimasukan dalam jadwal aktivitas Kak
(nama) sehari-hari. Kak (nama) ingin berlatih mengontrol suara dengan bercakap-
cakap dengan perawat berapa kali sehari?”
 “Wah bagus Kak (nama) sudah mau berlatih bercakap-cakap dengan perawat …kali
sehari.”
 “Kak (nama) mau berlatih bercakap-cakap dengan perawat jam berapa saja?”
 “Jika Kak (nama) berlatih tanpa diingatkan oleh suster, Kak (nama) dapat mengisi di
sebelah kolom aktivitas ini dengan huruf M. jika Kak (nama) berlatih dengan
diingatkan suster, maka Kak (nama) mengisi dengan huruf B. Jika Kak (nama) tidak
berlatih atau lupa, Kak (nama) mengisi huruf T di kolom tanggal pelaksanaan.”

Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif.
“Bagaimana perasaan Kak (nama) setelah berlatih cara mengontrol suara-suara
tak berwujud dengan bercakap-cakap dengan orang lain?”
2. Evaluasi Objektif.
 “Coba Kak (nama) peragakan bagaimana cara mengontrol suara-suara dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
 “Bagus sekali Kak (nama) sudah dapat memperagakan cara mengontrol suara
dengan mengajak orang lain bercakap-cakap!”
3. Rencana Tindak Lanjut.
“Kak (nama) jangan lupa untuk berlatih bercakap-cakap dengan orang lain
untuk mengontrol suara yang tak tampak wujudnya sesuai dengan jadwal yang
tadi telah kita buat yah kak . Dan jika Kak (nama) mendengar suara yang tidak
tampak wujudnya, Kak (nama) dapat menerapkan cara ketiga yaitu dengan
mengalihkan perhatian dengan mengajak perawat bercakap-cakap dengan
Kak (nama).”
4. Kontrak yang Akan Datang. (Waktu, Tempat, Tujuan).
 “Kak (nama), besok kita akan berbicara mengenai cara keempat untuk mengontrol
suara tak berwujud yaitu dengan melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.
Bapak/Ibu mau berbicara jam berapa dan di mana?”
 “Baiklah, besok kita akan bertemu di taman jam 10 pagi untuk berlatih cara yang
keempat dengan melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Permisi Kak (nama)
…”
STRATEGI PELAKSANAAN 4 HALUSINASI PENDENGARAN
Strategi pelaksanaan IV bertujuan untuk melatih pasien mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivitas terjadwal. Melakukan aktivitas terjadwal ini bertujuan untuk mencegah
dan mengalihkan halusinasi. Jadi, dengan melakukan aktivitas terjadwal dalam satu hari,
diharapkan pasien selalu sibuk dengan aktivitasnya sehingga tidak memberikan kesempatan
untuk duduk terdiam yang merupakan situasi yang menunjang terjadinya halusinasi dan
ketika halusinasinya muncul, pasien dapat segera melakukan aktivitas terjadwal untuk
mengalihkan halusinasinya.

Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Kak (nama)”
2. Evaluasi Validasi
 “Bagaimana perasaan Kak (nama) pagi ini?”
 “Selama kita tidak bertemu, bagaimana dengan suara yang tak tampak wujudnya
yang mengajak Kak (nama) bermain? Apakah Kak (nama) masih mendengar?”
 “Berapa kali dalam sehari Kak (nama) mendengar suara tersebut?
 “Saat Kak (nama) mendengar suara tersebut, apa yang Kak (nama) lakukan?”
 “Wah bagus sekali jawaban Kak (nama).”
 “Jadi Kak (nama) telah bercakap-cakap dengan perawat saat suara-suara tersebut
terdengar. Bagaimana hasilnya?”
 “Bagaimana dengan jadwal kegiatannya?”
 “Bagus sekali Kak (nama) telah berlatih bercakap-cakap sesuai dengan jadwal
yang telah kita buat. Coba Kak (nama) sebutkan manfaat yang Kak (nama)
rasakan setelah berlatih bercakap-cakap sesuai dengan jadwal aktivitas.”
 “Wah bagus sekali jawaban yang diberikan oleh Kak (nama).”
3. Kontrak (Waktu, Tempat, Tujuan, Topik)
“Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan belajar cara yang keempat untuk
mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Tujuannya adalah
untuk mencegah suara tak berwujud dengan mengalihkan perhatian Kak (nama)
dengan melakukan aktivitas terjadwal. Kita akan berbicara di taman ini selama
10 menit.”

Fase Kerja
 “Apa saja yang biasa Kak (nama) lakukan?”
 “Pagi-pagi apa kegiatannya?”
 “Terus jam berikutnya apa?” (Terus dikaji hingga didapatkan kegiatannya sampai
malam).”
 “Wah, bagus sekali Kak (nama) memiliki banyak kegiatan.”
 “Cara keempat mengontrol halusinasi adalah dengan melakukan kegiatan atau
aktivitas terjadwal sehingga Kak (nama) tidak memiliki waktu luang yang
memungkinkan suara-suara tak berwujud itu muncul.”
 “Hari ini kita akan berlatih dua kegiatan untuk mengontrol halusinasi atau suarasuara
yang tak berwujud itu. Apa kegiatan yang ingin Kak (nama) lakukan hari ini?”
 “Wah bagus sekali Kak (nama) sudah mau berlatih kegiatan … dan … hari ini.”
 “Baiklah, sekarang kita akan beratih dua kegiatan yang tadi Kak (nama) pilih untuk
mencegah suara-suara tak berwujud muncul.” (latihan kegiatan tersebut).
 “Bagus sekali Kak (nama) dapat melakukannya.”
 “Kegiatan ini dapat Kak (nama) lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul.
Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.”
 “Nah agar Kak (nama) dapat mencegah suara-suara tak berwujud muncul dengan
melakukan aktivitas, maka latihan tersebut akan dimasukan dalam jadwal aktivitas
Kak (nama) sehari-hari. Kak (nama) ingin berlatih mencegah suarasuara tak berwujud
dengan aktivitas terjadwal berapa kali sehari?”
 “Wah bagus Kak (nama) sudah mau berlatih mengontrol suara-suara dengan
melakukan aktivitas terjadwal …kali sehari.”
 “Kak (nama )ingin melakukannya pada jam berapa saja? Baiklah Kak (nama) , saya
telah memasukan aktivitas terjadwal untuk mengontrol suara tak berwujud yang Kak
(nama) dengar pada jam …, …, dan …”
 “Jika Kak (nama) berlatih tanpa diingatkan oleh suster, Kak (nama) dapat mengisi di
sebelah kolom aktivitas ini dengan huruf M. jika Kak (nama) berlatih dengan
diingatkan suster, maka Kak (nama) mengisi dengan huruf B. jika Kak (nama) tidak
berlatih atau lupa, Kak (nama) mengisi huruf T di kolom tanggal pelaksanaan.”

Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Kak (nama) setelah kita berlatih cara yang keempat
untuk mengontrol suara-suara tak berwujud dengan melakukan aktivitas
terjadwal?”
2. Evaluasi Objektif
 “Coba Kak (nama) peragakan kembali cara mengontrol suara-suara dengan
melakukan aktivitas terjadwal.”
 “Bagus sekali Kak (nama)!”
3. Rencana Tindak Lanjut
“Kak (nama) jangan lupa untuk berlatih mengontrol suara-suara dengan
melakukan kegiatan terjadwal sesuai dengan jadwal yang tadi telah kita buat,
dan Kak (nama) jangan lupa untuk menerapkan cara keempat mengontrol
halusinasi dengan aktivitas terjadwal untuk mencegah suara-suara tak berwujud
muncul.”
4. Kontrak yang Akan Datang. (Waktu, Tempat, Tujuan)
 “Kak (nama), besok kita akan membicarakan manfaat dari 4 kegiatan yang telah
kita pelajari untuk mengontrol suara yang selama ini Kak (nama) dengar.
 “Kita akan bertemu besok jam 10 di taman.” “Permisi Kak (nama).”
STRATEGI PELAKSANAAN
WAHAM
TINDAKAN KEPERAWATAN
SETIAP HARI

