Membangun Keluarga Islami
Membangun Keluarga Islami
MBTI ‘J’
Demara Bijak Kurniawan- 113400358
Dwiki Prima Prasetya – 113400359
Khadijah Khairani - 113400370
MEMBANGUN KELUARGA ISLAMI
A. KONSEP DAN TUJUAN NIKAH
1. Konsep Nikah
Kehidupan manusia tidak akan lengkap tanpa adanya keluarga, keluarga itu
merupakan bagian trkecil dari kelompok masyarakat namun sangat berperan
penting bagi kehidupan.
Pernikahan yang sah akan membentuk keluarga yang kokoh, keluarga dapat
menjadi kokoh apabila dipupuki oleh rasa cinta dan kasih sayang. Sebagaimana
disebutkan dalam Al-Quran:
"Artinya : Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian
kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri dan mereka
(istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat". [An-Nisaa' : 21].
2. Tujuan Nikah
a) Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi
Di tulisan terdahulu kami sebutkan bahwa perkawinan adalah fitrah
manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan
aqad nikah (melalui jenjang perkawinan), bukan dengan cara yang amat kotor
menjijikan seperti cara-cara orang sekarang ini dengan berpacaran, kumpul
kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah
menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
b) Shalat Istikharah
Setelah mendapatkan pertimbangan tentang bagaimana calon
isterinya, hendaknya ia melakukan shalat istikharah sampai hatinya diberi
kemantapan oleh Allah Taala dalam mengambil keputusan.
Shalat istikharah adalah shalat untuk meminta kepada Allah Taala agar
diberi petunjuk dalam memilih mana yang terbaik untuknya. Shalat
istikharah ini tidak hanya dilakukan untuk keperluan mencari jodoh saja,
akan tetapi dalam segala urusan jika seseorang mengalami rasa bimbang
untuk mengambil suatu keputusan tentang urusan yang penting. Hal ini
untuk menjauhkan diri dari kemungkinan terjatuh kepada penderitaan
hidup. Insya Allah ia akan mendapatkan kemudahan dalam menetapkan
suatu pilihan.
c) Khithbah (peminangan)
Setelah seseorang mendapat kemantapan dalam menentukan wanita
pilihannya, maka hendaklah segera meminangnya. Laki-laki tersebut harus
menghadap orang tua/wali dari wanita pilihannya itu untuk
menyampaikan kehendak hatinya, yaitu meminta agar ia direstui untuk
menikahi anaknya. Adapun wanita yang boleh dipinang adalah bilamana
memenuhi dua syarat sebagai berikut, yaitu:
Pada waktu dipinang tidak ada halangan-halangan syari yang
menyebabkan laki-laki dilarang memperisterinya saat itu. Seperti karena
suatu hal sehingga wanita tersebut haram dini kahi selamanya (masih
mahram) atau sementara (masa iddah/ditinggal suami atau ipar dan lain-
lain).
Belum dipinang orang lain secara sah, sebab Islam mengharamkan
seseorang meminang pinangan saudaranya.
Dari Uqbah bin Amir radiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu
alaihiwasallam bersabda:
"Orang mukmin adalah saudara orang mukmin yang lain. Maka tidak
halal bagi seorang mukmin menjual barang yang sudah dibeli saudaranya,
dan tidak halal pula meminang wanita yang sudah dipinang saudaranya,
sehingga saudaranya itu meninggalkannya." (HR. Jamaah)
Apabila seorang wanita memiliki dua syarat di atas maka haram bagi
seorang laki-laki untuk meminangnya.
d) Melihat Wanita yang Dipinang
Islam adalah agama yang hanif yang mensyariatkan pelamar untuk
melihat wanita yang dilamar dan mensyariatkan wanita yang dilamar
untuk melihat laki-laki yang meminangnya, agar masing- masing pihak
benar-benar mendapatkan kejelasan tatkala menjatuhkan pilihan
pasangan hidupnya. Dari Jabir radliyallahu anhu, bersabda Rasulullah
shallallahu alaihiwasallam: "Apabila salah seorang di antara kalian
meminang seorang wanita, maka apabila ia mampu hendaknya ia melihat
kepada apa yang mendorongnya untuk menikahinya." Jabir berkata:
"Maka aku meminang seorang budak wanita dan aku bersembunyi untuk
bisa melihat apa yang mendorong aku untuk menikahinya. Lalu aku
menikahinya." (HR. Abu Daud dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di
dalam Shahih Sunan Abu Dawud, 1832).
Adapun ketentuan hukum yang diletakkan Islam dalam masalah
melihat pinangan ini di antaranya adalah dilarang berkhalwat dengan laki-
laki peminang tanpa disertai mahram dan wanita yang dipinang tidak
boleh berjabat tangan dengan laki- laki yang meminangnya.
