Anda di halaman 1dari 15

RANCANGAN FORMULA

“GRANUL”

A. Formula Asli
R/
Vitamin C
B. Rancangan Formula
Tiap 1000 mg mengandung :
Asam askorbat 90 mg
Asam sitrat 3,90%
Asam tatrat 7,82%
Natrium bikarbonat 13,28%
PVP 5%
Perasa lemon 0,175%
Manitol ad 100%
C. Master Formula
1. Nama Produk : ASCORVESCENT®
2. Jumlah Produk : 100 Sachet
3. Tanggal Formulasi : 10 Maret 2020
4. Tanggal Produksi : 11 Maret 2021
5. Nomor Registrasi : DBL 2011211322a1
6. Nomor Batch : D0220011

Keterangan No. Registrasi dan No. Batch


-Nomor Registrasi
Nomor Registrasi Arti
D Nama Dagang
B Golongan Obat Bebas
L Kode Produksi Lokal
20 Periode Pendaftaran Obat
112 Nomor Urut Pabrik
113 Nomor Urut Obat Jadi
22 Kode Produksi Sediaan
A Kekuatan Sediaan Obat
1 Kemasan Pertama

-Nomor Batch
Nomor Batch Arti
0 Tahun Produk 2020
22 Penamaan Sediaan
001 Urutan Produk
1 Tahun Pengemasan

No. Kode bahan Nama bahan Fungsi Konsentrasi Per dosis Perbatch
1. VC-01 Vitamin C zat aktif 90 mg
2. AS-02 Asam sitrat Sumber 3,90 %
asam
3. AT-03 Asam tartrat Sumber 7,82%
asam
4. NB-04 Natrium sumber 13,28%
bikarbonat basa
5. PV-05 PVP Pengikat 5%
6. LF-06 Perasa Lemon Perasa 0,175%
7. MT-07 Manitol Pemanis Ad 100%
dan pengisi

D. Alasan Pemilihan Bentuk Sediaan


Sediaan effervescent memiliki banyak keunggulan dibandingkan bentuk sediaan
farmasi bentuk konvensional. Bahan-bahan yang tidak stabil dalam bentuk cair sebian besar
lebih stabil dalam bentuk effervescent. Bentuk sediaan ini lebih mudah diberikan membantu
pasien seperti anak-anak yang tidak dapat menelan kapsul atau tablet. Rasa yang
menyenangkan karena karbonasi, membantu menutupi rasa tidak enak dari obat-obatan
tertentu. Sediaan effervescent dapat mempersingkat tingkat penyerapan obat dalam tubuh
dibandingkan sediaan tablet ( Parikh, 2005).
Granul Effersent mempunyai keutungan dimana zat aktif yang terkandung dalam
formulasi dapat terdisolusi dengan cepat. Garam pencahar, seperti Magnesium dan Natrium
Sulfat sering di formulaasikan sebagai granul efervesen (Durgin dan Hanan’s, 2009)
Granul effervescent adalah salah satu bentuk sediaan oral yang paling popular,
sebagian besar produk farmasi seperti analgesic, formulasi antacid dan batuk, dbuat dalam
bentu granul efervesen. Granul effervescent larut dengan cepat dan memberikan formula
yang yang dapat menghindari rasa pahit obat yang buruk, lenih mudah, bentuk sediaan stabil
(Mousawy,dkk., 2019).