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
a. Klien mengatakan dia seorang artis papan atas.
b. Klien mengatakan semua orang yang ada disekitarnya adalah fans dia.
c. Klien tidak mempertahankan kontak mata karena malu.
d. Klien banyak bicara.
e. Klien mendominasi pembicaraan.
f. Klien berdandan sangat menor.
g. Klien senyum-senyum sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan : Waham Kebesaran.
3. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam
pikiran klien.
c. Klien dapat mengidentifikasi stressor / pencetus wahamnya.
d. Klien dapat mengidentifikasi wahamnya.
e. Klien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari wahamnya.
f. Klien dapat melakukan teknik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran
yang terpusat pada wahamnya.
g. Klien mendapat dukungan keluarga.
h. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
4. Tindakan keperawatan :
i. Bina hubungan saling percaya dengan klien:
 Beri salam.
 Perkenalkan diri, tanyakan nama serta nama panggilan yang disukai.
 Jelaskan tujuan interaksi.
 Yakinkan klien dalam keadaan aman dan perawat siap menolong dan
mendampinginya.
 Yakinkan bahwa kerahasiaan klien akan tetap terjaga.
 Tunjukkan sikap terbuka dan jujur.
 Perhatikan kebutuhan dasar dan beri bantuan untuk memenuhinya.
ii. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
 Diskusikan dengan klien pengalaman yang dialami selama ini
termasuk hubungan dengan orang yang berarti, lingkungan kerja,
sekolah, dsb.
 Dengarkan pernyataan klien dengan empati tanpa mendukung /
menentang pernyataan wahamnya.
 Katakan perawat dapat memahami apa yang diceritakan klien.
iii. Bantu klien untuk mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi serta
kejadian yang menjadi factor pencetus wahamnya.
 Diskusikan dengan klien tentang kejadian-kejadian traumatik yang
menimbulkan rasa takut, ansietas maupun perasaan tidak dihargai.
 Diskusikan kebutuhan/harapan yang belum terpenuhi.
 Diskusikan dengan klien cara-cara mengatasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan kejadian yang traumatis.
 Diskusikan dengan klien apakah ada halusinasi yang meningkatkan
pikiran / perasaan yang terkait wahamnya.
 Diskusikan dengan klien antara kejadian-kejadian tersebut dengan
wahamnya.
iv. Bantu klien mengidentifikasi keyakinannya yang salah tentang situasi yang
nyata (bila klien sudah siap).
 Diskusikan dengan klien pengalaman wahamnya tanpa
berargumentasi.
 Katakan kepada klien akan keraguan perawat terhadap pernyataan
klien.
 Diskusikan dengan klien respon perasaan terhadap wahamnya.
 Diskusikan frekuensi, intensitas dan durasi terjadinya waham.
 Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang
dipersepsikan salah oleh klien.
v. Diskusikan dengan klien pengalaman-pengalaman yang tidak menguntungkan
sebagai akibat dari wahamnya seperti :
 Hambatan dalam berinteraksi dengan keluarga.
 Hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain.
 Hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
 Perubahan dalam prestasi kerja / sekolah
vi. Ajak klien melihat bahwa waham tersebut adalah masalah yang membutuhkan
bantuan dari orang lain.
vii. Diskusikan dengan klien orang/tempat ia minta bantuan apabila wahamnya
timbul / sulit dikendalikan.
viii. Diskusikan hobi/aktivitas yang disukainya.
ix. Anjurkan klien memilih dan melakukan aktivitas yang membutuhkan
perhatian dan ketrampilan fisik
x. Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik yang membutuhkan perhatian sebagai
pengisi waktu luang.
xi. Libatkan klien dalam TAK orientasi realita
xii. Bicara dengan klien topik-topik yang nyata
xiii. Anjurkan klien untuk bertanggung jawab secara peronal dalam
mempertahankan/menungkatkan kesehatan dan pemulihannya.
xiv. Beri penghargaan bagi setiap upaya klien yang positif.
xv. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk
mengatasi waham.
xvi. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi waham.
xvii. Jelaskan pada keluarga tentang :
 Pengertian waham.
 Tanda dan gejala waham.
 Penyebab dan akibat waham.
 Cara merawat klien waham.
xviii. Latih keluarga cara merawat waham.
xix. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan.
xx. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di rumah
sakit.
xxi. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,
nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping penggunan obat.
xxii. Pantau klien saat penggunaan obat (Beri pujian jika klien menggunakan obat
dengan benar)
xxiii. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
Waham Pasien
SP I
1. Membantu orientasi realita
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara
teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
4. Masukkan ke dalam jadwal aktivitas
 Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal
– hal yang tidak di inginkan.

Strategi Pelaksanaan
Strategi Pelaksanaan 1 Waham
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi, cara memenuhi kebutuhan dan mempraktekkan  pemenuhan kebutuhan
yang tidak terpenuhi
A. Proses Pelaksanaan Tindakan.
Orientasi
1. Salam Terapeutik :
“Selamat Pagi Kak....Perkenalkan nama suster...., biasa dipanggil...... Saya mahasiswi
S1 Keperawatan UPNVJ. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07.00 sampai jam 14.00
WIB . Saya akan merawat kakak hari ini. Nama kakak siapa? senangnya kakak
dipanggil apa?.
1. Evaluasi / validasi :
“Bagaimana keadaan kakak hari ini...? Apakah semalam tidurnya nyenyak?”
2. Kontrak
 Topik : “Bagaimana kalau kita bincang-bincang sebentar. Apa kakak
setuju?”
 Waktu : “Bagaimana kalau 10 menit saja?”
 Tempat : “Kakak mau bincang-bincang dimana?, bagaimana kalau
disini saja?”
Kerja

"Bagaimana perasaan kakak hari ini?"


“Oh iya, kalau boleh suster tahu cita-cita kakak apa dulu?”
“Menurut kakak sekarang kakak itu sudah menjadi artis?”
“Baik kak, saya mengerti kakak merasa bahwa kakak adalah seorang artis, tapi sulit bagi
saya untuk mempercayainya karena setahu saya artis tidak tinggal di rumah sakit kak”
“Kalau seperti itu kita akan membicarakan hal itu lagi di lain kesempatan ya Kak. Coba
Kakak ceritakan kepada saya kegiatan apa saja yang sudah Kakak lakukan dari mulai
Kakak bangun tidur sampai Kakak tidur.”
“Kakak sudah makan ?”
“Kakak dalam sehari makannya berapa kali?”
“Bagus sekali Kak, nah dalam satu hari Kakak berapa kali mandi ?”
“Menurut Kakak dalam satu hari kita sebaiknya berapa kali mandi?”
“Ia Kak bagus sekali jadi kita perlu mandi 2x sehari, pagi dan sore agar tubuh kita bersih
dan tidak gatal-gatal. Saya dengar tadi Kakak sholatnya jam 12 dan jam 7 malam ya
Kak. Menurut Kakak dalam 1 hari kita diwajibkan untuk sholat berapa kali?”
“Kapan saja Kak?”
“Benar sekali Ka, Kakak sudah menyebutkan waktu sholat. jadi dalam 1 hari kita sholat
5 kali bu.”
“bagaimana kalau sholat dan mandi kita masukkan ke jadwal kegiatan harian Kak.
Apakah Kak sudah mempunyai jadwal kegiatan harian?”
“Baik sekarang saya akan membantu Kakak membuat jadwal kegiatan hariannya ya
Kak. Silakan Kakak tulis disini, nomor, hari, tanggal, jam, nama kegiatan, dan evaluasi
ya Kak. Di evaluasinya ada 3 kolom, yang pertama kolom M, yang kedua kolom B, dan
yang ketiga, kolom T. ibu bisa tuliskan kegiatan mandi dan sholat dalam kegiatan harian
Kakak. ibu mau dalam sehari berapa kali mandi dan sholat?”
“Baik Kak, Kakak silahkan tuliskan disini untuk kegiatan mandi dan sholatnya. Disini
ada kolom M, Kakak silahkan centang jika Kakak melakukan kegiatan secara mandiri,
kolom B jika Kakak melakukan kegiatan dengan bantuan dan kolom T Kakak centang
jika ibu tidak melakukan kegiatan yang ibu tuliskan. Seperti itu bu, apakah ada yang
ingin ditanyakan Kakak?”
“baik Kak, setelah kita berbincang-bincabg sekarang bagaimana perasaan Kakak.”

Terminasi

“Baik Kak hari ini kita sudah berbincang-bincang tentang apa yang akan Kakak lakukan
dalam satu hari. coba Kakak ceritakan lagi kita perlu mandi dan sholat berapa kali dalam
sehari.”
“Bagus sekali Kak, Kakak sudah menyebutkan dengan benar. Bagaimana kalau besok
kita berbincang-bincang lagi bu?”
“Kakak ingin kita berbincang-bincang dimana? dan berapa lama?”
“Baik Kak besok kita akan berbincang-bicang disini jam 10 pagi selama 15 menit
setelah Kakak minum obat. Besok kita akan berbincang mengenai obat obatan yang ibu
minum, bagaimana?”
“Baik Kakak kalu begitu kegiatan berbincang-bincang kita hari ini selesai, besok jangan
lupa jadwal kegiatan hariannya dibawa ya Kak. silakan melanjutkan kegiatannya lagi
Kak, selamat pagi.
Strategi Pelaksanaan 2 Waham
Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.
Proses Pelaksanaan Tindakan.
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Kakak.. masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan Kakak saat ini?”
“Bagaimana tidurnya semalam? Ada keluhan tidak?”
“Apakah Kakak sudah melakukan sholat dan mandi sesuai jadwal yang
kemarin sudah kita buat dalam buku kegiatan?”
“Bagus sekali Kakak.... Bisa saya lihat jadwal kegiatan harian nya Kakak...?”
“iya, bagus sekali Kakak... sudah melaksanakan kegiatan harian dengan baik.
Harus dipertahankan ya Kakak”
c. Kontrak
“Baik Kak, sesuai dengan janji kita kemarin kita akan berbincang-bincang di
sini selama 15 menit tentang obat yang Kakak... minum ya.”
2. Kerja
“Kakak... menurut Kakak, buat apa kita minum obat?”
“Kakak perlu minum obat agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang Kak.
Kakak masih ingat ini obat apa saja?”
“Kalau yang orange ini namanya dan kegunaannya apa Kakak?”
“Betul sekali Kak, nah kalau yang putih ini nama dan kegunaannya apa Kak?”
“Bagus sekali Kak..., Kakak masih mengingatnya dengan baik, nah kalau yang
merah muda ini namanya apa bu?”
“Betul sekali Kak, Kakak sudah menyebutkan nama dan manfaat minum obat
dengan baik. Menurut Kakak..., penting nggak kita minum obat?
“Betul sekali Kak, minum obat itu sangat penting untuk membuat pikiran Kakak
tenang, rileks dan teratur.”
“Apakah Kakak masih ingat obat ini diminum berapa kali dalam sehari?”
“Betul sekali Kak.... Kakak sangat hebat”
“Sebelum obatnya diminum, Kakak jangan lupa baca dulu nama obatnya untuk
memastikan obat yang Kakak minum semuanya benar sesuai yang sudah
dianjurkan.”
“Obat-obat ini diminum secara teratur ya Kak dan kemungkinan akan diminum
dalam waktu yang cukup lama. Coba Kakak rasakan perbedaan antara sebelum
dan sesudah minum obat. Adakah perbedaan yang Kakak rasakan?”
“Betul sekali Kak, jadi obatnya harus diminum secara teratur agar tubuh dan
pikiran Kakak selalu tenang, rileks dan teratur.”

Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Kakak setelah kita berbincang-bincang tentang obat yang
Kakak minum?”
b. Evaluasi Objektif
“Coba Kakak sebutkan kembali apa saja nama dan kegunaan obatnya Kakak?”
“Betul sekali Kak, jam berapa saja diminum Kak?
c. Rencana Tindak Lanjut
“Iya, bagus sekali Kak, mari meminum obat ini kita masukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian Kakak yaa.”
“Obatnya jangan lupa diminum ya Kak. Trus jadwal kegiatan yang kemarin kita
buat dilanjutkan ya Kak”
d. Kontrak yang akan datang
“Baik Kak karena waktu yang kita sepakati sudah habis, bagaimana kalau besok
kita bertemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan harian yang telah Kakak buat
dan laksanakan.”
“Bagaimana kalau seperti biasa di sini dan jam 10 pagi Kak?”
“Baik Kak, besok kita akan kembali ngobrol di tempat ini lagi jam 10 pagi ya
Kak.”
“Silakan lanjutkan kembali aktivitasnya. Selamat siang.”
Strategi Pelaksana 3 Waham
Melatih kemampuan yang dimiliki pasien
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Kak.. masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ validasi
”Bagaimana perasaan Kakak saat ini ?”
“Bagaimana tidurnya semalam? Ada keluhan tidak”?
“Apakah Kakak sudah meminum obat dengan teratur sesuai dengan jadwal
yang sudah kita buat dalam kegiatan kemarin? “
“Wahh bagus sekali bapak sudah meminum obat secara teratur. Harus
dipertahankan ya Kak”
c. Kontrak
“Baik Kak, sesuai janji kita kemarin kita akan berbincang-bincang disini
selama 15menit tentang kemampuan yang Kakak miliki ya.”

2. Fase Kerja
“Apakah Kakak sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran Kakak?”
“Apa saja hobi Kak? Saya catat ya Kak”
“Bagus sekali Kak, terus apalagi Kak?”
“Wah bagus sekali, rupanya Kakak selain banyak hobi juga pandai main piano
ya.”
“Bisa Kakak ceritakan kepada saya kapan pertama kali Kakak belajar main
piano?”
“Siapa yang dulu mengajarkannya kepada Kakak?’
“Bisa Kakak peragakan kepada saya bagaimana bermain piano yang baik itu.”
“Wah, bagus sekali Kak. Apa yang Kakak harapkan dari kemampuan bermain
piano ini?”
“Oleh karena itu, kemampuan Kakak dalam bermain piano harus dipertahankan
ya Kak”

3.Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Kakak setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan
kemampuan Kakak?”
b. Evaluasi Objektif
“Setelah ini coba Kakak lakukan latihan bermain piano sesuai dengan jadwal
yang telah kita buat ya?”

c. Rencana Tindak Lanjut


“Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk bakat kegiatan harian untuk bakat
bermain piano ini.”
“Berapa kali dalam seminggu Kakak mau bermain piano?”
“Baik Kak, berlatih main pianonya terus ya Kak. Lalu jadwal kegiatan yang
kemarin kita buat dilanjutkan kembali ya Kak”
d. Kontrak yang akan datang
“Baik Kak karena waktu yang kita sepakati sudah habis, bagaimana kalau
bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi besok ya Kak.”
” Kakak maunya kita berbincang-bincang dimana ?”
“Kakak maunya jam berapa ?”
“Baik Kakak besok kita lanjutkan perbincangan kita disini lagi ya jam 10,
bagaimana kalau 15 menit lagi Kak kita berbincang-bincangnya ?”
“Baik Kakak saat ini kita akhiri dulu perbincangan kita hari ini besok kita
lanjutkan, sampai ketemu besok Kak,selamat beraktivitas kembali. Permisi”
STRATEGI PELAKSANAAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
 Klien mengatakan kesal dengan pacarnya.
 Klien mengatakan ingin memukul orang lain
 Klien berbicara dengan nada suara tinggi, cepat, mata memerah, sering
mengeluarkan nada ancaman terhadap suaminya
 Terlihat tangan nya yang sedang mengepal
 Klien ingin selalu diikuti keinginannya dan marah jika tidak sesuai dengan
perintahnya
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Umum : Klien mampu mengatasi/mengendalikan resiko
perilaku kekerasan
4. Tujuan khusus :
o Klien dapat membina hubungan saling percaya
o Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
o Klien dapat mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan
o Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
o Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
o Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
o Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1:
teknik nafas dalam
o Klien dapat memasukkan latihan ke dalam jadwal kegiatan harian.
5. Tindakan keperawatan :
 Bina hubungan saling percaya
 Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan marahnya
 Bantu klien mengungkapkan penyebab perilaku kekerasan
 Bantu klien mengungkapkan tanda gejala perilaku kekerasan yang dialaminya
 Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini

STRATEGI PELAKSANA
Risiko Pasien Keluarga
Perilaku SP I
Kekerasan 1. Mengidentifikasi penyebab PK SP I
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK 1. Mengidentifikasi kemampuan
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan keluarga dalam merawat
4. Mengidentifikasi akibat PK pasien
5. Menyebutkan cara mengontrol PK 2. Menjelaskan peran serta
6. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara keluarga dalam merawat
mengontrol fisik I : tarik napas dalam pasien
7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam 3. Menjelaskan cara merawat
kegiatan harian pasien dengan PK

SP II SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Melatih keluarga
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik mempraktekkan cara merawat
II pasien dengan PK
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal 2. Menjelaskan tentang obat
kegiatan harian untuk mengatasi PK

SP III SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Menjelaskan sumber rujukan
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara yang tersedia untuk mengatasi
spiritual PK
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal 2. Mendorong untuk
kegiatan harian memanfaatkan sumber rujukan
yang
SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum
obat
3. Menjelaskan kerugian jika tidak patuh obat
Menjelaskan 5 benar dalam pemberian obat
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan 1
Risiko Perilaku Kekerasan

B. Proses Pelaksanaan Tindakan


Orientasi
1. Salam Terapeutik : ”Selamat Pagi Kak.... Perkenalkan nama suster...., biasa
dipanggil...... Saya mahasiswi S1 Keperawatan UPNVJ. Hari ini saya dinas pagi dari
jam 07.00 sampai jam 14.00 WIB . Saya akan merawat kakak hari ini. Nama
kakak siapa? senangnya kakak dipanggil apa? ”
2. Evaluasi / validasi : ”Bagaimana keadaan kakak hari ini...? Masih ada perasaan
kesal atau marah?”
3. Kontrak
 Topik : ” Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang hal-hal
yang membuat kakak marah dan bagaimana cara mengontrolnya? Ok. kak ?”
 Waktu : “Bagaimana kalau 10 menit saja?”
 Tempat : “Kakak mau bincang-bincang dimana?, bagaimana kalau
disini saja?”
 Tujuan : “Yang bertujuan untuk mengetahui penyebab, tanda gejala,
dan akibat dari tindakan kakak yang sering marah-marah. Agar kakak dapat
lebih mengontrol amarah kakak dengan cara latihan fisik 1 yaitu teknik napas
dalam.”

Kerja (langkah-langkah dalam tindakan keperawatan)