2. Pelaksanaan Nikah
a) Aqad Nikah
Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus
dipenuhi: Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
d) Adanya Wali
Dari Abu Musa radliyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda: "Tidaklah sah suatu pernikahan tanpa wali." (HR. Abu Daud dan
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no.
1836).Wali yang mendapat prioritas pertama di antara sekalian wali-wali
yang ada adalah ayah dari pengantin wanita. Kalau tidak ada barulah
kakeknya (ayahnya ayah), kemudian saudara lelaki seayah seibu atau
seayah, kemudian anak saudara lelaki. Sesudah itu barulah kerabat-
kerabat terdekat yang lainnya atau hakim.
e) Adanya Saksi-Saksi
Rasulullah saw bersabda: "Tidak sah suatu pernikahan tanpa seorang
wali dan dua orang saksi yang adil." (HR. Al-Baihaqi dari Imran dan dari
Aisyah, shahih, lihat Shahih Al-Jamius Shaghir oleh Syaikh Al-Albani no.
7557).
Menurut sunnah Rasul shallallahu alaihi wa sallam, sebelum aqad
nikah diadakan khuthbah lebih dahulu yang dinamakan khuthbatun nikah
atau khuthbatul-hajat.
f) Walimah
Walimatul Urus hukumnya wajib. Dasarnya adalah sabda Rasulullah
shallallahu alaih wa sallam kepada Abdurrahman bin Auf:
"....Adakanlah walimah sekalipun hanya dengan seekor kambing." (HR.
Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Alabni dalam Shahih Sunan Abu
Dawud no. 1854).
Memenuhi undangan walimah hukumnya juga wajib."Jika kalian
diundang walimah, sambutlah undangan itu (baik undangan perkawinan
atau yang lainnya). Barangsiapa yang tidak menyambut undangan itu
berarti ia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya." (HR. Bukhari
9/198, Muslim4/152, dan Ahmad no. 6337 dan Al-Baihaqi 7/262 dari Ibnu
Umar).
3. Pasca Nikah
Setelah prosesi pernikahan, pasangan baru yang biasa disebut
pengantin baru, akan selalu mendapatkan perasaan yang penuh suka cita.
Mungkin, masa inilah puncak keindahan dan dambaan setiap insan, baik laki-
laki maupun wanita. Di balik rasa kegembiraan ini, tidak sedikit keluhan yang
dialami pasangan baru. Selain harus beradaptasi dalam hal kepribadian
masing-masing, masalah kesehatan hampir selalu terjadi pada awal
kehidupan barunya. Secara fisik, keluhan sering terjadi pada pihak wanita.
Penyakit yang tiba-tiba datang pada saat pengantin baru ini, yaitu
gastritis akut. Dikenal dengan penyakit maag. Hal ini disebabkan istri sering
terlambat makan, lantaran selalu menunggu sang suami tercinta datang dari
mencari nafkah untuk bisa makan berdua. Untuk mencegah datangnya
penyakit maag ini, sebaiknya makan tepat waktu, atau saat perut sudah
merasa lapar. Kalau menghendaki makan bersama suami, makanlah dengan
porsi sedikit lebih dahulu, atau makan camilan untuk mengusir rasa lapar
tersebut, kemudian bisa diulangi lagi pada saat suami datang.
Selain pihak istri, sang suami pun setelah menikah terkadang
mengalami kecemasan berlebihan. Ini biasa terjadi pada mereka yang
mengalami ejakulatio dini (keluar mani lebih awal). Hal ini tidaklah perlu
dikhawatirkan, karena kondisi tersebut masih dalam keadaan normal sebagai
pengantin baru.
a) Menghadapi Kehamilan
Seorang wanita yang sudah bertekad untuk menikah, jauh-jauh
sebelumnya harus mempunyai wacana bahwa pasca menikah akan ada
hasil cinta kasih bersama suami, yaitu kehamilan yang merupakan takdir
dan kehendak Ilahi. Dengan siap untuk hamil, maka secara psikis,
kehamilan bisa dihadapi dengan hati ikhlas dan ketenangan.
Kehamilan pertama akan selalu dinanti dan diharapkan oleh setiap
pasangan baru. Namun demikian penantian dan harapan janganlah
disikapi terlalu berlebihan. Berserah diri kepada sang Pencipta itu lebih
baik dalam mengharap kehamilan pertama ini, karena berkaitan juga
dengan masalah takdir Allah Azza wa Jalla, dengan tetap selalu melakukan
ikhtiar. Sehingga pasangan yang belum diberi karunia anak tidak akan
merasa cemas yang berlebihan (anxietas). Kecemasan ini, secara psikis
bisa menjadi pemicu terjadinya konflik hubungan suami-istri.