E. Zat Aktif
1. Alasan Pemilihan Zat Aktif
Dalam bentuk bubuk, asam askorbat relatif stabil di udara. Dengan tidak adanya
oksigen dan zat pengoksidasi lainnya asam askorbat tetap stabil terhadap panas. Tidak
terdapat efek samping pada tingkat yang digunakan sebagai antioksidan dalam makanan
dan obat-obatan(Rowe,dkk.,2006 : 48-49).
Vitamin C atau asam askorbat adalah nutrient dan vitamin yang larut dalam air dan
penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin C tergolong sebagai
antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya dan logam. Vitamin C
juga sebagai antioksidan dan prooksidan. Kebutuhan harian vitamin C biasa dikenal
dengan RDA (Recommended Dietary Allowance) vitamin C adalah 60 mg atau setara
dengan sebuah jeruk. Cadangan sebesar 1500 mg merupakan jumlah maksimum yang
dapat dimetabolisme dalam jaringan tubuh. Dengan jumlah tersebut diperkirakan turn
over vitamin C adalah 60 mg/hari (Pakaya, 2014).
Asam askorbat mudah diserap dari saluran pencernaan dan didistribusikan secara
luas di jaringan tubuh. Konsentrasi plasma asam askorbat meningkat ketika dosis yang
dicerna meningkat hingga 90-150 mg setiap hari. Penyimpanan adam askorbat dalam
tubug sekitar 1,5 gram meskipun lebih banyak dapat disimpan pada asupan diatas 200 mg
tiap hari. Asupan makanan harian sekitar 30 hingga 100 mg untuk orang dewasa
(Sweetman, 2009).

2. Farmakologi Zat Aktif


Indikasi : Asam askorbat digunakan untuk mencegah dan mengobati
penyakit kudis ,antipksidan, defisiensi vitamin C,anemia
numoritik dan makrositik, katilago dan tulang lesi, dan
penyembuhan luka yang lambat (Sweetman, 2009 : 1984-1985).
Menginduksi pirosinemia para bayi premature, hematuria,
pendarahan retina, keadaan hemoragik, karies gigi, pironea,
infeksi gusi,anemia, jerawat, infertilitas,aterosklerosis, depresi
mental, tukang lambung, TBC, Disentri, gangguan kolagen
kanker, ostegenesis, impefecta, ulkus tungkai, luka tekan, daya
tahan fisik, demam, pencegahan thrombosis vascular, toksitas
levodepa, toksitas arsemik, dan sebagai agen mukolitik
(Drug Information, hal: 19261).
Kontra indikasi : Hipersensitivitas pada komposisi dalam sediaan dan ibu hamil
(Drug information, hal:19264).
Dosis : Dosis 25 hingga 75 mg setiap hari dalam pencegahan defisiensi
dan 250 mg atau lebih setiap hari dalam dosis terbagi untuk
pengobatan defesiensi telah di rekomendasikan. Asama askorbat
150-200 mg setiap hari dapat diberikan dengan desfomoxamibe
dalam pengobatan pasien dengan tahlasemia. Untuk
meningkatkan aksi chelating desfroxamine, sehingga
meningkatkan ekskresi zat besi. Asupan makanan harian sekitar
30 hingga 100 mg vitamin C telah direkomendasikan untuk orang
dewasa (Sweetman, hal : 1985).
Efek Samping : Mual, muntah, mules, perut keram, kelelahan, kemerahan, sakit
kepala, insomnia dan kantuk.
Mekanisme kerja : kekurangan asam askorbat menyebabkan penyakit kudis,struktur
kolagen terutama dipengaruhi, dan lesi berkembang di tulang dan
pembuluh darah. Pemberian asam askorbat sepenuhnya
membalikkan gejala defisiensi asam askorbat. Terlihat efek pada
reaksi oksidasi-reduksi, efek antioksidan, efek pada penyakit
kardiovaskular, efek pada leukosit, dan peradangan serta efek
pada pilek.
Farmakokinetik : Asam askorbat mudah diserap dari saluran pencernaan dan
didistribusikan secara luas dijareingan tubuh. Konsentrasi plasma
asam askorbat,meningkat ketika dosis yang dicerna meningkat
hingga ketempat tinggi tercapai dengan dosis sekitar 90-150 mg
setiap hari. Penyimpanan tubuh asam askorbat dalam kesehatan
sekitar 1,5 g meskipun lebih banyak dapat disimpan pada asupan
diatas 200 mg setiap hari. Konsentrasi lebih tinggi dalam leukosit
dan trombosit serta dalam eritrosit dan plasma. Dalam keadaan
kekurangan konsentrasi dalam leukosit memnuhi kemudian pada
tingakat yang lebih lambat, dan telah dianggap sebagai criteria
yang telah baik untuk evaluasi, defisiensi dan pada konsentrasi
dalam plasma. Asam askorbat di okulasi menjadi asam,
dehidroaskorbat, beberapa dimetabolisme menjadi askorbat dua
sulfat yang tidak aktif dan asam oksalat yang diekskresikan dalam
urin. Asam askorbat yang melebihi kebutuhan tubuh dikeluarkan.
Interaksi obat : umumnya terjadi jika asupan lebih dari 1000 mg per Hari
(Sweetman,1984), Pemberian bersamaan lebih dari 200 mg per
30 mg mengakinatkan penyerapan zat besi pada gastrointestinal.
Salisilat menghambat penyerapan asam askorbat oleh leukosit
dan trombosit, akibatnya konsentrasi minyak tinggi. Meskipun
ssat pemberian bersamaan suplemen asam askorbat pada pasien
yang menerima salisilat meningkatkan konsentrasi plasma atau
askorbat, konsentrasi asam askorbat leukosit tidak meningkat.
Oleh karena itu pemberian riutin asam askorbat untuk pasien
penerima salisilat tidak diperlukan.