1. “Nah, sekarang coba kakak ceritakan, Apa yang membuat kakak merasa marah?
Apakah sebelumnya kakak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah
dengan yang sekarang?”
2. “Lalu saat kakak sedang marah apa yang kakak rasakan? Apakah kakak merasa
sangat kesal, dada berdebar-debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup
rapat dan ingin mengamuk? ”
3. “Setelah itu apa yang kakak lakukan? ”
4. “Apakah dengan cara itu marah/kesal kakak dapat terselesaikan? ” Ya tentu
tidak, apa kerugian yang kakak alami?”
5. “Menurut kakak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah kakak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
6. ”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, kakak. Salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik, rasa marah kakak dapat
tersalurkan.”
7. ”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu? Namanya teknik
napas dalam”
8. ”Begini kak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah  kakak  rasakan, maka kakak
berdiri atau duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar,
lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut”
9. “Ayo kak coba lakukan apa yang saya praktikan tadi, kakak berdiri atau duduk
dengan rileks tarik nafas dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut.
Nah, lakukan 5 kali. “
10. “Bagus sekali, kaka  sudah bisa melakukannya”
11. “ Nah.. kakak tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi nafas
dalam, sebaiknya latihan ini kakak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul kakak sudah terbiasa melakukannya”
Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan :
 Evaluasi klien (subjektif) :“Bagaimana perasaan kakak setelah latihan napas
dalam tadi?.”
 Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement) :“Kakak kan tadi sudah
melakukan latihan cara mengendalikan marah dengan cara fisik yang pertama
yaitu teknik napas dalam, bisa kakak lakukan sekali lagi saya ingin lihat.”
2. Tindak lanjut klien : “Bagaimana kalau kegiatan ini rutin dilakukan 5 kali dalam 1
hari dan di tulis dalam jadwal kegiatan harian Kakak.”
3. Topik : “ Nah, kak. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah 1 nya saja. Masih ada
cara yang bisa digunakan untuk mengatasi marah kakak. Cara yang ke-2 yaitu dengan
teknik memukul bantal “
4. Waktu : “Bagaimana kalau kita latihan cara yang ke-2 ini besok, Bagaimana kalau 15
menit lagi saja?
5. Tempat : “Kita latihannya dimana, Kak? Di teras ruangan ini saja lagi , Kak”. “ok,
kak”
Strategi Pelaksanaan 2
Risiko Perilaku Kekerasan
C. Proses Pelaksanaan Tindakan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik : “ Assalamualaikum Kak, masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi / validasi :
“ Bagaimana perasaan kakak saat ini?”
“ Apakah kakak masih ingat pertemuan kemaren tentang apa?
“ Iya benar sekali kak”
c. Kontrak
 Topik :“ Baik, bagaimana kalau hari ini kita latihan cara lain untuk
mengendalikan perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
 Waktu : “ Berapa lama kakak mau kita berbincang-bincang?”
“ Bagaimana kalo 10 menit?”
“ Baik, kita kontrak 10 menit ya kak “
 Tempat : “ Kakak mau kita berbincang-bincang dimana?”
“ Bagaimana di ruang ini saja?”
“ Baik kak”
2. Fase Kerja
“ Kalau ada yang membuat kakak marah dan muncul perasaan kesal, selain nafas
dalam kakak dapat memukul bantal dan kasur”
“ Sekarang mari kita latih memukul bantal dan kasur mari ke kamar kak”
“ Jadi kalau nanti kakak kesal atau marah, kaka langsung ke kamar dan lampiaskan
marah kaka tersebut dengan memukul bantal dan kasur”
“ Nah, coba sekarang kakak lakukan memukul bantal dan kasur”
“ Iya, bagus kak”
“ Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah, kemudian
jangan lupa merapihkan kembali tempat tidurnya ya”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“ Bagaimana perasaan kakak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
b. Evaluasi objektif
“ Coba kakak sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih?”
c. Rencana tindak lanjut
“ Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari”
“ Pukul berapa kaka mau mempraktekkan memukul bantal atau kasur?”
“ Bagaimana kalau setiap bangun tidur?”
“ Baik, jadi jam 5 pagi dan jam 3 sore, lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-
waktu gunakan kedua cara tadi ya kak”
d. Kontrak
 Topik
“ Baik, besok saya akan kembali lagi. Kita akan membicarakan cara lain untuk
mengatasi marah kakak yaitu dengan cara teknik spiritual/beribadah”
 Waktu
“ Kakak mau jam berapa? Baik jam 9 pagi ya”
 Kontak
“ Tempatnya disini saja ya kak, sampai jumpa..”
STRATEGI PELAKSANAAN 3
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
D. Proses Pelaksanaan Tindakan
Orientasi
1. Salam Terapeutik : ” Selamat pagi kakak, sesuai dengan janji saya
kemarin sekarang saya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?.”
2. Evaluasi / validasi : “Bagaimana kak, latihan apa yang sudah dilakukan?
Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Apakah
sekarang kakak sudah semakin mahir dalam mengontrol marah?”
3. Kontrak.
 Topik : ”Sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan
melakukan cara mengontrol amarah dengan teknik spiritual/beribadah.

 Waktu : ”Berapa lama kakak mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit?”
 Tempat : “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di tempat tadi?”
 Tujuan : ”Pertemuan kita kali ini tujuannya untuk mengontrol
dan mencegah amarah dengan beribadah/secara spiritual.”
Kerja (langkah-langkah dalam tindakan keperawatan)
 “Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa kakak lakukan! Bagus. Baik, yang mana
mau dicoba?”
 “Nah, kalau kakak sedang marah coba kakak langsung duduk dan tarik napas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil
air wudhu kemudian sholat”.
 “kakak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
 “Coba kakak sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana? Coba sebutkan
caranya (untuk yang muslim).”
Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan :
 Evaluasi klien (subjektif) : ” Bagaimana perasaan kakak setelah kita bercakap-
cakap tentang cara yang ketiga ini?”
 Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
”Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus kak”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan kaka. Mau berapa kali
kakak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan
pasien)
“Coba kakak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat kaka lakukan bila kaka merasa
marah”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah
dilakukan) :“Setelah ini coba ibu lakukan jadwal sholat sesuai jadwal yang telah kita
buat tadi”
3. Kontrak topik yang akan datang
 Topik : ” Besok kita ketemu lagi ya kak, nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat..”
 Waktu : ”Besok kakak bersedia bertemu dengan saya jam berapa? Oke nanti
saya akan datang menemui kaka jam 10 pagi”
 Tempat : ”kaka mau kita mengobrol dimana? Di taman? Baik besok saya akan
datang ke taman.”
 Tujuan : “Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah kakak, setuju kak?”
STRATEGI PELAKSANAAN 4
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
E. Proses Pelaksanaan Tindakan.
Orientasi
1. Salam Terapeutik : ” Selamat pagi kak, sesuai dengan janji saya
dua jam  yang lalu sekarang saya datang lagi”
2. Evaluasi / validasi : “Bagaimana bu, latihan apa yang sudah
dilakukan? “Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur dan beribadah?” Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya?”
3. Kontrak
 Topik : ”Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain
untuk mencegah rasa marah yaitu dengan meminum obat secara teratur
untuk mengontrol rasa marah kak?”
 Waktu : ” Berapa lama kakak mau kita berbincang-bincang?
“Bagaimana kalau 15 menit?”
 Tempat : “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di tempat tadi?”
 Tujuan : ” untuk mencegah rasa marah yaitu dengan meminum
obat secara teratur untuk mengontrol rasa marah kak?”
Kerja (langkah-langkah dalam tindakan keperawatan)
 “kakak sudah dapat obat dari dokter?” Berapa macam obat yang kakak minum?
Warnanya apa saja?” ‘Bagus! Jam berapa kakak minum?” “Bagus!”
 “Obatnya ada tiga macam kak, yang warnanya oranye  namanya CPZ gunanya agar
pikiran tenang,  yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang  merah
jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini
harus kakak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7  malam,
semuanya diminum setelah makan ya, kak”.
 “Bila nanti setelah minum obat mulut kakak terasa kering,  untuk membantu
mengatasinya kakak bisa menghisap-hisap es  batu”.
 “Bila terasa mata berkunang-kunang, kakak sebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu”
 “Nanti kalau kakak mau minum obat sendiri atau saat sudah di rumah, sebelum
minum obat ini kakak harus lihat dulu label di kotak obat  apakah benar nama kakak
yang tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar?”
 “Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya
kak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
 “Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya, kak.”

Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi klien (subjektif) :” Bagaimana perasaan kakak setelah kita bercakap-
cakap tentang cara minum obat yang benar?”
 Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement) :“Coba kakak sebutkan lagi
jenis obat yang kakak minum!” ‘Bagaimana cara minum obat yang benar?”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah
dilakukan) :“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?.
Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Semuanya kita
lakukan dengan baik dan teratur ya, kak”.
3. Kontrak topik yang akan datang
 Topik : “Baik, besok kita akan bertemu kembali untuk berbincang-bincang
kembali ya kak.”
 Waktu : ”Baik, jam 10 pagi saja ya, kak di ruangan ini saja ya”
 Tempat : ”kakak mau kita mengobrol dimana? di ruangan ini saja ya” Saya
permisi dulu ya, kak. Selamat istirahat, kak. Sampai jumpa besok”
STRATEGI PELKSANAAN
RISIKO BUNUH DIRI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
a. Klien mengatakan lebih baik mati saja.
b. Klien mengatakan sudah bosan hidup
c. Klien mengatakan dirinya sudah tidak berharga
d. Klien mengatakan penyebab kematian adiknya karna dia
e. Ekspresi murung
f. Tak bergairah
g. Ada bekas percobaan bunuh diri

2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri


3. Tujuan Umum : Pasien tidak mencederai dirinya sendiri atau tidak
melakukan bunuh diri.
4. Tujuan khusus :
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Pasien tetap aman dan terlindungi
5. Tindakan keperawatan :
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik:
 Mengucapkan salam terapetik. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal ataupun non
verbal
 Berjabat tangan dengan pasien
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai pasien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap bertemu pasien
 Tunjukkan sikap empati dan meneriRATa pasien apa adanya
b) Beri perhatian kepada pasien dan perhatan kebutuhan dasar pasien
 Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ke tempat yang aman
 Menjauhkan semua benda-benda yang berbahaya atau berpotensi membahayakan
pasien (misalnya : pisau, silet,kaca,gelas,ikat pinggang)
 Mendapatkan orang yang dapat segera membawa pasien ke rumah sakit untuk
pengkajian lebih lanjut dan kemungkinan dirawat
c) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat.
d) Dengan lembut menjelaskan kepada pasien bahwa anda (perawat) akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri

STRATEGI PELAKSANA
RESIKO BUNUH DIRI
Resiko Bunuh Diri Pasien
SP I
1. Mengidentifikasi benda-benda yang
dapat membahayakan pasien
2. Mengamankan benda-benda yang
dapat membahayakan pasien
3. Melakukan kontrak treatment
4. Mengajarkan cara mengendalikan
dorongan bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan
dorongan bunuh diri
 
SP II
1. Mengidentifikasi aspek positif klien
2. Mendorong pasien untuk berfikir
positif terhadap diri
3. Mendorong pasien untuk menghargai
diri sebagai individu yang berharga
SP III
1. Mengidentifikasi pola koping yang
biasa diterapkan pasien
2. Menilai pola koping yang biasa
dilakukan
3. Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
4. Mendorong pasien memilih pola
koping yang konstruktif
5. Menganjurkan pasien menerapkan
pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian
 
SP IV
1. Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien
2. Mengidentifikasi cara mencapai
rencana masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan pasien
melakukan kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang realistis
Strategi Pelaksanaan 1 Risiko Bunuh Diri
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
1. Orientasi
Salam Terapeutik : “Assalamualaikum selamat pagi, Kak. Saya suster Ayu yang
bertugas hari ini, kakak namanya siapa?”
2. Evaluasi / validasi :“Bagaimana perasaan dan kabar kakak hari ini? Bagaimana
tidur b kakak semalam?”
3. Kontrak
 Topik : “Bagaimana kalau kita bincang-bincang sebentar tentang apa
yang Kakak rasakan selama ini ?”
 Waktu : “Bagaimana kalau 10 menit saja?”
 Tempat : “Kakak mau bincang-bincang dimana? Bagaimana kalau
disini saja?”
 Tujuan : “Yang bertujuan untuk melindungi Kakak dari percobaan
bunuh diri kakak.”