Setelah dinyatakan istri hamil, maka kegembiraan akan terpancar dari
pasangan baru ini, dan akan disambut juga oleh keluarga serta kerabat
lainnya. Masa hamil muda atau masa mengidam akan dilaluinya, biasa
berlangsung sampai 4 bulan. Namun tak semua wanita hamil muda
mengalami masa ini. Mual dan muntah biasa mengiringi ibu hamil muda.
Terkadang sampai berlebihan (hiperemesis gravidarum), sehingga istri
mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi, yang bisa berakibat lebih
buruk terhadap kesehatan dan perkembangan bayinya. Hadapilah masa
ini dengan banyak istirahat. Atasi mual muntah dengan obat-obat anti
mual atas resep dokter. Jangan minum sembarang obat anti mual.
Usahakan agar selalu minum untuk mencegah dehidrasi dan lemas di
tubuh. Dianjurkan menkonsumsi multivitamin, supaya tubuh tidak terlalu
lemas. Bila istri mengidam, sangat dibutuhkan kesabaran suami, dan
bersikap bijaksana, misalnya dengan memberikan makanan atau
minuman yang disukai istri. Namun demikian, si istri pun harus bijaksana
dan mengerti, untuk tidak selalu merepotkan dan menyibukkan suami
gara-gara mengidam ini; sehingga pekerjaan utama mencari nafkah
terabaikan, terlebih lagi dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan.
Pada masa mengidam, sebaiknya mengurangi frekuwensi senggama
untuk menghindari bertambah lemahnya kondisi istri. Tetapi, jika
memungkinkan bisa dilakukan dengan hati-hati.
Saat kehamilan ini, perlu perhatikan beberapa penyakit yang kadang-
kadang singgah. Di antaranya batuk-batuk, sakit kepala, gatal-gatal di
kulit, selesma, gangguan kencing, nyeri pinggang bawah serta tulang
belakang, nyeri perut bagian bawah dan lain-lain. Penyakit ini hanya
ringan, kadang hilang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia
kehamilan. Namun, apabila penyakit tersebut memperburuk kondisi,
sebaiknya berkonsultasi ke bidan atau dokter.
Semakin tua masa kehamilan, kondisi fisik istri akan kembali pulih.
Sebaiknya periksa kehamilan secara teratur untuk mengetahui kondisi ibu
dan janin dalam keadaan baik dan sehat. Juga perlu diperhatikan, bahwa
berjima’ pada saat sang istri hamil besar dan menjelang saat melahirkan,
akan kurang baik bagi kondisi ibu. Seperti halnya hamil muda, bila
terpaksa berjima’, maka harus dilakukan dengan hati-hati, dan sang istri
tetap tidak dalam keadaan keletihan.
KESIMPULAN
Rumah tangga yang dibina oleh nabi adalah sebuah cermin rumah tangga
yang ideal. Rasulullah sebagai suami selalu bersikap sabar, arif, dan bijaksana kepada
para istrinya. Demikian pula para istri beliau, sebagai istri, mereka sangat setia,
qana’ah, sabar, tawadlu’, dan selalu memenuhu hak-hak suaminya. Kedua pihak,
suami dan istri, bekerjasama dengan sangat solid dalam mengarungi bahtera
kehidupan. Keluarga Rasul dapat hidup secara stabil dan solid karena yang menjadi
pijakan beliau dan para istrinya dalam membina rumah tangga adalah nilai-nilai
Islam. Rasulullah mempunyai istri sebelas orang, dan putra-putri beliau berjumlah
tujuh orang. Meskipun nabi beristri banyak, beliau dapat bersikap adil pada mereka,
baik dalam memberikan perhatian dan kasih sayang, maupun dalam hal meberikan
nafkah lahir dan batin. Tuduhan yang dilontarkan para orientalis bahwa Muhammad
adalah seorang sex maniac, tak pernah puas meski sudah beristri banyak, dan air
liurnya selalu mengalir bila melihat wanita adalah merupakan tuduhan yang bukan
hanya tidak ilmiah, tapi juga sangat tidak bisa diterima oleh akal sehat manapun.
Tuduhan itu gugur dengan sendirinya karena sejarah membuktikan secara jelas
bahwa setiap perkawinan yang dilakukan oleh Rasulullah mempunyai tujuan dan
hikmah sendiri-sendiri, yang kesemuanya itu berpulang pada tujuan untuk
menunjang dakwah Islam yang diemban olehnya, bukan untuk tujuan sex saja.