F. Alasan Pemilihan Zat Tambahan


1. Natrium Bikarbonat
Natrium Bikarbonat digunakan sebagai sumber karbondioksida dalam butiran
effervescent. Selain itu juga digunakan untuk menghasilkan atau mempertahankan pH
basah dalam sediaan. Dalam tablet dan butiran effervescent, natrium bikarbonat biasanya
di formulasikan dengan asam sitrat dan/atau asam tatrat. Ketika digunakan sebagai
eksipien, natrium bikarbonat umumnya dianggap sebagai bahan tidak beracun dan tidak
beriritan (Rowe, dkk.,2006 : 665-666).
Penggunaan natrium bikarbonat oral , asam kambung netral dengan produksi
karbon dioksida. Bikarbonat tidak terlibat dalam reaksi yang diserap dan dengan tidak
adanya deficit bikarbonat dalam plasma, ion bikarbonat diekskresikan dalam urin yang
dianggap basa dan ada dieresis yang menyertainya. Dalam pengobatan asidosis kronis,
bikarbonat diberikan secara oral dengan dosis 57 mmol (4,8 gram) ( Sweetman, 2009).
Natrium bikarbonat dapat larut sempurna, tidak higroskopik, murah dan banyak
tersedia secara komersial mulai dari bentuk bubuk sampai bentuk granul (Mohrle, 1989)
(Nurahmanto dkk., 2019).

2. Asam Sitrat
Asam sitrat banyak digunakan dalam formulasi untuk menyesuaikan pH larutan.
Asam sitrat monohidrat digunakan dalam pembuatan butiran effervesen. Asam sitrat
monohidrat digunakan sebagai zat pengasing dan sinergis antioksidan, serta merupakan
komponen dari larutan sitrat antikoagulan (Rowe, dkk.,2009: 182).
Penambahan asam sitrat akan mempercepat waktu larut. Semakin meningkatnya
konsentrasi asam sitrat maka semakin cepat waktu melarut effervescent (Harahap dkk.,
2017)
3. Asam Tartrat
Asam tartrat merupakan factor yang dominan dalam menentukan respon waktu
larut granul effervescent (Lestari dan Birgita.,2011), dengan konsentrasi yang lebih tinggi
akan mempunyai densitas yang besar sehingga bobot molekul akan lebih besar pula dan
memudahkan serbuk untuk mengalir (Rita dkk,2018).
Penggunaan asam tartrat dimaksudkan untuk mencapai konsntrasi asam yang
ekivalen pada saat reaksi effervescent yang tidak mungkin dicapai oleh pemakaian asam
sitrat secara tunggal karena sifat asam sitrat triprotik (Palobo dkk., 2012).
Asam tartrat memiliki tingkat kelarutan baik, asam tartrat dapat membentuk
karbondioksida lebih banyak dibandingkan dengan asam sitrat anhidrat dan asam
askorbat ketika direaksikan dengan natrium bikarbonat dalam perbandingan yang sesuai,
serta banyak terdapat dipasaran (Mohrle, 1989) (Nurahmanto dkk., 2019).
4. PVP
Tablet effervescent yang baik merupakan tablet effervescent yang menggunakan
PVP K-30 5% (Hasni dkk., 2017).
Penggunaan PVP dengan konsentrasi 0,5-5% mmenghasilkan granul yang kuat
dan cepat larut (Wijayanti dkk., 2014).
PVP (polivinil pirolidon) adalah pengikat yang efektif pada seidaan effervescent
dengan rentang penggunaan 2-5% (Foltmann and Quardir, 2010) (Dewi dkk.)
5. Perasa Lemon
Dalam formulasi sediaan granul menggunakan perasa lemon 0,175%. Perasa
lemon berfungsi untuk memberikan rasa segar dan memberikan aroma (Wijayanti dkk.,
2014).