4. Kerja (langkah-langkah dalam tindakan keperawatan)


i. “ Bagaimana perasaan Kakak setelah mengalami kejadian ini?
ii. “Apakah Kakak masih merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri?”
iii. “Maaf Kak kalau boleh tahu mengapa Kakak ingin mengakhiri hidup? Padahal Kakak
kan masih terbilang muda”.
iv. “Biasanya Kakak menggunakan cara apa?”
v. “ Apakah Kakak tidak takut mati? Jika Kakak masih ada rasa takut, kenapa Kakak
tidak mencoba melawan keinginan tersebut?”
vi. “ Apa yang akan Kakak lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? “.
vii. “Kakak kalau boleh saya menyarankan, Kakak bisa menceritakan masalah Kakak
kepada orang yang bisa Kakak percaya”
viii. “Saya juga bersedia mendengarkan cerita Kakak, saya akan menemani Kakak.”
ix. “Masih ada banyak cara lain untuk menyelesaikan masalah, bukan dengan jalan
mengakhiri kehidupan. Saya yakin Kakak adalah orang yang kuat.”
x. “Bila keinginan bunuh diri tersebut muncul, Kakak bisa melawannya dengan
mencoba selalu berfikir positif. Kakak bisa menceritakan masalah Kakak kepada
orang yang dipercaya, termasuk para perawat disini. Kami akan menemani Kakak
terus, jadi para perawat disini setia menemani bapak kapan pun.”
xi. “ Saya percaya Kakak adalah orang yang kuat dan dapat mengatasi masalah “
5. Fase Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
 Data Subyektif : “ Bagaimana perasaan Kakak setelah bercerita sebentar
dengan saya? “.
 Data Obyektif : Pasien tidak menunjukkan keinginan untuk bunuh diri selama
fase kerja dan klien bersedia berbagi cerita untuk mengalihkan bila keinginan
bunuh diri muncul.
b. Rencana Tindak Lanjut
“ Baiklah Kakak, bagaimana kalau nanti kita bercerita kembali tujuannya agar Kakak
lebih menghargai diri Kakak sendiri“.
c. Kontrak Akan Datang
 Topik : “ Baiklah Kakak, saya rasa cukup perbincangan kita untuk pertemuan kali ini.
Saya senang sekali bisa berbincang- bincang dengan Kakak, bagaimana kalau nanti
kita lanjutkan untuk berbicara mengenai aspek positif yang ada pada diri Kakak.“
 Waktu : “ Menurut Kakak enaknya jam berapa? Bagaimana kalau besok jam 9 pagi“
 Tempat : “Bagaimana kalau ditaman? Terima kasih Kak sudah mau berbagi cerita
dengan saya “.
STRATEGI PELAKSANAAN 2
RISIKO BUNUH DIRI
C. Proses Pelaksanaan Tindakan
1. Orientasi
Salam Terapeutik : “Assalamualaikum Kak, masih ingat dengan saya kan?
saya perawat yang berbincang – bincang dengan Kakak kemarin.”
2. Evaluasi / validasi :“ Bagaimana perasaan Kakak hari ini? Bagaimana tidurnya
semalam Kak ? Kakak masih ingat apa yang kita bicarakan kemarin?”
3. Kontrak
 Topik : “Seperti janji kita kemarin, hari ini kita akan bercakap-cakap
tentang aspek positif Kakak, bagaimana cara berfikir positif dan menghargai
diri sebagai individu yang berharga”
 Waktu : “Bagaimana kalau 10 menit saja?”
 Tempat : “Kakak mau bincang-bincang dimana? Bagaimana kalau
disini saja?”
 Tujuan : “Yang bertujuan agar Kakak bisa berpikir positef dan
menghargai diri Kakak sendiri”
4. Fase Kerja
 “ Apa pekerjaan Kakak dahulu?”
 “ Bagaimana prestasi Kakak selama bekerja?”
 “ Apakah Kakak suka berorganisasi?” Organisasi apa?” Apa jabatan Kakak ?”
 “ Adakah hal yang membahagiakan yang dulu pernah Kakak rasakan?”
 “Apa kegiatan sehari-hari Kakak dahulu?”
 “Keterampilan apa yang Kakak miliki? Apa hobi Kakak? (Menjahit)
 “Wah.., rupanya hobi Kakak menjahit ya, tidak semua orang bisa menjahit lho
Bu”.
 “Bisa Kakak ceritakan kepada saya kapan pertama kali Kakak belajar
menjahit? siapa yang dahulu  mengajari Kakak menjahit? Dimana?”
 “Bisa Kakak certitakan bagaimana cara menjahit yang baik itu?”“ Bagus!!”
 “Coba kita buat jadwal untuk kemampuan Kakak ini ya, berapa kali
sehari/seminggu Kakak mau menjahit?”
 “Oh ya Kakak, 3 hari seminggu ya. Senin, Rabu, dan Jum’at”
 “Apa yang Kakak harapkan dari kemampuan menjahit ini?”
 “Apa yang sedang Kakak fikirkan sekarang?”
 “Apakah Kakak tahu apa saja cara yang bisa kita lakukan agar selalu berfikir
positif?”
 “Pertama buat daftar ucapan syukur harian. Buatlah minimal 5 hal yang Kakak
syukuri setiap hari.”
 “Kedua, Berbicara positif pada diri sendiri. Jadikan diri Kakak sendiri sebagai
teman bukan musuh, lalu rangkul dan berpikirlah positif kepada diri sendiri”
 “Ketiga, Nyatakan kata-kata positif kepada orang lain dan kepada diri sendiri
seharian penuh. Buatlah sebuah usaha untuk mengisi tiap-tiap hari dengan
kata-kata dan pikiran optimis”
 “Keempat, Ketahui cita-cita, impian dan minat Kakak. Fokus untuk
memperoleh hal-hal yang Kakak minati dalam hidup. Impian Kakak adalah
pemberi motivasi dan Kakak menginginkan untuk mengejar sebuah masa
depan yang positif”.
 “ Coba Kita masukkan dalam jadwal harian Kakak. Kakak mau latihannya
berapa kali? Tiga kali seminggu juga? Hari apa aja Kak? Selasa, Rabu,
Sabtu?”
 “Apa sajakah menurut ibu berharga di dalam diri Ibu?” (Ini bisa sifat, watak,
skill, pengetahuan, kelebihan, pedoman hidup yang Kakak yakini, kebaikan
Kakak, sikap, atribut akademik, modal sosial yang Kakak miliki, dan lain-lain)
 “Apa sajakah pekerjaan yang menurut Kakak itu bernilai atau berharga buat
diri Kakak? ( entah itu untuk hari ini atau hari esok).
 ”Untuk meningkatkan  rasa menghargai diri Kakak bisa memulai
dengan  menyadari kelebihan dan kekurangan diri, kemudian kelebihan itu
Kakak maksimalkan untuk dipacai, selanjutnya latihlah diri untuk memiliki
jiwa yang lebih besar, pikiran yang lebih besar atau pertimbangan yang lebih
bijak.”
 Latihlah menghadapi persoalan dengan keputusan.
Jauhi hal – hal yang berpotensi menegatifkan perasaan dan pikiran.
5. Terminasi.
 Evaluasi Subjektif :
“Bagaimana perasaan Kakak setelah kita bercakap-cakap tentang aspek positif
Kakak, bagaimana cara berfikir positif dan menghargai diri sebagai individu
yang berharga”.
“Apakah ada yang ingin Ibu tanyakan?”
 Evaluasi Objektif :
“ Jadi Kakak , sudah tahukan tentang aspek positif Kakak? Bisa Kakak
jelaskan lagi?”
“Tadi kan kita sudah bagaimana cara berfikir positif dan menghargai diri
sebagai individu yang berharga”
“Bagaimana caranya Kakak? Setelah ini coba Kakak lakukan latihan
bagaimana cara berfikir positif dan menghargai diri sebagai individu yang
berharga”
“Nanti kalau Kakak ada masalah, Kakak bisa mempraktekkan cara yang telah
kita pelajari tadi.”
 Rencana tindak lanjut : “Baiklah Kakak, bagaimana kalau nanti kita bercerita
kembali mengenai keluarga kakak. Apakah Kakak bersedia?”
 Kontrak Akan Datang
a) Topik : “ Baiklah Kakak, saya rasa cukup perbincangan kita untuk
pertemuan kali ini. Saya senang sekali bisa berbincang- bincang
dengan Kakak, bagaimana kalau nanti kita lanjutkan untuk mengenali
faktor penyemangat”.
b) Waktu : “ Menurut Kakak enaknya jam berapa? Bagaimana kalau
besok jam 9 pagi“
c) Tempat : “Bagaimana kalau ditaman? Terima kasih Kak sudah mau
berbagi cerita dengan saya “.
STRATEGI PELAKSANAAN 3
RISIKO BUNUH DIRI
D. Proses Keperawatan.
1 Orientasi
Salam Terapeutik : “Assalamualaikum Kak, masih ingat dengan saya kan? saya
perawat yang berbincang – bincang dengan Kakak kemarin.”
2 Evaluasi / validasi :“ Bagaimana perasaan Kakak hari ini? Bagaimana tidurnya
semalam Kak ? Kakak masih ingat apa yang kita bicarakan kemarin?”
3 Kontrak.
 Topik : “Kakak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?,
kita akan berbincang-bincang tentang faktor penyemangat kakak, Apa
Kakak mau?”
 Waktu : “Bagaimana kalau 10 menit saja?”
 Tempat : “Kakak mau bincang-bincang dimana? Bagaimana
kalau disini saja?”
 Tujuan : “Bagaimana cara kakak melakukan hal yang baik
ketika sedang mengalami masalah”.
4 Fase Kerja
 “Bagaimana pendapat Kakak tentang keluarga Kakak? Apakah mereka
menyayangi Kakak? “
 “Apakah Kakak menyayangi mereka?”
 “Bagaimana Kakak menunjukkan kasih sayang Kakak?”
 “Kakak masih mempunyai keluarga yang memperhatikan dan menyayangi
Kakak.Selain itu, Kakak juga memiliki fisik dan kepintaran. Bukankah itu
modal yang bagus untuk memulai hidup baru?”
 “Kakak ketika Kakak sedang mangalami masalah, apa yang Kakak lakukan?”,
apalagi Kak?”
 “Bagus sekali Kakak ini. Jadi kalau Kakak sedang mengalami masalah seperti
itu, Kakak bisa melakukan hal-hal yang membuat Kakak sibuk, tapi sibuk
dengan hal-hal yang positif, seperti apa yang Kakak katakan tadi”
 “Coba bapak sebutkan lagi kegiatan-kegiatannya ! iya pintar…..”