Dalam rumah tangganya, Nabi adalah seorang pemimpin yang sangat
bertanggung jawab. Sebagai pemimpin rumah tangga, beliau tidak pernah bertindak
semena-mena kepada para istrinya, apalagi sampai yang menjurus ke fisik. Beliau
juga mampu dengan sangat baik menunaikan tugas utama kepemimpinan suami,
yaitu membimbing seluruh anggota keluarganya menuju ketakwaan pada Allah SWT.
Bukti kesuksesannya dalam membina rumah tangga adalah stabilitas rumah tangga
yang beliau bina. Sebagai pemegang keputusan tertinggi rumah tanggnya, Rasulullah
selalu bersikap sangat aspiratif, arif, bijaksana, dan adil. Hal ini tampak misalnya saat
beliau menyelesaikan konflik internal keluarga. Sistem pembinaan rumah tangga
beliau ini sangat baik bila dijadikan contoh bagi pembinaan keluarga-keluarga
modern yang mengalami krisis. Sebab utama dari maraknya family conflict yang
terjadi dalam rumah tangga-rumah tangga modern saat ini adalah karena semakin
jauhnya sistem pembinaan keluarga dari nilai-nilai keislaman.
Padahal, baik tidaknya kehidupan rumah tangga dapat menjadi penentu baik
tidaknya kehidupan masyarakat secara umum. Sehingga solusi yang paling tepat
untuk mengatasi itu semua adalah dengan menerapkan kembali secara utuh prinsip-
prinsip pembinaan rumah tangga menurut Islam sebagaimana yang telah
dipraktekkan oleh Rasulullah.
Pelajaran-pelajaran (‘ibrah) yang bisa kita petik dari studi terhadap rumah tangga
Rasulullah untuk kita terapkan dalam mengatasi krisis keluarga modern diantaranya
adalah:
1. Tujuan utama membentuk rumah tangga adalah untuk mencari
keridhaan Allah dan menciptakan pola hidup yang islami secara bersama-
sama. Dengan memahami prinsip ini, rumah tangga yang dibina insya
Allah akan sakinah, mawaddah wa rahmah, dan akhirnya akan dapat
menghasilkan generasi berikutnya yang terdidik baik, punya integritas
tinggi, dan bermoral.
2. Tujuan membentuk rumah tangga bukanlah untuk pemenuhan
kebutuhan seks atau materi semata. Banyak orang-orang sekarang yang
ketika mencari istri atau suami pertimbangan utamanya adalah aspek-
aspek seksualitas dan materinya saja, sedangkan aspek-aspek lainnya,
seperti agama dan akhlak seringkali dilupakan. Akibatnya, rumah tangga
yang dibangun pun menjadi sangat rapuh dan rentan konflik.
3. Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga yang wajib memberi
nafkah, melindungi, dan membimbing anggota keluarganya menuju
ketakwaan pada Allah dan Rasul-Nya. Meskipun begitu, suami tidak
boleh bertindak semena-mena, karena baik suami, istri, maupun anak,
masing-masing mempunyai hak sendiri-sendiri, yang hak itu harus
dihormati oleh pihak lain.
4. Pihak istri, walaupun dia berhak atas nafkah dari suami, tidak boleh
terlalu mementingkan kehidupan duniawi. Dia harus mau mensyukuri
hasil kerja maksimal suami meskipun itu sedikit. Istri yang terlalu
menuntut suami dalam hal materi dapat menyebabkan pihak suami
akhirnya mencari jalan pintas dengan mencari materi melalui cara-cara
yang tidak halal.
5. Rumah tangga berjalan diatas prinsip-prinsip keadilan, kerja sama, saling
menasehati, dan saling melengkapi satu sama lain. Kedua belah pihak
harus senantiasa saling bantu-membantu dan bahu-membahu dalam
mengarungi suka duka kehidupan rumah tangga secara bersama-sama.
D. HIKMAH PERNIKAHAN
1. Cara yang halal dan suci untuk menyalurkan nafsu syahwat melalui ini selain
lewat perzinahan, pelacuran, dan lain sebagainya yang dibenci Allah dan amat
merugikan.
2. Untuk memperoleh ketenangan hidup, kasih sayang dan ketenteraman
3. Memelihara kesucian diri
4. Melaksanakan tuntutan syariat
5. Membuat keturunan yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
6. Sebagai media pendidikan: Islam begitu teliti dalam menyediakan lingkungan
yang sehat untuk membesarkan anak-anak. Anak-anak yang dibesarkan tanpa
orangtua akan memudahkan untuk membuat sang anak terjerumus dalam
kegiatan tidak bermoral. Oleh karena itu, institusi kekeluargaan yang
direkomendasikan Islam terlihat tidak terlalu sulit serta sesuai sebagai petunjuk
dan pedoman pada anak-anak
7. Mewujudkan kerjasama dan tanggungjawab
8. Dapat mengeratkan silaturahim