6. Kombinasi Zat Tambahan


Effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tatrat
daripada hanya satu macam asam saja karena penggunaan asam tunggal akan
menimbulkan kesukaran. Jika asam tatrat sebagai asam tunggal, granul yang akan
dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal (Ansel, 1989) :
(Ramadhia, 2018).
Kombinasi asam sitrat dan asam tatrat dilakukan karena penggunaan asam sitrat
monohidrat tunggal akan menghasilkan campuran yang lengket dan tidak mudah
digranulasi sedangkan penggunaan asam tatrat tunggal dapat menghasilkan granul yang
terlalu rapuh dan mudah pecah (Herwin dan Hendra.2019).
Adanya gas-gas karbondioksida, asam sitratm, asam tatrat serta air sebagai hasil
reaksi mampu membantu kelarutan tiga kali lebih cepat tanpa melibatkan pengadukan
manual dengan syarat semua komponennya sangat mudah larut air. Penambahan asam
sitrat juga mempercepat waktu larut. Semakin meningkatnya konsentrasi asam sitart
semakin cepat waktu melarut effervescent karena asam sitrat mudah melarut (Harahap
dkk., 2017).

G. Uraian Zat Aktif


Vitamin C (Ditjen POM RI, 1979: 39)
Nama Resmi : ACIDUM ASCORBICUM
Nama Lain : Asam ascorbat, Vitamin C
RM/BM : C6H8O6 / 176,13 g/mol
Pemerian : Serbuk atau hablur; putih atau agak kuning; tidak berbau;
rasa asam.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol(95%) P,
praktis tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam
benzene.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
Kegunaan : antioksidan

H. Uraian Zat Tambahan


1. Asam Sitrat ( Ditjen POM RI, 1979 : 48)
Nama Resmi : ACIDUM CITRICUM
Nama Lain : Asam Sitrat
RM/BM : C6H8O7 / 192,12 g/mol
Pemerian : Hablur Bening; tidak berwarna atau serbuk hablur granul
sampai halus, putih tidak berbau.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sebagai larutan dapar pH 4 dan 5.
2. Asam Tatrat (Ditjen POM RI, 1995 : 53 )
Nama Resmi : ACIDUM TARTARICUM
Nama Lain : Asam Tatrat
RM/BM : C4H6O6 / 150,09 g/mol
Pemerian : Hablur; tidak berwana atau bening; atau serbuk hablur, halus
sampai granul; warna putih; tidak menantang; rasa asam dan
stabil di udara.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam udara; Mudah larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3. Natrium Bikarbonat (Ditjen POM RI, 1979: 424)
Nama Resmi : NATRII SUBCARBONAS
Nama Lain : Natrium Bikarbonat
RM/BM : NaHCO3 / 84,01 g/mol
Pemerian : Serbuk putih atau hablur; Monoklin kecil, buram; tidak berbau;
rasa asin.
Kelarutn : Larut dalam 11 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol (95%)
P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai antasidum

4. PVP (Rowe, 2009 : 581)


Nama resmi : POVIDONE
Nama lain : polivini pirolidon
Rumus molekul : (C3H4O2)n
Berat molekul : 0,29-0,39 g/mol
Konsentrasi : 0,5-5%
Stabilitas : stabil pada suhu 110-120 C, dapat bercampur dengan air.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk dan kering.