5 Fase terminasi
 Evaluasi Subjektif : “Bagaimana perasaan kakak setelah apa yang kita
bicarakan tadi?, saya senang jika bapak melakukan kegiatan-kegiatan yang
tadi kita bicarakan”.
 Evaluasi objektif : “Coba kakak sebutkan kembali apa yang sudah kita
bicarakan tadi! Pintar sekali kakak ini….”.
 Rencana tindak lanjut
“Kakak, selama kitak tidak bertemu, bapak bisa melakukan kegiatan-
kegiatan tadi. Kemudian bapak masukan kedalam jadwal kegiatan harian
kakak ya”.
 Kontrak yang akan dating
“Baiklah sekarang Kakak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi
Kak?,bagaimana kalau besok?, baiklah besok kita akan membahas tentang
membuat rencana untuk masa depan.”
“Bagaimana kalau di taman lagi pak?, baik besok kita dari jam 9 pagi.
Apakah Kakak setuju?, baiklah Kak selamat beristirahat”. 
STRATEGI PELAKSANAAN 4
RISIKO BUNUH DIRI
E. Proses Keperawatan
1. Orientasi
Salam Terapeutik : “Assalamualaikum Kak, masih ingat dengan saya kan? saya
perawat yang berbincang – bincang dengan Kakak kemarin.”

2. Evaluasi / validasi :“ Bagaimana perasaan Kakak hari ini? Bagaimana


tidurnya semalam Kak ? Kakak masih ingat apa yang kita bicarakan
kemarin?”

3. Kontrak.
 Topik : “Kakak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?,
kita akan berbincang-bincang tentang membuat rencana untuk masa
depan., Apa Kakak mau?”
 Waktu : “Bagaimana kalau 10 menit saja?”
 Tempat : “Kakak mau bincang-bincang dimana? Bagaimana
kalau disini saja?”
 Tujuan : “Tujuan pembicaraan kita adalah supaya kakak dapat
merencanakan masa depan yang jauh lebih baik dari  sebelumnya dan
kakak dapat mencapai masa depan yang nyata”
4. Fase Kerja
 “Kakak, apa keinginan kakak dari dulu sampai sekarang?, apalagi kak?,
apakah masih ada?. Sampai saat ini sudah ada keinginan kaka yang sudah
tercapai?, wah hebat…..yang belum tercapainya kak?.
 “Harapan kakak sangat bagus sekali, kakak bisa berusaha semampu kakak
dengan cara yang sabar, lebih giat, ikhtiar dan berdoa. Kegagalan bukan
akhir dari sebuah harapan kak, namun cobaan yang nantinya akan
membawa kakak ke arah yang kakak harapkan selama ini. Jadi, selalu
berusaha menjadi yang terbaik ya kak, kejar cita-cita kakak sampai dapat
dan ingat, kejar harapan itu sesuai kemampuan kakak”.

5. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan kakak setelah apa yang kita bicarakan tadi?, saya
senang jika kaka  melakukan apa yang sudah tadi kita bicarakan”.
b.      Evaluasi objektif
“Coba kakak sebutkan kembali apa yang seharusnya kita lakukan
ketika kita menginginkan sesuatu! Pintar sekali kakak ini….”.
c.       Rencana tindak lanjut
“Kakak, selama kita tidak bertemu, kakak bisa melakukan hal seperti
tadi untuk mencapai keinginan kakak yang nyata, kakak mesti lebih
sabar, lebih giat, ikhtiar dan berdoa. Jangan sampai menyerah ya kak.
Sukses buat kakak…., kalau begitu saya pamit ya kak, Permisi”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
SETIAP HARI I

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien : Badan Bau, tampak kotor, tampak rambut
berminyak
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui pentingnya kebersihan diri
2. Untuk mengetahui cara menjaga kebersihan diri
3. Untuk menerapkan cara menjaga kebersihan diri
4. Tindakan keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi kebutuhan kebersihan diri
3. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
4. Jelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan
5. Masukkan dalam jadwal kegiatan

STRATEGI PELAKSANA

Defisit Pasien Keluarga


Perawatan
Diri SP I SP I
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri 1. Mendiskusikan masalah
2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri yang dirasakan keluarga
3. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga dalam merawat pasien
kebersihan diri 2. Menjelaskan pengertian,
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam tanda dan gejala defisit
jadwal kegiatan harian perawatan diri, dan jenis
defisit perawatan diri yang
SP II dialami pasien beserta proses
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien terjadinya
2. Menjelaskan cara makan yang baik 3. Menjelaskan cara-cara
3. Membantu pasien mempraktekkan cara makan merawat pasien defisit
yang baik perawatan diri
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian SP II
1. Melatih keluarga
SP III mempraktekkan cara
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien merawat pasien dengan
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik defisit perawatan diri
3. Membantu pasien mempraktekkan cara 2. Melatih keluarga melakukan
eliminasi yang baik dan memasukkan dalam cara merawat langsung
jadual kepada pasien defisit
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam perawatan diri
jadwal kegiatan harian
SP III
SP IV 1. Membantu keluarga
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien membuat jadual aktivitas di
2. Menjelaskan cara berdandan rumah termasuk minum obat
3. Membantu pasien mempraktekkan cara (discharge planning)
berdandan 2. Menjelaskan follow up
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam pasien setelah pulang
jadwal kegiatan harian
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan 1
Defisit Perawatan Diri
Orientasi
1. Salam Terapeutik :
” Selamat pagi kak, saya mahasiswi S1.Keperawatan dari UPNVJ, saya yang
akan menjaga dan merawat kakak selama di RS ini. Kakak namanya siapa? Biasanya
dipanggil siapa?”
2. Evaluasi / validasi :
”Bagaimana kabarnya kakak hari ini?”
3. Kontrak :
”Kakak, jadi hari ini suster dan kakak akan berdiskusi bersama”
Topik :
”Yang akan didiskusikan itu tentang perawatan diri ya kak?”
Waktu :
”Waktunya itu sekitar 15 menit ya kak”
Tempat :
” Untuk tempatnya kita bisa berdiskusi di kamar kakak saja”
Tujuan :
” Tujuannya itu supaya kita bisa mengerti pentingnya perawatan diri dan
bagaimana caranya perawatan diri ya Kak”

Kerja (langkah-langkah dalam tindakan keperawatan)


1. - ”kaka, tau ga perawatan diri itu apa?”
- ”Bagus, kak”
- ”Terus, kaka tau tidak pentingnya perawatan diri?”
- ”Jadi, Perawatan diri itu sangat penting kak untuk menjaga kesehatan diri agar
terhindar dari penyakit karena tubuh yang bersih dan agar orang disekitar bisa
nyaman disekitar kaka, ditambah untuk menambah kepercayaan diri kaka dan
menarik perhatian lawan jenis kaka”
2. - ”Lalu, Kak. kaka tau ga cara – cara bagaimana untuk perawatan diri?”
- ”Wah bagus kak jawabannya”
- ”Selain mandi, ada lagi kak cara menjaga perawatan diri. Contohnya dengan cara
sikat gigi yang baik, makan yang baik, berdandan, dan yang terakhir itu cara cebok
yang baik setelah BAB dan BAK”
- ”Kita lanjut ya kak”
- ”kakak tau ga alat apa saja yang digunakan untuk mandi?”
- ”Bagus kak, selain sabun ada lagi nih kak sampo, sikat gigi, odol, dan parfum kak”
3. - ”Nah, kak. Tadi kan ada beberapa cara ya untuk melakukan Perawatan Diri. Nah,
sekarang saya mau contohin nih salah satu cara merawat diri yaitu mandi.”
- ”Jadi kak, mandi itu pertama kaka siram dulu badannya dan kepala sampe basah
abis itu taro sampo ditangan secukupnya, setelah itu gosok rambut kaka sampai
berbusa dengan sampo tadi, yang rata ya kak, setelah itu bilas rambutnya dengan air
mengalir sampai bersih. Sampai di sini paham gak kak?”
- ”Bagus, kita lanjut ya. Setelah keramas kita cuci muka dengan sabun muka. Caranya
kaka taro sabun muka di tangan sedikit aja, terus gosok tangan sampai berbusa baru
kaka usap ke wajah secara merata, tapi jangan sampai kena mata dan mulut, lalu
bilas dengan air.
- ”Sekarang lanjut ke badan ya, pertama basahin badannya dulu, lalu pake sabun dari
leher belakang telinga, dada perut, tangan, punggung, bokong sampai ke kaki.
Setelah itu dibilas sampai bersih tidak ada sabun.”
- ”Terakhir gosok gigi. Pertama keluarkan pasta gigi ke sikat gigi, pasta gigi yang
dituangkannya sepanjang bulu sikat, lalu langsung digosokkan ke seluruh gigi,
mulai belakang ke depan dan dilanjut dari kanan ke kiri, lalu kumur sebanyak dua
kali, jangan sampe ditelan ya kak busamya”
- ”Nah kak, jadi begitu kak cara perawatan diri”
4. - ”kakak paham kan dengan penjelasan tadi?”
- ”Baik kak kalau sudah mengerti, nanti cara mandi kakak latih terus tiap hari.
Dengan mandi di kamar mandi ya kak. Dilakukannya setiap hari ya kak”

Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
”kakak , bagaimana perasaannya setelah tadi kita diskusi?”
”Wah bagus ya kak, kaka sudah paham dan mengerti”

Evaluasi klien (subjektif)


”Rasanya bagaimana kak setelah tadi kita latihan mandi?”
”Segar kan kak? Wangi badannya?”
”Bagus sekali kak”

Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)


”Coba sekarang kita ulang ya kak, coba kaka sekarang kaka sebutin
pentingnya Perawatan Diri tuh apa saja sih?”
”Benar sekali kak, Kalau begitu coba sebutin kak alat mandi itu apa saja?”
”Wah kaka benar”

2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah
dilakukan)
”Nah, tadi kan kaka sudah benar terus nih jawabannya, jadi Mba jangan lupa
ya untuk dilatih terus mandinya setiap hari. 2 kali dalam sehari ya Mba”

3. Kontrak topik yang akan datang


”Demikian kak diskusi kita tentang pentingnya Perawatan Diri kakak”
”Untuk besok kita diskusi lagi ya kak”
 Topik :
“Besok kita ketemu lagi buat diskusi tentang cara Makan yang benar
ya Mba”

 Waktu :
“Untuk waktunya Mba maunya kapan, jam berapa?”
“Baik kalau begitu besok ketemu lagi jam 8 pagi ya Mba”
 Tempat :
“Karena kita besok melatih cara makan yang baik maka tempatnya di
ruang makan ya Mba”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SETIAP HARI II DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien : Klien tampak lessu
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan khusus :
a. Menjelaskan pentingnya makan bagi tubuh.
b. Menjelaskan pentingnya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
c. Menjelaskan tata cara makan yang baik.
d. Menjelaskan cara merapikan alat makan setelah digunakan.
4. Tindakan keperawatan :
a. Menjelaskan kepadaa klien tentang pentingnya makanan yang sehat bagi
kesehatan
b. Menjelaskan dan mempraktikan cara cuci tangan yang baik dan benar
c. Menjelaskan dan mengedukasikan tata cara makan yang baik dan benar
d. Menjelaskan dan mengedukasikan bagaimana cara merapikan alat makan
setelah digunakan
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
Orientasi
1. Salam Terapeutik : “Selamat pagi Kak , bagaimana PR yg kemarin sudah
dilakukan atau belum?”
2. Evaluasi / validasi : “Kalo sudah dilakukan, gimana perasaan kaka setelah
melakukannya?”
3. Kontrak
“Nah, sesuai dengan kontrak dan jadwal yang kemarin kita buat, hari ini kita akan
mendiskusikan pentingnya makanan bagi tubuh kita dan kita belajar bagaimana cara
makan yang baik ya. Untuk waktunya seperti kemarin 15 menit. Tujuannya supaya
Kaka bisa tau pentingnya makan dan cara makan yang baik. Supaya ngobrolnya enak
kaka mau dimana tempatnya? Disini aja apa kaka lebih nyaman dimana?”

Kerja (langkah-langkah dalam tindakan keperawatan)


1. “Bagaimana kak jadwal kegiatan yang kemarin sudah dilakukan belum? Terus
dilakukannya jam berapa? Sesuai sama jadwal yang kita buat kah???”
2. “Jadi sekarang kita akan berdiskusi mengenai cara makan yang baik. Kakak tahu
engga pentingnya makan bagi tubuh kita? Sebagai manusia makan itu merupakan
kebutuhan yang penting bagi tubuh. “Kalo engga makan tubuh kaka terasa lemas kan?
Itu karena kaka engga punya tenaga, jadi agar kaka dapat tenaga, kakak harus makan.
Nah kaka tau engga makanan yang baik bagi tubuh itu apa saja? “
“Nah makanan yang baik itu makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna atau
makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein, mineral, lemak dan vitamin.”
3. “Kakak kalau sebelum makan suka cuci tangan dulu ngga?”
“Harusnya sebelum makan kita cuci tangan dulu agar kuman yang ada ditangan
hilang dan mati, jadi tidak ikut masuk ketubuh dan tidak sakit perut.”
“Sebelumnya kaka sudah tau engga cara cuci tangan yang benar?”
“Kalau belom saya akan ajarkan cara cuci tangan yang benar. Kaka perhatikan ya..
yang pertama basahi tangan dengan air kemudian ambil sedikit sabun cuci tangan dan
gosokan kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar, setelah itu usap
dan gosok kedua punggung tangan secara bergantian, lalu gosok sela-sela jari tangan
dilanjutkan dengan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
selanjutnya gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian, dan yang terakhir
letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan kemudian bilas diatas
air mengalir hingga bersih. Jangan lupa cuci tangan juga setelah makan. Jadi, kita
cuci tangan sebelum dan sesudah makan itu harus ya kak.”
4. “Nah setelah cuci tangan sekarang kita akan berdiskusi bagaimana cara makan
yang baik.”
5. “Sebelumnya kakak tahu engga alat-alat yang digunakan untuk makan apa saja?
Peralatan makan itu seperti piring, gelas, sendok, garpu, pisau makan bila perlu. Nah
untuk makan harus duduk dengan baik ya jangan sambil berdiri, atau malah sambil
berjalan-jalan. Selain karena tidak sopan itu juga tidak baik bagi kesehatan. Makan
juga jangan terburu – buru, pelan – pelan saja agar tidak tesedak dan makan juga
jangan sambil berrbicara karena tidak sopan dan makan jangan bersuara.”
6. “Setelah makan, jangan lupa membereskan alat makan dan membersihkannya.
Cuci alat makan dengan bersih dan jangan lupa cuci tangan seperti yang sudah
diajarkaan tadi ya. Jangan dibiarkan berantakan dan berceceran dimana-mana. Yuk
coba kita belajar merapikan alat makan.”

Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Kakak, sekarang bagaimana perasaan mba setelah kitaa berdiskusi tadi?”
“Wah bagus ya kak, sekarang kakak sudah paham dan mengerti.”
 Evaluasi klien (subjektif)
“ Sekarang bagaimana perasaan kaka setelah kita belajar cuci tangan dan
belajar cara makan yang baik?”
“Enak kan kak? Jadi terlihat rapih dan tangan juga tidak lengket.”
 Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
“Nah coba sekarang kita ulangi ya, tadi makanan yang baik buat keehata itu
yang mengandung apa ya kak, terus cara makan yang baik seperti apa?”
“Wah, betul sekali kak, nah coba kaka praktikin langkah cuci tangan tadi
bagaimana ya?”
“Yap, betul sekali Kak.”
b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan)
“Nah kan tadi kaka sudah tahu dan bisa jawab pertanyaan saya, dan juga sudah
bisa cuci tangan yang benar. Jadi, kaka jangan lupa kalau sebelum makan dan
setelah makan cuci tanggan ya, dan makan sambil duduk, juga jangan berceceran.”
c. Kontrak topik yang akan datang
“Demikian ya kak, diskusi kita hari ini, tentang pentingnya makan, cuci
tangan dan cara makan yang baik.”
 Topik :
“Besok kita ketemu lagi buat diskusi tentang cara eliminasi atau cara BAB
dan BAK yang baik.”
 Waktu :
“Untuk waktunya kaka maunya kapan, jam berapa?”
“Baik kalau begitu besok ketemu lagi jam 8 pagi ya.”
 Tempat
“Tempatnya besok kaka mau dimana nih?”
“Ya sudah,besok dikamar kaka aja kalo begitu.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SETIAP HARI III
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien : Klien tampak kurang
bersemangat
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan khusus :
1. Menjelaskan pentingnya bereliminasi bagi tubuh
2. Menjelaskan tata cara bereliminasi dengan baik dan bersih
3. Menjelaskan pentingnya mencuci tangan sesudah bereliminasi
4. Tindakan keperawatan :
 Menjelaskan kepadaa klien tentang pentingnya bereliminasi yang sehat dan bersih
bagi kesehatan
 Menjelaskan dan mengedukasikan tata cara bereliminasi yang baik dan bersih
 Menjelaskan dan mempraktikan cara cuci tangan yang baik dan benar

B. Proses Pelaksanaan Tindakan


Orientasi
1. Salam Terapeutik :
“Selamat pagi Kak, perkenalkan saya suster (nama) yang berdinas dari jam 7
pagi sampai jam 2 siang, kakak namanya siapa? Biasanya dipanggil siapa?”
Evaluasi / validasi :
‘’Bagaimana kabarnya kakak hari ini?”
2. Kontrak :
 Topik :
“Nah, sesuai dengan kontrak dan jadwal yang kemarin kita buat, hari ini kita
akan mendiskusikan pentingnya bereliminasi atau bisa kita sebut BAB dan BAK yang baik
dan bersih bagi kesehatan kita ya kak”
 Waktu :
”Untuk waktunya sekitar 10 menit.”
 Tempat :
“Supaya ngobrolnya enak,Kaka mau dimana tempatnya? Disini saja atau kaka
lebih nyaman dimana?”
 Tujuan :
”Tujuannya supaya kaka bisa tau dan paham pentingnya bereliminasi atau bisa
kita sebut BAB dan BAK yang baik serta bersih juga”