5. Perasa Lemon

I. Perhitungan

J. Metode Pembuatan
Metode yang digunakan adalah metode kering. Metode ini dilakukan dengan cara

partikel serbuk dikumpulkan dibawah tekanan tinggi. Terdapat dua proses utama yaitu

slugging (dilakukan dimesin cetak) dan roller (serbuk diperas antara dua rol untuk
menghasilkan selembar bahan). Diantara dua proses ini, digunakan pula teknik penggilingan

untuk menghasilkan fraksi ukuran yang diinginkan.

K. Evaluasi (Prosedur Kerja Dan Parameter)


 Prosedur Kerja
 Evaluasi granul effervescent meliputi:

1. Uji organoleptik, meliputi bentuk, warna, bau dan rasa dari granul yang dihasilkan.

2. Uji kadar air, dilakukan dengan cara granul basah ditimbang kemudian dikeringkan dalam

oven hingga diperoleh bobot yang tetap. Semakin kecil kadar air semakin baik kualitas granul

yang dihasilkan.

3. Uji volume tuang, ditentukan dari ukuran partikel dan bentuk partikel. Sebanyak 150 g granul

dituang kedalam suatu gelas ukur, permukaannya diratakan. Volume yang terbaca (mL/g)

menggambarkan volume tuang (Voight, 1994)(Rahmawati dkk., 2016). Uji volume tuang

Volume tuang menandakan partikel granul memberikan suatu kumpulan yang longar, karena

mereka saling bersentuhan antar sisi dan ujungnya sedangkan diantaranya terisi udara

(Palobo, 2012) (Rahmawati dkk., 2016. Adanya rongga-rongga partikel yang lebih besar akan

menghasilkan nilai porositas yang lebih besar pula.

4. Uji volume guncang, dilakukan dengan cara ditimbang 50 gram massa granul tablet

dimasukkan dalam gelas ukur 100 mL, lalu diukur volumenya (V1). Berat jenis bulk didapat

dari massa dalam gelas ukur diketuk-ketuk sebanyak 500 kali dari ketinggian 2,5 cm sampai

volume tetap (V2). Berat jenis mampat diukur sebagai nilai kompresibilitas (Siregar dan

Wikarsa, 2010) (Rahmawati dkk., 2016. Syarat granul yang baik memiliki nilai penyusutan

volume dibawah 20%. Semakin kecil nilai volume guncang maka semakin baik sifat alirnya.

Sifat alir dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain rapat jenis, porositas, bentuk

partikel, dan kandungan lembab granul.


5. Uji daya alir

 Metode Corong

Granul yang telah kering dilakukan dengan cara ditimbang sebanyak 25 gram, lalu

dimasukkan ke dalam corong yang bagian bawahnya tertutup. Kemudian bagian

bawah corong dibuka sehingga granul dapat mengalir di atas meja yang telah dilapisi

kertas. Waktu alir granul ditentukan pada saat granul mulai mengalir sampai granul

berhenti mengalir menggunakan stopwatch (Lachman, 2008) (Rahmawati dkk., 2016).

Waktu alir yang baik untuk pengempaan tablet adalah 4-10 detik untuk 25 gram granul

(Stainforth, 1998 dalam Khairi, 2010) (Rahmawati dkk., 2016). Waktu alir

dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, porositas, densitas, dan gaya gesek antar partikel

granul (Anam, 2013) (Rahmawati dkk., 2016). Sifat alir yang baik akan memudahkan

granul memasuki ruang cetakan, sehingga keseragaman bobot dapat terjaga baik

(Khairi, 2010) (Rahmawati dkk., 2016).

 Metode sudut diam


Menurut Khairi (2010) sudut diam granul yang baik antara 25-30◦. Kandungan lembab
yang lebih besar dapat menyebabkan gaya kohesi yang lebih besar pula. Suatu granul
yang tidak kohesif akan mengalir baik, menyebar membentuk timbunan yang rendah
sehingga membentuk sudut yang lebih kecil (Anam, 2013) (Rahmawati dkk., 2016).

6. Uji waktu dispersi, dilakukan dengan cara dimasukkan 100 mL air dingin dengan suhu 15-

25◦C ke dalam gelas beker 250 mL. Setelah itu dimasukkan satu bungkus granul effervescent

5 g kedalam air tersebut. Bila granul tersebut terdispersi dalam air dan menyelesaikan

reaksinya dalam waktu < 5 menit menunjukkan sediaan terdispersi sempurna (Siregar dan

Wikarsa, 2010) (Rahmawati dkk., 2016).


7. Uji pH larutan effervescent dilakukan dengan melarutkan effervescent dalam 200 mL aquadest

kemudian pH diukur dengan alat pH meter, dan hasil pengukuran dikatakan baik bila pH

larutan effervescent mendekati netral (Rahmah, 2006) (Rahmawati dkk., 2016).

L. Kemasan
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen Pom Ri, 1979, Farmakope Indonesi Edisi Iii, Departemen Kesehatan Republic Indonesia :
Jakarta.
Durgin, J.M., Dan Hanan, Z.I., 2009, Pharmacy Practice For Technicians Fourth Edition,
Delmark Cengage Learning : Usa
Harahap R.A., Raswen E. Dan Dewi F.A., 2017, Konsentrasi Effervescent Mix Dalam

Pembuatan Serbuk Effervescent Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana

L.), Jom Faperta Ur, Vol.4(1).

Herwin Dan Hendra H., 2019, Variasi Etanol Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Pada

Granul Effervescent Sebagai Antidiabetes, As-Syifaa Jurnal Farmasi, Vol.11(1).

Husni P. Ardian B. Dan Dany F., 2017, Formulation Of Nano Curcuminoid Effervescent Tablet,
Research Journal Of Pharmaceutical, Biological And Chemical Sciences, Issn: 0975-
85851.
Nurahmanto D, Dita L.P., Bawon T. Dan Nuri 2019, Optimasi Asam Tartrat Dan Natrium

Bikarbonat Granuleffervescent Kombinasi Ekstrak Daun Guaazuma Ulmifolia Lam.

Dan Kelopak Hibiscus Sabdariffa L., Jurnal Farmasi Fkik, Vol.2

Pakaya D., 2014, Peranan Vitamin C Pada Kulit, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1(2).

Palobo F,N.M Paulina V.Y.Y. Dan Adithya Y., 2012, Formulasi Granul Effervescent Ekstrak

Daun Leilem (Clerodendrum Minasehassae L.), Jurnal Farmasi Fmipa Unsrat,

Parikh, D.M., 2010, Hanbook Of Pharmaceutical Granulation Technology, Informa Healtcare :


New York.
Prikh D.M., 2005, Handbook Of Pharmaceutical Granulation Technology, Taylor And Francis

Informa : New York.

Rahmawati I.F., Praspjo P. Dan Imron W.H., 2016, Formulasi Dan Evaluasi Granul Effervescent

Ekstrak Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen.), Jurnal Pharmaciana,

Vol.6(2).
Ramadhia M., 2018, Pengolahan Lidah Buaya (Aloe Vera) Menjadi Granul Effervescent Sebagai

Minuman Kesehatan Dan Analisis Peningkatan Nilai Ekonomisnya, Jurnal Ekonomi

Bisnis Dan Kewirausahaan, Vol.7(2).

Rowe, Raymond C., Paul J.S., Owen S.C., 2009, Handbook Of Pharmaceutical Exipients Sixth

Edition, Pharmaceutical Press : Usa.

Sweetman S.C., 2009, Martindale The Comptilete Drug Reference, Pharmaceutical Press : Usa.

Wijayanti M. Saptarini N.Y., Irma E.H. Danshelvy E.S., 2014, Formulasi Granul Effervescent

Sari Kering Lidah Buaya Sebagai Makanan Tambahan, Ijpst, Vol.1(1).

Dewi G.A.P.C., Wijayanti N.P.A.D. Dan Dewantara I.G.A., Uji Pendahuluan Formula Pellet

Effervescent Dengan Variasi Konsentrasi Polovonol Pirolidon (Pvp) Sebagai Pengikat.

Durgin Dan Hanan’s, 2009, Pharmacy Practice For Technicians Fourth Edition : Delmar

Cengage Learning : Australia.

Anda mungkin juga menyukai