Kerja (langkah-langkah dalam tindakan keperawatan)


- “Jadi sekarang kita akan berdiskusi mengenai bagaimana bereliminasi atau bisa kita
sebut BAB dan BAK yang baik. Kaka tahu engga pentingnya bereliminasi atau BAB
dan BAK bagi tubuh kita? Sebagai manusia BAB dan BAK itu merupakan
kebutuhan yang penting bagi tubuh. Kalo engga bereliminasi atau sering menahan-
nahan keinginan untuk BAB dan BAK pasti mbak merasa tidak nyaman kan? Itu
karena kotoran yang seharusnya di keluarkan menjadi tertahan di dalam tubuh dan
tentunya itu akan menjadi pemicu kaka jadi sakit lama kelamaan. Jadi, agar kaka
tetap bersih dan juga sehat kakak harus berperilaku baik dan bersih dalam
bereliminasi atau BAB dan BAK ya.”
- “Oke kalau kaka sudah paham tentang pentingnya BAB dan BAK yang baik dan
benar, sekarang kita lanjut ya kak. Kita akan bahas tata cara bereliminasi dengan baik
dan bersih”
- ”coba pertama kaka ceritakan dulu bagaimana menurut kaka cara BAB dan BAK
yang baik.”
“oke baik kak, sekarang saya jelaskan bagaimana tata cara yang baik untuk BAB dan
BAK ya kak. Mohon diperhatikan ya. Jadi pertama setelah mbak masuk ke kamar
mandi kaka buka celana kan ya, terus karna kamar mandi kita jongkok jadi kaka
jongkok nih diatas yang tempat kakinya."
" setelah kaka jongkok, kaka boleh tuh mengedan untuk mengeluarkan pipis atau
feses kaka atau eek kaka "
" setelah selesai buang pipis dan eeknya, kita siram deh WCnya dengan air sampai
bersih tidak ada kotorannya, kalau bisa setiap kaka keluar nih fesesnya kaka langsung
siram biar tidak bau "
" setelah selesai, kita cebok kaka dengan air dan sabun untuk lubang bokongnya,
pertama disiram dulu lubang bokongnya lalu di usap lubang bokongnya pakai tangan
yang tidak untuk memegang gayung dan kasih sabun ya di tanggannya untuk di lap
ke lubang bokong. Setelah itu bilas lagi deh untuk menghilangkan sabunnya. Untuk
di bagian vagina kaka, kaka bisa siram juga tuh vagina lalu digosok dari depan ke
belakang, lalu setiap dua minggu sekali cuci vaginanya pakai sabun khusus daerah
itu"
- “Sip deh kalau kaka sudah paham tentang tata cara bereliminasi dengan baik dan
bersih, sekarang kita lanjut ya kaka. Kita akan bahas tentang cuci tangan nih kaka ya”
- “Nah, kaka kalau sesudah BAB atau BAK cuci tangan enggak nih?”
“Searusnya sesudah BAB dan BAK kita harus cuci tangan dulu agar kuman yang ada
ditangan hilang dan mati, kan kalau tidak ada kuman di tangan kita dapat terhindar
dari penyakit kak.”
“Sebelumnya kaka sudah tau belum bagaimana cara cuci tangan yang benar?”
“Kalau belum saya akan ajarkan cara cuci tangan yang benar. Kaka perhatikan ya.
yang pertama basahi tangan dengan air kemudian ambil sedikit sabun cuci tangan dan
gosokan kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar, setelah itu usap
dan gosok kedua punggung tangan secara bergantian, lalu gosok sela-sela jari tangan
dilanjutkan dengan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
selanjutnya gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian, dan yang terakhir
letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan kemudian bilas diatas
air mengalir hingga bersih. Jadi, kita cuci tangan sesudah BAB dan BAK itu harus ya
kak.”

Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Kakak, sekarang bagaimana perasaan kaka setelah kitaa berdiskusi tadi?”
“Wah bagus ya kak, sekarang kaka sudah paham dan mengerti.”
I. Evaluasi klien (subjektif) :
“Sekarang bagaimana perasaan kaka setelah kita belajar tata cara BAB dan
BAK serta cuci tangan yang baik setelah BAB dan BAK?”
“Jadi terasa lebih bersih kan kak?”
II. Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement) :
“Nah coba sekarang kita ulangi ya, tadi bagaimana cara BAB dan BAK yang
baik buat kesehatan itu?”
“Wah, betul sekali kak. Oke sekarang coba kaka praktikkan langkah cuci
tangan tadi bagaimana ya?”
“Ya, betul sekali kak.”
b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah
dilakukan)
“Nah kan tadi kaka sudah tahu dan bisa jawab pertanyaan saya. Kaka juga
lancar dalam menjelaskan tata cara BAB dan BAK tang baik serta juga sudah bisa
mempraktikkan cuci tangan yang benar. Jadi, kak jangan lupa untuk BAB atau BAK
dengan bersih ya dan juga jangan lupa lagi untuk mencuci tangan sehabis BAB dan
BAK supaya kaka tetap bersih dan sehat”
c. Kontrak topik yang akan datang
”Demikian kak diskusi kita tentang pentingnya Perawatan Diri kakak”
”Untuk besok kita diskusi lagi ya kak”
 Topik :
“Besok kita ketemu lagi buat diskusi tentang cara berdandan yang benar
dan bisa membuat kakak tambah cantik.”
 Waktu :
”untuk waktunya bagaimana kak? Mau pagi, siang, atau bagaimana?”
”baiklah kalau begitu, besok jam 8 pagi kita ketemu lagi ya kak”
 Tempat :
”Nah sekarang untuk tempatnya kira-kira mau dimana nih kak? Kalau di
sini lagi saja bagaimana?”
”oke baiklah kak. Sampai jumpa besok jam 8 pagi di kamar kakak lagi ya,
selamat istirahat.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SETIAP HARI IV

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien : Wajah klien tampak kusam
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan khusus :
1) Menjelaskan pentingnya berdandan atau merawat diri untuk tubuh dan estetika
2) Menjelaskan tata cara berdandan atau merawat diri dengan baik
4. Tindakan keperawatan :
1) Menjelaskan kepadaa klien tentang pentingnya berdandan atau merawat diri
untuk tubuh dan estetika
2) Menjelaskan dan mempraktikkan tata cara berdandan atau merawat diri dengan
baik
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
Orientasi
a.Salam Terapeutik : “Selamat pagi Kak, bagaimana PR yg kemarin sudah
dilakukan atau belum?”
b. Evaluasi / validasi : “Kalo sudah dilakukan, gimana perasaan kakak setelah
melakukannya?”
c.Kontrak
“Nah, sesuai dengan kontrak dan jadwal yang kemarin kita buat, hari ini kita akan
mendiskusikan pentingnya cara berdandan bagi tubuh kita dan kita belajar bagaimana
cara berdandan yang baik ya. Untuk waktunya seperti kemarin 15 menit. Tujuannya
supaya Mba bisa tau pentingnya berdandan yang baik. Supaya ngobrolnya enak kakak
mau dimana tempatnya? Disini aja apa kaka lebih nyaman dimana?”

Kerja (langkah-langkah dalam tindakan keperawatan)


1. “Bagaimana kak jadwal kegiatan yang kemarin sudah dilakukan belum? Terus
dilakukannya jam berapa? Sesuai sama jadwal yang kita buat kah???”
2. “Jadi sekarang kita akan berdiskusi mengenai cara berdandan yang baik. Kakak
tahu engga pentingnya berdandan bagi tubuh kita? Sebagai manusia makan itu
merupakan kebutuhan yang penting bagi tubuh. Kalo gak berdandan kaka
kelihatannya gak terurus kan, coba kalau berdandan kelihatannya rapih bersih dan
cantik ya kak.
“Nah, kakak tadi sudah mandi? Pakai sabun sama sikat gigi ya kak? Bagus sudah
cantik yaah seger kelihatannya. Bajunya juga terlihat rapih ya. Untuk bajunya kaka
bisa pilih yang bersih kering ya, terus nanti ganti satu hari minimal, 2 kali yah. "
3. "Coba sekarang suster boleh lihat tangannya? Nah ini kuku nya masih ada yang
panjang ya kak, disini suster bawa gunting kuku nih mau suster potongin atau mau
potomg sendiri? Potong sendiri yah, wah bagus kaka sudah bisa potong kuku sendiri
yah. "
"Selanjutnya kaka sudah bisa membersihkan diri sendiri yah. "

Terminasi
4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Kakak, sekarang bagaimana perasaan kaka setelah kitaa berdiskusi tadi?”
“Wah bagus ya kak, sekarang kaka sudah paham dan mengerti.”

Evaluasi klien (subjektif)


“ Sekarang bagaiana perasaan kaka setelah kita belajar cara berpakaian dan
menggunting kuku yang baik?”
“Enak kan kak? Jadi terlihat rapih dan tagan juga tidak lengket.”

Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)


“Nah coba sekarang kita ulangi ya, tadi bagaimana cara memilih pakaian yang
baik? Terus kalau kukunya panjang harus bagaimana? "
“ Wah, betul sekali kak, nah coba kakak Nanti bisa praktekan cara ini setiap
hari ya kak."

5. Kontrak topik yang akan datang


“Demikian ya kak diskusi kita hari ini mengenai pentingnya berdandan atau
merawat diri untuk tubuh dan estetika. Dengan selesainya diskusi kita hari ini,telah selesai
juga pertemuan kita kak. Jadi hari ini terahir kita berdiskusi ya, semoga apa yang selama ini
telah kita diskusikan dapat kaka terapkan di kegiatan sehari-hari. Jangan lupa ya kak, sekian
dari saya juga, sampai jumpa lagi kak.”

Anda mungkin juga menyukai